SKRIPSI
Disusun Oleh :
YOSUA WAHYU WIDODO
16/ 18623/ THP/ STIPP
YOGYAKARTA
2020
KARAKTERISTIK ASAP CAIR YANG DIHASILKAN DARI PIROLISIS
SKRIPSI
Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
2020
i
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
(Dina Mardhatillah, S.TP. M.Si) (Dr. Ir. Ida Bagus Banyuro Partha, MS)
Dosen Pembimbing II
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
Skripsi yang penulis tulis dengan judul “Karakteristik Asap Cair yang
Dihasilkan dari Pirolisis Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
dan Potensinya sebagai Porous Agent pada Gypsum” ini tentu tak terlepas dari
do’a, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, dengan penuh
rasa hormat, dan ucapan terimakasih setulus hati penulis sampaikan kepada :
Yogyakarta.
2. Dr. Ir. Ida Bagus Banyuro Partha, MS selaku Dekan Fakultas Teknologi
Yogyakarta.
6. Seluruh dosen dan staff Instiper yang telah membantu secara keseluruhan
7. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan secara moril dan materil
iii
penyusunan skripsi ini.
ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang bersifat
penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat membuka
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................. v
Daftar Lampiran................................................................................................. ix
Intisari ................................................................................................................ x
I. Pendahuluan ................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah..................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian................................................................................... 4
C. Pirolisis ................................................................................................. 11
E. Fenol ...................................................................................................... 15
v
B. Alat Dan Bahan ..................................................................................... 18
A. Kesimpulan ........................................................................................... 49
B. Saran ..................................................................................................... 49
Lampiran......................................................................................................... 51
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis, Potensi, dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit .............. 7
Tabel 10. Hasil uji jarak berganda Duncan kadar rendemen asap cair ............. 29
Tabel 13. Hasil uji jarak berganda Duncan derajat keasaman (pH) .................. 34
Tabel 15. Persen Area Asam Asetat Uji GC MS Asap Cair ............................. 39
Tabel 19. Hasil Uji Struktur Gypsum Asap Cair Suhu 150 oC........................... 44
Tabel 19. Hasil Uji Struktur Gypsum Asap Cair Suhu 250 oC........................... 45
Tabel 19. Hasil Uji Struktur Gypsum Asap Cair Suhu 350 oC........................... 46
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 7. Grafik Persen Area Fenol Asap Cair Tandan Kosong ....................... 37
Gambar 8. Grafik Persen Area Asam Asetat Asap Cair Tandan Kosong ............. 39
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 10. Hasil Deteksi Uji GC-MS Kondensat Tandan Kosong ................ 71
ix
KARAKTERISTIK ASAP CAIR YANG DIHASILKAN DARI PIROLISIS
TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN
POTENSINYA SEBAGAI POROUS AGENT PADA GYPSUM
Intisari
Pelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu dan lama waktu pirolisis yang
baik untuk menghasilkan karakteristik asap cair yang paling baik sebagai porous
agent pada gypsum.
Penelitian dilakukan dengan Rancangan Blok Lengkap (RBL) dengan 2
faktor, yaitu faktor pertama adalah suhu pirolisis 150 oC (A1), 250 oC (A2), dan
350 oC (A3) dan faktor kedua adalah lama waktu pirolisis selama 2 jam (B1), 4 jam
(B2) dan 6 jam (B3). Analisis yang dilakukan adalah analisis kadar rendemen, pH,
persen area fenol, persen area asam asetat, uji ketebalan gypsum dan uji struktur
gypsum.
Hasil Penelitian menjunjukjan bahwa suhu pirolisis berpengaruh terhadap
peningkatan kadar rendemen dan lama waktu pirolisis berpengaruh terhadap
derajat keasaman (pH) asap cair. Persen area fenol tertinggi pada asap cair
diperoleh pada perlakuan suhu 250 oC (A2) selama 6 jam (B3) (38,69 %).
Sedangkan kadar asam asetat tertinggi pada asap cair dengan perlakuan 150 oC
(A1) selama 2 jam (B1) (35,5 %). Jika melihat pada analisis ketebalan dan
struktur gypsum, suhu pirolisis asap cair yang menghasilkan karakteristik asap
cair yang paling baik sebagai porous agent pada gypsum adalah pada perlakuan
suhu 350 oC (A3) dengan lama waktu 4 jam (B2).
Asap cair yang menjadi porous agent terbaik pada gypsum didapatkan dari
perlakuan A3B2 yaitu pada suhu pirolisis 350 oC dan lama waktu 4 jam. Asap cair
ini menghasilkan struktur gypsum berpori yang paling baik dengan pertambahan
ketebalan yang paling tinggi yaitu sebesar 25,87 %. Hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa asap cair ini cukup prospektif untuk dikembangkan
sebagai porous agent gypsum yang dapat digunakan sebagai alat peredam suara.
Kata kunci: asap cair, pirolisis, porous agent, gas blowing, gypsum berpori.
x
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian dan
sawit. Sebagai salah satu produsen kelapa sawit terbesar didunia, industri
industri kelapa sawit ini antara lain tandan kosong kelapa sawit, serat kelapa
Pratowo (2011) dalam Febriza, I (2017) setiap pengolahan satu ton TBS akan
dihasilkan tandan kosong kelapa sawit sebanyak 22-23 % (220-230 kg) dan
Tandan kosong kelapa sawit menjadi salah satu jenis limbah biomassa
yang jumlahnya cukup besar dan melimpah, karena produksi limbah tandan
kosong kelapa sawit jumlahnya hampir sama dengan jumlah produksi minyak
sawit mentah (CPO dan CPKO). Jika tidak dilakukan pengolahan secara baik
maka limbah ini dapat menyebabkan pencemaran udara dan lingkungan yang
serius. Sejauh ini, limbah tandan kosong kelapa sawit belum banyak
mulsa dan pupuk organik. Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sebagai
1
2
Salmina, 2017). Komposisi selulosa pada limbah tandan kosong kelapa sawit
adalah sekitar 40-60 %, disamping komponen lain yang jumlahnya lebih kecil
seperti hemiselulosa 20-30 %, dan lignin 15-30 % (Ross, (2004) dalam Sari
dkk, 2014). Dua bagian tandan kosong kelapa sawit yang banyak mengandung
selulosa adalah bagian pangkal dan bagian ujung tandan kosong sawit yang
agak runcing dan agak keras (Hasibuan, (2010) dalam Zulnazri, 2017).
bermanfaat dan berguna, salah satunya adalah asap cair melalui proses
pirolisis.
Asap cair merupakan campuran larutan dari dispersi asap kayu dengan
selulosa dan hemiselulosa akibat panas tanpa adanya oksigen (Tahir, (1992)
Menurut Kadir dkk (2014), di dalam asap cair mengandung kurang lebih
400 senyawa kimia, namun hanya sekitar 200 jenis yang sudah teridentifikasi
utama penyusun senyawa tersebut antara lain fenolik, karbonil dan asam.
3
Fenol (C6H6OH) memiliki berat molekul sekitar 94,11 dengan titik didih 181,2
o
C.
Selain tersusun atas senyawa utama berupa fenol, asam dan karbonil,
asap cair juga mengandung senyawa lain seperti Volatile Organic Compounds
(VOCs). VOCs merupakan bahan organik yang mudah menguap yang biasa
dikeluarkan dari bahan padat maupun cair (Mukono HJ, 2011). Senyawa
menghasilkan gas seperti, karbon monoksida (CO), karbon dioksida CO2, dan
memiliki potensi untuk dijadikan porous agent atau bahan/zat yang dapat
asap cair pada serbuk gypsum menjadi adonan gypsum. Reaksi pencampuran
kedua zat adalah asap cair dengan kandungan VOCs nya dapat berperan
menguap sehingga terbentuk struktur foam seperti rumah tawon (Anisah S.,
terjadinya perubahan struktur sel, karena sifat dari asam asetat dan fenol yang
terjadi fenomena gas blowing yang dapat menyebabkan rasio ekspansi volume
naik. Hal ini dapat dilihat dari perubahan ukuran pada gypsum, dimana
4
penelitian untuk mengetahui pada suhu pirolisis dan lama waktu pirolisis yang
paling optimal untuk menghasilkan asap cair dengan kandungan fenol dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
asap cair yang paling baik sebagai porous agent pada gypsum.
karakteristik asap cair yang paling baik sebagai porous agent pada
gypsum.
D. Manfaat Penelitian
kelapa sawit sebagai porous agent pada gypsum dan dapat menjadi acuan
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak kelapa sawit dan inti
dkk, 2013).
Basis satu ton tandan buah segar (TBS) yang diolah akan dihasilkan
minyak sawit kasar (CPO) sebanyak 0,21 ton (21%) serta minyak inti sawit
(PKO) sebanyak 0,05 ton (5%) dan sisanya merupakan limbah dalam bentuk
tandan buah kosong, serat, dan cangkang biji yang jumlahnya masing-masing
23%, 13,5%, dan 5,5% dari tandan buah segar (Darnoko cit Anwar, (2008)
dalam Toiby dkk, 2015). Selain limbah padat, pengolahan kelapa sawit juga
menghasilkan limbah cair. Limbah padat dan cair pada generasi berikutnya
dapat diolah lagi menjadi suatu produk yang dapat memiliki manfaat serta
nilai ekonomi.
Pada Tabel 1. dapat dilihat potensi limbah kelapa sawit yang dapat
PPHP, 2006).
6
7
Komponen utama dari limbah tandan kosong kelapa sawit ialah selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Hingga saat ini, potensi limbah biomassa tersebut
TKKS ini cukup besar karena hampir sama dengan jumlah produksi minyak
kosong kelapa sawit adalah yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan
lainnya.
dimiliki, tandan kosong kelapa sawit sangat berpotensi dan cocok untuk
terbesar dari tandan kosong kelapa sawit adalah selulosa, yakni sebesar 40-60
20-30 %, dan lignin 15-30 % (Ross, (2004) dalam Sari dkk, 2014).
B. Asap Cair
Asap cair adalah hasil dari kondensasi asap hasil pembakaran kayu.
Komponen yang terkandung dalam proses pembakaran itu antara lain terdiri
menghasilkan asap dengan komposisi yang sangat kompleks. Sifat dari asap
lignin yang proporsinya bervariasi tergantung pada jenis bahan yang akan di
proses pirolisis yang terjadi, sedangkan kandungan lignin yang lebih banyak
yang panjang dan tanpa cabang sehingga strukturnya tersusun sangat baik dan
kuat dan memiliki stabilitas suhu yang lebih tinggi daripada hemiselulosa.
Lignin lebih sulit terdegradasi karena terdiri dari cincin aromatik dengan
beberapa cabang dimana aktivitas ikatan kimia pada lignin mencakup jarak
yang luas sehingga degradasi lignin mulai terjadi pada suhu 100-900ºC, tetapi
lebih banyak pada suhu di atas 400ºC (Yang dkk, 2007 dalam Cahyarini,
2010).
Menurut Kadir dkk (2014), di dalam asap cair terkandung kurang lebih
400 senyawa kimia, namun hanya sekitar 200 jenis yang sudah teridentifikasi
utama penyusun senyawa tersebut antara lain fenolik, karbonil dan asam. Tiga
senyawa penting pada asap cair yaitu fenol, karbonil, asam, mempunyai titik
didih yang berbeda. Pada umumnya fenol mempunyai titik didik lebih dari
200 oC, sedangkan asam mempunyai titik didih lebih dari 100 oC. Karbonil
mempunyai titik didih di bawah 100 oC (Halim dkk, (2005) dalam Sarwendah
2019). Adapun komposisi kimia pada asap cair dapat dilihat pada Tabel 4.
berikut ini :
11
Biasanya terdapat tiga pokok dalam proses pirolisis yakni : gas, pirolisis oil,
C. Pirolisis
penghasil asap cair dengan adanya panas pembakaran dan oksigen terbatas
sehingga dari proses tersebut didapatkan gas, cairan dan arang yang jumlahnya
dipengaruhi oleh jenis bahan, metode, dan kondisi dari pirolisisnya. Pirolisis
°C, selulosa akan terdegradasi mulai dari temperatur 300-400 °C dan lignin
dan rata-rata proporsi ini tergantung pada spesies kayu. Hemiselulosa akan
pentosan membentuk furfural, furan dan turunannya beserta suatu seri yang
glikosal dan akreolin. Pirolisis lignin menghasilkan senyawa fenol dan eter
Secara umum produk pirolisis dapat diklasifikasi menjadi tiga jenis yaitu
produk padat : berupa residu padat yang kaya kandungan karbon (char).
Produk cair : berupa (tar, hidrokarbon, dan air). Produk gas (CO, H 2O, CO2,
C2H2, C2H4, C2H6, C6H6 dll). Pembakaran adalah suatu reaksi kimia antara
13
bahan bakar dan pengoksidasi (udara atau oksigen) yang menghasilkan panas
dan cahaya. Proses pembakaran ini dapat berlangsung jika ada : bahan bakar,
2016).
rentang temperatur 300 oC sampai dengan 600 oC, karena pada rentang suhu
Apabila suhu terlalu rendah maka tidak akan terjadi pemutusan ikatan-ikatan
material sehingga hasil pirolisis tidak optimal. Sebaliknya bila suhu terlalu
dan kualitas asap cair akan berubah (Ramakrishnan & Moeller, (2002) dalam
Makmuroh, 2017).
berikut ini :
tinggi dan pada temperatur lebih tinggi lagi akan terjadi reaksi kondensasi
total padatan. Ruang pori sendiri mencakup semua ruang yang tidak terisi
oleh zat padat, baik ruang yang berhubungan maupun ruang yang tidak
pada bahan untuk membuat struktur berpori pada bahan tersebut. Sifat utama
Asam asetat dan fenol merupakan senyawa volatile yang dimiliki oleh
asap cair. Kemampuan untuk mudah menguap menjadikan asap cair dapat
dan jumlah agen porositas yang ditambahkan. Porositas akan memiliki pori
15
lebih besar pada komposisi yang memiliki agen porositas yang lebih banyak
Pori-pori yang terbentuk juga tak lepas dari adanya fenomena gas blowing
yang terjadi akibat adanya proses pengeringan dan pemanasan pada bahan. Gass
blowing adalah fenomena ketika senyawa volatile dari asap cair yang berupa fenol
dan asam asetat akan mengalami penguapan seiring dengan bertambahnya suhu
didalam gypsum dapat melakukan dorongan dari dalam akibat dari adanya
Adonan Gypsum
Senyawa
Volatile
(a) (b)
E. Fenol
Fenol merupakan salah satu senyawa penyusun asap cair yang dihasilkan
organik yang mempunyai gugus hidroksil yang terikat pada cincin benzena.
Senyawa fenol memiliki beberapa nama lain seperti asam karbolik, fenat
16
benzenol, monofenol, fenil hidrat, fenilat alkohol, dan fenol alkohol (Nair
Fenol bersifat lebih asam bila dibandingkan dengan alkohol, tetapi lebih
basa daripada asam karbonat karena fenol dapat melepaskan ion H+ dari
dapat melarut dalam air. Fenol mempunyai titik leleh 41oC dan titik didih
181oC. Fenol memiliki kelarutan yang terbatas dalam air yaitu 8,3 gram/100
sebagai berikut.
produk asap cair adalah guaiakol dan siringol. Guaiakol memiliki peran
sebagai pemberi rasa asap, sedangkan siringol memiliki peran sebagai pemberi
F. Asam Asetat
Asam asetat merupakan salah satu senyawa asam yang terbentuk dari
pembuatan asap cair, yang dihasilkan dari pirolisis hemiselulosa dan selulosa
pada biomasa. Asam-asam yang banyak terdapat dalam asap cair antara lain
adalah asam asetat, asam propionate, asam format dan asam butirat (Darmadji,
(1996) dalam Marliani, 2017). Senyawa asam pada asap cair mempunyai
peranan sebagai antibakteri dan membentuk citarasa produk asapan. Salah satu
senyawa asam yang terdapat pada asap cair adalah asam asetat (Asmawit dan
Hidayati, 2016).
Faktor yang mempengaruhi produksi asam asetat pada asap cair adalah
kandungan selulosa yang terdapat pada serabut tandan kosong yang diolah.
Jika kandungan selulosa dalam bahan tinggi makan kadar asam asetat asap
cair yang diperoleh juga tinggi (Akbar dkk, (2013) dalam Asmawit dan
Hidayati, 2016). Ada juga faktor lain yang mempengaruhi kadar asam asetat
dalam asap cair yakni suhu dan waktu proses (Asmawit dan Hidayati, 2016).
III. METODOLOGI PENELITIAN
Bahan baku tandan kosong kelapa sawit yang diperoleh dari limbah
2. Alat
kelapa sawit dan fabrikasi gypsum berpori yaitu alat pencacah manual
timbangan digital, cetakan akrilik, pengaduk, cup gelas, dan botol plastik.
mL, gelas ukur Pirex ukuran 100 mL, Gelas ukur Pirex ukuran 25 mL, pH
MS6541 dan alat uji GC-MS Shimadzu TQ8040 NX yang didapat dari
18
19
C. Rancangan percobaan
Rancangan yang digunakan adalah RBL 2 faktor, faktor ke-1 adalah
(A1) 150 oC
(A2) 250 oC
(A3) 350 oC
(B1) 2 jam
(B2) 4 jam
(B3) 6 jam
secara statistik dan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji
jarak berganda Duncan (JBD) pada jenjang 5% (Gomez dan Gomez, 1995).
Adapun tata letak dan urutan eksperimental, disajikan pada Tabel 6 dan 7.
Keterangan:
D. Cara penelitian :
Prosedur pada penelitian ini terdiri atas beberapa tahap, yakni persiapan
bahan baku, pirolisis asap cair dan pengaplikasian asap cair sebagai porous
baku limbah biomassa kelapa sawit berupa tandan kosong kelapa sawit.
Tandan kosong kelapa sawit pertama-tama di rendam air selama 6-7 hari dan
airnya diganti setiap 3 hari sekali untuk memisahkan sisa-sisa minyak yang
kosong basah dikeringkan pada terik matahari langsung selama 4-7 hari,
atau tangan. Pengecilan ukuran pada bahan baku bertujuan untuk memperluas
21
sempurna.
Kegiatan kedua ialah pembuatan asap cair dari limbah tandan kosong
kelapa sawit dengan melakukan pembakaran pada reaktor pirolisis pada suhu
150 oC, 250 oC, dan 350 oC selama 2, 4, dan 6 jam. Pada bagian bawah tabung
diubah wujudnya dari wujud gas/uap menjadi zat cair. Asap cair yang
Tahap III : Aplikasi Asap Cair sebagai Porous Agent pada Gypsum.
asap cair adalah 2 : 1. Sebelum pembuatan adonan gypsum, asap cair disaring
tar dan kotoran yang terikut. Selanjutnya asap cair dicampurkan dengan
tepung gypsum untuk dibuat adonan dan diaduk hingga merata. Kegiatan
selanjutnya adalah pencetakan gypsum pada cetakan akrilik dengan tebal 1,3
hari hingga adonan gypsum mongering dan dapat dilepaskan dari cetakan.
22
F. Diagram Alir
a. Pirolisis Asap Cair Tandan Kosong Kelapa Sawit
Tandan Kosong
Pengeringan
Reaksi kondensasi
Persen Area
Produk AsapAsap
Penampungan Caircair fenol
Analisis pH
Persen Area
Asam Asetat
Rendemen
Uji Struktur
bahan baku tandan kosong yang dipirolisis. Jumlah rendemen asap cair
yang dihasilkan pada proses pirolisis sangat bergantung pada jenis bahan
sawit adalah sebesar 2 kg. Asap cair yang dihasilkan kemudian ditimbang
dan dihitung nilai kadar rendemennya. Data primer hasil perhitungan kadar
rendemen asap cair hasil pirolisis tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat
27
28
rendemen asap cair yang dihasilkan. Kedua faktor tersebut juga tidak
berganda Duncan pada jenjang nyata 5% yang dapat dilihat pada Tabel 10
dibawah ini :
Tabel 10. Hasil uji jarak berganda Duncan kadar rendemen asap
cair.
Lama Waktu Pirolisis
Suhu Pirolisis B1 B2 B3 Rerata
(2 jam) (4 jam) (6 jam)
o
A1 (150 C) 5,28 8,45 3,50 5,74a
A2 (250 oC) 13,93 13,28 16,40 14,53b
A3 (350 oC) 14,73 19,98 18,85 17,87b
Rerata 11,33q 13,90q 13,92q
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom
maupun lajur menunjukkan ada beda nyata berdasarkan uji jarak
berganda Duncan pada jenjang nyata 5 %.
Berdasarkan Tabel 10. Dapat dilihat bahwa suhu pirolisis (A) asap
pertambahan kadar rendemen asap cair. Hal ini dikarenakan, suhu pirolisis
Dari Tabel 10. dapat dilihat bahwa perlakuan suhu pirolisis A1 (150
o
C) dengan A2 (250 oC) dan A3 (350 oC) berbeda nyata, karena dilihat
optimum yang digunakan pirolisis tandan kosong kelapa sawit. Hal ini
optimal sehingga hasil yang diperoleh dari pirolisis asap cair kurang
maksimal.
rentang suhu 200 oC – 600 oC, dimana pada rentang suhu tersebut senyawa
nyata karena dilihat dari nilai rendemen yang dihasilkan dari kedua
perlakuan suhu hampir sama dan tidak terlihat perbedaan hasil yang
energi kalor. semakin tinggi suhu pirolisis maka hasil asap cair yang
Dari Tabel 10. tersebut diketahui bahwa waktu pirolisis (B) tidak
bahan baku yang berbeda beda. Menurut Woesono (2011) Kadar air yang
tinggi akan menghasilkan asap cair yang mengandung air dari penguapan
yang terjadi pada proses karbonisasi. Disamping itu kadar air juga akan
waktu yang lama, yang terjadi hanyalah proses penguapan air, selain
dekomposisi lignoselulosa
pirolisis (A) dan lama waktu pirolisis (B) adalah pada perlakuan suhu
pirolisis 350 oC (A3) dengan lama waktu pirolisis 4 jam (B2) dengan hasil
adalah pada perlakuan suhu pirolisis 150 oC (A1) dengan lama waktu
pirolisis 6 jam (B3) dengan hasil asap cair sebanyak 3,50 %. Hal ini
dikarenakan pada lama waktu 6 jam (B3), rendemen asap cair cenderung
meter. Data primer hasil analisis derajat keasaman (pH) asap cair dapat
dilihat pada Tabel 11 berikut ini :
faktor lama waktu pirolisis (B) berpengaruh sangat nyata terhadap nilai pH
asap cair yang dihasilkan. Kedua faktor tersebut tidak memiliki interaksi
Tabel 13. Hasil uji jarak berganda Duncan derajat keasaman (pH)
Lama Waktu Pirolisis
Suhu Pirolisis B1 B2 B3 Rerata
(2 jam) (4 jam) (6 jam)
o
A1 (150 C) 3,13 3,66 4,19 3,66d
A2 (250 oC) 3,55 3,74 4,12 3,80d
A3 (350 oC) 3,68 3,70 4,11 3,83d
Rerata 3,45c 3,70bc 4,14a
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom
maupun lajur menunjukkan ada beda nyata berdasarkan uji jarak
berganda Duncan pada jenjang nyata 5 %.
Berdasarkan Tabel 13. Dapat dilihat bahwa asap cair hasil pirolisis
dibandingjkan dengan asap cair hasil pirolisis dengan lama waktu 4 jam
(B2) (3,7) dan 6 jam (B3) (4,14). Hal ini disebabkan karena jika melihat
data hasil uji GC MS, asap cair hasil pirolisis dengan lama waktu 2 jam
dengan asap cair hasil pirolisis dengan lama waktu 4 dan 6 jam. Semakin
banyak asam asetat yang terbentuk maka pH dari asap cair semakin rendah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Fauziati dkk, (2018) yang menyatakan
35
dihasilkan. Selain dipengaruhi oleh kadar asam asetat pada asap cair,
penampungan asap cair tidak tertutup rapat (tanpa tutup) sehingga semakin
lama dibiarkan terbuka dalam suhu ruang mengakibatkan asam asetat yang
Dari Tabel 13. tersebut diketahui bahwa suhu pirolisis (A) tidak
berpengaruh terhadap nilai derajat keasaman (pH) asap cair yang dihasikan,
karena rata-rata yang dihasilkan cenderung memiliki nilai yang sama dan
cenderung fluktuatif.
kriteria dari mutu asap tersebut, sehingga sasaran penggunaannya lebih tepat.
Menurut Djatmiko (1985)., Haji (2007) dalam Wibowo (2012), Kadar total
fenol dalam asap cair tidak bergantung pada kadar air bahan baku dan
dan suhu yang dicapai selama proses pirolisis. Analisis persen area fenol
38.69
35.54 36.71
35.54
Persen Area Fenol (%)
32.72
30.85
28.74 27.54
22.34
Gambar 7. Grafik Persen Area Fenol Asap Cair Tandan Kosong Kelapa
Sawit
pada sampel asap cair diperoleh pada perlakuan suhu 250 oC selama 6 jam
(A2B3) yaitu 38,69 %. Hal ini mungkin disebabkan karena suhu 250 oC
merupakan suhu optimal degredasi lignin menjadi fenol pada asap cair. Hal
ini didukung oleh pendapat Asmawit & Hidayati (2016) dalam Komarayati
dkk (2018) suhu yang tepat pada saat proses pirolisis akan mengefektifkan
juga tinggi. Untuk pirolisis lignin, produk asap cair maksimum diperoleh
pada suhu antara 350 dan 400 oC. Pada suhu di atas 400 oC asap cair akan
menurun karena pada suhu tinggi molekul polimer lignin akan lebih mudah
retak membentuk molekul kecil yang tidak dapat digantikan (gas) (Purwono,
2001).
38
asap cair memiliki pengaruh untuk meningkatkan persen area fenol yang
lama waktu 2 jam menunjukkan persen area fenol yang paling tinggi bila
dibandingkan dengan perlakuan pada suhu yang sama dengan lama waktu 4
dan 6 jam. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan sampel asap cair
perlakuan suhu 150 oC dengan lama waktu 2 jam yang digunakan untuk
sampel yang lain. Hal ini dikarenakan sampel untuk suhu tersebut habis
Asam asetat pada asap cair merupakan asam organik dan terbentuk
dari dekomposisi selulosa dan hemiselulosa pada kayu, sehingga kadar asam
asam asetat yang juga berbeda. Namun begitu pada umumnya asam asetat
juga merupakan komponen asam tertinggi pada asap cair (Choi dkk, (2012)
35.5
Persen Area Asam Asetat (%)
27.31
24.65 24.51
22.74 22.3
21.35
19.36
17.29
Gambar 7. Grafik Persen Area Asam Asetat Asap Cair Tandan Kosong
Kelapa Sawit
40
tertinggi pada sampel asap cair diperoleh pada perlakuan suhu 150 oC selama
2 jam (A1B1) yaitu 35,5 %. Hal ini mungkin disebabkan karena suhu 250oC
merupakan suhu optimal degredasi lignin menjadi fenol pada asap cair.
Menurut Asmawit dkk (2016) Semakin lama proses pirolisis dilakukan maka
semakin tinggi kadar asam asetat yang diperoleh. Namun dalam grafik ini
lama proses pirolisis tidak membuat persen area asam asetat tinggi. Hal ini
merupakan sampel dengan penyimpanan lebih lama dari sampel yang lain.
senyawa lain. Asam asetat akan bereaksi dengan metil alkohol membentuk
metil asetat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar asam.
1. Ketebalan Gypsum
struktur foam seperti rumah tawon (Anisah S., dan Sumarno, 2013).
primer hasil analisis ketebalan gypsum dapat dilihat pada Tabel 16. berikut
ini :
(A) dan faktor lama waktu pirolisis (B) tidak berpengaruh terhadap
yang dihasilkan. Nilai analisis ketebalan gypsum dapat dilihat pada Tabel 18.
dibawah ini :
ketebalan tertinggi didapatkan pada perlakuan asap cair pada suhu pirolisis
o
350 C dengan lama waktu pirolisis 4 jam (A3B2) dengan rerata
struktur gypsum yang paling baik, yaitu ukuran pori-pori yang seragam dan
asap cair dipengaruhi karena adanya fenomena gas blowing yang terjadi
pada gypsum, dimana senyawa volatile pada asap cair, seperti fenol dan
senyawa volatile membuat adanya dorongan keatas dari dalam gypsum yang
dengan perlakuan suhu yang semakin tinggi dan waktu yang semakin lama
pada gypsum. Selain itu besar nya persen area fenol dan asam asetat juga
Kemungkinan, hal ini disebabkan karena fenol dan asam asetat yang belum
asap cair (fenol dan asam asetat) menguap pada saat saampel gypsum di
fenol, asam organik dan senyawa volatile lain yang mudah menguap akan
dengan ccd camera. Hasil analisis struktur gypsum perlakuan Suhu 150 oC
Tabel 19. Hasil Uji Struktur Gypsum Asap Cair Suhu 150 oC
Gambar % Fenol % Asam Asetat Penampakan
Ukuran pori-
35,54 35,5 pori besar dan
berongga
Ukuran pori-
pori agak
22,34 17,29
besar dan
tersebar
Suhu 150 oC, 4 jam
Ukuran pori-
28,74 22,74 pori besar dan
berongga
memiliki ukuran ukuran yang cukup besar dengan rongga yang cukup
dalam. Hal ini berbeda dengan porositas yang terbentuk pada gypsum yang
menggunakan asap cair perlakuan suhu 250 oC maupun 350 oC. Hasil
analisis struktur gypsum perlakuan Suhu 250 oC dapat dilihat pada Tabel 20.
berikut ini :
Tabel 20. Hasil Uji Struktur Gypsum Asap Cair Suhu 250 oC
Gambar % Fenol % Asam Asetat Penampakan
Ukuran pori-
30,85 27,31 pori besar dan
berongga
Ukuran pori-
38,69 19,36 pori agak besar
dan tersebar
kecil yang tersebar merata. Hal ini berbeda dengan porositas yang terbentuk
pada gypsum yang menggunakan asap cair perlakuan suhu 350 oC yang
memiliki ukuran pori-pori yang kecil dan tersebar merata. Hasil analisis
struktur gypsum perlakuan Suhu 350 oC dapat dilihat pada Tabel 21. berikut
ini :
Tabel 21. Hasil Uji Struktur Gypsum Asap Cair Suhu 350 oC
Gambar % Fenol % Asam Asetat Penampakan
Ukuran pori-
pori kecil dan
ada beberapa
35,54 22,30
yang masih
memiliki
ukuran besar
Suhu 350 oC, 2 jam
Ukuran pori-
pori kecil dan
tersebar
27,54 24,51
merata
permukaan
gypsum
Suhu 350 oC, 4 jam
Ukuran
partikel kecil
36,31 21,35
dan sedikit
tersebar
Suhu 350 oC, 6 jam
47
porositas yang terbentuk cenderung lebih kecil dan tersebar merata diseluruh
permukaan gypsum.
Dari tabel 19, 20, dan 21 dilihat bahwa perlakuan suhu 150 oC, 250 oC,
yang lebih tinggi. Menurut Sooksaen (2008) dalam Savitri dkk 2014, bahwa
komposit berpori memiliki ukuran pori lebih besar pada komposisi yang
gypsum ini, yang berperan sebagai agen porositas pada gypsum adalah
senyawa volatile pada asap cair, seperti fenol dan asam asetat. Proses
Dari Dari tabel 19, 20, dan 21 juga dapat dilihat bahwa perlakuan yang
memiliki rata-rata persen area tertinggi fenol dan asam asetat adalah pada
gysum memiliki ukuran pori yang besar-besar dan berongga. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh senyawa fenol dan asam asetat masih saling
Pada perlakuan suhu 350 oC selama 4 jam (A3B2) yang memiliki rata-
rata persen area tertinggi fenol dan asam asetat terendah, memiliki ukuran
perlakuan ini, didapat struktur gypsum yang paling baik apabila dilihat dari
banyak pori dan ukuran pori yang tersebar merata memiliki potensi untuk
A. Kesimpulan
sebagai berikut :
2. Persen area fenol tertinggi pada asap cair dengan perlakuan suhu 250 oC
selama 6 jam (38,69 %). Sedangkan persen area asam asetat tertinggi pada
asap cair diperoleh dengan perlakuan 150 oC selama 2 jam (35,5 %).
3. Jika melihat pada analisis hasil foto makro gypsum, suhu pirolisis asap cair
yang menghasilkan karakteristik asap cair yang paling baik sebagai porous
agent pada gypsum adalah pada perlakuan suhu 350 oC dengan lama waktu
4 jam.
B. Saran
1. Dapat dilakukan variasi pirolisis asap cair jenis biomassa sebagai porous
penampungan asap cair harus ditambahkan kran agar asap yang belum
3. Perlu dilakukan uji coba terhadap gypsum berpori sebagai alat peredam
suara.
49
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A., Paindoman, R. dan Coniwanti, P. 2013. Pengaruh Variabel Waktu dan
Temperatur Terhadap Pembuatan Asap Cair dari Limbah Kayu Pelawan
(Cyanometra cauliflora). Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19. Palembang
: Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Anisah, S., dan Sumarno, S., 2013. Pengaruh Penggunaan Blowing Agent
Methylene Chloride dan Karbondioksida terhadap struktur Polyurethane
Foam. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan. Surabaya
: Fakultas Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Asmawit dan Hidayati. 2016. Karakteristik Destilat Asap Cair dari Tandan
Kosong Kelapa Sawit Proses Redistilasi. Majalah BIAM 12 (02).
Pontianak : Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak.
Ayuniar, F. 2018. Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi Acara: Porositas dan
Permeabilitas.. Gowa : Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Azizah, N. 2015. Aplikasi Pemanfaatan Asap Cair Redestilasi Berbahan Baku
Sabut Kelapa untuk Memperpanjang Masa Simpan Ikan Tongkol
(Euthynnus affinis). Skripsi. Bandar Lampung : Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Basu, P., 2010, “Biomassa Gasification and Pyrolysis Practical Design and
Theory”, New York : Elsevier.
Cahyarini, D. I. A., 2010. Kajian Pirolisis Batang dan Daun Jagung Untuk
Bahan Tambahan Makanan. Skripsi. Bogor : Fakultas Teknologi
Pertanian IPB.
Daud, M., Wasrin, S. Khaswar, S. 2013. Pemanfaatan Batang Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) Menjadi Bioetanol dengan Perlakuan
Pendahuluan Menggunakan Proses Kraft. Bogor : Fakultas Teknologi
Industri Pertanian IPB.
Departemen Pertanian RI. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa
Sawit. Jakarta : Ditjen PPHP.
Dewi, A., L. 2018. Pengaruh Waktu Terhadap Kadar Fenol dan Tanin Ekstrak
Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius roxb) Menggunakan Ekstraktor
Hidrothermal. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro.
Fauziati, Priatni, A. Adiningsih, Y. 2018. Pengaruh Berbagai Suhu Pirolisis
Asap Cair dari Cangkang Sawit sebagai Bahan Penggumpal Lateks.
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol. 12 hal 139. Samarinda : Balai Riset
Dan Standardisasi Industri.
Febriza. 2017. Model Optimasi Perancangan Jaringan Rantai Pasok Biomassa
dari Tandan Kosong Kelapa Sawit di Sumatera Barat. Masters Thesis.
Padang : Universitas Andalas.
50
51
Ginting, A.S., Tambunan, A.H. dan Setiawan R. P.A. 2015. Karakteristik Gas-
Gas Hasil Pirolisis Tandan Kosong Kelapa Sawit : Characteristics of
Gases of PalmOil Empty Fruit Bunches Pyrolysis. Jurnal Teknologi
Industri Pertanian 25, Vol. 2 : 158 - 163. Bogor : Fakultas Teknologi
Pertanian IPB.
Kadir, S., Darmadji, P., Hidayat, C., dan Supriyadi. 2014. Sifat Fisika dan
Kimiawi Komponen Asap Cair Tempurung Kelapa Hasil Adsorpsi pada
Arang Aktif. Jurnal Agroland 21 (1) : 7 - 14. Palu : Fakultas Pertanian,
Universitas Tadulako.
Komarayatu, S., Gusmailina., dan Efiyanti, L. 2018. Karakteristik dan Potensi
Pemanfaatan Asap Cair Kayu Trema, Nani, Merbau, Matoa, dan Kayu
Malas. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 36 No. 3,. Bogor : Pusat
Penelitian dan pengembangan Hasil Hutan.
Luditama, C. 2006. Isolasi dan Pemurnian Asap Cair Berbahan Dasar
Tempurung dan Sabut Kelapa Secara Pirolisis dan Destilasi. Skripsi.
Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Makmuroh, R. 2017. Tinjauan Suhu terhadap Kualitas Asap Cair dari Bahan Baku
Serbuk Kayu. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.
Marliani, E. 2017. Produksi Asap Cair dengan Proses Pirolisis Menggunakan
Limbah Ikan Gabus. Thesis. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.
Muchtaridi dan Justiana, S. 2006. Kimia 1 Kelas X. Cetakan Pertama Hal. 291.
Bogor : Penerbit Quadra
Mukono, HJ. 2011. Aspek Kesehatan Pencemaran Udara. Edisi Pertama Hal. 41.
Surabaya : Pusat Penerbitan dan Pencetakan Unair (AUP).
Purwono, S. 2001. Pyrolysis of Lignin from Waste of Palm Oil Industries for the
Development of Surfactants for Enhance Oil Recovery (EOR). Jurnal
Manusia Dan Lingkungan. Yogyakarta : Fakultas Teknik Kimia UGM.
Rahman, A., Bahri, S. dan Khairat. 2016. Pirolisis Katalitik Kayu Akasia (Acacia
manginum) menjadi Bio-oil dengan Katalis Mo/ Lempung. Jurnal
FTEKNIK Vol. 3 (1). Pekanbaru : Fakultas Teknik Universitas Riau.
Safitri, R. 2016. Pengaruh Konsentrasi Aaktivator dan Waktu Aktivasi terhadap
Kualitas Karbon Aktif dari Pelepah Kelapa Sawit. Tesis. Palembang :
Politeknik Negeri Sriwijaya.
Salmina. 2017. Studi Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit oleh
Masyarakat di Jorong Koto Sawah Nagari Ujung Gading Kecamatan
Lembah Melintang. Padang : STKIP PGRI Sumatera Barat.
Sari, V.I., Syamsul, M. Yandra, A. 2014. Inovasi Teknologi Nano untuk
Composting Tandan Kosong Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Industri ISSN:
1411-6340. Bogor : Fakultas Teknologi Industri Pertanian IPB.
52
Sarwendah, M., Feriadi, Wahyuni, T., Arisanti, T.N. 2019. Pemanfaatan Limbah
Komoditas Perkebunan untuk Pembuatan Asap Cair. Jurnal Littri 25(1),
Juni 2019. Hlm. 22 – 30. Malang : Balitjestro.
Savitri, M. I., Sulhadi, dan Aji M.P. 2014. Porositas dan Permeabilitas Komposit
Berpori dengan Bahan Dasar Limbah Kaca (cult). Jurnal MIPA 37 (1):
41-45. Semarang : FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Sudarmadji, P. 2002. Optimasi Proses Pembuatan Tepung Asap. Jurnal agritech
Vol. 22 No. 4. Yogyakarta : TPHP UGM.
Suhendi, E., dan Jayanudin. 2012. Isolasi dan Pemurnian Asap Cair Berbahan
Dasar Tempurung dan Sabut Kelapa Secara Pirolisis dan Destilasi. Jur.
Agroekotek 4 (1) : 39-46. Cilegon : Fakultas Teknik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
Sulhatun. 2012. Pemanfaatan Asap Cair Berbasis Cangkang Sawit sebagai Bahan
Pengawet Alternative. Jurnal Teknologi Kimia Unimal 1:1, 91-100. Aceh
: Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh.
Toiby, A.R., Elfi, R. dan Oksana. 2015. Perubahan Sifat Kimia Tandan Kosong
Kelapa Sawit yang Difermentasi dengan EM4 pada Dosis dan Lama
Pemeraman yang Berbeda. Jurnal Agroteknologi, Vol. 6 No. 1 : 1 - 8.
Pekanbaru : Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Sultan Syarif
Kasim Riau.
Wibowo, F. 2012. Karakteristik Asap Cair Tempurung Nyamplung. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan Vol. 30 No. 3. Bogor : Pusat Penelitian dan
Pengembangan Keteknikan Kehuatanan.
Wiraputra, A., F. 2017. Pengaruh Pyrilisis Non-Isothermal terhadap Kualitas
Bio-oil dari Sampah Real Kota Bandar Lampung. Skripsi. Lampung :
Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Woesono, H., B. 2011. Studi Pembuatan Asap Cair dari Cangkang Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis jacq) dengan Cangkang Kelapa (Cocos nucifera linn).
Jurnal Agroteknose, Vol. V, No. 1 Th. 2011. Yogyakarta : Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Stiper Yogyakarta.
Yunindanova, M.B., Herdhata, A. dan Dwi, A. 2013. Pengaruh tingkat
kematangan kompos tandan kosong sawit dan mulsa limbah padat kelapa
sawit terhadap produksi tanaman tomat. Jurnal Ilmu Tanah dan
Agroklimatologi 10 (2). Surakarta : Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret.
Zulnazri. 2017. Hidrolisis Selulosa dari Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk
memproduksi Cellulose Nanocrystals dengan Metode Sonikasi-
Hidrotermal. Disertasi-TK 093301. Surabaya : Fakultas Teknologi
Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
53
LAMPIRAN
54
Injection volume : 5 μL
Split : 100 : 1
57
Injection volume : 5 μL
Split : 100 : 1
58
CCD Camera. Mikroskop digital adalah variasi dari mikroskop optik tradisional
yang menggunakan optik dan charge coupled device (CCD) kamera ke output
tradisional adalah proyeksi gambar pada lensa disambungkan pada kamera CCD
Prosedur analisis :
4. Nyalakan lampu LED dan atur sesuai dengan kebutuhan. Letakkan preparat ke
meja preparat. Kemudian objek diletakkan di sinar yang masuk. Dan pilih
6. Putar fokus kasar hingga gambar yang muncul pada monitar fokus.
7. Gambar ataupun video yang terekam pada kamera dan terlihat di dalam
Analisis pH
63
Σ(111,3025+775,6225+873,2025...+1.421,7725)
= -2.909,5735
2
6.892,7775
= - 2.909,5735
2
= 3.446,3862 – 2.909,5735
= 536,8128
(ΣA12+ ΣA22 + ΣA32)
JK A = - FK
rxa
(34,452 + 87,22 + 107,22)
= – 2.909,5735
2x3
(1.186,8025 + 7.603,84 + 11.491,84)
= – 2.909,5735
6
(20.282,4825)
= – 2.909,5735
6
= 3.380,4137 – 2.909,5735
= 470,8403
(ΣB12 + ΣB22+ ΣB32 )
JK B = - FK
rxb
(67,952 + 83,42+ 77,52)
= – 2.909,5735
2x3
(4.617,2025 + 6.955,56 + 6.006,25)
= – 2.909,5735
6
(17.579,0125)
= – 2.909,5735
6
= 2.929,8354 – 2.909,5735
= 20,2619
JK A x B = JK Perlakuan - JK Perlakuan A – JK Perlakuan B
= 536,8128 – 470,8403 – 20,2619
= 45,7106
JK Eror = JK Total – JK Perlakuan – JK Blok
= 803,069 – 536,8128 – 30,2901
66
= 235,9661
Db A = (a-1) = 3-1 = 2
Db B = (b-1) = 3-1 = 2
Db A x B = (a-1)(b-1) =4
Db eror = (r-1)(axb)-1) = 8
Db total = (rxaxb)-1 = 17
RK A
F hitung A =
RK Eror
RK B
F hitung B =
RK Eror
RK AxB
F hitung AxB =
RK Eror
RK blok
F hitung blok =
RK Eror
* = Jika F hitung > F tabel 5%
** = Jika F hitung > F tabel 1%
tn = Jika F hitung < F tabel 5% dan 1 %
Uji Duncan
Faktor A
Jumlah Perlakuan A
A =
rxb
A3 = 17,8667
A2 = 14,5333
A1 = 5,7417
Peringkat = A3, A2, A1
2 x RKE 2 x 29,4958
SD =√ =√ = 0,147521
rxb 2x3
Σ(39,0625+50,4100+54,0225...+671,5684)
= - 254,8529
2
6.892,7775
= - 254,8529
2
= 256,6546 – 254,8529
= 1,8017
(ΣA12+ ΣA22 + ΣA32)
JK A = - FK
rxa
(21,942+ 22,812 + 22,982)
= – 254,8529
2x3
(481,3636 +520,2961 + 528,0804)
= – 254,8529
6
(1.529,7401)
= – 254,8529
6
= 254,9566 – 254,8529
= 0,1037
(ΣB12 + ΣB22+ ΣB32 )
JK B = - FK
rxb
(20,702 + 22,202 + 24,832)
= – 254,8529
2x3
(428,4900 + 492,8400 + 616,5289)
= – 254,8529
6
(1.537,8589)
= – 254,8529
6
= 256,3098 – 254,8529
= 0,2411
JK A x B = JK Perlakuan - JK Perlakuan A – JK Perlakuan B
= 1,8017 – 0,1037 – 1,4569
= 0,2411
JK Eror = JK Total – JK Perlakuan – JK Blok
= 2,1372 – 1,8017 – 0,0264
71
= 0,3090
Db A = (a-1) = 3-1 = 2
Db B = (b-1) = 3-1 = 2
Db A x B = (a-1)(b-1) =4
Db eror = (r-1)(axb)-1) = 8
Db total = (rxaxb)-1 = 17
RK A
F hitung A =
RK Eror
RK B
F hitung B =
RK Eror
RK AxB
F hitung AxB =
RK Eror
RK blok
F hitung blok =
RK Eror
* = Jika F hitung > F tabel 5%
** = Jika F hitung > F tabel 1%
tn = Jika F hitung < F tabel 5% dan 1 %
Uji Duncan
Faktor B
Jumlah Perlakuan B
B =
rxb
B3 = 4,1383
B2 = 3,700
B1 = 3,450
Peringkat = B3, B2, B1
2 x RKE 2 x 0,0386
SD =√ =√ = 0,113468057
rxa 2x3
P Rp JBD = (rp x SD)/ √2
B3
B2 2 3,26 0,261562947
B1 3 3,39 0,271993371
Perbandingan
B3-B2 = 4,1383 – 3,700 = 0,4383 > JBD
49
50
Σ(1661,22+2414,74+2545,20...+797,22)
= - 8271,4626
2
17956,35
= - 8271,462
2
56
= 256,7138
(ΣA12+ ΣA22 + ΣA32)
JK A = - FK
rxa
(139,732+ 141,402 + 115,092 )
= – 8271,4626
2x3
(19.524,47 +19.993,96 + 13.244,56)
= – 8271,4626
6
(52.762,99)
= – 8271,4626
6
= 72,3691
(ΣB12 + ΣB22+ ΣB32 )
JK B = - FK
rxb
(125,142+ 147,682 + 123,402)
= – 8271,4626
2x3
(15.660,02 + 21.809,38 + 15.226,33)
= – 8271,4626
6
52.695,73)
= – 8271,4626
6
= 61,1588
JK A x B = JK Perlakuan - JK Perlakuan A – JK Perlakuan B
= 256,7138– 72,3691 – 61,1588
= 123,1860
JK Eror = JK Total – JK Perlakuan – JK Blok
= 820,4735 – 256,7138 – 117,6834
= 0,0850
Db A = (a-1) = 3-1 = 2
Db B = (b-1) = 3-1 = 2
Db A x B = (a-1)(b-1) = 4
Db eror = (r-1)(axb)-1) = 8
Db total = (rxaxb)-1 = 17
RK A
F hitung A =
RK Eror
RK B
F hitung B =
RK Eror
RK AxB
F hitung AxB =
RK Eror
RK blok
F hitung blok =
RK Eror
* = Jika F hitung > F tabel 5%
** = Jika F hitung > F tabel 1%
tn = Jika F hitung < F tabel 5% dan 1 %
57
**
= Berbeda sangat nyata
*
= Berbeda nyata
tn
= Tidak berbeda nyata