Anda di halaman 1dari 10

REFLEKSI KASUS

Identitas Pasien

Nama : TN. T

Umur : 60 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : Palu barat

Agama : Islam

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Pendidikan terakhir : SMA

Tanggal Pemeriksaan : 26 nov 2018

Tempat Pemeriksaan : RS UNDATA

I. Deskripsi Kasus
Seorang laki-laki usia 60 tahan datang ke poli jiwa sudah tanpa keluhan,
Awalnya pasein mengeluhkan cemas , selalu merasa gampang sedih dan
pasen juga sebelumnya ada susah tidur pada waktu itupasien sampai 1
minggu sulit untuk tidur.
Pasien juga mudah lelah dan sulit untuk mengerjakan pekejaan seperti
biasanya tidak bersemangat, biasa pasien mengalami sakit badan .

Emosi yang Terlibat

Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien dengan terbuka dan
kooperatif dapat menjelaskan masalahnya sehingga informasi yang
dibutuhkan terkait untuk mendiagnosis gangguan dapat dikumpulkan.
1. Apa latar belakang pasien depresi ?
2. Apa latar belakang pasien depresi kemudian menjadi manik?
3. Bagimana peran neurotransmiter pada depresi dan manik?
4. Apa DD dari disgnosis

1
II. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Pasien sangat koopertif untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
dprpenanya
b. Pengalaman Buruk
Tidak ada pengalman yang buruk pada saat pemeriksaan.

III. Diagnosis Multiaksial


 Aksis I :
 Berdasarkan alloanamnesa dan autoanamnesa didapatkan adanya
gejala klinis yang bermakna berupa gejala pada episodik
manik dan depresi. maka dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami sebuah Gangguan Afektif Bipolar,
Episodik Manik Non psikotik
 Aksis II
ciri kepribadian tertunda.
 Aksis III
Hipertensi .

 Aksis IV
Primer support group.

 Aksis V
GAF scale 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disability
ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll).

Disgnosis : ganggua afektif bipolar,Episode manik non


psikotik
Diagnosis Banding : Gangguan cemas , depresi ringan dan berat
& skizoafektif

2
IV. Analisis

Seorang laki-laki usia 60 tahan datang ke poli jiwa sudah tanpa keluhan,
Awalnya pasein mengeluhkan cemas,cemas yang di alami sudah berulang-
ulang di rasakan, keluhan ini di rasakan sudah sjak lama, pasien juga
sebelumnya pernah berobat ke sampai ke makassar namun belum ada
perubahan, pasien juga sering meraskan jika dia mudah sedih dan gelisah.

pasen juga sebelumnya ada susah tidur pada waktu itu pasien sampai 1
minggu sulit untuk tidur dan pada saat susah untuk tidur pasien mencoba
untuk pergi ke keluarganya untuk menceritakan hal tersebut ,akhirnya pasien
di bawa untuk berobat ke dukun namun nyantanya pasien masi tetap saja
susah untuk tidur.
Pasien juga mengatakan bahwa dia tidak memiliki anak dan mengatakan
tidak enak jika tidak memiliki anak,namun sekarang pasien suda
menggangkat 2 orang untuk di jadikan anak pasien ,sehingga sekarang p.asien
yang membiyai kedua orang anak tersebut
Pasien juga mudah lelah sampai-sampai pasien sulit untuk mengerjakan
pekejaan seperti biasanya , pasien dulunya bekerja di untad namun untuk
sekarang pasien bisa bekerja sebagai ojek
biasa pasien mengalami sakit-sakit badan dan selalu kurang bersemangat,
nafsu makan menurun .
namun pada pasien ini tidak di dapatkan ada halusinasi auditorik maupun
halusninasi visual.

Pada pemeriksaan status mental, Tampak seorang laki-laki


bememakai baju berwarna putih dan celan krem . Postur tinggi badan
pasien sekitar 160 cm, tampakan wajah pasien sesuai dengan umurnya.
Perawakan biasa. Perawatan diri baik. Perilaku dan aktivitas psikomotor
pasien tenang, tidak melakukan gerakan aneh, pembicaraan cerewet, spontan

3
dan gaya bicara cepat. Mood agak euforia , afek luas, empati tidak dapat
dirabarasakan. Gangguan proses berfikir didapatkan produktivitas cukup;
kontinuitas: relevan.
Berdasarkan deskripsi kasus diatas, kasus ini merupakan pasien dengan
Gangguan Afektif Bipolar.
a. Gangguan bipolar I.
Ditandai oleh satu atau lebih episode manik atau campuran yang
biasanya disertai oleh episode-episode depresi mayor
b. Gangguan bipolar II
Gambaran utama ditandai oleh terjadinya satu atau lebih episode
depresi mayor yang disertai oleh paling sedikit satu episode hipomanik
.Dengan Episode manik
a. Deskripsiumum
 Pasien yang sedangdalam episode manikakanbanyakbicara,
hiperaktif, dan tereksitasi. Pada waktu tertentu mereka jelas
sekali menunjukkan gejala psikotik dan terdisorganisasi,
sampai mereka memerlukan pengikatan fisik dan
penyuntikan intramuscular obatsedatif agar mereka dapat
tenang dan terkontrol.
b. Mood, afek dan perasaan 
 Pasien yang sedang dalam episode manikb iasanya euphoria
dan lekas marah. Secara emosional mereka sangatlah labil,
mereka bias sangat gampang berubah daritertawa menjadi
marah dan bias menjadi depresi dalam waktu yang singkat.
c. Pembicaraan
 Pasien dalam episode manic sangatlah susah untuk
dipotong saat mereka sedang berbicara dan sering kali
menjadi pengganggu orang-orang disekitarnya. Apabil
amereka sedang dalam keadaan aktifitas yang meningkat,
maka mereka akan berbicara penuh kelucuan, dan
banyaknya hal- hal yang tidak relefan. Dan apabila aktifitas

4
lebih meningkat lagi maka kemampuan konsentrasi mereka
mulai hilang sehingga akan muncul gagasan yang
meloncat-loncat.
d. Gangguanpersepsi
 Waham ditemukan 75% dari semua pasien manik.
e. Pikiran
 Isi pikirannya hanyalah kepercayaan dan kebesaran diri,
pasien dengan episode manic sering sekali perhatiannya
mudah dialihkan. Sedangkan fungsi kognitifnya tidak dapat
dikendalikan, olehs ebab ide mereka begitu cepat dan tidak
terkendali.
f. Sensorium dan kognisi
 Pada pasien dengan episode manic mereka masih bias
orientasi dengan baik dan daya ingat mereka juga cukup
baik, meskipun pada beberapa pasien yang sangat euforik,
merek asering kali menjawab secara tidak tepat (mania
delirium).
g. Pengendalian impuls
 Pasien dengan episode manik rata-rata senang menyerang
dan senang mengancam.
a. Pertimbangan dan Tilikan
 Tanda dari pasien manic adalah gangguan pertimbangan,
dan mereka senang melanggar peraturan.

b. Reliabilitas

 Oleh karena berbohong dan menipu lazim pada mania.


Pasien manic sudah sangat dikenal tidak dapat dipercaya
informasinya.

5
Faktor psikodinamik depresi yang di jelaskan sigmun freud di
kembangkan karld abraham di kenal sebgai pandagan klasik mengenai
depresi . teori ini meliputi 4 poin penting (1) gangguan hubungan ibu –
bayi selama fase oral (10 -18 bulan pertama kehidupan) menjadi
predisposisi kerentanan selanjutnya terhadap depresi (2)depresi dapat
terkait dengan kehilangan objek yang nyata atau khayalan (3) introyeksi
objek yang meninggal adalah menkanisme pertahanan yang di lakukan
untuk menghadapi penderita akibat kehilangan objek dan (4) kehilangan
objek di anggap sebagai campuran cinta dan benci sehingga rasa marah di
alihkan ke dalam diri sendiri. Sebagaimana dalam kasus, pasien
merupakan orang yang dekat dengan kelurga tinggal dan hidup dengan
keluarga ,segala sesuatu ada campur tanggan kelurga pasien diamana pada
saat ingi menikah pasien juga di pilihkan pasangan hidpunya namun stelah
menikah pasien di haruskan untuk pindah dan mentap di palu menjadi
seorang pns di sinilah pasien meraskan depresi. Kemudian ini juga di
kaitkan dengan perubahan pasien yang dlunya depresi kemudia menjadi
manik Karl Abraham meyakini bahwa episode manik dapat mencerminkan
ketidak mampuan menoleransi suatu tragedi perkembagan , misalnya
kehilangan orang tua . kedaaan manik juga terjadi akibat superego yang
bersifat tirani yang menghasilkan krtik diri yang tidak dapat di toleransi
yang kemudian di gantikan kepuasan diri yang bersifat euforia.

Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemungkinan


menderita suatu gangguan mood menurun saat derajat hubungan
kekeluargaan melebar. Sebagai contoh, sanak saudara derajat kedua
(sepupu) lebih kecil kemungkinannya dari pada sanak saudara derajat
pertama. Penurunan gangguan bipolar juga ditunjukkan oleh fakta bahwa
kira-kira 50 persen pasien Gangguan bipolar memiliki sekurangnya satu
orangtua dengan suatu Gangguan mood, paling sering Gangguan depresif
berat. Jika satu orangtua menderita gangguan bipolar, terdapat
kemungkinan 25 persen bahwa anaknya menderita suatu Gangguan mood.

6
Jika kedua orangtua menderita Gangguan bipolar, terdapat kemungkinan
50-75 persen anaknya menderita Gangguan mood.

Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara Gangguan


bipolar dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki
lokus mana dari kromosom tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa
diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer,
18q22-q23, dan 21q22. Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata
penderita sindrom Down (trisomi 21) beresiko rendah menderita
Gangguan bipolar.

Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan


gejala bipolar, peneliti mulai menduga adanya hubungan neurotransmitter
dengan Gangguan bipolar. Neurotransmitter tersebut adalah dopamine,
serotonin, noradrenalin. Gen-gen yang berhubungan dengan
neurotransmitter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode
monoamine oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase, cathecol-
ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter (5HTT). Penelitian
terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan penyakit ini yaitu
gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF
adalah neurotropin yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps,
neurogenesis, dan perlindungan neuron otak. BDNF diduga ikut terlibat
dalam mood. Gen yang mengatur BDNF terletak pada kromosom 11p13.
Terdapat tiga penelitian yang mencari tahu hubungan antara BDNF
dengan Gangguan bipolar dan hasilnya positif.

Pada pasien ini juga bisa diberikan Anti-mania, seperti lithium


karbonat. Dimana obat ini merupakan lini pertama untuk meredakan
sindrom mania akut atau profilaksis terhadap sindroma mania yang
kambuhan pada gangguan afektif bipolar. Efek anti mania lithium
karbonat disebabkan kemampuannya mengurangi “dopamine receptor
supersensitivity”, dengan meningkatnya “cholinergik-muscarinik

7
acticvity”, dan menghambat “cyclic AMP (adenosine monophosphate)
dan phospoinositides.

Pengobatan psikososial. Pasien dapat terbantu dengan terapi keluarga, latihan


keterampilan sosial, dan rehabilitasi kognitif. Oleh karena bidang psikiatri sulit
menentukan diagnosis dan prognosis gangguan skizoafektif yang sebenarnya,
ketidakpastian tersebut harus dijelaskan kepada pasien. Kisaran gejala mungkin
luas, karena pasien mengalami gejala psikotik dan variasi kondisi mood yang
terus berlangsung. Anggota keluarga dapat mengalami kesulitan dalam
menghadapi perubahan sifat dan kebutuhan pasien tersebut. Perlu diberikan
regimen obat yang mungkin lebih rumit, dengan banyak obat, dan pendidikan
psikofarmakologis.

V. KESIMPULAN
- Diagnosis gangguan afektif bipolar jika didapatkan gejala episodik manik
dan episodik depresi sekurang-kurangnya 2 episode.
- Pengobatan psikososial. Pasien dapat terbantu dengan terapi keluarga,
latihan keterampilan sosial, dan rehabilitasi kognitif.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R, 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas


dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,
Jakarta.
2. Maslim R, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya, Jakarta.
3. Elvira S, Hadisukanto G, 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
4. Gunawan S, Setiabudy R, Nafrialdi, 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi
5. Departemen Farmakologi dan Terapetik. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
6. Sadock B.J. & Sadock V.A., 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi 2.
EGC, Jakarta.

9
10

Anda mungkin juga menyukai