Aldetto Gustirama T - DSU1 - Makalah PDF
Aldetto Gustirama T - DSU1 - Makalah PDF
MAKALAH
Disusun oleh :
Disusun oleh :
Disetujui oleh:
Karawang, Mei 2020
Mentor,
ii
PT. WIJAYA KARYA (PERSERO), Tbk.
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
petunjuk Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Program Pelatihan Calon Pegawai di
PT. Wijaya Karya (Persero). Tbk. Tugas akhir ini diberi judul Analisis
Perbandingan Metode Pekerjaan CFG Pile antara menggunakan Vibro Pipe
Sinking, Pipa Tremi, dan Pompa Beton.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah menerima banyak bantuan, petunjuk,
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Maruli Tua Simanjuntak sebagai Mentor.
2. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan yang sangat
luar biasa dan motivasi kepada penulis.
3. Mas Abthal yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan moril
maupun materiil selama proses penyusunan makalah ini
4. Enda Kalyana Putri yang tidak pernah berpaling serta terus mendorong penulis
untuk maju dan berkembang.
5. Saudara-saudaraku mess DK59, serta area kerja DK 57-64 untuk semua
dukungan dan kenangan yang diberikan kepada penulis
6. Rekan-rekan kerja di Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung Section 2,baik di
Karawang maupun Purwakarta.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
v
2.3.5 Truck ............................................................................................ 27
2.7 Hazard Identification, Risk Assesment, and Risk Control (HIRARC) ... 33
4.1 Metode Pekerjaan CFG Pile menggunakan Vibro Pipe Sinking ........... 50
4.2 Metode Pekerjaan CFG Pile menggunakan Bucket, dan Pipa Tremi .... 59
vi
4.4.2 Analisis waktu dan produktivitas metode pekerjaan CFG Pile
dengan menggunakan vibro pipe sinking .................................... 75
vii
6.9 Pengelolaan Manajemen ...................................................................... 113
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 4. 17 Crawler Crane dengan Continous Auger dan Sanwa .................... 60
Gambar 4. 18 Bagan alir metode pekerjaan CFG Pile menggunakan pipa tremi . 61
Gambar 4. 19 Postioning auger untuk pengeboran ............................................... 62
Gambar 4. 20 Pengeboran CFG Pile dengan Continous Auger ............................ 63
Gambar 4. 21 Pemeriksaan kedalaman lubang CFG Pile ..................................... 63
Gambar 4. 22 Casing, tremi, dan bucket yang telah di-install.............................. 64
Gambar 4. 23 Penuangan Beton melalu Bucket dan Pipa Tremi .......................... 64
Gambar 4. 24 Pengangkatan Bucket dan Pipa Tremi ............................................ 64
Gambar 4. 25 Ilustrasi Metode Pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan Bucket
dan Pipa Tremi ...................................................................................................... 65
Gambar 4. 26 Sisa hasil pengeboran ..................................................................... 66
Gambar 4. 27 Pembuangan tanah hasil pengeboran ............................................. 66
Gambar 4. 28 Pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan pompa beton dan Pipa
untuk pengecoran di dalam Auger......................................................................... 67
Gambar 4. 29 Concrete Pump ............................................................................... 68
Gambar 4. 30 CFG Pilling Rig KLB32-800 ......................................................... 68
Gambar 4. 31 Bagan alir metode pekerjaan CFG Pile menggunakan pompa beton
............................................................................................................................... 69
Gambar 4. 32 Positioning drilling rig CFG Pile ................................................... 70
Gambar 4. 33 Pengeboran sampai kedalaman rencana ......................................... 70
Gambar 4. 34 Pengangkatan auger dan pemompaan beton .................................. 71
Gambar 4. 35 Ilustrasi metode pekerjaan CFG Pile menggunakan pompa beton 71
Gambar 4. 36 Mapping CFG Pile area SG 15B .................................................... 74
Gambar 4. 37 Data drilling log SG15B ................................................................ 74
Gambar 4. 38 Mapping CFG Pile pada section Stasiun Karawang ...................... 75
Gambar 4. 39 Mapping CFG Pile pada Subgrade 43 DK 101 .............................. 80
Gambar 4. 40 Data Borelog SG15A ..................................................................... 89
Gambar 4. 41 Titik-titik yang telah di bor dan diinstall casing ............................ 90
Gambar 4. 42 Bagan alir pemilihan metode CFG Pile.......................................... 91
Gambar 8. 1 Pelatihan Pekerjaan Boredpile ....................................................... 119
Gambar 8. 2 Focus memastikan top cor CFG Pile telah tercapai ....................... 120
x
Gambar 8. 3 Acara bakar jagung bersama penghuni mess DK 59...................... 122
Gambar 8. 4 Safety Morning Talk area DK 57- DK 64 ...................................... 123
Gambar 8. 5 Toolbox Meeting pagi hari ............................................................. 124
Gambar 8. 6 Kunjungan lapangan ke DK 101 Subgrade 43 ............................... 124
xi
DAFTAR TABEL
xii
13
BAB 1
PENDAHULUAN
Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan mega proyek dengan nilai kontrak USD
4,7 Miliar. Proyek kereta tersebut direncakanan memiliki empat stasiun yang
terletak di Halim, Karawang, Walini, dan Tegal Luar. Trase yang dilalui kereta
direncanakan akan melalui kawasan penduduk hingga perbukitan. Struktur yang
digunakan berupa struktur Subgrade, Bridge, dan Tunnel. PT. Wijaya Karya sendiri
dalam pembangunan kereta cepat ini banyak mengerjakan struktur bawah terutama
pekerjaan tanah. Section 2 yang terbentang antara Karawang Purwakarta dengan
panjang trase ± 43,3 km sebagian pekerjaannya merupakan pekerjaan subgrade.
Dalam pekerjaan subgrade tersebut beberapa diantaranya menggunakan CFG Pile
sebagai perkuatan tanah (treatment) untuk menjaga daya dukung tanah.
Pekerjaan CFG Pile sendiri merupakan hal yang masih jarang dilakukan di
Indonesia, sehingga terdapat berbagai macam metode pekerjaan CFG Pile ini. Pada
section 2 khusunya di Subgrade 15A (DK60) pekerjaan CFG Pile dilakukan dengan
metode Vibro Pipe Sinking, namun metode ini menemui masalah dimana pada
kedalaman 5m, pipa tidak dapat menembus tanah yang ada di SG15A. Sebagai
alternatif maka digunakan metode pekerjaan lain yaitu pengeboran terlebih dahulu
`
14
`
15
2. Mengetahui metode pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan Auger dan Pipa
Tremi.
3. Megetahui metode pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan Auger dan
Pompa Beton.
4. Mengetahui perbandingan waktu dan produktifitas pekerjaan CFG Pile antara
menggunakan vibro pipe sinking, pipa tremi, dan pompa beton.
5. Mengetahui perbandingan biaya pekerjaan CFG Pile antara menggunakan
vibro pipe sinking, pipa tremi, dan pompa beton.
6. Mengetahui pemilihan metode pekerjaan CFG Pile yang sesuai dengan kondisi
yang dihadapi di lapangan.
`
16
BAB 1: PENDAHULUAN
Tinjauan pustaka memuat sumber teori pendukung dalam penulisan makalah ini.
Landasan teori juga sebagai hasil dari studi literatur tertulis yang berkaitan dengan
bahasan pada makalah ini.
Berisi tentang tata cara pengumpulan data yang didapat dari proyek yang nantinya
dianalisa untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang dibahas.
Bab ini memuat penjelasan dari analisis pembahasan, selain itu juga menampilkan
hasil sementara dari analisis yang digunakan
Bab ini membahas tentang kemungkinan resiko yang dapat terjadi pada saat proses
pekerjaan dan antisipasi daripada resiko-resiko tersebut
Bab ini dibahas mengenai sistem manajemen Wika, mulai dari visi dan misi PT.
Wijaya Karya (Persero) Tbk., nilai-nilai Wika, kebijakan manajemen Wika,
pengelolaan manajemen Wika, dan kaitannya dengan makalah ini.
Berisi tentang kesimpulan dan saran pada makalah ini, serta hasil pembahasan pada
BAB IV.
`
17
Menjelaskan tentang value Wika, ACE (Agility, Caring, Excellence) dan penerapan
atas nilai ACE di proyek dan evaluasinya.
`
18
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Subgrade
Struktur utama pada subgrade didesain untuk bertahan hingga 100 tahun.
Sedangkan pada fasilitas drainase subgrade 30 tahun, dan 60 tahun pada struktur
slope protection. Struktur subgrade harus memastikan keselamatan dan
kenyamanan kereta yang melaju dengan kecepatan tinggi. Kekakuan dari upper
layer harus memenuhi persyaratan elastic deformation yang disebabkan oleh laju
kereta.
2.1.1 Pembebanan
Berdasarkan TB 10621-2014 mengenai “Code for Design of High-Speed Railway”,
struktur subgrade menerima beban terdistribusi merata yang diakibatkan oleh beban
hidup kereta cepat, beban mati struktur slab track, dan aksi lain yang terjadi. Nilai
beban merata pada permukaan ditunjukkan pada tabel berikut
`
19
Penurunan maksimum ijin dalam konstruksi Kereta Cepat adalah faktor kontrol
yang paling penting untuk konstruksi timbunan (Zhang, Zhang, Cheng, & Yuana,
2017). Apabila tanah pada subgrade tidak mampu memenuhi persyaratan
penurunan, maka perlu dilakukan ground improvement dimana hal tersebut dapat
berupa penggunaan pile CFG. Berdasarkan TB 10001-2016 mengenai “Code for
Design of Earthworks and Track Bed for Railway”, penurunan pada subgrade yang
boleh terjadi dibatasi oleh persyaratan sebagai berikut.
Tabel 2. 2 Persyaratan Penurunan Subgrade
`
20
`
21
`
22
`
23
Gambar 2. 5 Panjang dan beban maksimum untuk berbagai macam tipe tiang
yang umum di pakai dalam praktek (Carson, 1965)
Sumber: (H. C. Hardiyatmo, 2015 : 78
Pada umumnya tiang pancang akan dipancangkan tegak lurus kedalam tanah,
tetapi apabila diperlukan untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal maka
tiang pancang akan dipancangkan miring (better pile). (Sardjono, 1991: 1).
`
24
Untuk skala besar konstruksi dan kereta cepat yang memiliki rute panjang
dengan kompleksitas regional kondisi geologi di Indonesia, di beberapa sektor
sulit untuk mengontrol penurunan setelah konstruksi yang menggunakan
metode perbaikan tanah konvensional dalam engineering desain.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai perbandingan metode-metode
pekerjaan CFG Pile. Berikut merupakan gambar potongan melintang Subgrade,
dimana CFG Pile merupakan pondasi dari timbunan-timbunan yang ada diatasnya.
`
25
mixer ini melalui proses agitasi atau memutar drum (tangka yang berada diatas
truck mixer) yang bagian dalam drum tersebut dilengkapi dengan spiral pisau satu
araah rotasi putaran, sebagai pengaduk material beton cor selama waktu transportasi
ke lokasi pengecoran (Wior,2015).
`
26
Dua aspek penting dari produktivitas adalah efisien dan efektivitas kerja. Efesiensi
merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan yang
direncanakan dengan masukan yang sebenarnya terlaksana.
`
27
2.3.4 Excavator
Backhoe sering juga disebut Pull Shovel, atau lebih popular lagi dengan sebutan
excavator. Karakteristik penting dari excavator adalah pada umumnya
menggunakan tenaga diesel engine dan full hydraulic system. Kelebihan excavator
adalah bisa mendistribusikan muatan ke seluruh bagian vessel dengan merata.
Artinya lebih mudah mengatur muatan sehingga jalannya dump truck bisa
seimbang.
2.3.5 Truck
Truck adalah alat yang khusus digunakan sebagai alat angkut karena
kemampuannya, yang dapat bergerak cepat, berkapasitas muatan besar dan biaya
operasi relative murah. Truck merupakan alat yang sangat efisien untuk
pengangkutan jarak jauh, alat ini juga memiliki kekurangan dibanding alat lain
karena truck memerlukan alat lain untuk pemuatan. Dalam pemilihan ukuran dan
konfigurasi truck ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu material yang akan
diangkut dan exactor atau loader pemuat. Truck tidak hanya untuk mengangkut
tanah tetapi juga bisa mengangkut bauan, aspal dan material lengket seperti
lempung basah.
`
28
Secara teori produktivitas adalah output dibagi input. Untuk produktivitas suatu
alat, outputnya diukur dari hasil pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh alat yang
bersangkutan per satuan waktu, misalnya m3 per jam, sedangkan inputnya adalah
alat itu sendiri. Oleh karena itu dikenal dua jenis produktivitas, yaitu produktivitas
individu alat, bila pekerjaan diselesaikan oleh alat itu sendirian, dan yang kedua
adalah produktivitas kelompok/grup alat, bila pekerjaan diselesaikan oleh
sekelomok alat. Penelitian ini menghitung produtivitas alat jenis yang kedua yaitu
produktivitas kelompok/grup alat.
Secara umum produktivitas kerja alat per satuan waktu dipengaruhi oleh banyak hal
sebagai berikut:
1. Kapasitas alat dari pabrik. Semakin besar kapasitas alat maka produktivitasnya
juga semakin besar,
2. Kondisi medan kerja dan cuaca. Kapasitas yang disebut oleh pabrik pembuat
alat adalah dalam kondisi yang ideal, sehingga bila kondisi medan kerja sulit
`
29
maka produktivitasnya akan menurun. Begitu juga kondisi cuaca yang jelek,
menyebabkan alat tidak dapat bekerja secara optimal,
3. Kemampuan dan motivasi operator. Apabila kemampua operator rendah maka
alat tidak dapat dioperasikan secara optimal, sehingga produktivitasnya
menurun. Begitu juga motivasi operator yang rendah. Walaupun operator
memiliki kemampuan yang tinggi, tetap saja akan menurunkan produktivitas
alat, karena operator yang bersangkutan tidak melakuan pekerjannya dengan
sungguh-sungguh. Oleh karena itu dua faktor tersebut harus diperhatikan pada
diri operator,
4. Manajemen, manajemen yang lemah dapat memberikan dampak turunnya
motivasi para operator, atau menyebabkan idle time alat yang tinggi, dimana
keduanya menyebabkan turunnya produktivitas alat,
5. Komposisi alat (untuk pekerjaan yang dilaksanakan oleh lebih dari satu alat),
komposisi yang kurang tepat dapat menyebabkan turunnya produktivitas,
karena produktivitas kelompok sangat dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi
dari anggota alat.
`
30
`
31
`
32
disebut dengan biaya tidak tetap (variable cost), karena sifat biaya ini tiap
bulannya tidak tetap, tetapi berubah-ubah sesuai dengan kemajuan proyek.
Secara garis besar, biaya langsung pada proyek konstruksi sesuai dengan
definisi di atas dibagi menjadi lima, yaitu:
a. Biaya bahan atau material
b. Biaya upah kerja (tenaga)
c. Biaya alat
d. Biaya subkontraktor
e. Biaya lain-lain, biaya ini biasanya relative kecil, tetapi jumlahnya
cukup berarti untuk dikendalikan dapat dirinci, yaitu biaya persiapan
dan penyelesaian, biaya overhead proyek, dsb.
Untuk keperluan budgeting dan controlling, tiap-tiap biaya tersebut diberi
kode menurut jenis-jenisnya, yaitu bahan, upah, alat, subkontraktor, dan lain-
lain. Seperti misalnya untuk biaya bahan dirinci lagi menjadi bahan semen,
batu, pasir, besi, dsb. Untuk biaya upah kerja juga dirinci sesuai jenis
pekerjaan, seperti biaya upah pengecoran, upah pembesian, dsb. Begitu juga
untuk biaya alat.
2. Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah seluruh biaya yang terkait secara tidak langsung,
yang dibebankan kepada proyek. Biaya ini biasanya terjadi di luar proyek.
Biaya ini antara lain meliputi biaya pemasaran, biaya overhead di kantor
pusat/cabang (bukan overhead kantor proyek). Biaya ini tiap bulan besarnya
relatif tetap dibanding biaya langsung yang juga sering disebut dengan biaya
tetap (fix cost). Biaya tetap perusahaan ini didistribusikan pembebanannya
kepada seluruh proyek yang sedang dalam pelaksanaan. Oleh karena itu setiap
menghitung biaya proyek, selalu ditambah dengan pembebanan biaya tetap
perusahaan (dimasukkan dalam mark up proyek). Biasanya pembebanan biaya
tetap ini ditetapkan dalam prosentase dari biaya langsung proyeknya.
Makalah ini akan menganalisis biaya langsung yang dibutuhkan untuk melakukan
aktifitas pekerjaan CFG Pile pada Subgrade 15B DK60.
`
33
Estimasi Biaya
Alat Sub-kontrak
Keuntungan Contingency
`
34
`
35
`
36
Nilai tingkat risiko dibagi menjadi 3 kategori yaitu nilai risiko bahaya
kecelakaan rendah, sedang, dan tinggi. Nilai risiko yang rendah berada pada
area hijau (1-3), nilai risiko yang sedang pada area kuning (4-6), dan nilai risiko
yang tinggi pada area merah (8 -12).
3. Pengendalian resiko
Pengendalian risiko dilakukan untuk mengeliminasi atau menghapuskan
bahaya dengan tujuan agar bahaya tidak menimbulkan risiko pada pekerja yang
harus masuk ke area kerja atau bekerja dengan peralatan. Kontrol risiko dibagi
`
37
`
38
`
39
`
40
`
41
Prosedur ini berlaku pada setiap proses perolehan kontrak sebagai dasar
penawaran dan pada setiap tahapan persiapan serta masa pelaksanaan produksi .
3. Definisi
a. Metode Pelaksanaan adalah suatu metode terhadap pelaksanaan
konstruksi yang bersifat unik (khas) sebagai strategi pencapaian
penyelesaian proyek pada setiap tahap pekerjaan dengan
mengembangkan cara-cara dan teknologi yang inovatif dan tepat guna
untuk mencapai pelaksanaan yang efektif, efisien, inovatif, dan layak
bangun (buildable).
b. Proyek Strategis adalah proyek-proyek yang dinilai dari segi citra, laba,
risiko, lokasi, teknologi, dan multi divisi memberi pengaruh besar bagi
perusahaan sesuai.
c. Pelaksana adalah proyek atau PPU.
d. SBU/Unit Bisnis Strategis adalah klasifikasi bidang usaha yang
menjadi core bisnis perusahaan.
4. Dokumen yang terkait / referensi
a. WIKA-ENG-PM-02.02 : Prosedur Survei dan Investigasi
b. WIKA-PAS-PM-03.01 Prosedur Perolehan Kontra
c. WIKA-ENG-PM-01.04 Prosedur Pembuatan Metode Kerja Standar
5. Ketentuan Umum
a. Metode Pelaksanaan harus disusun dalam rangka proses perolehan
kontrak dengan modus pelelangan biasa, penunjukan, proposal design
and build, atau dalam rangka keperluan pelaksanaan proyek sebagai
dasar pelaksanaan pekerjaan yang merupakan bagian dari Rencana
Kerja Proyek (RKP).
b. Metode Pelaksanaan harus berdasarkan data-data yang cukup dan
objektif. Data dan informasi tersebut diperoleh dari hasil survey dan
atau investigasi berdasarkan prosedur.
c. Dalam rangka memudahkan penyusunan maka secara umum Metode
Pelaksanaan disusun berdasarkan:
i. SBU
`
42
`
43
`
44
`
45
`
46
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Metodologi adalah tata cara mempermudah proses peyusunan makalah, sehingga
diperoleh pemecahan masalah sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah
ditetapkan serta melalui prosedur kerja yang sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode pengerjaan makalah ini dapat dilihat
pada diagram alir berikut
Mulai
Rumusan Masalah
Studi Literatur
Tujuan, Manfaat,
Batasan Masalah
Pengumpulan Data
Analisis
Kesimpulan
Selesai
`
47
3.4 Tujuan
Perumusan masalah yang diperkuat dengan studi litertur dapat mendukung
penetapan tujuan penelitian. Tujuan ini dibentuk agar penelitian yang dilakukan
dapat terarah dengan baik sesuai dengan permasalahan yang ada. Secara garis besar,
makalah ini membahas perbandingan metode pekerjaan CFG Pile. Metode yang
dibandingkan adalah metode menggunakan pompa beton, pipa tremi,dan vibro pipe
sinking. Selanjutnya akan dibahas untuk beberapa aspek yaitu Biaya, Waktu, serta
Risiko.
`
48
1. Data Primer
a. Construction Drawing
b. Dokumen Penawaran Sub-Kontraktor Pekerjaan CFG Pile
c. Pengamatan Lapangan
2. Data Sekunder
a. Hasil Uji Lapangan
b. Data Pelaksanaan
c. Buku, Jurnal, Makalah, Peraturan
3.6 Analisis
1. Analisis Waktu
Analisis Waktu dilakukan dengan membandingkan waktu pengerjaan di
lapangan dari masing-masing metode. Data diperloeh baik dari pengematan
langsung di lapangan maupun record pengerjaan di lapangan serta makalah
lain pada pekerjaan yang sama.
2. Analisis Biaya
Analisis biaya dilakukan dengan menghitung item-item pekerjaan serta
biaya alat yang dibutuhkan dalam masing-masing metode pekerjaan. Biaya
pelaksanaan dari metode dianalisis sehingga perbandingan biaya dapat
dilakukan. Analisis yang dilakukan hanya terkait pekerjaan CFG Pile saja,
sedangkan struktur yang lain tetap sesuai perencanaan.
3. Analisis Resiko
Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko, analisis risiko,
evaluasi risiko, pengendalian risiko, monitor dan review dari hasil analisis
risiko, komunikasi dan konsultansi dengan pengambil keputusan untuk
tindak lanjut hasil manajemen risiko.
`
49
`
50
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
`
51
(a) (b)
(c)
Gambar 4. 2 Alat pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan Vibro Pipe Sinking
(a) Vibro Hammer, dengan pipa baja dan bucket, (b) Excavator SK200, dan
(c) Pompa beton
Secara garis besar, pekerjaan CFG Pile terdiri dari tahapan persiapan, tahapan inti,
dan tahapan finishing. Tahapan persiapan terdiri dari pekerjaan persiapan termasuk
persiapan platform dan mobilisasi alat. Tahapan inti terdiri dari positioning alat,
`
52
pengeboran dan pengecoran CFG Pile. Bagian finshing terdiri dari Perawatan Pile
dan Inspeksi Pile. Berikut bagan alir pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan
Vibro Pipe Sinking
Mulai
Pekerjaan Persiapan
Tahapan
Persiapan Pengukuran Produksi dan
Pengiriman Beton Segar
Y
N Kedalaman Y Pengecoran CFG Pile
sesuai rencana
Perawatan Pile
Elevasi Top
Pile sesuai
Tahapan design
Finishing
Y
Inspeksi Kualitas Pile
Selesai
Gambar 4. 3 Bagan alir pekerjaan CFG Pile dengan metode Vibro Pipe Sinking
`
53
Masing - masing langkah pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan vibro pipe
sinking dijabarkan sebagai berikut.
1. Persiapan Platform
Elevasi platform disiapkan sesuai dengan elevasi dari top pile CFG. Platform
kemudian diratakan dengan menggunakan dozer ataupun excavator.
Selanjutnya area pengeboran dipadatkan menggunakan vibro roller, hal ini
dilakukan untuk mencegah alat bor amblas di platform.
`
54
`
55
`
56
`
57
`
58
tiang menjadi padat dan tidak ada sisa pengeboran yang muncul di permukaan. Area
kerja pun lebih bersih karena tidak banyak residu tanah yang muncul.
Namun metode vibro pipe sinking juga memiliki kekurangan, diantaranya adalah
metode ini tidak dapat menembus tanah dengan kondisi tertentu. Pekerjaan CFG
Pile dengan menggunakan vibro pipe sinking pernah dicoba pada area Subgrade
15A DK59. Namun saat dilakukan pengeboran, pile driver tidak dapat menembus
lapisan tanah di kedalaman 4 m, sedangkan desain rencana dari CFG Pile di SG15A
adalah 5 dan 6 m. Hal ini disebabkan oleh lapisan tanah keras pada area SG15A
yang dapat dilihat dari data borelog SG15A.
`
59
4.2 Metode Pekerjaan CFG Pile menggunakan Bucket, dan Pipa Tremi
Metode pekerjaan CFG Pile menggunakan Bucket dan Pipa Tremi ini merupakan
alternatif metode pengeboran dan pengecoran CFG Pile. Metode ini digunakan
sebagai alternatif metode vibro pipe sinking yang tidak bisa menembus lapisan
tanah keras. Tanah keras yang tidak bisa ditembus oleh vibro hammerdan pipa
digantikan dengan alat bor auger. Pengeboran dilakukan dengan menggunakan
continous auger drill secara kontinu hingga kedalaman rencana tercapai.
`
60
`
61
Mulai
Pekerjaan Persiapan
Tahapan
Persiapan
Pengukuran Produksi dan
Pengiriman Beton Segar
Buang Tanah
Hasil Pengeboran
Perawatan Pile
Elevasi Top
Tahapan Pile sesuai
Finishing design
Y
Inspeksi Kualitas Pile
Selesai
Gambar 4. 18 Bagan alir metode pekerjaan CFG Pile menggunakan pipa tremi
`
62
Tahap persiapan pada metode pipa tremi kurang lebih sama dengan metode
pertama, sehingga pada bagian ini penjelasan dari pekerjaan tersebut tidak
dijabarkan. Begirtu pula pada tahapan finishing yang juga sama dengan metode
vibro pipe sinking, sehingga tidak dijabarkan pada bagian ini.
Bagian ini akan membahas perbedaan dari tahapan inti pekerjaan yaitu metode
pengeboran serta pengecoran dari CFG Pile. Adapun langkah-langkah pengeboran
serta pengecoran CFG Pile dengan menggunakan Auger Drill, Bucket, dan Pipa
Tremi dijabarkan sebagai berikut:
1. Posisikan Auger Drill sesuai dengan titik yang telah ditandai oleh tim survei.
Pastikan vertikalitas dari Auger telah diperiksa dan sesuai dengan rencana.
`
63
`
64
`
65
Berikut merupakan ilustrasi dari metode pengeboran dan pengecoran CFG Pile
dengan menggunakan Bucket dan Pipa Tremi.
`
66
Namun metode ini juga memiliki kekurangan yaitu apabila lubang-lubang yang
telah di bor dibiarkan terlalu lama tidak diisi beton, dapat terjadi kelongsoran di
dalam lubang. Selain itu dari segi biaya tentu akan bertambah mengingat ada biaya
pembuangan tanah sisa pengeboran yang harus dilakukan.
`
67
Gambar 4. 28 Pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan pompa beton dan Pipa
untuk pengecoran di dalam Auger
Alat-alat yang digunakan pada pekerjaan CFG Pile menggunakan pompa beton
adalah CFG Pilling Rig KLB32-800 dengan bor auger yang di dalamnya terinstall
pipa untuk pengecoran, Concrete Pump HBTS-80 untuk memompa beton,
Excavator PC200 untuk melakukan persiapan lahan dan membuang tanah, serta
pipa pompa sebagai penghubung auger dengan concerete pump.
`
68
`
69
Mulai
Pekerjaan Persiapan
Tahapan
Persiapan Produksi dan
Pengukuran
Pengiriman Beton Segar
Buang Tanah
Hasil Pengeboran
Perawatan Pile
Elevasi Top
Tahapan Pile sesuai
Finishing design
Y
Inspeksi Kualitas Pile
Selesai
Gambar 4. 31 Bagan alir metode pekerjaan CFG Pile menggunakan pompa beton
`
70
Perbedaan metode ini dengan metode lainnya adalah pada tahapan inti pekerjaan
CFG Pile, sehinga pada bagian ini akan dijabarkan langkah-langkah pekerjaan
pengeboran menggunakan bor auger dan pengecoran dengan menggunkan pompa
beton. Adapun langkah-langkah pengeboran dan pengecoran CFG Pile dengan
menggunakan pompa beton dijabarkan sebagai berikut:
1. Posisikan drilling rig sesuai dengan titik yang telah ditandai oleh tim survey.
Posisikan pompa beton sedemikian rupa sehinga dapat dijangkau oleh truk
mixer. Jarak antara pompa beton dan driling rig maksimal 50 meter.
`
71
`
72
Seperti metode pipa tremi yang menggunakan bor auger untuk pengeboran, metode
dengan pompa beton ini juga menggunakan alat bor auger untuk melakukan
pengeboran, sehingga metode ini juga membutuhkan pembuangan tanah hasil
pengeboran ke disposal. Selain itu sama seperti metode vibro pipe sinking metode
ini juga memerlukan pasokan beton yang pasti dan terus menerus, dikarenakan
proses pengeboran akan terhambat apabila titk yang telah dibor tidak segera diisi
campuran. Hal ini tentu dapat mengakibatkan idle time dari alat bor.
Data tanah diperoleh dari gambar Construction Drawing serta data borelog yang
mengandung nilai N-SPT, sementara waktu siklus pekerjaan dari masing-masing
metode diperoleh dari pengamatan lapangan serta record pekerjaan CFG Pile yang
telah dilakukan di masing-masing lokasi. Waktu siklus tersebut menjadi acuan
untuk melakukan analisis waktu dan produktifitas pada pekerjaan CFG Pile di
Subgrade 15B. Berikut merupakan lokasi pengambilan data waktu siklus pekerjaan
CFG Pile dari masing masing-masing metode.
1. Waktu siklus Pekerjaan CFG Pile dengan metode vibro pipe sinking diambil
dari pekerjaan CFG pile pada section Stasiun Karawang di DK 41
2. Waktu siklus Pekerjaan CFG Pile dengan metode pipa tremi diambil dari
pekerjaan CFG Pile pada Subgrade 15B di DK 60
3. Waktu siklus Pekerjaan CFG Pile dengan metode pompa beton diambil dari
pekerjaan CFG pile padaSubgrade 43 di DK 101
`
73
Analisis waktu dan produktifitas dilakukan pada tahapan inti dari pekerjaan CFG
Pile, yaitu positioning alat, pengeboran dan pengecoran CFG Pile pada metode
metode vibro pipe singking serta ditambahkan pekerjaan pembuangan tanah hasil
pengeboran pada metode pipa tremi dan metode pompa beton. Hal ini dikarenakan
pekerjaan CFG Pile pada tahapan persiapan dan tahapan finishing memiliki durasi
waktu yang sama antara masing-masing metode.
1. 5 m = 142 titik
2. 6 m = 350 titik ,
3. 7 m = 593 titik
4. 8 m = 150 titik.
`
74
`
75
4.4.2 Analisis waktu dan produktivitas metode pekerjaan CFG Pile dengan
menggunakan vibro pipe sinking
Metode dengan menggunakan vibro pipe sinking dilakukan pada pekerjaan CFG
Pile di section stasiun karawang, tepatnya pada DK41+014 - DK 41+109. Untuk
melakukan analisis waktu serta produktivitas dari pekerjaan CFG Pile dengan
metode vibro pipe sinking, diperlukan data waktu siklus pekerjaan yang diambil
dari lokasi tersebut. Pada lokasi ini diameter CFG Pile yang dikerjakan adalah
0,5 m dengan jumlah total sebanyak 1121 titik. Berikut merupakan mapping dari
area pekerjaan CFG Pile di section Stasiun Karawang.
`
76
Volume pekerjaan dapat dihitung dengan mengalikan jumlah titik dan kedalaman.
Waktu siklus yang didapatkan kemudian digunakan untuk mencari waktu total
pengerjaan CFG Pile dengan metode vibro pipe sinking pada SG 15B.
• Perhitungan volume total dan waktu total pekerjaan CFG Pile dengan
metode vibro pipe sinking pada SG15B
(F) Jumlah Titik = 1235 titik
Setelah waktu total diketahui maka nilai produktifitas pekerjaan CFG Pile dengan
metode vibro pipe sinking dapat dihitung. Nilai produktifitas dapat diketahui dalam
satuan m’/hari maupun titik/hari. Berikut merupakan perhitungan produktifitas
pekerjaan CFG Pile pada Subgrade 15B.
= = 238,30 m'/hari
Produktifitas
(J) =
(titik/hari)
= = 34 titik/hari
= = 1,45 2 alat
`
77
Dari hasil analisis diperoleh produktifitas dari satu set alat vibro pipe sinking
adalah 238,30 m’/hari atau 34 titik/hari. Apabila pekerjaan CFG Pile pada
subgrade 15B ditargetkan untuk selesai dalam 25 hari, maka akan dibutuhkan 2
set alat CFG Pile dengan metode vibro pipe sinking. Nilai ini dengan asumsi
pasokan beton dapat terjamin, dikarenakan vibro hammer tidak dapat berpindah
tempat sebelum dilakukan pengecoran pada titik yang sedang di bor. Agar
pengeboran berjalan lancar dan dapat dilakukan terus menerus, maka diperlukan
beton yang selalu siap sedia untuk dikirimkan ke lokasi CFG Pile.
4.4.3 Analisis waktu dan produktivitas metode pekerjaan CFG Pile dengan
menggunakan bucket dan pipa tremi
Data analisis produktifitas metode pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan
bucket dan pipa tremi diambil dari Subgrade 15B di DK 60 itu sendiri. Jumlah titik,
layout CFG Pile, serta kondisi tanah dari Subgrade 15B telah dijelaskan pada bagian
4.4. Pekerjaan inti CFG Pile dengan metode ini memiki beberapa sub pekerjaan,
yaitu pekerjaan persiapan (setting alat), pengeboran, pemasangan casing dan tremi,
pengecoran, pelepasan casing dan tremi dan pembuangan tanah. Waktu yang
dibutuhkan oleh masing-masing sub pekerjaan kemudian dijumlahkan untuk
mendapatkan waktu siklus dari satu titik pengecoran CFG Pile. Berikut merupakan
perhitungan waktu siklus dari pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan pipa tremi
pada Subgrade 15B.
`
78
Metode pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan pipa tremi ini membutuhkan
proses pembuangan tanah ke disposal, sehingga perlu dihitung pula waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan buang tanah ini. Disposal terdekat dari
Subgrade 15 B terletak pada DK59+500 yang berjarak 600 m dari lokasi pekerjaan
CFG Pile. Berikut merupakan perhitungan waktu siklus per rit dari pembuangan
tanah ke area disposal yang dilakukan oleh satu unit dumptruck berkapasitas 20 m3.
`
79
= = 0,71 menit/titik
= = 15,01 menit/titik
Langkah selanjutnya adalah perhitungan waktu total pekerjaan CFG Pile dengan
metode pipa tremi pada Subgrade 15B. Nilai waktu total didapatkan dari perkalian
antara waktu siklus dengan jumlah titik, berikut merupakan perhitungannya.
• Perhitungan waktu total pekerjaan CFG Pile pada Subgrade 15B
Waktu Total Pekerjaan
(S)
CFG Pile = Jumlah Titik x Waktu Siklus Total
= = 18531,69 menit
= 308,86 jam
= 39 hari
Apabila waktu total telah dihitung ,maka langkah selanjutnya adalah perhitungan
produktifitas dalam satuan m’/hari maupun titik/hari. Berikut merupakan
perhitungan produktifitas pada Subgrade 15B.
• Perhitungan produktifitas dan kebutuhan alat pekerjaan CFG Pile dengan
metode Pipa Tremi
(T) Volume Pekerjaan = Jumlah Titik x Kedalaman
= = 8645 m'
Produktifitas
(U) =
(m'/hari)
= = 223,92 m'/hari
Produktifitas
(V) =
(titik/hari)
= = 32 titik/hari
= = 1,54 2 alat
`
80
Dari data diatas diperoleh waktu total untuk pengerjaan CFG Pile pada SG15B
yaitu 18532 menit. Atau apabila dikonversi dalam hari (8 jam kerja) diperoleh 39
hari kerja. Total kedalaman yang dikerjakan yaitu 8645 m’ kemudian dibagi
dengan jumlah hari kerja yang dibutuhkan, sehingga diperolah produktivitas
pekerjaan CFG Pile sebesar 223,92 m’/hari, atau 32 titik/hari. Produktifitas
pekerjaan CFG Pile pada SG15B ditargetkan sebesar 50 titik/hari, sehingga waktu
rencana pengerjaan adalah 25 hari. Maka dibutuhkan 2 set alat Pekerjaan CFG Pile
dengan metode bor auger dan pipa tremi dan 2 Dump Truck untuk memenuhi target
waktu pekerjaan. Nilai ini juga dengan mengasumsikan pekerjaan berjalan tanpa
hambatan seperti cuaca yang mendukung, aksesbilitas yang baik, serta pasokan
supply beton dapat terus terpenuhi.
4.4.4 Analisis waktu dan produktivitas metode pekerjaan CFG Pile dengan
menggunakan pompa beton
Pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan pompa beton merupakan alternatif lain
dari metode pekerjaan CFG Pile. Metode ini digunakan pada section 3 Proyek
Kereta Cepat Jakarta Bandung, tepatnya pada Subgrade 43 DK101. Mapping dari
CFG Pile pada subgrade 43 DK101+200 – DK 101+436 seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.40.
`
81
pekerjaan satu titik CFG. Berikut merupakan analisis sub-pekerjaan serta waktu
siklus dari metode pekerjaan CFG Pile menggunakan pompa beton.
Metode pompa beton ini menggunakan bor auger sebagai alat pengeborannya,
sehingga dibutuhkan perhitungan waktu pembuangan tanah ke disposal.
Perhitungan pembuangan tanah hasil pengeboran CFG Pile Subgrade 15B ke
disposal telah diperhitungkan pada bagian 4.4.3 sehingga bagian ini tidak
menjelaskan kembali perhitungannya. Waktu siklus pengecoran dan pengeboran
kemudian dijumlahkan dengan waktu siklus pembuangan tanah untuk mendapatkan
waktu siklus total per titik, berikut merupakan hasil perhitungannya.
• Perhitungan waktu siklus total per titik CFG Pile dengan metode pompa
beton pada SG15B DK60
(F) Waktu buang tanah/titik = 0,71 menit/titik
= = 14,11 menit/titik
Volume pekerjaan dapat dihitung dengan mengalikan jumlah titik dan kedalaman.
Waktu siklus yang didapatkan kemudian digunakan untuk mencari waktu total
pengeboran dan pengecoran CFG Pile dengan metode pompa beton pada Subgrade
15B DK 60.
`
82
Produktifitas
(L) =
(titik/hari)
= = 34 titik/hari
= = 1,45 2 alat
Dari data diatas diperoleh waktu total untuk pengerjaan CFG Pile dengan
menggunakan pompa beton pada SG15B yaitu 17420menit. Atau apabila
dikonversi dalam hari (8 jam kerja) diperoleh 36 hari kerja untuk satu alat. Total
kedalaman yang dikerjakan yaitu 8645 m’ kemudian dibagi dengan jumlah hari
kerja yang dibutuhkan, sehingga diperolah produktivitas pekerjaan CFG Pile
sebesar 238,21 m’/hari, atau 34 titik/hari. Apabila SG15B direncanakan waktu
pengerjaan selama 20 hari, maka dibutuhkan 2 set alat pekerjaan CFG Pile
dengan metode pompa beton dan 2 unit dumptruck agar pekerjaan dapat selesai
tepat waktu.
`
83
Perbedaan dari masing-masing metode adalah waktu pekerjaan pada tahapan inti,
yaitu pengeboran, pengecoran dan pembuangan tanah. Metode vibro pipe sinking
dan metode pompa beton membutuhkan waktu yang sama untuk melakukan
pekerjaan inti yaitu 37 hari, namun metode vibro pipe sinking tidak melakukan
pekerjaan pembuangan tanah hasil pengeboran.
Tahapan finishing pada ketiga metode juga memiliki waktu yang sama. Perawatan
pile dapat dilakukan 7 hari setelah pengecoran dilakukan. Hal ini dilakukan untuk
memastikan umur beton telah mencapai 60% dari kekuatan maksimalnya. Untuk
`
84
pelaksanaan Test PIT dilakukan 28 hari setelah pengecoran dilakukan. Proses test
PIT ini memakan waktu 4 hari dikarenakan metode kerja CFG Pile yang
mensyaratkan pengujian pada 10% dari jumlah titik yang ada dalam satu subgrade.
Berikut merupakan analisis waktu pekerjaan CFG Pile pada Subgrade 15 B dari
masing-masing metode pekerjaan CFG Pile.
`
85
Biaya yang ditinjau dalam pembahasan ini adalah estimasi biaya langsung yang
dibutuhkan dalam pekerjaan CFG Pile masing-masing metode. Harga-harga dari
sub pekerjaan CFG Pile diperoleh dari dokumen penawaran sub-kontraktor, harga
beton diperoleh dari Wika Beton, sedangkan waste beton didapatkan dari
pengematan lapangan. Berikut merupakan data cost centre dari masing-masing
metode pekerjaan CFG Pile
Tabel 4. 1 Cost Centre Pekerjaan CFG Pile dengan metode Vibro Pipe Sinking
`
86
Tabel 4. 2 Cost Centre Pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan pipa tremi
Tabel 4. 3 Cost Centre Pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan pompa beton
Dari tabel diatas diperoleh biaya pekerjaan CFG Pile dengan metode Vibro Pipe
Sinking adalah Rp 6.977.241 per titik. Untuk pekerjaan CFG Pile dengan
menggunakan pipa tremi diperoleh biaya Rp 7.071.889 per titik, sedangkan biaya
`
87
Walaupun metode vibro pipe sinking tidak perlu melakukan pembuangan tanah ke
disposal namun biaya yang diperlukan tidak berbeda jauh dengan metode pipa tremi
dikarenakan metode vibro pipe sinking menggunakan concrete pump sebagai alat
bantu pengecoran. Hal ini menyebabkan munculnya waste beton sebesar 1,91%
pada metode vibro pipe sinking, lebih tinggi dibandingkan pada metode pipa tremi
yang memiliki nilai waste beton sebesar 0,90%
Adapun selisih biaya dari metode pompa beton dengan metode pipa tremi sebesar
Rp 134.481 terutama dikarenakan metode pompa beton membutuhkan alat pompa
beton, sedangkan metode pipa tremi tidak membutuhkan alat tersebut. Perbedaan
dapat terlihat dari harga pengeboran dan pengecoran CFG Pile, dimana biaya
pengeboran dan pengecoran kedua metode memiliki perbedaan sebesar
Rp12.200/m’. Selain itu perbedaan harga juga timbul akibat waste beton pada
penggunaan concrete pump dimana metode pompa beton memiliki rata-rata waste
beton 1,54% per titiknya.
`
88
Produktivitas Produktivitas
Pekerjaan Metode
(m'/hari) (titik/hari)
Vibro Pipe Sinking 238,30 34
CFG Pile Pipa Tremi 219,10 32
Pompa Beton 232,77 34
Biaya
Pekerjaan Metode
(Rp/titik)
Vibro Pipe Sinking Rp 7.977.240
CFG Pile Pipa Tremi Rp 7.071.889
Pompa Beton Rp 7.253.975
Dari segi produktifitas maupun biaya, metode vibro pipe sinking merupakan metode
yang paling efektif, karena produktifitas paling tinggi dan harga paling kecil
dibanding dua metode lainnya. Dalam kondisi yang ideal, umumnya metode
pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan vibro pipe sinking dapat menjadi
pertimbangan pertama untuk dipilih, terutama untuk proyek yang mengejar
percepatan pekerjaan CFG Pile.
Namun metode vibro pipe sinking ini memiliki kekurangan dimana pada tanah
keras dengan nilai N-SPT diatas 40, vibro hammer tidak dapat lagi menembus
lapisan tanah. Hal ini seperti yang terjadi pada SG15A di DK 59, dimana pada
kedalaman 4 m, alat vibro pipe sinking ini tidak dapat masuk lebih dalam lagi. Data
Borelog pada SG15A menunjukkan bahwa memang pada kedalaman 4 m ditemui
batuan lempung dengan nilai N-SPT sebesar 50. Berikut merupakan data Borelog
dari SG15A.
`
89
`
90
Salah satu faktor yang dapat menjadi pertimbangan adalah supply beton. Metode
pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan pompa beton butuh supply beton yang
pasti dan terus menerus. Hal ini dikarenakan mesin bor tidak dapat berpindah untuk
melakukan pengeboran di titik lain apabila lubang pertama belum diisi dengan
beton. Hal ini menyebabkan munculnya idle time dari alat bor Berbeda dengan
metode menggunakan pipa tremi dimana pengeboran dapat dilakukan di beberapa
titik terlebih dahulu, kemudian apabila titik-titik tersebut telah siap maka
pengecoran dapat dilakukan sekaligus pada titik-titik yang telah di bor tersebut.
Metode ini mengurangi kemungkinan terjadinya idle time pada alat bor.
`
91
Mulai
Nilai N-SPT
N Metode Pekerjaan CFG Pile
sepanjang kedalaman
dengan menggunakan Vibro
rencana ≥40
Pipe Sinkiing
/Tanah keras berbatu
Y
Metode Pekerjaan CFG Pile
dengan menggunakan
Pompa Beton
Selesai
`
92
BAB 5
MANAJEMEN RISIKO
Risiko adalah variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami atau
kemungkinan terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan yang merupakan
ancaman terhadap keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi. Apabila risiko
benar-benar terjadi pada proyek, maka hal tersebut dapat menyebabkan
pertambahan biaya, hingga keterlambatan penyelesaian proyek. Manajemen Risiko
merupakan pendekatan yang dilakukan terhadap risiko yaitu memahami,
mengidentifikasi, dan mengevaluasi risiko suatu proyek. Risiko pada proyek
konstruksi bagaimanapun tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi atau
ditransfer dari satu pihak ke pihak lainnya (Nasrul, 2015). Tujuan dari manajemen
risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah proyek dan mengembangkan
strategi untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya.
`
93
iii. Inflasi
iv. Pajak
2. Internal
Risiko internal merupakan risiko yang timbul dari dalam proyek. Risiko
internal dibagi menjadi dua sebagai berikut.
a. Non-teknik (umumnya dapat dikontrol)
i. Jadwal yang terlambat
ii. Penambahan biaya
iii. Cash flow
b. Teknik (dapat dikontrol)
i. Perubahan teknologi
ii. Risiko spesifikasi
iii. Perubahan desain
`
94
1. Malapetaka
2. Sangat berat
3. Berat
4. Ringan
1. Sangat Besar
2. Besar
3. Kecil
4. Sangat Kecil
Dari kedua rating diatas, terbentuklah Matriks Analisa Risiko yang dapat
digunakan dalam analisis risiko. Adapun kriteria untuk masing-masing rating
ditampilkan pada tabel berikut.
`
95
Kriteria untuk masing-masing rating yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut:
1 2 3 4
1. Prioritas 1
Jenis ini melakukan prioritas berdasarkan nilai risiko yang telah dilakukan.
Apabila terdapat nilai yang sama, maka akan diurutkan dengan melihat
konsekuensi atau akibat dari risiko tersebut
`
96
2. Prioritas 2
Jenis ini melakukan prioritas berdasarkan tingkat risiko. Tingkat risiko yang
ada mempengaruhi otoritas yang harus terkait dalam pengambilan
keputusan.
3. Prioritas 3
Jenis ini melakukan prioritas dengan melihat urgensi risiko. Urgensi
tersebut mempertimbangkan evaluasi berdasarkan nilai risiko dan evaluasi
berdarkan otoritas risiko. Dalam hal ini terdapat lebih dari satu risiko yang
tingkatnya sama, maka prioritas tindak lanjut harus ditetapkan dengan
mempertimbangkan perbedaan besarnya akibat yang tercantum di dalam
kertas kerja analisis probabilitas dan akibat risiko.
`
97
Setelah identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko telah dilakukan, maka setiap unit
kerja harus mengusulkan tindak lanjut terhadap risiko yang ada. Usulan tindak
lanjut diberikan kepada atasan atau unit kerja yang terkait. Rencana tindak lanjut
atau mitigasi risiko dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
`
98
Sisa risiko (residual risk) merupakan risiko yang masih ada setelah diberikan tindak
lanjut proaktif. Analisis tersebut harus tetap disebutkan untuk mengetahui risiko
yang masih ada baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif.
`
99
Nilai Analisa
Sub
No Area Kategori Risiko Penyebab Akibat Risiko Sebelum Probabilitas Konsekuensi Score
Kategori
RTL (Rp) (a) (b) (c=a*b)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. Penambahan
Kesalahan Stake 1. Human
Stake Out Titik CFG
Out Titik Error
1 Konstruksi Pengukuran titik CFG 2. Terhambatnya Rp 436.689.146 2 Kecil 2 Berat 4 Moderate
CFG Pile oleh 2. Tanah
Pile pekerjaan Pilecap
tim survei bergerak
CFG
Kelongsoran
1. Kondisi 1. Progress
2 Konstruksi Pelaksanaan Pengeboran pada lubang Rp 366.818.882 2 Kecil 2 Berat 4 Moderate
tanah lunak Terlambat
saat pengeboran
Total Rp 803.508.028
`
100
Tabel 5.5 (lanjutan) Risk Register Pekerjaan CFG Pile metode Pipa Tremi
`
101
Tabel 5. 5 (lanjutan) Risk Register Pekerjaan CFG Pile metode Pipa Tremi
Penanggungjawab RTL
Rencana Tindak Lanjut Reaktif Proyek Departemen Korporat Peluang
Tingkat Sumber
Kontrol Batas Waktu Cross Cross Cross
Efektifitas RTL Biaya (Rp) Daya PIC PIC PIC Uraian Nilai
Eksisting Function Function Function
Kontrol
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Pelaksana, Pelaksana
Metode Menambah Sampai Akhir Komersial,
Good Rp218.344.572,88 Engineering, Utama, - - - - - -
Kerja jam kerja Pekerjaan Engineering
Surveyor MK
1.
Pembelian
Prosedur SHE,
Casing Bor Pelaksana Sampai Akhir
Pelaksanaan Good Rp511.427.112,91 MK Pengadaan, - - - - - -
2. Utama Pekerjaan
alat berat Komersial
Pembelian
Bentonite
Total Rp729.771.685,78
`
102
Tabel 5. 6 Risk Register Pekerjaan CFG Pile dengan metode pompa beton
Analisa
Nilai
Sub
No Area Kategori Risiko Penyebab Akibat Risiko Sebelum Probabilitas Konsekuensi Score
Kategori
RTL (Rp) (a) (b) (c=a*b)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pipa concrete
Pipa Pompa Pipa tidak pump macet,
1 Konstruksi Pelaksanaan Pengecoran Rp11.812.535,00 2 Kecil 1 Ringan 2 Rendah
Beton Macet dibersihkan Keterlambatan
pekerjaan
1. Penambahan
Kesalahan Stake 1. Human
Stake Out Titik CFG
Out Titik Error
2. Konstruksi Pengukuran titik CFG 2. Terhambatnya Rp444.993.452,54 2 Kecil 2 Berat 4 Moderate
CFG Pile oleh 2. Tanah
Pile pekerjaan Pilecap
tim survei bergerak
CFG
Produktivitas
Idle time alat Pasokan Beton
3 Konstruksi Pelaksanaan Pengecoran tidak sesuai Rp667.490.178,80 3 Besar 2 Berat 6 Tinggi
vibro pipe tidak lancar
target
Total Rp1.124.296.166,34
`
103
Tabel 5.6 (lanjutan) Risk Register Pekerjaan CFG Pile dengan metode pompa beton
Metode Membersihkan
Sangat
3 3 Pelaksanaan Good Pipa Pompa Beton Rp4.287.500,00 Rp3.500.000,00 1 1 Ringan 1 Rendah
Kecil
Pengecoran secara rutin
Survey melakukan
stake out
Metode Sangat
2 2 Good kembali saat akan Rp86.450.000,00 Rp44.499.345,25 1 2 Berat 2 Ringan
Pelaksanaan Kecil
melakukan
pengeboran
Menyediakan
tambahan Truck
Metode
Mixer untuk Sangat
1 1 Pelaksanaan Good Rp118.030.000,00 Rp106.798.428,61 2 1 Ringan 2 Rendah
melayani Kecil
Pengecoran
pengecoran CFG
Pile
`
104
Tabel 5.6 (lanjutan) Risk Register Pekerjaan CFG Pile dengan metode pompa beton
Penanggungjawab RTL
Rencana Tindak Lanjut Reaktif Proyek Departemen Korporat Peluang
Tingkat Sumber Batas
Kontrol Daya Waktu Cross Cross Cross
Efektifitas RTL Biaya (Rp) PIC PIC PIC Uraian Nilai
Eksisting Function Function Function
Kontrol
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Biaya
Keterlambatan, Sampai
Prosedur
Good Biaya Rp11.812.535,00 Pelaksana Akhir Pelaksana Danlat - - - - - -
Pelaksanaan
perbaikan Pekerjaan
pompa beton
Sampai
Prosedur Penambahan Rp464.400.000,00 Pelaksana Danlat,
Good Akhir MK - - - - - -
Pelaksanaan Jam Kerja Utama Komersil
Pekerjaan
Total Rp698.709.261,27
`
105
Tabel 5. 7 Risk Register Pekerjaan CFG Pile dengan metode vibro pipe sinking
Analisa
Nilai
Sub
C Area Kategori Risiko Penyebab Akibat Risiko Sebelum Probabilitas Konsekuensi Score
Kategori
RTL (Rp) (a) (b) (c=a*b)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Produktivitas
Idle time alat Pasokan Beton
1 Konstruksi Pelaksanaan Pengecoran tidak sesuai Rp646.266.939,00 3 Besar 2 Berat 6 Tinggi
vibro pipe tidak lancar
target
1. Penambahan
Kesalahan Stake 1. Human
Stake Out Titik CFG
Out Titik Error
2. Konstruksi Pengukuran titik CFG 2. Terhambatnya Rp430.844.626,00 2 Kecil 2 Berat 4 Moderate
CFG Pile oleh 2. Tanah
Pile pekerjaan Pilecap
tim survei bergerak
CFG
Total
Rp1.077.111.565,00
`
106
Tabel 5.7 (lanjutan) Risk Register Pekerjaan CFG Pile dengan metode vibro pipe sinking
Survey melakukan
stake out
Metode Sangat
2 2
Pelaksanaan
Good kembali saat akan Rp84.000.000,00 Rp43.084.462,60 1
Kecil
2 Berat 2 Ringan
melakukan
pengeboran
`
107
Tabel 5.7 (lanjutan) Risk Register Pekerjaan CFG Pile dengan metode vibro pipe sinking
Penanggungjawab RTL
Rencana Tindak Lanjut Reaktif Proyek Departemen Korporat Peluang
Tingkat Sumber Batas
Kontrol Daya Waktu Cross Cross Cross
Efektifitas RTL Biaya (Rp) PIC PIC PIC Uraian Nilai
Eksisting Function Function Function
Kontrol
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Sampai
Prosedur Penambahan Pelaksana Danlat,
Good Rp270.000.000,00 Akhir MK - - - - - -
Pelaksanaan Jam Kerja Utama Komersil
Pekerjaan
Total Rp485.422.313,00
`
108
BAB 6
SISTEM MANAJEMEN WIKA
`
109
`
110
3. Excellence
Insan WIKA harus memberikan hasil unggul kepada pelanggan dan pemangku
kepentingan lainnya. Perilaku kunci pada nilai WIKA ini adalah Commitment,
Innovation, dan Professional.
a. Commitment, membuat insan WIKA konsisten memenuhi apa yang telah
disepakati bersama sebagai hasil unggul dan melakukan tindakan nyata
b. Innovation, membuat insan WIKA berorientasi pada hal-hal baru yang
berbeda dan menindaklanjutinya dalam eksperimentasi yang terukur
kemajuannya
c. Professional, membuat insan WIKA ahli di bidangnya, setiap tindakan
yang ia lakukan mencerminkan upaya untuk selalu memberikan hasil
berkualitas
Terdapat dua garis besar kebijakan Sistem Manajemen WIKA yang dicanangkan
Manajemen Puncak, yaitu:
1. Kebijakan Sistem Manajemen Mutu, Risiko, dan Pengamanan WIKA
Tujuan dari kebijakan ini adalah agar setiap individu dapat berkembang
terus-menerus dan menghasilkan produk sesuai bidang tugasnya yang
mendukung tercapainya sasaran kinerja di unit kerjanya maupun
keseluruhan Perusahaan WIKA serta mengelola pengamanan
2. Kebijakan SHE WIKA
`
111
`
112
`
113
mitigasi risiko. Hal ini diatur dalam Prosedur Manajemen Pengamanan WIKA-
PEM-PM-07.01
`
114
Keterkaitan makalah dengan proses bisnis WIKA adalah analisa ini dilakukan
dalam Key Operation process bagian engineering, dengan key stakeholder yang
berperan adalah pegawai. Inovasi dapat dimasukkan dalam support process sebagai
knowledge management. Analisis key strategic process berperan dalam manajemen
risiko perusahaan sebagai langkah mitigasi dalam pengambilan keputusan
sepanjang proyek berjalan hingga selesai konstruksi.
`
115
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis perbandingan metode kerja CFG Pile yakni antara
metode menggunakan vibro pipe sinking, pipa tremi, dan pompa beton, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tahapan pekerjaan CFG Pile secara umum adalah tahapan persiapan, tahapan
inti, dan tahapa finishing.Tahapan persiapan terdiri dari persiapan platform,
mobilisasi dan perakitan alat, Pengukuran dan Stake Out posisi pile. Tahapan
finishing terdiri dari Perawatan Pile dan Inspeksi Pile.
2. Tahapan inti metode pengeboran dan pengecoran CFG Pile menggunakan
vibro pipe hammer terdiri dari memposisikan alat, pengeboran dengan
menggetarkan pipa, penuangan beton lewat bucket pada puncak pipa, dan
pengangkatan pipa sambil digetarkan.
3. Tahapan inti metode pengeboran dan pengecoran CFG Pile menggunakan pipa
tremi terdiri dari memposisikan alat, pengeboran dengan auger, penarikan
auger, pemasangan casing dan tremi, penuangan beton menggunakan bucket
dan pipa tremi, dan pembuangan tanah.
4. Tahapan inti metode pengeboran dan pengecoran CFG Pile menggunakan
pompa beton terdiri dari memposisikan alat, pengeboran dengan continous
auger, pengecoran dengan menggunakan pompa beton yang terhubung dengan
pipa di dalam auger, pengangkatan auger dibarengi dengan pengecoran, dan
pembuangan tanah.
5. Hasil analisis waktu dan prodktivitas dari masing-masing metode pada
Subgrade 15B dapat disimpulkan sebagai berikut:
`
116
6. Hasil analisis biaya dari masing-masing metode pada Subgrade 15B dapat
disimpulkan sebagai berikut
7. Dari segi produktifitas metode vibro pipe sinking adalah yang paling produktif
dengan harga termurah. Namun metode vibro pipe sinking tidak dapat
menembus lapisan tanah keras dengan nilai N-SPT diatas 40. Metode pekerjaan
dengan menggunakan pompa beton membutuhkan ketersediaan dan supply
beton yang teratur dan terus menerus. Metode pekerjaan dengan menggunakan
pipa tremi dapat menabung lubang sehingga tidak terjadi idle time alat bor
8. Metode pekerjaan CFG Pile dengan menggunakan pipa tremi merupakan
metode dengan nilai resiko sebelum RTL paling kecil yaitu Rp.803.508.028
9. Metode yang paling tepat untuk dilakukan pada Pekerjaan CFG Pile di
Subgrade 15B adalah metode Pipa Tremi, karena dapat dilakukan pada kondisi
tanah keras dengan menggunakan bor auger. Harga lebih murah dibanding
metode pompa beton dengan produktifitas yang tidak berbeda jauh. Nilai resiko
sebelum RTL metode pipa tremi juga paling kecil.
`
117
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh pada penelitian ini maka dapat
diusulkan beberapa saran sebagai berikut.
1. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai batas maksimal Nilai N-SPT
yang dapat ditembus oleh alat metode vibro pipe sinking
2. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai idle time alat bor akibat
supply beton yang tidak lancar pada metode vibro pipe snking maupun
pompa beton
`
118
BAB 8
PENERAPAN NILAI ACE
1. Agility
Penerapan nilai agility memiliki arti trengginas dan tanggap terhadap
peluang perubahan bisnis, tercermin dari berbagai aspek pekerjaan yang
sudah saya lakukan khususnya pada saya sebagai pelaksana pada proyek
High Speed Railway Jakarta – Bandung section 2, diantaranya:
`
119
a. Change
Selama masa On the Job Training saya ditempatkan sebagai Pelaksana
di DK 60. Tanggung jawab yang diamanatkan adalah untuk melakukan
pelaksanaan pekerjaan Bridge 14B serta pekerjaan Subgrade 15B.
Pelaksana dituntut untuk memastikan pekerjaan berjalan ontime sesuai
schedule, dengan tetap memperhatikan aspek biaya, mutu, dan SHE.
Dalam pelaksanaannya saya terus belajar, dari mulai construction
drawing, shop drawing, metode pelaksanaan, schedule, mengatasi
masalah teknis maupun non teknis di lapangan, opname fisik pekerjaan,
hingga koordinasi dengan berbagai fungsi dalam tim produksi. Proses
belajar tersebut dapat dilakukan dimana saja, baik diskusi-diskusi di
lapangan bersama pihak yang lebih berpengalaman ataupun pelatihan-
pelatihan yang ditunjukkan untuk meningkatkan kompetensi dari
seorang pelaksana.
`
120
dengan baik dan benar hingga tuntas agar semua pekerjaan dapat
terselesaikan.
Seringkali pekerjaan dan masalah-masalah muncul bersamaan, seperti
pengecoran yang bersamaan pada dua atau tiga titik, intalasi pembesian
pilecap yang terus dikejar hujan karena galian yang sangat mudah
longsor dan lain sebagainya. Meskipun jumlah pekerjaan cukup
banyak, saya harus mengerjakan satu persatu. Saya menyusun sasaran
yang harus dicapai dan melakukan tindakan berdasarkan skala prioritas.
Dengan demikian saya menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
`
121
`
122
`
123
`
124
`
125
c. Professional
Insan WIKA harus bersikap professional dalam menyelesaikan setiap
pekerjaan. Saya harus siap memberikan hasil yang unggul untuk setiap
pekerjaan, dan selalu mengusahakannya. Oleh karena itu saya harus
bisa memahami pekerjaan dan harus mampu bekerja sama dengan tim.
Dengan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan bersamaan, saya
konsisten mengerjakannya sampai selesai Walapun harus kerja sampai
larut malam,agar pekerjaan selesai tepat waktu dan benar, serta tidak
menghambat fungsi lain dalam menjalankan tugasnya.
`
126
DAFTAR PUSTAKA
China Railway Publishing Home, 2015. TB10621-2014 Code for Design of High-
Speed Railway. Beijing
China Railway Publishing Home, 2017. TB10001-20016 Code for Design of
Earthworks and Track Bed for Railway. Beijing.
China Railway Design Corporation, 2018. Constuction Drawing DIK101+023-DIK
101+436 Earthworks JBHSR 1-RS-DR-1. Tianjin
China Railway Design Corporation, 2019. Constuction Drawing DK60+037-DK
60+467 Earthworks JBHSR 1-RS-DR-55-2. Tianjin
PT. Indo Pusat Bumi. 2019. Metode kerja Subgrade Strengthening CFG Pile.
Jakarta: PT Indo Pusat Bumi
PT Geotekindo. Dokumen Teknis Cement Fly Ash Gravel Pile Kereta Cepat Jakarta
Bandung. Jakarta: PT Geotekindo Geoharbour Construction Group
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. 2016. Prosedur Sistem Manajemen Risiko
No Dok: WIKA-SMR-PM-01.01
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. Prosedur Pembuatan Metode Kerja Standar
No Dok: WIKA-ENG-PM-01.04