Stabilisasi (Bidai)
Stabilisasi (Bidai)
1.1. Definisi
Stabilisasi adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien agar
tetap stabil selama pertolongan pertama
Transportasi adalah proses usaha untuk memindahkan dari tempat satu ke tempat lain
tanpa atau mempergunakan alat. Tergantung situasi dan kondisi di lapangan.
Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh yang
mengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel
sebagai fixator/imobilisator.
a. Bidai dapat menggunakan alat bidai standar telah dipersiapkan, namun juga
bisa dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnya ranting pohon,
papan kayu, dll. Panjang bidai harus melebihi panjang tulang dan sendi yang
akan dibidai.
yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawah dan di atas patah tulang.
Sebagai
contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa
mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut.
Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur
maupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai
memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka
pembidaian dilakukan apa adanya.
Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang di bagian
proksimal dan distal.
Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan
traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dilakukan tarikan
terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa
nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda telah berhasil
melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang
mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang yang
terpisah dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk
mencederai saraf atau pembuluh darah.
Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama
pada daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk
mengisi sela antara ekstremitas dengan bidai.
Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian
yang luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada
beberapa titik yang berada pada posisi :
Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga
mengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa
pemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atau peregangan pada
bagian yang cedera.
b. Pembidaian leher
Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan. Pembalutan
dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala.
Pembalutan dianggap efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher.
Jika tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical Collar
c. Tulang klavikula
Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif yaitu
dengan “ransel bandage” Pembebatan yang efektif akan berfungsi untuk traksi dan
fiksasi, sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi
yang seanatomis mungkin, sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan
hasil yang cukup baik.
d. Tulang iga
Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah
bagian patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan
sebagai pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan
ke rumah sakit adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada dinding dada,
memasang sling untuk merekatkan lengan pada sisi dada yang mengalami cedera
sedemikian sehingga menempel secara nyaman pada dada.
e. Lengan atas
- Pasanglah sling untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga sendi siku
membentuk sudut 90%, dengan cara :
Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak
dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah
sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut
10°). ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan
sisipkan di sisi siku.
- Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian sisi
lateral dinding thoraks.
- Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas yang
mengalami fraktur.
- Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral) dan dinding thorax (pada sisi
medial).
- Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan
menggunakan kain yang lebar
f. Lengan bawah
- Imobilisasi lengan yang mengalami cedera
- Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara siku
sampai ujung telapak tangan
- Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera
- Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat sudut 90°
terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan dan hati-hati.
- Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar berada
dalam posisi fungsional
- Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel antara siku
sampai ujung jari
- Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa
pergelangan tangan sudah terimobilisasi
- Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai
- Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi pembidaian,
untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat
- Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara :
Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak
dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah
sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut
10°). ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan
sisipkan di sisi siku.
h. Tulang jari
Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan merekatkan
pada jari di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting)
i. tulang punggung
Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus dibidai
menggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.
j. Fraktur Panggul
Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorang yang berusia tua
terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul, maka sebaiknya dianggap
mengalami fraktur. Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau
ditemukan pemendekan dan atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral).
Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggul harus menggunakan
tandu. Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan pada
tungkai yang tidak cedera sebagai bidai. Anda bisa melakukan penarikan/traksi
untuk mengurangi rasa nyeri, jika perjalanan menuju rumah sakit cukup jauh, dan
terdapat orang yang bisa menggantikan anda saat anda sudah kelelahan.
k. Tungkai atas
Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggung bawah sampai dengan di
bawah lutut pada tungkai yang cedera. Traksi pada cedera tungkai lebih sulit, dan
resiko untuk terjadinya cedera tambahan akibat kegagalan traksi seringkali lebih
besar. Sebaiknya jangan mencoba untuk melakukan traksi pada cedera tungkai
kecuali jika orang yang membantu pembidaian telah siap untuk memasang bidai.
o. Telapak kaki
Fraktur/dislokasi jari kaki
Sebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya dibantu dengan merekatkan
jari yang cedera pada jari di sebelahnya.