Anda di halaman 1dari 21

KUMPULAN SOAL UTS HUKUM DAN ETIKA KESEHATAN KARS 2020

SESI 1 : MALPRAKTIK MEDIS

Graz Y.H
1. Apakah yang dimaksud dengan perjanjian terapeutik?
Jawab:
Perjanjian terapeutik adalah perjanjian antara dokter dan pasien dalam hubungan pelayanan
kesehatan yang ditandai dengan adanya hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Dokter
dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki wajib memberikan prestasi terhadap pasien
yang jujur dan terbuka menyampaikan keluhan yang dimiliki. Berdasarkan pasal 1320 KUHP
(Perdata), terdapat 4 syarat untuk sahnya perjanjian terapeutik:
- Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
- Kecakapan untuk membuat perikatan
- Suatu hal tertentu
- Suatu sebab yang sah
Perjanjian terapeutik diatur oleh seperangkat alat di antaranya SOP, standar profesi dan standar
kompetensi. Dalam hubungannya dengan aspek legal pelayanan kesehatan, seorang dokter
ataupun institusi tidak dapat dituntut secara hokum apabila dalam perjalalanan terapeutik pasien
mengikuti SOP dan standar-standar yang telah ditetapkan.

2. Sebutkan jenis hubungan yang terjadi pada kegiatan pelayanan kesehatan antara dokter dan
rumah sakit!
Jawab:
a. Dokter sebagai employee
Pada hubungan seperti ini dokter bertindak sebagai karyawan rumah sakit yang wajib
memenuhi kewajiban terhadap pemberi kerja. Dokter yang bekerja digaji secara tetap
dengan tidak melihat jumlah pasien maupun kuantitas tindakan yang dilakukan. Pola seperti
ini sering diamati di rumah sakit pemerintah
b. Dokter sebagai attending physician (mitra)
Pada pola ini dokter dan rumah sakit dalam keadaan yang sejajar, saling membutuhkan,
dan saling menguntungkan. Rumah sakit menyediakan tempat, sarana dan prasarana untuk
dokter bekerja, sebaliknya dokter wajib memberikan prestasi berupa pelayanan yang sesuai
dengan kompetensi dan SOP kepada pasien yang datang ke rumah sakit. Pola ini sering
ditemui di rumah sakit swasta dimana dokter dibayar sesuai dengan jumlah pasien atau
tindakan yang dilakukan.
c. Dokter sebagai independent contractor
Pada hubungan ini rumah sakit dan dokter melakukan perjanjian terbatas untuk menangani
sebuah kasus atau apabila tenaga dokter ahli diperlukan untuk melengkapi tenaga ahli yang
sudah ada di rumah sakit tersebut. Setelah kasus atau tindakan tersebut selesai maka
berakhir pula hubungan antara dokter dan rumah sakit.

Wily Kurniadi
3. Apakah yang anda ketahui tentang malpraktik medis dan risiko medis?
Jawab:
Malpraktik terdiri dari dua suku kata: “mal” yang berarti “salah”, dan “praktik” yang berarti
“pelaksanaan” atau “tindakan”. Sehingga malpraktik bermakna pelaksanaan atau tindakan
yang salah

1
Risiko medis terbangun dari kata “risiko” dan “medis”. Risiko sendiri berasal dari kata “risk”
yang dalam bahasa Inggris berarti ada kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak baik di
kemudian hari, situasi yang dapat membahayakan, atau mempunyai hasil yang tidak baik.

4. Ada 3 jenis malpractice hukum (criminal, civil dan administrative) sesuai dengan bidang hukum
yang dilanggar. Coba jelaskan apa yang disebut malpractice administrative dan perbuatan
apakah yang termasuk didalamnya?
Jawab:
Tenaga kesehatan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga
kesehatan tersebut telah melanggar hukum administrasi.
Contohnya:
Pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan,
misalnya tentang persyaratan bagi tenaga kesehatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin
Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga Kesehatan. Apabila aturan
tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar
hukum administrasi

Triyanti Permatasari
5. Jelaskan yang dimaksud dengan kode etik profesi?
Jawab:
Kode etik profesi adalah suatu aturan tertulis tentang kewajiban yang harus dilakukan oleh
semua anggota profesi dalam menjalankan pelayanannya terhadap masyarakat. Kode etik pada
umumnya disusun oleh organisasi profesi yang bersangkutan. Kode etik tidak mengatur “hak-
hak” anggota, tetapi hanya “kewajiban-kewajiban” anggota. Isi kode etik profesi umumnya
mencakup: kewajiban umum, kewajiban terhadap “client”, kewajiban terhadap teman sejawatnya
dan kewajiban terhadap diri sendiri.

6. Uraikan perbedaan antara etika kesehatan dan hukum kesehatan!


Jawab:

Etika Kesehatan Hukum Kesehatan


Lingkup Berlaku di lingkungan masing- Berlaku untuk umum
masing profesi kesehatan
Disusun berdasarkan Kesepakatan anggota masing- DIsusu oleh badan
masing profesi pemerintahan, baik legislative
maupun eksekutif
Bentuk Tidak semuanya tertulis Tercantum atau tertulis
secara rinci dalam kitab
undang-undang atau
lemabaran negara
Sanksi Tuntutan biasanya dari Tuntutan yang berujung pada
organisasi profesi pidana atau hukuman
Penyelesaian Oleh Majelis Kehormatan Etik Melalui pengadilan
Pelanggaran Profesi
Penyelesaian Tidak selalu disertai bukti fisik Memerlukan bukti fisik
Pelanggaran

Makassari Dewi
7. Jelaskan mengapa rumah sakit /pemilik rumah sakit dapat dituntut apabila memiliki SOP yang
salah?
Jawab:
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang salah yang dibuat dan diterapkan oleh RS dan tidak
diawasi oleh pemilik RS merupakan kesalahan, karena dapat menyebabkan hilangnya nyawa

2
atau kematian pada pasien. Pemilik rumah sakit seharusnya melakukan pengawasan terhadap
kegiatan pelayanan kesehatan dan praktek kedokteran yang dilakukan oleh rumah sakit dan
dokter. juga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan SPO tersebut. Juga pemilik rumah
sakit hendaknya mengawasi apakah visi dan misi rumah sakit dijalankan dengan baik atau tidak
oleh rumah sakit dan dokter yang merupakan tanggung jawab pemilik rumah sakit. perbuatan
tersebut jika dilanggar akan melawan hukum sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1367
KUHPerdata:
“Ganti rugi untuk perbuatan yang dilakukan oleh orang lain (Pasal 1367 KUHPerdata). Pasal
1367 ayat (1) KUHPerdata, seseorang tidak hanya bertanggungjawab atas kerugian yang
disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan
orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada dalam
pengawasannya (vicarious liability)”

8. Jelaskan mengapa direktur utama rumah sakit dpat dituntut bila rumah sakit memiliki SOP yang
salah?
Jawab:
Direktur utama adalah pimpinan tertinggi rumah sakit dan bertanggung jawab untuk semua SOP
di rumah sakit dan berkewajiban mengawasi pembentukan dan pelaksanaan SOP yang ada di
rumah sakit. Sehingga jika lalai dalam pelaksanaannya maka juga akan melanggar Pasal 1367
KUHPerdata, Berbunyi:
“Ganti rugi untuk perbuatan yang dilakukan oleh orang lain (Pasal 1367 KUHPerdata). Pasal
1367 ayat (1) KUHPerdata, seseorang tidak hanya bertanggungjawab atas kerugian yang
disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan
orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada dalam
pengawasannya (vicarious liability)”

Erma Handayani
9. Unsur-unsur apa saja yang dapat dikualifisir dalam Perbuatan Melawan Hukum sesuai dengan
KUHPerdata?
Jawab:
Perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata), berbunyi: “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya
untuk menggantikan kerugian tersebut.”
Dari bunyi Pasal tersebut, maka dapat ditarik unsur-unsur PMH sebagai berikut:
 ada perbuatan melawan hukum;
 ada kesalahan;
 ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan;
 ada kerugian

10. Apa yang dimaksud dengan malpraktek dan unsur apa saja yang memenuhi kejadian
malpraktek:
Jawab:
Menurut J. Guwandi dengan mengutip Black’s Law Dictionary, Malpraktek adalah setiap sikap
tindak yang salah, kekurangan keterampilan dalam ukuran tingkat yang tidak wajar. Istilah ini
umumnya dipergunakan terhadap sikap tindak dari para dokter, pengacara dan akuntan.
Kegagalan untuk memberikan pelayanan profesional dan melakukan pada ukuran tingkat
keterampilan dan kepandaian yang wajar di dalam masyarakatnya oleh teman sejawat rata-rata
dari profesi itu, sehingga mengakibatkan luka, kehilangan atau kerugian pada penerima
pelayanan tersebut yang cenderung menaruh kepercayaan terhadap mereka itu. Termasuk di

3
dalamnya setiap sikap tindak profesional yang salah, kekurangan keterampilan yang tidak wajar
atau kurang kehati-hatian atau kewajiban hukum, praktek buruk atau ilegal atau sikap immoral.
Unsur-unsur yang memenuhi kejadian malpraktek:
1) Dokter kurang menguasai ilmu pengetahuan kedokteran dan keterampilan yang sudah
berlaku umum dikalangan profesi kedokteran.
2) Dokter memberikan pelayanan medik dibawah standar (tidak lege artis)
3) Dokter melakukan kelalaian berat atau kurang hati-hati, yang dapat mencakup:
a. Tidak melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya dilakukan, atau
b. Melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukan.
c. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum

Nancy Sovira
11. Sering sekali kasus- kasus yang ditemui rancu antara malpraktek atau masalah etik. Bagaimana
kiat cepat untuk membedakannya tanpa hrs menjalani proses yang cukup panjang?
Jawab:
Saat ini masih menjadi kendala antara instilah malpraktek dan pelanggaran etik. Masyarakat non
medis sering beranggapan dan berasumsi bahwa semua hal yang tidak berkenan dilakukan oleh
tenaga medis dianggap malpraktek. Saran saya perlunya edukasi dan informasi kepada
masyarakat penerima pelayanan kesehatan mengenai hal ini sewaktu mereka mengikuti
program asuransi, baik asuransi milik pemerintah atau swasta.

12. Apakah para dokter perlu memiliki pendamping hukum pribadi krn msh ada beberapa RS yang
kadang seperti lepas tangan kala ada dokter yg diperkarakan oleh pasien?
Jawab:
Sebaiknya ada juga perlindungan advokasi untuk dokter pada setiap RS di tempat dokter tsb
bekerja , yang nantinya akan bekerjasama dengan IDI cabang.

Vellyana Gustika
13. Sebutkan kewajiban dokter yang tercantum pada Pasal 51 Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2004 Tentang Praktik Kedokteran.
Jawab:
Kewajiban dokter adalah Pasal 51 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran.:
a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosudur
operasional serta kebutuhan medis pasien
b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan
c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah
pasien itu meninggal dunia.
d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas danmampu melakukannya
e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi.

14. Bagaimana proses penyelesaian sengketa medis yang harus terlebih dahulu dilakukan pada
saat tenaga kesehatan melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya?
Jawab:
Pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang KESEHATAN Pasal 29 dijelaskan bahwa
dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya,
kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi

4
SESI 2 : MALPRAKTIK MEDIS

Deasy Amelia
15. Apakah perbedaan antara malpraktek medis dengan kelalaian medis? Berikan juga contoh
masing-masing!
Jawab:
Malpraktek medis memiliki arti bahwa melakukan tindakan yang seharusnya tidak boleh
dilakukan dan melanggar suatu ketentuan dalam perundang-undangan atau bertentangan
dengan hukum yang berlaku. Tindakan dalam malpraktek medis ini dilakukan secara sadar.
Misalnya ketika dokter dengan sengaja melakukan aborsi tanpa ada indikasi medis, melakukan
euthanasia, dan memberi surat keterangan medis yang tidak sebenarnya.

Sedangkan kelalaian medis ialah tindakan tanpa unsur atau tujuan untuk menimbulkan akibat
yang terjadi. Kelalaian ini bersifat kurang waspada atau hati-hati dengan melakukan sesuatu
yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan..
Contohnya ketika dokter lupa atau menelantarkan pasien yang ada sehingga penyakit dari
pasiennya bertambah berat hingga meninggal.

16. Apa yang harus dilakukan oleh tenaga medis bila menghadapi tuntutan hukum dugaan
malpraktek dari pasien dan keluarganya sedangkan yang dilakukan sebenarnya sudah sesuai
dengan prosedur?
Jawab:
a. Ajukan bukti yang dapat menyangkal dan membuktikan bahwa tuduhan yang ditujukan itu
tidak memiliki dasar atau tidak mengarah pada ajaran yang benar. Tenaga medis dapat
mengarahkan bahwa tuduhan tersebut memang sebenarnya ialah risiko medis atau
mengajukan alasan bahwa yang dilakukan tidak sesuai dengan yang dituduhkan.
b. Lakukan penyangkalan tuntutan dengan cara menolak unsur pertanggung jawaban atau
membela diri dari pertanggung jawaban.
c. Tenaga medis dapat bersifat lebih pasif dan biarkan pasien dan keluarga yang aktif untuk
membuktikan.
d. Komunikasikan lagi dengan pasien karena biasanya tuntutan pasien terjadi akibat
komunikasi yang kurang baik antara pasien dengan tenaga medis.
e. Dapat menggunakan jasa penasehat hukum agar dapat menyerahkan urusan hukum yang
bersifat teknis kepada ahlinya.

Ahmad Safar
17. Dalam hal pelimpahan wewenang tindakan medis dari dokter ke perawat dapat dilakukan secara
delegatif dan mandat. Jelaskan perbedaan kedua cara tersebut?
Jawab:
Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan Pasal 32, dapat dilakukan secara:
a. Delegatif
Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu tindakan medis
diberikan oleh tenaga medis kepada Perawat dengan disertai pelimpahan tanggung
jawab. Pelimpahan wewenang secara delegatif hanya dapat diberikan kepada Perawat
profesi atau Perawat vokasi terlatih yang memiliki kompetensi yang diperlukan. Tindakan
medis yang dapat dilimpahkan secara delegatif, antara lain adalah menyuntik,
memasang infus, dan memberikan imunisasi dasar sesuai dengan program pemerintah.

b. Mandat

5
Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis kepada Perawat
untuk melakukan sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan. Tanggung jawab atas
tindakan medis pada pelimpahan wewenang mandat berada pada pemberi pelimpahan
wewenang. Tindakan medis yang dapat dilimpahkan secara mandat, antara lain adalah
pemberian terapi parenteral dan penjahitan luka.

18. Menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 65, dalam
melakukan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dapat menerima Pelimpahan Tindakan
Medis dari Tenaga Medis. Apa saja yang menjadi ketentuan dalam pelimpahan tindakan medis
tersebut?
Jawab:
Pelimpahan tindakan dilakukan dengan ketentuan:

a. tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan keterampilan yang telah
dimiliki oleh penerima pelimpahan;
b. pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan pemberi
pelimpahan;
c. pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang dilimpahkan
sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan pelimpahan yang diberikan; dan
d. tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk pengambilan keputusan sebagai dasar
pelaksanaan tindakan.

Juwita Kasih
19. Apa yang sebaiknya yang harus dilakukan pihak RS agar terhindar dari tuntutan akibat dari
suatu pengobatan seperti alergi obat atau Steven Jhonson Syndrome
Jawab:
a. Baik pihak RS atau pun dokter sebelum memberikan terapi harus melakukan anamnesa
terkait riwayat alergi pasien dan tercatatat di berkas rekam medis
b. Informed consent terhadap tindakan dan terapi yang akan diberikan mengenai kemungkinan
bila terjadi alergi atau pun efek samping yang mungkin akan timbul
c. Memastikan pasien dan keluarga konsen saat diberi penjelasan serta ada bukti
dokumentasi yang dapat dijadikan bukti hukum.
d. Informasikan setiap ada kejadian yang tidak diharapkan dari terapi ataupun tindakan yang di
berikan kepada pasien dan keluarga.
e. Menciptakan komunikasi yang baik dari dokter-perawat- pasien dan keluarga.

20. Pada kasus pemberian obat yang menimbulkan Steven Jhonson Syndrome, kapan diputuskan
tidak melanggar hukum?
Jawab:
a. Pada saat pemberian obat sesuai dengan SOP RS serta panduan klinis yang berlaku
b. Sudah dilakukan inform consent sebelum pemberian obat
c. merupakan akibat dari reaksi alergi pemberian obat yang tidak dapat di prediksi
d. saat terjadi SSJ langsung berikan tatalaksana pengobatan yang sesuai standar

Nurulita Cahyani
21. Pasien datang dengan keluhan patah di jari kelingking tangan kanan, setelah di periksa dan di
rontgen dokter menyarankan untuk amputasi jari yg patah dan di operasi. Namun pasien dan
keluarga menolak hal tersebut meskipun sudah di jelaskan oleh dokter tentang prosedur
tindakan dan risiko bila tindakan tsb tidak dilakukan. Sebutkan dan uraikan peraturan yang
mengatur hak pasien dalam menerima dan menolak tindakan medis
Jawab :
UU 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 56 ayat 1

6
“Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang
akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan
tersebut secara lengkap.”

22. Jelaskan kewajiban dokter Berdasarkan UU 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran pasal 51!
Jawab :  
Pasal 51 menentukan kewajiban dokter adalah: 
a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien 
b. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya

Bunga Listia
23. Apakah seorang perawat yang tidak memiliki SIP Praktik Mandiri, dan tidak memasang papan
nama praktik di tempat praktik mandirinya kemudian melakukan praktik keperawatan di
rumahnya dapat terkena ancaman hukuman pidana?
Jawab:
Di dalam UU Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan pada Pasal 46 ayat 1
menyebutkan bahwa “Setiap Tenaga Kesehatan Yang Menjalankan Praktik Di Bidang Pelayanan
Kesehatan Wajib Memiliki Izin” dan ayat 2 “Izin Sebagaimana Dimaksud Pada Ayat (1) Diberikan
Dalam Bentuk SIP”, serta Pasal 47 yang menyebutkan bahwa “Tenaga Kesehatan Yang
Menjalankan Praktik Mandiri Harus Memasang Papan Nama Praktik”. Kemudian diperkuat
dengan UU No 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan Pasal 19 ayat 1 yang menyebutkan bahwa
“Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki izin” dan ayat 2 “Izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIPP”, serta Pasal 21 yang
menyebutkan bahwa “Perawat yang menjalankan praktik mandiri harus memasang papan nama
Praktik Keperawatan”. Dengan demikian perawat yang akan melakukan praktik keperawatan
wajib memiliki izin berupa SIPP, dan jika perawat tersebut melakukan praktik keperawatan
mandiri (praktik mandiri), selain wajib memiliki izin juga harus memasang papan nama
praktiknya.
Namun demikian, terdapat perbedaan ancaman hukuman / sanksi bagi perawat yang melakukan
praktik keperawatan antara unsur “keharusan memasang papan nama praktik keperawatan”
dengan unsur “kewajiban memiliki izin” yang diatur di dalam kedua undang-undang ini apabila
melanggar.
Unsur “keharusan memasang papan nama praktik keperawatan”, baik di dalam UU Nomor 36
tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan yaitu Pasal 82, maupun UU Nomor 38 tahun 2014
tentang Keperawatan yaitu Pasal 58, dapat dikenai sanksi administratif yang berupa: a. teguran
lisan; b. peringatan tertulis; c. denda adminstratif; dan/atau d. pencabutan izin.
Unsur yang terkait dengan “kewajiban memiliki izin” bagi tenaga kesehatan yang menjalankan
praktik di bidang pelayanan kesehatan, di dalam UU Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan dalam Pasal 86 dapat terkena ancaman pidana denda paling banyak
Rp100.000,000,00 (seratus juta rupiah).
Dengan demikian, oleh karena perawat tersebut tidak memiliki SIP Praktik Mandiri, dan tidak
memasang papan nama praktik di tempat praktik mandirinya kemudian melakukan praktik
mandiri (praktik keperawatan di rumahnya), maka perawat tersebut dapat dikenai ancaman
sanksi administratif melalui unsur “keharusan memasang papan nama praktik keperawatan”,
serta ancaman pidana denda melalui unsur “kewajiban memiliki izin”

24. Di dalam UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan pasal 30 dan pasal 35 disebutkan
bahwa perawat memiliki kewenangan untuk memberikan pertolongan pertama berupa tindakan
medis dan pemberian obat pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensinya untuk

7
menyelamatkan nyawa klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut. Apakah yang termasuk ke
dalam keadaan gawat darurat yang dimaksud?
Jawab:
Keadaan Gawat Darurat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
47 tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan Pasal 1 yaitu keadaan klinis yang
membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.
Adapun kriteria kegawatdaruratannya di dalam Pasal 3 disebutkan meliputi:
a. mengancam nyawa, membahayakan diri dan orang lain/lingkungan;
b. adanya gangguan pada jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi;
c. adanya penurunan kesadaran;
d. adanya gangguan hemodinamik; dan/atau
e. memerlukan tindakan segera.

Nelly Noviyanti
25. Apa yang dimaksud dengan perjanjian terapeutik?
Jawab:
Perjanjian terapeutik adalah perjanjian yang terjadi antara dokter sebagai Health Provider (yang
memberikan pelayanan kesehatan) dan pasien sebagai Health Receiver (yang menerima
pelayanan kesehatan). Hubungan dokter dan pasien ini pada dasarnya merupakan hubungan
kontraktual, yang dimulai sejak dokter menyatakan secara lisan maupun sikap atau tindakan
yang menunjukkan kesediaan dokter untuk berusaha semaksimal mungkin untuk
menyembuhkan pasien, serta kedua belah pihak harus memenuhi syarat-syarat tertentu, dan
bila transaksi sudah terjadi maka kedua belah pihak terikat akan hak dan kewajiban
sebagaimana yang telah disepakati oleh keduanya. Jadi sifatnya antara dokter dengan pasien
bukan dengan rumah sakit.

26. Sebutkan unsur-unsur dalam perbuatan melawan hukum (PMH) sesuai dengan pasal 1365
KUHPerdata!
Jawab:
Perbuatan melawan hukum terdiri dari 6 unsur, yang harus dipenuhi secara kumulatif, tidak
terpenuhinya salah satu atau lebih unsur berakibat gugatan PMH tidak terbukti.

Unsur tersebut adalah :

a. Adanya perbuatan / kelalaian


b. Melanggar hukum
c. Kerugian
d. Kesalahan
e. Kausalitas
f. Schutznorm theory

Amelia Chintia
27. Apa saja kewenangan MKDKI dalam menangani kasus malpraktek?
Jawab:
MKDKI adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang
dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi,
dan menetapkan sanksi. Sanksi tersebut dapat berupa pemberian peringatan tertulis,
rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Izin Praktik (SIP); dan/atau
kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau
kedokteran gigi. Dasar MKDKI dalam menilai suatu norma disiplin kedokteran yaitu: standar
profesionalisme, standar pelayanan, standar prosedur operasional. Contoh, apabila yang
diadukan adalah dokter, maka MKDKI akan melakukan investigasi berdasarkan standar

8
operasional, apa keahlian dokter yang diadukan tersebut. MKDKI dalam memeriksa aduan
terhadap dokter akan membentuk suatu Majelis Pemeriksa Awal. Bilaman dalam hasil
pemeriksaan awal ditemukan bahwa pengaduan yang diajukan adalah pelanggaran etik maka
MKDKI melanjutkan pengaduan tersebut ke organisasi profesi. Sedangkan bilamana
pemeriksaan awal tersebut diduga terdapat pelanggaran disiplin maka ditetapkan Majelis
Pemeriksa Disiplin oleh ketua MKDKI. Anggota Majelis Pemeriksa Disiplin terdiri dari 3 atau 5
orang yang dipilih dari anggota MKDKI, yang salah satunya harus ahli hukum yang bukan tenaga
medis. Keputusan sidang Majelis Pemeriksa Disiplin adalah merupakan keputusan MKDI yang
mengikat Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), dokter atau dokter gigi yang diaudkan, pengadu,
Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta institusi terkait. Keputusan
dapat berupa: tidak terbukti bersalah melakukan pelanggaran disiplin kedokteran atau terbukti
bersalah melakukan pelanggaran disiplin kedokteran. MKDKI hanya dapat memberikan sanksi
administrasi, sedangkan untuk sanksi pidana dan perdata merupakan tugas hakim di pengadilan.
MKDKI hanya berorientasi pada disiplihn keilmuan, bukan disiplin hukum.

28. Apakah ada regulasi khsusus apabila dalam pelayanan terjadi sengketa antara dokter spesialis
kandungan dan pasien berdasarkan organisasi POGI?
Jawab:
Untuk alur penyelesaian sengketa ada aturannya sendiri menurut POGI:
a. Setiap terjadi kejadian tidak diharapkan dokter dan petugas Rumah Sakit diharapkan
melakukan komunikasi kepada keluarga tentang hal-hal yang terjadi. Upayakan maslaah
bisa terlokalisir dan terselesaikan pada saat itu.
b. Dokter dan petugas kesehatan di Rumah Sakit mencatatnya secara seksama, meneliti
kelengkapan rekam medik (termasuk ijin operasi dan formulir infor consent) dan
melaporkannya kepada Ketua SM (Staf Medik) untuk ditindaklanjuti. Ketua SM akan
melaporkan kejadian tersebut kepada Direktur RS, Komite Keselamatan Pasien (KKP)
dan Komite Medik.
c. Komite Medik dan KKP bersama ketua SM serta dokter terkait melakukan pembahasan
secara seksama tentang kasus yang terjadi sehingga didapatkan kesimpulan yang jelas.
Harus ada juru bicara tentang kasus tersebut.
d. Bila pasien dan keluarganya merasa tidak puas dengan penjelasan petugas kesehatan
pada saat kejadian, pihak Direksi, KKP dan Komite Medik mengundang pasien dan atau
keluarganya untuk bertatap muka dan mencari solusi sebaik-baiknya.
e. Apabila pasien dan keluarganya membawa masalah tersebut keluar dari Rumah Sakit
misalnya melapor ke MKDKI atau bahkan ke ranah hukum, dokter terkait harus
melaporkan kasus tersebut kepada Organisasi Profesinya dengan melampirkan data-
datanya termasuk copy rekam medik,
f. Organisasi profesi akan mempelajari kasus tersebut dan membahasnya secara seksama
dan teliti pada rapat Dewan Pembina Cabang. Dewan Pembina Cabang akan memanggil
dokter terkait untuk menjelaskan secara kronologis tentang kasus tersebut.
g. Hasil dari Rapat Dewan Pembina Cabang merupakan suatu keputusan yang bersifat
Konfidensial dan tidak untuk konsumsi pihak manapun. Dewan Pembina Cabang dalam
pembahasan kasus tersebut biasanya mengeluarkan dua keputusan yaitu: 1). Menunjuk
saksi ahli bila dibutuhkan untuk sidang-sidang selanjutnya di ranah hukum. 2). Kasus
ditetapkan sebagai putih (murni komplikasi medis), abu-abu (terjadi pelanggaran
prosedur/understandard ringan) dan hitam (kasus telah ditangani tidak sesuai dengan
standar yang ada).

SESI 3 : INFORMED CONSENT

9
Risely Sutarsa
29. Apa akibat ketiadaan informed consent menurut perspektif hukum perdata?
Jawab:
Dalam transaksi terapeutik, pasien memiliki kedudukan yang sama dengan dokter atau tenaga
kesehatan. Pasien berhak untuk menentukan tindakan-tindakan medis apa saja yang boleh dan
tidak boleh dilakukan terhadap tubuhnya. Hak pasien atas tubuhnya sendiri merupakan salah
satu hak asasi manusia, di mana Munir Fuady menggolongkannya sebagai salah satu hak di
bawah payung hak untuk menentukan nasib sendiri atau the right to self-determination. Sehebat
apapun seorang dokter, tetap tidak diperbolehkan melakukan tindakan-tindakan medis terhadap
pasiennya jika tidak mendapatkan persetujuan.

Ketiadaan informed consent dipandang dari aspek hukum perdata dapat dilihat dari tiga sisi;
1. Ketiadaan informed consent yang berakibat pada tidak terpenuhinya salah satu syarat
perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata;
2. Ketiadaan informed consent yang digolongkan sebagai wanprestasi; dan
3. Ketiadaan informed consent yang digolongkan sebagai perbuatan melawan hukum
berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata.

Ketiadaan informed consent baru menimbulkan masalah hukum apabila tindakan dokter tersebut
menimbulkan kerugian bagi pasien. Kerugian yang dimaksud mempunyai lingkup yang cukup
luas; baik kerugian materil seperti rasa sakit atau bekas luka yang menganggu kehidupan sehari-
hari maupun kerugian psikis seperti pelanggaran atas keyakinan atau agama tertentu-pun dapat
dijadikan alas gugat.

Yg lengkap browsing di sini: https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5caacd2490e88/akibat-


ketiadaan-iinformed-consent-i-menurut-perspektif-hukum-perdata-oleh--vicia-sacharissa/

30. Bagaimana implementasi informed consent dalam pelayanan kesehatan?


Jawab:
Implementasi persetujuan tindakan medis (informed consent) dalam pelayanan kesehatan.
Persetujuan Tindakan Medis diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan yaitu UU No.
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, UU No. 29
Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata),
Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Setiap
tindakan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan Persetujuan Tindakan Medis berpedoman
pada peraturan perundang-undangan yang ada, berdasar formulir persetujuan tindakan medik
yang baku.
Pelaksanaan persetujuan tindakan medik (informed consent) dalam pelayanan kesehatan.
Keharusan adanya Informed Consent secara tertulis yang ditandatangani oleh pasien sebelum
dilakukannya tindakan medik, karena erat kaitannya dengan pendokumentasiannya ke dalam
catatan medik (Medical Record). Hal ini disebabkan, Rumah Sakit tempat dilakukannya tindakan
medik tersebut, selain harus memenuhi standar pelayanan rumah sakit juga harus memenuhi
standar pelayanan medik sesuai dengan yang ditentukan dalam keputusan Menteri Kesehatan
No. 436/MENKES/SK/VI/1993 Tentang Berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit. Dengan
demikian, Rumah Sakit turut bertanggung jawab apabila tidak dipenuhinya persyaratan Informed
Consent. Apabila tindakan medik yang dilakukan tanpa adanya Informed Consent, maka dokter
yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan surat izin praktik,
Berarti, keharusan adanya Informed Consent secara tertulis dimaksudkan guna kelengkapan
administrasi Rumah Sakit yang bersangkutan. Dengan demikian, penandatanganan Informed
Consent secara tertulis yang dilakukan oleh pasien sebenarnya dimaksudkan sebagai
penegasan atau pengukuhan dari persetujuan yang sudah diberikan setelah dokter memberikan
penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukannya. Oleh karena itu, dengan
ditandatanganinya Informed Consent secara tertulis tersebut, maka dapat diartikan bahwa

10
pemberi tanda tangan bertanggung jawab dalam menyerahkan sebagian tanggung jawab pasien
atas dirinya sendiri kepada dokter yang bersangkutan, beserta resiko yang mungkin akan
dihadapinya.

Lily Damayanti
31. Sesuai dengan Undang – Undang no 44 Tahun 2009 pasasal 32 memberikan penjelasan
mengenai hak pasien, sebutkan minimal 3 hak pasien yang anda ketahui yang juga sangat
mempengaruhi cara kerja dokter!
Jawab:
a. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tatacara tindakan medis, tujuan medis,
alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
b. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
c. Menggugat dan atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana.

32. Persetujuan Tindakan medis atau Informed Consent diatur dala Peratutan Menteri Kesehatan RI
No 290/MENKES/PER/III/2008, Jelaskan tujuan dari Informed Consent yang Anda ketahui!
Jawab:
a. Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuan
pasien
b. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang tidak terduga dan
bersifat negative, misalnya terhadap risk of treatment yang tidak mungkin dihindarkan
walaupun dokter sudah mengusahakan semaksimal mungkin dan bertindak dengan sangat
hati hati dan teliti.

Nadia Annisa
33. Menurut Permenkes RI no. 290/ MENKES/PER/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Medis.
Yang dimaksud dengan Persetujuan tindakan kedokteran adalah ….
Jawab:
Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien

34. Menurut Permenkes RI no. 290/ MENKES/PER/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Medis.
Pasal 2 berbunyi “Semua tindakan kedokteran yang dilakukan terhadap pasien harus
mendapatkan persetujuan”. Ada berapa jenis persetujuan yang dimaksud? Dan apa yang
dimaksud dengan persetujuan tersebut?
Jawab:
a. Ada 2, yaitu persetujuan secara tertulis dan lisan.
b. Yang dimaksud dengan persetujuan tersebut adalah pasien mendapat pernjelasan yang
diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran dilakukan.

Septian Saraslina
35. Pada persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi, setiap tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus
mendapat persetujuan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap. Sebutkan 3 saja
cakupan penjelasan yang harus disampaikan dokter /dokter gigi!

11
Jawab:
a. diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. alternatif tindakan lain dan risikonya
d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

36. Tujuan rekam medis terdiri dari beberapa aspek diantaranya aspek administrasi, medis, hukum,
finansial, riset, edukasi dan dokumentasi. Apakah yang dimaksud dengan aspek hukum pada
tujuan rekam medis!
Jawab:
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya menyangkut masalah adanya
jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan bukti untuk menegakkan keadilan.

Amalia Ari
37. Sesuai Undang-Undang no 29 tahun 2004 pasal 45, Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran
gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapatkan
persetujuan. Apa sajakah item yang harus dijelaskan ke pasien?
Jawab:
 Diagnosis dan tata cara tindakan medis;
 Tujuan tindakan medis yang dilakukan;
 Alternatif tindakan lain dan resikonya;
 Risiko dan komplikasi yang mukin terjadi; dan
 Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

38. Sebutkan aturan mana yang menyatakan bahwa Direktur Rumah Sakit ikut bertanggung jawab
bila ada kesalahan dari dokter yang menjadi tanggung jawabnya?
Jawab :
Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Assifa Swasti
39. Sebutkan peraturan perundangan yang di dalamnya mengatur tentang informed consent!
Jawab:
Undang-undang no 29 tahun 2004, Undang-undang no 36 tahun 2014, Undang-undang no 44
tahun 2009 dan PMK 290 tahun 2008

40. Berdasarkan Undang-undang no 36 tahun 2014, penjelasan medis (informed consent) harus
sekurang-kurangnya menjelaskan tentang….
Jawab:
Tata cara tindakan pelayanan, tujuan tindakan pelayanan dilakukan, alternatif tindakan, risiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

Lovia Lova
41. Apakah tidak disampaikannya resiko terburuk pada korban dan keluarganya dalam informed
consent yang sudah ditandatangani oleh korban bisa dituntut secara hukum?
Jawab:
Bisa, karena melanggar dari peraturan:
a. Berdasarkan Pasal 1 Permenkes no 290/Menkes/Per/III/2008 tentang persetujuan tindakan
kedokteran, yang dimaksud dengan persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan

12
yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
b. Dan dijelaskan juga dalam UU RI no 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran, yang
dimaksud penjelasan secara lengkap sekurang-kurangnya mengandung:
 diagnosis dan tata cara tindakan medis
 tujuan tindakan medis yang dilakukan
 alternatif tindakan lain dan risikonya
 risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
 prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
c. Diperjelas lagi pada pasal 3 permenkes no 290/Menkes/Per/III/2008:
Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan
tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam bentuk pernyataan
yang tertuang dalam formulir khusus yang dibuat untuk itu.

42. Apakah dalam keadaan emergency tidak disampaikannya resiko terburuk pada korban dan
keluarganya dalam inform consent yang sudah di tanda tangani oleh korban bisa dituntut secara
hukum?
Jawab:
Tidak bisa, karena sesuai dari pasal 4 Permenkes no 290/Menkes/Per/III/2008 yang menyatakan
bahwa: Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah
kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.

SESI 4 : INFORMED CONSENT

Revy Ardiani
43. Sebelum melakukan tindakan/prosedur kepada pasien, dokter atau dokter gigi hendaknya
melakukan proses informed consent kepada pasien/keluarga pasien. Penjelasan apa sajakah
yang perlu disampaikan kepada pasien/keluarga mengenai tindakan/prosedur yang akan
dilakukan?
Jawab:
Berdasarkan Permenkes 290 Tahun 2008, penjelasan tentang tindakan kedokteran sekurang-
kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan
c. Altematif tindakan lain, dan risikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
f. Perkiraan pembiayaan.

44. Apa tujuan dari informed consent?


Jawab:
Tujuan dari informed consent adalah:
a. Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuan
pasien
b. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang tidak terduga dan
bersifat negatif, misalnya terhadap risiko tindakan yang tidak mungkin dihindarkan walaupun
dokter sudah mengusahakan semaksimal mungkin dan bertindak dengan sangat hati-hati
dan teliti.

Andara Dwike

13
45. Jelaskan menurut Anda mengenai Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) pada saat
terjadi kegawat daruratan?
Jawab:
Pada kasus gawat darurat yang mengancam nyawa dan apabila tidak ada keluarga terdekat,
dokter tetap dapat melakukan Tindakan kedokteran yang menyelamatkan nyawa pasien
tersebut. Prioritas yang paling utama adalah tindakan menyelamatkan nyawa. Walaupun tetap
penting, informed consent tidak boleh menjadi penghalang atau penghambat bagi pelaksanaan
emergency care sebab dalam keadaan kritis dimana dokter berpacu dengan maut, ia tidak
mempunyai cukup waktu untuk menjelaskan keputusannya. Tindakan menyelamatkan nyawa
seseorang dalam keadaan gawat darurat tersebut memiliki kekuatan hukum yaitu Peratutan
Menteri Kesehatan RI No 290/MENKES/PER/III/2008 dimana disebutkan dalam keadaan gawat
darurat untuk menyelamatkan jiwa pasien dan atau mencegah kecacatan tidak diperlukan
persetujuan Tindakan kedokteran.

46. Jelaskan menurut Anda mengapa perlu ada Persetujuan untuk Tindakan Medis (Informed
Consent)?
Jawab:
Persetujuan untuk Tindakan Medis (Informed Consent) memberikan kekuatan hukum bagi
Dokter. Selain itu Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) memiliki fungsi komunikasi
antara Dokter dan pasien yaitu pemberian informasi/ penjelasan dan persetujuan oleh pasien
atau keluarga yang berhak kepada dokter untuk melakukan Tindakan medis pada Pasien,
seperti pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya untuk mengeakkan diagnosa, pemberian
obat, melakukan penyuntikan, melakukan pembiusan, melakukan Tindakan bedah dan Tindakan
medis lainnya.

Heka Widya
47. Untuk kepentingan apa saja informasi dari rekam medis dapat diketahui dan bagaimana
regulasinya?
Jawab:
Pada peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 269 tahun 2008 pasal 10
Ayat 2
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat
pengobatan dapat dibuka dalam hal:
a. Untuk kepentingan kesehatan pasien
b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas
perintah pengadilan
c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri
d. Permintaan institusi/Lembaga berdasarkan ketentuan perundangan-undangan, dan
e. Untuk kepentingan penelitian, Pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak
menyebutkan identitas pasien.

Ayat 3
Permintaan rekam medis dengan tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan
secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan

48. Apa tindakan dari manajemen rumah sakit, jika pasien kemungkinan akan memperkarakan
kasus tersebut ke pengadilan?
Jawab:
Merujuk pada regulasi tentang rekam medis pada peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269
tahun 2008 pasal 12 diatur dengan tegas bahwa:
1. berkas rekam medis milik fasilitas pelayanan kesehatan,
2. sedangkan isi dari rekam medis merupakan milik pasien.

14
Namun dalam hal kasus ini, kemungkinan pasien akan memakai rekam medisnya yang akan
dipergunakan sebagai alat bukti nanti untuk hal-hal yang tidak menyenangkan. Seperti kita
tahu untuk profesi kedokteran ada landasan KODEKI (Kode Etik Kedotekteran Indonesia) pada
pasal 19 ayat 7, bila pasien kemungkinan hendak mengkasuskan perkaranya, resume medis
pun tidak bisa diberikan.

Natasya Austenita
49. Apabila kita menemukan hal yang tidak benar telah dilakukan oleh rekan sejawat, sebagai
dokter yang dimintai second opinion, bagaimanakan cara yang terbaik untukmenyikapi hal
tersebut?
Jawab:
Apabila kita mengetahui ada sejawat lalai, lebih baik kita ingatkan terlebih dahulu dengan cara
yang baik, ingatkan pula untu meminta maaf kepada pasien atau keluarga. Namun apabila
perbuatan (lalai) tersebut dilakukan dengan sengaja bisa dilaporkan ke MKEK yang nantinya
bersama MKDKI akan menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter tersebut,
dan menetapkan sanksi sesuai dengan UU Praktik Kedokteran.

50. Bagaimana pengisian informed consent yang baik agar tidak terjadi tuntutan di kemudian hari?
Jawab:
Setiap tindakan yang akan dilakukan wajib dijelaskan secara detail kepada pasien atau
keluarga dengan bahasa yang mudah dimengerti, wajib tertulis, dan diberi tandatangan
sebagai tanda sudah dijelaskan, dan dipahami. Jangan melakukan tindakan apapun tanpa
persetujuan pasien/keluarga terlebih dahulu kecuali life saving. Jelaskan dan tulis semua
resiko yang mungkin terjadi apabila dilakukan maupun tidak dilakukan tindakan. Usahakan
selalu ada saksi dari kedua belah pihak.

Helmi Agustian
Puskemas X melaksanakan Imunisasi Campak dan Imunisasi Measles Rubella (MR) terhadap siswa-
siswi Y termasuk salah satu siswa yang diimunisasi adalah anak Penggugat bernama RIXY. saat
dilakukan imunisasi anak Penggugat dalam keadaan kurang sehat dan demam. 12 hari setelah
dilakukan imunisasi anak penggugat meninggal, kemudian penggungat menganggap bahwa anaknya
meninggal akibat Imunisasi Campak dan Imunisasi Measles Rubella (MR) karena merasa saat
dilakukan imunisasi anaknya kurang sehat dan mengaku tidak mendapatkan sosialisasi mengenai
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
51. Sebutkan tindakan kedokteran yang harus dilakukan saat tindakan kedokteran!
Jawab:
Persetujuan Tindakan Kedokteran:
a) Diagnosa dan tata cara tindakan kedokteran
b) Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan
c) Alternatif tindakan lain, dan risikonya
d) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
f) Perkiraan pembiayaan

52. Dalam Skenario di atas dimana letak kesalahannya dan berdasarkan peraturan undangan
yang mana?Apakah tindakan imunisasi membutuhkan bukti persetujuan sebelum tindakan
penyuntikan?

Jawab:

15
Bila melihat scenario diatas maka peraturan undangan yang digunakan adalah PMK No 12 ttg
Penyelenggaraan Imunisasi Pasal 7 Ayat (2) bahwa Imunisasi lanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan pada: a. anak usia bawah dua tahun (Baduta); b. anak usia
sekolah dasar; dan c. wanita usia subur (WUS). Pasal 7 ayat (4) Imunisasi lanjutan yang
diberikan pada anak usia sekolah dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri
atas Imunisasi terhadap penyakit campak, tetanus, dan difteri. Dan Pasal 7 ayat (5) Imunisasi
lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diberikan pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan usaha
kesehatan sekolah.
Dasar puskemas dan sekolah saat menyelenggarakan kegiatan imunisasi berdasarkan
regulasi diatas cukup kuat, Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Sehingga
dapat asumsikan bahwa imunisasi merupakan tindakan kedokteran pada tingkat
pencegahan. Hal ini akan berkaitan mengenai tindakan kedokteran yang tertera dalam PMK
No 290 tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran Pasal 1 ayat (1) Persetujuan
tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat
setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran
gigi yang akan dilakukan terhadap pasien. Tujuan penjelasan yang lengkap adaah agar
pasien menentukan kepututsannya sesuai dengan pilihan dia sendiri. Karena itu, pasien juga
berhak menolak tindakan medis yang dianjurkan. Pasien juga perhak untuk meminta
pendapat dokter lain. Namun apabila pasien sendiri berada dibawah pengampuan maka
pertujuan atau penolakan tindakan medis dapat diberikan oleh keluarga terdekat, anatara lain
suami/istri, ayah/ibu kandung, anak-anak kandung, atau saudara-saudara kandung
Kesalahan yang mugkin terjadi pada scenario diatas adalah tidak dapatnya informasi yang
cukup mengenai penyelenggaran imuniasi dan skrening sebelum dilakukan imuniasi padahal
pada PMK No 12 ttg Penyelenggaraan Imunisasi Pasal 32 ayat (3) Kedatangan masyarakat
di tempat pelayanan Imunisasi baik dalam gedung maupun luar gedung setelah diberikan
penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan persetujuan untuk
dilakukan Imunisasi, dan ayat (4) Dalam pelayanan Imunisasi Program, tenaga kesehatan
harus melakukan penyaringan terhadap adanya kontra indikasi pada sasaran Imunisasi.

Ella Agnes
53. Ketiadaan informed consent dapat menyebabkan malpraktek dokter, dalam hal ini setara dengan
perbuatan kelalaian/kesengajaan. Apa saya yang dapat dianggap tindakan malpraktek dokter
karena ketiadaan informed consent tersebut?
Jawab:
a. Pasien sebelumnya menyatakan tidak setuju terhadap tindakan dokter tetapi dokter tetap
melakukan tindakan tersebut
b. Jika dokter dengan sengaja melakukan tindakan misleading tentang resiko/kemungkinan
komplikasi/akibat dari tindakan medis yang diambil
c. Jika dokter dengan sengaja menyembunyikan resiko dan akibat dari tindakan medis yang
diambil
d. Informed consent yang diberikan ternyata berbeda dengan prosedur medis yang dikerjakan
dokter

54. Apa hakekat informed consent dan peraturan yang berlaku?


Jawab:
Hakekat informed consent harus mengandung 2 unsur pokok yaitu
1. Informasi yang diberikan oleh dokter (UU no 29 th 2004 ttg Praktik Kedokteran pasal 45)

16
Informasi medis harus dijelaskan secara spesifik mengenai diagnosis, tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan, alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
serta prognosis
2. Persetujuan yang diberikan oleh pasien (PMK 290/MENKES/PER/III/2008 ttg Persetujuan
Tindakan Kedokteran)
Persetujuan atau penolakan dilakukan setelah pasien atau keluarga terdekat dalam
keadaan sadar sehat mental (jika pasien dibawah umur secara hukum atau dalam keadaan
tidak sadar) setelah mendapat penjelasan spesifik dari dokter

Abdul Robby
55. Persetujuan Tindakan medis atau Informed Consent diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
RI No 290/MENKES/PER/III/2008. Apakah persetujuan tersebut dapat dicabut kembali?
Jawab:
a. Persetujuan Tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi
persetujuan sebelum dimulainya tindakan
b. Pembatalan persetujuan Tindakan kedokteran yang dimaksud harus dilakukan secara
tertulis oleh yang memberi perseetujuan
c. Segala akibat yang timbul dari pembatalan persetujuan Tindakan kedokteran akan menjadi
tanggung jawan yang membatalkan persetujuan
d. Persetujuan Tindakan kedokteran bukanlah suatu kontrak atau perjanjian dua pihak tetapi
persetujuan sepihak.

56. Apakah setiap tindakan kedokteran yang akan dilakukan kepada pasien harus memperoleh
persetujuan tindakan kedokteran?
Jawab:
a. Pada dasarnya ya. Sebagian besar tindakan yang bersifat umum biasanya sudah disepakati
pasien secara implisit atau dalam general consent. Hanya tindakan kedokteran yang
memiliki risiko tinggi yang memerlukan persetujuan tertulis.
b. Tindakan kedokteran tidak memerlukan persetujuan sebelumnya apabila dalam kedaruratan
medis, atau pada saat pasien telah memberikan hak (waiver) kepada dokter untuk
melakukan tindakan yang diperlukan pada satu keadaan tertentu, atau pada keadaan
mendesak bagi kepentingan kesehatan masyarakat, atau bila pasien tidak kompeten dan
tidak ada yang menemani.

SESI 5 : ETIKA PROFESI

Sirly Cut
57. Bahwa setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini jika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada
dokter yang mempunyai kelahlian dalam penyakit tersebut terdapat dalam Kode Etik Kedokteran
Indonesia yang disusun oleh?
Jawab:
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia

58. Sebutkan sekurangnya tiga (3) asas etik kedokteran!


Jawab:
a. Beneficence
b. Non-maleficence
c. Justice
d. Autonomy

17
e. Veracity

Yuki Melati
59. Apakah pasien yang meminta tindakan aborsi dan asisten dokter yang membantu dalam
mengatur pasien di klinik ketika dokter melakukan tindakan aborsi dapat dikenakan sanksi?
Jawab:
Ya, dapat dikenakan sanksi, sesuai KUHP pasal 55 jo pasal 56 bahwa yang dapat dipidana
meliputi seseorang yang melakukan tindak pidana, seseorang yang menyuruh lakukan atau
yang turut melakukan tindak pidana, dan seseorang yang membantulakukan terjadinya tindak
pidana tsb.
a) Untuk asisten dokter yang membantu dalam mengatur pasien dapat dikenakan sanksi
pidana menurut pasal 57 KUHP ayat (1) dalam hal pembantuan, maksimum pidana
pokok terhadap kejahatan, dikurangi sepertiga.
b) Untuk pasien yang meminta tindakan aborsi juga dapat dikenakan pasal 346 KUHP
bahwa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

60. Apakah jika seorang dokter dicabut izin praktiknya karena alasan tindakan pidana melanggar
hukum seperti dalam kasus aborsi yang dipresentasikan pada sesi 5, kelak dalam kurun waktu
tertentu apakah ybs dapat mengajukan izin praktik lagi?
Jawab:
Pemberian izin praktik kembali bagi dokter yang telah dicabut izinnya akibat melakukan
tindakan pidana maka harus dengan pertimbangan dari Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia (MKDKI) untuk memeriksa dan memberikan keputusan. (sesuai pasal
69 UU nomor 29 tahun 2004).

Meutia Arini
61. Apakah ada regulasi yang mengatur bahwa setiap pasien memiliki Kewajiban untuk mengikuti
instruksi dokter terkait terapi yang dokter berikan dan jadwal kontrol kembali terhadap dokter
tersebut?
Jawab:
Terdapat regulasi yang berisi tentang hak dan kewajiban pasien mengikuti terapi dokter dan
control kembali kepada dokter, yang berisi pada UU no.29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kodekteran mengenai Hak dan Kewajiban Pasien pada Pasal 53 ayat (b) yang berisi:
Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban (b).
mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi.

62. Bagaimanakah tindakan dokter yang tepat terhadap pelayanan kepada pasien yang sesuai
dengan regulasi yang ada?
Jawab:
Terdapat beberapa regulasi yang mengatur mengenai tindakan dokter tepat, diatur pada pasal
51 UU no.29 tahun 2004 tentang Praktek kodektran, yaitu:
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban:
a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan stanadr profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien,
b. Merujuk pasien kedokter atau kedokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kamampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan;
c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah
pasien itu meninggal dunia;
d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan

18
e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi.

Selain itu juga terdapat pada UU RI Pasal 58 no.36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan,
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib:

a. memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan


Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan
Penerima Pelayanan Kesehatan;
b. memperoleh persetujuan dari Penerima Pelayanan Kesehatan atau keluarganya atas
tindakan yang akan diberikan;
c. menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan;
d. membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang pemeriksaan, asuhan, dan
tindakan yang dilakukan; dan
e. merujuk Penerima Pelayanan Kesehatan ke Tenaga Kesehatan lain yang mempunyai
Kompetensi dan kewenangan yang sesuai.

Nurul Kartikasari
63. Informed Consent merupakan salah satu bentuk perjanjian di dalam bidang medis. Ada 4 syarat
yang harus dipenuhi agar suatu perjanjian disebut sah menurut KUHPerdata Pasal 1320.
Sebutkan 4 syarat tersebut.
Jawab:
1) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3) Suatu pokok persoalan tertentu
4) Suatu sebab yang tidak terlarang

Sumber: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

64. Berikan pengertian informed consent secara harfiah.


Jawab:
Informed consent secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu informed dan consent. Informed berarti
telah mendapat penjelasan atau informasi; sedangkan consent berarti memberi persetujuan atau
mengizinkan. Dengan demikian informed consent berarti suatu persetujuan yang diberikan setelah
mendapat informasi atau dapat juga dikatakan informed consent adalah pernyataan setuju dari
pasien yang diberikan dengan bebas dan rasional, sesudah mendapatkan informasi dari dokter
dan sudah dimengerti olehnya

Sumber: Pakendek, Adriana. 2010. Informed Consent Dalam Pelayanan Kesehatan. al-Ihkâ Vol.V
No .2 Desember 2010

Hanny Dewajanti
65. Hukum kesehatan meliputi apa saja, sebutkan!
Jawab:
Hukum kesehatan meliputi:
a. Semua ketentuan hukum yang langsung berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan
b. Penerapan hukum perdata, hukum pidana dan hukum administrasi
c. Pedoman Internasional, Hukum Kebiasaan dan Yurisprudensi
d. Hukum Otonom, Ilmu dan Literatur (doktrin)

66. Sebutkan perbedaan Hukum Kedokteran dan Kedokteran Kehakiman!


Jawab:

19
No Hukum Kedokteran Kedokteran Kehakiman
1 Sumber Ilmu Hukum Ilmu Kedokteran
2 Prinsip Prinsip Ilmu-ilmu Hukum Prinsip Ilmu- ilmu Kedokteran
3 Cakupan Kumpulan peraturan/hukum Ilmu yang kegunaannya untuk
yang mengatur segala aspek membantu aparat hukum untuk
hukum dalam pelayanan mengungkap kasus di bidang
kesehatan hukum yang membutuhkan
kesaksian ahli

Reli Giusman
67. Bagaimana seharusnya alur yang benar untuk laporan kasus gugatan surat keputusan
direktur RSUP M. Djamil Padang tentang pembebasan sementara memberikan pelayanan
dan tindakan medis atas nama dr. Noverial, Sp OT? Krn statusnya sebagai PNS, pejabat
penilai atau atasan langsung biasanya langsung menjatuhi hukuman disiplin tanpa konsultasi
lebih dahulu ke majelis kode etik.
Jawab:
untuk kasus ini jika di PNS maka atasan langsung harusnya melakukan pemeriksaan dahulu
sesuai dengan PP No.53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil pasal 24 dan
dilanjutkan pasal 25 demi kelancaran pemeriksaan maka dibebaskan sementara dari tugas
jabatannya oleh atasan langsung sejak yang bersangkutan diperiksa. Pada kasus ini terkait
dengan profesi dokternya maka sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
755/Menkes/Per/VII/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medik RS Bab V SubKomite
Etika Dan Disiplin Profesi Mekanisme pemeriksaan pada upaya pendisiplinan perilaku
profesional adalah sebagai berikut:
 Sumber Laporan
 Dasar Dugaan Pelanggaran Disiplin Profesi
 Pemeriksaan
 Keputusan
 Tindakan Pendisiplinan Perilaku Profesional
 Pelaksanaan Keputusan

68. Apakah dr. Noverial melakukan pelanggaran kode etik kedokteran pada kasus gugatan surat
keputusan direktur RSUP M. Djamil Padang tentang pembebasan sementara memberikan
pelayanan dan tindakan medis atas namanya?
Jawab:
untuk kasus ini dokter Noverial telah menjelaskan laporan sms tersebut tidak benar adanya
karena beliau tidak pernah melakukannya, jawaban tersebut dilakukan diruang direktur dan
dihadiri oleh kepala instalasi bedah, Penyangkalan ini seharusnya investigasi oleh perangkat
rumah sakit yaitu komite medik, sub komite etika dan disiplin. Jika hasil investigasi keluar
maka hasil tersebut direkomendasikan ke direktur RS untuk dilaksanakan. Dan jika hasil
investigasi itu dapat dibuktikan maka dr. Noverial melanggar kode etik kedokteran pasal 3.
Namun karena ini tidak dapat dibuktikan dan belum dilakukan investigasi maka beliau tidak
melanggar kode etik kedokteran.

Elfrida R
69. Apa syarat-syarat formal dalam penentuan diterima atau tidaknya permohonan kasasi suatu
perkara?
Jawab:

20
Berdasarkan pasal 45 A (1), (2), (3) UU No. 5 tahun 2004 tentang Mahkamah Agung, dinyatakan
suatu permohonan kasasi dapat diterima jika telah memenuhi syarat-syarat formal, yaitu
merupakan perkara yang tidak termasuk dalam kriteria sbb:
a. putusan tentang praperadilan;
b. perkara pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan/atau diancam pidana denda;
c. perkara tata usaha negara yang objek gugatannya berupa keputusan pejabat daerah
yang jangkauan keputusannya berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan.
Jadi jika suatu perkara yang diajukan dalam permohonan kasasi termasuk dalam kriteria perkara
di atas, maka permohonan kasasi tidak dapat diterima karena tidak memenuhi syarat-syarat
formal.

70. Dalam Permenkes no. 269/2008 tentang Rekam Medis, apakah yg dimaksud dengan rekam
medis, dan bentuk rekam medis yang bagaimana yg menjadi hak pasien?
Jawab:
Sesuai Permenkes no. 269/2008 pasal 1 dikatakan rekam medis adalah berkas berisikan catatan
dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yg telah diberikan kepada pasien.
Dalam pasal 12 ayat (1), (2) dinyatakan yg menjadi milik pasien adalah isi rekam medis, dalam
bentuk ringkasan rekam medis
Dalam pasal 10 ayat (2), (3), dinyatakan rekam medis dapat diberikan a.l:
(c) atas permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri dengan membuat permohonan tertulis
kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

21

Anda mungkin juga menyukai