FEATURE
FEATURE
Siang hari Senin, 29 Oktober 2018, terik mentari yang menyoroti jalanan Binus
dari panasnya hari. Sebenarnya dijadwal semester tiga ini, kami tidak memiliki
jadwal kelas di Binus Syahdan, semua jadwal berada di kelas Binus Anggrek.
Dikarenakan bosan dengan jajanan dan tempat makan di daerah Anggrek, kami
pun memutuskan untuk mencari tempat minum dan makan di Binus Syahdan.
Kami berkeliling, mencari tempat yang nyaman untuk menghabiskan waktu dan
minum yang menawarkan diri untuk disinggahi oleh kami. Tapi ada suatu tempat
putih menonjol dibagian kiri mata kami, nampak seperti penghuni baru
pinggiran jalan U Syahdan. Hokicaa namanya. Dan benar saja, tempat ini berhasil
First Impression Hokicaa berhasil membuat kami penasaran untuk datang dan
mencoba apa yang mereka suguhkan. Berlatar putih dengan aksen kayu mahoni,
Tempatnya asik dan kekinian, simple tapi tidak membosankan. Kami buka pintu
yang secara keseluruhan terbuat dari kaca, dan kemudian disambut senyuman
macchiato, squash, bubble, dan banyak lagi. Kami sedikit bingung, jujur. Tempat
ini baru saja dibukan sebulan yang lalu, jadi masih ‘asing’ bagi kami tentang
Hokicaa ini. Lima menit awal masih kami habiskan didepan meja kasir, mencari
minuman rasa apa yang dapat melepaskan dahaga. Sepuluh menit pun berlalu,
namanya juga wanita, paling susah untuk menentukan pilihan. Pelayan kasir pun
menawarkan variant favorit mereka yaitu Green Tea Macchiato dengan topping
Pearl Milk Tea dan Ice Milk Tea. Setelah menunggu jumlah harga pesanan kami,
diskon lima puluh persen untuk pembelian kedua. Dalam hati, tak salah kami
Kami mengambil tempat duduk depan kasir, didepan kami terdapat kaca sebagai
penghalang antara ruang luar dan dalam. Sembari menunggu minuman datang,
kami memperhatikan lalu lalang didepan kedai bernuansa putih ini. Kemudian
mata kami teralihkan dengan kehadiran seorang pria paruh baya yang duduk di
samping kasir. Karena posisi duduk kami berdekatan, kami pun bertegur sapa
dengan pria tersebut. Beliau adalah Pak Stephen, pemilik dari Hokicaa. Tutur
kata Pak Stephen ramah menyambut kami, dengan senang hati mengajak kami
Hokkicha adalah sebuah brand minuman yang dibentuk dan didirikan oleh Pak
Bisnis ini dimulai oleh Pak Stephen sejak 2016, Hokicaa baru mempunyai dua
didaerah Kampus Binus Syahdan strategis dan sesuai dengan produk yang
Ide dari bisnis minuman ini bereferensi dari negara Hongkong, Taiwan, dan
China yang sedang booming minuman boba. Bahkan yang menariknya lagi,
minuman ini sudah menjadi trendsetter sejak 10 tahun yang lalu di negara-
negara tesebut. Karena eksistensinya sampai sekarang masih berjaya, tanpa ragu
pemilik Hokkicha ini seperti tak hilang akal untuk bisa eksis didunia bisnis
Penasaran hal apa yang ingin ditonjolkan beliau, kami pun mencoba pesanan
minuman yang sudah sampai di meja. Kami menerka apa rasanya melampaui
lalu membuka sedotan dari plastiknya dan menancapkannya diatas tutup cup.
Dilihat dari wadahnya, bahannya sangat kuat, bagus, tidak tipis, menarik, dan
unik. Berbicara rasanya? Segar dan enak! Rasanya ringan, dan golden bubble-nya
pun lembut. “Oh dari rasanya pak yang ingin bapak tonjolkan?”, tanya kami,
“betul, selain itu kami menggunakkan bahan baku yang diimpor dari luar negeri.
Disamping itu, tak hanya rasa, ada aspek lain”, jawab beliau. Pak Stephen tak
hanya ingin menonjolkan cita rasa, melainkan dari aspek packaging minuman,
tempat karena ingin memberi kenyaman bagi pelanggan, apalagi pasar yang ia
raih kali ini adalah daerah kampus, dimana para mahasiswa mengincar tempat
bersama teman. Selain itu, sekarang masyarakat menyukai tempat astetik dan
lucu untuk diposting lewat sosial media, inilah yang menjadi alasan Pak Stephen
rela merogoh kocek untuk design interior ruang, targetnya adalah kepuasaan
dari pelanggan dan Hokicaa semakin terkenal dengan postingan sosial media
para pelanggannya. Benar saja, jika kita andaikan satu orang memiliki teman
disosial media sebanyak 50 orang, dan jumlah pelanggan dalam satu hari dapat
merupakan promosi yang efektif bukan? Hokicaa bisa dikenal oleh 2.500 orang
Tak hanya itu saja cara marketing yang digunakkan pemilik Hokicaa ini juga
dunia maya dan dikenal banyak masyarakat pengguna media sosial) dan Hokicaa
sendiri mengadakan promo selama sebulan terakhir dari awal peresmian buka
kedai Hokicaa ini. Promosi yang dilakukan seperti pembelian minuman kedua
diberikan diskon lima puluh persen dari harga normal, dan yang lebih
menariknya lagi adalah tidak ada syarat apapun untuk mendapatkan promo ini.
Cukup lama promo ini berlaku, kami pun bertanya, apakah tidak rugi
seperti ini. Dengan santai Pak Stephen menjawab bahwa masalah untung dan
rugi adalah persoalan belakang. Baginya yang terpenting adalah pemasaran dari
produk Hokicaa ini sendir, membuat orang sadar akan kehadirannya dan
penasaran untuk mampir membeli. Lalu dengan promo ini, orang-orang pasti
akan membeli dua minuman sekaligus, sehingga tidak hanya satu rasa yang
mereka coba, namun dua rasa secara bersamaan. Pak Stephen menambahkan,
untuk sekarang ia belum bisa ‘untung’, karena usia Hokicaa masih seumur jagung
di daerah itu. Namun beliau percaya, kedepannya ia akan meraih untung, karena
segar, dan mengandung gula banyak, seperti minuman Hokicaa. Persoalan ini
menjadi pertimbangan beliau, dan menghasilkan suatu inovasi. Inovasi dari pria
asal Medan ini adalah dengan membuat komposisi bahannya yang tak hanya
diimpor dari luar namun juga terjamin akan nutris dan berasal dari bahan
boba pelepas dahaga namun juga minuman sehat. Variant rasa salahsatunya
squash seperti Green Lemon, komposisinya terdapat buah lemon segar dengan
daun mint, “seperti ini”, kata Pak Stephen sambil menggoyangkan minumannya.
Green Lemon yang dipegang beliau memang mengundang mata, sensasi segar
Matahari masih saja betah untuk membagikan teriknya kepada Jakarta, kami pun
menjadi semakin lapar mata melihat Green Lemon yang ditunjukan Pak Stephen,
namun apadaya minuman kami saja masih belum habis diteguk, apalagi kantong
kami sedang tiris-tirisnya pada hari itu. Mungkin lain kali pikir kami, untuk
merasakan sensasi sehat dan segar yang ditawarkan salah satu minuman
Hokicaa itu. Kami melihat menu kembali, mencari apa saja yang menarik untuk
Membahas soal kantong, menurut kami Hokicaa ini sedikit pricy untuk ukuran
anak kuliahan. Mereka menawarkan minuman dari harga dua puluh sampai
empat puluh ribu rupiah, tergantung dari segi ukuran dari kecil – sedang – besar,
dan rasa. Padahal kalo berbicara soal harga, banyak minuman disekitaran Binus
yang menawarkan harga yang lebih murah daripada Hokicaa. Pak Stephen pun
menjawab, bahwa dia dapat saja membuka kedai-kedai kecil untuk berjualan
minuman dengan harga miring terutama seperti didaerah Binus Syahdan, tanpa
kandungan bahan baku yang dipakai serta packaging yang ala kadarnya, tanpa
memperhatikan bahan plastik yang dipakai. Namun itu berbeda dengan visi dan
misi beliau, ia ingin menjual minuman sehat, dengan packaging yang tidak
memiliki daya tarik tersendiri, dan membuatnya ‘berbeda’ dibanding yang lain.
Itulah daya jualnya, dan menurutnya harga yang dipatok pun sesuai dengan apa
yang pelanggan terima. Bagi kami, visi dan misi Pak Stephen patut untuk
diacungi jempol karena tak semua pedagang serta pengusaha sekitaran Binus
mau dan berani mengambil langkah seperti, dengan kondisi banyak penjual yang
Matahari mulai lelah nampaknya, sedikit redup sinarnya kami lihat dari dalam,
menandakan siang hari akan berganti sore hari. Pelanggan mulai berdatagan,
ada yang sendiri, ada yang berdua, ada yang beramai-ramai, dan ada yang hanya
kami. Mungkin, jawabnya. Namun ia tidak mau terburu-buru, Pak Stephen ingin
terutama di Binus Syahdan ini. Baginya, terlalu cepat untuk membuka cabang
baru, apalagi Hokicaa adalah brand sendiri bukan franchise. Jadi butuh waktu
Hokicaa. Tapi tidak dipungkiri olehnya, bila ada pikiran untuk membuka cabang
Tak terasa, minuman kami hampir habis, lalu tiba pula teman-teman kami datang
tahu kami sedang berada disini, mereka pun melesat pergi kesini. Wajah Pak
Stephen terlihat menyiratkan senyuman ketika teman-teman kami memasuki
Hokicaa, seperti turut serta meramaikan tempatnya pada sore itu. Apalagi ketika
melihat kami. Mungkin beliau merasa puas dan bahagia. Puncaknya adalah
ketika salah satu teman kami, terbelalak kaget adanya promo lima puluh persen
untuk pembelian kedua, sontak membuat Pak Stephen tersenyum lebar melihat
kepuasaan pelanggannya.
Sayangnya, setelah beberapa lama kami berbincang, terasa hawa sedikit panas.
kami berkurang. Mungkin keluhan kami didengar oleh Pak Stephen dan
menyediakan musik, dan kebetulan lagu yang diputar adalah lagu kesukaan
teman kami. Jalanan di gang U mulai ramai dengan kendaraan bermotor dan
beberapa mobil turut melintas. Sore itu sudah menunjukkan pukul 16.00, jam
karyawan pulang kerja. Terik matahari pun sudah pudar dari langit, bergantian
kami pun segera bersiap untuk pulang. Pak Stephen masih duduk ditempat yang
sama seperti sebelumnya. Kami segera membereskan tempat duduk kami, dan
pemikiran, dan pengalaman yang dibagikan oleh beliau. Pak Stephen pun
berterima kasih kembali atas kedatangan kami, dan turut senang untuk melayani
kami.