Anda di halaman 1dari 3

Nama : Tati Elfrida Samosir

NIM : 1951170
Mata Kuliah : TEKSED
Prodi : Farmasi 1-A
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Koko Prananda Taringan,S.Farm, Apt

Soal:
1.Apa yang menjadi dasar perbedaan evaluasi tablet berdasarkan persyaratan Farmakope dengan
persyaratan lain?
Jawab:
Persyaratan Menurut Farmakope Indonesia:
○ Uji Visual,
○ Uji Keseragaman Bobot,
○ Uji Keseragaman Ukuran,
○ Uji Kerapuhan,
○ Uji Waktu Hancur,dan
○ Uji Disolusi.
Persyaratan Lain Yakni:
● Uji Kekerasan,dan
● Friabilitas.

2.Pada Uji Keseragaman Sediaan dilakukan pada tablet yang bahan aktifnya 48 mg, diperoleh
Nilai Keseragaman dosisnya 114% dengan Simpangan Baku 6,0% maka jumlah tablet yang
diujikan adalah sebanyak?
Jawab:
Persyaratan : kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan
keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet seperti yang
ditetapkan dari cara keragaman bobot atau dlm keseragaman kandungan terletak antara 85,0%
hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama
dengan 6,0%
Jika 1 tablet < 85,0% dan > 115% tetapi tak ada yg < 75,0% & > 125,0% simpangan baku
relatif > 6,0% maka dilakukan uji 20 tablet.

3. Pada Uji Waktu Hancur Tablet, bila diperoleh data yaitu terdapat 1 buah tablet yang tidak
hancur pada pengujiaan, maka berapa kali percobaan dilakukan dan berapa jumlah tablet yang
dikerjakan?
Jawab:Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur ulangi pengujian dengan 12 tablet. Tidak kurang 16
tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.

4. Pada perbedaan Uji Waktu Hancur Tablet sediaan biasa dengan Tablet Salut Non-Enterik?
Jawab: Perbedaannya terletak pada waktu absorbsi obat. Persyaratan waktu hancur untuk tablet
tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut non enterik kurang
dari 30 menit. Sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit
dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa.

5. Berikan penjelasan tentang perbedaan metode keranjang dan metode dayung pada uji disolusi
tablet!
Jawab:
● Metode Keranjang
disebut sebagai Alat Keranjang karena merupakan yang pertama kali diadopsi sebagai alat resmi
pada tahun 1970. Tangkai dan keranjang terbuat dari baja tahan karat tipe 316, atau bahan inert
lain, sesuai spesifikasi . Keranjang dapat disalut emas dengan ketebalan 2,5 µm (0,0001 inci).
Penyalutan ini ditujukan untuk mencegah korosi akibat media asam. PTFE juga dapat digunakan
sebagai bahan penyalut.
Keranjang resmi menggunakan kawat anyaman 40-mesh. Artinya, terdapat 40 lubang per inci
linear. Dengan menggunakan kawat berdiameter 0,010 inci, ukuran lubang adalah 0,381 mm2.
Di luar itu, terdapat ukuran dari rentang 10-mesh hingga 150-mesh. Keranjang 10-mesh
digunakan untuk pengujian disolusi Simvastatin dalam Niacin dan Simvastatin Tablet Lepas
Lambat. Keranjang 20-mesh dapat ditemukan penggunaannya untuk Sirolimus Tablet,
Quetiapine Fumarate Tablet Lepas Lambat, serta Dapaglifozin Propanediol dan Metformin HCl
Tablet Lepas Lambat. Ukuran yang lebih rapat, 100-mesh, digunakan untuk Dexlansoprazole
Tablet Lepas Tunda dan Montelukast Granul.Diameter dalam keranjang resmi 20,2 ± 1,0 mm.
Diameter yang lebih lebar, yakni 24,5 mm, digunakan untuk uji disolusi Dabigatran Etexilate
Mesylate Kapsul 150 mg.
Tangkai pemegang keranjang resmi menggunakan tiga klip untuk mengikat keranjang. Tipe
yang lain, bukan termasuk yang resmi, adalah tanpa klip pengikat. Keranjang dipasang pada
tangkai menggunakan cincin-O. Penelitian perbandingan antara kedua pengikat dilakukan
menggunakan lima macam tablet, yakni dua tablet kalibrator (asam salisilat, prednison) dan tiga
tablet pengembangan. Hanya tablet kalibrator prednison yang menunjukkan perbedaan signifikan
antara kedua desain. Keranjang dengan klip menunjukkan laju disolusi yang lebih tinggi. Hal ini
disebabkan tonjolan klip mengganggu aliran cairan dalam bejana (Gray.2001).
Uji disolusi supositoria dapat menggunakan keranjang khusus yang disebut keranjang Palmieri.
Keranjang tipe ini digunakan untuk uji disolusi Prochlorperazin Supositoria Rektal dan
Terconazole Supositoria Vaginal.
● Metode Dayung

Alat kedua untuk uji disolusi adalah Alat Dayung. Spesifikasi dayung yang mulai diadopsi pada
1978 ini dapat dibaca dalam.Jarak antara sisi bawah bilah dayung dan dasar bejana
dipersyaratkan 25 ± 2 mm. Namun, monografi beberapa produk dalam USP ada yang
menggunakan jarak 45 ± 5 mm. Produk yang menggunakan jarak lebih lebar ini dalam USP 41
antara lain Alfuzosin HCl Tablet Lepas Lambat, Doxycycline Hyclate Tablet dan Kapsul,
Ergoloid Mesylate Tablet, serta Tetracycline HCl Tablet dan Kapsul. Alasan penggunaan jarak
lebih lebar ini adalah untuk mendapatkan cukup ruang bagi penempatan unit sediaan di bawah
dayung (Brown dan Marques, 2018)

Anda mungkin juga menyukai