MANAJEMEN OPERASIONAL
Risky Kurniawan
(P100190038)
2 xOxD
Q* =
√ C
C Q ¿ OD
T* = + ¿
2 Q
Keterangan:
T* : Total biaya tahunan yang minimum
c. Menghitung jumlah pengiriman yang optimal setiap kali
pesan (Saputra, 2014).
Q¿
Na = ( )
2 xq
2
Keterangan:
na : Jumlah optimal pengiriman dengan tingkat rata-rata
persediaan yang ditargetkan
a : Rata-rata target spesifik perbedaan dalam unit
Qn = √ na x Q ¿
Keterangan:
Qn : Kuantitas pesanan JIT dalam unit
Qn
q=
na
D
n=
Qn
Keterangan:
n : Jumlah pengiriman optimal selama satu tahun
1
Tjit= (T ¿ )
√n
Keterangan:
Tjit :Total biaya tahunan yang minimum untuk sistem
JIT
Tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan pemborosan
melalui perbaikan terus menerus. Pemborosan yang dimaksud
adalah segala sesuatu mulai dari material sampai dengan sumber
daya manusia yang tidak memberikan nilai tambah pada proses
produksi. Pada dasarnya, JIT mempunyai beberapa tujuan dasar,
antara lain: mengoptimalkan setiap langkah dalam proses
manufakturing, menghasilkan produk sesuai keinginan pelanggan
dengan kualitas yang diharapkan pelanggan, meminimalkan bahkan
menurunkan ongkos manufaktur secara bertahap, menghasilkan
produk berdasarkan permintaan pasar atau pelanggan,
mengembangkan fleksibilitas manufacturing, mempertahankan
kerjasama kepada pemasok dengan komitmen tinggi. Menurut
Hansen & Mowen (2005:478) JIT memiliki dua tujuan strategis,
yaitu untuk meningkatkan laba dan untuk memperbaiki posisi
bersaing perusahaan.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan JIT, maka pada
paparan berikut juga dijelaskan ciri khusus sistem JIT. Hal ini
sebagai identifikasi pembeda antara sistem JIT dengan sistem
manajemen lainnya.
a. Pemindahan material dengan pull system, yaitu permintaan
aktual pelanggan.
b. Kualitas produksi baik.
c. Jumlah pemesanan rendah.
d. Beban kerja menjadi berimbang
e. Mempunyai standarisasi komponen dan metode kerja
f. Terdapat jalinan kedekatan dengan para supplier
g. Sumber daya manusia yang fleksibel
h. Memfokuskan produksi pada produk
i. Pemeliharaan dilakukan secara terkontrol
j. Digunakan automatisasi produk
Secara spesifik, penjelasan sistem JIT di atas, dapat
dilaksanakan apabila dilakukan pengendalian pelaksanaan produksi
pada semua level pekerjaan secara langsung atau hands-on
management style. Dengan demikian, pada pelayanannya dapat
diukur melalui peningkatan atau penurunan jumlah kanban antar
stasiun kerja (WIP). Dengan memanfaatkan semua tolls yang ada,
serta menerapkan prinsip-prinsip lean secara konsisten di seluruh
mata rantai pasokan, maka pengoptimalan efektifitas dapat dicapai
melalui improvement, efisiensi, dan kontinyuitas.
Manfaat yang didapatkan ketika menerapkan JIT, yaitu
dalam pewaktuan seperti kegiatan-kegiatan set-up di dalam gudang
dapat dikurangi. Pentingnya mengatur dan mengurangi waktu
secara signifikan dalam aktivitas di gudang dapat membuka peluang
perusahaan untuk mengalihkannya dengan lebih banyak
memanfaatkan waktu secara efisien dan berfokus pada daerah-
daerah lain. Hal ini akan membuat aliran barang dari gudang ke
produksi menjadi meningkat. Sementara itu dalam hal SDM,
terapan JIT ini dapat membuat beberapa pekerja dapat diarahkan ke
daerah pekerjaan untuk bekerja secara tepat dan terencana pada
area-area vital tertentu, sehingga memungkinkan proses kerja lebih
cepat serta mengurangi beban pekerjaan mereka. Menempatkan
pekerja yang mempunyai skill tertentu dapat digunakan secara lebih
efisien untuk bidang keahlian tertentu pula. Hal ini memungkinkan
perusahaan untuk menggunakan pekerja tersebut dipekerjakan
dalam situasi krusial dan menyesuaikan kebutuhannya. Kemudian
dalam hal jam kerja karyawan serta penjadwalan produk akan lebih
konsisten. Dampak positif yang didapatkan adalah mengurangi
pemborosan uang perusahaan. Karena jika membayar pekerja,
sementara pekerjaan tidak selesai, namun hasil yang dicapai tidak
maksimal, justru malah terjadi pemborosan. Oleh karena itu, untuk
memanfaatkan tenaga pekerja yang ada, mereka dapat dialihkan
pada pekerjaan lain di sekitar gudang di luar jam normal. Manfaat
lain yang didapatkan ketika menerapkan JIT adalah adanya
meningkatnya hubungan perusahaan dengan para supliyer. Hal ini
dapat terjadi ketika perusahaan melakukan mobilitas dengan secara
kontinyu membangun komunikasi dengan para supliyer. Di lain itu,
mobilitas ini juga dapat membangun etos kerja, agar para karyawan
semakin bekerja keras demi mencapai pemenuhan target
perusahaan. Misalnya melakukan promosi, survey tentang
kepuasan, maupun mengontrol sirkulasi persediaan.
KESIMPULAN