Pskopen

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ALAT PERAGA CHORD TABLE SEBAGAI MEDIA UNTUK MEMPERMUDAH


DALAM MENAIKAN DAN/ATAU MENURUNKAN AKOR”

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Disusun oleh:

Reza Nur Fitriyanto


NIM. 4101417096

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEMESTER GANJIL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat beserta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari
zaman kebodohan menuju zaman terang benderang.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi
pendidikan tahun akademik 2018/2019.
Tentunya berbagai hambatan telah penulis lalui di dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari tidak dapat menyelesaikannya sendiri
tanpa bantuan dan dukungan dari orang lain. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Puti Anggraini Rosmasuri S.Psi., M.Si. selaku dosen pengampu mata
kuliah psikologi pendidikan yang telah mengampu dan membimbing
penulis beserta teman-teman dalam mata kuliah ini.
2. Bapak Mujiono dan Ibu Sri Muryani, selaku orang tua penulis dan adikku,
Zehan Fajar Septian yang telah mendoakan dan memberi semangat penulis
dalam menempuh pendidikan.
3. Teman-teman penulis yang telah membantu penulis selama penulis
menulils dan menyusun makalah ini.
4. Serta pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat menjadi manfaat bagi
penulis dan semua pihak yang membaca.

Semarang, Oktober 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia musik adalah: ilmu atau seni menyusun
nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan
komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan, nada atau suara yang
disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama
yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).
Jamalus (1988, 1) berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi
dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan
struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan.
Salah satu unsur dari musik adalah harmoni. Harmoni adalah keselarasan paduan
bunyi. Secara tekknis, harmoni meliputi susunan, peranan, dan hubungan dari sebuah
paduan bunyi dengan bentuk keseluruhan. Harmoni memiliki elemen interval dan akor.
Akor adalah susunan nada yang terdiri dari tiga nada atau lebih yang apabila
dibunyikan secara bersamaan akan terdengar harmonis. Dalam penyajiannya, akor dapat
dimainkan secara bersama (serentak) ataupun bergantian (arpegio). Paduan nada
biasanya sebagai penyerta melodi. Keterpaduan nada-nada dalam akor terlihat pada
aransemen lagu dengan banyak alat musik dan aransemen lagu untuk paduan suara.
Nada-nada yang berasal dari instrumen musik atau berbagai jenis suara yang dibunyikan
bersama-sama akan membentuk suatu akor. Akor tidak hanya berperan sebagai penyerta,
tetapi juga menyatu dengan melodi. Contoh alat musik yang bisa memainkan akord
adalah gitar (akustik dan listrik), organ, electone.
Dalam bermain musik, penyanyi dan pemain alat musik harus bekerja sama dan
saling menyelaraskan nada agar musik yang dibawakan terdengar indah dan enak untuk
dinikmati. Beberapa cara untuk menyelaraskan nada antara pemain alat musik dan
penyanyi bisa dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu nada dasar yang akan
dimainkan. Selain itu juga bisa dilakukan dengan cara pemain alat musik pengiring
seperti pemain gitar menyesuaikan akor-akor yang dimainkan dengan range vocal
penyanyi. Hal ini dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan akor-akor yang
sudah ada sedemikian rupa sehingga pengiring lagu dan penyanyi dapat berjalan
beriringan.
Kebanyakan orang masih menemui kesulitan dalam menaikkan atau menurunkan
akor. Kesulitan yang ditemui dapat berupa kesulitan dalam mengingat susunan akor-akor
dan menentukan akor baru yang sesuai dengan akor asli. Kesulitan-kesulitan tersebut
dapat dipermudah dengan adanya alat peraga chord table.
1.2. Teori Permasalahan
Ada beberapa hal yang membuat beberapa orang kesulitan dalam menaikkan atau
menurunkan akor, yaitu sebagai berikut:
a. Susah dalam mengingat susunan akor
b. Kurangnya kepekaan dalam menentukan akor yang sesuai dengan nada yang
dinyanyikan
c. Masih berada dalam proses latihan bermain alat musik
Terkait masalah diatas, teori permasalahan yang dapat diambil yaitu teori belajar
kognitif. Teori belajar kognitif yang diarahkan oleh penulis diutamakan untuk
mempermudah orang lain yang menggunakan alat peraga chord table ini dalam
mengkonversi akor sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Teori belajar kognitif
menekankan pada cara cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar,
mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam
pikirannya secara efektif. Menurut Jerome S. Brunner tentang pembelajaran kognitif,
mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan
manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.  
Brunner, melalui teorinya tersebut menyarankan untuk menggunakan alat peraga
dalam proses pembelajaran untuk membantu memahami dan memudahkan
siswa/pengguna alat peraga dalam menyelesaikan sesuatu.
Selain itu digunakan juga pendekatan humanistik di mana pendekatan humanistik
memandang pentingnya penekanan pendidikan di bidang kreativitas, minat terhadap seni,
dan hasrat ingin tahu.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mengenal Alat Peraga Chord Table


Berawal dari kesulitan saya dan mungkin orang lain yang mempunyai kesamaan
masalah dengan saya dalam kegiatan bermusik yaitu mengkonversi akor dengan cara
menaikkan atau menurunkan akor untuk disesuaikan dengan nada atau jangkauan nada
yang mampu dicapai ketika bernyanyi sembari mengiringi dengan bermain alat musik.
Oleh karena itu saya membuat sebuah model untuk membantu mengkonversi akor yang
diinginkan. Model atau alat peraga yang saya buat saya namakan dengan chord table.
Chord table adalah sebuah model yang terdiri dari petak-petak yang berisi nama akor
dan disusun menurut tingkatan naik dan turunnya akor.
Chord table ini digunakan dengan cara menentukan patokan dari akor pertama
dari akor asli yang telah disesuaikan dengan nada penyanyi. Jarak akor asli pertama
dengan akor konversi pertama digunakan sebagai patokan untuk konversi akor
berikutnya.
Ada dua jenis chord table yang saya buat, yaitu untuk akor mayor dan akor
minor. Sebagai tambahan, akor mayor adalah akor yang mempunyai interval antar
nadanya yaitu 2 – 1 ½ , sedangkan akor minor adalah akor yang mempunyai interval
antar nadanya yaitu 1 ½ - 2.
Cara membaca tabel ini yaitu:

a. Semakin ke kanan, akor naik ½ dari akor sebelumnya


b. Semakin ke kiri, akor turun ½ dari akor sebelumnya
c. Semakin ke atas, akor naik ½ dari akor sebelumnya
d. Semakin ke bawah, akor turun ½ dari akor sebelumnya
e. Dari pojok kiri bawah, semakin ke pojok kanan atas, akor naik 1 dari akor
sebelumnya
f. Dari pojok kanan atas, semakin ke pojok kiri bawah, akor turun 1 dari akor
sebelumnya.
1) Chord table dengan akor mayor
2) Chord table dengan akor minor

Contoh pengaplikasian chord table ini adalah ketika kita ingin menaikkan atau
menurunkan akor dari sebuah lagu yang memiliki akor asli C G Am Em F C Dm G dan
akor patokan yang ingin dimainkan dari lagu tersebut dimulai dengan akor F. Jarak dari
akor C ke akor F adalah 2 ½ . Dengan menggunakan ketentuan seperti tersebut di atas
sesuai dengan jenis dari akor yang dimainkan maka akor tersebut berubah menjadi :
a. Untuk akor mayor seperti C, G, dan F digunakan chord table mayor sebagai
acuan mengonversi.
b. Untuk akor minor seperti Am, Em, dan Dm digunakan chord table minor sebagai
acuan mengonversi.
c. Dari akor C ke akor F naik sebanyak 2 ½. Artinya, inteval 2 ½ digunakan sebagai
patokan untuk akor-akor yang lain.

½ + ½ + ½ + ½ + ½ = 2½

CF

½ + ½ + ½ + ½ + ½ = 2½

GC

Em  Am Am  Dm F  Bb
F ½ ½ ½

1 1 1

1 1
1
½ ½ ½

½ ½ ½

½ ½ ½

½ ½ ½

½ ½ ½

CF Dm  Gm
GC
d. Lalu didapatkan akor konversi yang memiliki interval 2 ½ dari akor asli adalah F
C Am Dm Bb F Gm C.

2.2 Pemaparan Program


Dalam pelaksanaannya, progam alat peraga chord table ini dipaparkan kepada
beberapa mahasiswa Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitan
Negeri Semarang yang tergabung dalam paduan suara mahasiswa FMIPA. Pemaparan
dilaksanakan dengan metode presentasi dari penulis menggunakan media alat peraga
chord table di depan audience.
Pemaparan tersebut dimulai dengan mengutarakan latar belakang penulis
mengangkat permasalahan ini lalu dilanjutkan dengan pemberian alternatif solusi
yang ditawarkan yaitu melalui media chord table sekaligus tentang pengenalannya.
Kemudian dijelaskan juga tentang cara menggunakan chord table serta pemberian
contoh untuk mengkonversi akor dan diakhiri dengan evaluasi dari audience.

2.3 Kendala yang dihadapi dari pembuatan hingga pemaparan program


Segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari yang
namanya kendala atau hambatan. Selaras dengan hal tersebut penulis menjumpai
beberapa kendala mulai dari proses pembuatan program hingga pemaparan program.
Dalam proses pembuatan program, dijumpai hambatan tentang penyusunan chord
table yaitu bagaiamana cara agar media yang dihasilkan mudah untuk dipahami dan
awalnya dikehendaki untuk langsung berfungsi pada berbagai jenis akor tetapi masih
sulit untuk dilakukan.
Sedangkan pada proses pemaparan program, kendala yang dijumpai yaitu
kurangnya antusiasme audience dalam memperhatikan penjelasan yang sedang
disampaikan oleh penulis. Selain itu hanya beberapa audience yang memang paham
akan akor dan sebagainya. Jadi, program yang disampaikan penulis dengan cara dan
penggunaan kata yang masih belum sempurna belum tersampaikan seluruhnya dengan
jelas. Waktu yang dipilih penulis saat pemaparan program juga dirasa kurang tepat.

2.4 Evaluasi
Selama proses penyusunan program dan pemaparan program, penulis
mendapat beberapa evaluasi dari audience dan masukan-masukan dari orang lain.
Penulis akan menyebutkan evaluasi-evaluasi yang didapatkan, yaitu :
1. Famuji Rachmat Triyanto, mahasiswa jurusan pendidikan seni drama tari dan
musik, NIM. 2501417015
Penulis pada awalnya juga ingin mencampurkan chord table mayor untuk
mencari tangga nada. Menurut Famuji, untuk tabel akor, yang demikian sudah
benar namun jika tabel akor tersebut ingin digunakan juga untuk mencari tangga
nada, mungkin bisa diberi patokan agar pembaca tidak bingung dalam
mencarinya. Bisa menggunakan warna lain atau bentuk dari tabel tersebut yang
dimodifikasi. Tidak semua tanggaa nada ditulis menggunaka tanda # (kress) atau
b (mol) saja. Contohnya tidak semua tangga nada menggunakan Bb, terdapat juga
yang ditulis menggunakan A#. Bunyi nadanya memang sama, tetapi penulisannya
berbeda tergantung dari letaknya.
2. Risa Bella Rosanti, mahasiswa jurusan matematika, NIM. 4112317011
Menurut Risa, program yang penulis buat sangat membantu dan
memudahkan seseorang yang hendak bermain musik. Kekurangan dari program
ini adalah metode ini mungkin sedikit membutuhkan waktu lama dalam
menurunkan atau menaikkan akornya karena harus diturunkan atau dinaikkan
satu-satu.
3. Fitri Cahyani, mahasiswa jurusan biologi, NIM. 4401416014
Fitri menuturkan sebaiknya dibuat juga sebuah aplikasi android yang jika
tombol akor ditekan dapat berbunyi sesuai nada yangn tertera. Untuk program
yang telah ada, sebaiknya bentuk atau ukuran tullisan diperkecil sehingga lebih
mudah untuk dibawa (praktis) serta hendaknya diberi keterangan tanda panah
naik atau turun sehingga memudahkan pembaca.
4. Meily Nur Fitriani, mahasiswa jurusan matematika, NIM. 4101417009
Untuk tabel yang telah ada, tampilannya terlalu formal sehingga sebaiknya
dibuat lebih menarik lagi dan juga sebaiknya tabel dibuat dan disertakan untuk
penggunaan tangga nada.
5. Shobri Rakhmatullah Arif Rahman, mahasiswa jurusan matematika, NIM.
4101417182
Jika dibuat dalam aplikasi mungkin lebih menarik dan mudah dipahami
serta dalam menyampaikan letak akor lebih disesuaikan dengan pandangan
audience terhadap alat peraga tersebut.

6. Maria Suari Nugraheni, mahasiswa jurusan matematika, NIM. 4101417191


Program ini sangat membantu sekali terutama bagi pemula yang ingin
mempelajari alat musik. Tetapi akan lebih baik jika bisa digunakan juga untuk
dua atau tiga akor sekaligus, jadi tidak perlu mencari satu-satu.
7. Dyas Qurrotun A’yunna, mahasiswa jurusan matematika, NIM. 4101417017
Program ini sudah cukup bagus karena ia sendiri termasuk orang yang
senang bermain alat musik jadi sangat membantu. Sebaiknya pada tabel diberi
nama untuk penggunaan pada akor jenis apa serta tidak sebatas pada akor mayor
dan minor saja dan juga diberi keterangan-keterangan sehingga pembaca
mengerti.
BAB III

PENUTUP
.3.1 Kesimpulan
Salah satu permasalahan bagi seorang pemusik terutama pemula adalah
kesulitan dalam menaikkan atau menurunkan akor supaya selaras dengan lagu yang
dinyanyikan dan sesuai dengan keinginan. Permasalahan tersebut dapat diatasi salah
satunya dengan media alat peraga chord table. Alat peraga ini membantu untuk
memudahkan pembaca dalam menaikkan atau menurunkan akor dengan mengikuti
cara-cara penggunaannya.
.3.2 Saran
a. Alat peraga ini masih perlu diperbaiki lagi supaya dalam penggunaannya dapat
benar-benar memudahkan pembaca.
b. Sebelum menggunakan alat peraga ini sebaiknya perlu diketahui terlebih dahulu
apa itu akor dan apa saja jenis dan cara memainkannya supaya lebih mudah
memahami dalam menggunakan alat peraga ini.
c. Sebaiknya alat peraga ini dilengkapi dengan keterangan-keterangan yang mudah
untuk dipahami.
d. Dalam melaksanakan pemaparan atau penjelasan program, sebaiknya perhatikan
waktu pelaksanaan agar kondusif.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Moh, dkk. 2008. Seni Musik Klasik untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Purnomo, Wahyu dan Fasih Subagyo. 2010. Terampil Bermusik untuk SMP dan MTS.
Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional.
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2016. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES
Press.
http://samplingkuliah.blogspot.com/2017/10/teori-belajar-kognitif-jerome-s-brunner.html

http://wikipedia.com
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai