Anda di halaman 1dari 78

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI KOPI ROBUSTA

DI KABUPATEN TEMANGGUNG

TESIS

DISUSUN OLEH
NICOLAUS YOEL DERIANTAOW
19/ 1302 / MMP

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER MANAJEMEN PERKEBUNAN

INSTITUT PERTANIAN STIPER

YOGYAKARTA

2022
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI KOPI ROBUSTA

DI KABUPATEN TEMANGGUNG

TESIS

DISUSUN OLEH
NICOLAUS YOEL DERIANTAOW
19/ 1302 / MMP

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PERKEBUNAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022
TESIS
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
KOPI ROBUSTA DI KABUPATEN TEMANGGUNG

Diajukan dan Disusun Oleh:


NICOLAUS YOEL DERIANTAOW, S.P
19/1302/MMP
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 14 Maret 2022

Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


Untuk memperoleh gelar Magister Manajemen Perkebunan
Tanggal 14 Maret 2022

Sususnan Dewan Penguji

Pembimbing Penguji

Dr. Ir. Hermantoro, MS Dr. Fahmi W. Kifli, SP., M.Sc

Penelaah

Dr. Dimas Deworo Puruhito, SP., MP

Mengetahui:
Direktur Pascasarjana
Magister Manajemen Perkebunan

Prof. Dr. Kadarwati Budihardjo, SU

i
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh Gelar Magister di INSTITUT PERTANIAN

STIPER YOGYAKARTA dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atas atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 14 Maret 2022

Nicolaus Yoel Deriantaow, S.P

iii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya,
sehingga dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Kopi Robusta di Kabupaten Temanggung” yang merupakan salah satu syarat
untuk mendapat gelar S-2.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada berbagai pihak atas bantuan baik moril, materi yang telah diberikan selama
berlangsungnya proses penyusunan Tesis ini kepada:

1. Terima kasih buat Tuhan Yesus yang selalu membimbing, memimpin serta
memberikan Kesehatan sehingga terelesaikan Tesis ini
2. Terimakasih yang tiada tara untuk kedua Orang Tua yaitu Mamak Irah dan
Bapak Jupri yang telah menjadi Orang Tua yang terbaik yang selalu
memberikan Motivasi, Nasehat, Cinta, Perhatian dan Kasih Sayang serta Doa
yang tentu tidak akan bisa dibalas.
3. Dr. Ir Hermantoro, MS Selaku Dosen Pembimbing Utama atas ilmu, waktu,
saran, dan motivasi sampai penulis menyelesaikan Tesis ini.
4. Dr. Dimas Deworo Puruhito, SP., MP Selaku Dosen Penelaah atas bimbingan,
bantuan, motivasi, saran dan koreksi nya sampai Tesis ini selesai.
5. Dr. Fahmi W. Kifli, SP., M.Sc Selaku Dosen Penguji terima kasih atas waktu,
pengetahuan, masukan, ide, serta motivasi yang telah diberikan.
6. Dr. Ir. Harsa Wardana, M. Eng. Selaku Rektor Institut Pertanian STIPER
Yogyakarta.
7. Prof. Dr. Kadarwati Budihardjo, SU Selaku Direktur Program Pascasarjana
Institut Pertanian STIPER Yogyakarta.
8. Dr. Ir. Ida Bagus Banyuro Partha, MS. Selaku Wakil Direktur Program
Pascasarjana Institut Pertanian STIPER Yogyakarta.
9. Seluruh jajaran staf dan pengajar program Pascasarjana Institut Pertanian
STIPER Yogyakarta yang telah memberikan banyak masukan dan arahan
selama menempuh studi di Pascasarjana Institut Pertanian STIPER
Yogyakarta.
10. Terima kasih untuk sahabatku Andy Yusuf, Ama Handayani, Andi Tri
Wahyuni, Yuli Meiland S, Yusi Yuni Astuti, Agnes Belinda Damanik, Eko
Sulistyo, Djefri, adi lanang Fortun Huagaol dan dulur Pundong Bantul Danang
Tri Sulistyo. Tanpa Kalian semangatku hampir redup.
11. Terima kasih untuk rekan-rekan sahabat dan rekan Magister Manajemen
Perkebunan (MMP) angkatan 19 atas dukungan, kerjasamanya, kekeluargaan,
kebersamaan, dan perjuangan selama ini.

Yogyakarta, 15 Maret 2022

Nicolaus Yoel Deriantaow

iv
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
KOPI ROBUSTA DI KABUPATEN TEMANGGUNG
Nicolaus Yoel Deriantaow
19/1302/MMP
ABSTRAK
Penelitian ini terkait analisis faktor - faktor mempengaruhi produksi kopi robusta
di Kabupaten Temanggung. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
dan menganalisis besarnya pengaruh pengaruh luas lahan, tenaga kerja, konservasi,
tanaman naungan dan varietas yang digunakan berpengaruh terhadap produksi kopi
di Dusun Mandang Desa Sucen Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung.
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Adapun alat analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Berdasarkan
hasil analisis, disimpulkan bahwa variabel luas Lahan, tenaga kerja, konservasi
lahan dan varietas berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel
produksi tanaman kopi robusta.
Kata Kunci : Produksi Kopi Robusta, Temanggung

ABSTRACT
The study linked to analysis of factors affecting the production of robusta coffee in
Mandang Hamlet, Temanggung regency. As for the purpose of this study, it is to
identify and analyze the impact of the vast influence of land, labor, land
conservation, the shade and variety that is used to influence the production of coffee
in the village of sucen district. The study uses primary and secondary data. As for
the tools of analysis used are descriptive and multiple regression analysis. Analysis
suggests that variable land, labor, land conservation, crop and variety affect
positive and significant variable in the production of robusta coffee plants.
Key words: Productions of robusta coffee, Temanggung

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xii
INTISARI ..........................................................................................................xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 3
B. Perumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Produksi ......................................................................................... 8
1. Proses Panen dan Pasca Panen .......................................................... 8
2. Hubungan Luas Lahan dan Produksi ................................................ 16
3. Hubungan Tenaga Kerja dan Produksi ............................................. 17
4. Hubugan Konservasi Lahan dan Produksi ........................................ 18
5. Penggunaan Pohon Naungan ............................................................ 19
6. Varietas ............................................................................................. 21
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 23
C. Hipotesis ................................................................................................. 25
D. Kerangka Pemikiran................................................................................ 26
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 27

vi
B. Wilayah Temanggung ............................................................................. 28
1. Luas dan Batas Wilayah Temanggung ............................................ 28
2. Letak Geografis................................................................................ 30
3. Kondisi Topografi ............................................................................ 31
4. Kondisi Geologi ............................................................................... 32
5. Kondisi Klimatologis ....................................................................... 32
C. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 32
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 34
E. Metode Analisis Data .............................................................................. 34
F. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 34
1. Analisis Koefisien Determinasi (R2) ............................................... 35
2. Uji Korelasi ....................................................................................... 35
3. Anova Atau Uji F .............................................................................. 35
4. Uji Statistik t ..................................................................................... 36
G. Konsepualisasi dan Pegukuran Variabel ................................................. 37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tabulasi Penelitian .................................................................................. 39
1. Luas Lahan ........................................................................................ 39
2. Tenaga Kerja ..................................................................................... 40
3. Konservasi Lahan.............................................................................. 41
4. Pohon Naungan ................................................................................. 43
5. Varietas ............................................................................................. 44
B. Statistik Deskriptif .................................................................................. 44
1. Karakterisitik Responden Berdasarkan Umur .................................. 45
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ........................... 46
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bertani ....................... 46
4. Produksi Kopi ................................................................................... 47
5. Varietas ............................................................................................. 48
6. Konseptualisasi Dan Pengukuran Variabel ....................................... 49
a) Hasil Uji Korelasi ....................................................................... 49
b) Koefisien Determinasi (R2) ........................................................ 50

vii
c) Anova Atau Uji F ........................................................................ 52
d) Hasil regresi ................................................................................ 54
7. Interpretasi Hasil .............................................................................. 54
a. Pengaruh Luas Lahan (X1) Terhadap Produksi Kopi Robusta (Y)
................................................................................................... 54
b. Pengaruh Tenaga Kerja (X2) Terhadap Produksi Kopi Robusta
(Y) ............................................................................................. 55
c. Pengaruh Konservasi Lahan (X3) Terhadap Produksi Kopi
Robusta (Y) ............................................................................... 56
d. Pengaruh Pohon Naungan (X4) Terhadap Produksi Kopi Robusta
(Y) ............................................................................................. 56
e. Pengaruh Varietas (X5) Terhadap Produksi Kopi Robusta (Y) 57
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 59
B. Saran ....................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 60
LAMPIRAN

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 26


Gambar 4.2 Grafik Luas Lahan dan Produksi Kopi Robusta di Kabupaten
Temanggung ...................................................................................... 48

1
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Luas Lahan dan Rata-Rata Produksi Kopi di Kabupaten Temanggung
Tahun 2017 ........................................................................................... 29
Tabel 4.2. Luas Lahan Pemilik Kebun Kopi di Kabupaten Temanggug ............... 39
Tabel 4.3. Data Luas Lahan Kopi di Temanggug ................................................. 40
Tabel 4.4. Jumlah Tenaga Kerja Kopi Robusta di kabupaten Temanggung ......... 40
Tabel 4.5. Konservasi Lahan dan Perawatan Terasering ...................................... 41
Tabel 4.6. Konservasi Lahan Dengan Menggunakan Pupuk Kompos.................. 42
Tabel 4.7. Konservasi Lahan Dengan Vegetasi Bawah Tanah ............................. 42
Tabel 4.8. Pohon Naungan .................................................................................... 43
Tabel 4.9. Karakteristik Responde Berdasarkan Umur ......................................... 45
Tabel 4.10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ............... 46
Tabel 4.11. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bertani ........................ 47
Tabel 4.12. Luas lahan dan Produksi Kopi Robusta di Kabupaten Temanggung
Tahun 2016-2020 .................................................................................. 48
Tabel 4.13. Varietas Kopi ..................................................................................... 49
Tabel 4.14. Hasil Korelasi..................................................................................... 50
Tabel 4.15. Koefisien Determinasi (R2) ............................................................... 51
Tabel 4.16. Anova ................................................................................................. 53
Tabel 4. 17. Hasil Regresi ..................................................................................... 54

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kopi merupakan komoditas ekspor yang mempunyai nilai ekonomis

yang tinggi di pasaran dunia. Kopi merupakan salah satu komoditas

unggulan yang dikembangkan di Indonesia. Varietas kopi yang dikenal

secara umum yaitu kopi Robusta (Coffea canephora) dan kopi Arabika

(Coffea arabica), (Rahardjo, 2012).

Kopi diproduksi oleh lebih dari 70 negara yang 45 diantaranya

merupakan negara-negara berkembang. Negara-negara berkembang

tersebut menyuplai 97% dari total produksi kopi dunia. Alasan lain yang

menyebabkan kopi menjadi komoditas penting, terutama untuk negara

berkembang seperti Indonesia, karena perkebunan kopi banyak menyerap

tenaga kerja. Teknik budidaya kopi yang membutuhkan banyak tenaga

kerja khususnya dalam proses produksi dan panennya membuat

perkebunan kopi menjadi salah satu pendorong pembangunan di daerah

pedesaan (International Coffee Organitation, 2009).

Industri kopi Indonesia mempunyai kontribusi penting dalam

perekonomian nasional. Produk kopi biji dan olahan berkontribusi sebesar

0,22 % dari total pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia atau kurang

lebih 2,8 triliun rupiah. Kontribusi tersebut akan terus meningkat karena

industri kopi Indonesia mengalami pertumbuhan sekitar 3% tiap tahunnya.

Selain itu Indonesia juga merupakan produsen kopi terbesar keempat di

3
dunia setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam, dengan luas perkebunan

kopi sebesar 1,26 juta hektar. Sebagian besar perkebunan tersebut

merupakan perkebunan rakyat (96%) dan hanya (4%) nya yang dijalankan

oleh perusahaan besar (Departemen Perindustrian, 2009).

Keunggulan produksi kopi yang dimiliki Indonesia ternyata belum

dibarengi oleh industri pengolahannya. Sebanyak 80% dari produk kopi

yang diekspor adalah kopi biji dan hanya 20% nya yang diproses menjadi

kopi bubuk, kopi instan, dan mixed coffe. Banyak faktor yang diduga

menyebabkan kurang berkembangnya industri kopi di Indonesia,

diantaranya adalah belum begitu baiknya kontrol kualitas terutama untuk

biji kopi yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat yang merupakan

kontributor terbesar kopi nasional. Selain itu faktor-faktor lain seperti

teknis, infrastruktur yang belum memadai, regulasi, kondisi sosial

ekonomi, serta keterbatasan teknologi juga diduga menjadi kendala dalam

pengembangan industri pengolahan kopi (Departemen Perindustrian,

2009).

Menurut BPS Jawa Tengah (2018), luas areal total tanaman kopi di

Jawa Tengah pada tahun 2018 adalah 32,40 Ribu Ha dan total produksi

kopi 23.538,07 Ton. Kabupaten Temanggung merupakan Kabupaten

dengan luas areal dan produksi kopi Robusta tertinggi di Jawa Tengah.

Luas areal kopi Robusta di Kabupaten Temanggung pada tahun 2018

adalah 12,20 Ribu Ha dengan produksi kopi Robusta 9.559,25 ton.

Daerah dengan luas areal dan produksi kopi Robusta tertinggi di

4
Jawa Tengah, komoditas perkebunan kopi di Kabupaten Temanggung

diharapkan sebagai penggerak perekonomian masyarakat dan sebagai

salah satu subsektor penghasil devisa melalui kegiatan ekspor komoditas

perkebunan. Pembangunan perkebunan memilki tujuan untuk

meningkatkan nilai tambah dan kualitas produk, membuka dan

memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan yang mendukung

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Temanggung

sehingga dapat diharapkan memberikan sumbangan dalam pendapatan

masyarakat serta kesempatan kerja

Temanggung yang mempunyai beragam potensi pertanian. Salah

satu potensi yang dimiliki adalah adalah kopi. Budidaya kopi di Desa

Sucen dimulai dari tahun 1980-an. Pada saat itu, masyarakat kurang yakin

akan dialihkannya lahan sawah yang menghasilkan padi menjadi

perkebunan kopi, tetapi seiring bertambahnya waktu, budidaya kopi

semakin berkembang bahkan hampir seluruh warga memiliki perkebunan

kopi. Salah satu tanaman perkebunan yang dibudidayakan di Desa Sucen,

Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung adalah kopi Robusta.

Sekitar 95% masyarakat sebagai petani kopi Robusta.

Menurut BPS Kabupaten Temanggung (2018), kopi Robusta

merupakan tanaman perkebunan tertinggi yang diusahakan di Desa Sucen,

Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung. Pada umumnya

masyarakat Desa Sucen, Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung

memilki lahan kopi tersendiri.

5
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian ini meliputi :

1. Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap produksi kopi di

Temanggung?

2. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap produksi kopi di

Temanggung?

3. Bagaimana pengaruh konservasi lahan terhadap produksi kopi di

Temanggung?

4. Bagaimana pengaruh pohon naungan terhadap produksi kopi di

Temanggung?

5. Bagaimana pengaruh varietas terhadap produksi kopi di Temanggung?

C. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis dan mengukur besarnya pengaruh luas lahan, tenaga

kerja, konservasi lahan, penggunaan pohon naungan, dan varietas yang

digunakan berpengaruh signifikan atau tidak terhadap produksi kopi di

Temanggung.

D. Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai bagaimana perilaku

dan pilihan dapat dilakukan oleh petani kopi untuk mencapai produksi

yang optimum yang tercermin pada pemanfaatan (utilization) sumber


6

daya dan potensi daerah dalam memproduksi kopi di Dusun Mandang

Desa Sucen Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung ?

2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Pemerintah kabupaten

Temanggung maupun pihak-pihak yang terkait untuk menentukan

kebijakan dan membantu petani kopi meningkatkan produksi kopi

3. Sebagai bahan informasi dan menambah literatur bagi pihak - pihak

lain yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dan mendalam

tentang produksi kopi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Produksi

Produksi adalah suatu proses merubah kombinasi berbagai input menjadi

output. Pengertian produksi tidak hanya terbatas pada proses pembuatan

saja, tetapi juga penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengemasan

kembali,hingga pemasaran hasilnya. Istilah produksi berlaku untuk barang

maupun jasa. Bahkan sebenarnya perbedaan antara barang dan jasa itu

sendiri, dari sudut pandang ekonomi, sangat tipis. Keduanya sama-sama

dihasilkan dengan mengerahkan modal dan tenaga kerja. Setiap produsen

dalam melakukan kegiatan produksi diasumsikan dengan tujuan

memaksimumkan keuntungan (Pracoyo, 2006). Perubahan dari dua atau

lebih input (sumber daya) menjadi satu atau lebih output (produk). Dalam

kaitannya dengan pertanian, produksi merupakan esensi dari suatu

perekonomian. Untuk berproduksi diperlukan sejumlah input, dimana

umumnya input yang diperlukan pada sektor pertanian adalah adanya

kapital, tenaga kerja dan teknologi. Dengan demikian terdapat hubungan

antar produksi dan input, yaitu output maksimal yang dihasilkan input

tertentu atau disebut fungsi produksi Fungsi produksi menunjukkan sifat

hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang

dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan

jumlah produksi selalu juga disebut sebagaioutput. Fungsi produksi selalu

dinyatakan dalam bentuk b e r i k u t : Y= f (X,1, X2, X3,..., Xn)

1
2

Dimana Y = produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X

= faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y. Dalam pengolahan

sumber daya produksi, aspek penting yang dimasukkan dalam klasifikasi

sumberdaya pertanian adalah aspek alam (tanah), modal dan tenaga kerja,

selain itu aspek manajemen. Pengusahaan pertanian selalu dikembangkan

pada luasan lahan pertanian tertentu. Pentingnya faktor produksi tanah

bukan saja dilihat dari luas atau sempitnya tanah, tetapi juga macam

penggunaan tanah.

Produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi yang

memanfaatkan beberapa masukan input. Artinya bahwa ini dapat dipahami

bahwa kegiatan produksi diartikan sebagai aktivitas dalam menghasilkan

output dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk mengolah atau

memproses input sedemikian rupa (Sukirno, 2002). Produksi kopi Robusta

di Provinsi Jawa Tengah sebesar 1.200 kg/ha, dan Nasional sebesar 855

kg/ha (Dirjen Perkebunan, 2016).

Produksi 9kopi ditentukan oleh faktor lingkungan dan perawatan.

Sebagian besar masyarakat telah melakukan penanaman, perawatan dan

panen kopi dengan cara yang tepat sehingga diperoleh hasil yang maksimal

(Aji dkk., 2016). Temanggung merupakan salah satu daerah sentra

perkebunan kopi rakyat di Jawa Tengah, dengan luas lahan 9.262,02 ha

yang dimiliki oleh sekitar 36.222 petani. Adapun tingkat efisiensi produksi

rata-rata di Kecamatan Candiroto sebesar 73,24% (Badan Pusat Statistik

[BPS], 2018; (Risandewi, 2013).


1. Proses Panen dan Pasca Panen

Kegiatan pascapanen hasil pertanian dapat dikelompokkan menjadi

dua tahapan utama, yaitu pascapanen primer (penanganan) dan pasca panen

sekunder (pengolahan). Tahap pasca panen primer bertujuan untuk

menekan kehilangan hasil dan mencegah penurunan mutu serta menangani

komoditas menjadi siap dipasarkan. Tahap sekunder adalah mengolah hasil

panen menjadi produk olahan dengan tujuan meningkatkan nilai tambah,

termasuk usaha diversifikasi produk, serta pemanfaatan hasil pertanian

setinggi -tingginya. Teknologi pascapanen baik primer maupun sekunder

mempunyai peranan penting dalam peningkatan nilai tambah komoditas

pertanian melalui proses pengolahan hasil pertanian. Secara garis besar dan

berdasarkan cara kerjanya, pengolahan biji kopi yaitu proses basah (full

wash) dan proses kering (dry process) (Mayrowani, H. 2013).

Selain pengolahan biji kopi secara full wash dan dry process, ada

perlakuan pascapanen lainnya yaitu proses semi basah dan honey.

Penerapan teknologi pengolahan kopi secara semi basah pada pascapanen

kopi adalah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu kopi. Proses semi

basah tidak melibatkan tahapan pencucian buah kopi yang terlalu banyak

seperti pada proses full wash. Buah kopi dipisahkan dengan biji kopi

menggunakan mesin dan selanjutnya biji kopi yang masih terdapat lendir

buah kopi yang masih melekat akan disimpan. Sebelum masuk tahap

pengeringan, buah kopi melalui tahap pencucian.

Pengolahan secara honey process diawali dengan pengupasan kulit

5
buah kopi selanjutnya biji kopi dikeringkan di bawah sinar matahari. Proses

fermentasi sisa lendir biji kopi pada proses honey terjadi bersamaan dengan

proses penjemuran (Mayrowani, H. 2013).

Pengolahan kopi dengan proses kering (dry process) Proses

pengolahan biji kopi secara kering banyak dilakukan petani, mengingat

kapasitas olahnya kecil, mudah dilakukan dan peralatan yang digunakan

lebih sederhana. Tahapan proses pengolahan kopi secara kering menurut

(Natawidjaya et al. 2012) .

a. Sortasi buah kopi

Sortasi buah kopi dilakukan untuk memisahkan buah yang superior

(masak, bernas, seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah,

berlubang dan terserang hama/penyakit). Sortasi buah kopi juga dapat

menggunakan air untuk memisahkan buah yang rusak karena hama.

Kotoran lainnya seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang,

karena dapat merusak mesin pengupas (Natawidjaya et al., 2012).

b. Penjemuran/pengeringan

Buah kopi yang sudah dipetik dan di sortasi harus sesegera mungkin

dikeringkan agar tidak mengalami proses kimia yang bisa menurunkan

mutu kopi. Penjemuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat para

para, lantai jemur dan terpal. Pengeringn membutuhkan waktu 2-3

minggu dengan cara dijemur. Apabila cuaca tidak cerah, pengeringan

dapat menggunakan alat pengering mekanis. Penuntasan pengeringan

sampai kadar air mencapai maksimal 12,5 % (Natawidjaya et al., 2012).

6
Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam

biji kopi yang semula 60-65% sampai menjadi 12,5% (Prastowo et

al.,2010).

c. Pengupasan kulit (Hulling)

Hulling pada pengolahan kering bertujuan untuk memisahkan biji kopi

dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit arinya. Hulling dilakukan dengan

menggunakan mesin pengupas (huller). Tidak dianjurkan untuk

mengupas kulit dengan cara menumbuk karena dapat mengakibatkan

banyak biji yang ikut pecah. Beberapa tipe huller sederhana yang sering

digunakan adalah huller putar tangan (manual), huller dengan penggerak

motor, dan hummermill (Choiron, 2010).

d. Sortasi biji kering

Sortasi dilakukan untuk memisahkan biji kopi dari kotoran non kopi

seperti serpihan daun, kayu atau kulit kopi. Biji kopi beras juga harus

disortasi secara fisik atas dasar ukuran dan cacat biji. Sortasi ukuran biji

kopi dapat dilakukan dengan ayakan mekanis maupun dengan ayakan

manual (Choiron, 2010).

e. Pengemasan dan penyimpanan

Biji kopi yang sudah melalui tahap pengeringan dan kadar air telah

mencapai 12,5 % (batas kadar air biji kopi yang aman untuk disimpan)

kemudian dilakukan penyimpanan dalam karung plastik ataupun karung

goni yang bersih dan jauh dari bau-bau asing. Beberapa faktor yang harus

diperhatikan dalam penyimpanan biji kopi adalah kadar air, kelembaban

7
relatif gudang (sebaiknya 70%), suhu gudang optimum 20-25ºC dan

kebersihan gudang.

Pengolahan kopi dengan proses basah (fullwash)

Pengolahan kopi proses basah adalah proses pengolahan buah kopi yang

menggunakan air sebagai pengolahan (perendaman dan pencucian).

Pengolahan basah dapat dilakukan untuk skala kecil (tingkat petani),

menengah (semi mekanis dan mekanis), maupun skala besar. Keunggulan

pengolahan kopi cara basah adalah hanya dapat dilakukan pada biji kopi

yang telah masak berwarna merah penuh, sedangkan pengolahan kering

dapat dilakukan pada semua umur buah kopi. Sehingga kopi yang dihasilkan

dengan cara basah relatif lebih baik bila dibandingkan dengan cara kering

(Mayrowani, 2013).

a. Sortasi buah kopi

Buah kopi yang diolah secara basah harus masak atau dipetik

merah/orange (95% buah merah/orange). Buah kopi yang baru selesai

dipanen harus segera disortasi/dipisahkan antara buah yang superior dan

buah yang inferior, serta kotoran (daun, ranting, tanah dan kerikil)

dibuang (Asni & Meilin, 2015).

b. Pengupasan kulit buah kopi (pulping)

Pulping bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulit terluar dan

mesocarp (bagian daging). Pengupasan kulit buah kopi dapat dilakukan

baik secara manual maupun menggunakan mesin. Proses pengupasan

kulit yang dilakukan dengan menggunakan 9 mesin pulper. Buah kopi

8
setelah dipanen, kemudian dilakukan pengupasan kulit buah dengan

mesin pulper, sehingga diperoleh biji kopi yang telah terpisah dari kulit

buahnya (Asni & Meilin, 2015).

c. Fermentasi Proses

Fermentasi bertujuan untuk menghilangkan lapisan lendir yang masih

menempel di permukaan kulit tanduk biji kopi setelah proses

pengupasan. Proses fermentasi ini juga bertujuan untuk mengurangi rasa

pahit dan mendorong terbentuknya kesan mild pada cita rasa seduhannya.

Prinsip dari fermentasi adalah penguraian senyawa-senyawa yang

terkandung di dalam lapisan lendir oleh mikroba alami dan dibantu

dengan oksigen dari udara (Asni dan Meilin, 2015). Proses fermentasi

dilakukan secara basah dengan merendam biji kopi dalam bak air dengan

waktu fermentasi berkisar antara 12 sampai 36 jam tergantung

permintaan konsumen (Prastowo et al., 2010).

d. Proses pencucian pada biji kopi bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa

lendir hasil fermentasi yang masih menempel pada kulit tanduk. Setelah

kulit buah kopi terkelupas dilakukan proses pencucian (washing).

Pencucian biji kopi dengan kapasitas besar dapat menggunakan mesin

pencuci (washer), sedangkan untuk kapasitas kecil, pencucian secara

sederhana dapat dilakukan di dalam bak atau ember (Asni & Meilin,

2015).

e. Pengeringan

Pengeringan biji kopi bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam biji

9
kopi yang semula 60-65% menjadi sekitar 20%. Pengeringan dapat

dilakukan dengan penjemuran atau pengeringan dengan alat pengering.

Hal ini dilakukan agar dapat mempermudah dalam proses berikutnya

yaitu pengupasan kulit tanduk. Penjemuran dapat dilakukan di atas para-

para atau lantai penjemuran ataupun alat penjemuran. Pembalikan

dilakukan setiap jam pada waktu kopi masih basah. Pada dataran tinggi,

penjemuran selama 2-3 hari kadar air biji baru mencapai 25 -27 %, maka

dari itu dianjurkan untuk menggunakan pengeringan lanjutan secara

mekanis agar kadar air biji kopi mencapai kadar air 12,5 %. Dengan

menggunakan pengering mekanis secara terus menerus siang dan malam

pada suhu 45 – 50ºC, membutuhkan waktu 48 jam untuk mencapai kadar

air 12,5 %. Untuk 10 kopi robusta, biasanya diawali dengan suhu

pengeringan lebih tinggi, yaitu 90 – 100ºC dengan waktu 20 – 24 jam

untuk mencapai kadar air maksimum 12,5 % (Natawidjaya et al., 2012).

f. Pengupasan kulit kopi HS (Hard Skin)

Biji kopi yang telah melalui proses pengeringan biasanya masih dilapisi

oleh kulit tanduk, dikenal dengan kopi HS (hard skin). Untuk

menghilangkan kulit tanduk pada biji kopi maka perlu dilakukan proses

pengupasan kulit tanduk. Pengupasan kulit tanduk dapat dilakukan

secara manual maupun menggunakan mesin pengelupas (huller). Pada

pengupasan kulit tanduk dengan huller, biji kopi hasil pengeringan

didinginkan terlebih dahulu selama minimal 24 jam. Biji kopi yang

dihasilkan pada tahap ini dikenal dengan kopi beras (Asni & Meilin,

10
2015).

g. Pengemasan dan penyimpanan

Biji kopi yang sudah dikeringkan dan kadar air telah mencapai 12,5 %

(batas kadar air biji kopi yang aman untuk disimpan) kemudian dilakukan

proses pengemasan dalam karung plastik ataupun karung goni yang

bersih dan jauh dari bau-bau asing. Beberapa faktor yang harus

diperhatikan dalam penyimpanan biji kopi yaitu kada air,

kelembaban relatif gudang (sebaiknya 70%), suhu gudang optimum 20-

25ºC dan kebersihan gudang (Asni & Meilin, 2015).

2. Hubungan Luas Lahan Dan Produksi

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat

penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian.

Dalam usaha tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah

pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan

usaha, semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan kecuali usahatani

dijalankan dengan tertib. Luas pemilikan atau penguasaan berhubungan

dengan efisiensi usahatani. Penggunaan masukan akan semakin efisien bila

luas lahan yang dikuasai semakin besar, (Mubyarto, 2003).

Luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang

mengarah pada segi efisensi akan berkurang karena hal berikut :

1. Lemahnya pengawasan pada faktor produksi seperti konservasi lahan,

penyediaan bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja.

11
2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu yang pada

akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut.

3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian dalam

skala luas.

3. Hubungan Tenaga Kerja Dan Produksi

Pengertian pelatihan bila dikaitkan dengan penyiapan tenaga kerja

sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing

peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Sebagaimana

dikemukakan oleh (Sedarmayanti, 2011) bahwa melalui pelatihan,

seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan

mengembangkan metode berpikir secara sistemtik agar dapat memecahkan

masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari.

Pelatihan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya

manusia, selain kesehatan dan migrasi. Pelatihan memberikan sumbangan

secara langsung terhadap pertumbuhan pendapatan nasional melalui

peningkatan keterampilan dan produktifitas kerja. Teori human capital

menjelaskan proses dimana pelatihan memiliki penagaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi.

(Febrian, 2011) mengungkapkan kemampuan petani berkembang

seiring dengan pengalaman bertani. Semakin berpengalaman maka kinerja

pertanian makin tinggi. Pendidikan, semakin mampu menangkap informasi,

inovasi, dan teknologi baru. Pelatihan, menambah keterampilan penggunaan

teknologi dan memanfaatkan informasi. Oleh karena itu yang menjadi

12
pertanyaan penelitian studi ini adalah sejauh mana pengingkatan SDM

bermanfaat pada peningkatan kinerja pertanian. Adapun kinerja tersebut

adalah produktivitas pertanian, keragaman produksi pertanian, keluasan

pasar produk pertanian.

4. Hubungan Konservasi Lahan Dan Produksi

Konservasi Lahan Tanaman kopi mempunyai kemampuan

mengurangi erosi dengan berkembangnya tajuk dan terbentuknya lapisan

serasah sejalan dengan perkembangan tanaman. Penelitian di Jember, Jawa

Timur, pada lahan dengan lereng 31% menunjukkan bahwa tingkat erosi

yang cukup tinggi hanya terjadi pada dua tahun pertama pertumbuhan kopi.

Pada tahun ketiga dan seterusnya, erosi jauh menurun walaupun tidak

dilakukan investasi tambahan untuk konservasi (Choiron 2010). Sistem

multistrata (agroforestri) dengan pohon naungan atau pelindung merupakan

sistem konservasi yang sangat baik (Agus et al, 2002).

Lapisan tajuk pada sistem multistrata yang menyerupai hutan dapat

memberikan fungsi konservasi yang baik dalam mengurangi tingkat erosi

tanah. Selain itu, melalui lapisan tajuk, sinar matahari tidak berpengaruh

langsung terhadap kopi sehingga kelembapan udara pada kebun kopi dapat

terjaga. Tanaman pelindung juga dapat membantu meningkatkan kesuburan

tanah. Selain memberikan perlindungan terhadap lingkungan, tanaman

pelindung dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga serta sebagai

alternatif dalam mengatasi anjloknya harga kopi. Oleh karena itu, pemilihan

tanaman untuk sistem multistrata harus disesuaikan dengan kondisi biofisik

13
setempat, komoditas yang dihasilkan harus mempunyai pasar, dan petani

harus memiliki akses terhadap bibit tanaman yang bermutu tinggi (Agus et

al, 2002).

Penggunaan tanaman penutup tanah dan penyiangan secara parsial

merupakan bentuk pilihan konservasi pada tanah miring maupun landai

pada tanaman kopi berumur muda (Agus et al. 2002).

5. Penggunaan Pohon Naungan

Dalam budidayanya, tanaman kopi memerlukan tanaman pelindung

untuk mengurangi intensitas matahari yang sampai di kanopi daun, karena

tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik apabila diusahakan pada areal

yang terbuka. Pengelolaan penaung: intensitas penaung selalu dijaga pada

tingkat 70-80% dari penyinaran langsung dengan cara mengurangi populasi

dan merempes cabang-cabangnya. Intensitas penaung pada musim hujan

lebih ringan daripada musim kemarauBerbagai jenis tanaman pelindung

telah banyak dikenal oleh pekebun kopi, diantaranya adalah: tanaman

gamal, lamtoro, dadap, suren dan lain sebagainya.

Tanaman kopi menghendaki intensitas sinar matahari yang tidak

penuh dengan penyinaran yang teratur. Adanya penyinaran yang tidak

teratur akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan pola

pembungaan tidak menjadi teratur, tanaman terlalu cepat berbuah tetapi

hanya sedikit dan hasilnya terlalu cepat menurun. Oleh sebab itu tanaman

kopi memerlukan pohon penaung yang dapat mengatur intensitas sinar

matahari sesuai dengan yang dikehendaki.Pohon penaung berkontribusi

14
untuk membentuk karakter rasa dari kopi itu sendiri. Maksud dari pohon

penaung yang ditanam dan tumbuh di kebun kopi guna menetralkan sinar

matahari agar tidak langsung menyinari pohon kopi.

Karena jika tidak ada pohon penaung, sinar matahari yang mengenai

pohon kopi secara langsung, berdampak pohon kopi kelihatan dipaksa

tumbuh. Manfaat pohon penaung bagi tanaman kopi antara lain untuk

mengurangi intensitas cahaya matahari agar tidak terlalu panas, mengurangi

perbedaan temperatur antara siang dan malam, menjaga iklim mikro agar

lebih stabil, sumber bahan organik, penahan angin dan erosi,

memperpanjang umur tanaman/masa produksi kopi (di atas 20 tahun),

mengurangi kelebihan produksi (over bearing) dan mati cabang, serta

meningkatkan kualitas kopi. Tanaman penaung sangat dibutuhkan oleh

komoditas kopi agar berproduksi optimal. Tanaman penaung dapat

menahan angin, menjaga dari sinar matahari yang terik dan menjaga

tanaman kopi dari intensitas curah hujan yang tinggi. Pohon kopi dengan

pohon naungan akan membentuk suatu agroekosistem yang akan

membentuk suatu agroekosistem yang mempunyai peranan yang penting

ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan konservasi. sistem kopi berpenaung

atau sistem multistrata dapat mengantisipasi dampak kerusakan lingkungan.

Semakin miring kebun maka tingkat kesulitan pengelolaan kebun semakin

tinggi, hal ini dapat menurunkan produksi kopi. Selain itu,lahan miring

memiliki tingkat erosi yang lebih tinggi.

Berdasarkan fungsinya, naungan kopi dibedakan menurut jenis

15
peneduh sementara dan jenis peneduh permanen. Pepohonan peneduh

sementara diperlukan jika pohon peneduh belum berfungsi dengan baik

karena masih kecil atau intensitas peneduh kurang. Penanaman dua jenis

pohon peneduh sebaiknya dilakukan 2-3 tahun sebelum penanaman kopi

(Suwarto dan Octaviany, 2010) atau menggunakan pohon peneduh yang

ada. Pohon peneduh biasanya dua kali lebih tinggi dari Pepohonan kopi.

Setelah pohon bayangan terus berfungsi dengan baik, bayangan sementara

secara bertahap dihapus. Jarak tanam pohon yang teduh haruslah

disesuaikan dengan jarak kopi dan kondisi cuaca setempat. Semakin tinggi

intensitas turunnya hujan dan semakin rendah intensitas sinar matahari,

Ruang naungan haruslah lebih luas dan sebaliknya pada daerah dengan

intensitas turunnya hujan yang lebih sedikit dan intensitas matahari yang

tinggi, ruang naungan haruslah lebih sempit sesuai dengan pendapat

(Mulyoutami, 2004).

Penanaman pohon kopi pada daerah dengan intensitas turunnya hujan

yang lebih sedikit dan intensitas sinar matahari yang tinggi, pohon dengan

naungan permanen biasanya ditanam pada lahan seluas 2 x 2,5 m sedangkan

naungan sementara ditanam pada barisan pohon dengan naungan permanen

memanjang ke utara, selatan atau ditanam. di luar teras kalau ada teras.

Populasi pohon di tempat teduh haruslah 1 pohon per kopi (1:4).

Penggunaan pohon naungan haruslah sesuai dengan kebutuhan kopi. (Bote,

2011).

16
6. Varietas

Salah satu faktor penting yang menentukan tingkat hasil tanaman

adalah varietas yang digunakan. Varietas bersama dengan sarana produksi

lainnya seperti pupuk, air, cahaya, iklim menentukan tingkat hasil tanaman.

Meskipun tersedia sarana produksi lain yang cukup, tetapi bila digunakan

varietas kopi bermutu rendah maka hasilnya akan rendah. Varietas bermutu

mencakup mutu genetis, yaitu penampilan benih murni dari varietas tertentu

yang menunjukkan identitas genetis dari tanaman induknya, mutu fisiologis

yaitu kemampuan daya hidup (viabilitas) varietas yang mencakup daya

tumbuh yang baik dan memliki produktivitas yang tinggi bila didukung

dengan perawatan yang optimal pada budidaya tanaman kopi.

Indonesia memiliki empat jenis kopi yang dikenal, yaitu kopi

arabika, kopi robusta, kopi liberika, dan kopi ekselsa. Jenis kopi yang

dikenal memiliki nilai ekonomis dan diperdagangkan secara komersial

yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Kopi arabika memiliki kualitas cita

rasa tinggi dan kadar kafein lebih rendah dibandingkan dengan robusta

sehingga harganya lebih mahal. Kopi liberika dan kopi ekselsa dikenal

kurang ekonomis dan komersial karena memiliki banyak variasi bentuk

dan ukuran biji serta kualitas cita rasanya (Rahardjo,2012).

17
B. Penelitian Terdahulu

Penelitian empiris mengenai hal-hal yang berkaitan dengan produksi kopi

telah banyak dilakukan baik didunia maupun diindonesia. Penelitian-penelitian

tersebut menunjukkan bahwa produksi kopi dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Secara singkat penelitian-penelitian terdahulu dapat diuraikan sebagai berikut:

Penelitian (Sudaryati, 2004) menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi kopi rakyat di Kabupaten Temanggung. Untuk

mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi produksi kopi rakyat,

digunakan metode fungsi produksi frontier. Hasil estimasi menunjukkan

bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi kopi secara

signifikan adalah luas lahan, jumlah tanaman, dan penggunaan pupuk.

Penelitian yang dilakukan oleh (Angkat Rasidah, 2010), tentang analisis

faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat produksi kopi Ateng dengan

menggunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel

yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary least

Square). Dari hasil regresi, variabel luas lahan sangat berpengaruh positif dan

signifikan secara statistik terhadap tingkat produksi kopi ateng, variabel

pengeluaran pupuk berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap

tingkat produksi kopi ateng, dan variabel tenaga kerja berpengaruh positif

namun tidak signifikan secara statistik terhadap tingkat produksi kopi ateng.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, ada beberapa variabel dimasukkan

dalam model ini, yaitu luas lahan, jumlah tenaga kerja, jumlah tanaman,

penggunaaan pupuk. beberapa variabel yang dapat mempengaruhi produksi

18
kopi dihilangkan seperti, penggunaan pestisida, umur tanaman, tanaman

pelindung, curah hujan dan kondisi lahan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Kristanto, 2018), tentang Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Produksi Kopi Robustadi Desa Semen Kecamatan

Wonoboyo Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah, menggunakan

metode non probabiliti sampling dengan teknik snowball sampling. Dari hasil

analisis luas lahan, jumlah pupuk memepunyai pengaruh nyata terhadap

produksi kopi robusta di Desa Semen Kecamatan Wonoboyo, sedangkan

jumlah tenaga kerja tidak memepunyai pengaruh nyata terhadap produktsi kopi

robusta di Desa Semen Kecamatan Wonoboyo. Serta rata-rata produksi kopi

robusta di Desa Semen Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung

sebesar 726,62 Kg/Ha.

Penelitian yang dilakukan oleh (Riswan, 2018), tentang Analisis Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kopi Di Kabupaten Enrekang,

menggunakan metode Metode Regresi Linear Berganda dengan menggunakan

spss, menunjukan Faktor luas lahan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap produksi kopi di Kabupaten Enrekang. Artinya semakin luas lahan

yang ditanami kopi akan mendorong penanaman tanaman kopi semakin banyak

sehingga produksi kopi semakin banyak, namun untuk faktor tenaga kerja dan

pupuk tidak berpengaruh nyata dalam peningkatan produksi kopi.

Penelitian yang dilakukan oleh (Novi, 2018), tentang Analisis Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kopi Liberika Di Kecamatan

Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Metode analisis data yang digunakan

19
adalah metode analisis deskriptif kualitatif menggunakan metode regresi

liniear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan faktor

produksi luas lahan, pupuk, pestisida masih rendah dan faktor sosial ekonomi

umur petani, pengalaman berusahatani dan jarak usahatani dapat menunjang

peningkatan produksi serta pendapatan petani. Hasil analisis menunjukkan

nilai R2 sebesar 0,950 yang berarti bahwa sebesar 95 % variasi produksi kopi

liberika dapat dijelaskan oleh variabel dalam model. Hasil uji F menunjukkan

faktor-faktor secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi.

Secara parsial yang berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani kopi

liberika adalah luas lahan, pupuk, pestisida dan pengalaman usahatani.

Sedangkan variabel tenaga kerja, umur petani, jarak usahatani dan dummy

keanggotaan dalam kelompok tani tidak berpengaruh secara nyata.

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dibuat Hipotesis

sebagai berikut

1. Diduga bahwa luas lahan, berpengaruh postif dan signifikan terhadap

produksi kopi di Temanggung

2. Diduga Tenaga kerja berpengaruh postif dan signifikan terhadap produksi

kopi di Temanggung

3. Diduga konservasi lahan berpengaruh postif dan signifikan terhadap

produksi kopi di Temanggung

4. Diduga pohon naungan berpengaruh postif dan signifikan terhadap produksi

kopi di Temanggung

20
5. Diduga varietas berpengaruh postif dan signifikan terhadap produksi kopi

di Temanggung

D. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi

produksi kopi robusta (Coffea canephora SP) di Dusun Mandang Desa Sucen,

Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung.

Luas Lahan

Tenaga Kerja

Konservasi Produksi
Faktor Produksi

Pohon Naungan

Varietas

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

21
36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Dusun Mandang, Desa Sucen, Kecamatan

Gemawang, Kabupaten Temanggung. Pertimbangan pemilihan lokasi

penelitian adalah karena di Kabupaten Temanggung merupakan salah satu

daerah yang berpotensi menghasilkan Kopi Robusta di bandingkan dengan

kabupaten lain yang ada di Kabupaten Temanggung. Objek penelitian ini

adalah Kelompok Tani dan Anggota Kelompok Tani. Penelitian dilakukan

pada bulan September 2021 - Oktober 2021.

B. Wilayah Temanggung

1. Luas dan Batas Wilayah temanggung

Temanggung dengan luas 87.065 Ha merupakan salah satu

kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah dan memiliki pusat

pemerintahan yang berada di Kota Temanggung. Sesuai data administratif,

Temanggung memiliki 20 Kecamatan, 266 Desa, 23 Kelurahan, 1.385

Dusun, 139 Lingkungan, 1.510 Rukun Warga, dan 5.520 Rukun Tetangga.

Kecamatan Gemawang mempunyai luas wilayah 6.711 ha. Wilayah

tersebut terbagi menjadi beberapa penggunaan yaitu untuk lahan

persawahan, tegalan, pekarangan, dan lainnya (hutan rakyat dan hutan

negara).

Umumnya penggunaan lahan tegalan digunakan untuk budidaya

tanaman perkebunan dan tanaman tahunan. Komodita perkebunan yang di

tanaman oleh petani di Kecamatan Gemawang diantaranya tembakau,

kopi, panili, cengkeh, kelapa, kakao, kemungkus dan kapulaga. Komoditas


36

terbear yang dibudidayakan oleh mayoritas petani di Kecamatan

Gemawang adalah kopi jenis robusta. Adaun penggunaan lahan

perkebunan dan produksinya di Kecamatan Gemawang dapat dilihat pada

tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1. Luas Lahan, Produksi dan Rata-rata Produktivitas Tanaman


Perkebunan di Kabupaten Temanggung tahun 2017
Komoditas Luas Lahan (ha) Produksi (ton) Produktivitas

Tembakau 3 2,45 0,82

Kopi 1.529,70 1.809,40 1,18

Panili 6,20 3,09 0,50

Cengkeh 158,07 103,91 0,66

Kelapa 863 61,86 0,07

Kakao 35,12 29,03 0,83

Kemukus 25,89 11,10 0,43

Kapulaga 12,08 20,83 1,72

Jumlah 2.633,06 2.041,67 6,21

Sumber: Kecamatan Gemawang dalam Angka 2017

Topografi wilayah yang terletak pada ketinggian rata-rata antara

600-700 mdpl, membuat Kecamatan Gemawang memiliki iklim yang

sejuk sehingga berpotensi untuk dikembangkan pertanian terutama

tanaman perkebunan. Salah satu tanaman perkebunan yang banyak

dibudidayakan adalah kopi robusta. Kopi robusta merupakan komoditas

yang telah lama dikembangkan di daerah Kecamatan Gemawang sehingga

hampir di semua desa banyak masyarakat yang bergantung pada komoditas

tersebut. Berdasarkan Tabel 14 luas lahan tanaman kopi pada tahun 2017
36

mencapai 1.529,70 ha, dengan total produksi sebesar 1809,40 ton dan

produksi sebesar 1,18 ton/ha.

2. Letak geografis

Kabupaten Temanggung terletak di Provinsi Jawa Tengah yang

secara astronomis terletak antara 110° 23’ – 110° 46’30” BT dan 7° 14’ –

7° 32’35” LS. Bentangan Utara ke Selatan sepanjang 46,8 Km dan Timur

ke Barat sepanjang 43 Km. Bentuk Kabupaten Temanggung secara makro

berbentuk cekungan atau depresi, artinya pada bagian tengah lebih rendah

dibandingkan dengan kelilingnya yang berbentuk pegunungan, bukit, atau

gunung. Kondisi geografis wilayah Temanggung terletak di tengah tiga

pusat kegiatan ekonomi yaitu Jawa Tengah (jarak TemanggungSemarang

77 Km dan jarak Temanggung-Purwokerto 134 Km) dan Daerah Istimewa

Yogyakarta (jarak Temanggung-Yogyakarta 64 Km). Keadaan tersebut

menjadikan kondisi morfologi Kabupaten Temanggung memiliki dataran

redah yang dibentuk oleh sedimen alluvial dan dataran tinggi yang dibentuk

karena adanya pegunungan dan perbukitan.

Temanggung terbagi dalam 2 zona berdasar zona fisiografi , yaitu:


- Zona Gunung dan Pegunungan Zona dengan rangkaian gunung dan

pegunungan dengan lembah dan lereng curam

- Zona Depresi Sentral Zona yang berupa dataran dan didukung dengan

lembah yang subur dan aliran sungai.

3. Kondisi Topografi

Temanggung memiliki lokasi yang dikelilingi oleh gunung dan

pegunungan, sehingga topografinya kompleks dan beranekaragam. Sesuai

dengan lokasinya, bentuk topografi wilayah Temanggung berupa:

• Dataran

• Perbukitan

• Pegunungan

• lembah, dan gunung

Gunung dengan kemiringan antara 0%-70% (tergolong datar sampai dengan

sangat curam) Sesuai dengan pendataan kondisi topografi wilayah, sebagian

besar wilayah Temanggung (43,8%) terlatak pada ketinggian 500 – 750 m

dpl, diantaranya Kecamatan Parakan, Bansari, Kledung, Bulu, Kedu,

Temanggung, Kranggan, Gemawang, Jumo, Selopampang, Tembarak,

Kaloran, Wonoboyo, Tretep, Pringsurat, Bejen, Candiroto, dan Kandangan.

Sedangkan sebagian terkecil (7,8%) pada ketinggian >1.500m dpl, yaitu

kecamatan Parakan, Bulu, Tretep, Wonoboyo, Selopampang, Ngadirejo,

dan Tlogomulyo. Berdasarkan elevasi yang diukur dari ketinggian

permukaan laut, dataran Kabupaten Temanggung terdiri dari:

34
- 0 m – 100 m = 20,2% ,

- 101 m – 500 m = 27,2%

- 501 m – 1000 m = 26,7%

- >1.001 m = 25,9%

4. Kondisi Geologi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Temanggung terletak pada

ketinggian antara 500 – 1.450 m di atas permukaan air laut. Rincian keadaan

tanah sekitar 50% dataran tinggi dan 50% dataran rendah. Sesuai dengan

kondisi geologi Kabupaten Temanggung, wilayah ini memiliki batuan dan

mineral yang dikelompokan menjadi: (1) Batu Andesit, (2) Batu Gumping,

(3) Batu Kali, (4) Batu Tras, (5) Bentonit, (6) Diatomae, (7) Kerikil, dan (8)

Pasir.

5. Kondisi Klimatologis

Temanggung beriklim tropis dan 2 musim, yaitu musim kemarau

dan musim penghujan. Kondisi Kabupaten Temanggung yang memiliki

suhu udara Temanggung antara 24°C – 30°C ini mengakibatkan curah hujan

yang tidak merata.

C. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok tani di

Dusun Madang, Desa Sucen. Penentuan sampel menggunakan Propotionate

Stratified Random Sampling yaitu teknik yang digunakan apabila populasi

mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara

proporsional.

34
Untuk mendapatkan jumlah petani yang akan dijadikan sampel, maka

metode penentuan besar sampel menggunakan rumus Slovin (Supranto,2000),

dimana jumlah populasi telah diketahui dengan pasti, sehingga dapat dituliskan

dengan rumus sebagai berikut:

Rumus:
Keterangan
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir, yaitu 10%.
Dari populasi tersebut denngan tingkat ketidaktelitian sebesar 10%, maka

dengan rumus diatas diperoleh sampel sebesar:

N = 59 sampel
Berdasarkan perhitungan sampel dengan menggunakan metode Slovin di

atas maka banyaknya sampel yang diperoleh sebesar 59 sampel.

34
D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara

langsung terhadap petani responden dengan menggunakan kuesioner

terstruktur dan dialogis.

Data sekunder diperoleh dari berbagai informasi dan sumber yang

berkaitan dengan topik penelitian, seperti Dinas Pertanian Kabupaten

Temanggung, Biro Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA), serta instansi-instansi terkait lainnya

untuk kelengkapan data penelitian.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh, luas lahan, tenaga

kerja, dan pupuk di Dusun Mandang Desa Sucen Kec Gemawang Kab

Temanggung yang dinyatakan dalam bentuk fungsi sebaai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5

Keterangan:
Y : Produksi Kopi
α : Konstanta
β1, β2, β3 : Koefisien variabel Independent
X1 : Luas Lahan
X2 : Tenaga Kerja
X3 : Konservasi lahan
X4 : Pohon Naungan
X5 : Varietas
F. Uji Asumsi Klasik

Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansi dari masing-masing

koefisien regresi variabel independen terhadap variabel dependen maka dapat


menggunakan uji statistik diantaranya :

1. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi digunakan untuk melihat kelayakan penelitian

yang dilakukan dengan melihat pengaruh variable independen terhadap

variable dependen. Koefisien determinasi R2 digunakan untuk mengetahui

berap persen variasi variable dependen dapat dijelaskan oleh variasi

variable independen. Nilai R2 ini terletak antara 0 dan 1. Bila nilai R2

mendekati 0 berarti sedikit sekali variasi variable dependen yang

diterangkan oleh variable independen. Jika ternyata dalam perhitungan nilai

R2 sama dengan 0 maka ini menunjukkan bahwa variable dependen tidak

bisa dijelaskan oleh variable independen. Nugroho (2005) menyatakan

untuk regresi linier berganda sebaiknya menggunakan R square yang sudah

disesuaikan atau tertulis adjusted R square untuk melihat koefisien

determinasi karena disesuaikan dengan jumlah variable independen yang

digunakan dimana jika variable independen 1 (satu) maka menggunakan R

square dan jika telah melebihi 1 (satu) menggunakan adjusted R square.

2. Uji Korelasi

Uji ini merupakan pengujian atau analisis data yang berfungsi untuk

mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas (X) dan

variabel tidak bebas (Y). Dalam uji ini, pengujiannya hanya untuk

mengetahui hubungannya saja.

3. Anova Atau Uji F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara serentak atau bersama-

34
sama variable independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap

variable dependen. Djarwanto PS dan Pangestu S (2008).

Dengan hipotesis:

- H0: β = 0 artinya, tidak ada pengaruh antara variable bebas secara simultan

terhadap minat beli konsumen.

- Ha: β > 0 artinya, ada pengaruh antara variable bebas secara simultan

terhadap minat beli konsumen.

Kriteria pengujian: Bila F-hitung < F-tabel maka H0 diterima, artinya

variable independen secara serentak atau bersamaan tidak mempengaruhi

variable dependen secara signifikan. Bila F-hitung > F-tabel maka H0

ditolak, artinya variable independen secara serentak atau bersama-sama

mempengaruhi variable dependen secara signifikan.

4. Uji Statistik t

Pengujian secara individual (uji-t) yaitu pengujian koefisien regresi secara

parsial dengan menentukan formula statistik yang akan diuji. Untuk

mengetahui apakah suatu variable secara parsial berpengaruh nyata atau

tidak, digunakan uji t. untuk melakukan uji t ada beberapa langkah yang

diperlukan, yaitu:

a. Menentukan Hipotesis

Variabel bebas berpengaruh tidak nyata apabila nilai koefisiennya sama

dengan nol, sedangkan variable bebas akan berpengaruh nyata apabila

nilai koefisiennya tidak sama dengan nol. Hipotesis selengkapnya adalah

sebagai berikut:

34
Ho : bi = 0 Variable independent secara parsial tidak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap variable dependent.

Ha : bi ≠ 0 Varible independent secara parsial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variable dependent. t-hitung = menentukan tingkat

signifikan. Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah sebesar 0,05

(5%).

Nilai t-hitung untuk koefisien b1, b2 dan dirumuskan sebagai berikut:

t-hitung = dimana: Sei bi = koefisien regresi = standar error. Nilai t-

tabel dapat dilihat dengan tarif signifikansi dan derajat kebebasan (df) =

n-k-2.

Penarikan keputusan:

= H0 diterima bila t-hitung < t-tabel pada α = 5%

= Ha ditolak bila t-hitung > t-tabel pada α = 5%

G. Konseptualisasi dan Pengukuran Variabel

Variabel produksi, yaitu jumlah produksi kopi yang dihasilkan oleh petani

di DesaSucen, Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung.

1 Luas lahan, adalah luas area tanah yang digunakan oleh petani untuk

menanam kopi di Desa Sucen, Kecamatan Gemawang, Kabupaten

Temanggung dengan satuan luas lahan (ha).

2. Tenaga kerja, yaitu jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk

memproduksi kopi di Desa Sucen, Kecamatan Gemawang, Kabupaten

Temanggung dengan satuan tenaga kerja (orang).

34
3. Konservasi lahan yaitu sebelum melakukan budidaya terlebih dahulu

dilakukan pengolahan tanah agar tumbuh dengan baik dan dibutuhkan

untuk meningkatkan jumlah produksi kopi. Pengukuran variabel

konservasi lahan dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan

perlakuan apakah di lokasi sudah dilakukan konservasi lahan atau belum.

4. Pohon Naungan, penggunaan berbagai jenis pohon penaung pada

tanaman kopi dan praktek-praktek pengelolaannya akan

mempengaruhi pertumbuhan, produksi, dan mutu kopi yang akan

dihasilkan. Pengukuran variabel pohon naungan dengan menggunakan

kuesioner yang disebar untuk mengetahui pohon naungan apa saja

yang digunakan.

5. Varietas kopi tugusari menjadi kopi andalan di Temanggung karena

kualitas kopinya yang cukup bagus. Selain kualitas, buah kopi tugusari

relatif lebih besar dibandingkan dengan kopi jenis lainnya, sehingga

berdampak pada bobot kopi yang lebih berat dan pertumbuhan tunas baru

pohon Kopi tugusari mencapai 2 tahun dan barulah tumbuh bunga yang

menjadi bakal buah kopi. Pengukuran variabel varietas kurang lebih sama

dengan pohon naungan yaitu dengan menggunakan kuesioner yang disebar

untuk mengetahui varietas apa saja yang digunakan oleh responden.

34
45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabulasi Penelitian

1. Luas Lahan

Tabel 4.2. Luas Lahan Kopi di Kaputaen Temanggung


Variabel Rerata koefisien variasi (CV)
Luas Lahan Kopi 1,86 0,007
Luas Lahan Kopi yang 1,86 0,007
Produksi
Sumber : Data Primer (Data Diolah 2022)

Koefisien variasi (CV) merupakan ukuran risiko relatif yang diperoleh

dengan membagi standar deviasi dengan nilai yang diharapkan (Pappas dan

Hirschey, 1995). Jika nilai koefisien variasi (CV) diketahui, maka kita akan

dapat mengetahui besarnya risiko yang harus ditanggung petani dalam

produksi kopi. Nilai CV berbanding lurus dengan risiko yang dihadapi

petani kopi artinya semakin besar nilai CV yang didapat maka semakin

besar pula risiko yang harus ditanggung petani kopi.

Begitu pula sebaliknya, semakin rendah nilai CV yang diperoleh maka

risiko yang harus ditanggung petani akan semakin kecil. Nilai koefisien

variasi pada luas lahan kopi dan luas lahan kopi yang produksi dapat dilihat

pada Tabel 4.2.

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai koefisien variasi (CV)

pada luas lahan kopi dan luas lahan kopi yang produksi lebih kecil

dibandingkan lama responden bertani. Artinya luas lahan memiliki risiko

yang lebih tinggi dibandingkan dengan lama petani responden Bertani. Hal

45
46

ini disebabkan karena nilai CV berbanding lurus dengan risiko yang

dihadapi petani kopi.

Tabel 4.3. Luas Lahan Kopi dan Luas Lahan Produksi di Kabupaten
Temanggung
Variabel Total Rerata Ẋ' ∑(Xi-
(Xi-ẋ)² ∑(Xi-ẋ)² Sd
ẋ)/n-1
Luas Lahan 110 1,86 1.864 4.560758 36.91525 0.636 0,79
Kopi 407 47
Luas Lahan 110 1,86 1.864 4.560758 36.91525 0.636 0,79
Kopi yang 407 47
Produksi
Sumber: Data Primer (Data Diolah 2022)

2. Tenaga Kerja

Tabel 4.4. Jumlah Tenaga Kerja Kebun Kopi di Kabupaten Temanggung


Variabel Rerata Koevisien variasi (CV)
Tenaga kerja keluarga
pribadi 1,77 0,006
Anggota keluarga 3,11 0,004
Tenaga kerja non
keluarga 0,2 0,07
Sumber: Data Primer (Data Diolah 2022)

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai koefisien variasi (CV)

pada anggota keluarga dan tenaga kerja keluarga pribadi lebih kecil

dibandingkan tenaga non keluarga. Artinya anggota keluarga dan tenaga

kerja keluarga memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan

tenaga kerja non keluarga responden. Hal ini disebabkan karena nilai CV

berbanding lurus dengan risiko yang dihadapi petani kopi.

46
47

3. Konservasi Lahan

Tabel 4.5 Konservasi Lahan


Pemberian pupuk
kompos Jumlah Persem
Tidak dilakukan 0 0%
Pernah dilakukan 11 18,64%
Kadang-kadang
dilakukan 29 49,15%
Dilakukan sesuai
dengan SOP 19 32,20%
Jumlah 59 100%
Sumber: Data Primer (Data Diolah 2022)

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa petani Dusun Mandang sudah

melakukan perawatan terasering pada kebun kopi meskipun perawatan

terasering yang dilakukan masih belum maksimal. Kebanyakan petani tidak

melakukan sesuai dengan SOP yang sudah di tentukan oleh penyuluh

pertanian daerah Kabupaten Temanggung.

Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran

permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan

tanah berkurang. Kegiatan pembuatan terasering dilakukan untuk

mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga mengurangi kecepatan

dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan air

oleh tanah.

47
48

Tabel 4.6. Konservasi lahan dengan pemberian pupuk kompos di


Temanggung
Pemberian pupuk
kompos Jumlah Persem
Tidak pernah 0 0%
2 Tahun sekali 5 8,47%
1 Tahun sekali 30 50,84%
1 Tahun 2 kali 24 40,67%
Jumlah 59 100%
Sumber: Data Primer (Data Diolah 2022)

Tabel 4.6 menunjukkan pemberian pupuk kompos sebagai upaya

konservasi lahan yang dilakukan oleh petani masih kurang maksimal,

karena umumnya pemupukan kompos di lakukan 1 tahun sekali

sedangkan yang baik pemberian pupuk kompos dilakukan setiap 6 bulan

sekali.

Tabel 4.7. Konservasi lahan dengan vegetasi bawah di Kabupaten


Temanggung
LCC (Vegetasi
bawah) Jumlah Persem
Tidak ada sama
sekali 0 0%
25% 8 13,55%
50% 31 52,54%
75-100% 20 33,89%
Jumlah 59 100%
Sumber: Data Primer (Data Diolah 2022)

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa vegetasi bawah pada lahan kopi milik

rakyat belum cukup baik, karena dari keseluruhan lahan rata-rata hanya

50 % yang ada vegetasi bawahnya. Adapun vegetasi bawah yang biasa

petani gunakan adalah tanaman kacang-kacangan dan jahe yang bisa

digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Tumbuhan bawah memiliki peran sangat penting dalam ekosistem,

48
49

antara lain dalam siklus hara, erosi, peningkatan infiltrasi, sebagai

sumber plasma nutfah, sumber obat-obatan, pakan ternak dan satwa

hutan, serta manfaat lainnya yang belum diketahui (Abdiyani, 2008).

Secara garis besar, teknik konservasi dibedakan menjadi dua, yaitu

teknik konservasi mekanik dan vegetatif. Konservasi tanah secara

mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis dan pembuatan bangunan

yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan guna menekan erosi

dan meningkatkan kemampuan tanah mendukung usahatani secara

berkelanjutan. Pada prinsipnya konservasi mekanik dalam pengendalian

erosi harus selalu diikuti oleh cara vegetatif, yaitu penggunaan

tumbuhan/tanaman dan sisa-sisa tanaman/tumbuhan (misalnya mulsa

dan pupuk hijau), serta penerapan pola tanam yang dapat menutup

permukaan tanah sepanjang tahun. Adapun tehnik yang digunakan petani

dalam konservasi lahan salah satunya adalah terasering.

4. Pohon Naungan

Tabel 4.8. Pohon Naungan


Pohon naungan Jumlah Persen
Sengon 16 27%
Cengkeh 37 62,72%
Lamtoro 3 5,08%
Pisang 3 5,08%
Jumlah 59 100%
Sumber: Data Primer (Data Diolah 2022)

Menunjukkan bahwa di perkebunan kopi semua menggunakan

tanaman penaung untuk budidaya. Di Kabupaten Temanggung untuk

tanaman yang digunakan petani antara lain pohon pisang, sengon,

49
50

cengkeh dan lamtoro dan terbanyak yang digunakan sebagai tanaman

penaung adalah tanaman cengkeh dengan total 37 atau 62,72%.

Manfaat dari tanaman penaung maupun tanaman pokok yaitu

mengurangi intensitas cahaya, kecepatan gerakan udara, sedangkan

perlakuan pemangkasan memungkinkan pergerakan udara di dalam tajuk

menjadi lebih leluasa. Pada batas tertentu gerakan udara tersebut

menguntungkan bagi tanaman, karena dapat mengurangi kelembaban

udara sehingga berkembangnya mikroba penyebab penyakit dapat

ditekan. Tetapi pergerakan udara yang terlalu cepat dan berlangsung

terus-menerus akan mengakibatkan transpirasi berlangsung cepat dan

terjadi fisik tanaman.

5. Varietas

Kopi tugusari menjadi kopi andalan di Temanggung karena kualitas

kopinya yang cukup bagus. Selain kualitas, buah kopi tugusari relatif

lebih besar dibandingkan dengan kopi jenis lainnya, sehingga berdampak

pada bobot kopi yang lebih berat dan pertumbuhan tunas baru pohon

Kopi tugusari mencapai 2 tahun dan barulah tumbuh bunga yang menjadi

bakal buah kopi.

C. Statistik Deskriptif

Petani responden merupakan anggota kelompok Tani di Kecamatan

Gemawang Kabupaten Temanggung. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan dengan mengambil petani responden sebanyak 59 orang maka

diperoleh gambaran karakteristik responden sebagai berikut yang dilihat dari

50
51

identifikasi meliputi: umur, pendidikan, luas lahan, lama bertani.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Usia merupakan salah satu pendorong kegiatan bertani. Karena usia dapat

melihat kekuatan seseorang dalam melakukan kegiatan usahatani.

Tabel 4.9. Karakteristik responden berdasarkan usia


No Usia (Th) Jumlah (Orang) %
1 15 -35 6 10,17

3 36 - 56 41 69,49

4 > 57 12 20,34

Jumlah 59 100
Sumber: Data Primer (Data Diolah 2022)

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa petani responden di

Kecamatan Gemawang berjumlah 59 petani. Petani responden terbanyak

yaitu pada usia 36-56 tahun dengan nilai 69,49 % sedangkan petani

responden dengan angka paling sedikit adalah pada usia 15-35 tahun dengan

nilai 10,17 % dengan begitu karateristik petani responden di kecamatan

gemawang dapat dikatakan masih berusia cukup produktif.

Hal ini menunjukan bahwa seluruh petani responden di Kecamatan

Gemawang berada pada usia produktif secara ekonomi dimana petani cukup

potensial untuk melakukan kegiatan usahataninya.

51
52

2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 4.10. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pendidikan


Pendidikan Freuency Percent
SD 15 25,40%
SMP 27 45,80%
SMA 17 28,80%
Total 59 100%
Sumber: Data Primer ( Data Diolah 2022)
Pendidikan pada umumnya berpengaruh terhadap pola pikir seseorang

dalam menerima atau menerapkan inovasi teknologi dalam berusaha tani.

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, didapatkan bahwa pedidikan

petani responden sangat beragam. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel

4.10.

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat mengenai pendidikan petani

responden yang berjumlah 59 petani. Petani responden terbanyak yaitu

SMP dengan Jumlah 27 petani dan petani responden dengan angka paling

sedikit yaitu SD dengan Jumlah 15 petani.

Pendidikanlah yang berperan membangun manusia yang akan

melaksanakan transformasi sosial ekonomi yang sesuai dengan tujuan

bangsa agar tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri menuju

masyarakat yang adil dan makmur, sebab pembangunan memerlukan

ketrampilan-ketrampilan untuk tekhnologi yang maju.

3. Karakteristik petani responden berdasarkan Lama Bertani

Lama bertani merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh pada

kemampuan kelompok tani dalam mencapai keberhasilan mengelola

usahatani.

52
53

Tabel 4.11. Karakteristik responden berdasarkan lama bertani


Lama Bertani Jumlah Persentase (%)
(Tahun)
5-15 8 13,56
16-26 5 8,48
27-37 24 40,68
>37 22 37,28
Jumlah 59 100
Sumber: Data Primer (Data Diolah 2022)

Tingkat lama bertani yang dimiliki petani responden secara tidak

langsung akan mempengaruhi pola pikir. Petani responden yang memiliki

pengalaman bertani lebih lama akan lebih mampu merencanakan usahatani

dengan lebih baik, karena sudah mengetahui aspek dalam bertani. Sehingga

semakin lama bertani pengalaman yang didapat memungkinkan produksi

menjadi lebih tinggi. Lamanya petani responden dalam bertani dapat dilihat

pada tabel.

Pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa mayaoritas petani responden

sudah memiliki pengalaman bertani yang sudah cukup lama jumlah petani

responden yang memiliki pengalaman bertani sekitar 5-15 tahun sebanyak

8 orang dengan presentase 13,56%. Petani responden yang memiliki

pengalaman bertani 16-26 tahun sebanyak 5 orang dengan presentase

8,48%. Petani responden yang memiliki pengalaman 27-37 tahun sebanyak

24 orang dengan presentase 40,68%. Petani responden yang memiliki

pengalaman > 37 tahun sebanyak 22 orang dengan presentase 37,28%.

Pengalaman bertani ini berpengaruh untuk petani responden dalam

53
54

mengadopsi suatu inovasi baru. Apabila petani memiliki pengalaman dalam

bertani yang sudah lama maka petani responden akan lebih mudah

mengadopsi inovasi tersebut karena meraka sudah mengetahui mana

teknologi yang lebih.

4. Produksi

Lahan merupakan sumber utama yang diperlukan dalam sektor

pertanian. Pertanian atau perkebunan merupakan salah satu sektor penting

dalam pembangunan ekonomi rakyat. Sektor perkebunan yang terdapat di

Kabupaten Temanggung berpotensi untuk meningkatkan jumlah produksi

tanaman kopi. Dengan menggunakan luas lahan dan perawatan yang

maksimal maka dapat meningkatkan produksi kopi robusta. Berikut

penggunaan lahan untuk perkebunan kopi robusta di Kabupaten

Temanggung.

Tabel 4.12. Luas Lahan dan Produksi Kopi Robusta Temanggung Tahun
2016 - 2020
No Tahun Luas Lahan (Ha) Total Produksi (Ton)

1 2016 9.561,55 4.548,27


2 2017 10.322,65 7.536,49
3 2018 11.083,48 9.545,00
4 2019 13.694,89 8.728,39
5 2020 13.821,12 10.431,05
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Hortikultur Kabupaten
Temanggung, 2021
Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa luas lahan kopi robusta

Temanggung terus mengalami peningkatan dari tahun 2016 sampai 2020.

Total produksi kopi robusta juga mengalami peningkatan dari tahun 2016

hingga 2020 namun terjadi penurunan pada tahun 2019. Berikut ilustrasi

54
55

luas lahan dan produksi kopi robusta di Kabupaten Temanggung:

Gambar 4.2. Grafik Luas Lahan dan Produksi Kopi Robusta Temanggung

5. Varietas

Tabel 4.13. Varietas Kopi


Varietas Jumlah Persen
Tugusari 39 66,11%
BP 388 20 33,89%
Jumlah 59 100,00%
Sumber: Data Sumber : Data Primer (Data Diolah 2022)

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa petani di Kabupaten Temanggung

kebanyakan menggunakan varietas tugusari, pemilihan varietas kopi sangat

penting dilakukan karena akan berdampak pada peningkatan produksi kopi.

Untuk varietas yang digunakan oleh petani setempat yaitu varietas Tugusari

dan BP 388 yang merupakan unggulan di dusun tersebut, dan dijadikan

bahan tanam karena ke 2 varietas tersebut memiliki kelebihan seperti biji

kopi yang dihasilkan lebih besar serta lebih tahan jika tanaman tersebut

diserang oleh penyakit.

55
56

6. Hasil Regresi Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Produksi

Kopi Robusta Di Temanggung

a. Hasil Uji Korelasi

Analisis korelasi dilakukan sebagai tehnik yang digunakan untuk

mengetahui bagaimana hubungan antara variabel luas lahan, tenaga kerja,

konservasi, pohon naungan, dan varietas yang dilakukan di kebun rakyat

Kabupaten Temanggung.

Tabel 4.14. Uji Korelasi

Sumber: Data Primer (Data Diolah 2022)

Menurut Sugiyono (2017) Pedoman untuk memberikan interpretasi

koefisien korelasi sebagai berikut:

0,20 – 0,399 = Sedang

0,40 – 0,799 = Kuat

Menunjukkan nilai Koefisien korelasi luas lahan (X1) sebesar 0,523

terhadap Produksi (Y), yang artinya tingkat hubungan variabel luas lahan

terhadap produksi kopi termasuk pada tingkat hubungan yang kuat.

Berdasarkan pedoman nilai interpretasi korelasi nilai tersebut masuk

pada rentang “0,400-0,799”.

Koefisien korelasi Tenaga kerja (X2) sebesar 0,586 terhadap

produksi (Y), yang artinya tingkat hubungan variabel tenaga kerja

56
57

terhadap produksi kopi termasuk pada tingkat hubungan yang kuat.

Berdasarkan pedoman nilai interpretasi korelasi nilai tersebut masuk

pada rentang “0,400-0,799”.

Koefisien korelasi konservasi lahan (X3) sebesar 0,546 terhadap

produksi (Y), yang artinya tingkat hubungan variabel konservasi lahan

terhadap produksi kopi termasuk pada tingkat hubungan yang kuat.

Berdasarkan pedoman nilai interpretasi korelasi nilai tersebut masuk

pada rentang “0,400-0,799”.

Koefisien korelasi tanaman penaung (X4) sebesar 0,395 terhadap

produksi (Y), yang artinya tingkat hubungan variabel pohon penaung

terhadap produksi kopi termasuk pada tingkat hubungan yang sedang.

Berdasarkan pedoman nilai interpretasi korelasi nilai tersebut masuk

pada rentang “0,20-0,399”.

Koefisien korelasi varietas (X5) sebesar 0,279 terhadap produksi

(Y), yang artinya tingkat hubungan variabel varietas terhadap produksi

kopi termasuk pada tingkat hubungan yang sedang. Berdasarkan

pedoman nilai interpretasi korelasi nilai tersebut masuk pada rentang

“0,20-0,399”.

b. Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 4.15. Koefesien Determinasi


Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
.863a .744 .720 .72962
Sumber: Data Primer (Data Diolah 2022)

Dari Tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa nilai dari R Square (R2)

adalah sebesar 0,744 artinya variabel yang digunakan dalam penelitian

57
58

ini (luas lahan, tenaga kerja, konservasi lahan, tanaman naungan dan

varietas) mampu memberi penjelasan terhadap produksi tanaman kopi

robusta di kabupaten Temanggung sebesar 74,4% sedangkan sisanya

25,6 % lainnya dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak

dimasukkan kedalam model estimasi. Hal ini dapat membuktikan bahwa

adanya pengaruh dari beberapa variabel yang telah di lakukan dalam

meningkatkan produksi kopi di Kabupaten Temanggung dengan nilai

sebesar 74,4%.

Analisis Korelasi Berganda R digunakan untuk mengetahui

hubungan antara dua atau lebih variabel independen terhadap variabel

dependen secara serentak. Berdasarkan tabel 4.15 diperoleh angka R

Square sebesar 0.744. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan

yang sangat kuat antara variabel (X) dan variabel (Y).

Sedangkan Adjusted R Square (R2) merupakan analisis

determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui

presentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1, X2,, . . . Xn)

secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Nilai Adjusted R

Square 0.720 adalah nilai R Square yang telah disesuaikan.

58
59

c. Anova Atau Uji F

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.16. Anova


ANOVA
Model Sum Of suare df Mean Suare F Sig
Regression 351.566 4 117.189 22.925 .000
Residual 281.146 55 5.112
Total 632.712 59
Sumber: Data Primer (Data Diolah 2022)

Dari uji ANOVA atau Uji F test, didapat F hitung sebesar 22.925,

sementara nilai F tabel diperoleh sebesar 2,772. Nilai F hitung yang

diperoleh lebih besar dari nilai F tabel (22,9251 > 2,772), artinya secara

serempak variabel luas lahan, tenaga kerja, konservasi lahan, tanaman

naungan dan varietas berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman kopi

di Kabupaten Temanggung. Dari tabel 4.16 dapat dilihat juga nilai

signifikasi sebesar 0,000. Nilai signifikasi yang diperoleh lebih kecil dari

α 0,05 (0,000 < 0,05) artinya secara serempak seluruh variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini berpengaruh nyata.

59
60

d. Hasil Regresi

Tabel 4.17. Hasil Regresi


Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) .939 1.159 .810 .421
Luas Lahan .156 .053 .234 2.921 .005
Tenaga Kerja .258 .046 .408 5.607 .000
Konservasi Lahan .256 .046 .449 5.633 .000
Tanaman Naungan .102 .050 .154 2.024 .048
Varietas .188 .053 .275 3.543 .001
Sumber: Data Primer (Data Diolah 2022)

Dari Tabel 4.17 dapat diperoleh persamaan sebagai berikut:

Log Y = 0,939 + 0,156 Log X1 + 0,258 Log X2 + 0,256 Log X3 + 0,102

Log X4 + 0,188 Log X5 + e.

Persamaan regresi menunjukkan bahwa luas lahan, tenaga kerja,

konservasi lahan, pohon naungan, dan varietas berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produksi kopi. Variabel X1, X2, X3, X4 dan X5 akan

berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi tanaman kopi.

Dikatakan tidak signifikan karena < 0,5 %, dan untuk variabel bisa

dikatakan signifikan karena nilainya 0,05 > (0,5) %.

7. Interpretasi Hasil Analisis

a. Pengaruh Luas Lahan (X1) Terhadap Produksi Kopi Robusta (Y)

Nilai koefisien dari variabel luas luas lahan adalah sebesar (0,156)

dengan arah pengaruh positif, hal ini menyatakan bahwa apabila variabel

luas lahan ditambah sebesar 1% maka akan menyebabkan penambahan

produksi tanaman kopi robusta sebesar 0,156 % dengan asumsi variabel

lain dianggap tetap (Cateris Paribus). Hasil penelitian ini menyatakan

60
61

bahwa variabel luas lahan sangat penting untuk dilakukan pada budidaya

kopi agar nilai produksi perkebunan petani dapat menghasilkan hasil

yang maksimal.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan (Daniel, 2002) luas

penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting

dalam proses produksi atau pun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam

usaha tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti

kurang efisien dibandingkan lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan

usaha, semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan.

b. Pengaruh Tenaga Kerja (X2) Terhadap Produksi Kopi Robusta (Y)

Nilai koefisien dari variabel tenaga kerja adalah sebesar 0,258

dengan arah pengaruh positif, hal ini menyatakan bahwa apabila variabel

tenaga kerja ditambah sebesar 1% maka akan menyebabkan penambahan

produksi tanaman kopi robusta sebesar 0,258 % dengan asumsi variabel

lain dianggap tetap (Cateris Paribus). Hasil penelitian ini menyatakan

bahwa variabel tenaga kerjasangat penting untuk dilakukan pada

budidaya kopi agar nilai produksi perkebunan petani dapat menghasilkan

hasil yang maksimal.

Sejalan dengan Mulyadi, (2003) tenaga kerja adalah penduduk

dalam usia kerja (berusia 15-65 tahun) atau jumlah seluruh penduduk

dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mau berpartisipasi dalam

aktivitas tersebut.

61
62

c. Pengaruh Konservasi Lahan (X3) Terhadap Produksi Kopi Robusta

(Y)

Nilai koefisien dari variabel konservasi lahan adalah sebesar 0.256

dengan arah pengaruh positif, hal ini menyatakan bahwa apabila variabel

Konservasi lahan ditambah sebesar 1% maka akan menyebabkan

penambahan produksi kopi robusta sebesar 0,256 % dengan asumsi

variabel lain dianggap tetap (Cateris Paribus). Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa variabel konservasi lahan sangat penting untuk

dilakukan pada budidaya kopi agar nilai produksi perkebunan petani

dapat menghasilkan hasil yang maksimal.

Pada perkebunan kopi milik rakyat di Kabupaten Temanggung

penerapan konservasi lahan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan

jumlah produksi dan produktivitas kopi. Sebelum melakukan budidaya

tanaman kopi terlebih dahulu harus melakukan pengolahan tanah agar

tanaman bisa tumbuh dengan baik. Kegiatan konservasi lahan pada

perkebunan kopi milik rakyat di Kabupaten Temanggung sudah

dilakukan sekitar pada tahun 1980 hingga sekarang. Adapun kegiatan

konservasi lahan yang dilakukan yaitu seperti : perawatan terasering,

pemberian kompos, pemberian kapur dan vegetasi bawah.

d. Pengaruh Pohon Naungan (X4) Terhadap Produksi Kopi Robusta

(Y)

Hasil regresi menunjukkan bahwa pohon naungan berpengaruh

positif terhadap produksi kopi di Dusun Mandang, dengan koefisien

62
63

regresi sebesar 0.102, dan nilai signifikansi 0.000 yang lebih kecil dari

5%. sehingga perhitungan variabel X4 memperoleh hasil bahwa variabel

pohon naungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi

kopi di Kabupaten Temanggung.

Pohon naungan pada budidaya kopi sangat perlu dilakukan karena

sangat berpengaruh terhadap hasil yang produksi kopi, penggunaan

pepohonan peneduh haruslah sesuai dengan kebutuhan tumbuh

pepohonan kopi. Segenap jenis varietas tumbuhan membutuhkan

intensitas cahaya tertentu guna mendapatkan fotosintesis yang maksimal.

Kopi yang tidak berpeneduh akan mati sebelum waktunya (Bote, 2011).

Penggunaan berbagai jenis pohon penaung pada tanaman kopi dan

praktek-praktek pengelolaannya akan mempengaruhi pertumbuhan,

produksi, dan mutu kopi yang akan dihasilkan. Pengelolaan pohon

penaung pada tanaman kopi diperlukan untuk mengurangi pengaruh

buruk akibat sinar matahari yang terlalu terik dan dapat memperpanjang

umur ekonomi tanaman.

e. Pengaruh Varietas (X5) Terhadap Produksi Kopi Robusta (Y)

Hasil regresi menunjukkan bahwa varietas berpengaruh positif

terhadap produksi kopi di Dusun Mandang, dengan koefisien regresi

sebesar 0.188, dan nilai signifikansi 0.000 yang lebih kecil dari 5%.

sehingga perhitungan variabel X5 memperoleh hasil bahwa variabel

varietas berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di

Kabupaten Temanggung.

63
64

Kopi tugusari menjadi kopi andalan di Temanggung karena

kualitas kopinya yang cukup bagus. Selain kualitas, buah kopi tugusari

relatif lebih besar dibandingkan dengan kopi jenis lainnya, sehingga

berdampak pada bobot kopi yang lebih berat dan pertumbuhan tunas baru

pohon Kopi tugusari mencapai 2 tahun dan barulah tumbuh bunga yang

menjadi bakal buah kopi.

64
65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil

kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Luas Lahan (X1), Tenaga Kerja (X2), Konservasi Lahan (X3), Pohon Naungan

(X4), dan Varietas (X5) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan produksi kopi robusta Dusun Mandang, Desa Sucen, Kecamatan

Gemawang, Kabupaten Temanggung, sedangkan besarnya pengaruh ke lima

variabel bebas tersebut terhadap peningkatan produksi kopi ditunjukkan oleh

nilai R2 yaitu 0,744 atau sebesar 74,4% sedangkan sisanya 25,6%, peningkatan

produksi petani dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam

model penelitian ini seperti seperti perawatan pemangkasan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, selanjutnya dapat diusulkan saran yang

diharapkan akan bermanfaat bagi Petani di kecamatan Gemawang, Kabupaten

Temanggung berkaitan dengan peningkatan produksi.

1. Para petani supaya lebih efektif dalam mengelola luas lahan, konservasi

lahan, pohon naugan, dan varietas dengan cara menggunakan kembali

lahan dan menjadikan ahli fungsi lahan yang produktif. Petani juga harus

melakukan perawatan terhadap lahan dengan secara berkala dan

melakukan beberapa langkah sesuai anjuran Dinas Pertanian dan

Perkebunan Kabupaten Temanggung.

65
66

2. Sebaiknya penggunaan tenaga kerja yang dipakai adalah tenaga kerja yang

disesuaikan dengan kebutuhan, agar tercapainya tenaga kerja yang efektif,

dengan begitu mampu mencapai tujuan yang diinginkan dan biaya yang

dikeluarkan untuk tenaga kerja jauh lebih efisien.

66
DAFTAR PUSTAKA

Abdiyani, Susi, 2008, Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah


Berkhasiat Obat Di Dataran Tinggi Dieng, Jurnal Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam, Vol.V No. 1: 79-92
Asni, Nur dan meilin, Araz, 2015. Teknologi Penanganan Pascapanen
dan Pengolahan Hasil Kopi Liberika Tungkal Komposit
(Libtukom). Jambi: balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Agung Nugroho, 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistic
Penelitian Dengan SPSS, Andi Yogyakarta, Yogyakarta
Agus, F., A.Ng. Ginting, dan M. Van Noordwidjk. 2002. Pilihan
Teknologi Agroforestri/Konservasi Tanah untuk Areal Pertanian
Berbasis kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. International
Centre For Research in Agroforestry. Bogor
Aji, F. R., Wibisono, M., Rusdiansyah, R., & Yusuf, D. 2016.
Pengembangan budidaya dan pengolahan kopi berbasis
agroforestry melalui program kehati CSR PT. TIV Pandaan di
kawasan gunung Arjuna Prigen Pasuruan.
Angkat, Rasidah. 2010. Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Produksi Kopi Ateng. (Studi Kasus Kabupaten Dairi).
Skripsi. Tidak Diterbitkan Fakultas Ekonomi. Universitas
Sumatera Utara
Badan Pusat Statistik. 2017. Temanggung Dalam Angka 2017. BPS
Kabupaten Temanggung
Badan Pusat Statistik. 2018. Luas Areal Tanaman Perkebunan Menurut
Kecamatan dan Jenis Tanaman. Temanggung : BPS
Badan Pusat Statistik. 2018. Luas Areal Tanaman Perkebunan Menurut
Kecamatan dan Jenis Tanaman. Temanggung: BPS
Badan Pusat Statistik. 2018. Luas Areal, Produksi Kopi Robusta
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah
: BPS.
Badan Pusat Statistik. 2018. Produksi Tanaman Perkebunan Menurut
Kecamatan dan Jenis Tanaman. Temanggung : BPS..
Bote, A. D., & Struik, P. C. (2011). Effects of shade on growth,
production and quality of coffee (Coffea arabica) in Ethiopia.
Journal of Horticulture and Forestry, 3(11), 336–341.
Choiron, M. (2010). “Penerapan GMP pada penanganan pasca panen
30

kopi rakyat untuk menurunkan okratoksin produk kopi (studi


kasus di Sidomulyo, Jember)”. Agrointek: Jurnal teknologi
Industri Pertanian, 114-120.
Daniel, Moehar. 2002. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta.
Bumi Aksara.163 Hal.
Departemen Perindusitrian, 2009. Peran Industri Kopi Bagi
Peningkatan Kontribusi Indonesia. Temu Karya Kopi VI. 16
November 2009, Jakarta.
Febrian Lie, Linda, 2011. Pengaruh Penerapan Balanced Scorecard
Dalam Membantu Manajemen Mengukur Kinerja Perusahaan
(Studi Kasus CV.”X”). Skripsi Akuntansi S1. Universitas Kristen
Maranatha. Bandung
Gujarati, Damodar. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta : Penerbit
Erlangga
International Coffea Organtitaion, 2009. Opportunities and Challenges
For The World Coffe Sector, Multi-stakeholder Consultation on
Coffe of The Secretary-General of UNCTAD, Geneva :
International Coffe Organisation.
Kristanto, Fitri, Kurniawati. Nila, Ratna Juita, 2018. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Produksi Kopi Robusta di Desa Semen
Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa
Tengah. Jurnal Masepi Vol.3, No.1.
Ken Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Depok.
Myrowani, H. 2013. Kebijakan penyediaan teknologi pasca panen kopi
dan masalah pengembangannya. Forum Penelitian Agro Ekonomi
31 (1): 31-49
Mayrowani, H. 2013. Kebijakan penyediaan Teknologi Pasca panen
Kopi dan Masalah pengembangannya. Forum Penelitian Agro
Ekonomi, 31(1), 31-49. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Bogor.s
Mubyarto. 2003. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi Ketiga. LP3ES.
Jakarta.
Mulyoutami, E., E. Stefanus, W. Schalenbourg, S. Rahayu, dan L.
Joshi1. 2004. Pengetahuan lokal petani dan inovasi ekologi dalam
konservasi dan pengolahan tanah pada pertanian berbasis kopi di
Sumberjaya, Lampung Barat.
Mulyadi, 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif
Pembangunan.Jakarta: Rajagrafindo Persada.
31

Natawidjaya, H., Ametung, M.U., Suharyanto, E Mulato, S., & Dedi.


2012.Pedoman Penanganan Pasca Panen kopi.
No52/Permentan/OT.140/9.
Pappas, J.M dan Hirschey, Mark. 1995. Ekonomi Manajerial Edisi
Keenam Jilid II. Binarupa Akasara. Jakarta.
Pindyck, Robert S, Daniel L. Rubinfeld.1999. Mikro Ekonomi. Alih
Bahasa:Janie, A, Prehalindo, Jakarta.
Prastowo, Bambang, dkk. 2010. Budi Daya dan Pasca Panen Kopi.
Pracoyo dan Antyo Pracoyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro.
Grisindo. Jakarta
Rahardjo, Pudji. 2017. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi
Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya: Jakarta
Rahardjo P, 2017. Berkebun Kopi, Edisi 1, Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta: hal 47-50
Riswan. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi
Kopi Di Kabupaten Enrekang. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah
Makassar
Risandewi, T. 2013. Analisis Efisiensi Produksi Kopi Robusta di
Kabupaten Temanggung (studi kasus di Kecamatan Candiroto).
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah 11(1): 87-102.

Sedarmayanti, 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi


Birokrasi dan manajemen Pegawai Negeri Sipil, Bandung: Refika
Aditama.
Sembiring, L.J. 2015. Pengaruh Pemberian Bebagai Dosis Pupuk
Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.) pada System TumpAngsari dengan
Tanaman Talas (Colocasia esculenta L.). (Skripsi). Padang:
Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Siswoputranto, P. S. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius.
Subri, Mulyadi, 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam
Perspektif Pembangunan. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Sukirno, Sadono, 2002. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Edisi ketiga.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL dan Hardaker JB. 1986. Ilmu
Usahatani dan Penelitian untuk pengembangan Petani Kecil.
32

Jakarta: UI Press.
Sudaryati Endang, 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi
Kopi Rakyat Dikabupaten Temanggung,Tesis, Semarang:
Universitas Diponegoro.
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Alfabeta. Bandung.
Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen.
Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.
Suwarto, Y dan Octaviany. 2010. Budidaya Tanaman Perkebunan
Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta
Suwarto, Y. Octaviany, S. Haermawati, 2014. Top 15 Tanaman
Perkebunan. Penebar Swadaya, Jakarta.
33

LAMPIRAN
34

Dokumentasi Penelitian

Lokasi Kebun Kopi Robusta

Pemupukan Para Tenaga Kerja

Pemanenan Kopi
35

Proses Pengolahan Kopi Robusta


36

Hasil Olahan Kopi


37

Anda mungkin juga menyukai