Sistem Proteksi Pada Transformator
Sistem Proteksi Pada Transformator
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah sistem proteksi. Adapun
manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mempelajari lebih dalam mengenai sistem
proteksi pada transformator serta mempelajari bagaimana teknik pemasangan dan fungsinya
pada peralatan listrik.
1.3 Batasan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membatasi topik permasalahan yang akan kami bahas
yaitu, mengenai Sistem Proteksi Pada Transformator.
BAB II
TINJAUAN UMUM
Keterangan gambar :
U1 : tegangan primer
U2: tegangan sekunder
I1: arus primer
I2: arus sekunder
ep: GGL induksi pada kumparan primer
es: GGL induksi pada kumparan sekunder
Np: lilitan primer
Ns: lilitan sekunder
Φb: fluks magnet bersama
Z : beban
(ggm) bersama yang bolak-balik juga. Dengan adanya ggm ini, di sekitar kumparan
primer timbul fluks magnet bersama dan pada ujung-ujung kumparan sekunder timbul gaya
gerak listrik (ggl) induksi sekunder yang mungkin sama, lebih tinggi, atau lebih rendah dari
gaya gerak listrik primer. Hal ini tergantung pada transformasi kumparan transformator. Jika
kumparan sekunder dihubungkan kebeban, maka pada kumparan sekunder timbul arus bolak-
balik sekunder akibat adanya gaya gerak listrik induksi sekunder. Hal ini mengakibatkan
timbul gaya gerak magnet pada kumparansekunder dan akibatnya pada beban timbul
tegangan sekunder.
5. Indikator-indikator
Indikator transformator terdiri dari:
Indikator suhu minyak
Indikator permukaan minyak
Indikator suhu winding
Indikator kedudukan tap
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Proteksi
Pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi pada bagian
yang memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama proteksi adalah untuk
mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan yang telah terjadi dan
melokalisirnya, dan membatasi pengaruh-pengaruhnya, biasanya dengan mengisolir bagian-
bagian yang terganggu tanpa mengganggu bagian-bagian yang lain.
Sistem proteksi ini mendeteksi kondisi abnormal dalam suatu rangkaian listrik dengan
mengukur besaran-besaran listrik yang berbeda antara kondisi normal dengan kondisi
abnormal. Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada pemasangan suatu sistem proteksi
dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik yaitu :
a. Sensitifitas (kepekaan)
Sensitifitas adalah kepekaan rele proteksi terhadap segala macam gangguan dengan tepat
yakni gangguan yang terjadi di daerah perlindungannya. Sensitifitas suatu sistem proteksi
ditentukan oleh nilai terkecil dari besaran penggerak saat peralatan proteksi mulai beroperasi.
Nilai terkecil besaran penggerak berhubungan dengan nilai minimum arus gangguan dalam
daerah yang dilindunginya.
b. Selektifitas dan diskriminatif
Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem yang harus diisolir
apabila rele proteksi mendeteksi gangguan. Bagian yang dipisahkan dari sistem yang sehat
sebisanya adalah bagian yang terganggu saja. Diskriminatif berarti suatu sistem proteksi
harus mampu membedakan antara kondisi normal dan kondisi abnormal. Ataupun
membedakan apakah kondisi abnormal tersebut terjadi di dalam atau di luar daerah
proteksinya.
c. Kecapatan
Sistem proteksi perlu memiliki tingkat kecepatan sebagaimana ditentukan sehingga
meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia, peralatan dan stabilitas operasi.
d. Keandalan
Suatu sistem proteksi dapat dikatakan andal jika selalu berfungsi sebagaimana yang
diharapkan. Sistem proteksi disebut tidak andal bila gagal bekerja pada saat dibutuhkan dan
bekerja pada saat proteksi itu tidak seharusnya bekerja.
e. Ekonomis
Suatu perencanaan teknik yang baik tidak terlepas tentunya dari pertimbangan nilai
ekonomisnya. Suatu rele proteksi yang digunakan hendaknya ekonomis mungkin dengan
tidak mengesampingkan fungsi dan keandalannya.
BAB IV
PEMBAHASAN
Tap changer adalah alat yang terpasang pada transformator yang berfungsi untuk
mengatur tegangan keluaran (sekunder) akibat beban maupun variasi tegangan pada sistem
masukannya (input). Tap changer umumnya dipasang pada ruang terpisah dengan ruang
untuk tempat kumparan, dimaksudkan agar minyak tap changer tidak bercampur dengan
minyak tangki utama. Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila terjadi gangguan
pada sistem tap changer, digunakan pengaman yang biasa disebut rele jansen (buchholtnya
tap changer). Rele jansen dipasang antara tangki tap changer dengan konservator minyak tap
changer.
Prinsip kerja rele jansen, yaitu :
1) Rele buchholz tap changer (jansen) untuk mengamankan ruangan beserta isinya dari
diverter switch.
2) Rele jansen akan bekerja apabila ada desakan tekanan yang terjadi akibat flash over antar
bagian bertegangan atau bagian bertegangan dengan body atau ada desakan aliran minyak
karena gangguan eksternal.
3) Prinsipnya ada aliran minyak yang deras, ada tekanan minyak sehingga ada minyak
mengalir ke konservator, goncangan minyak yang cukup besar, dan semua itu menyebabkan
katup akan berayun dan megerjakan kontak triping, akhirnya melepas gangguan.
Relai tekanan lebih berfungsi hampir sama seperti relai buchollz yaitu mengamankan
transformator dari gangguan internal. Bedanya relai ini hanya bekerja apabila terjadi
kenaikan tekanan gas tiba-tiba yang disebabkan oleh hubung singkat.
Tipe Membran
Plat tipis yag didesain sedemikian rupa yang akan pecah bila menerima tekanan melebihi
disainnya. Membran ini hanya sekali pakai sehingga bila pecah harus diganti baru.
Pressure Relief Valve
Suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang didesain sedemikian rupa sehingga apabila
terjadi tekanan didalam transformator melebihi tekanan pegas maka akan membuka dan
membuang tekanan keluar bersama-sama sebagian minyak. Katup akan menutup kembali
apabila tekanan didalam transformator turun atau lebih kecil dari tekanan pegas.
2. Relai HV/LV Oil temperature bekerja apabila suhu minyak trafo melebihi setting dari pada
relai HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan
suhu udara luar trafo. Urutan kerja relai suhu minyak/ oil ini dibagi 2 tahap:
Mengerjakan alarm (oil temperatur alarm)
Mengerjakan perintah trip ke PMT (oil temperature trip)
Gambar 4. 6 Relai Tangki Tanah
Relai 51G yang terpasang, mendeteksi arus gangguan dari tangki trafo ketanah, kalu terjadi
kebocoran isolasi dari belitan trafo ke tangki, arus yang mengalir ketanah akan dideteksi relai
arus lebih melalui CT. Relai akan mentripkan PMT di kedua sisi (TT dan TM). Jadi arus
gangguan kembali kesistem melalui pembumian trafo.
7. Restricted Earth Fault (REF)
Relai gangguan tanah terbatas atau Restricted Earth Fault (REF) untuk mengamankan
transformator bila ada gangguan satu fasa ketanah didekat titik netral transformator yang
tidak dirasakan oleh rele diferensial.
Gambar 4.7 Restricted Earth Fault (REF)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi pada bagian yang memungkinkan akan
terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama proteksi adalah untuk mencegah terjadinya
gangguan atau memadamkan gangguan yang telah terjadi dan melokalisirnya, dan membatasi
pengaruh-pengaruhnya, biasanya dengan mengisolir bagian-bagian yang terganggu tanpa
mengganggu bagian-bagian yang lain.
Relay proteksi yang baik adalah relay yang telah memenuhi beberapa syarat relay
proteksi, adapun syarat itu diantaranya adalah, sesnsitif, selektif, handal, cepat, lebih
ekonomis, sederhana.
Adapaun jenis-jenis dari relay proteksi ini diantaranya:
1. Relai Buchollz
2. Relai Jansen
3. Relai Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay)
4. Relay HV/ LV Winding Temperature
5. Relai Arus Lebih (Over Current Relay)
6. Relai Tangki Tanah
7. Restricted Earth Fault (REF)
8. Relai Diferensial (Differential Relay)
Prinsip kerja rele proteksi yang digunakan adalah jika rele tersebut mendeteksi
gangguan baik berupa gas, suhu, tekanan, dan arus gangguan hubung singkat, terlebih dahulu
diawali dengan bunyi alarm atau lampu indikator menyala sebelum rele tersebut bekerja,
kemudian memerintahkan PMT untuk trip.
5.2 Saran
Makalah ini merupakan salah satu dari sekian banyak bahan bacaan mengenai relay
proteksi ini, untuk itu penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat membaca atau
menambah pengetahuan mengenai relay proteksi ini dengan membaca refernsi lain mengenai
relay proteksi ini, baik di buku cetak maupun secara online di internet.
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno. (2000). Sistem Proteksi Tenaga Listrik. Bandung: Institut Teknologi Bandung Press.
Djiteng Marsudi.,“ Operasi Sistem Tenaga Listrik “ Badan Penerbit dan Humas ISTN, Jakarta,1990.