Anda di halaman 1dari 7

28

Susanawati, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Penentuan Laju Infiltrasi Menggunakan Pengukuran Double Ring


Infiltrometer dan Perhitungan Model Horton pada Kebun Jeruk Keprok 55
(Citrus Reticulata) Di Desa Selorejo, Kabupaten Malang

The Determination of the Rate of Infiltration Using the Measurement of the


Double Ring Infiltrometer and Calculation of HortonModel on The Tangerine
Orange 55 (Citrus Reticulata) Garden In The SelorejoVillage, Malang
Liliya Dewi Susanawati1*, Bambang Rahadi2, Yusriadi Tauhid2,
1Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 65145
2Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

65145

*Email Korespondensi : liliya_10@ub.ac.id

ABSTRAK

Ketersedian air bagi lahan pertanian dapat diusahaakan dengan memberikan irigasi, yang
dimana dalam pemberian air irigasi pada lahan harus mengetahui laju infiltrasinya agar tidak
terjadi run-off. Salah satu kendala utama yang dihadapi petani adalah masalah air, terutama
pada petani Jeruk Keprok 55 Kota Batu. Tujuan penelitian ini mengetahui laju infiltrasi lapang
dan Horton serta perbedaan keduanya. Hasil pengukuran di lapangan dengan menggunakan
double ring infiltrometer didapatkan nilai infiltrasi konstan dan nilai infiltrasi awal yang paling
tinggi adalah pada bedengan dengan nilai 0.167 cm/menit dan 0.4 cm/menit, kemudian pada
sela bedengan sebesar 0.067 cm/menit dan 0.287 cm/menitdan paling rendah yaitu pada jalan
dengan nilai 0.020 cm/menit dan 0.147 cm/menit. Laju infiltrasi berdasarkan perhitungan
model infiltrasi Horton didapatkan nilai rata-ratanya yaitu nilai paling tinggi pada bedengan
13.433 cm/jam, sela bedengan 8.128 cm/jam dan paling rendah pada jalan sebesar 3.579
cm/jam. Berdasarkan hasil uji korelasi dan uji regresi antara laju infiltrasi actual dan laju
infiltrasi Horton diperoleh hubungan yang sangat nyata, sehingga metode infiltrasi Horton
dapat digunakan untuk memperkirakan laju infiltrasi pada kebun Jeruk Keprok 55-Batu

Kata Kunci : Jeruk Keprok 55-Batu, Kebutuhan Air Tanaman, Laju Infiltrasi, Model Horton

Abstract

The availability of water for agricultural land can be cured by providing irrigation , in which in the
provision of irrigation water on land need to know the rate of irrigation to prevent any run-off .One of
the main obstacles faced by farmers is the issue of water , especially the farmers a Tangerine Orange 55
Batu city .The purpose of this research is to know the rate of field and Horton infiltration and both as well
as the difference.Measurement result in the field by the use of a double ring infiltrometer been gained
value infiltration constant and value of infiltration the beginning is the highest is on Bedengan with a
value of 0.167 cm / minutes and 0.4 cm / minutes , then in the sidelines of Bedengan of 0.067 cm /
minutes and 0.287 cm / minutes and with the lowest of which is on the road with a value of 0.020 cm /
minutes and 0.147 cm / minutes .The rate of infiltration model based on the calculation of infiltration
Horton obtained their average scores namely minimum value of high on Bedengan is 13.433 cm per hour ,
in the sidelines of Bedengan is 8.128 cm / hours and was the lowest on a street of 3.579 cm per hour.
Based on the results of correlation test and regression test between the rate of infiltration actual and the
rate of infiltration Horton obtained the kind of relationship was very real, so that a method of infiltration
Horton can be used to predict the rate of infiltration garden in Tangerin Orange 55-Batu city.

Keyword: Orange 55-Batu, High Demand for Water Plants, The Rate of Infiltration, Horton Model
29
Susanawati, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

PENDAHULUAN Tujuan penelitian ini yaitu Mengetahui


laju infiltrasi pada bedengan, sela-sela
Seluruh keperluan air bagi tanaman dan bedengan dan jalan pada kebun Jeruk
untuk kelembaban tanahnya dicukupi oleh Keprok 55-Batu menggunakan pengukuran
ketersedian air pengairan yang berasal dari langsung dengan double ring infiltrometer
air permukaan dan air tanah. Menurut ,mengetahui laju infiltrasi pada bedengan,
Kertasapoetra, 1994 bahwa ketersedian air sela-sela bedengan dan jalan pada kebun
pengairan bagi pertanian itu berbeda-beda Jeruk Keprok 55-Batu menggunakan
tergantung pada musim, lokasi sumber air perhitungan model infiltrasi Horton,
dan usaha-usaha konservasi air. Ketersedian mengetahui perbedaan hasil penentuan laju
air bagi lahan pertanian dapat diusahaakan infiltrasi antara pengukuran langsung
juga dengan memberikan irigasi, yang dengan double ring infiltrometer dan
dimana dalam pemberian air irigasi pada menggunakan perhitungan model infiltrasi
lahan harus mengetahui laju infiltrasinya Horton . Batasan masalah dalam penelitian
agar tidak terjadi run-off. ini yaitu tidak membahas analisis ekonomi
Salah satu kendala utama yang keuntungan dari produksi Jeruk Keprok 55-
dihadapi petani adalah masalah air, Batu, tidak membahas tentang pengaruh
terutama pada petani Jeruk Keprok 55 Kota sifat fisik dan sifat kimia tanah dan hanya
Batu. Jeruk Keprok 55-Batu merupakan membahas besarnya laju infiltrasi dengan
komuditas tanaman pertanian yang sangat menggunakan pengukuran langsung
popular dan mempunyai nilai ekonomis dengan double ring infiltrometer dan
yang tinggi. Air yang digunakan untuk perhitungan model Horton pada kebun jeruk
irigasi selama ini hanya mengandalkan keprok 55 (citrus reticulata) di desa Selorejo,
curah hujan dan keadaan curah hujan di Kab Malang
Kota Batu tidak menentu. Irigasi merupakan
cara penambahan air bila air hujan yang BAHAN DAN METODE
masuk dalam tanah ketersediannya tidak
mencukupi kebutuhan tanaman. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pengelolaaan irigasi meliputi penjadwalan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April
pelaksanaan irigasi dan jumlah air yang – Mei 2015 dengan lokasi di lahan jeruk
dibutuhkan sesuai kebutuhan tanaman milik salah satu petani (Bapak Tomo) di
(Tusi.2013). Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten
Pengukuran laju infiltrasi pada Malang. Lokasi lahan jeruk tersebut berada
umumnya menggunakan Model Horton. pada 7o56’15,6” LS dan 112o32’58,3” BT
Model Horton adalah salah satu model dengan ketinggian 720 dpl (di atas
infiltrasi yang terkenal dalam hidrologi permukaan laut).
dibandingkan dengan model-model lainnya.
Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi Alat dan Bahan
berkurang seiring dengan bertambahnya Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
waktu hingga mendekati nilai yang ini antara lain : Double Ring Infiltrometer,
konstant. Ia menyatakan pandangannya untuk mengukur laju infiltrasi;
bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih penjepit/Tang untuk mencabut tabung ring
dikontrol oleh faktor yang beroperasi di infiltrometer yang tertancap ditanah;
permukaan tanah dibanding dengan proses mistar/skala untuk mengukur penurunan
aliran di dalam tanah. Model ini sangat muka air; ember/penampung, untuk
simpel dan lebih cocok untuk data menampung air; Palu untuk menancapkan
percobaan. Kelemahan utama dari model ini doble ring kedalam tanah; stopwatch, untuk
terletak pada penentuan parameternya f0, fc, menghitung laju infiltrasi yang terjadi; GPS,
dan k dan ditentukan dengan data-fitting. untuk menentukan koordinat; rol plastik
Meskipun demikian dengan kemajuan dan alat-alat lain yang menunjang proses
sistem komputer proses ini dapat dilakukan penelitian. Bahan - bahan yang digunakan
dengan program spreadsheet sederhana dalam penelitian ini antara lain :Air, sebagai
(Arfan dan Pratama, 2012) media pengukuran laju infiltrasi dan Lahan,
30
Susanawati, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

sebagai media yang akan diukur laju Berdasarkan rumus utama tersebut
infiltrasinya kemudian ditentukan beberapa parameter
yang digunakan dalam penggunaan Metode
Metode Penelitian Horton, yaitu :
Metode yang digunakan dalam penelitian a. Nilai k
ini adalah metode deskriptif analisis dengan Konstanta K diperoleh dengan
pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian menggunakan persamaan umum linier,
yang kemudian diolah dan dianalisis untuk
diambil kesimpulan dengan cara observasi (3)
yaitu suatu cara pengumpulan data dengan (4)
mengadakan pengamatan langsung (5)
terhadap suatu obyek dalam suatu periode
tertentu dan mengadakan pencatatan secara
sistematis tentang hal-hal tertentu yang Gunakan persamaan
diamat. (6)

Pengumpulan Data (7)


Metode Pengukuran laju infiltrasi yang
dilakukan adalah metode constant-rate.
Perlakuan penelitian ini dilakukan di kebun Dimana m adalah gradien yang diperoleh
Jeruk Keprok 55-Batu dimana lokasi dari plotting hubungan antara infiltrasi
pengukuran laju infiltrasi pada 3 lapang/aktual (f) (cm.jam-1) dengan log (f-
penggunaan lahan yang berbeda dengan 3 fc) (cm.jam-1) (digunakan Ms. Excel 2010),
kali perlakuan yaitu pada bedengan tempat sehingga diperoleh nilai persamaan linier
tanaman, jalan pada kebun jeruk, dan sela- regresi (y=mx+c).
sela antara bedengan dan setiap perlakuan b. Nilai fc diperoleh dari nilai infiltrasi
dilakukan 3 kali ulangan, sehingga akan ketika mencapai keadaan
diperoleh 9 kali pengamatan. steady/konstan.
c. Nilai f0 diperoleh dari nilai infiltrasi
Pengolahan Data Hasil Pengukuran ketika dalam keadaan awal/intial
Lapang condition.
Pengukuran di lapang didapatkan data
berupa besarnya penurunan air pada tiap Analisis Statistik
perlakuan untuk kemudian diolah. Dari Analisis statistik yang digunakan yaitu t-test
pengolahan data tersebut diperoleh data laju atau uji-t. Uji-t dilakukan untuk mengetahui
infiltrasi pada tiap waktu (ft) dan infiltrasi antara data pengukuran di lapangan dengan
konstan (fc). Infiltrasi lapang secara perhitungan menggunakan model infiltrasi
sederhana dapat dirumuskan pada Horton terdapat beda nyata atau tidak. Uji-t
Persamaan 1. digunakan juga untuk menentukan model
infiltrasi Horton dapat digunakan untuk
memprediksi laju iniltrasi di kebun Jeruk
( ) (1)
Keprok 55-Batu atau tidak.
Hipotesis yang digunakan yaitu pada
Depth adalah masukan air kumulatif (air hipotesis awal tidak terdapat perbedaan
yang masuk kedalam tanah di ring yang signifikan antara hasil pengukuran (A)
infiltrometer (cm), T adalah interval waktu dan hasil perhitungan model Horton (B).
pengamatan masukkan air dalam ring Sedangkan pada hipotesis alternatif
infiltrometer (menit). sebaliknya yaitu terdapat perbedaan hasil
pengukuran (A) dan hasil perhitungan
Pengolahan Data Menggunakan Model model Horton (B). Persamaan matematiknya
Infiltrasi Horton adalah sebagai berikut :
Metode Horton dapat dirumuskan pada
Persamaan 2. H0 : A = B
(2) H1 : A ≠ B
31
Susanawati, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Hipotesis awal ditolak, bila: |t hitung| > t nilai hasil pengukuran laju infiltrasi awal
tabel atau: Hipotesis awal diterima, bila: dengan menggunakan double ring
|t hitung| ≤ t tabel. infiltrometer.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Laju Infiltrasi Awal Hasil


Pengukuran Lapang
Jenis dan Karakteristik Tanah Lokasi Laju infiltrasi awal
Penelitian Perlakuan
(cm/menit)
Jenis tanah di lokasi penelitian ini yang
Sela Bedengan
terdapat pada desa Selorejo berdasarkan
(SB) 0.287
peta persebaran jenis tanah Kabupaten
Malang adalah jenis tanah regosol coklat. Jalan 0.147
Peta jenis tanah Kabupaten Malang dapat Bedengan 0.400
dilihat pada Gambar 1. Menurut Hakim, Sumber : Hasil Perhitungan, 2015
dkk (1986) Tanah regosol adalah tanah
berbutir kasar dan berasal dari material Pada Tabel 1 terlihat bahwa pengukuran
gunung api. Tanah regosol berupa tanah pada bendengan menunjukkan laju infiltrasi
yang baru diendapkan. Material jenis tanah awal yang paling tinggi adalah pada
ini berupa abu vulkan dan pasir vulkanik. bedengan, tanah tersebut telah digarap
Tanah regosol merupakan hasil erupsi untuk tempat menanam. Tanah yang telah
gunung berapi, bentuk wilayahnya digarap akan mempunyai laju infiltrasi yang
berombak sampai bergunung, bersifat tinggi karena tekstur tanah akan menjadi
subur, tekstur tanah ini biasanya kasar, kasar menyebabkan pori-pori dalam tanah
berbutir kasar, peka terhadap erosi, membesar sehingga laju infiltrasinya
berwarna keabuan, kaya unsur hara seperti semakin besar. Sedangkan laju infiltrasi
P dan K yang masih segar, kandungan N awal yang paling rendah ada pada jalan,
kurang, pH 6 – 7, cenderung gembur, karena tanah pada jalan digunakan para
umumnya tekstur makin halus makin petani untuk lalu lintas sehingga tanah pada
produktif, kemampuan menyerap air tinggi, jalan kerapatannya tinggi dan menyebabkan
dan mudah tererosi. air sulit untuk masuk kedalam tanah.
Laju infiltrasi maksimum pada
Lokasi Penelitian keadaan tertentu yang menggambarkan
kemampuan tanah maksimum dalam
meyerap air kedalam tanah merupakan laju
infiltrasi konstan. Nilai laju infiltrasi konstan
diperoleh ketika suatu lahan yang diukur
laju infiltrasinya mencapai keadaan jenuh
air, sehingga penurunan air yang
ditunjukkan dalam pengukuran
infiltrometer akan tetap/steady. Pada Tabel
2 diperlihatkan nilai laju infiltrasi konstan
Gambar 1. Peta jenis tanah Kabupaten pada bedengan, sela bedengan dan jalan.
Malang Nilai infiltrasi konstan yang paling tinggi
adalah pada bedengan dengan nilai 0.167
Analisa Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi cm/menit, kemudian pada sela bedengan
Lapang/Aktual sebesar 0.067 cm/menit dan paling rendah
Laju Infiltrasi Awal. Pengamatan dan yaitu pada jalan dengan nilai 0.020
pengukuran laju infiltrasi dilakukan selama cm/menit.berdasarkan waktunya, jalan
3 jam dimana laju infiltrasi pada beberapa paling cepat mengalami keadaan konstan
tata guna lahan menunjukkan nilai yang yaitu pada menit ke 120, kemudian sela
bervariasi. Pengukuran laju infiltrasi bedengan pada menit ke 150 dan bedengan
dilakukan 3 kali ulangan pada tiap pada menit ke 160
penggunaan lahan. Pada Tabel 1 terlihat
32
Susanawati, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Tabel 2. Nilai Laju Infiltrasi Konstan


Laju
waktu
Infiltrasi
Perlakuan konstan
Konstan
(menit)
(cm/menit)
Sela Bedengan
0.067 150
(SB)
Jalan 0.020 120
Bedengan 0.167 160
Sumber : Hasil Perhitungan, 2015 Gambar 2. Perbandingan Grafik Laju
Infiltrasi Lapang
Salah satu faktor yang menyebabkan
infiltrasi cepat atau lambatnya mencapai Perhitungan Model Infiltrasi Horton
keadaan konstan adalah porositas tanah.
Model Horton adalah salah satu model
Menurut Mustofa, 2009, pengaruh infiltrasi
infiltrasi yang terkenal dalam hidrologi.
konstan terhadap porositas tanah
Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi
menggambarkan total pori suatu tanah yang
berkurang seiring dengan bertambahnya
dapat dilalui oleh air, sehingga semakin
waktu hingga mendekati nilai yang konstan.
besar porositas maka air menjadi lebih
Ia menyatakan pandangannya bahwa
muda untuk masuk dalam tanah yang pada
penurunan kapasitas infiltrasi lebih
akhirnya dapat meningkatkan infiltasi
dikontrol oleh faktor yang beroperasi di
konstannya.
permukaan tanah dibanding dengan proses
Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi
aliran di dalam tanah. Faktor yang berperan
Lapang/Aktual. Laju infiltrasi suatu tanah
untuk pengurangan laju infiltrasi seperti
pada umumnya lebih tinggi dan cenderung
penutupan retakan tanah oleh koloid tanah
akan menurun dan mencapai konstan
dan pembentukan kerak tanah,
dengan bertambahnya waktu pengamatan.
penghancuran struktur permukaan lahan
Laju infiltrasi pada awalnya tinggi karena
dan pengangkutan partikel halus
tanah pada awalnya kering, kemudian
dipermukaan tanah oleh tetesan air hujan.
cenderung menurun secara bertahap dan
Untuk menghitung laju infiltrasi model
mencapai laju yang tetap (infiltrasi konstan),
Horton diperlukan nilai dari parameter
menurunnya laju infiltrasi ini disebabkan
model Horton yaitu fc (infiltrasi konstan), f0
berkurangnya hisapan matrik tanah, yang
(infiltrasi awal) dan nilai k (konstanta). Nilai
dikarenakan semakin dalamnya profil tanah
parameter dan hasil model infiltrasi Horton
yang basah akibat terjadinya infiltrasi, yang
dapat dilihat pada tabel 3.
pada akhirnya hanya tarikan grafitasi saja
yang menyebabkan air bergerak ke bawah,
dengan berjalannya waktu mendekati tak Tabel 3 Nilai Parameter dan hasil Model
hingga tarikan gravitasi akan mencapai Infiltrasi Horton
konduktivitas yang maksimum atau jenuh. Fc F0 f (rata-rata)
Perlakuan k
(Kunze dan karkuri, 1983). (cm.jam-1) (cm.jam-1) (cm.jam-1)
Hasil perhitungan laju infiltrasi Sela 8.128
4.000 17.200 1.277
lapang/actual disajikan dalam bentuk grafik Bedengan
yang terdapat pada Gambar 2. Pada 3.579
1.200 8.800 2.231
Jalan
masing-masing grafik dapat dilihat, bahwa 13.433
semakin lama waktu laju infiltrasinya 10.000 24.000 1.708
Bedengan
gariknya akan lurus menunjukkan Sumber : Hasil Perhitungan, 2015
konstannya laju infiltrasi pada waktu
tertentu dan laju infiltrasi yang paling tinggi
terdapat pada bedangan kemudian sela
bedangan dan terkahir atau yang terendah
yaitu pada jalan.
33
Susanawati, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Hasil dari nilai parameter infiltrasi


Horton menunjukkan bdengan memiliki
nilai laju infiltrasi yang paling tinggi yaitu
13.433 cm/jam, sedangkan paling rendah
terdapat pada jalan dengan laju infiltrasi
rata-rata yaitu 3.579 cm/jam. Hal tersebut
sama dengan hasil pengukuran di lapang.
Hasil perhitungan laju infiltrasi model
Berdasarkan grafik yang diperoleh
yang dapat dilihat pada Gambar 3 terlihat Gambar 4. Perbandingan Laju Infiltrasi
bahwa waktu kumulatif yang bertambah antara Laju Infiltrasi Lapang/ Aktual
menyebabkan kapasitas infiltrasi yang dengan Laju Infiltrasi Horton pada Kebun
berkurang. Hal itu sesuai dengan model Jeruk Keprok 55-Batu
infiltrasi yang diperkenalkan oleh Horton
Analisis Statistik
bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring
Penggunaan model infiltrasi Horton
bertambahnya waktu. Hal itu dapat
digunakan untuk menduga infiltrasi yang
disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari
terjadi di lapangan. Untuk mengetahui
kondisi permukaan tanah, struktur tanah,
apakah metode infiltrasi yang digunakan
tumbuh-tumbuhan, kelembaban tanah dan
benar-benar mendekati daerah yang diteliti,
udara yang terdapat dalam tanah.
maka dicari presentase penyimpangan
antara laju infiltrasi perhitungan metode
infiltrasi Horton dengan hasil pengukuran
infiltrasi di lapangan dan dilanjutkan
dengan uji t. semakin kecil presentase
penyimpangan, maka metode infiltrasi
Horton dapat digunakan untuk menduga
infiltrasi di lapang karena hasil yang
diperoleh dari perhitungan metode infiltrasi
Horton lebih mendekati kondisi infiltrasi
yang sesunggguhnya terjadi di lapangan.
Gambar 3. Perbandingan Grafik Laju Sebaliknya jika semakin besar presentase
Infiltrasi Model Horton penyimpangan, maka metode infiltrasi
tersebut tidak dapat digunakan untuk
Perbandingan Hasil Pengukuran Infiltrasi menduga infiltrasi di lapangan karena hasil
Di Lapang Dengan Perhitungan Model yang diperoleh dari perhitungan metode
Infiltrasi Horton infiltrasi lebih menjauhi kondisi infiltrasi
Berikut grafik Perbandingan Laju Infiltrasi yang sesungguhnya terjadi di lapangan.
antara Laju Infiltrasi Lapang/ Aktual Nilai derajat kebebasan dk = N-1 (3-
dengan Laju Infiltrasi Horton pada Kebun 1=2), pada derajat kepercayaan 1% (t0,01)
Jeruk Keprok 55-Batu yang dapat dilihat dimana diperoleh nilai tc = 6,965. Sehingga,
pada Gambar 4. Dapat dilihat bahwa grafik t < tc yaitu 0.732 < 6.965 maka terima H0.
Laju Infiltrasi Lapang/ Aktual dengan Laju Artinya antara data pengukuran dilapang
Infiltrasi Horton pada masing-masing dengan perhitungan menggunakan metode
perlakuan tidak berbeda jauh jaraknya, infiltrasi Horton terdapat perbedaan yang
bahkan pada posisi konstan garis grafiknya tidak nyata atau dikatakan bahwa bahwa
terlihat menyatu pada masing-masing kedua pasangan data tersebut tidak berbeda
perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa nyata. Dapat disimpulkan metode Horton
tidak ada perbedaan signifikan jika dapat digunakan untuk memperkirakan laju
mneggunakan model Horton untuk infiltrasi pada Bedengan, Sela Bedengandan
memperkirakan laju infiltrasi pada lahan Jalan pada Kebun Jeruk Keprok 55-batu
jeruk dibandingkan dengan pengukuran milik Pak Tomo
secara aktual. Hasil pengukuran di lapangan dengan
menggunakan double ring infiltrometer
34
Susanawati, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

didapatkan nilai infiltrasi konstan dan nilai DAFTAR PUSTAKA


infiltrasi awal yang paling tinggi adalah
pada bedengan dengan nilai 0.167 cm/menit Arfan, Halidin dan Pratama Abraham. 2012.
dan 0.4 cm/menit, kemudian pada sela Model Eksperimen Pengaruh Kepadatan,
bedengan sebesar 0.067 cm/menit dan 0.287 Intensitas Curah Hujan Dan Kemiringan
cm/menit dan paling rendah yaitu pada Terhadap Resapan Pada Tanah Organik.
jalan dengan nilai 0.020 cm/menit dan 0.147 Vol 6, no 1
cm/menit. Hakim, N., Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.G.
Laju infiltrasi berdasarkan perhitungan Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B.
model infiltrasi Horton didapatkan nilai Hong & H.H. Bailey., 1986. Dasar-
rata-ratanya yaitu nilai paling tinggi pada dasar Ilmu Tanah. Lampung :
bedengan 13.433 cm/jam, sela bedengan Universitas Lampung
8.128 cm/jam dan paling rendah pada jalan Kunze RJ, Kar-Kuri HR.1983.Gravitational
sebesar 3.579 cm/jam flow in infiltration. In: Proceedings of
Perbandingan grafik Laju Infiltrasi national conference on advances in
Lapang/ Aktual dengan Laju Infiltrasi infiltration, ASAE, pp 14-23
Horton pada masing-masing perlakuan Tusi, Ahmad. 2013. Perencanaan Dan
tidak berbeda jauh jaraknya, bahkan pada Perancangan Jaringan Irigasi Curah
posisi konstan garis grafiknya terlihat (Sprinkler).http://www.technoprene
menyatu pada masing-masing perlakuan. ur.com. Diakses 20 September 2014
Data pengukuran dilapang dengan pukul 19.20 WIB.
perhitungan menggunakan metode infiltrasi
Horton terdapat perbedaan yang tidak
nyata, sehingga model infiltrasi Horton
dapat digunakan untuk pendugaan laju
infiltrasi di kebun jeruk keprok 55-batu.

Anda mungkin juga menyukai