Pskopen
Pskopen
Pskopen
Disusun oleh:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat beserta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari
zaman kebodohan menuju zaman terang benderang.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi
pendidikan tahun akademik 2018/2019.
Tentunya berbagai hambatan telah penulis lalui di dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari tidak dapat menyelesaikannya sendiri
tanpa bantuan dan dukungan dari orang lain. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Puti Anggraini Rosmasuri S.Psi., M.Si. selaku dosen pengampu mata
kuliah psikologi pendidikan yang telah mengampu dan membimbing
penulis beserta teman-teman dalam mata kuliah ini.
2. Bapak Mujiono dan Ibu Sri Muryani, selaku orang tua penulis dan adikku,
Zehan Fajar Septian yang telah mendoakan dan memberi semangat penulis
dalam menempuh pendidikan.
3. Teman-teman penulis yang telah membantu penulis selama penulis
menulils dan menyusun makalah ini.
4. Serta pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat menjadi manfaat bagi
penulis dan semua pihak yang membaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia musik adalah: ilmu atau seni menyusun
nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan
komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan, nada atau suara yang
disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama
yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).
Jamalus (1988, 1) berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi
dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan
struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan.
Salah satu unsur dari musik adalah harmoni. Harmoni adalah keselarasan paduan
bunyi. Secara tekknis, harmoni meliputi susunan, peranan, dan hubungan dari sebuah
paduan bunyi dengan bentuk keseluruhan. Harmoni memiliki elemen interval dan akor.
Akor adalah susunan nada yang terdiri dari tiga nada atau lebih yang apabila
dibunyikan secara bersamaan akan terdengar harmonis. Dalam penyajiannya, akor dapat
dimainkan secara bersama (serentak) ataupun bergantian (arpegio). Paduan nada
biasanya sebagai penyerta melodi. Keterpaduan nada-nada dalam akor terlihat pada
aransemen lagu dengan banyak alat musik dan aransemen lagu untuk paduan suara.
Nada-nada yang berasal dari instrumen musik atau berbagai jenis suara yang dibunyikan
bersama-sama akan membentuk suatu akor. Akor tidak hanya berperan sebagai penyerta,
tetapi juga menyatu dengan melodi. Contoh alat musik yang bisa memainkan akord
adalah gitar (akustik dan listrik), organ, electone.
Dalam bermain musik, penyanyi dan pemain alat musik harus bekerja sama dan
saling menyelaraskan nada agar musik yang dibawakan terdengar indah dan enak untuk
dinikmati. Beberapa cara untuk menyelaraskan nada antara pemain alat musik dan
penyanyi bisa dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu nada dasar yang akan
dimainkan. Selain itu juga bisa dilakukan dengan cara pemain alat musik pengiring
seperti pemain gitar menyesuaikan akor-akor yang dimainkan dengan range vocal
penyanyi. Hal ini dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan akor-akor yang
sudah ada sedemikian rupa sehingga pengiring lagu dan penyanyi dapat berjalan
beriringan.
Kebanyakan orang masih menemui kesulitan dalam menaikkan atau menurunkan
akor. Kesulitan yang ditemui dapat berupa kesulitan dalam mengingat susunan akor-akor
dan menentukan akor baru yang sesuai dengan akor asli. Kesulitan-kesulitan tersebut
dapat dipermudah dengan adanya alat peraga chord table.
1.2. Teori Permasalahan
Ada beberapa hal yang membuat beberapa orang kesulitan dalam menaikkan atau
menurunkan akor, yaitu sebagai berikut:
a. Susah dalam mengingat susunan akor
b. Kurangnya kepekaan dalam menentukan akor yang sesuai dengan nada yang
dinyanyikan
c. Masih berada dalam proses latihan bermain alat musik
Terkait masalah diatas, teori permasalahan yang dapat diambil yaitu teori belajar
kognitif. Teori belajar kognitif yang diarahkan oleh penulis diutamakan untuk
mempermudah orang lain yang menggunakan alat peraga chord table ini dalam
mengkonversi akor sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Teori belajar kognitif
menekankan pada cara cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar,
mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam
pikirannya secara efektif. Menurut Jerome S. Brunner tentang pembelajaran kognitif,
mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan
manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.
Brunner, melalui teorinya tersebut menyarankan untuk menggunakan alat peraga
dalam proses pembelajaran untuk membantu memahami dan memudahkan
siswa/pengguna alat peraga dalam menyelesaikan sesuatu.
Selain itu digunakan juga pendekatan humanistik di mana pendekatan humanistik
memandang pentingnya penekanan pendidikan di bidang kreativitas, minat terhadap seni,
dan hasrat ingin tahu.
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh pengaplikasian chord table ini adalah ketika kita ingin menaikkan atau
menurunkan akor dari sebuah lagu yang memiliki akor asli C G Am Em F C Dm G dan
akor patokan yang ingin dimainkan dari lagu tersebut dimulai dengan akor F. Jarak dari
akor C ke akor F adalah 2 ½ . Dengan menggunakan ketentuan seperti tersebut di atas
sesuai dengan jenis dari akor yang dimainkan maka akor tersebut berubah menjadi :
a. Untuk akor mayor seperti C, G, dan F digunakan chord table mayor sebagai
acuan mengonversi.
b. Untuk akor minor seperti Am, Em, dan Dm digunakan chord table minor sebagai
acuan mengonversi.
c. Dari akor C ke akor F naik sebanyak 2 ½. Artinya, inteval 2 ½ digunakan sebagai
patokan untuk akor-akor yang lain.
½ + ½ + ½ + ½ + ½ = 2½
CF
½ + ½ + ½ + ½ + ½ = 2½
GC
Em Am Am Dm F Bb
F ½ ½ ½
1 1 1
1 1
1
½ ½ ½
½ ½ ½
½ ½ ½
½ ½ ½
½ ½ ½
CF Dm Gm
GC
d. Lalu didapatkan akor konversi yang memiliki interval 2 ½ dari akor asli adalah F
C Am Dm Bb F Gm C.
2.4 Evaluasi
Selama proses penyusunan program dan pemaparan program, penulis
mendapat beberapa evaluasi dari audience dan masukan-masukan dari orang lain.
Penulis akan menyebutkan evaluasi-evaluasi yang didapatkan, yaitu :
1. Famuji Rachmat Triyanto, mahasiswa jurusan pendidikan seni drama tari dan
musik, NIM. 2501417015
Penulis pada awalnya juga ingin mencampurkan chord table mayor untuk
mencari tangga nada. Menurut Famuji, untuk tabel akor, yang demikian sudah
benar namun jika tabel akor tersebut ingin digunakan juga untuk mencari tangga
nada, mungkin bisa diberi patokan agar pembaca tidak bingung dalam
mencarinya. Bisa menggunakan warna lain atau bentuk dari tabel tersebut yang
dimodifikasi. Tidak semua tanggaa nada ditulis menggunaka tanda # (kress) atau
b (mol) saja. Contohnya tidak semua tangga nada menggunakan Bb, terdapat juga
yang ditulis menggunakan A#. Bunyi nadanya memang sama, tetapi penulisannya
berbeda tergantung dari letaknya.
2. Risa Bella Rosanti, mahasiswa jurusan matematika, NIM. 4112317011
Menurut Risa, program yang penulis buat sangat membantu dan
memudahkan seseorang yang hendak bermain musik. Kekurangan dari program
ini adalah metode ini mungkin sedikit membutuhkan waktu lama dalam
menurunkan atau menaikkan akornya karena harus diturunkan atau dinaikkan
satu-satu.
3. Fitri Cahyani, mahasiswa jurusan biologi, NIM. 4401416014
Fitri menuturkan sebaiknya dibuat juga sebuah aplikasi android yang jika
tombol akor ditekan dapat berbunyi sesuai nada yangn tertera. Untuk program
yang telah ada, sebaiknya bentuk atau ukuran tullisan diperkecil sehingga lebih
mudah untuk dibawa (praktis) serta hendaknya diberi keterangan tanda panah
naik atau turun sehingga memudahkan pembaca.
4. Meily Nur Fitriani, mahasiswa jurusan matematika, NIM. 4101417009
Untuk tabel yang telah ada, tampilannya terlalu formal sehingga sebaiknya
dibuat lebih menarik lagi dan juga sebaiknya tabel dibuat dan disertakan untuk
penggunaan tangga nada.
5. Shobri Rakhmatullah Arif Rahman, mahasiswa jurusan matematika, NIM.
4101417182
Jika dibuat dalam aplikasi mungkin lebih menarik dan mudah dipahami
serta dalam menyampaikan letak akor lebih disesuaikan dengan pandangan
audience terhadap alat peraga tersebut.
PENUTUP
.3.1 Kesimpulan
Salah satu permasalahan bagi seorang pemusik terutama pemula adalah
kesulitan dalam menaikkan atau menurunkan akor supaya selaras dengan lagu yang
dinyanyikan dan sesuai dengan keinginan. Permasalahan tersebut dapat diatasi salah
satunya dengan media alat peraga chord table. Alat peraga ini membantu untuk
memudahkan pembaca dalam menaikkan atau menurunkan akor dengan mengikuti
cara-cara penggunaannya.
.3.2 Saran
a. Alat peraga ini masih perlu diperbaiki lagi supaya dalam penggunaannya dapat
benar-benar memudahkan pembaca.
b. Sebelum menggunakan alat peraga ini sebaiknya perlu diketahui terlebih dahulu
apa itu akor dan apa saja jenis dan cara memainkannya supaya lebih mudah
memahami dalam menggunakan alat peraga ini.
c. Sebaiknya alat peraga ini dilengkapi dengan keterangan-keterangan yang mudah
untuk dipahami.
d. Dalam melaksanakan pemaparan atau penjelasan program, sebaiknya perhatikan
waktu pelaksanaan agar kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Moh, dkk. 2008. Seni Musik Klasik untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Purnomo, Wahyu dan Fasih Subagyo. 2010. Terampil Bermusik untuk SMP dan MTS.
Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional.
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2016. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES
Press.
http://samplingkuliah.blogspot.com/2017/10/teori-belajar-kognitif-jerome-s-brunner.html
http://wikipedia.com
Lampiran