Mini Project Covid 19
Mini Project Covid 19
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
karunia-Nya, “Coronavirus Disease (COVID-19)”. Seperti kita ketahui
pada awal tahun 2020, COVID-19 menjadi masalah Kesehatan dunia.
Kasus ini diawali dengan informasi dari Badan Kesehatan
Dunia/World Health Organization (WHO) pada tanggal 31 Desember
2019 yang menyebutkan adanya kasus kluster pneumonia dengan etiologi
yang tidak jelas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kasus ini terus
berkembang hingga adanya laporan kematian dan terjadi importasi di luar
China. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19
sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)/
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD).
Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi menetapkan penyakit novel
coronavirus pada manusia ini dengan sebutan Coronavirus Disease
(COVID-19). Pada tanggal 2 Maret 2020 Indonesia telah melaporkan 2
kasus konfirmasi COVID-19. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah
menetapkan COVID-19 sebagai pandemi.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………. ii
BAB I. LATAR BELAKANG ………………………… 1
BAB II. PEMBAHASAN ……………………………… 3
2.1. Definisi ………………………………..……… 3
2.2. Etiologi …………………………………..…… 4
2.3. Epidemologi …………………………………. 6
2.4. Patogenesis dan Patologi ……………………. 6
2.5. Diagnosis …………………………………… 16
2.6. Tatalaksana …………………………………. 25
2.7. Pencegahan ………………………………….. 34
2.8. Komplikasi ………………………………….. 35
2.9. Prognosis ……………………………………. 37
2.10. Manajemen Covid di Peskesmas …………… 38
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN………………. 41
DAFTAR PUSTAKA …………………………………… 42
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang
diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona
adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan
bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan
MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan
COVID-19 ini masih belum diketahui.
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-
6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada 31 Desember 2019, WHO
China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020,
Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut
sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30
Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Yang Meresahkan Dunia Public Health Emergency of International Concern
(KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup
cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara.
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke
manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang yang
paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien
COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19. Rekomendasi standar
untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur
menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan etika batuk dan bersin,
1
menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta
menghindari kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit
pernapasan seperti batuk dan bersin.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kasus
Pneumonia Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah peradangan
pada parenkim paru yang disebabkan oleh Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2).1
a. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)2
1) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam
(≥38oC) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit
pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia
ringan hingga berat# DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran
klinis yang meyakinkan DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan
transmisi lokal*.
2) Orang dengan demam (≥380C) atau riwayat demam atau ISPA DAN pada
14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi COVID-19.
3) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat** yang membutuhkan perawatan
di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan.
b. Orang Dalam Pemantauan (ODP)2
1) Orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam; atau gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN tidak
ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan DAN pada
14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal
di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal*.
2) Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti
pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.
3
c. Orang Tanpa Gejala (OTG)2
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang
konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG) merupakan kontak erat
dengan kasus konfirmasi COVID-19.
d. Kasus Konfirmasi 2
Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif melalui
pemeriksaan PCR.
4
betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus. 1
Karakteristik
5
ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak
efektif dalam menonaktifkan virus.1
2.3 Epidemiologi
Total kasus konfirmasi COVID-19 global per tanggal 7 Mei 2020 adalah
3.672.238 kasus dengan 254.045 kematian (CFR 6,9%) di 214 Negara Terjangkit.
Saat ini data terus berubah seiring dengan waktu.3
Indonesia Jumlah orang yang diperiksa : 96.717
Positif COVID-19 : 12.776
Sembuh (Positif COVID-19) : 2.381
Meninggal (Positif COVID-19) : 930 (CFR 7,2%)
Negatif COVID-19 : 83.941
6
ketujuh adalah Coronavirus tipe baru yang menjadi penyebab kejadian luar biasa
di Wuhan, yakni Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV). Isolat 229E dan OC43
ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu. NL63 dan HKU1 diidentifikasi mengikuti
kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan dengan penyakit akut laringotrakeitis
(croup). 1-6
7
Patogenesis yang dipostulatkan dari infeksi SARS-CoV-2 adalah digrafikan pada
Gambar 1. 3
8
lebih parah. Infeksi Coronavirus menimbulkan sistem kekebalan tubuh yang
lemah terhadap virus ini lagi sehingga dapat terjadi re-infeksi. 1-6
Gejala yang muncul dari SARS yaitu demam, batuk, nyeri kepala, nyeri
otot, dan gejala infeksi saluran napas lain. Kebanyakan pasien sembuh sendiri,
dengan tingkat kematian sekitar 10-14% terutama pasien dengan usia lebih dari 40
tahun dengan penyakit penyerta seperti penyakit jantung, asma, penyakit paru
kronik dan diabetes. Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-
nya.Virus tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus
setelah menemukan sel host sesuai tropismenya.1-6
Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein
S yang ada dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam menginfeksi
spesies host-nya serta penentu tropisnya. Pada studi SARS-CoV protein S
berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensinconverting
enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan
nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus,
sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel
enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah
berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom
virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA
melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya
adalah perakitan dan rilis virus. 1-6
9
Gambar 5. Siklus hidup Coronavirus (SARS)
10
sama.1-6
11
mengenali ACE 2 dari beragam spesies hewan yang menggunakan spesies hewan
ini sebagai inang perantara. 1-6
B.Badai sitokin
Hilangnya fungsi ACE2 paru telah diusulkan terkait dengan cedera paru
akut karena downregulation ACE2 dan shedding dapat menyebabkan disfungsi
system renin-angiotensin (RAS), dan semakin meningkatkan peradangan dan
menyebabkan permeabilitas pembuluh darah. Untuk SARS-CoV, satu masalah
membingungkan adalah bahwa hanya beberapa pasien, khususnya mereka yang
12
memproduksi antibodi penawar lebih awal, mengalami peradangan persisten,
ARDS, dan bahkan kematian mendadak, sementara sebagian besar pasien selamat
dari respon inflamasi dan membersihkan virus. 1-6
Ada 3 tahapan yang diusulkan dalam infeksi covid 19 hingga kepada terjadinya
manifestasi klinis :
13
klinis berikutnya. Mungkin penyebar super (super spreaders) dapat dideteksi oleh
penelitian ini. Agar nomor siklus RT-PCR bermanfaat, prosedur pengumpulan
sampel harus distandarisasi. Swab hidung mungkin lebih sensitif daripada swab
tenggorokan. 2
Tahap 2: Jalan napas atas dan respons jalan napas (beberapa hari ke depan)
Untuk sekitar 80% dari pasien yang terinfeksi, penyakit ini akan ringan dan
sebagian besar terbatas pada bagian atas saluran napas dan saluran udara. Orang-
orang ini dapat dipantau di rumah dengan terapi simtomatik konservatif. 2
14
Gambar 7. Gangguan Respirasi dan sistemik yang diakibatkan oleh infeksi
Covid 19
15
Hasil patologis dari SARS dan COVID-19 adalah kerusakan alveolar difus
dengan membran hialin kaya fibrin dan beberapa sel raksasa berinti banyak.
Penyembuhan luka yang menyimpang dapat menyebabkan jaringan parut dan
fibrosis yang lebih parah daripada bentuk ARDS lainnya. Pemulihan akan
membutuhkan respons imun bawaan dan didapat yang kuat dan regenerasi
epitel. individu Tua secara khusus berisiko karena berkurangnya respons imun
mereka dan berkurangnya kemampuan memperbaiki epitel yang rusak. Lansia
juga mengalami penurunan pembersihan mukosiliar, dan ini memungkinkan
virus menyebar ke unit pertukaran gas paru-paru lebih mudah. 2
2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
Sindrom gejala klinis yang muncul beragam, dari mulai tidak berkomplikasi
(ringan) sampai syok septik (berat). Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan
yaitu, tiga gejala utama: demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit
bernapas atau sesak. Tapi perlu dicatat bahwa demam dapat tidak didapatkan pada
beberapa keadaan, terutama pada usia geriatri atau pada mereka dengan
imunokompromis. Gejala tambahan lainnya yaitu nyeri kepala, nyeri otot, lemas,
diare dan batuk darah. Pada beberapa kondisi dapat terjadi tanda dan gejala infeksi
saluran napas akut berat (Severe Acute Respiratory Infection-SARI). Definisi
SARI yaitu infeksi saluran napas akut dengan riwayat demam (suhu≥ 38 C) dan
batuk dengan onset dalam 10 hari terakhir serta perlu perawatan di rumah sakit.
Tidak adanya demam tidak mengeksklusikan infeksi virus.1
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau beratnya
manifestasi klinis.
- Tingkat kesadaran: kompos mentis atau penurunan kesadaran
- Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat, tekanan
darah normal atau menurun, suhu tubuh meningkat.
- Saturasi oksigen dapat normal atau turun.
- Dapat disertai retraksi otot pernapasan
16
- Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris statis dan
dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah konsolidasi, suara napas
bronkovesikuler atau bronkial dan ronki kasar1
Manifestasi klinis yang berhubungan dengan infeksi COVID-19:2
- Uncomplicated illness
Pasien dengan gejala non-spesifik seperti demam, batuk, nyeri
tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot. Perlu
waspada pada usia lanjut dan imunocompromised karena gejala dan tanda
tidak khas.
- Pneumonia ringan
Pasien dengan pneumonia dan tidak ada tanda pneumonia berat. Anak
dengan pneumonia ringan mengalami batuk atau kesulitan bernapas +
napas cepat: frekuensi napas: <2 bulan, ≥60x/menit; 2–11 bulan,
≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit dan tidak ada tanda pneumonia berat.
- Pneumonia berat / ISPA berat
Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam pengawasan
infeksi saluran napas, ditambah satu dari: frekuensi napas >30 x/menit,
distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO2) <90% pada udara
kamar.
Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya
satu dari berikut ini:
• sianosis sentral atau SpO2 <90%;
• distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding dada yang
berat);
• tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi
atau penurunan kesadaran, atau kejang.
Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea :<2 bulan,
≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit;>5 tahun,
≥30x/menit.
Diagnosis ini berdasarkan klinis; pencitraan dada yang dapat
menyingkirkan komplikasi.
17
- Acute Respiratory Distres Syndrom (ARDS)
Onset: baru terjadi atau perburukan dalam waktu satu minggu.
Pencitraan dada (CT scan toraks, atau ultrasonografi paru): opasitas
bilateral, efusi pluera yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, kolap
paru, kolaps lobus atau nodul. Penyebab edema: gagal napas yang bukan
akibat gagal jantung atau kelebihan cairan. Perlu pemeriksaan objektif
(seperti ekokardiografi untuk menyingkirkan bahwa penyebab edema
bukan akibat hidrostatik jika tidak ditemukan faktor risiko.
Kriteria ARDS pada dewasa:
• ARDS ringan: 200 mmHg <PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan PEEP atau
continuous positive airway pressure (CPAP) ≥5 cmH2O, atau yang tidak
diventilasi)
• ARDS sedang: 100 mmHg <PaO2 / FiO2 ≤200 mmHg dengan PEEP≥5
cmH2O, atau yang tidak diventilasi)
• ARDS berat: PaO2 / FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O, atau
yang tidak diventilasi)
• Ketika PaO2 tidak tersedia, SpO2/FiO2 ≤315 mengindikasikan ARDS
(termasuk pasien yang tidak diventilasi)
Kriteria ARDS pada anak berdasarkan Oxygenation Index dan
Oxygenatin Index menggunakan SpO2:
• PaO2 / FiO2 ≤ 300 mmHg atau SpO2 / FiO2 ≤264: Bilevel noninvasive
ventilation (NIV) atau CPAP ≥5 cmH2O dengan menggunakan full face
mask
• ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ Oxygenation Index (OI) <8 atau 5 ≤
OSI <7,5
• ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI <16 atau 7,5 ≤ OSI <12,3
• ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI ≥ 12,3
- Sepsis
Pasien dewasa: Disfungsi organ yang mengancam nyawa disebabkan oleh
disregulasi respon tubuh terhadap dugaan atau terbukti infeksi*.
18
Tanda disfungsi organ meliputi: perubahan status mental/kesadaran, sesak
napas, saturasi oksigen rendah, urin output menurun, denyut jantung cepat,
nadi lemah, ekstremitas dingin atau tekanan darah rendah,
ptekie/purpura/mottled skin, atau hasil laboratorium menunjukkan
koagulopati, trombositopenia, asidosis, laktat yang tinggi,
hiperbilirubinemia.
Pasien anak: terhadap dugaan atau terbukti infeksi dan kriter ia systemic
inflammatory response syndrome (SIRS) ≥2, dan disertai salah satu dari:
suhu tubuh abnormal atau jumlah sel darah putih abnormal.
- Syok septik
Pasien dewasa: hipotensi yang menetap meskipun sudah dilakukan
resusitasi cairan dan membutuhkan vasopresor untuk mempertahankan
mean arterial pressure (MAP) ≥65 mmHg dan kadar laktat serum> 2
mmol/L.
Pasien anak: hipotensi (TDS < persentil 5 atau >2 SD di bawah normal
usia) atau terdapat 2-3 gejala dan tanda berikut: perubahan status
mental/kesadaran; takikardia atau bradikardia (HR <90 x/menit atau >160
x/menit pada bayi dan HR <70x/menit atau >150 x/menit pada anak);
waktu pengisian kembali kapiler yang memanjang (>2 detik) atau
vasodilatasi hangat dengan bounding pulse; takipnea; mottled skin atau
ruam petekie atau purpura; peningkatan laktat; oliguria; hipertermia atau
hipotermia.2
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks Pada
pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental,
lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass. Pada stage awal,
terlihat bayangan multiple plak kecil dengan perubahan intertisial yang jelas
menunjukkan di perifer paru dan kemudian berkembang menjadi bayangan
multiple ground-glass dan infiltrate di kedua paru. Pada kasus berat, dapat
ditemukan konsolidasi paru bahkan “white-lung” dan efusi pleura (jarang).
19
Gambar 8. CT Scan Toraks pasien pneumonia COVID-193
Pemeriksaan dengan CT scan sensitive dalam mendeteksi corona virus,
dimana hasil rRT-PCR mungkin dapat memberikan hasil negative palsu.4
20
pemeriksaan RT-PCR atau tidak mempunyai media pengambilan spesimen (Swab
dan VTM). Pemeriksaan Rapid Test Antibodi dan/atau Rapid Test Antigen hanya
merupakan screening awal, hasil pemeriksaan Rapid Test Antibodi dan/atau Rapid
Test Antigen harus tetap dikonfirmasi dengan menggunakan RT-PCR.2
a. Rapid Test Antibodi
Spesimen yang diperlukan untuk pemeriksaan ini adalah darah.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada komunitas (masyarakat).
21
Spesimen yang tiba di laboratorium pemeriksa, akan segera diproses untuk
dilakukan
pengujian. Pengujian laboratorium dari spesimen OTG, ODP, dan PDP dilakukan
dengan menggunakan metode RT-PCR. Adapun algoritma pemeriksaannya adalah
sebagai berikut:2
22
Gambar 9. Alur Pemeriksaan Spesimen COVID-19
3. Bronkoskopi
4. Pungsi pleura sesuai kondisi
5. Pemeriksaan kimia darah
- Darah perifer lengkap
Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun; hitung jenis limfosit
menurun. Pada kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat.
- Analisis gas darah
- Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot meningkat)
- Fungsi ginjal
- Gula darah sewaktu
- Elektrolit
- Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat, Ddimer
meningkat
- Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
- Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum,
bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah. Kultur darah untuk bakteri
23
dilakukan, idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan menunda terapi
antibiotik dengan menunggu hasil kultur darah).
7. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investigasi kemungkinan penularan).1
24
2.6 Tatalaksana
COVID-19 harus dilakukan dari mulai pasien datang ke Rumah Sakit. Triase
merupakan garda terdepan dan titik awal bersentuhan dengan Rumah Sakit
sehingga penting dalam deteksi dini dan penangkapan kasus. Selain itu,
Pengendalian Pencegahan Infeksi (PPI) merupakan bagian vital terintegrasi
dalam managemen klinis dan harus diterapkan dari mulai triase dan selama
perawatan pasien.1
atau isolasi rumah sakit untuk kasus yang ringan. Pada kasus yang ringan
mungkin tidak perlu perawatan di rumah sakit, kecuali ada kemungkinan
perburukan cepat. Semua pasien yang dipulangkan diinstruksikan untuk
kembali ke rumah jika sakit memberat atau memburuk.
prinsip yaitu hand hygiene, penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah
kontak langsung dengan pasien (darah, cairan tubuh, sekret termasuk sekret
pernapasan, dan kulit tidak intak), pencegahan tertusuk jarum serta benda tajam,
managemen limbah medis, pembersihan dan desinfektan peralatan di RS
serta pembersihan lingkungan RS. Pembersihan dan desinfektan
berdasarkan karakteristik Coronavirus yaitu sensitif terhadap panas dan secara
efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid
dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat dan
kloroform. klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus.
Penjelasan mengenai pengendalian dan pencegahan infeksi dijelaskan di bab
selanjutnya.
25
Berikut penjelasan singkat terkait kewaspadaan pencegahan penularan di
Rumah Sakit (akan dijelaskan lebih detail pada bagian pencegahan dan
pengendalian infeksi).1
4.Suplementasi oksigen
26
Pasien dengan distress napas yang gagal dengan terapi standar oksigen
termasuk gagal napas hipoksemia berat. Pasien masih menunjukkan usaha
napas yang berat walaupun sudah diberikan oksigen dengan masker dengan
reservoir (kecepatan aliran 10-15 liter/menit). Gagal napas hipoksemia pada
ARDS biasanya gagalnya ventilasi-perfusi intrapulmonar dan biasanya harus
mendapatkan ventilasi mekanik.
Intubasi endotrakeal
Intubasi dilakukan dengan memperhatikan pencegahan penularan via udara.
27
berat badan, predicted body weight) dan tekanan inspirasi yang lebih
rendah (tekanan plateau <30 cmH2O). Penggunaan sedasi yang dalam
mungkin diperlukan untuk mengendalikan dorongan pernapasan dan
mencapai target volume tidal. RCT strategi ventilasi yang menargetkan
driving pressure saat ini belum tersedia. Pada pasien ARDS
sangat berat direkomendasikan prone ventilation selama >12 jam per hari
(perlu sumber daya yang terlatih). mengidentifikasi mereka yang merespons
aplikasi awal PEEP yang lebih tinggi atau protokol RM yang berbeda,
dan menghentikan intervensi ini pada non-responder.
1. Terapi cairan
Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok. Pasien dengan
sepsis.1
Pada anak, kenali syok sepsis ditandai hipotensi (tekanan darah sistolik
28
(SBP) <5th persentil atau >SD dibawah normal untuk usia yang sesuai) atau
terdapat 2-3 dari:
- Hipertermi
Pentingnya deteksi dini dan tatalaksana adekuat dalam kurun waktu satu jam
sejak deteksi syok meliputi: terapi antimikroba, loading cairan, vasopressor untuk
hipotensi. Jika tidak tersedia pengukuran laktat, gunakan MAP dan
tanda klinis perfusi untuk mengidentifikasi syok. Jika dibutuhkan dan
sumber daya tersedia dapat dilakukan pemasangan CVC.
● Resusitasi cairan
Target perfusi:
-
laktat
29
Pada pasien anak berikan 20ml/kgBB bolus cepat dan lanjutkan dengan 40-60
ml/kgBB dalam 1 jam pertama. Tentukan kebutuhan cairan tambahan yaitu
10-20ml/kgBB berdasarkan respons klinis dan perbaikan perfusi. Target
perfusi:
-
Resusitasi cairan dapat menyebabkan overload volume, termasuk
kegagalan respirasi. Jika tidak ada respons terhadap loading cairan dan
terdapat tanda overload volume (misalnya distensi vena jugular,
ronkhi pada auskultasi paru, edema pulmonar pada rontgen, atau
hepatomegali pada anak), maka kurangi atau hentikan pemberian
cairan.
30
minimum yang diperlukan untuk mempertahankan perfusi dan mencegah
efek samping. Norepinefrin dianggap sebagai lini pertama pada pasien
dewasa; epinefrin atau vasopresin dapat ditambahkan untuk mencapai target
MAP. Pada anak-anak dengan syok dingin (lebih umum), epinefrin dianggap
sebagai lini pertama, sedangkan norepinefrin digunakan pada pasien dengan
syok hangat (kurang umum).
Berikut tabel pilihan antibiotik untuk terapi awal pasien rawat jalan dengan
Community-acquired pneumonia (CAP).
31
Antibiotik empiris harus berdasarkan diagnosis klinis, epidemiologi lokal,
data resistensi dan panduan tatalaksana. Bakteri patogen penyebab biasanya
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Mycoplasma pneumoniae,
Staphylococcus aureus, Legionella species, Chlamydia pneumoniae, dan
Moraxella catarrhalis. Selain itu, dapat pula terjadi koinfeksi (bakteri dan
virus bersamaan). Pemberian antivirus sebagai terapi empiris seperti
golongan inhibitor neuraminidase untuk tatalaksana influenza juga dapat
diberikan jika terdapat faktor risiko seperti riwayat perjalan atau paparan
hewan virus influenza. Terapi empiris berdasarkan data mikrobiologi dan
dugaan klinis.
Keterangan:
- *Amoxicillin-sulbaktam: 1,5 – 3 g setiap 6 jam, Cefotaxime 1-2 g setiap 8 jam,
Ceftriaxone 1-2 g per hari atau Ceftarolne 600 mg per 12 jam DAN Azitromisin 500mg per hari
atau klaritromisin 500 mg dua kali sehari.
32
- #Levofloxacin 750 mg per hari atau moxifloxacin 400 mg perhari
- **Vankomisin (15mg/kg setiap 12 jam, disesuaikan kebutuhan) atau linezolid (600 mg
setiap 12 jam)
3. Terapi simptomatik
Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan lainnya
5. Observasi ketat
Kondisi pasien perlu diobservasi ketat terkait tanda-tanda
perburukan klinis, kegagalan respirasi progresif yang cepat, dan sepsis
sehingga penanganan intervensi suportif dapat dilakukan dengan cepat.
33
1
Saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada
COVID-19. Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi Coronavirus
yang terbukti efektif. Pada studi terhadap SARS-CoV, kombinasi lopinavir dan
ritonavir dikaitkan dengan memberi manfaat klinis. Saat ini penggunaan lopinavir
dan ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan keamanan pada infeksi
COVID-19. Tatalaksana yang belum teruji / terlisensi hanya boleh diberikan
dalam situasi uji klinis yang disetujui oleh komite etik atau melalui Monitored
Emergency Use of Unregistered Interventions Framework (MEURI),
dengan pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum ada vaksin untuk mencegah
pneumonia COVID-19 ini.1
2.7. Pencegahan
34
Kewaspadaan Pencegahan transmisi droplet - Gunakan masker medis jika
bekerja dalam 1-2
Meter dari pasien
- Satu ruangkhusus atau disatukan
denngan etiologic yang sama
- Jika etiologic tidak pasti, satu group
pasien dengan diagnosis klinis sama
dan risiko epidemologi sama, dengan
pemisahan spasial
- Gunakan pelindung mat ajika
menangani dekat pasien
- Batasi aktivitas pasien keluar
ruangan
35
tidak dibutuhkan
- Setelah Tindakan tatalaksana sesuai
dengan tipe ruangannya
2.8. Komplikasi
36
Pasien dewasa: Disfungsi organ yang mengancam nyawa disebabkan
oleh disregulasi respon tubuh terhadap dugaan atau terbukti infeksi*.
Tanda disfungsi organ meliputi: perubahan status mental/kesadaran,
sesak napas, saturasi oksigen rendah, urin output menurun, denyut
jantung cepat, nadi lemah, ekstremitas dingin atau tekanan darah
rendah,
ptekie/purpura/mottled skin, atau hasil laboratorium menunjukkan
Sepsis koagulopati, trombositopenia, asidosis, laktat yang tinggi,
hiperbilirubinemia.
Pasien anak: terhadap dugaan atau terbukti infeksi dan kriteria
systemic
inflammatory response syndrome (SIRS) ≥2, dan disertai salah satu
dari:
suhu tubuh abnormal atau jumlah sel darah putih abnormal
Pasien dewasa: hipotensi yang menetap meskipun sudah dilakukan
resusitasi cairan dan membutuhkan vasopresor untuk mempertahankan
mean arterial pressure (MAP) ≥65 mmHg dan kadar laktat serum> 2
mmol/L.
Pasien anak: hipotensi (TDS < persentil 5 atau >2 SD di bawah normal
usia) atau terdapat 2-3 gejala dan tanda berikut: perubahan status
Syok septik
mental/kesadaran; takikardia atau bradikardia (HR <90 x/menit atau >160
x/menit pada bayi dan HR <70x/menit atau >150 x/menit pada anak);
waktu pengisian kembali kapiler yang memanjang (>2 detik) atau
vasodilatasi hangat dengan bounding pulse; takipnea; mottled skin atau
ruam petekie atau purpura; peningkatan laktat; oliguria; hipertermia atau
hipotermia.
Keterangan:
* Jika ketinggian lebih tinggi dari 1000 meter, maka faktor koreksi harus dihitung sebagai berikut: PaO 2 /
FiO2 x Tekanan barometrik / 760.
* Skor SOFA nilainya berkisar dari 0 - 24 dengan menilai 6 sistem organ yaitu pernapasan (hipoksemia
didefinisikan oleh PaO2 / FiO2 rendah), koagulasi (trombosit rendah), hati (bilirubin tinggi), kardiovaskular
(hipotensi), sistem saraf pusat (penurunan tingkat kesadaran dengan Glasgow Coma Scale), dan ginjal (urin
output rendah atau kreatinin tinggi). Diindikasikan sebagai sepsis apabila terjadi peningkatan skor Sequential
[Sepsis-related] Organ Failure Assessment (SOFA) ≥2 angka. Diasumsikan skor awal adalah nol jika data
tidak tersedia.
37
individu menunjukkan gangguan pernapasan parah yang membutuhkan ventilasi
mekanis, dan temuan histopatologi juga mendukung ARDS . Studi sebelumnya
telah menemukan bahwa kerentanan genetik, dan sitokin inflamatori terkait erat
dengan terjadinya ARDS. Lebih dari 40 gen termasuk ACE2, interleukin 10 ,
faktor nekrosis tumor , dan faktor pertumbuhan endotel vascular antara lain telah
dianggap terkait dengan pengembangan atau keluaran ARDS . 1-7
Peningkatan kadar IL-6 dan IL-8 plasma juga ditunjukkan terkait dengan efek
buruk keluaran ARDS. Biomarker di atas menyarankan kedua penjelasan
molekuler untuk yang ARDS parah dan kemungkinan pengobatan untuk ARDS
setelah infeksi SARS-CoV-2. 1-7
2.9. Prognosis
38
3) Fasyankes segera melaporkan dalam waktu ≤ 24 jam ke Dinkes Kab/Kota
setempat. Selanjutnya Dinkes Kab/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan
Provinsi yang kemudian diteruskan ke Ditjen P2P melalui PHEOC.
Menggunakan formulir laporan harian data kasus COVID-19.
4) Melakukan penyelidikan epidemiologi menggunakan formulir penyelidikan
epidemiologi, mengidentifikasi kontak erat menggunakan formulir) dan
pemantauan kontak erat menggunakan formulir
5) Dilakukan pengambilan spesimen berkoordinasi dengan Dinkes setempat untuk
pengiriman dengan menyertakan formulir pengiriman specimen
39
Gambar 14. Alur Deteksi Dini dan Respon di Pintu Masuk dan Wilayah
Kegiatan Deteksi Dini dan Respon di Wilayah di Tingkat Puskesmas2
40
41
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Covid 19 adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus corona. Covid
19 ini adalah penyakit baru yang pertama kali dilaporkan di Wuhan pada
Desember 2019. Covid 19 dapat menyebar lewat droplet, kontak erat, dan
kemungkinan fekal oral. Covid 19 paling sering bermanifestasi sebagai gejala
respirasi berupa pilek, nyeri tenggorokan, batuk, sesak, dan demam meskipun
pada beberapa kasus bisa ditemukan diare dan gejala klinis lainnya yang bukan
merupakan gejala respirasi. Diagnosa covid 19 dapat ditegakkan melalui Rt-PCR
sedangkan tatalaksana covid 19 berdasarkan keadaan klinis atau derajat ringan-
beratnya sakit pasien. Pencegahan dalam kasus covid 19 adalah hal yang paling
penting yang harus dilakukan untuk mengurangi jumlah pasien positif covid 19.
Pencegahan dapat dilakukan dengan upaya seperti pakai masker bila hendak
bepergian keluar rumah, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau
menggunakan hand sanitizer berbasis alcohol, jangan sering menyentuh mata,
hidung dan tenggorokan terutama bila belum mencuci tangan, batasi keluar rumah
jika tidak memiliki urusan penting, lakukan physical dinstancing, dan jika
memiliki gejala sakit covid 19 hendaknya dikonsultasikan ke tenaga kesehatan
dan untuk tenaga kesehatan sendiri adalah pemakaian alat pelindung diri yang
sesuai.
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat kami berikan adalah
sebagai berikut :
1.Bagi tenaga kesehatan adalah untuk dapat melindungi dirinya sendiri
seperti pemakaian alat pelindung diri yang sesuai dan meminimalisir pemeriksaan
dan tindakan yang berisiko.
2.Bagi masyarakat agar dapat melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
seperti pakai masker bila hendak bepergian keluar rumah, cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer berbasis alcohol, jangan
sering menyentuh mata, hidung dan tenggorokan terutama bila belum mencuci
tangan, batasi keluar rumah jika tidak memiliki urusan penting, lakukan physical
dinstancing, dan jika memiliki gejala sakit covid 19 hendaknya dikonsultasikan ke
tenaga kesehatan.
42
DAFTAR PUSTAKA
43
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (P2P); 2020 : hal.45-47
12. FK UI. Buku Rancangan Pengajaran Modul Tanggap Pandemi COVID-19.
Jakarta : Universitas Indonesis. 2020
44