Anda di halaman 1dari 66

Study Kasus Pemberian Susu Pada Lansia Dengan

Insomnia Di Panti Griya AsihKecamatan Lawang


Kabupaten Malang

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:
Nur Rodin Faridoh
17220174064

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDY D-III KEPERAWATAN LAWANG 2019
ii

Study Kasus Pemberian Susu Pada Lansia Dengan Insomnia Di


Panti Griya Asih Kecamatan Lawang Kabupaten Malang

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persayaratan menyelesaikan
program pendidikan Diploma III Keperawatan di Program Studi Keperawatan
Lawang Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

NUR RODIN FARIDOH


NIM. 17220174064

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII
KEPERAWATAN LAWANG
2018/2019
iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nur Rodin Faridoh

NIM : 17220174064

Program Studi : D III Keperawatan Lawang Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Menyatakan dengan sebenar benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran
saya sendiri. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikanKarya Tulis
Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Malang, 5 November 2019

Yang membuat pernyataan

Nur Rodin Faridoh

NIM. 17220174064

Mengetahui,

Pembimbing

Marsaid, S.Kep, Ns, M.Kep

NIP. 197012301997031002
iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah : STUDI KASUS PEMBERIAN SUSU PADA LANSIA

DENGAN INSOMNIA DI PANTI GRIYA ASIH

KECAMATAN LAWANG KABUPATEN

MALANG

Nama : NUR RODIN FARIDOH

NIM : 17220174064

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disahkan dan Disetujui Untuk Diujikan.

Malang, 5 November 2019

Pembimbing I

Marsaid, S.Kep, Ns, M.Kep

NIP. 197012301997031002
v

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul ”Study Kasus Pemberian Susu Pada Lansia

Dengan Insomnia Di Panti Griya Asih Kecamatan Lawang Kabupaten

Malang, oleh Nur Rodin Faridoh NIM. 17220174064 telah di pertahankan di

depan dewan penguji.

Pada tanggal:

Dewan Penguji

Penguji Utama Penguji Anggota

Lucia Retnowati, SST,M.Kes Marsaid, S.Kep, Ns, M.Kep

NIP. 196804241988032001 NIP. 197012301997031002

Mengetahui,

Ketua Progam Studi

D III & Str Keperawatan Lawang

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

BUDIONO, Skp, Mkes

NIP. 196907122002121001
vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannyaKarya Tulis Ilmiah dengan judul

“Study Kasus Pemberian Susu Pada Lansia Dengan Insomnia Di Panti Griya Asih

Kabupaten Malang” sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan program

pendidikan Diploma III Keperawatan Lawang Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Malang. Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan

kepada yang terhormat :

1. Kedua orang tua, yang selalu memberikan semangat dan doa dalam

menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah memberikan

sarana dan prasarana kemudahan dalam penyusunanKarya Tulis Ilmiah ini.

3. Ketua Jurusan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah

memberikan pengarahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ketua Program studi D-III Keperawatan Lawang Politeknik Kesehatan

Kemenkes Malang yang telah memberikan ijin penelitian dalam Karya

Tulis Ilmiah ini.

5. Kepala Panti Griya Asih yang telah memberikan kesempatan

melaksanakan penelitian di Panti Griya Asih Kabupaten Malang.

6. Marsaid, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan bagi penulis dalam

penyusunanKarya Tulis Ilmiah ini.


vii

7. Subjek penelitian yang telah bersedia untuk menjadi responden dalam

penyusunanKarya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman seangkatan dan semua pihak yang selalu memberikan

dukungan selama proses penyusunanKarya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas amal yang

telahdiberikan dan semogaKarya Tulis Ilmiah ini berguna bagi diri kami sendiri

maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Malang, 5 November 2019

Nur Rodin Faridoh


viii

ABSTRAK
Gambaran kualitas tidur pada lansia yang mengalami insomnia sesudah minum
susu diPanti Griya Asih Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Karya Tulis
Study Kasus. Program Study Keperawatan Lawang. Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Malang. Pembimbing Marsaid, S.Kep, Ns, M.Kep, Penguji
Lucia Retnowati, SST, M.Kes
Kata kunci: Kualitas Tidur, Lansia, Insomnia, Minum Susu
Salah satu permasalahan yang sering dialami oleh lansia adalah gangguan tidur
yaitu insomnia, dalam hubungan antara penuaan fisik dan psikologis, upaya
mengatasi insomnia dapat dilakukan dengan minum susu sebelum tidur, karena
susu mengandung asam amino triptofan. Jumlah sarotin yang terbentuk dalam
hormon melatonin juga mengikat apabila triptofan bertambah sehingga akan
menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila pembentuknya terhambat, maka
terjadi keadaan tidak bisa tidur. Tujuan dari study kasus untuk mengetahui
kualitas tidur pada lansia yang mengalami insomnia setelah mengonsumsi susu di
Panti Griya Asih Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Metode penelitian
menggunakan rencana Study Kasus Deskriptif dengan memberikan intervensi
minum susu sebelum tidur selama 6 hari kemudian kualitas tidur dicatat dilembar
observasi melalui metode wawancara dan observasi. Subjek study kasus ini adalah
Ny. L berusia 76 tahun danNy. M berusia 71 tahun yang mengalami insomnia dan
telah minum susu selama 6 hari. Hasil penelitian menunjukan kualitas tidur Ny. L
dan Ny. M mengalami peningkatan setelah minum susu sebelum tidur.
ix

ABSTRACT
The description of the quality of sleep in the elderly who experience insomnia
after drinking milk at Griya Asih Orphanage, Lawang District, Malang Regency.
Case Study Papers.Lawang Nursing Study Program.Malang Health Polytechnic
Nursing Department. Advisor Marsaid, S.Kep, Ns, M.Kep, Examiner Lucia
Retnowati, SST, M.Kes
Keywords: Sleep Quality, Elderly, Insomnia, Drinking Milk
One problem that is often experienced by the elderly is sleep disturbance, namely
insomnia, in the relationship between physical and psychological aging, efforts to
overcome insomnia can be done by drinking milk before going to sleep, because
milk contains the amino acid tryptophan. The amount of sarotin formed in the
hormone melatonin also binds when tryptophan increases so it will cause
sleepiness. If the forming is inhibited, then the situation can not sleep. The
purpose of this case study is to find out the quality of sleep in the elderly who
experience insomnia after consuming milk at the Griya Asih Orphanage, Lawang
District, Malang Regency. The research method uses a descriptive case study plan
by giving interventions to drink milk before going to sleep for 6 days then the
quality of sleep is recorded on the observation sheet through the interview and
observation methods. The subjects of this case study were 76-year-old Ny. L and
71-year-old Ny.M who had insomnia and had been drinking milk for 6 days. The
results showed the sleep quality of Ny L and Ny M had improved after drinking
milk before going to sleep.
x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................iii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................iv

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................v

KATA PENGANTAR ..........................................................................................vi

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia ..................................................................................6

2.1.1 Pengertian Lanjut Usia..........................................................6

2.1.2 Batasan-Batasan Usia Lanju ................................................7

2.1.3 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia .................7

2.1.4 Tidur Pada Lansia ................................................................8

2.2 Konsep Tidur ...................................................................................9

2.2.1 Pengertian Tidur ...................................................................9

2.2.2 Macan-Macam Tidur ............................................................10

2.2.3 Manfaat Tidur ......................................................................11


xi

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur ...........................11

2.2.5 Kebutuhan Tidur ..................................................................13

2.2.6 Kualitas Tidur ......................................................................13

2.2.7 Faktor-Fkator Yng Mempersulit Tidur ................................14

2.2.7 Gangguan Tidur ...................................................................14

2.3 Susu ..................................................................................................16

2.3.1 Pengertian Susu ....................................................................16

2.3.2 Jenis-Jenis Susu ...................................................................16

2.3.3 Proses Pengolahan Susu .......................................................19

2.3.4 Komposisi Susu ...................................................................20

2.3.5 Manfaat Susu .......................................................................21

2.4 Kerangka Konsep .............................................................................23

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ..............................................................................25

3.2 Subjek Penelitian ..............................................................................25

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................26

3.4 Instrumen Penelitian .........................................................................26

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................27

3.6 Pengolahan Data ...............................................................................28

3.7 Analisa Data .....................................................................................28

3.8 Etika Penelitian ................................................................................29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................31

4.1.1 Gambaran Umum ..........................................................................31

4.2 Pembahasan Hasil Study Kasus .......................................................35


xii

BAB V PENUTUP ...............................................................................................39

5.1 Kesimpulan .......................................................................................39

5.2 Saran .................................................................................................39

5.2.1 Saran Bagi Institusi .......................................................................39

5.2.2 Saran Bagi Responden ..................................................................39

5.2.3 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ....................................................40

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................41

LAMPIRAN .........................................................................................................42
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Survei Pendahuluan..................................................................42

Lampiran 2 SOP Pemberian Susu Per Oral...........................................................43

Lampiran 3 Informasi Penelitian ..........................................................................45

Lampiran 4 Permohonan Menjadi Responden......................................................46

Lampiran 5 Informent Concent.............................................................................47

Lampiran 6 Lembar Penelitian Panti.....................................................................49

Lampiran 7 Lembar Kuisioner..............................................................................50

Lampiran 8 Lembar Kosultasi ..............................................................................57


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO seseorang disebut lanjut usia

(elderly) jika berumur 60-74 tahun. Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti

akan di alami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, dan tidak bisa

dihindari oleh siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat

kejadiannya. Menua (menjadi tua:aging) adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahan-lahan kemampuan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri

dan mempertahankan struktur dan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita(Ranah, dalam

Iskandar: 2017).

Proses penuaan pada lansia secara fisiologis akan merubah konsekuensi

terhadap perubahan dan gangguan pada sistem kardiovaskuler, diantaranya adalah

penyakit hipertensi. Dari banyak penelitian epidemiologi diketahui bahwa dengan

bertambahnya usia, maka tekanan darah semakin meningkat(Yulianto, Sari, &

Lestari, 2013).

Semakin meningkatnya umur lansia maka permasalahan yang dihadapi

juga semakain banyak, berupa perubuahan fisik seperti penurunan fungsi sel,

sistem pendengaran, sistem pengelihatan, sistem pengaturan temperatur (suhu

tubuh), sistem respirasi, sistem gastroentrestinal, sistem endokrin, sistem kulit

serta sistem muskulosletal. Adapun yang sering dialami lansia berupa

terganggunya kualitas tidur perubahan pola makan, kekurangan olahraga dan stres
2

yang sehingga berdampak pada berbagai penyakit yang dialami lansia seperti

hipertensi. Kualitas tidur lansia yang buruk akan berpengaruh besar terhadap

kenaikan tekanan darah sehingga lansia bisa mengalami hipertensi sebagai pemicu

timbulnya berbagai penyakit (Widayastuti, 2015).

Lansia membutuhkan kualitas tidur yang baik untuk meningkatkan

kesehatan dan memulihkan kondisi tubuh agar tetap sehat. Kualitas tidur yang

buruk dapat menyebabkan gangguan-gangguan antara lain, seperti kecenderungan

lebih rentan terhadap penyakit hipertensi, pelupa, konfusi, disorientasi, serta

menurunya kemampuan berkonsentrasi dan membuat keputusan. Selain itu

kemandirian lansia juga berkurang yang ditandai dengan menurunya partisipasi

dalam aktivitas harian (Darmojo, 2009). Hal ini tentu berdampak buruk terhadap

kualitas hidup lansia, oleh karena itu masalah kualitas tidur pada lansia harus

segera ditangani. Kualitas tidur yang baik pada lansia bukan hanya keadaan penuh

ketenangan tetapi lebih memperhatikan proses siklus tidur yang dialami lansia.

Tidur mempunyai ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang

bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologi, dan terjadi penurunan respons

terhadap rangsangan dari luar. Faktor yang dapat mempengaruhi penurunan

kualitas tidur pada lansia seperti penyakit, stres, obat, nutrisi, lingkungan,

motivasi dan juga aktivitas (Rahmadani, 2012).

Diseluruh dunia saat ini jumlah lansia diperkirakan lebih dari 629 juta. Di

kota Malang, berdasarkan data jumlah tahun 2003 jumlah lansia sebanyak 57,838

jiwa atau 7,4% dari jumlah penduduk. Jumlah itu terus bertambah seiring dengan

peningkatan pelayanan kesehatan.Sedangkan jumlah penduduk hingga 2008

sebesar 816.637 jiwa. Sedangkan populasi lansia di kota Malang menurut sensus
3

2010 sebesar 8,5% dari jumlah penduduk (mediacenter.malangkota.go.id diakses

tanggal 13 September 2019 pukul 21.00). Hasil survey pendahuluan yang

dilakukan peneliti di Panti Griya Asih Lawang pada 12 September ditemukan

bahwa pada tahun 2019 ada sebanyak 22 orang lansia yang berada di Panti Griya

Asih Lawang dan lansia yang mengalami insomnia sebanyak 5 orang atau 1,1%

Dampak insomnia pada lansia dapat mengakibatkan perubahan pada

kehidupan sosial, psikologi dan fisik. Selain itu juga akan berdampak pada

ekonomi dimana hilangnya produktivitas serta biaya pengobatan pada pelayanan

kesehatan. Insomnia dapat meningkatkan risiko penyakit generatif seperti

hipertensi dan jantung, depresi dan stress juga merupakan manifestasi dari

insomnia pada lansia (Ghaddafi, 2010). Selain itu insomnia meningkatkan resiko

jatuh pada lansia (Helbig, et al., 2013).

Insomnia merupakan gejala yang dapat mengganggu aktivitas dan

produktifitas lansia. Oleh karena itu, lansia harus mendapatkan terapi yang sesuai.

Terapi pada penderita insomnia dapat berupa farmakologi atau non-farmakologi.

Dari penelitian yang dilakukan, terapi non-farmakologi menjadi pilihan karena

biaya lebih murah dan lebih efektif dibandingkan dengan terapi farmakologi,

dimana terapi farmakologi dapat menimbulkan efek samping seperti penggunaan

obat benzodiazepine yang dapat menimbulkan efek samping merasa pusing,

hipotensi dan distress respirasi serta memungkinkan kekambuhan setelah

penghentian obat (Ghaddafi, 2010). Terapi non-farmakologi memiliki kelebihan

dibandingkan terapi farmakologi yang tidak menimbulkan ketergantungan dan

efek samping. Seperti dalam penelitian Al Azis (2016). Untuk mengatasi hal
4

tersebut, anjurkan untuk mengomsumsi makanan tinggi protein seperti susu.

(Asmadi,2008: 128).

Berdasarkan penelitian pada lansia yang dilakukan oleh Harliani pada 04

April tahun 2013 di Makasar menunjukan bahwa lansia yang minum susu

memiliki kualitas tidur yang baik atau mengalami peningkatan kualitas tidur.

Susu diketahui mendatangkan banyak manfaat untuk optimalisasi produk

melatonin. Melatonin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pineal pada

malam hari. Kehadiran melatonin akan membuat kita merasa mengantuk dan

kemudian tubuh bisa beristirahat dengan baik. Susu mengandung banyak asam

amino triptofan yang merupakan salah satu bahan dasar melatonin. Sehingga

dianjurkan untuk meminum susu sebelum tidur, agar tubuh dapat beristirahat

dengan baik (USU,2012).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pengaruh

Pemberian Susu Pada Lansia Yang Mengalami Insomnia di Panti Griya

Asih Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian susu pada lansia yang mangalami

insomnia di Panti Griya Asih Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.


5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengembangan bidang keperawatan melalui Pemberian Susu Pada Lansia

Insomnia.

1.4.2 Bagi Peneliti

Sebagai pedoman dalam memberikan Susu Pada Lansia Insomnia dan

sebagai aplikasi dalam penelitian.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Sebagai sarana untuk memperoleh pelayanan non farmakologi yang lebih

efektif dalam meningkatakan kualitas tidur pada lansia yang mengalami

insomnia.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Pengertian Lanjut Usia

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki dan mempertahankan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita (Nugroho, 2000). Proses menua adalah proses sepanjang hidup, yang

dimulai sejak permulaan kehidupan, sehingga merupakan proses alamiah yang

berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua

(Nugroho, 2008).

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), usia lanjut meliputi: usia

pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun, usia lanjut

(erderly) antara 60 sampai 74 tahun, usia tua (old) antata 75 sampai 90 tahun dan

usia sangat tua (veryold) di atas 90 tahun (Nugroho, 2008). Sedangkan menurut

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 yang termuat dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2,

yang disebut usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke

atas, baik pria maupun wanita (Nugroho, 2008)(Tobergte & Curtis, 2013).
7

2.1.2 Batasan-batasan usia lanjut

Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut

World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun.

2.1.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lansia

2.1.3.1 Perubahan Fisik

a. Perubahan Fisik

Perubahan sel dan ektrasel pada lansia yang mengakibatkan penurunan

tampilan dan fungsi fisik. Kulit menjadi tipis dan keriput, masssa tubuh

berkurang dan massa lemak bertambah.

b. Perubahan Kardiovaskuler

Perubahan struktur jantung dan sistem vaskuler mengakibatkan penurunan

kemampuan untuk berfungsi secara efisien. Timbunan kalsium dan lemak

berkumpul di dalam dinding arteri, vena menjadi sangat berkelok-kelok

c. Perubahan Sistem pernafasan.

Perubahan sistem pernafasan yang berhubungan dengan usia yang

mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi peningkatan diameter

arteriposterior dada.
8

d. Perubahan Integumen

Bertambahnya usia mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit, dimana

epidermis dan dermis menjadi lebih tipis, jumlah saraf elastic berkurang.

e. Perubahan Sistem Reproduksi

Saat monopause produksi esterogen dan progesteron oleh ovarium

menurun. Pada wanita terjadi penipisan dinding vagian dengan mengecil

ukuran dan hilangnya elastisitas.

f. Perubahan Sistem Persarafan

Pada lansia terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem saraf. Massa otot

berkurang secara progresif akiabat dari berkurangnya sel saraf yang rusak

dan tidak dapat diganti.

g. Perubahan Sensorik

Kehilangan sensorik akibat penurunan mengenai organ sensorik

pengelihatan, perdengaran, pengecap, peraba, serta dapat mengancam

interkasi dan komunikasi dengan lingkungan.

2.1.4 Tidur Pada Lansia

Sebagian besar lanisa beresiko mengalami gangguan tidur akibat beberapa

faktor. Proses patologis terkait usia dapat menyebabkan perubahan pola tidur.

Gangguan tidur menyerang 50% orang yang tinggal dirumah. Perubahan pola

tidur lansia disebebkan perubahan pola sistem neurologis yang secara fisiologis

akan mengalami penurunan jumlah dan ukuran neuron pada sistem syaraf pusat.

Lansia yang mengalami perubahan fisiologis pada sistem neurologis

menyebabkan gangguan tidur (Stenley, 2006).


9

2.2 Konsep Tidur

2.2.1 Pengertian Tidur

Tidur merupakan suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status

kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang

cukup, mereka merasa tenaga telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa

perasaan tenaga yang pulih ini memunjukan tidur memberikan waktu untuk

perbaikan dan penyembuhan sistem untuk periode keterjagaan berikutnya.

Keluasan perubahan pola tidur dan istirahat yang bisa tergantung pada status

fisiologis, dan lingkungan fisik klien. Kurang istirahat dalam periode yang lama

dapat mengganggu kesehatan. Perawat dapat membantu klien belajar mengenal

pentingnya istirahat dan cara meningkatkan istirahat pada saat di rumah atau

dalam lingkungan pelayanan kesehatan (Perry & Potter, 2005). (didalam

Nurcahya 2017)

Dalam pemberian tindakan sangat penting bagi kesehatan, oleh karena itu

Maslow (1970) mengatakan bahwa tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia (Lilik Ma’rifatul Azizah, 2011).

Tidur merupakan suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan

tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-

masingmenyatakan fase kegiatan otak yang dapat dibangunkan kembali dengan

rangsangan (Widuri, 2010). Tidur merupakan aktivitas rutin yang dilakukan oleh

manusia untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran (Abednegn, 2014).


10

2.2.2 Macam-macam tidur

2.2.2.1 Tidur REM (rapid eye movement)

Tidur REM juga disebut tipe tidur paradoksial karena bersifat paradok

yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otakya nyata. Menurut

(Sri, 2012:21). Tidur REM ditandai :

a. Mimpi yang bermacam-macam

b. Mengigau atau mendengkur

c. Otot-otot kendur

d. Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur

e. Perubahan tekanan darah

f. Gerakan otot tidak teratur

2.2.2.2 Tidur NREM (non repid eye movement)

Meruapakan tidur yang nyaman dan dalam dengan gelombang pendek

karena gelombang otak selama NREM lebih lambat daripada gelombang alpha

dan beta (Sri, 2012: 18).

Tanda-tanda tidur NREM

a. Mimpi berkurang

b. Otot mulai berelaksasi

c. Tekanan darah turun

d. Kecepatan pernafasan turun

e. Metabolisme turun

f. Gerakan mata lambat

g. Biasanya masih bisa mendengarkan suara disekitarnya akibat mudah

terbangun
11

2.2.3 Manfaat Tidur

Menurut Aziz (2012), tidur yang memiliki beberapa manfaat antara lain:

a. Tidur membantu tubuh untuk memperbaiki diri

b. Tidur membantu jantung agara tetap sehat

c. Tidur bisa mengurangi stres

d. Tidur meningkatkan daya ingat

e. Tidur mengurangi resiko diabetes

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur

a. Penyakit

Penyakit dapat menyebabkan nyeri fisik yang menyebabkan gangguan

tidur. Invidu yang sakit membutuhkan waktu tidur lebih banyak dari pada

biasanya, disamping itu siklus bangun tidur selama sakit mengalami

gangguan (Aziz, 2009: 128).

b. Lingkungan

Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur,

karena adanya stimulus asing yang dapat menghambat upaya tidur.

Misalnya suhu yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dan

kebisingan dapat menghambat tidur (Aziz, 2009: 128).

c. Kelelahan

Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang maka

semakin lelah seseorang maka semakin pendek siklus tidur REM yang

dilaluinya (Aziz, 2009: 128).


12

d. Gaya Hidup

Individu yang sering berganti jam kerjanya harus mengatur aktivitas agar

bisa tidur pada waktu yang tepat (Aziz, 2009: 128).

e. Stres Emosional

Kondisi emosional, depresi dan ansietas yang sering mengganggu kondisi

tidur seseorang. Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar neropieprin

darah melalui stimulasi sistem syaraf yang mengakibatkan berkurangnya

siklus NREM tanpa IV dan REM serta sering terjaga saat tidur (Aziz,

2009: 128).

f. Stimulant dan alkohol

Kafein yang terkandung dibeberapa minuman dapat merangsang SSP

sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alkohol yang

berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM dan ketika pengaruh

hilang individu seringkali mengalami mimpi buruk (Aziz, 2009:128).

g. Nutrisi

Nutrisi mempengaruhi tidur. Asupan nutrisi yang cukup menjelang tidur

dapat meningkatkan kualitas tidur. Konsumsilah makanan yang tinggi

protein seperti keju, daging, dan ikan tuna karena protein yang terkandung

dalam makanan tersebut terdapat tryptophan yang dapat menyebabkan

seseorang mudah tidur (Aziz, 2009: 128).

h. Merokok

Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi dalam

tubuh, akibatnya perokok sering kesulitan tidur dan mudah terbangun pada

malam hari (Aziz, 2009:128).


13

i. Medikasi

Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang (Aziz,

2009: 128).

j. Motivasi

Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah

seseorang, sebaliknya perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk

terjaga seringkali dapat mendatangkan kantuk (Aziz, 2009: 128).

2.2.5 Kebutuhan Tidur

Kebutuhan tidur seseorang berbeda-beda tergantung usia. Semakin tua

usia sesorang, semakin sedikit tidur yang dibutuhkan. Kebutuhan rata-rata

seseorang menurut usia menurut (Wartonah, 2011 : 137) adalah sebagai berikut:

1. Neonatus 16 jam/ hari

2. Bayi 8-10 jam/ hari

3. Toddler 10-12 jam/ hari

4. Prasekolah (3-6 tahun) 11 jam/ hari

5. Sekolah 10 jam/ hari

6. Remaja 8,5 jam/ hari

7. Dewasa muda 7-8 jam/ hari

8. Dewasa pertengahan 7 jam/ hari

9. Lanjut usia 6 jam/ hari

2.2.6 Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan persaaan lelah, mudah terangsang dan

gelisah, lesu dan apatis, kehitaman disekitas mata, kelopak mata bengkak,
14

konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering

menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006:130).

Kualitas tidur didefinisikan sesebagai suatu fenomena komplek yang

melibatkan beberapa dimensi, kualitas tidur meliputi aspek kualitatif dan

kuantitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur,

frekuensi terbangun dan askep subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur

( Buysse, 1998).

2.2.7 Faktor-faktor yang Mempersulit Tidur

Faktor-faktor yang mempersulit tidur menurut Priharjo (1996) adalah

sebagai berikut:

1. Adanya penyakit serta rasa nyeri

2. Keadaan lingkungan yang tidak nyaman dan tidak tenang

3. Kelelahan

4. Penggunaan obat-obatan

5. Penggunaan alkohol

6. Phobia

7. Halusinasi

8. Ansietas

9. Ilusi dan depresi

2.2.8 Gangguan Tidur

Gangguan tidur yang sering menyerang orang dewasa adalah insomnia dan

parasomnia biasanya menyerang anak-anak. Dibawah ini akan djelasakan macam-

macam gangguan gangguan yang sering terjadi:


15

1. Insomnia

Insomnia adalah persepsi yang tidak adekuat dari pada dari pada

kuantitas dan kualitas tidur dengan akibat yang terkait di siang hari

(Lumbantobing, 2004: 31). Insomnia adalah ketidakmampuan

memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas,

gangguan ini umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya

bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan

gundah atau gelisah (Iqbal, 2014: 259).

2. Hipersomnia

Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur yang

berlebihan, pada umumnya lebih dari sembilan jam pada malam hari,

disebabka oleh kemungkinan masalah psikologis, depresi, kecemasan,

gangguan susunan syaraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan

metabolisme (Aziz, 2009: 129).

3. Parasomnia

Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul

saat seseorang tertidur. Gangguan ini umumya terjadi pada anak-anak.

Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya,

tidur berjalan, night teror), gangguan transisi bangun tidur, parasomnia

yang terkait dengan tidur REM (misalnya, mimpi buruk), dan lainya

(Iqbal, 2014:259).
16

2.3 Susu

2.3.1 Pengertian Susu

Susu adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar susu, baik dari

binatang maupun dari buah dada seorang ibu. Pada umumnya adalah air susu dari

binatang ternak, misalnya sapi, kerbau, kambing, dan ada pula yang

mempergunakan air susu unta atau kuda (Djailani, 2009, 133).

Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu binatang yang

menyusui anaknya. Air susu merupakan bahan makanan utama bagi makhluk

yang baru lahir, baik dari hewan maupun manusia. Sebagau bahan

makanan/minuman, air susu mempunyai nilai gizi yang tinggi, karena

mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh seperti calsium,

phosphor, vitamin A, vitamin B dan riboflavin yang tinggi (Nugraheni, 2013:

177).

Susu adalah pangan yang paling padat gizi bila dibandingkan dengan

bahan pangan yang lainya, baik ditinjau dari segi asam amino maupun vitamin

dan mineral. Demikian hebatnya kandunga gizi air susu maka minum susu secara

teratur akan mempercepat penyembuhan, akan lancar bicara, juga akan

menyehatkan dan mencerdaskan (Yuliarti, 2008:10).

2.3.2 Jenis-jenis Susu

Kita mengenal berbagai macam susu, yang satu sama lain konsentrasi zat-

zat yang terkandung di dalamnya berbeda-beda. Sebab masing-masing sengaja

diproses menurut tujuan yang berbeda pula. Berikut ini adalah jenis-jenis susu

menurut Girisonta (1995 : 102-104):


17

a. Susu Segar

Susu segar adalah air hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau

ditambah apapun, yang diperoleh dari pemerahan sapi yang sehat

secara kontinu sampai apuh.Air susu yang sudah direbus, air susu yang

dicampur gula, dicampur dengan hasil pemerahan sebelumnya adalah

bukan susu segar lagi, demikian pula kalau air susu tersebut berasal

dari sapi yang tidak sehat, kambing kena mastitis misalnya, maka

produk air susu tersebut tidak bisa dimasukkan dalam golongan susu

segar.

b. Whole Milk

Wholk Milk: Raw milk, fresh milk sebenarnya susu segar yang

setidak-tidaknya memliki kandungan lemak 3.25% dan bahan kering

tiada lemak 8,25%. Whole milk ini kemudian dipasteurisasi dengan

maksud untuk membinaksan bakteri yang mendatangkan penyakit.

c. Susu Skim

Susu ini sebenarnya limbah produksi mentega, setelah lemak dalam

susu tersebut diambil dalam untuk dijadikan mentega. Susu skim

mengandung energi yang rendah, karena diambil lemaknya tersebut.

Jenis susu ini masih baik dikonsumsi sebagai suplemen protein, yang

masih tetap berkualitas, dan bahkan konsentrasinya meningkat dengan

dikuranginya lemak tersebut. Kerugian lainya dari susu skim ini adalah

kurang vitamin-vitamin yang larut lemak, terutama vitamin A dan D.


18

d. Fotified Milk

Adalah susu segar yang ditambahkan dengan vitamin-vitamin dan

mineral. Vitamin yang ditambahkan biasanya vitamin D. Vitamin ini

sangat penting untuk pembentukan tulang pada bayi. Sedangkan air

susu ini sendisi sudah kaya akan unsur Ca dan P, makan tidak perlu

ditambah unsur tersebut.

e. Susu Konsentrat

Susu konsentrat adalah susu segar yang dipanaskan ditempat khusus

dengan maksud untuk mengurangi kadar air sehingga menjadi susu

yang kental. Susu konsentrasi dibagi menjadi dua yakni susu kental

tanpa gula dan susu kental manis.

Kedua jenis susu kental dengan mudah dapat diperoleh dengan mudah

diperoleh dipasaran, lebih-lebih susu kental dengan gula.

f. Susu Kering (susu tepung)

Susu tepung meliputi susu tepung whole milk dan susu skim tepung.

Susu whole tepung adalah susu segar yang semua airnya diupkan

sehingga tinggal tepungnya saja, kadar air tinggal 2%. Sedangkan susu

skim tepung adalah hasil dari susu segar yang kadar lemaknya telah

dikurangi tinggal 0.1% dan airnya diupakan hingga tinggal 3%. Karena

susu skim ini kandungan proteinya tinggi dan kadar lemaknya rendah,

maka susu tersebut cocok untuk bayi atau anak-anak yang sedang

tumbuh.
19

2.3.3 Proses Pengolahan Susu

Menurut Achroni (2013 : 101), prose pengolaha susu terbagi atas:

a. Pateurisasi

Melibatakan setiap partikel pemasan susu dengan suhu khusus untuk

suatu priode waktu tertentu dan pendinginan lagi tahap membiarkan

kontaminasi ulang. Pateurisasi dilakukan dengan dua alasan:

1. Memastikan semua produk susu aman untuk dikonsumsi

manusia dengan menghancurkan semua bakteri yang mungkin

berbahaya bagi kesehatan.

2. Meningkatkan kualitas susu dengan membunuh atau

meonaktifkan beberapa enzim yang tidak diinginkan dan

bakteri pembusuk.

b. Homogenisasi

Mendorong susu baku melaui alat penyemprotan untuk membentuk

partikel-partikel kecil sehingga lemak tersebut merata diseluruh susu

dan mengehentikan lemak mengambang ke atas wadah.

c. Pengelolahan lebih lanjut

Termasuk mengurangi kandungan lemak dengan mikrofiltrasi

meningkatkan kehidupan penyimpanan dengan UHT, pengobatan, dan

pencampuran, atau kultur produk susu untuk rasa dan yoghurt.

d. Packing

Merupakan proses terakhir dalam pengelohan susu. Setelah di packing,

susu disimpan digudang jadi dan didistribusikan ke konsumen.


20

2.3.4 Komposisi Susu

Komposisi susu terdiri dari air, lemak, dan bahan kering tanpa lemak.

Sementara bahan kering tanpa lemak terbagi menjadi protein, laktosa, mineral,

asam, gas, enzim, vitamin, serta trace elemen

a. Lemak susu

Digunakan sebagai ukuran penentu harga. Kandungan lemak tinggi

memiliki harga tinggi. Komponenen lemak susu adalah triglisirida. Lemak

susu terdiri dari 60-70% asam lemak jenuh dan 30-40% asam lemak tidak

jenuh, lemak susu mengandung asam lemak esensial yaitu asam linoleat

dan asam linolenat yang berfungsi dalam metabolisme serta mengontrol

berbagai proses fisiologis dan biokimia pada manusia.

b. Protein susu

Protein merupakan bahan penting penyusun sel, terutama dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Protein yang ada di

dalam susu sebagian besar adalah kasein dan whey protein.

c. Vitamin

Vitamin adalah zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam proses

kehidupan. Susu mengandung vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E dan

K) dan vitamin yang larut dalam air (B1, B2, B6, dan B12, niasin, dan

asam pantotenat).

d. Mineral

Susu mengandung mineral yang dapat digolongkan menjadi tiga jenis

garam yakni, sodium, kalsium, dan garam


21

e. Enzim

Enzim merupakan katalisator yang dapat mempercepat terjadinya reaksi

kimia. Enzim yang terdapat dalam susu adalah lipase, propatase,

peroksidase, katalase, galaktase, dehidrogenase, dan lactase susu

(Nugraheni, 2013: 180-184).

2.3.5 Manfaat Susu

Susu adalah sumber protein yang banyak sekali manfaatnya. Para ahli gizi

menyarankan meminum tiap hari untuk menjaga stamina tubuh. Secara umum

menurut Achroni (2013:96) manfaat susu adalah sebagai berikut:

a. Potasium yang terkandung di dalam susu dapat menggerakan dinding

pembuluh darah pada saat tekanan darah tinggi dan menjaganya agar tetap

stabil. Meminum susu setiap hari dapat menurunkan resiko terkena

penyakit berbahaya dan mematikan, seperti stroke dan jantung 15-20%.

b. Racun dalam tubuh seperti logam, timah, dan cadinum yang berasal dari

bahan makanan yang diserap oleh tubuh dapat di netralisir dengan

meminum susu.

c. Kandungan lemak dalam susu dapat memperkuat daya tahan tubuh.

d. Tyrosine yang terkandung dalam susu dapat mendorong hormon

kegembiraan dan unsur serum dalam darah tmbuh dalam skala besar.

e. Yodium, seng dan leusine dapat meningkatkan keefesiensinan kerja otak

besar.

f. Zat besi, tembaga dan vitamin A dapat mempertahankan kulit agar tetap

segar.
22

g. Magnesium yang terkandung di dalam susu dapat membuat jantung dan

sistem syaraf tahan terhadap kelelahan.

h. Kandunganseng dapat menyembuhkan luka dengan cepat.

i. Kandungan vitamin B2 di dalam susu dapat meningkatkan ketajaman

penglihatan.

j. Membersihkan wajah.

k. Merawat kulit kering.

l. Masker wajah.

Susu diketahui mendatangkan manfaat untuk optimalisasi produksi

melatonin. Melatonin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pineal pada

malam hari. Kehadiran melatonin akan membuat kita merasa mengantuk dan

kemudian tubuh bisa beristirahat dengan baik. Melatonim juga dikenal karena

aktivitasnya yang berperan mengatur jam biologis tubuh dan memicu proses tidur

yang lebih nyenyak. Susu yang mengandung banyak asam amino triptofan

ternyata merupakan salah satu bahan dasar melatoni. Manfaat penggunaan

melatonin adalah untuk memperbaiki kualitas tidur. Mengnonsumsi satu gelas

susu secara rutin dapat memberikan manfaat bagi kualitas tidur (Khomsan, 2004 :

5).

Itulah sebab minum susu sebelum tidur sangat dianjurkan agar tubuh kita lebih

nyenyak. Sehingga dianjurkan untuk minum sebelum tidur agar tubuh dapat

beristirahat dengan baik (Achroni, 2013:54).


23

Kerangka Konsep

Faktor-Faktor yang Ciri kualitas tidur: a. Membantu tubuh memperbaiki diri


mempengaruhi tidur: b. Membantu jantung agar tetap sehat
 Kesulitan untuk
a. Penyakit
c. Bisa mengurangi stres
memulai tidur
b. Lingkungan d. Meningkakan daya ingat
 Terbangun
c. Kelelahan malam hari e. Membantu mengntrol berat badan
d. Gaya hidup  Terbangun lebih f. Megtangi resiko diabetes
e. Stres awal g. Mengurangi terjadiya gangguan mood
f. Nutrisi  Mengantuk siang
f. Nutrisi
-Susu
- Susu
Konsumsi Susu hari
 Sakit kepala
-Keju  Kurang puas
-Daging dengan tidur
-Ikan Tuna a. Perubahan kepribadian dan
 Gelisah saat tidur
 Mimpi buruk perilaku seperti agresif,
g. stimulant dan
Alcohol  Kurang tenaga menarik diri, atau depresi
aat tidur b. Rasa capai meningkat
h. Merokok  Ritme tidur tudak c. Gangguan persepsi
beratur d. Halusinasi
i. Medikasi
 Tidur 6 jam e. Bingung dan disorientasi
j. Motivasi semalam f. Kordinasi menurun
g. Bicara tidak jelas
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti (Aziz, 2009, 128;Lumbantobing,204 :31;Aziz, 2012:96 :Priharjo,2009,25)
24

Penjelasan kerangka konsep :

Tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantara adalah faktor nutrisi.

Susu nutrisi yang mengandung triptofan yang merupakan bahan dasar melatonin

untuk merangsang tidur. Apabila lansia mengonsomsi susu sebelum tidur, maka

akan dapat mempengaruhi tidurnya. Kualitas tidur dapat diidentifikasi dari

kesulitan untuk memulai tidur, terbangun pada malam hari, kurang puas dengan

tidur, kurang nyaman/gelisah saat tidur, mimpi buruk kurang tenaga setelah tidur,

jadwal jam tidur tidak beraturan, tidur selama 6 jam dalam semalam. Apabila

kualitas tidur lansia terpenuhi, maka lansia akan merasakan manfaat antara lain:

membantu tubuh memperbaiki diri, membantu jantung agar tetap sehat, bisa

mengurangi stress, meningkatkan daya ingat, membantu mengonrol berat badan,

mengurangi resiko diabetes, megurangi terjadinya gangguan mood. Dan apabila

kualitas tidur lansia tidak terpenuhi maka lansia akan mengalami gangguan

seperti: perubahan keperibadian dan perilaku, seperti agresif, menarik diri, atau

depresi rasa capai meningkat, gangguan persepsi, halusinai, bingung dan

disorientasi, koordinasi menurun, bicara tidak jelas.


25

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

studi kasus deskriptif.Studi kasus deskriptif merupakan penelitian yang dianalisis

secara mendalam baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus, maupun

tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atas pemaparan tertentu.

Meskipun di dalam penelitian ini yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal,

namun dianalisis secara mendalam, meliputi aspek yang sangat luas, serta

penggunaan berbagai teknik secara integratif (Notoatmodjo, 2010), dan di lakukan

dengan tujuan membuat gambaran tentang sesuatu keadaan secara obyektif

(Setiadi, 2013).

Pada studi kasus ini telah mendeskripsikan tentang kualitas tidur pada

lansia yang mengalami insomnia setalah diberi susu di Panti Griya Asih

Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.

3.2 SubyekPenelitian

Subyek penelitian pada studi kasus ini adalah lansia yang mengalami

insomnia di Panti Griya Asih Kecamatan Lawang Kabupaten Malang dengan

kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Bersedia menjadi subyek dengan menandatangani informed consent

2. Lansia yang mengalami insomnia


26

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di Panti Griya Asih Kecamatan Lawang Kabupaten

Malang, waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2019.

3.4 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah dengan

menggunakan kuisioner. Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun

untuk memperoleh data sesuai yang diinginkan peneliti (Wasis, 2008:53).

Peneliti menggunakan kuisioner Kelompok Studi Psikiatri Biologik

Jakarta-Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS). KSPBJ-IRS digunakan untuk

mengukur tingkat insomnia lansia. Kuisioner KSPBJ-IRS berupa daftar

pertanyaan mengenai kesulitan untuk memulai tidur, terbangun pada malam hari,

terbangun lebih atau dini hari, merasa mengantuk pada siang hari sakit kepala

pada siang hari, merasa kurang puas terhadap tidur, merasa kurang nyaman atau

gelisah saat tidur, mendapati mimpi buruk, badan terasa lemas, letih, kurang

tenaga setelah tidur, jadawal jam tidur sampai bangun tidak beraturan, tidur

selama enam jam dalam sehari.

KSPBJ-IRS terdiri dari 11 pertanyaan yang menilai beberapa faktor yang

berkaitan dengan kualitas tidur termasuk perkiraan durasi, latensi, dan frekuensi.

Kuisioner yang dilakukan dalam penelitian ini berbentuk pertanyaan tertutup yang

mana jawaban telah disediakan sehingga responden tinggal memilih dengan

memberikan tanda ceklis (√) pada kolom yang sudah disediakan.


27

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Tahap Persiapan

Peneliti meminta izin kepada Poltekkes Kemenkes Malang untuk

melakukan penelitian, setelah itu peneliti meminta izin kepada Badan Kebangsaan

dan Politik Kabupaten Malang, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. Kemudian

peneliti menentukan subjek penelitian yaitu lansia insomnia yang meminum susu

di Panti Griya Asih Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.

3.5.2 Tahap Pelaksanaan

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melewati beberapa tahap yaitu:

1. Peneliti mengajukan surat ijin studi pendahuluan ke pihak terkait:

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Prodi DIII Keperawatan

Lawang, Bakesbangpol Kabupaten Malang, Dinas Kesehatan

Kabupaten Malang dan Panti Griya Asih Kecamatan Lawang

2. Melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui jumlah lansia di Panti

Griya Asih Kecematan Lawang.

3. Kemudian peneliti melakukan pendekatan dan menjelaskan segala hal

yang berhubungan dengan tujuan, manfaat dan tindakan yang akan

dilakukan serta akibat yang akan ditimbulkan dari penelitian ini.

4. Peneliti memberikan kuisioner untuk mendapatkan data yang relevan

dan sesuai dengan tujuan penelitian. Bagi responden yang tidak bisa

baca, menulis, gangguan mata, maka penulis akan membantu dalam

mengisi kuisioner sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh

responden.
28

5. Peniliti mejelaskan kepada responden tentang cara mengisi lembar

kuisioner. Selama pengisian kuisioner, peneliti mendampingi sehingga

apabila ada hal-hal yang kurang jelas dapat langsung ditanyakan kepada

peneliti. Setelah kuisioner diisi oleh responden, dikumpulkan kembali

ke peneliti untuk diperiksa.

6. Penelitian melakukan pengecekan terhadap kelengkapan data, bila ada

data yang belum lengkap, peneliti melakukan pengambilan data ulang

kepada responden yang bersangkutan.

3.6 Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, pengolahan data yang digunakan adalah metode

pengumpulan data, kemudian ditabulasikan dan diberi skor pada tiap pilihan

responden (Arikonto, 2006).

Terdapat empat opsi jawaban dalam kuisioner, untuk setiap jawaban “tidak

pernah” diberi nilai satu (1), “kadang-kadang” diberi nilai dua(2), “sering” diberi

nilai tiga (3) dan “selalu” diberi nilai empat (4). Responden harus mengisi salah

satu kolom jawaban yang disediakan dengan memberi tanda ceklist (√). Setelah

data diperoleh, maka peneliti akan memperoleh data sesuai dengan hasil yang

didapatkan dari responden.

3.7 Analisa Data

Hasil dari sekor dan pertanyaan kemudian dijumlahkan dan ditabulasikan

menggunakan tabel yang dibuat oleh peneliti sesuai nama dan nilai yang

didapatkan dari responden, sehingga didapatkan penilaian sebagai berikut:


29

11-19 : baik

20-27 : cukup

28-36 : buruk

37-44 ; cukup buruk

(Iwan,2009)

3.8 Etika Penelitian

3.8.1 Informed Consent

Merupakan suatu bentuk persetujuan yang telah diterima subjek penelitian

setelah mendapatkan keterangan yang jelas mengenai perlakuan dan dampak yang

timbul pada penelitian yang akan dilakukan. Informed consent bertujuan untuk

meningkat upaya peningkatan perlindungan terhadap salah satu hak asasi subjek.

3.8.2 Tanpa Nama

Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak

memberikan nama responden pada lembar alat ukur hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data.

3.8.3 Confidentality

Peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkan.

Kerahasian ini bukan tanpa alasan. Seringkali subjek penelitian menghendaki agar

dirinya tidak diekspos kepada khalayak ramai. Oleh karena itu, jawaban tanpa
30

nama dapat dipakai dan sangat dianjurkan subjek penelitian tidak menyebutkan

identitasnya (Wasis, 2008:72)


31

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil studi kasus tentang pemberian terapi

Minum Susu Pada Lansia dengan Insomnia di Panti Griya Asih Kecamatan

Lawang Kabupaten Malang yang dilaksanakan sejak tanggal 18 Agustus sampai

23 Desember 2019 yang melibatkan dua orang subjek dari studi kasus ini

pengambilan data dilakukan dengan metode observasi dengan cara

mengaplikasikan terapi minum susu pada lansia dengan insomnia yang diberikan

langsung kepada subjek peneliti selama enam kali selama satu minggu dengan

enam kali pertemuan. Berikut ini akan disajikan berturut – turut tentang gambaran

umum tempat studi kasus, gambaran fokus studi, dan pembahasan.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penenlitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 Desember 2019 sampai 23

Desember 2019 di Panti Griya Asih Kecamatan Lawang Kabupaten Malang, yang

merupakan salah satu Panti yang terletak di Daerah Lawang Kabupaten Malang.

Di Panti tersebut terdapat 21 lansia, study kasus ini dipilih dua responden sebagai

subjek penelitian Subjek I (Ny. L) dan Subjek II (Ny. M). Kedua subjek study

kasus diberikan penjelasan tentang SOP terapi minum susu pada penderita

isnomnia serta tujuan penelitian. Subjek studi kasus bersedia menandatangani

lembar informed consent. Peneliti melakukan kontrak waktu selama 6 hari. Subjek

studi kasus dikenalkan mengenai pemberian terapi minum susu terhadap lansia

yang mengalami insomnia. Intervensi pemberian susu pada lansia insomnia


32

dilakukan dalam 6 hari dengan 6 kali pemberian terapi minum susu. Dengan

dilakukan pencatatan kualitas tidur sebelum dan sesudah dilakukan pemberian

susu.

4.1.1.1 Gambaran Umum Subjek I (Ny. L)

Subjek study kasus pertama adalah Ny. L berusia 76 tahun beragama

Kristen bersuku Jawa. Subjek I tinggal bersama anaknya di Gresik Jalan Kalimas

Baru, Perak Utara, dan sekarang tinggal di Panti Griya Asih.Tanggal masuk 17

September 2017.Subjek mengatakan belum pernah dilakukan pemeriksaan

mengenai kualitas tidur. Sehingga saat pertama kali akan dilakukan terapi minum

susu jumlah jam tidur Ny. L hanya 4 jam,

4.1.1.2 Gambaran Umum Subjek II (Ny. M)

Subjek study kasus kedua adalah Ny. M berusia 71 tahun beragama Kristen

bersuku Jawa.Subjek II tinggal bersama cucunya di Surabaya, dan sekarang

tinggal di Panti Griya Asih.Tanggal masuk 21 Januari 2017.Subjek mengatakan

belum pernah dilakukan pemeriksaan mengenai kulaitas tidur. Sehingga saat

pertama kali akan dilakukan terapi minum susu jumlah jam tidut Ny. M hanya 4

jam
33

Tabel 1.2 Gambaran Subjek Study Kasus

Keterangan Subjek I Subjek II


Nama Ny. L Ny. M
Suku Jawa Jawa
Alamat Gresik Surabaya
Usia Subjek 76 tahun 71 tahun
Keluhan yang Kepala sering pusing, badan Sering terbangun pada
dirasakan lemas mudah merasa capek, malam hari, mudah
mata merah, sering terbangun merasa mengantuk pada
pada malam hari siang hari, mudah
menguap, badan terasa
tidak segar

4.1.2.1 Keadaan Klien Sebelum Dilakukan Terapi Minum Susu

Klien sebelum dilakukan terapi minum susu mengeluh sering terbangun

pada malam hari, pada saat pagi hari badan terasa lemas, mudah lelah, sering

mengantuk atau menguap pada siang hari kepala terasa pusing, mata merah.

Proses pengambilan data pada subjek :

“Saya susah untuk tidur malam, sering terbangun pada malam hari saat terbangun

untuk tidur lagi sulit dan kadang saya merasa gelisah.

Dari hasil observasi pertama subjek dilakukan terapi minum susu,

kemudian saat ditanya apakah semalam dapat tidur dengan nyenyak. Subjek

mengalami kenaikan kualitas tidur setelah meminum susu sebelum tidur.

4.1.2.2 Hasil Observasi Setelah Melakukan Terapi Minum Susu


34

Hasil observasi yang dilakukan pada Subjek I dan II, yaitu Ny. L dan Ny.

M. Tabel 1.3 hasil observasi terapi minum susu pada Ny. L dan Ny. M dilakukan

di lembar observasi yang di buat peneliti dan dilakukan observasi pada tanggal 18

Desember sampai 23 Desember 2019 di Panti Griya Asih Kecamatan Lawang

Kabupaten Malang.

Hasil observasi Subjek I dan Subjek II sebelum dilakukan Terapi Minim Susu di
lembar observasi yang dibuat peneliti.

Hari, tanggal Lama Tidur Lama Tidur


Subjek I Subjek II
Rabu, 18 4 jam 4 jam
Desember
2019

Hasil observasi kualitas tidur Subjek I dan Subjek II setelah dilakukan Terapi
Minum Susu di lembar observasi yang dibuat peneliti.

Hari, tanggal Lama Tidur Subjek I Lama Tidur Subjek II

Sesudah diberi susu Sesudah diberi susu

Kamis, 19 Hasil dari data yang diberikan Hasil dari data yang diberikan
Desember responden semalam belum bisa responden semalam belum bisa
2019 tidur dengan nyenyak. Lama tidur dengan nyenyak. Lama
tidur 5 jam tidur 5 jam

Jumat, 20 Hasil dari data yang diberikan Hasil dari data yang diberikan
Desember responden semalam sudah bisa responden semalam sudah bisa
2019 tidur nyenyak, tidur mulai tidur nyenyak, tidur mulai pukul
pukul 22.00 dan bangun pukul 22.30 dan bangun pukul 03.30.
04.00. Lama tidur 6 jam Lama tidur 5 jam

Sabtu, 21 Hasil dari data yang diberikan Hasil dari data yang diberikan
Desember responden semalam tidurnya responden semalam tidurnya
2019 nyenyak dan tidak terbangun nyenyak dan tidak terbangun
pada malam hari. Tidur mulai pada malam hari. Tidur mulai
pukul 22.00 dan terbangun pukul 22.30 dan terbangun
pukul 04,00. Lama tidur 6 jam pukul 04.00. Lama tidur 5 jam
35

setengah

Minggu, 22 Hasil dari data yang diberikan Hasil dari data yang diberikan
Desember responden semalam tidurnya responden semalam tidurnya
2019 nyenyak, tidak terbangun pada nyenyak, tidak terbangun pada
malam hari. Tidur mulai pukul malam hari. Tidur mulai pukul
22.00 dan bangun pukul 04.00, 22.30 dan bangun pukul 04.00,
pagi hari badan terasa bugar. pagi hari badan terasa bugar.
Lama tidur 6 jam Lama tidur 5 jam setengah

Senin, 23 Hasil dari data yang diberikan Hasil dari data yang diberikan
Desember responden semalam tidurnya responden semalam tidurnya
2019 nyenyak, tidak terbangun pada nyenyak, tidak terbangun pada
malam hari. Tidur mulai pukul malam hari. Tidur mulai pukul
22.00 dan bangun pukul 04.00, 22.00 dan bangun pukul 04.00,
pagi hari badan terasa bugar pagi hari badan terasa bugar
tidak lemas. Lama tidur 6 jam tidak lemas. Lama tidur 6 jam

Dari hasil observasi menggunakan lembar observasi setelah dilakukan

terapi minum susu, subjek mengalami kenaikan kualitas dan jumlah jam tidur

yang lebih baik.

4.2 Pembahasan Hasil Studi Kasus

Berikut pembahasan hasil study kasus tentang pemberian susu pada lansia

yang mengalami insomnia. Dalam implementasinya, pemberian terapi minum

susu dilakukan selama 6 hari dengan 5 kali pemberian susu sebelum tidur. Jadi

total pemberian susu 5 kali dalam 6 hari observasi. Lansia yang tinggal difasilitas

perawatan lebih rentan terhadap insomnia karena adanya perubahan pola tidur,

selain itu juga disebabkan kurangnya hormon melatonin (hormon perangsang

tidur) dalam tubuhnya. Salah satu precursor hormon melatonin adalah triptofan

yang merupakan salah satu dari 20 persen amino penyusunan protein yang bersifat

essensiel bagi tubuh (Sartono, 2007) yang dapat ditemukn pada susu. Menurut
36

Yuliarti (2008) susu merupakan bahan makanan yang memiliki daya cerna sangat

tinggi. Hampir 100% protein, karbohidrat dan lemak susu dapat diserap dan dapat

digunakan oleh tubuh manusia. Meskipun kandungan protein per 100 gram bahan

dalam susu tidak terlalu tinggi dibanding dengan daging, ikan, kacang-kacangan

namum protein susu mengandung semua asam amino essensiel yang sangat

dibutuhkan oleh manusia. Selain mengandung banyak protein, makanan tersebut

bisa menyebabkn rasa nyaman dan kualitas tidur menjadi lebih baik.Hasil tersebut

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Asmadi tahun 2008 yang menjelaskan

bahwa protein mempengaruhi tidur.Asupan protein yang cukup menjelang tidur

dapat meningkatkan kualitas tidur. Makanan yang tinggi protein seperti susu, keju,

daging dan ikan tuna karena protein yang terkandung dalam makanan tersebut

terdapat trytophan yang dapat menyebabkan seseorang mudah tidur.

Dari hasil penelitian pada Ny. L didapatkan hasil setelah meminum susu

sebelum tidur memiliki kualitas tidur yang baik. Peneliti berpendapat bahwa susu

dapat meningkatkan kualitas tidur lansia dikarenakan kandungan yang terdapat

pada susu itu sendiri. Susu memiliki kandungan trytophan yang bisa memperbaiki

kualitas tidur. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Girisonta (2009)

yang menjelaskan bahwa susu yang merupakan hasil olahan susu segar yang kadar

lemak dikurangi dan kadar protein ditambahkan. Protein susu merupakan asam

amino yang didalamya terkandung triptofan sehingga memiliki reaksi yang sangat

signifikan terhadap baik tidaknya tidur.

Dari hasil penelitian minum susu sebanyak 250 ml memiliki kualitas tidur

yang lebih baik. Peneliti berpendapat semakin banyak jumlah susu yang diminum

maka akan semakin baik terhadap pengaruh kualitas tidur karena zat yang terserap
37

oleh tubuh juga semakin banyak sehingga tidur menjadi lebih lelap. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan Khomsan (2004) yang menjelaskan bahwa

mengonsumsi satu gelas susu secara rutin dapat memberikan manfaat bagi

kualitas tidur. Susu diketahui mendatangkan manfaat untuk optimalisasi produksi

meletonin. Melatonin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pineal pada

malam hari. Kehadiran melatonin akan membuat kita merasa mengantuk dan

kemudian tubuh bisa beristirahat dengan baik. Melatonin juga dikenal karena

aktivitasnya yang berperan mengatur jam biologis tubuh dan memicu proses tidur

yang kebih nyenyak. Susu yang mengandung banyak asam amino trytophan yang

ternyata merupakan salah satu bahan dasar melatonin. Manfaat penggunaan

melatonin adalah untuk memperbaiki kualitas tidur.

Dari hasil penelitian didapatkan terpenuhinya jumlah jam tidur lansia

selama 6 jam dalam semalaman. Menurut peneliti hal ini dikarenakan efek minum

susu sebelum ataupun bukan menejelang tidur secara rutin dapat meningkatkan

jumlah jam tidur lansia tersebut. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Harliana (2011) yang bejudul pengaruh susu terhadap susu yang

mengemukakan bahwa susu apabila dikonsumsi baik menjelang tidur ataupun

bukan menjelang tidur selama 2 minggu berturut-turut akan meningkatkan

kualitas dan kuantitas tidur. Kecepatan metabolisme tubuh dan ketegangan pikiran

harus dirilekskan sebelum tidur.Susu dapat menimbulkan efek rileks dan nyaman

pada tubuh. Mekanisme menuju kenyamanan tidur merupakan interaksi molekul-

molekul dalam susu dan merupakan reaksi yang terjadi dalam tubuh akibat asupan

susu tersebut.
38

Menurut peneliti semakin tinggi aktivitas yang dimiliki oleh responden,

maka kualitas tidur juga akan menurun. Responden yang memiliki sedikit

aktivitas mempunyai kualitas tidur yang baik dan memiliki emosi yang stabil

sehingga kualitas tidur menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Aziz (2009) yang menyatakan bahwa kondisi tubuh yang lebih

lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang yaitu semakin lelah seseorang

maka semakin pendek siklus tidur yang dialaminya. Kondisi emosional seperti

depresi dan ansietas sering menggangu kondisi tidur seseorang.


39

BAB 5

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Study Kasus Pemberian Susu

Pada Lansia Dengan Insomnia Di Panti Griya Asih Kecamatan Lawang

Kabupaten Malang” dapat disimpulkan sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

Lansia yang minum susu di Panti Griya Asih Kecamatan Lawang

Kabupaten Lawang didapatkan responden memiliki kualitas tidur yang baik.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi Prodi Keperawatan Lawang

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan refrensi ilmu keperawatan

khususnya bahwa susu bisa mempengaruhi kualitas tidur lansia sehingga

memahami kualitas tidur lansia yang minum susu dan sebagai bahan untuk

literatur selanjutnya.

5.2.2 Bagi Responden

Diharapkan responden dapat meningkatkan pengetahuan tentang kualitas

tidur mereka. Sehingga kualitas tidur mereka bisa meningkat salah satunya dengan

cara minum susu.


40

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti berikutnya menggunakan penelitian ini sebagai data

awal untuk penelitian selanjutnya. Peneliti lainya dapat meneliti faktor lain yang

menyebabkan kualitas tidur lansia menjadi baik.


41

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :Rineka


Cipta

Asmadi, 2008, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta :


SalembaMedika

Aziz, Alimul, 2009, Pengantar Kebutyhan Dasar Manusia, Jakarta :


SalembaMedika

Azizah, L, 2011. Keperawatan Lanjut Usia, Jakarta : CV, Tranas Info Medika

Lumbantobing, 2004. Gangguan Tidur. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia

Notoatmojo, S,2012, Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nugroho, W, 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran, EGC.

Rochimah,dkk.2011.Keterampilan dasar praktik klinik.Jakarta:Trans Info Media

Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisian Riset Keperawatan, Yogyakarta : Graha


Ilmu

Staley. M, 2007, Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran, EGC.

Mediacenter,malangkota.go.id diakses tanggal 13 September 2019 pukul 21.00


42

Lampiran 1
43

Lampiran 2

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Pemberianminum susuper oral

1 Pengertian - Pemberian minuman kepada pasien secara langsung


melalui mulut sesuai daftar minuman
2 Tujuan 1) Mencegah terjadinya dehidrasi
2) Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan cairan dalam
tubuhnya
3) Menambah kualitas tidur
3 Persiapanpasien 1) Pastikan identitas klien
2) Kaji kondisi klien
3) Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang
dilakukan
4) Jaga privacy klien
5) Atur posisi klien
4 Persiapanalat 1. Meja
2. Air susu dalamgelasdansedotan
3. Gelasukuran 250-300ml
4. Tissue
5. Pengalas

5 Cara kerja A. Tahaporientasi:


1. Berikan salam,panggil klien dengan namanya
(kesukaannya)
2. Kaji kondisi pasien
3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai tujuan dan
tindakan yang dilakukan
4. Jaga privacy klien

B. Tahapkerja:
1. Cucitangan
2. Jelaskanprosedur yang akandilakukan.
3. Kajikondisipasien
4. Bantu untukmeminumkannya
5. Catatperubahan, reaksiterhadappemberian,
danevaluasiresponpasien
6. Cucitangan

C. Tahap terminasi :
1. Evaluasiresponklien
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Membersihkan peralatan
44

4. Mengakhiri kegiatan dengan baik


5. Mencatat reaksi / respon klien terhadap pemberian cairan per
oral.
6. Bukasarungtangandancucitangan

6 Dokumentasi 1) Mencatattindakan yang telahdilakukan (waktupelaksanaan,


hasiltindakan(responobjektifdanobjektif) didalamcatatan
2) Bersihkandankembalikanperalatan yang
digunakanpadatempatnya
3) Buka APD dancucitangan
4) Dokumentasikantindakandalambentuk SOAP

Lampiran 3

INFORMASI PENELITIAN
45

Kepada Yth

Responden Penelitian

Di Tempat

Bapak/ Ibu yang saya hormati,

Saya mahasiswa dari Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Jurusan


Keperawatan Program Studi DIII Keperawatan Lawang, yang sedang dalam
proses penyelesaian tugas akhir, oleh karena itu mohon kesedian dan keikhlasan
Bapak/Ibu untuk menjadi resonden dalam penelitian saya. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui kualitas tidur pada lansia yang minum susu di Panti Griya
Asih untuk mengisi kuisioner wawancara guna memperoleh data-data yang
berhubungan dengan tujuan penelitian ini.

Pengisian kuisioner jawaban yang diberikan hanya digunakan untuk


keperluan penelitian, kerahasian identitas Bapak/Ibu akan dijamin sepenuhnya.
Atas bantuan dan perhatianya Saya ucapkan terima kasih.

Malang, 5 November 2019

Nur Rodin Faridoh


NIM. 17220174064

Lampiran 4

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


46

Nama saya Nur Rodin Faridoh (17220174064), Mahasiswa Program Studi


D III Keperawatan Lawang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang saat ini
sedang melaksanakan proposal karya tulis ilmiah yang berjudul:

“Study Kasus Pemberian Susu Pada Lansia Dengan Insomnia Di Panti Griya
Asih Kecamatan Lawang Kabupaten Malang”

Untuk maksud diatas, maka kami mohon kepada Bapak/Ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian ini.

Adapun hal-hal ini Bapak/Ibu ketahui adalah:

 Selama penelitian ini Bapak/Ibu tidak akan mengalami kerugian/resiko


apapun yang timbul dari penelitian ini.
 Identitas Bapak/Ibu akan dirahasiakan sepenuhnya oleh peneliti, dan
hanya data yang Bapak/Ibu isikan yang akan digunakan demi
kepentingan penelitian.
 Penelitian ini tidak akan memungut biaya sedikitpun kepada Bapak/Ibu.
 Jika kemudian Bapak/Ibu keberatan meneruskan penelitian ini,
Bapak/Ibu boleh menghentikan peran serta dalam penelitian ini.
 Hal-hal yang belum jelas dapat ditanyakan kepada peneliti.

Peneliti

Nur Rodin Faridoh

Lampiran 5
47
48

Lampiran 6
49

Lampiran 7

LEMBAR KUISIONER

Data Responden

Nama : Ny. L

Usia : 76 tahun

Petunjuk menjawab

Pilih jawaban pada kolom yang tersedia dengan cara memberi tanda centang (√).

NO PERTANYAAN TIDAK KADANG SERING SELALU


PERNAH KADANG

1 Apakah anda √
kesulitan untuk
memulai tidur
2 Apakah anda tiba-tiba √
terbangun pada
malam hari
3 Apakah anda bisa √
terbangun lebih
awal/dini hari
4 Apakah anda merasa √
mengantuk pada siang
hari
5 Apakah anda merasa √
sakit kepala pada
siang hari
6 Apakah anda merasa √
kurang puas dengan
tidur anda
7 Apakah anda gelisah √
saat tidur

8 Apalah anda √
mendapat mimpi
buruk
50

9 Apakah badan anda √


merasa lemah, letih,
kurang tenaga setelah
tidur
10 Apakah jadwal jam √
tidur anda sampai
bangun tidak
beraturan
11 Apakah anda tidur √
selama 6 jam dalam
semalam
51

LEMBAR KUISIONER

Data Responden

Nama : Ny. M

Usia : 71 tahun

Petunjuk menjawab

Pilih jawaban pada kolom yang tersedia dengan cara memberi tanda centang (√).

NO PERTANYAAN TIDAK KADANG SERING SELALU


PERNAH KADANG

1 Apakah anda √
kesulitan untuk
memulai tidur
2 Apakah anda tiba-tiba √
terbangun pada
malam hari
3 Apakah anda bisa √
terbangun lebih
awal/dini hari
4 Apakah anda merasa √
mengantuk pada siang
hari
5 Apakah anda merasa √
sakit kepala pada
siang hari
6 Apakah anda merasa √
kurang puas dengan
tidur anda
7 Apakah anda gelisah √
saat tidur

8 Apalah anda √
mendapat mimpi
buruk
9 Apakah badan anda √
merasa lemah, letih,
kurang tenaga setelah
tidur
52

10 Apakah jadwal jam √


tidur anda sampai
bangun tidak
beraturan
11 Apakah anda tidur √
selama 6 jam dalam
semalam
53

Lampiran 8

Anda mungkin juga menyukai