74 124 1 SM
74 124 1 SM
ABSTRAK
Gizi anak dapat terpenuhi dan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Masa anak-anak terutama masa sekolah dasar merupakan masa dimana anak
sedang mengalami banyak sekali aktivitas dan harus didukung dengan pola
konsumsi sesuai tumbuh kembang usia mereka. Masalah gizi pada dasarnya
merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang belum mencukupi kebutuhan tubuh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui hubungan pola konsumsi makanan
jajanan dengan status gizi siswa-siswi SDK Napungliti.
Penelitian ini merupakan penelitian Korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Masing-
masing variabel yang diteliti diuji dengan mengunakan uji Kandall Twotall.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai signifikan 0,274 > 0,05, dengan
variabel independen pola konsumsi jajan sebagian besar responden memiliki pola
konsumsi jajan yang tidak baik, dan variabel dependen status gizi sebagian
responden memiliki status gizi normal.
Berdasarkan hasil uji Kandall Twotall didapatkan tidak ada hubungan antara
pola konsumsi jajan dengan stastus gizi. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden memliliki pola konsumsi jajan yang tidak baik, dan
sebagian besar memiliki status gizi normal. Saran bagi Kepala SDK Napungliti
hendaknya pihak sekolah lebih selektif lagi memilih makanan jajan apa saja yang
akan masuk ke dalam kantin sekolah.
1
Volume 8, No. 2 Desember 2021 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374
ABSTRACT
Child nutrition can be fulfilled and children can grow and thrive well.child
hood, especially in elementary activities and must be supported by consumption
patterns according to their age. Nutrional problems are basically a reflection of the
conduption of nutrients that have not yet covered the body’s needs. The purpose
of this study was to determine the relation between consumption patterrns of snacks
and the nutrition status of Napungliti elementary school students.
This study is a correlation study were 30 people. Each of the variables
studied was tested by using the Twotall test.
This study shows that the significant value of 0,274>0,05 with the
independent variable consumption pattern of the majority of the respondents had
a bad consumption pattern, and the dependent variable nutrional status of some
respondents had normal nutrition status. Based on the results of the twotall
candlestick test it was found that there was no realitionship between consumption
of snack and nutrional status.
From the result of the study it can be concluded that the majority of the
respondents had bad consumption patterns and wost have normal nutritional status.
Suggestion for the SDK Napungliti head should the school be more selective in
choosing any snacks that will enter the school canteen.
2
Volume 8, No. 2 Desember 2021 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374
3
Volume 8, No. 2 Desember 2021 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374
4
Volume 8, No. 2 Desember 2021 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374
Status gizi
Pola Sangat % Kurus % Normal %
konsumsi kurus
jajan
Tidak 3 18.8 2 12.5 11 68.8
baik
Baik 5 35.7 212 12.5 7 50.
Slumber: Data primer, 2019
5
Volume 8, No. 2 Desember 2021 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374
6
Volume 8, No. 2 Desember 2021 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374
7
Volume 8, No. 2 Desember 2021 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374
yang berarti tidak ada hubungan yang makanan yang dimakan setiap hari
bermakna antara pola konsumsi oleh satu orang dan mempunyai ciri
makanan jajanan dengan status gizi khas untuk suatu kelompok masyarakat
anak Sekolah Dasar Negeri IKIP I tertentu. Pola makan adalah cara
Makassar. Namun penelitian ini berbeda seseorang atau sekelompok orang
dengan penelitian yang di lakukan oleh (keluarga) dalam memilih makanan
Mariza (2013) dengan hasil terdapat sebagai tanggapan terhadap pengaruh
hubungan yang bermakna antara fisiologi, psikologis, kebudayaan dan
kebiasaan jajan dengan status gizi lebih sosial (Siswanti, 2014).
pada anak dengan hasil uji statistik
Ada pun responden yang memiliki pola
menunjukkan hasil p-value 0,001 <
konsumsi jajan yang tidak baik tetapi
0,05.
memiliki status gizi yang kurus
Hal ini mungkin terjadi karena dalam sebanyak 2 orang, hal ini dapat
penelitian ini hanya melihat frekuensi disebabkan orang tua tidak
jajan saja tanpa memperhatikan kualitas membudayakan disiplin makan pada
dan kuantitas makanan jajanan tersebut. anak, mereka cenderung menuruti
Kebiasaan sarapan juga dapat kemauan anak tanpa memperhatikan
mempengaruhi status gizi anak di nilai gizi yang anak mereka makan.
samping kebiasaan jajan. Seorang anak Adapun responden yang pola konsumsi
yang sehat dan normal akan tumbuh jajan yang tidak baik dengan status
sesuai dengan potensi genetik yang gizinya normal sebanyak 11 responden
dimilikinya, tetapi pertumbuhan ini hal ini dapat disebabkan karena
juga akan dipengaruhi oleh asupan gizi responden memiliki kebiasaan
yang dikonsumsi dalam bentuk mengkonsumsi makanan jajanan yang
makanan. Kekurangan atau kelebihan jumlahnya cenderung tidak berlebihan
zat gizi akan mempengaruhi status gizi sehingga status gizi responden masih
anak (Hermina, 2012). tetap normal selain itu diimbangi
dengan aktivitas fisik yang tinggi. Saat
Anak usia sekolah membutuhkan zat
ini kemungkinan besar akan berubah
gizi lebih banyak untuk pertumbuhan
menjadi status gizi yang tidak normal
dan aktivitasnya, dimana pertumbuhan
untuk beberapa waktu kedepan, karena
fisik, intelektual, mental dan sosial
anak yang pola konsumsi makanan
terjadi secara cepat, sehingga golongan
jajanan tidak baik maka dapat
umur ini perlu mendapat perhatian
diindikasikan bahwa anak tersebut
khusus. Hal ini perlu diperhatikan,
terlalu banyak mengkonsumsi lemak
karena kebiasaan makanan yang
yang tinggi, mengandung bahan
dikonsumsi sejak masa anak-anak akan
pengawet, tinggi gula dan tinggi garam,
membentuk pola kebiasaan makan
jika responden tersebut mengkonsumsi
selanjutnya (Hermina, 2012).
makanan seperti itu secara terus
Pola konsumsi adalah berbagai menerus dan tanpa adanya olahraga dan
informasi yang memberikan gambaran konsumsi serat, maka status gizi
mengenai jumlah dan jenis bahan responden bisa berubah dari normal
8
Volume 8, No. 2 Desember 2021 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374
menjadi gemuk. Kandungan gizi dalam Pendapat peneliti, sesuai dengan hasil
makanan jajanan yang rendah, kaya penelitian yang di dapat bahwah tidak
akan lemak dan kalori tetapi rendah adanya hubungan antara pola konsumsi
serat apabila sering dikonsumsi akan jajan dengan status gizi. Karena disini
berdampak buruk bagi kesehatan dan peneliti hanya meneliti tentang pola
gizi masyarakat khususnya bagi anak konsumsi jajan anak saja, karena yang
usia sekolah. (Putra, 2009). kita ketahui bahwa ada banyak faktor
Sedangkan ada responden dengan pola yang dapat mendukung atau yang dapat
konsumsi jajan yang baik tetapi status mempengaruhi status gizi anak seperti
gizinya sangat kurus sebaanyak 5 orang, salah satu faktor penyebab langsung
hal ini bisa disebabkan oleh kesibukan yaitu dilihat dari asupan makan
dari orangtua responden membuat termasuk ketika di rumah, apabila
kurangnya perhatian yang penuh konsumsi makan di rumah baik dan
terhadap status gizi responden. dijamin oleh orang tuanya, maka anak
Sehingga, meskipun sampel akan terjaga kesehatannya sehingga
mengkonsumsi makanan beragam, status gizi anak akan tetap stabil. Faktor
penyerapan zat gizi menjadi tidak lain yang dapat mempengaruhi status
sempurna, dan berdampak pada gizi anak, yaitu persediaan makan di
kesehatan dan gizi anak. Sedangkan rumah atau perawatan anak oleh orang
adapun responden dengan pola tua dan pelayanan kesehatan dan
konsumsi makanan jajanannya baik sanitasi lingkungan.
dengan status gizinya kurus sebanyak 2
responden hal ini disebabkan karena
berdasarkan hasil penelitian responden KESIMPULAN
ini memiliki kebiasaan makan jajanan
dengan frekuensi sering sehingga Berdasarkan hasil penelitian dan
sehingga berdampak pada status gizi pembahasan, maka dapat disimpulkan
responden menjadi kurang. Sedangkan sebagai berikut :
ada responden yang memiliki pola 1. Siswa-siswi SDK Napungliti
konsumsi jajan yang baik tetapi memiliki pola konsumsi jajan yang
memiliki status yang normal sebanyak 7 tidak baik sebanyak 16 orang (53,3%),
orang hal ini orang tua telah dan yang memiliki pola konsumsi jajan
mengajarkan kepada anak tentang yang baik sebanyak 14 orang (46,7%).
kebiasaan makan yang baik, yaitu 2. Siswa-siswi SDK Napungliti
sebagai contoh sarapan pagi sebelum memiliki status gizi sangat kurus 8
berangkat ke sekolah. Anak usia orang (26,7%), kurus sebanyak 4 orang
sekolah dapat mengikuti pola makan (13,3%), normal sebanyak 18 orang
keluarga serta bentuk dan kebutuhannya (60,0%).
harus diatur. Orang tua cenderung 3. Hubungan pola konsumsi jajan
mengatur pola makan anaknya dengan status gizi, hal ini dapat dilihat
berdasarkajenis dan jumlah makanan dari angka signifikan antar pola
yang dimakan dan memperhatikan konsumsi jajan dengan status gizi
jadwal makann (Putra, 2009). sebesar 0,274, dimana 0,274 > 0,05
9
Volume 8, No. 2 Desember 2021 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374
dapat disimpulkan bahwa tidak adanya variabel lain dan membuat sebuah
hubungan antara pola konsumsi jajan kombinasi baru agar dapat menambah
dengan status gizi. pustaka penelitian di bidang ilmu gizi.
4. Pola konsumsi jajan tidak ada
hubungan dengan status gizi. DAFTAR PUSTAKA
Angkey, A. (2014). Hubungan pola
konsumsi makanan jajanan dengan
SARAN status gizi dengan kadar kolesterol pada
anak sekolah dasar negri Ikip 1
1. Bagi orang tua siswa-siswi SDK Makasar (skripsi). Fakultas ilmu
Napungliti hendaknya lebih kesehatan universitas islam negri
memperhatikan makanan jajanan apa Alauddin.
saja yang dikonsumsi oleh anak, agar
pola jajan anak semakin membaik. Cara Aulia JN., Trias Mahmudiono. (2017).
yang dapat dilakukan antara lain Snacking At School Increased The Risk
dengan membawakan bekal ke sekolah. Of Overweight/Obesity In Children.
Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5
2. Bagi Kepala SDK Napungliti Nomor 3, September 2017, hlm. 311-
hendaknya pihak sekolah lebih selektif 324.
lagi memilih makanan jajan apa saja
yang akan masuk ke dalam kantin Bondika Aprilia (2011). The factor
sekolah. Sehingga siswa-siswi yang related to snacks preference in
membeli jajanan dalam kantin sekolah elementary schoool children.
akan terjamin keamanan, kebersihan
Dominikus Minggu (2017). Profil
dan kesehatan makanan jajanan yang
kesehatan profinsi Nusa Tenggara
mereka makan. Cara yang dapat
Timur tahun 2017.
ditempuh adalah dengan membuka
kantin sekolah sehat, yaitu kantin yang Engkun R, Lilik K., Neti Hernawati
hanya menjual makanan yang sudah (2015). Food consumption pattern,
terjamin kesehatannya. health status and its relationship with
nutritional status and development of
3. Bagi Siswa-siswi sekolah dasar
under five years children. Jurnal Gizi
hendaknya lebih selektif lagi dalam
Pangan, Juli 2015, 10(2): 93-100.
memilih jajan yang akan dikonsumsi.
Sehingga kondisi kesehatan dan status Feprianto HK., Saichudin., Desiana
gizi siswa-siswi baik. Cara yang dapat (2010). Gambaran perilaku jajan dan
ditempuh adalah dengan mengkonsumsi aktifitas fisik pada siswa sekolah dasar
jajanan yang hanya dijual dikantin SDN Oro-Oro kota Batu.
sekolah dan dikemas dengan rapat atau
Indah SA, Erry YM, Idrus J, Dudung A.
lebih baik membawa bekal dari rumah.
(2014). Nutritrional status based on
4. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya
primary school student’s dietary intake
lebih mengembangkan variabel pola
in rajeg district Tanggerang city.
jajan, dan status gizi. Cara yang dapat
ditempuh yaitu dengan menambahkan
10
Volume 8, No. 2 Desember 2021 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374
11
Volume 8, No. 2 Desember 2021 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374
12