Anda di halaman 1dari 27

SOAL-SOAL OSCE DOKTER MUDA THT

OTOLOGI
1) Seorang penderita pria, 25 tahun, keluar cairan dari kedua telinga kumat-kumatan
(kronis) sejak 5 tahun yang lalu.
Gambar : Perforasi membran timpani subtotal kanan dan kiri, basah.
a. Anamnesa untuk menunjang diagnostik?
Jawaban:
- Onset: sejak kapan
- Lokasi: telinga mana?
- Progresivitas: bagaimana awal sampai sakit
- Faktor yang memperberat/memperingan
- Kualitas: sifat cairannya (encer/kental, warna, bau) seberapa sering kumatnya,
apakah sampai mengganggu aktivitas?
- Kuantitas: berapa banyak keluar cairannya?
- Penyakit penyerta: keluhan lain (panas, batuk, pilek)
- Riwayat pengobatan: sudah berobat/ belum?
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat keluarga
- Riwayat sosial
b. Tanda Klinis (tambahan)
Jawaban:
- Terdapat cairan dalam kavum timpani yang dilihat dari adanya tanda
miniskus, gelembung dalam cairan, MT suram, tampak gambaran pembuluh
darah radial sekitar manubrium mallei, retraksi MT, warna MT biru gelap/
coklat
c. Pemeriksaan penunjang apa yang diperlukan untuk menunjang diagnosa ?
Jawaban:
- Pemeriksaan otoskopi dan tes fungsi pendengaran
- Pemeriksaan audometri dan timpanometri
- Pemeriksaan radiologi os mastoid posisi Schuller
- Pemeriksaan kuman (kultur) dan tes kepekaan kuman (sensitivity test)
d. Penatalaksanaan yang dianjurkan?
Jawaban:
- Cuci dengan larutan peroksida 3%
- Antibiotik broad spectrum + kortikosteroid topikal
- Reepitelisasi
- Timpanoplasti
e. Jika pasien ada indikasi timpanoplasti, persiapan apa yang dilakukan?
Jawaban:
- Konsultasi interna dan anastesi
- Pemeriksaan lab
- Rontgen thorax + schuller + CT telinga
- Swab dan kultur sekret telinga
- Tes keseimbangan dan nervus VII
- CT scan
f. Jika menurut penderita pendengaran telinga kanan lebih baik dari kiri,
bagaimana hasil tes:
(a) bisik : telinga kanan lebih baik
(b) Garputala : lateralisasi ke kanan

1
(c) Audiometri: AD CHL lebih baik
(d) Tes Kalori: dengan air steril/rivanol: normal
g. Jika pasien menolak dilakukan operasi, masalah sosial apa yang dihadapi
pasien?
Jawaban:
- Gangguan pendengaran (komunikasi)
- Perasaan rendah diri
- Menurunnya kesempatan kerja
2) a. Peragakan cara menggunakan lampu kepala
Jawaban:
- pasang lampu kepala, sesuaikan dengan lingkar kepala
- alur lingkar kepala menghadap ke bawah
- tabung lampu diatur supaya berada di antara kedua kepala
- atur fokus lampu
b. Peragakan cara memakai otoskop untuk memeriksa telinga kanan
Jawaban:
- posisi duduk
o penderita duduk di depan pemeriksa
o lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri penderita
o waktu memeriksa telinga yang kontralateral hanya posisi kepala
penderita yang dirubah, kaki dan lutut penderita dan pemeriksa tetap
pada posisi semula
- cara memegang telinga
o aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, dan V
pada panum mastoid
o aurikulum ditarik ke arah posterosuperior untuk meluruskan MAE
- cara memasukkan otoskop
o pilih spekulum telinga yang sesuai dengan besar lumen MAE
o nyalakan lampu otoskop
o masukkan spekulum telinga dengan lembut pada lumen MAE
c. Deskripsikan MT yang anda lihat!
Jawaban: warna, permukaan, refleks cahaya, sikatriks, perforasi, ruptur

AUDIOLOGI
1) Seorang penderita pria dengan gangguan pendengaran dan didapatkan perforasi
membran timpani kanan lebih berat dari kiri.
a. Berdasarkan tes tajam pendengaran berikut bagaimana hasilnya :
No Pemeriksaan Kanan Kiri
1 Suara bisik < 6m > 6m
Kesulitan
mendengar kata-
kata dengan nada
rendah (k, l, m, g),
bisa mendengar
kata dengan huruf
desis/ nada tinggi
(s, c, f)
2 Weber Lateralisasi ke
kanan

2
3 Schwabach Memanjang Memanjang
4 Rinne (-) (-)
5 Batas atas Normal Normal
Batas bawah Naik Naik
6 Audiometrik (tuli AC > 26 db AC > 26 db
konduksi) BC ≤ 26 db BC ≤ 26 db
ABG > 10 db ABG > 10 db

b. Sebutkan macam-macam tes fungsi pendengaran!


Jawaban:
- Tes berbisik
- Tes Garputala (Rinne, Weber, Schwabach, batas atas, batas bawah)
- Tes audiometrik:
o Subjektif : audiometrik nada murni, tutur, atas ambang
o Objektif: timpanometri, BERA, OAE
Pada anak:
- BOA
- Play audiometry
- Timpanometry
- Audiometri nada murni
- OAE
c. Gangguan keseimbangan ada 2, yaitu sentral dan perifer, perbedaannya?
No Perbedaan Perifer Sentral
1 Onset Paroksimal (sesaat) Segera (menetap)
2 Durasi Menit - minggu Minggu-bulan
3 Gerak kepala (+) (-)
4 Saraf otonom (mual, muntah) (+) (-)
5 Tuli (+) (-)
6 Gangguan kesadaran (-) (+)
7 Nystagmus (+) (+)/(-) vertikal
8 Kelainan neurologis (-) (+)
9 Intensitas Ringan - berat Ringan
10 Hubungan dengan penyakit lain (-) (+)

d. Apa keistimewaan organ keseimbangan dengan organ lain


1. Selalu mengirim impuls, walaupun tanpa rangsangan
2. Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem lain (mata, serebelum,
proprioseptif lain
3. Sistem vestibuler sangat sensitif terhadap konsentrasi O2 dan darah
e. Tes keseimbangan tanpa alat khusus
Tes Romberg: berdiri lengan dilipat pada dada, mata ditutup, orang normal dapat
berdiri lebih dari 30 detik
Past pointing test
Walking Test: berjalan di tempat, 30 langkah, mata ditutup, jika posisi berubah
>1meter dan badan berputar >30 derajat ->gangguan keseimbangan
Fixation test
Auskultation test
Positional test

3
Tes Van soane
Tes kalori

ONKOLOGI-BEDAH KEPALA LEHER


1) Ada foto pasien dengan keluhan benjolan pada leher kiri sejak 3 tahun yang lalu.
Benjolan makin lama makin membesar dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluh pilek-
pilek sejak 4 bulan yang lalu dengan ingus bercampur darah.Telinga mendenging dan
pendengaran terganggu.
a. Anamnesis apa lagi yang diperlukan?
Jawaban:
- Identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan, suku)
- Apakah benjolan tersebut membesar dengan cepat? Apakah dapat digerakkan?
(awalnya bisa bergerak  terfiksir)
- Hidung : apakah pilek terus menerus atau hilang timbul? Apakah lama-lama
makin berat? Apakah ada keluhan hidung tersumbat pada satu atau kedua
hidung? Yang mana yang lebih dulu? Bau ingus, encer/kental? Apakah
dirasakan cairan di belakang mulut – post nasal drip?
- Telinga : apakah keluhan tersebut pada satu atau kedua telinga? Apakah
disertai dengan rasa penuh pada telinga? Apakah keluar cairan dari telinga?
Terus menerus atau hilang timbul?
- Penyerta : apakah ada keluhan penyerta lain? (sakit kepala, pandangan kabur,
diplopia, gangguan gerakan bola mata, kelopak mata turun, rasa nyeri pada
wajah, suara serak atau hilang, kesulitan menelan, serta gangguan pergerakan
kepala)
- Riwayat pengobatan
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat keluarga
- Riwayat sosial
- Faktor resiko: apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama? Apakah sering makan makanan yang mengandung bahan pengawet?
Apakah sering terpapar asap dupa atau asap kayu bakar?
b. Informasi apa yang diperoleh dari pemeriksaan benjolan pada leher?
Jawaban:
- Ukuran, warna, unilateral/bilateral, konsistensi, mobilitas, dan perlekatannya
dengan jaringan sekitar (terfiksir atau tidak), tepi/batas, jumlah, permukaannya
(ada ulkus/tidak), nyeri tekan.
c. Selanjutnya pasien dirujuk kemana?
Jawaban:
- THT sub bagian onkologi
d. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan?
Jawaban:
- Foto rontgen tengkorak (basis, lateral, AP, waters) dan thorax
- Ultrasonografi (USG)
- CT scan kepala
- Lab rutin: DL, UL, LFT, dan tes fungsi ginjal
- Biopsi nasofaring - PA
2. Laki-laki 40 tahun mengeluh hidung tersumbat sejak 6 bulan yang lalu, sejak 2 bulan yang
lalu disertai dengan ingus bercampur darah
a. Anamnesis sda
b. Pemeriksaan fisik yg diperlukan

4
lab (DL, LFT, RFT)
Roentgen kepala lateral, waters, thoraks
CT Scan kepala
Biopsi nasofaring
c. Selanjutnya dirujuk kemana
THT sub bagian onkologi

Ada gambar
a. Pasien apa ini
jawaban: Laringoskopi indirect
b. Apa saja yang diperiksa
1. radiks linguae, epiglotis, dan sekatnya
2. lumen laring dan rima glotis
3. bagian yang letaknya caudal dari rima glotis
c. Apa saja yang menyebabkan disfoni
radang akut/kronis
tumor laring
paralisa otot laring atau gangguan persarafan
kelainan laring (sikatriks akibat operasi, fiksasi sendi)
trauma laring
Gangguan psikis
Kongenital

FARING-LARING
1) Anak laki-laki usia 8 tahun dikeluhkan orang tuanya tidur ngorok dan sering pilek-
pilek
a. Anamnesis yang diperlukan guna menegakkan diagnosis?
Jawaban:
- Sejak kapan mulai keluhan tersebut?
- Pilek atau tidur ngorok lebih dulu?
- Pilek pada satu hidung atau kedua hidung?
- Pilek hilang timbul atau terus-menerus? Ada yang memperberat? Ingus encer
atau kental? Bau atau tidak? Hidung tersumbat?
- Ngorok hilang timbul atau terus menerus? Ada yang memperberat?
- Apakah sering mengalami ISPA?
- Apakah sering bernafas lewat mulut?
- Apakah anak mengalami retardasi mental dan pertumbuhan fisik berkurang?
- Apakah ada keluhan di telinga?
- Apakah ada gangguan pada tenggorok dan saluran nafas? (faringitis, bronkitis)

b. Pemeriksaan fisik

5
Jawaban:
- Rinoskopi anterior: melihat tertahannya gerakan vellum palatum mole pada
waktu fonasi
- Rinoskopi posterior: terlihat adanya massa
- Pemeriksaan digital: perabaan daerah nasofaring dengan jari
c. Pemeriksaan Penunjang
Jawaban:
- Rontgen soft-tissue kepala lateral
d. Indikasi adenotonsilektomi
Jawaban:
- Aspek pembesaran tonsil
o Tonsilitis kronis atau hipertrofi tonsil yang menyebabkan gangguan
bernafas, menelan, dan suara.
- Aspek tonsil sebagai fokus infeksi
o Tonsilitis kronis dengan eksaserbasi akut lebih atau sama dengan
3x/tahun
o Tonsilitis kronis dengan sakit menelan lebih atau sama dengan 4-
6x/tahun
o Tonsilitis kronis dengan komplikasi dekat
o Tonsilitis kronis dengan komplikasi jauh
o Tonsilitis kronis dengan carrier difteri
o Tonsilitis kronis dengan swab didapat GABHS
o Tonsilitis kronis dengan OMA berulang
o Tonsilitis kronis dengan tuba katar berulang
o Tonsilitis kronis dengan pembesaran kelenjar limfe leher
o Tonsilitis kronis dengan 3C limfadenitis
o Tonsilitis kronis dengan kasus-kasus alergi
o Tonsilitis kronis dengan ISPA berulang
o Tonsilitis kronis dengan rencana PA
o Tonsilitis kronis dengan pertumbuhan anak terganggu
- Aspek tonsil dicurigai mengalami keganasan
o Tonsil dengan ulkus tidak ada kemajuan dengan terapi konvensional
o Tonsil dengan pembesaran yang unilateral
RHINOLOGI
1) Pasien dengan keluhan pilek-pilek sejak lama, kental, dan berbau. Kemudian
dilakukan anamnesis yang lebih rinci pada pasien juga ditemukan sakit menelan.
a. Anamnesis untuk menunjang diagnosa kelainan hidung?
Jawaban:
- Apakah keluhan tersebut terjadi pada satu atau dua hidung?
- Apakah disertai nyeri di kepala dan pipi?
- Apakah terasa nyeri di sekitar mata, gigi, atau telinga?
- Bila tidur dengan posisi kepala sisi berlawanan, apakah dari hidung tersebut
keluar ingus?
- Apakah ada demam?
- Apakah ada batuk?
- Apakah ada gangguan pendengaran?
b. Prosedur pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan?
Jawaban:

6
- Pemeriksaan fisik:
o Rinoskopi anterior: apakah mukosa hidung hiperemis dan bedem?
Apakah terdapat sekret mukopurulen di meatus nasi media dan
superior? Konfirmasi dengan posture test.
o Rinoskopi posterior: apakah ada post nasal drip?
- Pemeriksaan penunjang?:
o Foto polos waters: kecurigaan adanya cairan di sinus
o CT Scan: kecurigaan komplikasi orbita
o MRI: kecurigaan komplikasi intrakranial
o Pemeriksaan mikrobiologis
o Transiluminasi: pemeriksaan dilakukan di ruangan gelap, alat
dimasukkan ke rongga mulut  sinar keluar/ terlihat di rongga sinus
(normal-pipi tipis: terang; infeksi-pipi tebal: suram), pemeriksaan
bermakna jika 1 suram dan 1 terang, bila keduanya suram belum tentu.
o Pungsi sinus maksilaris: apakah keluar pus?
o Sinuskopi: apakah terlihat pus atau jaringan abnormal pada sinus yang
diperiksa?
Pemeriksaan sinusitis?
Jawaban:
- Subjektif: rinore (mukopurulen), hidung tersumbat, nyeri tekan, nyeri kepala,
gatal, post nasal drip, sakit gigi, alergi, bersin
- Objektif: rinoskopi anterior (mukosa hiperemis, edema, sekret mukopurulen),
rinoskopi posterior (post nasal drip), palpasi (nyeri tekan), transiluminasi
(deviasi septum), foto waters (perselubungan, polip), kultur (dari meatus
media, dari sinus)
Anamnesis pada kelainan hidung?
Jawaban:
- Apa keluhannya? (bersin, hidung tersumbat, rinore, epistaksis, gangguan
penghidu  masing-masing deskripsikan
- Pada satu atau kedua hidung?
- Sejak kapan? (terus menerus atau hilang timbul)
- Apakah dipengaruhi cuaca? Stres? Makanan? Debu?
- Apakah ada sakit kepala? Pipi?
- Apakah ada gatal di mata?
- Apakah ada gangguan pendengaran?
- Apakah ada gangguan pernafasan?
- Apakah ada gangguan pencernaan?
- Apakah ada gangguan sengau?
Urutan pemeriksaan pasien gangguan hidung
Jawaban:
(1) Pemeriksaan dari luar
o Inspeksi: kerangka dorsum nasi (lebar-polip, miring-fraktur, saddle
nose): luka, edema, warna, ulkus nasolabia; bibir atas.
o Palpasi: dorsum nasi (krepitasi, deformitas); ala nasi; regio
(2) Rinoskopi anterior
o Vestibulum nasi
o Kavum nasi bagian bawah (mukosa, konka inferior, lumen)
o Fenomena palatum molle
o Kavum nasi bagian atas (mukosa, konka media)

7
o Septum nasi
(3) Rinoskopi posterior
o Tahap I: pemeriksaan septum nasi (margo posterior), koana, dan tuba
kanan
o Tahap II: koana dan tuba kiri
o Tahap III: atap nasofaring
o Tahap IV: kauda konka inferior

BRONKO-ESOFAGOLOGI
1) Seorang anak laki-laki usia 5 tahun (kayanya) dibawa ke UGD oleh orang tuanya
dikeluhkan muntah-muntah dan sakit menelan setelah menelan uang logam.
a. Anamnesis apa lagi yang diperlukan?
Jawaban:
- Kapan kejadiannya?
- Sudah berapa lama?
- Berapa besar uang logamnya (uang logam berapaan)?
- Apakah ada keluhan sesak? Batuk? Tersedak?
b. Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan?
Jawaban:
- Rontgen cervical-thorax AP/lateral
c. Indikasi esofagoskopi?
Jawaban:
- Diagnostik: swab esofagus
- Terapi: korpal di esofagus
- Diagnostik dan terapi: korpal di trakeo-bronkial
2) Seorang pasien dikeluhkan sulit menelan sejak lama, kumat-kumatan. Sejak 3 hari
yang lalu tidak bisa menelan air.
a. Anamnesis apa lagi yang diperlukan?
Jawaban:
- Jenis makanan apa yang menyebabkan disfagia?
- Apakah kesulitan menelan makanan padat dan cair terjadi dalam waktu
bersamaan atau progresif?
- Berapa lama?
- Dimana lokasi terasa sumbatan di daerah dada?
- Apa gejala lain yang menyertai disfagia? (penurunan BB)
b. Diagnosis penyakit yang dicurigai
Jawaban:
- Jika terjadi secara progresif  disfagia mekanik
c. Penyebab disfagi
Jawaban:
- Disfagia mekanik (penyempitan lumen esofagus)
o Massa tumor atau benda asing
o Keradangan mukosa esofagus
o Strikur lumen esofagus
o Penekanan lumen esofagus dari luar (pembesaran kelenjar timus,
tiroid, kelenjar getah bening di mediastinum, pembesaran jantung, dan
elongasi aorta)
- Disfagia motorik (kelainan neuromuskular yang berperan dalam proses
menelan)

8
o Lesi di pusat menelan di batang otak
o Kelainan saraf otak nervus 5,7,9,10,11
o Kelumpuhan otot faring dan lidah
o Akalasia esofagus
o Spasme difus esofagus
- Disfagia oleh karena gangguan emosi
d. Pemeriksaan penunjang
Jawaban:
- Esofagoskopi
- Rontgen esofagus dan dengan kontras
- Fluoroskopi
- Pemeriksaan kontras ganda
- CT scan
- MRI
e. Penanganan pada pasien tersebut bila pada pemeriksaan penunjang
ditemukan gambaran ekor tikus
Jawaban:
- Sifat terapi pada akalasia adalah paliatif, karena fungsi peristaltik esofagus
tidak dapat dipulihkan kembali
- Diet tinggi kalori
- Medikamentosa (preparat hunt, antikolinergik, penghambat adrenergik,
nifedipine-calcium antagonist)
- Tindakan dilatasi dan operasi esofagokardiomiotomi (operasi Heller)
- psikoterapi
3) Seorang anak berusia 5 tahun, makan rempeyek kacang. Kemudian tiba-tiba sesak dan
batuk, lalu dibawa ke rumah sakit.
a. Apa yang terjadi pada anak tersebut?
Jawaban:
- Rempeyek kacang masuk ke saluran nafas
b. Apa diagnosis pastinya?
Jawaban:
- Benda asing di trakeo-bronkus atau di saluran nafas
c. Jika diperlukan endoskopi, apa indikasinya?
Jawaban:
- Diagnosis dan terapi

ALERGI-IMUNOLOGI
1) Pasien laki-laki, 20 tahun mengeluh sering pilek-pilek saat bangun pagi dan pokokne
alergi terhadap debu.
a. Bagaimanakah cara menghindari atau mengurangi debu di rumah
penderita?
Jawaban:
- Hindari kontak dengan debu
- Ganti kasur atau bantal kapuk dengan busa
- Sprei atau bantal cuci dengan air hangat
- Memakai masker saat bersih-bersih
- Lantai langsung dipel tidak usah disapu dulu
- Menyiram halaman rumah
b. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan

9
Jawaban:
- Uji kulit (uji gores, uji cukit, SET)
- Pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST atau ELISA
- Pemeriksaan sitologi hidung (pemeriksaan sekret hidung-eosinophil count)
- Rontgen Waters
c. Penanganan rhinitis alergi lebih lanjut
Jawaban:
- Avoidance dan eliminasi alergen
- Simptomatis (medikamentosa: antihistamin, dekongestan, steroid, ipratropium
bromida, sodium kromoglikat; operatif; konkotomi jika kauterisasi dengan
AgNO3 25% atau triklor asetat gagal; imunoterapi: desensitisasi dan
hiposensitisasi)
- Menjaga kondisi tubuh (olahraga, makan teratur, istirahat cukup).
d. Anamnesis yang diperlukan / gejala klinis
Jawaban:
- Bersin berulang >5x tiap serangan
- Terutama pagi hari atau kontak dengan udara sejuk
- Ingus sangat encer, bening, tidak berbau, dan banyak
- Hidung tersumbat
- Rasa gatal pada hidung, mata, dan palatum mole
- Lakrimasi
- Riwayat alergi dalam keluarga
- Riwayat kontak dengan debu dan alergen lain
e. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
Jawaban:
- Rinoskopi anterior (mukosa edema, basah, pucat, sekret encer, pembengkakan
konka, kadang ada deviasi septum dan polip nasi)
f. Klasifikasi rhinitis alergi
Jawaban:
- WHO inititiative ARAI th 2000, berdasarkan sifat berlangsungnya: intermiten
(terjadi < 4 hari/minggu), persisten (terjadi > 4 hari/minggu, atau > 4 minggu)
- Berdasarkan tingkat beratnya penyakit: ringan (jika tidak ada gangguan tidur,
gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja, dll);
sedang/berat (jika ada 1 atau lebih dari gangguan tersebut)
- Berdasarkan sifat berlangsungnya: musiman dan sepanjang tahun.

THT KOMUNITAS
1) Seorang anak usia 3 tahun dikeluhkan orang tuanya belum bisa bicara. Saat ibu hamil
menderita panas tinggi dan didiagnosis malaria dan kemarin minum obat malaria.
a. Anamnesis apa lagi yang diperlukan guna menunjang diagnosis anak?
Jawaban:
- Umur kehamilan berapa mulai minum obat? Apa nama obatnya? Berapa lama
minumnya?
- Riwayat melahirkan, normal/tidak? Cukup bulan/tidak? BBL berapa?
- Apakah anak pernah menderita panas tinggi saat bayi? Minum obat apa? Batu,
pilek ada atau tidak? Sakit telinga? Riwayat trauma?
- Riwayat penyakit dahulu (retardasi mental, gangguan emosional)
b. Perlu dirujuk kemana?
Jawaban:
- Pediatri, THT, RM (speech therapy), psikiater.

10
2) Pasien mengeluh pendengaran menurun dan tinitus kumat-kumatan
a. Anamnesis apa yang diperlukan
Jawaban:
- Identitas pasien (nama, umur, pekerjaan, alamat)
- Sejak kapan, didahului dengan apa (berenang)
- Telinga mana?
- Bagaimana sifat bising? (bernada rendah atau tinggi)
- Timbul bersamaan atau progresif?
- Bertambah berat atau menetap?
- Apakah ada faktor yang meperberat atau memperingan?
- Apakah ada riwayat trauma?
- Apakah disertai keluhan lain? (sakit kepala, pusing, mual, muntah, rasa penuh,
keluar cairan)
- Apakah ada riwayat penyakit lain?
- Apakah ada riwayat yang sama di keluarga?
- Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan ototoksik?
b. Pemeriksaan apa yang diperlukan
Jawaban:
- Tes fungsi pendengaran
- Tes keseimbangan
- Tes kalori
c. Ada gambar audiogram, interpretasikan
Jawaban:
-
3) Laki-laki usia 55 tahun bekerja di bandara sebagai pengisi bahan bakar pesawat.
Belakangan mengeluh pendengaran terganggu.
a. Anamnesis apa yang diperlukan
Jawaban:
- Sudah berapa lama kerja di bandara?
- Apakah gangguan pendengaran dirasakan pada satu atau dua telinga? Hilang
timbul atau menetap?
- Apakah ada tinitus?
b. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan
Jawaban:
- Tes penala (Rinne (+), weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya
lebih baik, Schwabach memendek)  tuli sensorineural
- Audiometrik nada murni (tuli sensorineural pada frekuensi 3-6 kHz; khas
terdapat takik atau notch pada frekuensi 1000 Hz
- Tes keseimbangan
- Tes kalori
c. Cara penatalaksanaannya
Jawaban:
- Pindah kerja atau bagian
- Pemasangan alat bantu dengar
- Pemasangan implan koklea (tuli total bilateral)
- psikoterapi
d. Cara pencegahan
Jawaban:
- Pengendalian sumber bising (bising di lingkungan kerja diusahakan <85 dB)
dapat diusahakan dengan meredam sumber bunyi.

11
- Alat pelindung bising seperti sumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear
muff) dan pelindung kepala (helmet)
- Program konservasi pendengaran (monitoring sumber bunyi, proteksi alat
pendengaran, monitoring audiometri berkala bagi yang beresiko)

Soal Tambahan
1. Ciri gangguan keseimbangan perifer
2. Apa yang membedakan (keistimewaan) organ keseimbangan dengan organ lain?
Jawaban:
- Selalu mengirim impuls walaupun tanpa rangsangan
- Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem lain (mata, serebelum,
proprioseptif lain)
- Sistem vestibuler sangat sensitif terhadap konsentrasi O2 darah
3. Tes Keseimbangan tanpa sarana/alat khusus
Jawaban:
- Tes Romberg
- Past pointing test
- Walking test
- Fixation test
- Auscultation test
- Positional test
- Test van saane

Obstruksi laring
a. Gejala dan tanda obstruksi laring
Jawaban:
- Serak (disfoni) sampai afoni
- Sesak nafas
- Stridor saat inspirasi
- Cekungan yang terdapat saat inspirasi di suprasternal, epigastrial,
supraklavikula, dan interkostal.
- Gelisah
- Pucat, sianosis

Soal Tambahan 2
1. OMSK: gambar koleastoma dan fase OMSK Maligna
Jawaban:
- Koleastoma adalah deskuamasi epitel yang menumpuk
o Kongenital – terbentuk pada masa embrionik, tanpa tanda-tanda infeksi
o Akuisital
 Akuisital primer – tanpa didahului perforasi membran timpani
 Akuisital sekunder – dengan didahului perforasi membran
timpani
- OMSK maligna = tipe berbahaya, ditandai oleh koleastoma
- Tanda OMSK maligna:
o Perforasi marginal atau atik
o Abses atau fistel retroaurikuler atau jaringan granulasi di liang telinga
luar
o Terlihat Koleastoma pada telinga tengah

12
o Sekret berbentuk nanah dan berbau khas
- Patogenesis koleastoma
o Teori invaginasi – terjadi akibat proses invaginasi dari membran timpai
krn tekanan negatif dari telinga tengah yang disebabkan oleh gangguan
Tuba.
o Teori migrasi – migrasi epitel kulit dari liang telinga ke telinga tengah
o Teori metaplasi – akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena
iritasi infeksi yang berlangsung lama
o Teori implantasi – implantasi kulit yang terjadi secara iatrogenik
- Prinsip terapi OMSK
o Tipe aman: konservatif dan medikamentosa (tetes telinga yang berisi
antibiotik atau kortikosteroid)
o Tipe berbahaya: mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti
2. Rhinitis Alergi: cara menghindari alergen
Jawaban:
- Ganti kasur atau bantal kapuk dengan busa
- Sprei atau sarung bantal cuci dengan sarung hangat
- Memakai masker saat menyapu lantai atau membersihkan rumah
- Lantai langsung dipel, tidak disapu dulu
- Vgfr!]
- -0ppp-----Kasur dan bantal sering dijemur
- Menyiram halaman rumah untuk mengurangi debu beterbangan
- Tidak menumpuk atau membiarkan baju, koran, sampah menumpuk
3. Adenoid Hipertrofi:
a. Anamnesis
Jawaban:
- Sejak kapan?
- Pilek atau ngorok yang terjadi lebih dulu
- Pilek: hilang timbul/ terus menerus; kondisi yang memperberat; ingus yang
keluar encer/kental, berbau/tidak
- Ngorok: hilang timbul/terus menerus; kondisi yang memperberat
- Apakah sering mengalami ISPA
- Apakah sering bernafas lewat mulut?
- Apakah ada keluhan gangguan pada tenggorokan dan saluran nafas seperti
faringitis, bronkitis
- Apakah ada keluhan pada telinga? Keluar carian/tuli?
- Apakah ada gangguan tidur?
b. Pemeriksaan fisik
Jawaban:
- Rinoskopi anterior: tertahannya gerakan velum palatum mole pada waktu
fonasi
- Rinoskopi posterior: ada masa
- Pemeriksaan digital: meraba adenoid dengan meraba daerah nasofaring
- Rontgen: foto lateral kepala
c. Penanganan
Jawaban:
- Adenoidektomi dengan cara kuretase dengan adenotom.
Indikasi:
o Sumbatan:

13
 Gangguan bicara
 Gangguan menelan
 Gangguan bernafas karena sumbatan hidung  bernafas lewat
mulut
 Sleep apneu
 Kelainan bentuk wajah
o Infeksi:
 Adenoiditis berulang
 Otitis media efusi berulang
 Otitis media akut berulang
o Kecurigaan neoplasma jinak/ganas
4. Benda asing di esofagus (bakso):
a. Anamnesis
Jawaban:
- Kapan kejadiannya?
- Dimana merasakan benda mengganjal
- Ukuran, bentuk, jenis benda yang tertelan
- Apakah ada keluhan batuk (hilang timbul/terus menerus/tiba-tiba), sesak,
disfagia,demam, odinofagia, rasa tersumbat, rasa tercekik, perdarahan, suara
parau, serak.
- Apakah sudah dilakukan sesuatu untuk mengatasi sakitnya
- Sudah makan/minum?
- Muntah?
b. Pemeriksaan fisik
Jawaban:
- Kekakuan lokal pada leher
- Rhonki, wheezing, demam
c. Pemeriksaan penunjang
Jawaban:
- Foto cervical AP lateral (esofagus)
- Endoskopi (diagnostik dan terapi)
5. Tanda-tanda gangguan keseimbangan ringan
Jawaban:
- Nadi kecil dan cepat disertai kelemahan secara umum
- Jantung berdebar
- Keringat dingin, mual sampai muntah
- Konsentrasi menurun
6. Tumor sinonasal:
a. Anamnesis
Jawaban:
- Gejala nasal: obstruksi hidung unilateral, rinore, sekret bercampur darah,
epistaksis, deviasi hidung, ingus berbau karena jaringan nekrotik
- Gejala orbital: gangguan visus, poptosis atau penonjolan bola mata, diplopia.
- Gejala oral: ulkus di palatum, nyeri gigi, gigi geligi goyang
- Gejala fasial: penonjolan pipi, anestesia atau parestesia
- Gejala intrakranial: sakit kepala, oftalmoplegia, gangguan visus, lekuorea
(keluarnya cairan otak lewat hidung)
b. Pemeriksaan fisik
Jawaban:
- Wajah: asimetris/distorsi, poptosis,

14
- Cavum nasi dan nasofaring dengan RA dan RP, massa (permukaan, mudah
rapuh, berbenjol”)
c. Pemeriksaan penunjang
Jawaban:
- Rontgen sinus paranasal  untuk diagnosis awal  erosi tulang dan
perselubungan padat unilateral
- CT scan
- MRI
- Rontgen thoraks  metastase
7. Sinusitis (anak dengan batuk, pilek, demam)
a. Anamnesis
Jawaban:
- Sejak kapan?
- Batuknya: berdahak? Warna, konsistensi, banyaknya?
- Pilek: hidung tersumbat? Keluar ingus? Pada satu atau dua hidung?
- Nyeri pipi? Nyeri di belakang bola mata?
- Sebelumnya sempat sakit gigi?
- Sakit kepala/kepala berputar?
- Kronologi
- Hal-hal yang memperingan/memperberat?
- Gangguan pendengaran?
- Sudah berobat sebelumnya?
- Sebelumnya pernah seperti ini?
- Di keluarga?
- Punya riwayat alergi makanan, obat, atau debu?
b. Pemeriksaan fisik
Jawaban:
- Nyeri pada wajah
- Hidung: rinoskopi anterior, rinoskopi posterior, mukosa edema dan hiperemis,
pus di meatus medius atau meatus superior
- Tenggorokan: hiperemis, post nasal drip
c. Pemeriksaan penunjang
Jawaban:
- CT scan sinus atau foto polos
- Foto polos posisi waters, PA, lateral

8. Stadium Otitis Media


a. Stadium oklusi – sumbatan pada tuba eustachius, tekanan negatif, retraksi
membran timpani
b. Stadium hiperemis – pembuluh darah melebar
c. Stadium supurasi – edema, terbentuk eksudat purulent, membran timpani
bulging
d. Stadium perforasi – keluar nanah dari telinga tengah ke liang telinga luar.
e. Stadium resolusi
o MT utuh
o MT perforasi
 Kering
 Perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus  OMSK
- OMA berlanjut > 3 minggu = otitis media supuratif subakut
- OMA berlanjut lebih dari 2 bulan = OMSK

15
9. KNF
Gejala:
- Nasofaring:
o Epistaksis ringan
o Sumbatan hidung
- Telinga:
o Tinitus
o Rasa tidak nyaman sampai otalgia
- Saraf
o Diplopia
o Neuralgia trigeminal
o Sindrom jackson
o Sindrom unilateral
o Destruksi tulang tengkorak
Px:
- CT scan dan serologi
- Biopsi – diagnosis pasti
Tx:
- St I: radioterapi
- II & II : Kemoradiasi
- IV & N<6cm : Kemoradiasi
- IV & N>6cm : kemoterapi dosis penuh dan dilanjutkan kemoradiasi

1. Gambar abses peritonsil


2. Gambar kanker nasofaring
3. Gambar koleastoma, sebutin teorinya
4. Regurgitasi
5.Klasifikasi rhinitis akut menurut WHO
6. gangguan pendengaran konsultasi kemana aja?
...

16
“Kak Gus Adit soal”
DIVISI RHINOLOGI

Soal : jelaskan apa yang dievaluasi pada pemeriksaan rinoskopi anterior!

Jawaban: pada Rinoskopi anterior dilakukan evaluasi terhadap :


o Vestibulum nasi
o Kavum nasi bagian bawah (mukosa, konka inferior, lumen)
o Fenomena palatum molle
o Kavum nasi bagian atas (mukosa, konka media)
o Septum nasi

DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI

Soal : Pemeriksaan penunjang apa yang diperlukan dalam penegakan diagnosis rhinitis alergi
?

Jawaban :
- Uji kulit (uji gores, uji cukit, SET)
- Pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST atau ELISA
- Pemeriksaan sitologi hidung (pemeriksaan sekret hidung-eosinophil count)
- Rontgen Waters

DIVISI OTOLOGI

Soal : Gambar pemeriksaan otoskop, coba jelaskan bagaimana langkah-langkah pemeriksaan


dengan menggunakan otoskop?

Jawaban:
- posisi duduk
o penderita duduk di depan pemeriksa
o lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri penderita
o waktu memeriksa telinga yang kontralateral hanya posisi kepala
penderita yang dirubah, kaki dan lutut penderita dan pemeriksa tetap
pada posisi semula
- cara memegang telinga
o aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, dan V
pada panum mastoid
o aurikulum ditarik ke arah posterosuperior untuk meluruskan MAE
- cara memasukkan otoskop
o pilih spekulum telinga yang sesuai dengan besar lumen MAE
o nyalakan lampu otoskop
o masukkan spekulum telinga dengan lembut pada lumen MAE.

17
DIVISI AUDIOLOGI

Soal :
Seorang penderita pria dengan gangguan pendengaran dan didapatkan perforasi membran
timpani kanan lebih berat dari kiri. Ada 3 pertanyaan:
a.. Berdasarkan ilustrasi kasus bagaimanakah hasil tes tajam pendengaran yang meliputi test
berbisik, test Weber, Schwabach, Rinne, Batas atas dan batas bawah serta audiometriknya?

d. Berdasarkan tes tajam pendengaran berikut bagaimana hasilnya :


No Pemeriksaan Kanan Kiri
1 Suara bisik < 6m > 6m
Kesulitan
mendengar kata-
kata dengan nada
rendah (k, l, m, g),
bisa mendengar
kata dengan huruf
desis/ nada tinggi
(s, c, f)
2 Weber Lateralisasi ke
kanan
3 Schwabach Memanjang Memanjang
4 Rinne (-) (-)
5 Batas atas Normal Normal
Batas bawah naik Naik
6 Audiometrik (tuli AC > 26 db AC > 26 db
konduksi) BC ≤ 26 db BC ≤ 26 db
ABG > 10 db ABG > 10 db

e. Sebutkan macam-macam tes fungsi pendengaran!


Jawaban:
- Tes berbisik
- Tes Garputala (Rinne, Weber, Schwabach, batas atas, batas bawah)
- Tes audiometrik:
o Subjektif : audiometrik nada murni, tutur, atas ambang
o Objektif: timpanometri, BERA, OAE
Pada anak:
- BOA
- Play audiometry
- Timpanometry
- Audiometri nada murni
- OAE
f. Gangguan keseimbangan ada 2, yaitu sentral dan perifer
Pas osce kita ditanyak gangguan keseimbangan yang perifer saja.
Pada tabel ini menunjukkan perbedaannya seperti di bawah ini :

18
No Perbedaan Perifer Sentral
1 Onset Paroksimal (sesaat) Segera (menetap)
2 Durasi Menit - minggu Minggu-bulan
3 Gerak kepala (+) (-)
4 Saraf otonom (mual, muntah) (+) (-)
5 Tuli (+) (-)
6 Gangguan kesadaran (-) (+)
7 Nystagmus (+) (+)/(-) vertikal
8 Kelainan neurologis (-) (+)
9 Intensitas Ringan - berat Ringan
10 Hubungan dengan penyakit lain (-) (+)

Untuk 4 divisi di atas soalnya sama dengan yang di kisi-kisi, sedangkan untuk divisi Faring-
Laring, divisi Onkologi, dan divisi Bronko-Esofagologi soalnya sedikit diganti yang baruan.

DIVISI FARING LARING

Ada Gambar,
seorang usia dewasa mengeluh terdapat keluhan bengkak pada leher sebelah kanan mulai
6 bulan yang lalu, diperberat lagi pada saat menelan makanan dan menghirup bau bauan.
 melihat dari gambarnya dan dari konsultasi hehehe..ini mengarah ke parotitis (gondong
atau mumps).
Pertanyaan:
Anamnesis apa yang perlu ditambahkan?
Jawaban:  anamnesis yang perlu ditambahkan sesuai dengan gejala dari parotitis yang
belum disebutkan di atas,
Gejala- gejala parotitis :

1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong (parotitis) mengalami gejala: demam
(suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu
makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku
rahang (sulit membuka mulut).
2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali
dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami
pembengkakan.
3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan
kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi
pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

Cobak saya rangkum ne…

1. dari keluhan utama yaitu bengkak yang perlu ditanyakan:

a. bengkaknya sejak kapan?


b. Di mana awalnya bengkak?

19
c. Apakah pembengkakan diawali pada satu sisi dulu atau langsung kedua duanya
muncul?
d. Apa bengkaknya sempat mengempis?
e. Apakah terdapat pembengkakan selain di tempat yang dikeluhkan pertama tadi?
Kayana kalau da salah inget pasiennya kan pria jadi ditanyakan apakah ada
pembengkakan pada buah zakar atau testisnya jugak?
f. Jenis makanan yang memperberat gejala?
g. Jenis bau-bauan yang memperberat gejala?
h. Apa ada demam? Kalau ada demamnya berapa lama? Dapat diukur panasnya
berapa?
i. Apa ada keluhan lain seperti nyeri otot, sakit kepala, penurunan nafsu makan, atau
kaku pada rahang, serta nyeri pada saat menelan
j. Tanyakan riwayat kontak dengan penderita Gondong di rumah atau di tetangga
(soalnya penularan melalui kontak langsung bisa dari percikan ludah, bahan muntah,
mungkin dengan urin ).

Pemeriksaan fisiknya apa?


jadi pada penyakit parotitis diagnosisnya ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala
infeksi parotitis, dan adanya riwayat kontak dengan penderita penyakit yang sama
sebelumnya.
 pada pemeriksaan fisik yang perlu dilihat :
1. dari vital sign : Panas ringan sampai tinggi (38,5 – 39,5)°C, keadaan umumnya
bervariasi tergantung kondisi sistem imunnya dan masa inkubasi penyakitnya.
2. Keluhan nyeri didaerah parotis satu atau di kedua belah bagian tubuh dan
disertai pembesaran
3. Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa
malas untuk beraktivitas.
4. Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan mastoid).

Pemeriksaan penunjangnya apa?


 untuk pemeriksaan penunjangnya yang dapat dilakukan adalah dengan pemeriksaan
darah lengkap (WBC utamanya), UL, serta dengan pemeriksaan uji serologik untuk
membuktikan „ specific mumps Ab“ .
Pada pemeriksaan WBC didapatkan leucopenia dengan limfosiotsis relative, selain itu
didapatkan kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu
minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam dua minggu.
Diagnosis?
 parotitis
Penanganan awal bagaimana?

 Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama


penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas
dan nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya

kalau mau merujuk ke sub divisi mana?

 Sesuai soalne jadi kita rujuk ke bagian tht sub divisi faring-laring.

20
DIVISI BRONKO ESOFAGOLOGI

Bayi usia 9 bulan dibawa ke UGD oleh orang tuanya dengan keluhan sesak, gelisah, dan
batuk-batuk. Sebelumnya bayi makan dan tiba-tiba tersedak.
 Mari kita analisa soalnya...
anak kecil 9 bulan tersedak berarti kemungkinan ada sesuatu yang masuk ke saluran nafas
apalagi kejadiannya tiba tiba salah satu curiga masuk pada bronkus, dan juga bisa
kemungkinan ada aspirasi.
Kalau masuk bronkus klinisnya seperti ini : batuk mendadak hebat dan tiba tiba, sesak bisa
sampai cyanosis..itu salah satu tanda-tandanya.
Pertanyaan :
Anamnesis ?
 fokuskan untuk mengetahui kronologis dan menentukan kira2 lokasi sumbatannya.
- kejadian kapan? Berapa jam yang lalu selang dibawa ke rumah sakit?
- apa ada sesak? Kapan mulai sesak? Berapa lama?
- Dikasik makanan apa? Bagaimana awalnya bisa sesak? Apa sempat batuk
atau tersedak tiba-tiba?
- Apa ada muntah? Warna muntahan, isi apa aja kalau ada muntahan?
- Apa ada alergi makanan?debu dll?
- Sebelumnya pernah mengalami seperti ini?

Pemeriksaan fisik ?
Karena bayi mungkin belum bisa dievaluasi lebih jauh seperti orang dewasa. Coba inspeksi
dulu, atau kalau ada fasilitas yang memungkinkan dapat dilakukan laringoskopi direct. Akan
tetapi pada keadaan cito biasanya dilakukan bronkoskopi lalu bila diperlukan baru dilakukan
Thoracotomy.

Bagaimana menegakkan diagnosisnya ?


Pada intinya perlu bronkoskopi, kalau ada kecurigaan aspirasi dapat dilakukan fleksibel
endoskopi.
Bila sesak dirasakan sangat berat dilakukan tindakan emergency seperti intubasi.

DIVISI ONKOLOGI

Gambar: seorang penderita dengan keluhan tidak bisa mencium bau bauan dan
pembengkakan pada pipi sebelah kanan.
 Analisa awal kita ini mengarah ke ”tumor sinonasal” namun perlu digali lebih detail
pada anamnesisnya dan pemeriksaan fisik.
Pertanyaan:
Anamnesis apa yang perlu ditambahkan?
Pemeriksaan fisiknya apa?
Pemeriksaan penunjangnya apa?
Diagnosis?
Penanganan awal bagaimana?

21
Jawaban :
 Tumor sinonasal:
d. Anamnesis
Jawaban:
- Gejala nasal: obstruksi hidung unilateral, rinore, sekret bercampur darah,
epistaksis, deviasi hidung, ingus berbau karena jaringan nekrotik
- Gejala orbital: gangguan visus, poptosis atau penonjolan bola mata, diplopia.
- Gejala oral: ulkus di palatum, nyeri gigi, gigi geligi goyang
- Gejala fasial: penonjolan pipi, anestesia atau parestesia
- Gejala intrakranial: sakit kepala, oftalmoplegia, gangguan visus, lekuorea
(keluarnya cairan otak lewat hidung)
e. Pemeriksaan fisik
Jawaban:
- Wajah: asimetris/distorsi, poptosis,
- Cavum nasi dan nasofaring dengan RA dan RP, massa (permukaan, mudah
rapuh, berbenjol”)
f. Pemeriksaan penunjang
Jawaban:
- Rontgen sinus paranasal  untuk diagnosis awal  erosi tulang dan
perselubungan padat unilateral
- CT scan
- MRI
- Rontgen thoraks  metastase
g. dx : Tumor Sinonasal
h. Tindakan awal : rujuk ke bagian/SMF THT sub divisi Onkologi, kemudian segera
dilakukan pemeriksaan histopatologis untuk memastikan tipe tumor, sel sel yang
menyusun tumor seperti apa, dan dapat mengarahkan ke penanganan yang tepat.

Kisi kisi pertanyaan responsi

1. Patogenesis sinusitis jelaskan!


2. mukosa-mukosa yang saling berhadapan apa maksudnya, dan di mana letaknya?
mukosa dari sinus maksilaris, frontalis, dan etmoidalis anterior terus ini bermuara
di infundibulum etmoid.
3. sinusitis e.c dentogen dan rhinogen kuasai..kenapa dentogen bisa jadi sinusitis
4. kenapa yang paling sering kenak sinus maksilaris?
5. terapi sinusitis

osce angkatannya tini (ada 7 station @ 10 menit)


1. tumor tiroid, pemeriksaan lab thyroid dan penunjangnya
2. cara menghindari allergen debu rumah
3. laryngitis akut
4. OMSK (luas banget), stadium OMA, bedakan OMA OE OMSK
5. gejala gangguan keseimbangan ringan
6. Korpus alienum koin ax apa?pemeriksaan penunjang?penatalaksanaan?
7. epistaksis umur > 40 tahun curiga keganasan, penatalaksanaan bagaimana? Dan
cek labnya apa aja yang diperlukan?
Jawaban:

22
1. Tumor Jinak Thyroid
JENIS : COLLOID CYST, ADENOMA PAPILER, FOLIKULER.

• SERING DIJUMPAI (TERBANYAK : ADENOMA PAPILER)

• WANITA > LAKI-LAKI = 5 : 1

• 3% - 7% POPULASI MENUNJUKAN ADANYA NODUL TIROID YANG PALPABEL (5%


BERSIFAT MALIGNA).

• DIBAGI DALAM 3 KATAGORI


• NON TOKSIK : DIFUS DAN MULTI NODULER
• TOKSIK : MULTI NODULER, ADENOMA SOLITER DAN
DIFUS TOKSIK GOITER (GRAVES’ DISEASE)
• INFLAMASI : TIROIDITIS AKUT, SUBAKUT DAN KRONIK
HASHIMOTO`S DISEASE

Sedangkan kalau dicurigai ganas ini tanda-tandanya:


NODUL PADAT, KERAS, SOLITER
PARALISIS PITA SUARA HOMOLATERAL
TERDAPAT METASTASIS PADA TULANG, PARU, HATI
• Faktor predisposisinya : PADA USIA MUDA PERNAH MENDAPAT RADIASI ,
RIWAYAT KELUARGA DENGAN MALIGNANSI, Nodul tampak pada saat kehamilan.
• Penyakit dengan keganasan tiroid : PENYAKIT-PENYAKIT TIROID (GRAVE`S,
HASHIMOTO`Thyroiditis).
Pemeriksaan yang dilakukan jika ditemukan thyroid nodule:

Fungsional Assesment of thyroid nodule:

Sumber: Slide Teaching dr. I Md Tjekeg,Sp.THT-KL (K)

2. cara menghindari allergen debu rumah:


Definisi rhinitis alergi : Rinitis alergi adalah reaksi inflamasi mukosa hidung yang
diperantarai oleh IgE. Reaksi ini timbul akibat reaksi abnormal / hipersensifitas
23
mukosa hidung terhadap suatu alergen spesifik; yang mana pada orang normal tidak
akan menyebabkan reaksi apapun.

Patofisiologi RA :
Seseorang kemasukan [ oral, inhalasi ] atau disuntikkan benda asing / alergen, selang
beberapa lama akan mengadakan respon Imun dengan jalan membentuk zat anti atau
Imunoglobulin.
Imunoglobulin ini kemudian dapat bereaksi dengan alergen tersebut sehingga
menimbulkan imunitas [ kekebalan ] atau alergi [ hipersensitifitas ].
Akibat reaksi alergi ini terjadi degranulasi sel mastosit dan atau sel basofil sehingga
menge luarkan zat vasoaktif amin seperti : histamin, bradikinin, serotonin dll.
Efek histamin : dilatasi & peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler,
kontraksi otot polos, meningkatkan sekresi kelenjar mata, bronkhus, sal. Cerna.
Efek bradikinin : Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos, peningkatan
permeabilitas pembuluh darah kapiler, vasodepresan à tekanan darah
turun, meningkatkan sekresi kelenjar ludah dan keringat.

Untuk penatalaksanaan karena debu rumah termasuk salah satu tipe alergen yaitu
jenis inhalan jadi penatalaksanaan dengan:
1. menghindari kontak dengan alergen spesifiknya dengan rajin membersihkan
rumah, mengurangi tumpukan barang2 yang rawan menimbulkan tumpukan debu
seperti buku2 bekas, atau kardus2 sehingga benda-benda tersebut sebisa mungkin
harus dibuang untuk menghindari alergen debu rumah,
2. Medikamentosa
- antihistamin
- decongestan
- antihistamin+decongestan
- kortikosteroid
3. Imunoterapi.
4. Meningkatkan kondisi tubuh dengan : olahraga, makanan bergizi dan cukup
istirahat.

Spesifiknya seperti ini:


- Hindari kontak dengan debu.
- Ganti kasur atau bantal kapuk dengan busa.
- Sprei atau bantal cuci dengan air hangat.
- Memakai masker saat bersih-bersih.
- Lantai langsung dipel tidak usah disapu dulu.
- Menyiram halaman rumah.

5. gejala gangguan keseimbangan ringan : Nadi kecil dan cepat disertai kelemahan
secara umum, Jantung berdebar, Keringat dingin, mual sampai muntah,
Konsentrasi menurun.

Gejala gangguan keseimbangan berat : yaitu perasaan atau sensasi berputar


(vetere), serta bisa disertai dengan nistagmus.

6. pasien didiagnosis dengan korpus alienum koin.

24
Anamnesis yang diperlukan lagi :
1.tentukan onset kapan kejadian? Dari kejadian sampai dibawa ke rumah sakit
berapa lama?
2. kronologisnya gimana?
3.uang logam sebesar apa? Yang 100,500,1000?
4.sempat berusaha untuk dimuntahkan? Atau usaha mengambil degan tangan atau
sesuatu yang lain?(untuk mencari apakah terdapat perlukaan pada esofagus.
5.apa ada keluhan lain seperti sesak, batuk,tersedak, biru (cyanosis)

Pemeriksaan Penunjang apa yang dapat dilakukan?


1. Test Minum
2. Foto Esofagus (Cervical AP-Lateral).
3. Foto Thorax AP
Penatalaksanaan:
1. Dengan Esofagokoskopi  esofagoskopi bertujuan untuk melihat isi lumen esofagus,
keadaan dinding atau mukosa esofagus, serta bentuk lumen esofagus. Bisa juga
dilakukakan untuk mengambil bahan untuk pemeriksaan sitologi atau untuk biopsi
tumor. Jadi ada dua indikasi penggunaan esofagoskopi:
-Indikasi diagnostik 
1. evaluasi pasien post operasi esofagus di sini untuk menilai apakah masih terdapat
perdaraham, sumbernya di mana, mengevaluasi anatomi esofagus.
2. evaluasi keluhan pasien misal ada disfagia, odinofagia, rasa nyeri dada, panas
pada dada dan perdarahan yang menetap.
3.evaluasi perjalanan penyakit seperti esofagitis, luka bakar korosif, akalasia,
spasme difus esofagus, dan tumor esofagus.
-Indikasi terapi sebagai tindakan terapi pada dilatasi striktur esofagus,
mengeluarkan benda asing, untuk skleroterapi pada varises esofagus, koagulasi
diatermi, pemasangan prostesis esofagus, dan miotomi endoskopik.
2. kalau tidak bisa dengan esofagoskopi baru dilakukan tindakan operatif dengan
thoracotomy.

SOAL NO.3 LARINGITIS AKUT:


Peradangan akut pada laring kelanjutan dari rhinofaringitis ( common cold) pada anak-
anak, kalau yang pada anak bisa sampai menimbulkan sumbatan pada jalan nafasnya.
Gejala dan tanda umum: demam, malaise
Gejala dan tanda lokal seperti : suara parau sampai afoni, nyeri ketika menelan atau
berbicara, serta sumbatan laring.

Pemeriksaan fisik: mukosa hipereremis, bengkak di atas dan di bawah pita suara.

Terapi : istirahat bicara selama 2-3 minggu, menghirup udara lembab, menghindari
iritasi pada faring dan laring, menghindari merokok, makanan pedas, atau minum es.

SOAL NO 4. OMSK ( otitis media supuratif kronis)

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronik telinga tengah dengan
perforasi membran timpani, keluarnya sekret dari telinga tengah atau otorea dan disertai
gangguan pendengaran.

25
Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan otitis media akut yang tidak diterapi secara
adekuat. Beberapa faktor risiko yang dikaitkan dengan OMSK adalah terapi antibiotik
yang tidak adekuat, infeksi saluran nafas atas yang berulang, penyakit nasal, kondisi
hidup yang buruk, higienitas dan nutrisi yang kurang serta akses kepada terapi medikal
yang kurang.

OMSK dibagi dalam 2 tipe yaitu tipe aman dan tipe bahaya.
Tipe aman jarang menimbulkan komplikasi berbahaya. Nama lain dari tipe aman adalah
tipe tubotimpanik karena biasanya didahului dengan gangguan fungsi tuba yang
menyebabkan kelainan di kavum timpani, disebut juga tipe mukosa karena proses
peradangannya biasanya hanya di mukosa telinga tengah pada bagian anterior
infererior telinga tengah.

Tipe bahaya bisa menimbulkan komplikasi intrakranial dan ekstrakranial yang bisa
mengakibatkan kematian. Nama lain dari tipe bahaya adalah atiko antral karena biasanya
proses dimulai di daerah tersebut, disebut juga tipe tulang karena penyakit ini
menyebabkan erosi tulang.

SOAL NO 7. Epistaksis
Epistaksis penyebabnya multifaktorial, bisakarena faktor local ataupun karena
kelainan sistemik.
Bila ada pasien datang dgn epistaksis perhatikan keadaan umumnya nadi, pernafasan,
dan tekanan darahnya.
Bila ada kelainan lain tangani dulu, pasang infuse.
Bersihkan jalan nafas dari sisa darah dan bekuan darah pastikan tidak ada yang tersisa,
sambil kita evaluasi di mana sumber perdarahannya, sementara kita bisa pasang
tampon lidocain/pantocain 2% + adrenalin 1/5000 atau 1/10.000 untuk menghentikan
pendarahan dan menghentikan rasa nyeri.

SOAL TAMBAHAN: Pas angkatannya Gde Dedy Andika tentang GERD (Penyakit refluks
gastroesofagus)

Penegakan diagnosis:
1. anamnesis  TEMUKAN TANDA TANDA KHAS ATAU KLASIK,
PADA ORANG DEWASA
A. ADA SENSASI RASA PANAS DI DADA SETELAH MAKAN (RASA PANAS SUBSTERNAL
RASA TERBAKAR ATAU PANAS YANG MENJALAR KE ATAS SAMPAI KE TENGGOROKAN
ATAU MULUT 1-2 JAM SETELAH MAKAN), DAN
b. ADA REGURGITASI ISI LAMBUNG SECARA SPONTAN KE GASTER ATAU MULUT.

PADA BAYI DAN ANAK-ANAK BIASANYA PASIEN DATANG DENGAN KELUHAN: BATUK
KRONIS, SUARA SERAK, SERING MELUDAH, RASA TERCEKAT DI FARING, DISFAGIA,
OTITIS MEDIA REKUREN, BATUK BERULANG, APNEA, GANGGUAN PERTUMBUHAN.
KALAU PADA ANAK-ANAK YANG LEBIH BESAR SERING MENGELUH NYERI DADA, NYERI
EPIGASTER, NYERI PADA ABDOMINAL ATAU SUPRASTERNAL.

2. PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

26
FISIK LIHAT ESOFAGUS, LOWER ESOPHAGEAL SPINCHTERNYA
MODALITAS PENUNJANG DIAGNOSIS: TEST PERFUSI ASAM (BERNSTEIN), ENDOSKOPI
(ESOFAGOSKOPI DAN LARINGOSKOPI), BIOPSI ESOFAGUS, BARIUM ESOFAGOGRAM,
MONITORING pH LUMEN ESOFAGUS DAKLAM 24 JAM

3. PENATALAKSANAAN:
A. MODIFIKASI GAYA HIDUP  MENINGGIKAN KEPALA TEMPAT TIDUR, DIET RENDAH
LEMAK PROTEIN TINGGI, HINDARI COKLAT, TIDAK BOLEH MAKAN DALAM
RENTANGAN 2 JAM SBLM TIDUR, HINDARI MAKANAN YANG DAPAT
MENYEBABKAN IRITASI LAMBUNG, KURANGI ROKOK, HINDARI OBAT YANG
MEMPENGARUHI TEKANAN LES (LOWER ESOPHAGEAL SPINCHTER) EX: CCB,
TRANSQUILIZER, PROSTAGLANDIN, HINDARI OBAT OBATAN YANG MENYEBABKAN
KERUSAKAN ESOFAGUS SEPERTI POTASSIUM, SF, NSAID, ASPIRIN.
B. TERAPI FARMAKOLOGIS
1. CYTOPROTECTIVE : ANTASID DENGAN ASAM ALGINIK, DAN SUCRALFATE.
2. OBAT PRO-MOTILITAS ATAU PROKINETIK : METOCLOPRAMIDE, DAN CISAPRIDE.
3. H2 BLOCKER (CIMETIDINE, RANITIDINE, FAMOTIDINE, NIZATIDINE) DAN PPI
(OMEPRAZOLE DAN LANZOPRAZOLE).

C. TERAPI BEDAH ANTIREFLUKS


DENGAN NISSEN FUNDOPLICATION, HELL GASTROPEXY, BELSEY MERK IV.

27

Anda mungkin juga menyukai