SKRIPSI
Disusun oleh:
Adeodillo Sutalputro Pangestu
16011050
SKRIPSI
Diajukan kepada
Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta
untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna memperoleh derajat
Sarjana Pertanian
Oleh:
Adeodillo Sutalputro Pangestu
16011050
SKRIPSI
Menyetujui,
SKRIPSI
Telah dipertahankan didepan Tim Penguji pada tanggal 31 Januari 2020 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh derajat
Sarjana Agroteknologi
Menyetujui,
Ketua, Anggota,
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya orang
lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan
tinggi, dan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diakui dalam skripsi dan
MOTTO
PERSEMBAHAN
Puji Tuhan, segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang berjudul
akhir ini, namun penulis berharap tugas akhir ini dapat dipertanggungjawabkan
serta dapat memberikan informasi up to date mengikuti tren dan kebutuhan dunia
Ir. Wafit Dinarto, M. Si & Ir. Warmanti Mildaryani, M. P selaku pembimbing serta
penguji yang telah memberikan pengarahan dalam pembuatan tugas akhir ini.
Ucapan yang sama juga disampaikan terhadap rekan-rekan yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam proses penelitian,
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................... vii
ABSTRACT................................................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN .................................................................................................1
viii
A. Hasil.....................................................................................................................20
B. Pembahasan ........................................................................................................24
V. KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................32
LAMPIRAN ...................................................................................................................37
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai N, P, K dan C/N rasio pada limbah baglog jamur tiram dan pupuk
kandang ............................................................................................................ 30
6. Rata-rata bobot buah semangka pada berbagai perlakuan limbah baglog jamur
tiram.................................................................................................................. 33
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Grafik panjang tanaman semangka (cm) umur 10,20 dan 46 HST pada
berbagai perlakuan limbah baglog jamur tiram ................................................ 31
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
2. Hasil analisis kandungan hara makro limbah baglog jamur tiram dan pupuk
kandang ............................................................................................................ 39
3. Sidik ragam panjang tanaman semangka umur 10, 20 dan 46 HST ................. 40
xii
PENGARUH LIMBAH BAGLOG JAMUR TIRAM TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL SEMANGKA DI LAHAN PASIR PANTAI
INTISARI
Lahan pasir pantai merupakan lahan marginal yang memiliki kendala pada
sifat fisik tanah, ketersediaan air, dan nutrisi yang buruk. Sebagai salah satu lahan
marginal, lahan pesisir pantai berpotensi menjadi lahan produktif yang lebih
berkelanjutan dengan menambahkan bahan organik untuk memperbaiki kesuburan
tanah dan meningkatkan kemampuan kapasitas penampung air. Penelitian ini
bertujuan mengetahui takaran bahan organik limbah baglog jamur tiram yang tepat
sebagai pupuk dasar pengganti pupuk kandang dalam budidaya semangka di lahan
pasir pantai. Penelitian telah dilaksanakan pada 10 September s/d 27 Oktober 2019
bertempat di Pantai Bugel, Kulon Progo ± 100 m dari pesisir pantai dengan
ketinggian 8 m dpl. Peneliltian ini merupakan percobaan faktor tunggal yang
disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Perlakuan
yang diujikan adalah takaran limbah baglog jamur tiram sebagai pupuk dasar
pengganti pupuk kandang terdiri atas 0, 25, 50, 75 dan 100%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan limbah baglog jamur tiram 100% (pupuk
kandang 0%) sebagai pupuk dasar menghasilkan pertumbuhan dan hasil semangka
yang paling baik dibandingkan perlakuan lainnya.
Kata kunci: Bahan Organik; Lahan Pasir Pantai; Limbah Baglog Jamur Tiram;
Semangka
xiii
THE EFFECT OF OYSTER MUSHROOM BAGLOG WASTE ON THE
GROWTH AND YIELD OF WATERMELON
ON COASTAL SANDY LAND
ABSTRACT
Coastal sandy land is a marginal land that has constraints on the soil physical
properties, water availability and poor nutrition. As one of marginal land, coastal
sandy land has the potential to become more sustainable productive land by adding
organic material to improve soil fertility and increase the capacity of water storage
capacity. The aim of this research is to find out the exact dose of organic material
from oyster mushroom baglog waste as a basic fertilizer substitute for manure in
watermelon cultivation in coastal sandy land. growth and yield of watermelon
cultivated in coastal sandy land. The research was carried out on 10 September to
27 October 2019 at Bugel Beach, Kulon Progo ± 100 m from the coast with an
altitude of 8 meters above sea level. This research is a single factor experimental
arranged in a Completely Randomized Design (CRD) with three replications. The
treatment tested was oyster mushroom baglog waste as a basic fertilizer substitute
for manure consisting of 0, 25, 50, 75 and 100%. The results showed that the use
of 100% oyster mushroom baglog waste (0% manure) as the basic fertilizer
produced the best growth and yield of watermelon compared to other treatments.
Keywords: Coastal sandy land; Organic Matter; Oyster mushroom baglog waste;
Watermelon
xiv
I. PENDAHULUAN
berasal dari Afrika. Buah semangka dikonsumsi tidak hanya sebagai pemuas
dahaga belaka, akan tetapi banyak manfaat yang bisa didapat dari mengkonsumsi
buah popular ini. Buah yang mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, serat,
vitamin A, B, dan C ini dapat mengobati summer heat, menetralisasi tekanan darah,
masyarakat yang begitu pesat dan kebutuhan lain masyarakat yang tak kalah
lahan yang cukup luas. Salah satu solusi dalam upaya penyediaan lahan pertanian
adalah memanfaatkan lahan marginal sebagai lahan budidaya. Salah satu lahan
bermasalah selain tanah masam, padahal lahan pasiran pantai sangat potensial untuk
tanaman hortikultura. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang 60% luas
1
2
pasir pantai yang sangat luas yang bisa dimanfaatkan sebagai salah satu lahan
alternatif pertanian seperti padi, cabe, melon, buah naga, bawang merah, kubis,
lahan pasir pantai seluas 13.000 ha, bentangan pasir pantai berkisar antara 1-3 km
dari garis pantai. Lahan pasir terbentang sepanjang 110 km di pantai selatan DIY.
kekurangan pada lahan tersebut. Menurut Ningrum (2018), kendala yang dihadapi
dalam budidaya tanaman pada lahan pasir pantai adalah sifat fisik tanah, air, unsur
hara, lengas tanah, intensitas cahaya dan suhu udara yang tergolong tinggi, serta
kelembaban udara yang rendah. Menurut Sunardi dan Sarjono (2007), pada lahan
pasir yang pernah dibudidayakan memiliki kadar unsur hara dalam tanah sebesar N
Penerapan teknologi pengelolaan lahan pasir pantai dengan bahan amelioran pupuk
tanaman adalah limbah baglog jamur tiram. Baglog jamur tiram terbuat dari
campuran serbuk gergaji, bekatul, kapur dan gips. Baglog jamur tiram hanya
digunakan untuk 1 kali budidaya jamur untuk mendapat hasil yang baik dan
sempurna. Sebuah baglog memiliki bobot sekitar 1.2 kg dengan masa produktif
3
untuk budidaya jamur sekitar 3-4 bulan. Seiring dengan bertambah pesatnya usaha
budidaya jamur tiram di Indonesia, limbah baglog yang merupakan bekas media
tanam jamur tiram juga semakin meningkat. Menurut Yuyun (2006), di dalam
limbah baglog bekas jamur tiram terdapat unsur hara makro yeng dibutuhkan oleh
Limbah baglog jamur tiram yang tidak dimanfaatkan, lama kelamaan dapat
bahwa limbah baglog jamur tiram memiliki kandungan hara makro yang baik untuk
jamur tiram untuk diaplikasikan ke lahan pasir pantai yang diduga mampu
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana respon pertumbuhan dan hasil semangka pada lahan pasir pantai
2. Berapa takaran limbah baglog jamur tiram yang tepat untuk pertumbuhan
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui respon pertumbuhan dan hasil semangka pada lahan pasir
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait
pemanfaatan limbah baglog jamur tiram terhadap pertumbuhan & hasil semangka
serta takaran yang terbaik untuk mendukung pertumbuhan & hasil semangka.
Dengan informasi ini diharapkan dapat membantu petani pesisir pantai menghadapi
A. Botani Semangka
Semangka Citrullus lanatus merupakan tanaman dari famili Cucurbitaceae
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta/Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida/Dicotyledonae
Subkelas : Curcubitales
Ordo : Curcubitales
Familia : Curcubitaceae
Genus : Citrulus
Spesies : Citrulus lanatus
(Sharma, 1993).
B. Morfologi Semangka
Semangka merupakan tanaman semusim, menjalar. Permukaan tanaman
tertutup bulu-bulu halus dan tajam. Tanaman semangka terdiri dari beberapa
1. Akar
5
6
2. Batang
batang berbulu pendek (±2mm) berwarna putih bening (Sukarsa dkk., 2016).
memanjat.
3. Daun
Daun berwarna hijau tua pada permukaan atas dan hijau pucat padas
permukaan bawah, berbentuk segitiga; ujung dan pangkal daun meruncing. Tepi
daun bagian pangkal berbagi menjari, sedangkan tepi bagian tengah sampai ujung
4. Bunga
berwarna kuning cerah dan jumlah mahkota lima helai (Sukarsa dkk., 2016).
Menurut Rukmana (2006), bunga semangka berumah satu, berkelamin satu yang
ditandai dengan bunga jantan yang berbentuk terompet, sedangkan bunga betina
memiliki bakal buah berbentuk bulat seperti kelereng. Penyerbukan bunga terjadi
5. Buah
Buah berbentuk bulat, kulit buah berwarna hijau tua dengan corak tidak
beraturan berupa garis sangat tipis; warna daging buah kuning tua (Sukarsa dkk.,
6. Biji
berikut:
1. Iklim
kemunduran waktu panen. Suhu optimal 25oC pada siang hari, kelembaban udara
Tanaman semangka dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat yang
dapat tumbuh dengan baik hingga ketinggian 600 mdpl (Suprapto, 2000).
2. Tanah
remah dan gembur, pH tanah berkisar 5,9 – 7,2 serta mengandung banyak bahan
D. Budidaya Semangka
1. Pembibitan
tanah yang telah didiamkan selama kurang lebih 1 minggu di tempat teduh dengan
8
2. Penanaman
tanah mudah mengalir keluar melalui saluran drainase yang dibuat. Lebar bedengan
7-8 meter, tergantung tebal tipis dan tinggi bedengan minimal 20 cm.
Penanaman dilakukan pada semangka yang telah berumur 10-14 hari atau
ditandai dengan tanaman yang telah berdaun empat. Penanaman dilakukan dengan
3. Penjarangan
apabila jumlah daun terlalu lebat. Penjarangan dapat dilakukan dengan cara
memangkas daun dan batang yang tidak diperlukan. Memelihara 2-3 cabang tanpa
4. Pembubunan
5. Pemupukan
Pemberian pupuk organik pada saat sebelum tanam tidak akan semuanya
Pupuk daun diberikan pada saat 7, 14, 21, 28 dan 35 hari setelah tanam; Pupuk buah
diberikan pada saat 45 dan 55 hari setelah tanam; ZA dan NPK (perbandingan 1:1)
dilakukan 21 hari setelah tanam sebanyak 300 ml, 25 hari setelah tanam sebanyak
6. Irigasi
Pada periode ini semangka membutuhkan suplai air yang cukup untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Kekurangan air pada masa ini dapat menyebabkan semangka
memiliki ukuran yang kecil. Pengairan dapat dilakukan menggunakan metode apa
saja dengan memperhatikan beberapa syarat seperti tidak melakukan irigasi pada
pukul 7 s/d 11 selama periode berbunga, juga penting untuk membatasi pengairan
yang terlalu berlebihan pada masa mendekati kematangan yang dapat menyebabkan
menurunnya kandungan gula serta isi buah memutih (Shrefler dkk. 2015).
7. Panen
Umur panen yaitu setelah 70-110 hst dengan ciri-ciri buah telah mengalami
perubahan warna, batang buah mulai mengecil. Masa panen dipengaruhi oleh
10
cuaca, jenis bibit maupun jenis buah. Panen dilakukan pada saat cuaca cerah dan
tidak berawan. Apabila buah yang tumbuh tidak serempak maka dapat dilakukan 2
E. Lahan Pasiran
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya
pasir pantai yang ada di Indonesia. Lahan pasir pantai bisa dimanfaatkan untuk
budidaya tanaman seperti cabai, melon, semangka, kubis, bawang merah, buah
naga, dll. Lahan pasir pantai sangat potensial untuk budidaya tanaman hortikultura
(Saputro, 2015).
mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah
pasir mudah mengalirkan air, sekitar 150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan
tanah pasir menyimpan air sangat rendah, 1,6-3% dari total air yang tersedia. Angin
dalam tanah terhadap pemisahan) sangat kecil. Lahan pasir pesisir didominasi oleh
pasir dengan kandungan lebih dari 70%, porositas rendah atau kurang dari 40%,
sebagian besar ruang pori berukuran besar sehingga aerasinya baik, daya hantar
cepat, tetapi kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah. Dari segi kimia, tanah
pasir cukup mengandung unsur fospor (P) dan kalium (K) yang belum siap diserap
tanaman, tetapi lahan pasir kekurangan unsur nitrogen (N), sehingga untuk
11
2007).
Kunci perbaikan lahan pasir pantai adalah bahan pembenah tanah. Bahan
pembenah tanah merupakan bahan-bahan sintetis atau alami yang berpotensi untuk
memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah. Tujuan penggunaan bahan pembenah
lempung dan pupuk kandang di lahan pasir pantai Samas telah meningkatkan
kualitas tanah. Menurut Kalie (2002), tanaman semangka yang dipelihara intensif
baglog yang berpotensi menjadi limbah bagi lingkungan, yaitu baglog tua dan
baglog terkontaminasi. Baglog tua berasal dari baglog yang sudah tidak produktif
lagi atau sudah tidak menghasilkan jamur. Baglog tua biasanya baglog yang telah
berumur lebih dari tiga bulan. Baglog terkontaminasi disebabkan karena sebelum
penumbuhan miselium hingga baglog full grown. Pada masa inkubasi terdapat
12
Hasil analisis awal kandungan unsur hara limbah baglog terkontaminasi dan
kandungan unsur hara yang relatif lebih tinggi dibandingkan limbah baglog tua. Hal
ini dikarenakan unsur hara yang terkandung dalam limbah baglog tua sebagian
besar telah dimanfaatkan oleh jamur yang tumbuh di atasnya. Jamur tiram putih
menghasilkan makanan sendiri. Oleh karena itu, jamur menyerap unsur hara dari
media tempat tumbuhnya. Zat-zat hara makanan tersebut diserap oleh spora untuk
tumbuh menjadi miselium dan tumbuh menjadi jamur dewasa (Soenanto, 2001
terutama mineral-mineral pada masa panen pertama dan kedua. Limbah baglog
jamur tiram mengandung Ca dan P cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena pada
G. Hipotesis
1. Diduga dengan penggunaan limbah baglog jamur tiram akan memberikan
2. Diduga bahwa penggunaan limbah baglog jamur tiram dengan takaran 100%
dapat memberi respon pertumbuhan dan hasil semangka yang baik, serta
bertempat di lahan pertanian rakyat pesisir Pantai Bugel, Kulon Progo, ±100 m dari
pupuk kandang; solar; air; benih semangka; NPK mutiara 16:16:16; KNO3;
Alat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah cangkul; traktor; gembor;
sprayer; selang; mesin diesel; oven; corong; timbangan analitik; meteran tali;
termometer tanah.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan percobaan faktor tunggal yang disusun dalam
14
15
dan setiap unit percobaan dengan ukuran bedengan 80 x 1.100 cm terdiri dari 3
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Analisis kadar C organik, N, P & K
menganalisis C/N rasio organik pupuk kandang yang digunakan oleh petani serta
3. Penyemaian
diletakkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah bibit
tumbuh dan memiliki 2-3 daun atau berumur ±7 hari, bibit sudah dapat dipindahkan.
16
membersihkan lahan dari semak dan rumput serta tanaman sisa budidaya
dengan memberi perlakuan pupuk dasar yang berupa pupuk organik petani serta
dengan lebar 80 cm serta panjang 1100 cm. Memasang mulsa plastik hitam perak
5. Penanaman
±7 hari atau telah berdaun 2-3, penanaman dilakukan pada sore hari untuk menjaga
6. Pemupukan
organik berupa pupuk kandang campuran yang berasal dari kotoran puyuh, ayam
dan sekam, juga limbah baglog. Sedangkan pupuk anorganik yang digunakan
merupakan pupuk NPK Mutiara 16:16:16 dengan takaran 1/2 sdt/tanaman serta
17
KNO3 dengan takaran 1 kg/200 l air. pupuk organik hanya diaplikasikan pada saat
7. Pengairan
diesel, pengairan dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Air yang
8. Penjarangan buah
Bakal buah (bunga betina) pertama dan kedua pada batang utama serta bakal
buah pertama pada cabang primer harus secepatnya dipangkas sebelum mekar.
Buah yang dipelihara adalah buah ketiga pada batang utama. Penjarangan buah
dilakukan jika buah yang terbentuk sudah seukuran bola tenis, buah yang disisakan
adalah buah terbaik yang diketahui dari membandingkan dengan buah lainnya.
10. Panen
perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka buah tersebut bisa
E. Pengamatan
Variabel pertumbuhan dan perkembangan semangka yang diamati pada
diberi perlakuan pupuk dasar. Dalam menghitung gerakan air melalui tanah
pada kondisi jenuh dikenal hukum Darcy yang biasa digunakan dalam
yang berbunga telah mencapai 50%. Bunga yang diamati adalah bunga yang
5. Bobot buah semangka (g), buah yang diambil adalah yang sudah memenuhi
F. Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis menggunakan sidik ragam untuk Rancangan
Acak Lengkap (RAL) pada taraf 5% untuk mengetahui perlakuan yang berbeda
nyata dilakukan Duncan’s New Multiple Range Test (DMRT) taraf 5% untuk
A. Hasil
1. Nilai N, P, K dan C/N rasio limbah baglog jamur tiram dan pupuk kandang
Hasil analisis unsur hara makro menunjukkan nilai N, P, K dan C/N rasio
limbah baglog jamur tiram lebih baik dibanding pupuk kandang (Tabel 1).
Tabel 1. Nilai N, P, K dan C/N rasio pada limbah baglog jamur tiram dan pupuk
kandang
2. Permeabilitas tanah
jamur tiram menghasilkan permeabilitas tanah yang lebih baik dibandingkan tanpa
20
21
jamur tiram berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman semangka umur 46 hst
(Lampiran 3).
semangka yang diberi perlakuan limbah baglog jamur tiram 100% pukan 0% paling
1600
1400 316.33
1200 L3
305.33
1000 L2
800 283.22
L1
600
271.33 L0
131.67
400
97.67 K
78.33 90.67 268.67
200 57.67 80
58.67
44.33
39.33 76.33
0
10 HST 20 HST 46 HST
Gambar 1. Grafik panjang tanaman semangka (cm) umur 10, 20 dan 46 hst pada
berbagai perlakuan limbah baglog jamur tiram
22
jamur tiram tidak berpengaruh nyata terhadap tanaman semangka mulai berbunga
(Lampiran 4; Tabel 4)
(Lampiran 5).
Hasil uji lanjut dengan uji Duncan 5% menunjukkan bobot kering tanaman
semangka yang diberi perlakuan limbah baglog jamur tiram 100% pupuk kandang
6. Bobot buah
jamur tiram berpengaruh nyata terhadap bobot buah semangka (Lampiran 6).
Hasil uji lanjut dengan uji Duncan 5% menunjukkan bobot buah semangka
yang diberi perlakuan limbah baglog jamur tiram 100% dan pupuk kandang 0%
Tabel 6. Rata-rata bobot buah semangka pada berbagai perlakuan limbah baglog
jamur tiram
7. Lingkar buah
menunjukkan tidak beda nyata dengan perlakuan limbah baglog jamur tiram
Tabel 7. Rata-rata lingkar buah semangka pada berbagai perlakuan limbah baglog
jamur tiram
B. Pembahasan
Penelitian ini diawali dengan menganalisis kandungan hara makro limbah
baglog jamur tiram dan pupuk kandang. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan
bahwa limbah baglog jamur tiram memenuhi standar SNI kompos dari sampah
organik domestik yang ditunjukkan dengan nilai C/N rasio 14.02, sedangkan pada
pupuk kandang campuran memiliki nilai C/N rasio 26.13 tidak memenuhi SNI
(Tabel 1). Berdasarkan acuan Badan Standarisasi Nasional th. 2004, standar
kualitas kompos salah satunya yaitu nilai C/N rasio minimal 10 dan maksimal 20.
Menurut Nugroho dkk (2019) dan Riswanto (2017), C/N rasio berpengaruh pada
yang baik sehingga penyerapan hara pada tanaman dapat lebih maksimal.
25
sebagai pupuk dasar mampu memperbaiki permeabilitas tanah lebih baik dibanding
dengan pupuk kandang. Nilai permeabilitas tanah yang diberi limbah baglog jamur
yang diberi perlakuan pupuk kandang nilai permeabilitasnya diatas 6.35 dengan
kategori ‘agak cepat’ (Tabel 2). Perbedaan kecepatan permeabilitas tanah pada
perlakuan pupuk kandang diduga diakibatkan oleh teksturnya yang remah, hal ini
tinggi. Sedangkan pada limbah baglog jamur tiram memiliki tekstur yang lebih
padat serta sifatnya yang mudah menyerap air dibandingkan pupuk kandang, tekstur
dan sifat limbah baglog jamur tiram ini mampu meningkatkan kemampuan
menahan air di lahan pasir pantai. Hal ini sesuai dengan penjelasan Arsyad (1989)
dalam Siregar dkk (2013), semakin padat tekstur suatu tanah atau bahan organik
limbah baglog jamur tiram 100%, kehilangan air pada lahan pasir pantai menurun
menjadi 179,63 ml/jam. Kecepatan kehilangan air diuji dalam laboratorium dengan
khususnya limbah baglog jamur tiram meningkatkan kualitas lahan pasir pantai
menjadi agregat yang lebih besar. Lebih lanjut Arifah (2013) menyatakan, bahan
merubah bahan organik menjadi senyawa yang bermanfaat bagi kesuburan tanah.
tanah yang paling cocok untuk pengembangan tanaman di lahan kering. Lahan
dengan kategori permeabilitas yang ‘sedang’ dapat mengurangi run off serta
pencucian hara yang disebabkan oleh hujan. Untuk mempertahankan hara di lahan
perlakuan limbah baglog jamur tiram 100% (pupuk kandang 0%) lebih baik
dibandingkan perlakuan lain (Tabel 3 dan 5). Hal ini diduga disebabkan oleh
kualitas limbah baglog jamur tiram lebih baik dibanding pupuk kandang dari segi
unsur hara serta nilai C/N rasio yang memenuhi SNI, serta tekstur limbah baglog
Limbah baglog jamur tiram umumnya terbuat dari serbuk kayu dan bekatul
yang telah dikomposkan lebih dulu dengan bantuan mikroorganisme, juga telah
melalui masa tanam jamur tiram yang berkisar 4-6 bulan sehingga nutrisi yang
27
terkandung dapat serap oleh tanaman. Dengan nilai C/N rasio 14.02 yang sesuai
SNI, bahan organik limbah baglog jamur tiram dapat lebih mudah termineralisasi
dan menghasilkan nutrisi yang cukup untuk tanaman. Sedangkan pupuk kandang
yang digunakan masyarakat pesisir Pantai Bugel memiliki unsur hara makro yang
lebih rendah serta nilai C/N rasio 26.13 yang tidak sesuai SNI.
limbah baglog jamur tiram yang lebih halus dibandingkan dengan pupuk kandang,
Widowati (2004) dalam Andayani dkk, (2013) menyatakan, tekstur bahan organik
sehingga nutrisi yang tersedia cukup dan dapat membantu pertumbuhan tanaman
lebih optimal.
Penggunaan takaran limbah baglog jamur tiram 100% dan pupuk kandang
0% lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya diduga diakibatkan oleh sifat limbah
baglog jamur tiram yang mampu memperbaiki permasalahan dari sifat fisik lahan
pasir pantai. Sebagai bukti perbaikan sifat fisik lahan pasir pantai oleh limbah
baglog jamur tiram seperti hasil uji permeabilitas tanah yang mampu meningkatkan
kemampuan lahan pasir pantai menahan laju infiltrasi air ke dalam tanah.
Sedangkan pada perlakuan limbah baglog jamur tiram 0% (pupuk kandang 100%)
infiltrasi air ke dalam tanah lebih cepat akibat sifat pupuk kandang yang remah dan
berongga sehingga nutrisi pada lahan lebih mudah tercuci. Penggunaan limbah
baglog jamur tiram 100% (0% pupuk kandang) mampu memberikan pertumbuhan
28
tanaman semangka terbaik dengan memperbaiki sifat fisik lahan pasir pantai
Permeabilitas tanah yang baik pada lahan pasir pantai penting untuk
dikategorikan ‘agak cepat’ dapat mempercepat kehilangan nutrisi yang berasal dari
pupuk susulan karena terjadi proses pencucian yang cepat. Dengan penggunaan
limbah baglog jamur tiram, permeabilitas tanah menjadi lebih baik sehingga dapat
nutrisi didalam tanah dapat terjaga. Siregar dkk (2013) menyatakan, permeabilitas
bahan-bahan seperti mineral, bahan organik yang terbawa oleh air masuk ke dalam
tanah.
Hara makro yang cukup serta didukung sifat fisik lahan pasir pantai yang
semangka di lahan pasir pantai. Pertumbuhan tinggi tanaman semangka yang baik
juga didukung oleh unsur N dan P yang baik pada limbah baglog jamur tiram.
Andayani dan La Sarido (2013) menyatakan, unsur N dan P terlibat langsung dalam
kering tanaman semangka yang lebih baik. Umarsih (2014) menyatakan, semakin
banyak kandungan unsur hara yang tersedia akan menjadikan bobot kering tanaman
tidak memiliki beda nyata antar perlakuan (Tabel 4). Diduga tidak adanya
oleh keseragaman fotoperiode yang diterima oleh semangka. Stirling dkk (2002)
dalam Sutoyo (2011) menyatakan, fotoperiode atau panjang hari yang didefinisikan
sebagai lamanya siang hari yang dapat merangsang pembungaan, pembuahan dan
(2017) menyatakan, cahaya memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan
tanaman dapat terhambat. Kondisi lahan pasir pantai yang kelembabannya rendah
semangka mulai berbunga. Lahan pasir Pantai Bugel pada periode September s/d
Oktober 2019 sedang mengalami cuaca kemarau sehingga kondisi iklim di lahan
pasir pantai saat itu sangat cocok bagi pertumbuhan tanaman semangka. Sinar
matahari dan air yang cukup merupakan kebutuhan utama pembungaan tanaman
semangka.
30
baglog jamur tiram 100% (pupuk kandang 0%) lebih baik dibandingkan perlakuan
yang lain (Tabel 6). Hasil panen budidaya semangka yang baik diduga diakibatkan
oleh masa vegetatif semangka yang baik dengan dukungan limbah baglog jamur
menentukan kualitas dan kuantitas buah semangka yang bermula membantu proses
pembungaan tanaman. Pada limbah baglog jamur tiram sendiri memiliki nilai
P 1.37% dan K 1.70% lebih tinggi dibanding pupuk kandang yang hanya memiliki
nilai P 0.61% dan K 0.45%. Penyerapan hara oleh tanaman pada perlakuan limbah
baglog jamur tiram juga diduga lebih efektif dibanding dengan pupuk kandang.
tanaman semangka yang baik. Dengan penggunaan limbah baglog jamur tiram,
hara bagi tanaman untuk meningkatkan produksi. Perbaikan sifat fisik tanah yang
tanaman mempengaruhi pembentukan buah. Hara yang cukup dan seimbang dapat
yang dihasilkan yang pada tanaman yang diekspresikan pada bagian generatif, yaitu
Penggunaan takaran limbah baglog jamur tiram 100% (pupuk kandang 0%)
mampu memperbaiki sifat fisik lahan pasir pantai lebih baik dibandingkan
semangka yang maksimal. Ketersediaan hara yang cukup pada masa generatif
(2013) menyatakan, bahan organik pada dasarnya tersimpan dalam tanah dalam
jangka waktu yang lama dan menjadi gudang makanan dimasa generatif tanaman.
Penelitian menunjukkan lingkar buah semangka tidak ada beda nyata antar
perlakuan limbah baglog jamur tiram (Tabel 7). Hal ini dikarenakan varietas
semangka ‘Bali Flower’ menurut Kementan (2005) memiliki karakter buah yang
mengarah ke atas dan bawah buah, sehingga pertambahan lingkar buah semangka
A. Kesimpulan
1. Penggunaan limbah baglog jamur tiram sebagai pupuk dasar pada budidaya
hasil semangka.
B. Saran
Untuk mengetahui dosis terbaik limbah baglog jamur tiram yang optimal
untuk pertumbuhan dan hasil semangka di lahan pasir pantai perlu dilakukan
32
DAFTAR PUSTAKA
Andayani dan L. Sarido. 2013. Uji Empat Jenis Pupuk Kandang Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Keriting (Capsicum annum
L.). Dosen STIP Sangatta: Kal-Tim.
Arifah, S. M. 2013. Aplikasi Macam dan Dosis Pupuk Kandang pada Tanaman
Kentang. Jurnal Gamma ISSN 2086-3071 Hal. 80-85. UMM:
Malang.
Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Puspa Swara. Jakarta.
Daniel, A. 2016. Intensif bertanam semangka tanpa biji. Penerbit Pustaka Baru
Press. Yogyakarta.
Iskandar. 2017. Pemanfaatan Limbah Media Jamur Tiram Putih Sebagai Kompos
Pada Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.). UIN
Alaudin. Makasar.
33
Minardi, S. 2002. Kajian Komposisi Pupuk NPK terhadap Hasil beberapa Varietas
Tanaman buncis Tegak (Phaseolus Vulgaris L.) di Tanah Alfisol. J.
Sains Tanah. II(1): 18-24.
Partoyo. 2005. Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian Di Lahan Pasir Pantai
Samas Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pertanian.
Prajnanta, F. 2003. Agribisnis Semangka Non Biji. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Purba, J.O., A. Barus & Syukri. 2015. Respon Pertumbuhan dan Produksi
Semangka (Citrullus vulgaris Schard.) Terhadap Pemberian Pupuk
NPK (15:15:15) dan Pemangkasan Buah. Jurnal Online
Agroekoteknologi: Medan.
Rajiman. 2014. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah di Lahan Pasir Pantai Terhadap
Kualitas Tanah. Jurusan Penyuluhan Pertanian di Yogyakarta, STPP
Magelang. Jawa Tengah.
34
Saifulloh, I. N. 2017. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Jenis Tanah Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau. Fakultas Pertanian. PGRI:
Yogyakarta.
Sarjono, Sunardi, Y. 2007. Penentuan Kandungan Unsur Makro Pada Lahan Pasir
Pantai Samas Bantul Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron
(AAN). Pusat teknologi Akselerator dan Proses Bahan – BATAN:
Yogyakarta.
Siregar, N.A, Sumono, A.P. Munir. 2013. Kajian Permeabilitas Beberapa Jenis
Tanah di Lahan Percobaan Kwala Berkala USU Melalui Uji
Laboratorium dan Lapangan. Faperta USU: Medan.
Steffano, D.O. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Kotoran Bebek dan
Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Produksi Tanaman
Semangka (Citrullus lanatus Schard) [skripsi]. UMSU: Medan.
Sudiharjo. 2004. Budidaya Bawang Merah dan Cabai Merah di Lahan Pasir. BPTP:
Yogyakarta.
Sukarsa, D.B, & Priyono, R.E. 2016. Kekerabatan Fenetik Semangka [Citrullus
lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai] dari Pesisir Nusawungu
Cilacap. Unsoed. Purwokerto.
Sunardi & Sarjono, Y. Penentuan Kandungan Unsur Makro Pada Lahan Pasir
Pantai Samas Bantul Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron
(AAN). Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN:
Yogyakarta.
Sunghening, W., Tohari & D. Shiddieq. 2012. Pengaruh Mulsa Organik Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tigas Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata
(L.) Wilczek) di lahan pasir pantai Bugel, Kulon Progo. Vagetalika
4 : 67-79. UGM: Yogyakarta.
35
Suprapto & Jaya, N.A. 2000. Laporan Akhir Penelitian SUT Diverivikasikan Lahan
Marginal di Kecamatan Gerokgak. Buleleg. IPPTPD. Bali.
Shrefler, J., Brandenberger, L., Rebek, E., Damicone, J., & Taylor, M. 2015.
Watermelon Production. Division of Agricultural Sciences and
Natural Resources. Oklahoma State University. Diakses tanggal 19
Mei 2019.
Yuliastuti dan Adhi, A. 2003. Studi Kandungan Nutrisi Limbah Media Tanam
Jamur Tiram Putih Untuk Pakan Ternak. http://
Eko_Yuliastuti_ES_Studi Kandungan Nutrisi Limbah Media
Tanam. HTML. (Diakses pada tanggal 10 Mei 19).
Yuniwati, E. D. 2011. Penentuan Indeks Mutu Tanah pada Ubikayu Sebagai Kunci
Teknologi Pemeliharaan Lahan (Land Husbandry): J. Berk. Penel.
Hayati Edisi Khusus 7F : 47-54. Malang: UWM.
36
LAMPIRAN
37
Lampiran 1. Tata letak petak percobaan
L2 U2 L4 U3
L4 U2
L2 U3
L2 U1
L1 U1
L4 U1
L1 U2 L1 U3
L3 U1
L0 U3 L0 U2
L3 U2
L0 U1 L3 U3
38
Lampiran 2. Hasil analisis kandungan hara makro limbah baglog jamur tiram
dan pupuk kandang
39
Lampiran 3. Sidik ragam panjang tanaman semangka umur 10, 20 dan 46
HST
Panjang tanaman semangka 10 hst
ANOVA
SV DB JK KT F HIT F TAB 0.05
PERLAKUAN 4 5830.27 1329.62 82.15 3.48
ERROR 10 51.33 16.19
TOTAL 14 5881.60
F HIT. > F TAB. menunjukkan ada perbedaan nyata antar perlakuan limbah baglog
jamur tiram
40
Panjang tanaman semangka 46 hst
ANOVA
SV DB JK KT F HIT F TAB 0.05
PERLAKUAN 4 5318.47 1329.62 82.15 3.48
ERROR 10 161,85 16.19
TOTAL 14 5480.33
F HIT. > F TAB. Menunjukkan ada perbedaan nyata antar perlakuan limbah baglog
jamur tiram
268.67 271.33 283.22 305.33 316.33
L4 316.33 47.67 45.00 33.11 11.00 0 a
L3 305.33 36.67 34.00 22.11 0 b
L2 283.22 14.56 11.89 0 c
L1 271.33 2.67 0 d
L0 268.67 0 d
Uji lanjut dengan DMRT taraf 5%
ANOVA
SV DB JK KT F HIT F TAB 0.05
PERLAKUAN 4 1.14 0.29 1.13 3.48
ERROR 10 2.52 0.25
TOTAL 14 3.66
F HIT. < F TAB. Menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antar perlakuan limbah
baglog jamur tiram
ANOVA
SV DB JK KT F HIT F TAB 0.05
PERLAKUAN 4 2.73 0.68 3.52 3.48
ERROR 10 1.94 0.19
TOTAL 14 4.67
F HIT. > F TAB. Menunjukkan ada perbedaan nyata antar perlakuan limbah baglog
jamur tiram
41
Lampiran 6. Sidik ragam bobot buah semangka
ANOVA
SV DB JK KT F HIT F TAB 0.05
PERLAKUAN 4 183.23 46.31 7.06 3.48
ERROR 10 65.59 6.56
TOTAL 14 259.81
F HIT. > F TAB. Menunjukkan ada perbedaan nyata antar perlakuan limbah baglog
jamur tiram
ANOVA
SV DB JK KT F HIT F TAB 0.05
PERLAKUAN 4 173.04 43.26 1.76 3.48
ERROR 10 245.33 24.53
TOTAL 14 418.37
F HIT. > F TAB. Menunjukkan ada perbedaan nyata antar perlakuan limbah baglog
jamur tiram
42
Gambar 2. Pengumpulan dan penyiapan limbah baglog jamur tiram
43
Gambar 4. Uji permeabilitas tanah
44
Gambar 5. Proses budidaya tanaman
45
Gambar 7. Proses pengamatan
46
47