Anda di halaman 1dari 9

FENTI LUSIYANA ( 2101694974)

VINCENSIA REGINA C B (2101713001)

HOKICAA DI SUDUT BINUS SYAHDAN

Siang hari Senin, 29 Oktober 2018, terik mentari yang menyoroti jalanan Binus

Syahdan. Mahasiswa dan pengendara berlalu-lalang mencari tempat berteduh

dari panasnya hari. Sebenarnya dijadwal semester tiga ini, kami tidak memiliki

jadwal kelas di Binus Syahdan, semua jadwal berada di kelas Binus Anggrek.

Dikarenakan bosan dengan jajanan dan tempat makan di daerah Anggrek, kami

pun memutuskan untuk mencari tempat minum dan makan di Binus Syahdan.

Kami berkeliling, mencari tempat yang nyaman untuk menghabiskan waktu dan

melepas dahaga sejenak. Berdempetan banyak tempat-tempat makan dan

minum yang menawarkan diri untuk disinggahi oleh kami. Tapi ada suatu tempat

putih menonjol dibagian kiri mata kami, nampak seperti penghuni baru

pinggiran jalan U Syahdan. Hokicaa namanya. Dan benar saja, tempat ini berhasil

menggoda kami untuk singgah.

First Impression Hokicaa berhasil membuat kami penasaran untuk datang dan

mencoba apa yang mereka suguhkan. Berlatar putih dengan aksen kayu mahoni,

dan kursi-kursi rotan berjejer melingkar diantara meja bundar didepannya.

Lahan depan rindang, memberikan kesan kesejukan bila menghampirinya.

Tempatnya asik dan kekinian, simple tapi tidak membosankan. Kami buka pintu

yang secara keseluruhan terbuat dari kaca, dan kemudian disambut senyuman

ramah oleh pelayan Hokicaa. Mereka menawarkan minuman segar, dari

macchiato, squash, bubble, dan banyak lagi. Kami sedikit bingung, jujur. Tempat
ini baru saja dibukan sebulan yang lalu, jadi masih ‘asing’ bagi kami tentang

Hokicaa ini. Lima menit awal masih kami habiskan didepan meja kasir, mencari

minuman rasa apa yang dapat melepaskan dahaga. Sepuluh menit pun berlalu,

namanya juga wanita, paling susah untuk menentukan pilihan. Pelayan kasir pun

menawarkan variant favorit mereka yaitu Green Tea Macchiato dengan topping

Golden Bubble diatasnya. Setelah menimang-nimang, kami pun memesan Golden

Pearl Milk Tea dan Ice Milk Tea. Setelah menunggu jumlah harga pesanan kami,

ada yang membuat kami tersenyum sumringah, mereka menyediakan promo

diskon lima puluh persen untuk pembelian kedua. Dalam hati, tak salah kami

menginjakkan kaki ditempat ini.

Kami mengambil tempat duduk depan kasir, didepan kami terdapat kaca sebagai

penghalang antara ruang luar dan dalam. Sembari menunggu minuman datang,

kami memperhatikan lalu lalang didepan kedai bernuansa putih ini. Kemudian

mata kami teralihkan dengan kehadiran seorang pria paruh baya yang duduk di

samping kasir. Karena posisi duduk kami berdekatan, kami pun bertegur sapa

dengan pria tersebut. Beliau adalah Pak Stephen, pemilik dari Hokicaa. Tutur

kata Pak Stephen ramah menyambut kami, dengan senang hati mengajak kami

bercengkrama. Penasaran dengan bagaimana Hokicaa ini terbentuk, mulailah

pembicaraan kami yang intens dengan beliau.

Hokkicha adalah sebuah brand minuman yang dibentuk dan didirikan oleh Pak

Stephen dan temannya. Nama Hokicaa ternyata memiliki filosofinya sendiri,

berasal dari kata ‘hoki’ yang berarti beruntung.


Mungkin orang awam masih belum tahu mengenai brand minuman Hokicaa.

Bisnis ini dimulai oleh Pak Stephen sejak 2016, Hokicaa baru mempunyai dua

cabang yaitu di Cengkareng dan Kemanggisan. Cabang pertamanya adalah di

Cengkareng dan masih beroperasi hingga kini. Kemudian untuk mengembangkan

Hokkicha, beliau mulai merambah daerah Kemanggisan, dan meresmikan

Hokkicha sebulan yang lalu di Binus Syahdan. Menurutnya, target pemasaran

didaerah Kampus Binus Syahdan strategis dan sesuai dengan produk yang

dijualnya. Apalagi ia mengincar para mahasiswa seperti kami, karyawan, dan

penduduk didaerah Kemanggisan.

Ide dari bisnis minuman ini bereferensi dari negara Hongkong, Taiwan, dan

China yang sedang booming minuman boba. Bahkan yang menariknya lagi,

minuman ini sudah menjadi trendsetter sejak 10 tahun yang lalu di negara-

negara tesebut. Karena eksistensinya sampai sekarang masih berjaya, tanpa ragu

Pak Stephen membangun Hokkicha. Meskipun di Indonesia sudah banyak aneka

minuman boba dan kawan-kawannya yang bertebaran di tempat publik lain,

pemilik Hokkicha ini seperti tak hilang akal untuk bisa eksis didunia bisnis

minuman ini. Beliau menonjolkan kekhas-an dari produknya, agar masyarakat

memberikan perhatian pada Hokicaa.

Penasaran hal apa yang ingin ditonjolkan beliau, kami pun mencoba pesanan

minuman yang sudah sampai di meja. Kami menerka apa rasanya melampaui

ekspetasi apa tidak. Kita berdua kemudian mengambil minuman masing-masing,

lalu membuka sedotan dari plastiknya dan menancapkannya diatas tutup cup.

Dilihat dari wadahnya, bahannya sangat kuat, bagus, tidak tipis, menarik, dan
unik. Berbicara rasanya? Segar dan enak! Rasanya ringan, dan golden bubble-nya

pun lembut. “Oh dari rasanya pak yang ingin bapak tonjolkan?”, tanya kami,

“betul, selain itu kami menggunakkan bahan baku yang diimpor dari luar negeri.

Disamping itu, tak hanya rasa, ada aspek lain”, jawab beliau. Pak Stephen tak

hanya ingin menonjolkan cita rasa, melainkan dari aspek packaging minuman,

komposisi minumannya, dan tempat yang nyaman. Beliau memusatkan pada

tempat karena ingin memberi kenyaman bagi pelanggan, apalagi pasar yang ia

raih kali ini adalah daerah kampus, dimana para mahasiswa mengincar tempat

‘nongkrong’ yang nyaman untuk mengerjakan tugas ataupun sekedar hangout

bersama teman. Selain itu, sekarang masyarakat menyukai tempat astetik dan

lucu untuk diposting lewat sosial media, inilah yang menjadi alasan Pak Stephen

rela merogoh kocek untuk design interior ruang, targetnya adalah kepuasaan

dari pelanggan dan Hokicaa semakin terkenal dengan postingan sosial media

para pelanggannya. Benar saja, jika kita andaikan satu orang memiliki teman

disosial media sebanyak 50 orang, dan jumlah pelanggan dalam satu hari dapat

mencapai 50 orang. 50 orang dikali 50 pelanggan, hasilnya 2.500, sungguh

merupakan promosi yang efektif bukan? Hokicaa bisa dikenal oleh 2.500 orang

dalam sehari, menakjubkan!

Tak hanya itu saja cara marketing yang digunakkan pemilik Hokicaa ini juga

melalui endorsement lewat ‘selebgram’ (Selebriti Instagram, yang eksis lewat

dunia maya dan dikenal banyak masyarakat pengguna media sosial) dan Hokicaa

sendiri mengadakan promo selama sebulan terakhir dari awal peresmian buka

kedai Hokicaa ini. Promosi yang dilakukan seperti pembelian minuman kedua

diberikan diskon lima puluh persen dari harga normal, dan yang lebih
menariknya lagi adalah tidak ada syarat apapun untuk mendapatkan promo ini.

Cukup lama promo ini berlaku, kami pun bertanya, apakah tidak rugi

memberikan penawaran promo dengan jangka waktu yang cukup panjang

seperti ini. Dengan santai Pak Stephen menjawab bahwa masalah untung dan

rugi adalah persoalan belakang. Baginya yang terpenting adalah pemasaran dari

produk Hokicaa ini sendir, membuat orang sadar akan kehadirannya dan

penasaran untuk mampir membeli. Lalu dengan promo ini, orang-orang pasti

akan membeli dua minuman sekaligus, sehingga tidak hanya satu rasa yang

mereka coba, namun dua rasa secara bersamaan. Pak Stephen menambahkan,

untuk sekarang ia belum bisa ‘untung’, karena usia Hokicaa masih seumur jagung

di daerah itu. Namun beliau percaya, kedepannya ia akan meraih untung, karena

ini hanya masalah waktu saja.

Membahas mengenai kesehatan, Pak Stephen mengungkapkan, salah satu target

pemasarannya adalah orang kelebihan berat badan atau obesitas. Menurutnya

orang dengan kelebihan berat badan cenderung menyukai minuman manis,

segar, dan mengandung gula banyak, seperti minuman Hokicaa. Persoalan ini

menjadi pertimbangan beliau, dan menghasilkan suatu inovasi. Inovasi dari pria

asal Medan ini adalah dengan membuat komposisi bahannya yang tak hanya

diimpor dari luar namun juga terjamin akan nutris dan berasal dari bahan

natural, yang menjadikan minuman Hokicaa bukan hanya sekedar minuman

boba pelepas dahaga namun juga minuman sehat. Variant rasa salahsatunya

squash seperti Green Lemon, komposisinya terdapat buah lemon segar dengan

daun mint, “seperti ini”, kata Pak Stephen sambil menggoyangkan minumannya.
Green Lemon yang dipegang beliau memang mengundang mata, sensasi segar

seperti menggoda kami untuk menyicipi minuman sehat itu.

Matahari masih saja betah untuk membagikan teriknya kepada Jakarta, kami pun

menjadi semakin lapar mata melihat Green Lemon yang ditunjukan Pak Stephen,

namun apadaya minuman kami saja masih belum habis diteguk, apalagi kantong

kami sedang tiris-tirisnya pada hari itu. Mungkin lain kali pikir kami, untuk

merasakan sensasi sehat dan segar yang ditawarkan salah satu minuman

Hokicaa itu. Kami melihat menu kembali, mencari apa saja yang menarik untuk

kami coba selanjutnya.

Membahas soal kantong, menurut kami Hokicaa ini sedikit pricy untuk ukuran

anak kuliahan. Mereka menawarkan minuman dari harga dua puluh sampai

empat puluh ribu rupiah, tergantung dari segi ukuran dari kecil – sedang – besar,

dan rasa. Padahal kalo berbicara soal harga, banyak minuman disekitaran Binus

yang menawarkan harga yang lebih murah daripada Hokicaa. Pak Stephen pun

menjawab, bahwa dia dapat saja membuka kedai-kedai kecil untuk berjualan

minuman dengan harga miring terutama seperti didaerah Binus Syahdan, tanpa

memperhatikan aspek-aspek lain dan hanya menjual minuman kemudian

meraup keuntungan. Bisa saja beliau menjual minuman tanpa memikirkan

kandungan bahan baku yang dipakai serta packaging yang ala kadarnya, tanpa

memperhatikan bahan plastik yang dipakai. Namun itu berbeda dengan visi dan

misi beliau, ia ingin menjual minuman sehat, dengan packaging yang tidak

setengah-setengah dan tempat yang nyaman. Pak Stephen ingin Hokicaa

memiliki daya tarik tersendiri, dan membuatnya ‘berbeda’ dibanding yang lain.
Itulah daya jualnya, dan menurutnya harga yang dipatok pun sesuai dengan apa

yang pelanggan terima. Bagi kami, visi dan misi Pak Stephen patut untuk

diacungi jempol karena tak semua pedagang serta pengusaha sekitaran Binus

mau dan berani mengambil langkah seperti, dengan kondisi banyak penjual yang

berlomba-lomba untuk menjual ‘barang dagangan’-nya semurah mungkin untuk

menarik minat pembeli tanpa memperhatikan kualitas.

Matahari mulai lelah nampaknya, sedikit redup sinarnya kami lihat dari dalam,

menandakan siang hari akan berganti sore hari. Pelanggan mulai berdatagan,

ada yang sendiri, ada yang berdua, ada yang beramai-ramai, dan ada yang hanya

sekedar menghampiri kawannya yang duduk di kursi rotan depan Hokicaa.

Terbesit pertanyaan di pikiran kami, adakah niatan Pak Stephen merambah di

kawasan kampus lain selain Binus? Beliau menerawang kedepan, matanya

memperhatikan mahasiswa-mahasiswi dijalanan, kemudian berbalik kearah

kami. Mungkin, jawabnya. Namun ia tidak mau terburu-buru, Pak Stephen ingin

memfokuskan diri untuk mengembangkan Hokicaa di dua cabangnya dahulu,

terutama di Binus Syahdan ini. Baginya, terlalu cepat untuk membuka cabang

baru, apalagi Hokicaa adalah brand sendiri bukan franchise. Jadi butuh waktu

untuk mengembangkannya, dan membuat orang menyadari akan kehadiran

Hokicaa. Tapi tidak dipungkiri olehnya, bila ada pikiran untuk membuka cabang

lagi nanti di suatu tempat.

Tak terasa, minuman kami hampir habis, lalu tiba pula teman-teman kami datang

menghampiri. Sebelumnya, mereka ternyata penasaran dengan Hokicaa, setelah

tahu kami sedang berada disini, mereka pun melesat pergi kesini. Wajah Pak
Stephen terlihat menyiratkan senyuman ketika teman-teman kami memasuki

Hokicaa, seperti turut serta meramaikan tempatnya pada sore itu. Apalagi ketika

kami berkumpul dan tertawa bercanda bersama, semakin lebar senyumannya

melihat kami. Mungkin beliau merasa puas dan bahagia. Puncaknya adalah

ketika salah satu teman kami, terbelalak kaget adanya promo lima puluh persen

untuk pembelian kedua, sontak membuat Pak Stephen tersenyum lebar melihat

kepuasaan pelanggannya.

Sayangnya, setelah beberapa lama kami berbincang, terasa hawa sedikit panas.

Air Conditioner yang dinyalakan kurang terasa, sedikit membuat kenyamanan

kami berkurang. Mungkin keluhan kami didengar oleh Pak Stephen dan

karyawannya, mereka pun langsung dengan sigap mengatasi dengan

menyediakan musik, dan kebetulan lagu yang diputar adalah lagu kesukaan

teman kami. Jalanan di gang U mulai ramai dengan kendaraan bermotor dan

beberapa mobil turut melintas. Sore itu sudah menunjukkan pukul 16.00, jam

karyawan pulang kerja. Terik matahari pun sudah pudar dari langit, bergantian

dengan awan-awan yang menyandingi matahari seakan-akan menemani mentari

sebelum malam menjemput.

Tegukan terakhir dan habislah minuman kami. Untuk menghindari kemacetan,

kami pun segera bersiap untuk pulang. Pak Stephen masih duduk ditempat yang

sama seperti sebelumnya. Kami segera membereskan tempat duduk kami, dan

menghampiri Pak Stephen untuk sekedar berterima kasih atas informasi,

pemikiran, dan pengalaman yang dibagikan oleh beliau. Pak Stephen pun
berterima kasih kembali atas kedatangan kami, dan turut senang untuk melayani

kami.

Anda mungkin juga menyukai