Anda di halaman 1dari 14

INTISARI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN ASUPAN GIZI


LANSIA DENGAN STATUS GIZI DI POSYANDU LANSIA
SEDYOWARAS RW IV KELURAHAN SUMBER SURAKARTA

Ahmad Syamsul Bahri, Fajar Alam Putra, Mohammad Sukron Suryanto

Latar belakang : Tingkat pengetahuan asupan gizi sangatlah berpengaruh dalam


kesehatan lansia, pola asupan yang seimbang dapat mencegah kemunduran fungsi
organ. Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan nutrien.
Tujuanpenelitian : Tujuan penelitian ini adalahmengetahui hubungan antara tingkat
pengetahuan asupan gizi lansia dengan status gizi di posyandu sedyowaras rw IV
kelurahan Sumber Surakarta.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan deskriptif analitik corelational dengan
menggunakan pendekatan cross sectional.Populasi penelitian adalah lansia yang
berumur 60-74 tahun di posyandu lansia Sedyowaras RW IV Kelurahan Sumber
Surakarta dengan jumlah sampel sebanyak 47 lansia dengan teknik purposive sampling.
Pengambilan data meggunakan kuesioner dan IMT, sedangkan analisa data
menggunakan ujiMann-Whitney.
Hasil Penelitian : Hasil uji Mann-Whitney diperoleh Uhitung 126 >(Utabel) = 92 pada
taraf signifikan 0,05. Keputusan uji adalah terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan asupan gizi lansia dengan status gizi.
Simpulan : (1) Pengetahuan asupan gizi lansia di posyandu lansia Sedyowaras Rw IV
Kelurahan Sumber, Surakarta sebagian besar adalah tinggi, (2) Status gizi lansia di
posyandu lansia Sedyowaras Rw IV Kelurahan Sumber, Surakarta sebagian besar
adalah normal, dan (3) terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan asupan gizi lansia
dengan status gizi di posyandu lansia Sedyowaras Rw IV Kelurahan Sumber, Surakarta,
yaitu semakin tinggi pengetahuan tentang asupan gizi maka status gizi semakin baik.

Kata kunci : tingkat pengetahuan, asupa ngizi, status gizi, lansia

Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017 65


ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVEL OF KNOWLEDGE WITH


ELDERLY NUTRITION INTAKE NUTRITIONAL STATUS
IN ELDERLY SEDYOWARAS POSYANDU RW IV
VILLAGE SUMBER SURAKARTA

Mohammad Sukron Suryanto, Fajar Alam Putra, Ahmad Syamsul Bahri

Background : The level of knowledge of nutrition was very influential in the health of
the elderly, a balanced intake pattern can prevent deterioration of organ function.
Nutritional status is the health status generated by a balance between the needs and
nutrients.
The purpose ofthe study:The purpose of this study was to determine the relationship
between the level of knowledge of nutrient intake and nutritional status in elderly
Posyandu RW IV Sedyowaras Sumber Surakarta.
The research method :This study was a descriptive analytic correlational using cross
sectional approach. The study population was elderly people aged 60-74 years in
Posyandu RW Sedyowaras IV Sumber Surakarta with a total sample of 47 elderly
people with purposive sampling technique. Data retrieval receipts questionnaire and
BMI, whereas the data analysis using Mann - Whitney.
Researchresults:Mann - Whitney test results obtained U obs126 >( Utable) = 92 at the
significant level of 0.05.The decision testing was a correlation between the level of
knowledge of nutrient intake and nutritional status of elderly.
Conclusion:(1) the knowledge of the nutritional intake of the elderly in Posyandu
Sedyowaras RW IV Sumber Surakarta most were high, (2) the nutritional status of the
elderly in Posyandu Sedyowaras RW IV Sumber Surakarta was largely normal, and (3)
there was a relationship between the level of knowledge of nutrient intake and
nutritional status in elderly posyandu RW Sedyowaras RW IV Sumber Surakarta, the
higher knowledge of the nutritional intake of the nutritional status the better .

Keywords:knowledge, nutritional intake, nutritional status, elderly

66 Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017


PENDAHULUAN dengan pemenuhan gizi yang memenuhi
Usia lanjut adalah tahap masa tua kebutuhan tubuh (Nugroho,2008).
dalam perkembangan individu (usia 60 Indonesia adalah termasuk negara
tahun keatas) sedangkan usia lanjut yang memasuki era penduduk berstruktur
adalah sudah berumur atau tua (Siti, lanjut usia (aging structured population)
2010). Dengan adanya kemunduran karena jumlah penduduk yang berusia 60
biologis yang terlihat sebagai gejala- tahun ke atas sekitar 7,18%. Jumlah
gejala kemunduran fisik, antara lain, kulit penduduk lansia di Indonesia pada tahun
mulai mengendur, timbul keriput, rambut 2006 sebesar kurang lebih dari 19 juta,
beruban, gigi mulai ompong, dengan usia harapan hidup 66 tahun. Pada
pendengaran dan penglihatan berkurang tahun 2009 jumlah lansia sebanyak
mudah lelah, gerakan menjadi lamban 14,439.967 jiwa (7,18%) dan pada tahun
(Siti, 2008) serta terjadi perubahan 2010 mengalami peningkatan menjadi
fisiologis dan perubahan pada saluran 23.992.553 jiwa (9,77%) sementara pada
cerna (Arisman, 2004). Perubahan ini tahun 2011 jumlah lansia mengalami
akan memberikan pengaruh pada seluruh penurunan sebesar 20 juta jiwa (9,51%),
aspek kehidupan termasuk kesehatannya dengan usia harapan hidup 67 tahun dan
(Tamher, 2009). Menurut Potter & Perry, pada tahun 2020 diperkirakan sebesar
2005 yang dikutip dalam penelitian 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan
(Naning, 2005). hidup 71 tahun (Depkes, 2012).
Berbagi penyakit yang berhubungan Manfaat asupan gizi pada lansia
dengan ketuaan antara lain diabetes antara lain adalah mempertahankan gizi
mellitus, hipertensi, jantung koroner, yang seimbang dalam kaitannya untuk
reumatik dan asma sehingga menunda atau mencegah kemunduran
menyebabkan aktifitas bekerja terganggu. fungsi organ, gizi diharapkan sesuai
Tekanan darah tinggi adalah penyakit dengan kondisi dan kebutuhan tubuh pada
kronis yang banyak diderita lanjut usia, lansia, membiasakan makanan yang
sehingga mereka tidak dapat melakukan cukup dan teratur, menghindari kebiasaan
aktifitas kehidupan sehari-hari, jadi pola makan yang buruk, seperti
langkah yang tepat mengurangi resiko mengomsumsi makanan yang
terjadinya penyakit pada lansia adalah berkolesterol, meminum minuman keras,
dan lain-lain, mempertahankan kesehatan

Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017 67


dan menunda lahirnya penyakit METODE PENELITIAN
degeneratif seperti penyakit jantung Penelitian ini merupakan deskriptif
koroner, ginjal, atherosklerosis, dan lain- analitik corelational yaitu peneliti
lain, melalui penelitian epidemiologi mencoba mencari hubungan antara
menjelaskan faktor resiko penyakit variabel dan melakukan analisa terhadap
karena komsumsi bahan makanan tertentu data yang dikumpulkan. Dengan
seperti penyakit sendi dan tulang akibat menggunakan pendekatan cross sectional
asam urat, penyakit jantung, koroner yaitu rancangan penelitian dengan
karena kolesterol dan lemak jenuh, melakukan pengukuran atau pengamatan
diabetes melitus akibat obesitas karena pada saat bersamaan atau sekali waktu
konsumsi hidrat arang (Mubarok,2009). (Nursalam, 2003). Penelitianini bertujuan
Status gizi merupakan faktor yang untuk mengetahui hubungan antara
terdapat dalam level individu (level yang tingkat pengetahuan asupan gizi lansia
paling mikro). Faktor yang dengan status gizi di posyandu lansia
mempengaruhi secara langsung adalah sedyowaras rw IV kelurahan Sumber,
asupan makanan dan infeksi. Pengaruh Surakarta.
tidak langsung dari status gizi ada tiga Penelitian dilaksanakan di Posyandu
faktor yaitu ketahanan pangan di Lansia Sedyowaras Rw IV Kelurahan
keluarga, pola pengasuhan, dan Sumber, Surakarta.Waktu pelaksanaan
lingkungan kesehatan yang tepat, penelitian ini sudah dilakukan pada bulan
termasuk akses terhadap pelayanan September 2015.
kesehatan (Riyadi, 2001 yang dikutip Jumlah populasi di Rw IV
oleh Simarmata, 2009). Kelurahan Sumber Surakarta dalam
Penelitian ini bertujuan untuk penelitian ini sebanyak 128. Dalam
mengetahui hubungan antara tingkat penelitian ini yang menjadi populasi
pengetahuan asupan gizi lansia dengan adalah lansia di Posyandu Lansia
status gizi di posyandu lansia Sedyowaras Sedyowaras Rw IV Kelurahan Sumber.
Rw IV Kelurahan Sumber, Surakarta. Sample penelitian sebanyak 47 lansia
dengan teknik purposive sampling.
Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner dan IMT. Teknik analisis data
menggunakan uji Mann Whitney.

68 Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017


HASIL PENELITIAN ANALISIS BIVARIAT

ANALISIS UNIVARIAT Hubungan Antara Tingkat


Distribusi Pengetahuan Pengetahuan Asupan Gizi Lansia
Tabel 1. Distribusi Pengetahuan dengan Status Gizi di Posyandu Lansia
Pengetahuan Jumlah Persentase(%) Sedyowaras Rw IV Kelurahan
Rendah 18 38 Sumber, Surakarta
Tinggi 29 62
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Mann
Jumlah 47 100
Whitney
Sumber: Data diolah, 2015
Status Gizi

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan Pengeta Total


Kurang Normal Lebih
huan
sebagian besar responden memiliki
F % F % F % F %
pengetahuan yang tinggi yaitu sebanyak
Rendah 7 39 7 39 4 22 18 100
29 responden (62%) dan sisanya
Tinggi 0 0 18 62 11 38 29 100
berpengetahuan rendah sebanyak 18
Total 7 15 25 53 15 32 47 100
responden (38%).
Uhitung = 126
Utabel = 92
Distribusi Status Gizi
p-value = 0,003
Tabel 2. Distribusi Status Gizi
Keputusan = H0 ditolak

Status Gizi Jumlah Persentase(%)


Hasil analisis peroleh Uhitung
Gizi kurang 5 15
sebesar 126 dengan U Mann-Whiney
Gizi normal 27 53
(Utabel) = 92 pada taraf signifikan 0,05.
Gizi lebih 15 32
Nilai Uhitung > Utabel sehingga keputusan
Jumlah 47 100 uji adalah H0 ditolak. Berdasarkan
Sumber: Data diolah, 2015 keputusan uji tersebut maka disimpulkan
terdapat hubungan antara tingkat
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
pengetahuan asupan gizi lansia dengan
distribusi tertinggi status gizi normal
status gizi di posyandu lansia Sedyowaras
sebanyak 27 responden (53%) dan
Rw IV Kelurahan Sumber, Surakarta.
distribusi terendah adalah gizi kurang
Selanjutnya berdasarkan tabulasi
sebanyak 5 responden (15%).
silang status gizi lansia ditinjau dari

Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017 69


pengetahuan menunjukkan lansia dengan kemunduran kondisi fisik dan
pengetahuan rendah sebagian besar kesehatan lansia.
memiliki status gizi yang kurang dan Karakteristik umur responden
normal masing-masing 7 responden menunjukkan semua responden
(39%). Sedangkan pada lansia dengan merupakan lansia yang memiliki usia
pengetahuan tinggi sebagian besar antara 60 hingga 74 tahun (elderly).
memiliki status gizi yang normal Hubungan lansia dengan umur
sebanyak 18 responden (62%). adalah, semakin tua umur, maka
Berdasarkan hasil analisis dan timbul berbagai kelemahan fungsi
tabulasi silang, maka kesimpulan fisik dan datangnya penyakit. Salah
penelitian adalah terdapat hubungan satu penyakit yang sering
antara tingkat pengetahuan asupan gizi menghampiri lansia adalah dengan
lansia dengan status gizi di posyandu kejadian hipertensi merupakan hasil
lansia Sedyowaras Rw IV Kelurahan dari proses penuaan manusia, dimana
Sumber, Surakarta, dimana semakin pada proses penuaan yang dialami
tinggi pengetahuan lansia maka status oleh lansia menyebabkan terjadinya
gizinya semakin baik. penurunan struktural dan fungsional
pada sistem pembuluh darah perifer
PEMBAHASAN yang bertanggungjawab pada
1. Karakteristik Responden perubahan tekanan darah salah
Distribusi umur lansia satunya menyebabkan terjadinya
menunjukkan sebagian besar adalah hipertensi(Smeltzer & Barre, 2002).
60 70 tahun. Umur yaitu usia Hasil penelitian menunjukkan
individu yang terhitung mulai saat bahwa sebagian besar lansia
dilahirkan sampai saat berulang berpendidikan SMP yaitu sebanyak
tahun. Semakin cukup umur maka 22 responden (47%). Tingkat
tingkat kematangan dan kekuatan pendidikan lansia berhubungan
seseorang akan lebih matang dalam dengan kemampuan lansia dalam
berpikir dan bekerja. Namun memahami informasi-informasi
karakteristik umur pada lansia kesehatan, salah satunya tentang
bertambahnya umur menyebabkan asupan gizi. Pada lansia-lansia yang
berpendidikan SMP kemampuannya

70 Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017


dalam memahami informasi tentang pengetahuan yang tinggi yaitu
asupan gizi cukup memahami dan sebanyak 29 responden (62%).
mengerti, sehingga pengetahuannya Pengetahuan adalah
tentang asupan gizi cenderung cukup, dan ini terjadi setelah orang
sehingga membantu mereka dalam melakukan penginderaan terhadap
meningkatkan pengetahuan tentang objek tertentu. Penginderaan terjadi
asupan gizi. Sedangkan pada lansia melalui panca indera manusia, yakni
dengan pendidikan SD, indera penglihatan, pendengaran,
kemampuannya dalam memahami penciuman, rasa dan raba. Sebagian
informasi tentang asupan gizi besar, pengetahuan manusia diperoleh
cenderung kurang, sehingga lansia dari mata dan telinga.
kurang dalam meningkatkan Pengetahuan manusia
pengetahuan tentang asupan gizi. diperoleh melalui persepsinya
Tingkat pendidikan yang terhadap stimulus dengan
dimiliki oleh lansia menjadi bekal menggunakan alat indra, hasil
lansia dalam menerima dan persepsi berupa informasi akan
memahami informasi tentang asupan disimpan dalam sistem memori untuk
gizi, baik melalui media informal diolah dan diberikan makna,
misalnya penyuluhan oleh petugas selanjutnya. Informasi tersebut
kesehatan maupun dari sumber digunakan (retrieval) pada saat
nonformal misalnya melalui teman, diperlukan. Seseorang dapat
buku-buku, dan media lainnya. memperoleh pengetahuan dengan
Sadiman (2007) mengemukakan mengoptimalkan kemampuan
bahwa tingkat pendidikan seseorang perseptual dan perhatiannya serta
berhubungan dengan kemampuannya mengatur penyimpanan informasi
dalam memahami suatu informasi dan secara tertib (Notoatmodjo, 2007).
merangkumnya menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh
merupakan hasil upaya mencari tahu
2. Pengetahuan yang terjadi setelah individu tersebut
Distribusi pengetahuan melakukan penginderaan.
asupan gizi menunjukkan sebagian Penginderaan melalui berbagai alat
besar responden memiliki indra akan tetapi sebagian besar

Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017 71


pengetahuan diperoleh melalui umur, pendidikan, pekerjaan, dan
penglihatan dan pendengaran. sumber informasi.
Pengetahuan atau kognitif merupakan Beberapa penelitian
domain yang sangat penting untuk menunjukkan bahwa umur seseorang
terbentuknya tindakan seseorang atau berhubungan dengan peningkatan
over behavior (Notoadmodjo, 2007). pengetahuan. Suliha (2002)
Pada kenyataannya perilaku yang mengungkapkan bahwa faktor-faktor
didasari pengetahuan akan lebih yang mempengaruhi pengetahuan
langgeng dari pada perilaku yang seseorang antara lain umur, tingkat
tanpa didasari dengan pengetahuan. pendidikan, informasi, budaya,
Upaya untuk meningkatkan pengalaman dan sosial ekonomi.
pengetahuan seseorang sebagaimana Peningkatan umur seseorang
pendapat Entjang (2009), bahwa dianggap bertambah pula pengalaman
untuk menambah pengetahuan dan orang tersebut, sehingga tingkat
ketrampilan maka pelatihan yang pengetahuannya juga meningkat.
berupa seminar, diskusi, dan work
shop sangat penting dilakukan untuk 3. Status Gizi
jenis pekerjaan yang menuntut Distribusi status gizi
ketrampilan yang relatif rumit bagi menunjukkan distribusi tertinggi
yang mempunyai kesenjangan dengan status gizi normal sebanyak 27
ketrampilan baru, sehingga dapat responden (53%). Status gizi
meningkatkan produktivitas, efisiensi merupakan keadaan tubuh sebagai
dan tanggung jawab kerja. akibat konsumsi makanan dan
Tingkat pengetahuan yang penggunaan zat gizi.
dimiliki oleh responden dipengaruhi Kebutuhan gizi bagi para
oleh beberapa faktor, antara lain lanjut usia perlu dipenuhi secara
tingkat pendidikan, sumber informasi edukatif, karena merupakan pokok
dan karakteritik seseorang. Hal kelangsungan proses pergantian sel-
tersebut sebagimana dikemukakan sel dalam tubuh, dan guna mengatasi
oleh Mubarak & Chayatin (2009) proses menua serta memperlambat
yang menyatakan faktor yang terjadinya usia lanjut. Kebutuhan
mempengaruhi pengetahuan yaitu : kalori pada lansia berkurang karena

72 Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017


berkurangnya kalori dasar dari memasuki masa pensiun dan isolasi
kegiatan fisik. Kalori dasar ini adalah sosial berupa hidup sendiri setelah
kalori yang dibutuhkan untuk pasangannya meninggal. Faktor
melakukan kegiataan tubuh dalam kesehatan yang berperan dalan
keadaan istirahat (Muhilal, et.al., perubahan status gizi antara lain
1998). adalah naiknya insidensi penyakit
Penuaan seringkali diiringi degenerasi maupun non-degenerasi
dengan munculnya berbagai yang berakibat dengan perubahan
gangguan kesehatan, mulai dari dalam asupan makanan, perubahan
gangguan metabolisme hingga dalam absorpsi zat-zat gizi di tingkat
penurunan daya tahan tubuh. Salah jaringan, dan beberapa kasus dapat
satunya cara mengatasinya adalah disebabkan oleh obat-obat tertentu
dengan mengatur pola makan. yang harus diminim para lansia oleh
Menurut pakar nutrisi, kebutuhan karena penyakit yang sedang
energi dan kapasitas pencernaan akan dideritanya.
menurun di usia tua (50 tahun ke Apabila seseorang
atas). Karena itu, lansia dianjurkan berhasil mencapai usia lanjut, maka
mengurangi asupan kalori. salah satu upaya utama adalah
Apabila seseorang berhasil mempertahankan atau membawa
mencapai usia lanjut, maka salah satu status gizi yang bersangkutan pada
upaya utama adalah mempertahankan kondisi optimum agar kualitas
atau membawa status gizi yang hidupan yang bersangkutan tetap
bersangkutan pada kondisi optimum baik. Perubahan status gizi pada
agar kualitas hidupan yang lansia disebabkan perubahan
bersangkutan tetap baik. Perubahan lingkungan maupun kondisi
status gizi pada lansia disebabkan kesehatan. Perubahan ini akan makin
perubahan lingkungan maupun nyata pada kurun usia dekade 70-an.
kondisi kesehatan. Perubahan ini akan Faktor lingkunagn antara lain meliputi
makin nyata pada kurun usia dekade perubahan kondisi sosial ekonomi
70-an. Faktor lingkunagn antara lain yang terjadi akibat memasuki masa
meliputi perubahan kondisi sosial pensiun dan isolasi sosial berupa
ekonomi yang terjadi akibat hidup sendiri setelah pasangannya

Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017 73


meninggal. Faktor kesehatan yang diakibatkan oleh terlalu rendahnya
berperan dalan perubahan status gizi intake makronutrien (defisiensi
antara lain adalah naiknya insidensi protein, mineral, vitamin), terlalu
penyakit degenerasi maupun non- banyak intake makronutrien
degenerasi yang berakibat dengan (obesitas) atau berlebihannya jumlah
perubahan dalam asupan makanan, zat-zat yang tidak diperlukan, seperti
perubahan dalam absorpsi zat-zat gizi alkohol. Malnutrisi secara nyata dapat
di tingkat jaringan, dan beberapa mempengaruhi kesejahteraan lansia,
kasus dapat disebabkan oleh obat-obat menyebabkan penurunan status
tertentu yang harus diminim para fungsional dan membuat masalah
lansia oleh karena penyakit yang medis semakin buruk.
sedang dideritanya. Terjadinya kekurangan gizi
Bagi lansia pemenuhan pada lansia oleh karena sebab-sebab
kebutuhan gizi yang diberikan dengan yang bersifat primer maupun
baik dapat membantu dalam proses sekunder. Sebab-sebab primer
beradaptasi atau menyesuaikan diri meliputi ketidaktahuan, isolasi sosial,
dengan perubahan-perubahan yang hidup seorang diri, baru kehilangan
dialaminya selain itu dapat menjaga pasangan hidup, gangguan fisik,
kelangsungan pergantian sel-sel tubuh gangguan indera, gangguan mental,
sehingga dapat memperpanjang usia. dan kemiskinan hingga kurangnya
Kebutuhan kalori pada lansia asupan makanan. Sebab-sebab
berkurang karena berkurangnya kalori sekunder meliputi malabsorpsi,
dasar dari kebutuhan fisik. Kalori penggunaan obat-obatan, peningkatan
dasar adalah kalori yang dibutuhkan kebutuhan zat gizi serta alkoholisme
untuk malakukan kegiatan tubuh (Muis 2006). Faktor-faktor ini dapat
dalam keadaan istirahat, misalnya : menyebabkan malnutrisi pada lansia
untuk jantung, usus, pernafasan dan dan jika bergabung maka akan
ginjal. mengakibatkan keburukan nutrisi
Lansia merupakan golongan yang akhirnya dapat membahayakan
yang rawan mengalami malnutrisi. status kesehatan mereka (Watson
Azad (2002) mendefinisikan 2003).
malnutrisi sebagai keadaan yang

74 Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017


Kehilangan berat badan Pengujian hipotesis penelitian
dianggap sebagai indikator yang hubungan antara
banyak digunakan untuk mendiagnosa tingkat pengetahuan asupan gizi
kurang gizi. Kehilangan berat badan lansia dengan status gizi di posyandu
10 persen dalam 6 bulan, 7,5 persen lansia Sedyowaras Rw IV Kelurahan
dalam 3 bulan atau 5 persen dalam 1 Sumber, Surakarta
bulan dianggap sangat serius, karena alat analisis data uji Mann Whitney
berhubungan langsung dengan Test.
kesakitan dan kematian (Morley et al. Hasil analisis peroleh Uhitung
2009). sebesar 126 dengan U Mann-Whiney
Kelebihan gizi pada lansia (Utabel) = 92 pada taraf signifikan 0,05
biasanya berhubungan dengan sehingga kesimpulan penelitian
kemakmuran dan gaya hidup pada adalah terdapat hubungan antara
usia sekitar 50 tahun. Kondisi tingkat pengetahuan asupan gizi
ekonomi yang makin membaik dan lansia dengan status gizi di posyandu
tersedianya makanan siap saji yang lansia Sedyowaras Rw IV Kelurahan
enak terutama sumber lemak, Sumber, Surakarta, dimana semakin
asupannya melebihi kebutuhan tubuh. tinggi pengetahuan lansia maka status
Keadaan kelebihan gizi yang dimulai gizinya semakin baik.
awal usia 50 tahun ini akan membawa Berdasarkan penelitian yang
lansia pada keadaan obesitas dan dilakukan oleh Cecillia Sri Rahayu
dapat pula disertai dengan munculnya (2005) memperlihatkan bahwa
berbagai penyakit metabolisme sebagian besar sampel 54,74 %
seperti diabetes mellitus dan mempunyai pengetahuan sedang.
dislipidemia (Muis 2006). Penelitian lain yang dilakukan oleh
Sigit (2000) di Panti Werda Semarang
4. Hubungan Antara Tingkat dengan pendekatan cross sectional
Pengetahuan Asupan Gizi Lansia memperlihatkan perbedaan dimana
dengan Status Gizi di Posyandu sebagian besar sampel 50 %
Lansia Sedyowaras Rw IV mempunyai pengetahuan gizi kurang
Kelurahan Sumber, Surakarta dikarenakan pada tempat penelitian
ini 100% usia lanjut berpendidikan

Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017 75


rendah yaitu 86,15% tidak sekolah mengenai asupan makanan yang baik
dan 13,85% hanya tamat SD. Sejalan bagi usia lanjut, menentukan status
dengan penelitian lain yang dilakukan gizi usia lanjut.
Arif Firman (2008) yang melakukan Pengetahuan merupakan hasil
penelitian di posyandu usia lanjut dari tahu, dan ini terjadi setelah
Melati Kelurahan Karang Ayu seseorang melakukan pengindraan
menyatakan bahwa semua subjek terhadap objek tertentu. Pengindraan
penelitian 56,6% tidak pernah terjadi melalui pancaindra, yakni
bersekolah. indra penglihatan, penglihatan,
Menurut Depkes 2001, penghidu, perasa, dan peraba. Tetapi
kesepian karena terpisah dari sanak sebagian besar pengetahuan manusia
keluarga, kurang bersosialisasi, diperoleh melalui mata dan telinga.
kurang pendapatan akan Pengetahuan atau kognitif merupakan
menyebabkan nafsu makan menurun domain yang sangat penting dalam
dan dapat menurunkan berat badan membentuk tindakan seseorang (over
dan kemiskinan yang menentukan behavior) (Makhfudli, 2009).
status gizi usia lanjut dan juga
masalah lainnya yang bisa SIMPULAN DAN SARAN
mempengaruhi status gizinya yaitu Penelitian ini dilakukan untuk
problem like depression, kehilangan mengetahui hubungan antara tingkat
daya ingat dan arthritis keadaan ini pengetahuan asupan gizi lansia dengan
dapat mengubah nafsu makan usia status gizi, seperti telah diuraikan di atas
lanjut dan akan berpengaruh terhadap dapat disimpulkan sebagai berikut:
status gizinya. 1. Pengetahuan asupan gizi lansia di
Tapi, bertentangan dengan posyandu lansia Sedyowaras Rw IV
hasil penelitian Galuh Nurhayati Kelurahan Sumber, Surakarta
(2009), pada penelitian tersebut sebagian besar adalah tinggi yaitu
didapatkan hasil ada hubungan sebanyak 29 responden (62%)
bermakna antara pengetahuan usia 2. Status gizi lansia di posyandu
lanjut terhadap status gizi. Pendapat lansia Sedyowaras Rw IV Kelurahan
ini didukung oleh Fatmah (2010) Sumber, Surakarta sebagian besar
yaitu kurangnya pengetahuan

76 Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017


adalah normal yaitu sebanyak 27 2. Bagi Posyandu Lansia
responden (53%) Posyandu agar lebih memperhatikan
3. Terdapat hubungan antara tingkat berat badan lansia yang tidak ideal
pengetahuan asupan gizi lansia dan memberikan penyuluhan
dengan status gizi di posyandu lansia pengetahuan tentang asupan gizi.
Sedyowaras Rw IV Kelurahan 3. Bagi Lansia
Sumber, Surakarta, yaitu semakin Lansia yang mempunyai berat badan
tinggi pengetahuan tentang asupan tidak ideal agar pola makan di atur
gizi maka status gizi semakin baik. guna tetap menjaga agar berat badan
ideal.
Dari simpulan diatas, maka penulis 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
memberikan saran sebagai berikut: Bagi peneliti lain atau peneliti
1. Bagi Institusi Pendidikan selanjutnya yang ingin meneliti
Hasil penelitian yaitu membuktikan dengan tema yang sejenis, dapat
adanya hubungan pengetahuan meneliti faktor-faktor lain yang
tentang asupan gizi terhadap asupan berhubungan dengan status gizi lansia
gizi, selanjutnya dapat menjadi selain pengetahuan misalnya faktor
referensi bagi penelitian-penelitian dukungan keluarga, penghasilan, dan
selanjutnya, serta hasil penelitian ini sebagainya.
dapat mendukung teori-teori yang
telah ada khususnya tentang
hubungan pengetahuan tentang
asupan gizi terhadap status gizi lansia.

Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017 77


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, (2007). Metodologi Keperawatan Penelitian dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Arisman, (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.

Arikunto,Suharsimi, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).


Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. (2002) Buku Panduan 13 Pesan Dasar Gizi
Seimbang. Jakarta.
Fatmah, (2010). Gizi Usia Lanjut. Erlangga. Jakarta.

Hidayat, (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Bineka Cipta.


Husaini, dkk. (2006). Kumpulan makalah diskusi pakar bidang gizi tentang MP ASI,
Antropometri dan BBLR. Jakarta: LPI PERSAGI dan UNICEF.
Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.

Moehji S, (2003). Ilmu Gizi 2. Jakarta: Penerbit Papas Sinar Sinanti, pp: 78-90.

Mubarak. (2009) Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi, Salemba Medika.

Notoatmodjo,S. (2010). Ilmu Pengetahuan dan Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Notoatmodjo,S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.

Saptawati Bardosono, (2008). Analisis situasi gizi dan kesehatan masyarakat. Dalam
Soekirman et al. (Ed.), Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan
Globalisasi. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (hlm. 153),
17-19 Mei. LIPI, Jakarta.

Sugiyono. (2010), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Siti dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta : Trans Info Medika.

Tamher, S. & Noorkasiani (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

78 Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017

Anda mungkin juga menyukai