Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

NAMA : UMMI HANI


NIM : A1B119321
MATA KULIAH : KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN
NEONATAL
DOSEN : HASWINRASARI, S.ST., M.Keb

1. Ny. N adalah seorang wanita hamil yang berusia 39 thn dengan G6P5A0. Ia tinggal
bersama suami, mertua dan kelima anak laki-lakinya di sebuah desa terpencil. Butuh 3
hari berjalan kaki untuk sampai di desanya. Ny. N tidak pernah sekolah. Setiap
harinya ia bekerja sebagai IRT dan membantu suaminya bekerja di sawah sebagai
buruh tani. Mereka sangat miskin. Kedudukan pria di desa Ny. N lebih tinggi dari
perempuan dan lebih berhak atas pangan yang lebih baik dibanding perempuan
sehingga Ny. N anemia dan kekurangan gizi. Di akhir kehamilan, ia menderita
perdarahan karena plasenta previa. Karena tidak ada bidan di desanya, ia dibawa ke
Puskesmas Kecamatan. Namun, pertolongan yang didapatnya tidak maksimal karena
fasilitas tidak memadai. Sementara untuk di rujuk ke RS butuh waktu 6 jam.
Akibatnya kondisi Ny. N terus memburuk dan akhirnyameninggal.

Pertanyaan
a. Identifikasi dan Analisis penyebab Kematian Ny. N ?
 Kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan dan tanda bahaya
kehamilan, persalinan dan nifas
 Usia ibu lebih dari 35 thn
 Paritas ibu lebih dari 4
 Sosial ekonomi
 Sosial budaya
 Kurangnya fasilitas kesehatan didesa tersebut
b. Apa yang seharusnya dilakukan untuk penanganan kasus diatas?
 Sebagai fasilitas kesehatan yang menaungi desa tersebut sebaiknya
melakukan penyuluhan terkait perawatan dan pengenalan tanda bahaya
pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas srta bayi baru lahir
 Sebagai faskes yang menaungi desa tersebut sebaiknya mengadakan
posyandu ibu hamil setidaknya 1x dalam sebulan di desa tersebut
 Melakukan sweeping ibu hamil
 Apabila tidak tersedia fasilitas kesehatan didaerah tersebut sebaiknya
pemerintah menyediakan rumah tunggu kelahiran didaerah yang tersedia
fasilitas kesehatan
 Pengobatan plasenta previa bertujuan untuk mencegah perdarahan.
Penanganan yang akan diberikan oleh dokter tergantung kepada kondisi
kesehatan ibu dan janin, usia kandungan, posisi ari-ari, dan tingkat
keparahan perdarahan. Pada ibu hamil yang tidak mengalami perdarahan
atau hanya mengalami perdarahan ringan, biasanya dokter akan
memperbolehkan ibu hamil melakukan perawatan secara mandiri di
rumah, yang berupa: Banyak berbaring, Menghindari olahraga,
Menghindari hubungan intim. Meskipun tidak membutuhkan perawatan di
rumah sakit, pasien tetap harus waspada dan segera mencari pertolongan
medis apabila perdarahan memburuk atau tidak berhenti. Bila ibu hamil
mengalami perdarahan hebat apalagi berulang, dokter kandungan akan
menyarankan agar bayi dilahirkan secepatnya melalui operasi caesar.
Namun jika usia kandungannya kurang dari 36 minggu, ibu hamil akan
diberikan suntikan obat kortikosteroid terlebih dahulu untuk mempercepat
pematangan paru-paru janin. Bila perlu, ibu hamil juga akan diberikan
transfusi darah untuk mengganti darah yang hilang. Ibu hamil yang
mengalami plasenta previa sebenarnya masih dapat melahirkan normal,
asalkan letak plasenta tidak menutupi jalan lahir atau hanya menutupi
sebagian. Tetapi jika plasenta menutupi seluruh jalan lahir, dokter akan
menyarankan operasi caesar.

2. Seorang ibu hamil berusia 28 th G1 P0 A0 hamil 34 minggu dari hasil USG diketahui
NY. Teti sedang hamil kembar. datang ke BPS diantar oleh keluarganya, dengan tidak
sadar, saat di rumah Ny. teti mengalami kejang-kejang dan akhirnya keluarganya
membawanya kepuskesmas. Hasil pemeriksaan di lakukan oleh bidan di dapatkan TD
160/110 mmHg, nadi 100 x/m, pernafasan 16 x/m, DJJ irregular, TFU 3 jari di bawah
PX dan oedema pada wajah, tangan dan kaki.
Pertanyaan
a. Identifikasi dan Analisis penyebab Kasus diatas ?
 Gemeli (kehamilan kembar)

b. Apa yang seharusnya dilakukan untuk penanganan kasus diatas?


Mengingat terbatasnya fasilitas yang tersedia di BPS maupun dipuskesmas, secara
prinsip pasien dengan PEB dan eklampsia harus sirujuk ke tempat pelayanan
kesehatan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Persiapan yangperlu dilakukan
dalam merujuk pasien PEB atau eklampsia adalah sebagaiberikut :
 Pada pasien PEB/eklampsia sebelum berangkat, pasang infuse RD5,
berikan SM 20% 4 IV pelan-pelan selama 5 menit, bila timbul kejang
ulangan berikan injeksi diazepam 10 mg IV secara pelan-pelan selama 2
menit, bila timbul kejang ulangan, ulangi dosis yang sama.
 Untuk pasien dengan eklampsia diberikan dosis rumatan setelah initialdose
diatas dengan cara: injeksi SM 40% masing-masng 5 g IM.
 Pasang oksigen dengan kanul nasal atau sungkup.
 Menyiapkan surat rujukan berisi riwayat penyakit dan obat-oat yang sudah
diberikan.
  Menyiapkan partus kit dan sudip lidah.
 Menyiapkan obat-obatan: injeksi SM 20%, injeksi diazepam, cairan infuse,
dan tabung oksigen.
 Antacid untuk menetralisirkan asam lambung sehingga bila mendadak
kejang dapat mencegah terjadinya aspirasi isi lambung yang sangat asam.

3. Ny.M (45 tahun) datang ke RSIA bersama suaminya dengan membawa surat rujukan
dari bidan. Tertulis disurat status obstetri G3P2A0 UK 37 mg dengan susp.solusio
plasenta. Saat wawancara, klien mengeluh mengalami perdarahan melalui vagina
berwarna kehitaman sejak tadi malam, disertai nyeri dan kram pada perut yang terus
menerus serta janin bergerak aktif. Klien berfikir akan segera melahirkan dan datang
ke bidan dekat rumah keesokan paginya, tapi klien justru dirujuk ke RS. Klien
menceritakan selama kehamilan ini baru memeriksakan kehamilannya sekali, yaitu
pada saat dinyatakan (+) hamil 12 mg oleh bidan. Setelah itu tidak pernah lagi
memeriksakan kehamilan karena ini bukan kehamilan yang pertama. Selama
pemeriksaan fisik perawat mencatat TTV sebagai berikut : TD=80/55 mmHg,
N=110x/Mnt, P= 28x/Mnt, S= 36, uterus keras , tegang, seperti papan, nyeri tekan
(+), TFU=36 cm, His (-), DJJ dan palpasi janin sulit. Klien terlihat pucat, lemah,
tampak kesakitan, kulit teraba dingin, konjungtiva anemis, pembalut penuh dengan
darah berwarna kehitaman. Klien kemudian melakukan pemeriksaan USG dan terlihat
solusio plasenta partialis dengan hematoma, DJJ 82x/Mnt, aktifitas janin lemah,
perdarahan aktif (+)
Pertanyaan
a. Identifikasi dan Analisis penyebab kasus diatas ?
 Hamil pada usia diatas 35 tahun
 Tidak melakukan ANC secara rutin
b. Apa yang seharusnya dilakukan untuk penanganan kasus diatas?
Pemeriksaan pada terjadinya solusio plasenta dilakukan oleh dokter spesialis
kandungan. Dokter akan melakukan anamnesis melalui pemeriksaan fisik ibu dan
janin, meliputi pemeriksaan kondisi abdomen, posisi janin, dan mendeteksi detak
jantung janin. Dokter juga menanyakan adanya riwayat solusio plasenta sebelumnya
atau pemicu solusio plasenta lainnya seperti hipertensi, hamil tua, riwayat pembekuan
darah, dan lain-lain. Untuk melihat kondisi janin dan sejauh mana pelepasan plasenta,
dokter akan melakukan USG. USG ini akan memancarkan gelombagn suara yang
dapat dipantulkan dan hasilnya terekam di monitor. Jenis pemeriksana ini dapat
membantu memastikan diagnosis dan mencegah gawat janin secara dini.
Bila dicurigai terjadi solusio plasenta, ibu hamil harus mendapatkan
penanganan sesegera mungkin untuk mencegah penurunan kesadaran. Apabila janin
telah meninggal sebelum usia kehamilan 34 minggu, maka akan dilakukan amniotomi
dengan infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.
Risiko dapat semakin berat apabila terjadi solusio plasenta di usia kehamilan
lebih dari 34 minggu. Dokter perlu melakukan transfusi darah untuk mencegah syok
pada ibu. Sebagai solusi terbaiknya, dokter akan melakukan operasi caesar untuk
mengeluarkan bayi sesegera mungkin.
Persalinan harus dilakukan sesegera mungkin dalam kurun waktu 6 jam saat
terjadinya solusio plasenta. Apabila pendarahan masih berlanjut selama operasi
caesar, maka tindakan histerektomi harus segera dilakukan.

4. Ny. A umur 23 tahun datang ke BPM hamil pertama kali mengeluh mengeluarkan
darah flek-flek dari jalan lahir sejak 2 hari yang lalu. Ny. A mengatakan sempat
terpeleset dikamar mandi. Hasil pemeriksaan, TFU 3 jari atas symphisis. Inspekulo
keluar darah dari OUE tidak ada pembukaan.
Pertanyaan
a. Identifikasi dan Analisis penyebab pada kasus diatas?
 Trauma perut akibat jatuh
b. Apa yang seharusnya dilakukan untuk penanganan kasus diatas?
Berikut adalah beberapa hal yang mungkin disarankan ketika Anda mengalami
abortus imminens:
 Bed rest atau istirahat total. Pada dasarnya cara ini tidak dapat mencegah
keguguran, tapi paling tidak dapat membantu Anda menurunkan stres
dengan tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga.
 Tidak menggunakan tampon atau memasukkan apapun ke vagina.
Hubungan seksual juga sebaiknya dihindari hingga paling tidak gejala
telah hilang selama lebih dari satu minggu.
 Dokter mungkin akan meresepkan suplemen progesteron. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa suplemen ini dapat membantu mencegah
keguguran.

5. Ny. S umur 40 tahun datang ke BPM. NY. S hamil anak ke tiga, umur kehamilan 3
bulan, perdarahan sedikit, mengeluh mual,muntah,4-5 kali sehari. Hasil pemeriksaan
TD 140/90 mmHg, TFU 3 jari di bawah pusat, ballotemen (-), DJJ (-)
Pertanyaan
a. Identifikasi dan Analisis penyebab pada kasus diatas?
Usia ibu lebih dari 35 tahun
b. Apa yang seharusnya dilakukan untuk penanganan kasus diatas?
Pada beberapa kasus mola hidatidosa, rahim dapat berkontraksi dengan
sendirinya dan keguguran secara alami dapat terjadi. Tapi baik keguguran terjadi
dengan sendirinya atau tidak, tetap harus dilakukan tindakan untuk membersihkan
rahim dari sisa mola, jika tidak dilakukan pembersihan maka ditakutkan mola
akan berkembang dan membahayakan ibu.
Berikut adalah dua cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hamil anggur
atau untuk membersihkan sisa mola hidatidosa:
 Kuretase, prosedur penggunaan kuret untuk membersihkan rahim.
 Histerektomi, prosedur pengangkatan rahim. Cara ini hanya bisa dilakukan
pada wanita yang tidak berencana untuk hamil kembali.
Sebelum melakukan penanganan di atas, sebelumnya akan dilakukan
pemeriksaan lebih dulu untuk memastikan kondisi ibu siap untuk dilakukan
tindakan. Jika kondisi sedang menurun akibat dari gejala mola hidatidosa, maka
akan dibantu melalui terapi obat-obatan agar kondisi dapat membaik dan prosedur
penanganan mola hidatidosa bisa dilakukan dengan aman.
Setelah dilakukan penanganan mola hidatidosa, pasien harus terus melakukan
pemeriksaan berkala selama paling tidak setahun untuk memastikan tidak adanya
sisa jaringan mola yang tersisa dan berkembang dalam rahim. Jika pasien
berencana untuk hamil kembali maka harus menunggu satu tahun untuk
menghindari kehamilan yang berisiko.

Anda mungkin juga menyukai