Anda di halaman 1dari 11

1

Penjabaran Telaah Kritis Epidemiologi

1. Judul Jurnal

Pada penulisan judul penelitian pada jurnal tersebut sudah cukup baik
karena judulnya menggambarkan isi penelitian, yaitu faktor risiko kejadian
campak pada balita di Kabupaten Sarolangun. Judul jurnal penelitian tidak
lebih dari 14 kata dalam bahasa Indonesia, hal ini sudah sesuai dengan kaidah
penulisan jurnal yang baik yaitu tidak lebih dari 14 kata dalam bahasa
Indonesia (LIPI, 2013). Namun, kekurangan dalam penulisan judul pada
penelitian ini adalah tidak dituliskan kapan penelitian ini dilaksanakan.

2. Pengarang dan Nama Institusi

Nama penulis jurnal dicantumkan tanpa gelar akademik dan


ditempatkan dibawah judul jurnal. Penulis juga harus mencantumkan institusi
asal untuk memudahkan komunikasi. Nama penulis utama berada diurutan
paling depan (LIPI, 2013). Pada jurnal ini penulisan nama sudah sesuai
dengan kaidah penulisan jurnal yang baik karena sudah mencantumkan nama
dibuat tanpa gelar serta sudah mencantumkan institusi.
2

Informasi mengenai jurnal penelitian juga sudah dicantumkan, yaitu


diterbitkan oleh Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas Volume 3, Nomor
1, tahun 2018, halaman 41-47.

3. Abstrak

Penulisan abstrak sudah cukup baik karena tidak melebihi 250 kata
dan ditempatkan sebelum pendahuluan. Pada jurnal ini terdapat 216 kata,
maka dari itu penulisan jurnal ini sudah sesuai dengan kaidah penulisan
jurnal.
Abstrak dalam penelitian jurnal setidaknya memuat lima hal pokok yaitu
pendahuluan, metode, hasil, kesimpulan dan keywords (Kata Kunci).
Berdasarkan uraian diatas pada jurnal ini, isi abstrak sudah sesuai dengan
syarat kaidah penulisan jurnal yang baik. Kekurangan pada abstrak ini adalah
3

hanya menampilkan abstrak dalam bahasa asing (bahasa Inggris), sebaiknya


abstrak dibuat dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris)

4. Pendahuluan
Campak adalah suatu penyakit yang sangat menular disebabkan oleh
virus campak. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2012, kasus
penyakit campak sebanyak 15.489 kasus dan Incidence Rate (IR) sebesar 6,5
per 100.000 penduduk. Menurut Riskesdas 2007, prevalensi penyakit campak
di Kabupaten Sarolangun sebesar 4,4% dan tertinggi di Provinsi Jambi. Di
Kabupaten Sarolangun tahun 2014 terjadi Kejadian Luar Biasa di 5
Puskesmas sebanyak 213 kasus dengan Incidence Rate (IR) sebesar 78,3 per
100.000 penduduk. Kasus terbanyak terjadi pada anak balita sebesar 140
kasus (66%), tahun 2015 KLB di Puskesmas Limbur Tembesi sebanyak 42
kasus dan sampai bulan Januari 2016 sebanyak 18 kasus di puskesmas yang
sama.
Faktor host (status imunisasi, umur saat imunisasi, status gizi, riwayat
kontak, riwayat penyakit campak, pemberian Vit. A), faktor ibu (tingkat
pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, pendapatan), faktor envinronment
(keadaan rumah, jumlah balita dalam rumah dan pola asuh anak), faktor –
faktor tersebut yang diduga berpengaruh terhadap kejadian campak pada
balita. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor risiko kejadian campak pada balita di Kabupaten Sarolangun.
Analisis yang dapat diambil pada penulisan latar belakang jurnal ini
yaitu:
1. Terdapat alasan mengenai mengapa masalah tersebut perlu diteliti
(alasannya karena campak masih menempati urutan ke 5 dari 10 penyakit
utama balita serta pernah terjadinya Kejadian Luar Biasa di Kabupaten
Sarolangun pada tahun 2014)
4

2. Hal yang menjadi titik kelemahan pada jurnal ini karena tidak mencakup
penelitian terdahulu yang sudah dikerjakan. Sebaiknya di dalam jurnal ini
melihat identifikasi masalah yang pernah dilakukan studi pendahulu
3. Pada jurnal ini terdapat fakta-fakta yang mendukung penelitian (Data
Riset Kesehatan Dasar)
4. Konsep yang terdapat pada penelitian sudah sesuai dengan sistem
mengerucut yaitu dari hal-hal yang umum kemudian ke hal yang lebih
khusus
5. Data pada jurnal penelitian ini sudah lengkap dengan mencantumkan
kejelasan penulisan angka-angka dan presentasi.

5. Telaah Hasil Penelitian


1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain studi case control. Hal ini
dirasa tepat karena pada penelitian ini mencari hubungan antara paparan
(faktor penelitian dan penyakit) dengan cara membandingkan kelompok
yang terkena efek tertentu (kasus) dan kelompok tanpa efek (control)
berdasarkan status paparannya. Sampel penelitian ini adalah anak
dibawah 5 tahun menderita campak yang berkunjung ke puskesmas
periode tahun 2014- Mei 2016 yang tercatat dalam laporan C1 campak
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
consecutive sampling dengan kriteria inklusi yaitu anak dibawah lima
tahun dan menderita campak. Dari kriteria inklusi tersebut didapatkan
jumlah kasus sebanyak 56 responden, berdasarkan keterangan dalam
pembahasan diketahui bahwa 56 responden sebagai kontrol yang
merupakan tetangga kasus dengan matching jenis kelamin. Hal ini
dikarenakan peneliti sengaja mengambil sampel sesuai dengan jenis
kelamin dari kelompok kasus serta tetangga dari kelompok kasus
5

(adat/kebiasaan yang sama dari kelompok kasus) untuk meminimalkan


faktor perancu (confounding). Kelompok kontrol dalam penelitian ini
sudah dipilih sesuai karena umumnya kelompok kontrol diperoleh dari
tempat yang sama dengan kasus, kontrol harus memiliki karakteristik
yang mirip dengan kasus tetapi tidak memiliki penyakit yang sedang
diteliti, serta perbandingan umur/jenis kelamin/sosioekonomi maupun
tempat tinggal sama antara kasus dan kontrol.
Pada jurnal ini alat pengumpulan data adalah kuesioner yang
digunakan untuk mengumpulkan data karakteristik responden dengan
mencatat adanya faktor-faktor risiko campak. Hal ini menjadi
kelemahan pada jurnal ini karena bisa menjadi recall bias, hal tersebut
dikarenakan periode penelitian ini pada tahun 2014-2016 yang bisa
menyebabkan responden lupa faktor-faktor risiko sebelum terjadinya
penyakit yang akhirnya menyebabkan recall bias tersebut.
Analisa data diolah menggunakan software statistik dan analisis
data yang digunakan antara lain analisis univariat, analisis bivariat
dengan uji statistik chi square serta analisis multivariat dengan uji
regresi logistic. Hal ini sudah sesuai karena studi analitik menganalisis
dengan menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit
(outcome) terlebih dahulu kemudian mengidentifikasi penyebab (faktor
risiko), sehingga dapat diketahui apakah faktor risiko tersebut
berpangaruh pada kejadian campak.
2. Hasil Penelitian
Hasil dari hubungan antara variabel independen dengan kejadian
campak pada balita yaitu:
a. adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu kurang,
rumah tidak sehat, tidak imunisasi campak, pola asuh kurang dan
lama diberi ASI < 2 tahun dengan kejadian campak (p<0,05). Dari
analisis bivariat, terdapat empat variabel yang merupakan faktor
6

risiko yaitu pengetahuan ibu kurang, rumah tidak sehat, tidak


diimunisasi campak dan pola asuh kurang.

b. Hasil uji statistik yaitu menunjukkan:


a) Ibu yang berpengatuhan kurang, balitanya berisiko 4,6 kali
lebih besar terkena campak dibandingkan ibu berpengatahuan
baik (95%CI=2,04-10,15;)R=4,6)
b) Balita yang tinggal di rumah tidak sehat berisiko 5,3 kali lebih
besar terkena campak dibandingkan balita yang tinggal di
rumah sehat (95%CI=2,24-12,57;OR=5,3)
c) Balita yang tidak diimunisasi campak berisiko 3,6 kali lebih
besar terkena campak dibandingkan balita yang diimunisasi
campak (95%CI=1,58-8,00; OR=3,6)
d) Pola asuh ibu kurang, balitanya berisiko 3 kali lebih besar
terkena campak dibandingkan pola asuh ibu baik.

Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian campak pada


balita yaitu:

a. Hasil analisis bivariat terdapat Sembilan variabel kandidat untuk


analisis multivariat dengan nilai p<0,25, yaitu rumah tidak sehat,
pengetahuan ibu kurang, tidak diimunisasi campak, pola asuh
kurang, ada riwayat kontak, pemberian vitamin A kurang, gizi
kurang, lama diberi ASI < 2 tahun dan sosial ekonomi rendah.
b. Dari hasil univariat menunjukkan terdapat tiga variabel yang paling
berpengaruh terhadap kejadian campak pada balita, yaitu:
a) Ibu berpengetahuan kurang, balitanya berisiko 5,7 kali lebih
besar terkena campak dibandingkan ibu berpengetahuan baik
(95%CI=2,22-14,85;OR=5,7)
7

b) Balita tidak diimunisasi campak berisiko 3,7 kali lebih besar


terkena campak dibandingkan balita yang diimunisasi campak
(95%CI=1,45-9,39;OR=3,7)
c) Balita yang tinggal di rumah tidak sehat berisiko 7,5 kali lebih
besar terkena campak dibandingkan balita yang tinggal di
rumah sehat (95%CI=2,64-21,19;OR=7,5).

Berdasarkan hasil perhitungan persamaan probability event dari


hasil analisis uji multiple logistic regression di atas terbukti bahwa
pengetahuan ibu kurang, tidak diimunisasi campak dan rumah tidak
sehat memiliki probabilitas menderita campak pada balita.

Dilihat dari hasil penelitian yang ditemukan dari jurnal penelitian


ini, yaitu:

1. Tabel dan gambar yang disajikan pada jurnal ini sudah sesuai dengan
tujuan. Pada analisis data telah menjawab dari tujuan, judul serta
permasalahan yang ada.
2. Penjelasan dari hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang
ditemukan, hanya saja tidak semua dari faktor risiko menunjukkan
adanya pengaruh terhadap terjadinya penyakit campak.
3. Penemuan yang menarik dari hasil penelitian ini yaitu bahwa tidak
semua faktor risiko yang diduga berpengaruh terhadap kejadian
penyakit campak. Seperti halnya status gizi, pemberian Vitamin A,
lama diberi ASI, riwayat kontak, umur ibu, sosial ekonomi, jumlah
balita dalam rumah, pola asuh kurang, serta riwayat penyakit
campak tidak berpengaruh terhadap kejadian penyakit campak.
Berdasarkan hasil penelitian dalam jurnal ini, hanya tiga variabel
yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit campak yaitu,
8

status imunisasi, pengetahuan ibu dan kondisi rumah yang tidak


sehat.
4. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor
risiko kejadian campak pada balita di Kabupaten Sarolangun sudah
tercapai karena dari hasil penelitian bisa menunjukkan mana saja
faktor risiko yang berpengaruh maupun faktor risiko yang terbukti
tidak berpengaruh dengan jelas berdasarkan hasil uji statistiknya.

Hal yang menjadi implikasi dari penelitian ini adalah hasil


penelitian dalam jurnal ini dapat digeneralisasikan (berlaku sama di
tempat yang sama dan waktu yang berbeda) jika penelitian tersebut
dilakukan di tempat lain dan memiliki kriteria inklusi pada kelompok
kasus yang sama, maka penelitian ini dapat digeneralisasikan. Hal ini
dikarenakan untuk meminimalkan faktor perancu maka ada hal-hal yang
harus diperhatikan dari pengambilan sampel yang nantinya akan
berpengaruh pada variabel dependent.

Kepentingan hasil penelitian dalam jurnal diharapkan dapat


memberikan manfaat bagi dunia kesehatan khususnya sebagai sumber
kepustakaan tentang mengidentifikasi faktor risiko terhadap kejadian
campak pada balita serta dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang
akan mengangkat tema yang sama namun dengan sudut pandang yang
berbeda.
9

6. Telaah Kritis Untuk Desain Survey

No. Daftar pertanyaan Ya Tidak Tidak ada


keterangan

Pertanyaan umum

1. Adakah keterangan yang lengkap 


mengenai subyek penelitian ?

2. Apakah metoda sampling sudah benar ? 

3. Apakah ”response rate” nya tinggi ? 

Pertanyaan spesifik

1. Apakah desain penelitian sudah sesuai 


tujuan penelitian ?

2. Apakah penelitian nampak telah 


direncanakan dengan matang ?

3. Apakah kemungkinan terjadinya bias 


seleksi sudah dipertimbangkan oleh
peneliti ?

4. Apakah kesimpulan dibuat dengan benar 


sesuai tujuan penelitian ?

5. Apakah hasil penelitian dapat 


digeneralisasi ?
10

Jawaban spesifik

1. Desain penelitian tersebut sudah sesuai tujuan penelitian, yaitu dengan


menggunakan desain penelitian case control dengan di dukung data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas).
2. Sudah, karena peneliti melihat adanya KLB campak di wilayah Kabupaten
Sarolangun yang akhirnya tertarik untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko
kejadian campak pada balita di Kabupaten Sarolangun
3. kemungkinan terjadinya bias seleksi sudah dipertimbangkan oleh peneliti,
oleh karena itu peneliti sengaja mengambil sampel sesuai dengan jenis
kelamin dari kelompok kasus serta tetangga dari kelompok kasus
(adat/kebiasaan yang sama dari kelompok kasus) untuk meminimalkan faktor
perancu (confounding). Kelompok kontrol dalam penelitian ini sudah dipilih
sesuai karena umumnya kelompok kontrol diperoleh dari tempat yang sama
dengan kasus, kontrol harus memiliki karakteristik yang mirip dengan
kelompok kasus tetapi tidak memiliki penyakit yang sedang diteliti, serta
perbandingan umur/jenis kelamin/sosioekonomi maupun tempat tinggal sama
antara kasus dan kontrol.
4. kesimpulan yang dibuat sudah benar dan sesuai tujuan penelitian. Tujuan
penelitian yaitu mengidentifikasi faktor-faktor risiko kejadian campak pada
balita, sedangkan kesimpulan dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa
Faktor yang terbukti merupakan faktor risiko terhadap kejadian campak pada
balita yaitu tidak diimunisasi campak, rumah tidak sehat dan pengetahuan ibu
kurang dengan probability event sebesar 92,08%. Faktor-faktor yang tidak
terbukti sebagai faktor risiko terhadap kejadian campak pada balita yaitu gizi
kurang, pemberian vitamin A kurang, tidak pernah menderita campak
sebelumnya, ada riwayat kontak, lama diberi ASI < 2 tahun, umur ibu < 20
tahun, sosial ekonomi rendah, jumlah balita dalam rumah > 1 orang dan pola
asuh kurang. Oleh karena itu, kesimpulan telah sesuai karena telah menjawab
11

dari tujuan dan kesimpulan juga telah diambil dari analisis sehingga secara
sistematis telah benar.
5. Hasil penelitian dapat digeneralisasi jika penelitian tersebut dilakukan di
tempat lain dan memiliki kriteria inklusi pada kelompok kasus yang sama,
maka penelitian ini dapat digeneralisasikan. Hal ini dikarenakan untuk
meminimalkan faktor perancu maka ada hal-hal yang harus diperhatikan dari
pengambilan sampel yang nantinya akan berpengaruh pada variabel
dependent.

Anda mungkin juga menyukai