Anda di halaman 1dari 44

HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

A. Bekal Awal mempelajari Hukum Newton Tentang Gerak

Agar mudah melakukan tugas belajar dalam mempelajari Hukum Newton tentang gerak saya akan
mengingat kembali tentang kinematika gerak, alat-alat ukur dasar (meliputi; stopwatch, mistar), dan teori
ketidakpastian. Adapun bekal awal saya dalam mempelajari Hukum Newton tentang gerak meliputi:

A.1 Bekal Awal Teoritis

Konsep-konsep kinematika gerak

Saya akan membaca kembali buku fisika yang tersedia diperpustakaan sekolah saya:
1. Asas-asas Fisika I A SMA kelas X karangan Bambang Ruwanto penerbit Yudhistira. Halaman 73-97.
2. Cerdas Belajar Fisika I A SMA kelas X karangan Kamajaya Penerbit PT. Grafindo Media Pratama.
Halaman 69-95.
3. Buku Dasar-dasar Fisika Universitas Edisi Kedua, Karangan Marcello Alonso dan Edward J Finn,
Penerbit Erlangga, halaman 56-66.
4. Fisika SMA kelas I, karangan Nyoman Kartiasa, penerbit Depdikbud. Halaman 23-37.

Dari keempat buku tersebut saya akan menemukan kembali hal-hal berikut ini:

a. Pernyataan dan rumusan kelajuan sesaat:

Pernyataan:

Perumusan:

b. Pernyataan dan rumusan kecepatan sesaat:

Pernyataan:

Perumusan :

c. Pernyataan dan rumusan kecepatan rata-rata:

Pernyataan:

Perumusan :

d. Pernyataan dan rumusan kelajuan rata-rata:

Pernyataan:

Perumusan :
e. Pernyataan dan rumusan percepatan:

Pernyataan

Rumusan

f. Pengertian Ketidakpastian dalam pengukuran

A.2 Bekal Awal Keterampilan

A.2.1 Prinsip Penggunaan stopwatch

a. Sebelum menggunakan stopwatch terlebih dahulu saya akan melakukan pengisian tenaga pada
stopwatch dengan cara: ….

b. Kemudian saya akan mengkalibrasi stopwatch sehingga mendapatkan hasil pengukuran yang benar
dengan cara: ….

c. Dalam menggunakan stopwatch, langkah-langkah yang saya lakukan adalah: ….

d. Pembacaan hasil pengukuran dan ketelitian stopwatch.


Skala maksimum: ….
Skala minimum : ….
Ketelitian: ….
Hasil pengukuran : ….
Angka pasti: ….
24 Angka taksiran: ….
22
20 Hasil akhir: ….

Gambar 1. Pengukuran Stop Watch


A.2.1 Prinsip Penggunaan Mistar

a. Dalam menggunakan mistar, langkah-langkah yang saya lakukan adalah: ….

b. Pembacaaan hasil pengukuran dan ketelitian mistar

3,8 atau
3,9 cm

Gambar 2. Penggunaan Mistar

Skala maksimum: ….
Skala minimum : ….
Ketelitian: ….
Hasil pengukuran : ….
Angka pasti: ….
Angka taksiran: ….

Hasil akhir: ….
B. MEMPELAJARI HUKUM NEWTON TENTANG GERAK
Tujuan Belajar

Semester :1
Kelas :X
Jenjang : SMA
Waktu :

Standar Kompetensi:
Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).

Kompetensi Dasar:
Menganalisis besaran-besaran Fisika pada Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus
Berubah Beraturan (GLBB).

Indikator:
1. Memberikan contoh penerapan hukum Newton dengan menggunakan berbagai media.
2. melakukan percobaan yang berhubungan dengan hukum-hukum Newton.
3. Melukiskan diagram gaya yang bekerja pada suatu benda.
4. Menjelaskan pengertian gaya berat dan gaya gesekan, serta contoh aplikasinya dalam kehidupan sehari-
hari.

C. TEORI DAN CONTOH HUKUM NEWTON TENTANG GERAK


Saya akan mempelajari Hukum Newton tentang gerak. Sumber belajar utama yang saya gunakan adalah
buku-buku fisika yang tersedia di perpustakaan sekolah adalah, yaitu:
1. Asas-Asas Fisika I A SMA kelas X karangan Bambang Ruwanto, penerbit Yudistira. Halaman
122 sampai Halaman 135
2. Cerdas Belajar Fisika Untuk SMA kelas I karangan kamajaya penerbit PT Grafindo Media
Pertama hal 126 sampai hal. 130.
3. Buku Dasar-dasar Fisika Universitas Edisi Kedua, Karangan Marcello Alonso dan Edward J
Finn, Penerbit Erlangga, halaman 116-121.
4. Fisika SMA kelas I, karangan Nyoman Kartiasa, penerbit Depdikbud. Halaman 43-50.

Dari keempat buku tersebut, saya akan mencermati dan memahami setiap wacana yang berhubungan
dengan hukum newton tentang gerak. Kemudian saya akan memperhatikan contoh-contoh soal dan
menyelesaikan semua tugas dan soal latihan yang telah tersedia.

Setelah saya mempelajari keempat buku tersebut, serta mengikuti demonstrasi dan penjelasan guru di
kelas. Saya akan membentuk kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Menuliskan dengan kata-kata saya sendiri pernyataan Hukum Newton I.
….

2. Memformulasikan persamaan Hukum Newton I


…..

3. Menuliskan dengan bahasa saya sendiri pernyataan Hukum Newton II. Hukum Newton II
menyatakan ….
4. Memformulasikan persamaan Hukum Newton II. Formulasinya ….

5. Menuliskan dengan bahasa saya sendiri pernyataan Hukum Newton III. Hukum Newton III
menyatakan ….

6. Memformulasikan persamaan Hukum Newton III. Formulasinya ….

7. Kemudian memperhatikan gambar di bawah ini. Gambar di bawah ini adalah ….


Spesifikasi:
Gelas belimbing terbuat dari kaca

Gambar 3. Gelas belimbing di atas kertas

Setelah saya memperhatikan gambar 3, gambar tersebut adalah sebuah gelas berisi air sebanyak ¾
gelas yang diletakkan di atas meja yang beralas selembar kertas. Kemudian saya akan
mengobservasi alat yang ada di lab (sesuai dengan gambar di atas), dan selanjutnya saya mencari:
 Besaran-besaran apa saja yang dapat saya temukan ketika kertas ditarik. Besaran-besarannya
adalah ….

 Besar gaya yang bekerja pada gelas yang diam tersebut. Besar gayanya adalah ….

 Yang tejadi pada gelas ketika kertas ditarik dengan pelan-pelan? Yang terjadi adalah ….

 Yang terjadi pada gelas ketika kertas ditarik dengan cepat (1 hentakan). Yang terjadi adalah ….

8. Kemudian saya memperhatikan gambar di bawah ini, gambar di bawah ini adalah….

Spesifkasi:
1. Berat balok: ….
2. Pegas Slinki: ….

Gambar 4. Balok yang dihubungkan dengan pegas slinki


Setelah saya memperhatikan gambar di atas, gambar tersebut adalah sebuah balok diletakkan di atas
meja ditarik dengan pegas. Kemudian saya akan mengobservasi alat yang ada di lab (sesuai dengan
gambar di atas) kemudian saya mencari:
a. Besaran-besaran apa saja yang dapat saya temukan ketika saya menarik pegas slinki. Besaran-
besaran yang saya temukan adalah perpindahan, waktu, gaya.
b. Yang terjadi ketika pegas slinki ditarik. Yang terjadi adalah balok berpindah.
c. Manakah yang memungkinkan memiliki perpindahan yang terbesar ketika pegas slinki ditarik
sejauh 20 cm dan 39 cm. Perpindahn yang terbesar adalah ketika pegas ditarik sejauh 39 cm.
9. Kemudian saya memperhatikan gambar di bawah ini. Gambar di bawah ini adalah Hukum Newton
III.
Spesifikasi:
1 1. Pegas ukuran 3 N.
2. Rangkaian statif.

Gambar 5. Dua buah pegas sejenis yang dihubungkan dalam rangkaian statif.
Setelah saya memperhatikan gambar di atas, gambar tersebut adalah
gambar 2 buah pegas yang dikaitkan pada rangkaian statif. Kemudian saya akan mengobservasi alat
yang ada di lab (sesuai dengan gambar di atas), yaitu:
a. Besaran-besaran apa saja yang dapat saya temukan ketika saya menggeserkan kedua kaki statif.
Besaran-besaran tersebut adalah ….
b. Ketika 2 kaki statif di geser (saling dijauhkan pada jarak x) apa yang terjadi pada rangkaian di
atas ….
c. Mengukur besar gaya yang bekerja pada 2 pegas ketika jarak pegeseran 2 kaki:
a. 10 cm
b. 20 cm
c. 30 cm
d. 40 cm

D. LATIHAN KETERAMPILAN PROSES

D.1.1 Kegiatan Pralaboratorium I

Setelah saya menjawab pertanyaan pada nomor 1, 2 dan 7 maka saya akan melakukan percobaan namun
terlebih dahulu saya akan membuat rencana percobaannya. Rencana percobaan tersebut terdiri dari alat
dan bahan yang diperlukan, langkah percobaan, gambar sketsa percobaan, dan data hasil pengamatan
akan ditampilkan.

Alat dan Bahan:


Gambar rencana percobaan:

Gambar 3. …

Langkah percobaan :

Tabel 1. Data hasil pengamatan.

Keadaan Kertas Keadaan Gelas (bergerak atau diam)


Kertas ditarik lambat
Kertas ditarik lambat kemudian cepat
Kertas ditarik cepat
Kertas ditarik cepat kemudian lambat

Untuk dapat menentukan alat dan bahan, langkah percobaan, gambar rangkaian percobaan, dan data hasil
pengamatan maka saya akan bediskusi dengan teman kelompok kerja saya. Setelah disepakati dan ditulis
maka saya mengkonsultasikan dan meminta persetujuan kepada guru bidang studi saya, untuk mendapat
kepastian rencana kerja sehingga dapat dikerjakan dan memperoleh hasil yang diharapkan.

D. 1.2 Kegiatan Laboratorium I.

1. setelah rencana percobaan mendapat persetujuan guru bidang studi (ada jaminan berhsil
dikakukan) maka saya kana melakukan percobaan sesuai dengan rencana yang telah saya
buat.
2. kemudian saya akan mencatat hasil pengamatan sesuai dengan rencana data hasil
pengamatan yang saya kumpulkan, sbb:
Gerak Kertas Gerak Gelas
Bergerak Diam
Lambat
Lambat – cepat
Cepat
Cepat - lambat
.
3. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data maka dapat disimpulkan ketika benda
bergerak dengan kecepatan konstan maka tidak ada gaya yang bekerja padanya ( ΣF=0
).

D.2.1 Kegiatan Pralaboratorium 2

Setelah saya menjaeab pertanyaan pada nomor 3, 4 dan 8 maka saya akan melakukan percobaan
namun terlebih dahulu saya akan membuat rencana percobaannya. Rencana percobaan tersebut
terdiri dari alat dan bahan yang diperlukan, langkah percobaan, gambar sketsa percobaan, dan data
hasil pengamatan akan ditampilkan.

Alat dan Bahan:

Gambar rencana percobaan:

Gambar 4. …

Langkah percobaan:
Tabel I. Data hasil pengamatan yang dikoleksi

1. Perpindahan ketika pegas slinki 20 cm=


2. Perpindahan ketika pegas slinki 30 cm=
3. Perpindahan ketika pegas slinki 40 cm=

Untuk dapat menentukan alat dan bahan, langkah percobaan, gambar rangkaian percobaan, dan
data hasil pengamatan maka saya akan bediskusi dengan teman kelompok kerja saya. Setelah
disepakati dan ditulis maka saya mengkonsultasikan dan meminta persetujuan di guru bidang studi
saya, untuk mendapat kepastian rencana kerja sehingga dapat dikerjakan dan mempeoleh hasil
yang diharapkan.

D.2.2 Kegiatan Laboratorium 2

1. setelah rencana percobaan mendapat persetujuan guru bidang studi (ada jaminan berhasil
dikakukan) maka saya kana melakukan percobaan sesuai dengan rencana yang telah saya buat.
2. kemudian saya akan mencatat hasil pengamatan sesuai dengan rencana data hasil pengamatan
yang saya kumpulkan, sbb:

Tabel 2. Data hasil pengamatan yang dikoleksi

Perpanjangan Pegas Perpindahan Waktu (s)


Slinki
10 cm 17 cm 1:36
20 cm 41 cm 1:28
30 cm

3. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa suatu benda
bermassa m bila diberi gaya (F) tarik maka akan menimbulkan perpindahan, bila terjadi
perpindahan dalam satuan waktu maka terdapat kecepatan dan percepatan dalam percobaan itu.
Dimana besarnya gaya berbanding lurus dengan kecepatan dan percepatan.

D.3.1 Kegiatan Pralaboratorium 3

Setelah saya menjaeab pertanyaan pada nomor 5, 6 dan 9 maka saya akan melakukan percobaan
namun terlebih dahulu saya akan membuat rencana percobaannya. Rencana percobaan tersebut
terdiri dari alat dan bahan yang diperlukan, langkah percobaan, gambar sketsa percobaan, dan data
hasil pengamatan akan ditampilkan.

Alat dan Bahan:


Gambar rencana percobaan:

Langkah percobaan:

Untuk dapat menentukan alat dan bahan, langkah percobaan, gambar rangkaian percobaan, dan
data hasil pengamatan maka saya akan bediskusi dengan teman kelompok kerja saya. Setelah
disepakati dan ditulis maka saya mengkonsultasikan dan meminta persetujuan di guru bidang studi
saya, untuk mendapat kepastian rencana kerja sehingga dapat dikerjakan dan mempeoleh hasil
yang diharapkan.

D.3.1 Kegiatan Pralaboratorium 3

1. setelah rencana percobaan mendapat persetujuan guru bidang studi (ada jaminan berhasil
dikakukan) maka saya kana melakukan percobaan sesuai dengan rencana yang telah saya buat.
2. kemudian saya akan mencatat hasil pengamatan sesuai dengan rencana data hasil pengamatan
yang saya kumpulkan, sbb:
Tabel 2. Data hasil pengamatan yang dikoleksi

x Faksi Freaksi
20 cm 1.5 N 1,.5 N
30 cm 1.8 N 1.8 N
40 cm 2. 0 N 2.0 N
3. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data maka dapat disimpulkan
F aksi=F reaksi .
Latihan soal

Dari (1) buku asas-asas fisika untuk SMA kelas X semester I, karangan Bambang Ruwanto,
penerbit Yudhistira, halaman 167-168, saya akan membuat penyelesaian dalam buku latihan
soal, untuk soal nomor : 1.

1.

Buku cerdas belajar fisika untuk SMA kelas X karangan Kamajaya penerbit Grafindo Media
Pratama, halaman 160-161, saya akan membuat penyelesaian dalam buku latihan soal, untuk
soal nomor 26

26.
LEMBAR JAWABAN

A. Bekal awal Hukum Newton I

Asas-asas Fisika I A SMA kelas X karangan Bambang Ruwanto penerbit Yudhistira.


Halaman 73-97

A. GERAK LURUS BERATURAN

Dalam kehidupan seharihari, gerak yang banyak yang dijumpai adalah gerak yang tidak
beraturan. Gerak mobil kadang-kadang cepat, kdang-kdang lambat, bergantung pada situasi
dan kondisi jalan. Pada jalan lurustanpa habatan, mobil dapat bergerak cepat. Akan tetapi,
jalan yang ramai obil akan bergerak lambat. Di jalan tol mungkin kita akan dapat
mempertahankan kelajuan tetap untuk bberapa saat, misalnya 100 km/jam. Gerak pesawat
terbang kita berada pada ketinggian tertentu dapat dipandang sebagai gerak engan klajuan
tetap. Pada bagian ini kita akan membahas gerak lurus beraturan.

Pada gerak lurus beraturan(biasanya disingkat GLB), lintasa yang ditempuh benda brupa garis
lurus dan arah geraknya selalu tetap. Oleh karena itu, perpndahan dapat diganti dengan jarak
dan kecepatan tetap dapat diganti dengan kelajuan tetap. Benda begerak dengan kcepatan
tetap, artinya benda menempuh jarak yang sama dalam selang waktu yang sama. Oleh karena
itu, grak lurus beraturan dieinisikan sebagai gerak yang lintasannya lurus dan pada selang
waktu yang sama menempuh jarak yang sama.

B. GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN

Gerak lurus berubah beraturan(GLBB) adalah gerak yang lintasannya lurus dan pecepatannya
tetap. Benda jatuh mupakan salah satu contoh gerak dengan pecpatan tetap jika gesekan udara
diabaikan. Gerak lurus dengan percepatan hamper konstan juga terjadi pda bidang teknologi,
seerti gerakan pesawat tempur yang dilontarkan dari geladak kapal induk.

Pada bagian ini kita akan membicarakan persamaan gerak dengan percepatan tetap. Persamaan
ini memungkinkan kita menyelesaikan berbagai persoalan yng menyangkut kinematika gerak
lurus. Akan tetapi, sbelum ampai pada pembahasan persamaan gerak, kita bicarakan konsep
percepatn dahulu.

Apabila kecepatan saat sebuah benda yang bergerak bertambah seiring dengan berubahnya
waktu, ita mengatakan bahwa benda tersebut bergerak dipercepat. Sebagaimana kecepatan
yang menjelaskan laju perubahan posisi terhadap waktu, percepatan menjelaskan laju
perubahan kecepatan terhaap waktu seperti kecepatan, percepatan merupakan bearan vector.

Cerdas Belajar Fisika Untuk SMA kelas I karangan kamajaya penerbit PT Grafindo Media
Pertama hal 126 sampai hal. 130.

Pada saat anda berada dalam kendaraan atau oil yang mula-mula dia, kemudian mobil mulai bergerak . Apa
yang anda rasakan dengan gerak badan anda? Badan anda akan terasa terdorong ke belakang, bukan?
Buku Cerdas Belajar Fisika untuk SMA kelas X, karangan Kamajaya Penerbit Grafindo
Media Pratama, hal. 76 – 84. HUKUM NEWTON

Sebuah benda yang bergerak dngan lintasan lurus dikatakan melakukan gerak lurus. Dalam fisika,
pembahasan mengenai gerak termasuk dalam kajian kinematika, yaitu ilmu yang mempelajari tentang gerak
tanpa memperhatikan dari penyabab gerak tersebut. Adapun kinematika yang khusus mempelajari gerak
lurus disebut kinematika gerak lurus.

A. Perpindahan dan Jarak


Perpindahan dan jarak merupakan dua pengertian yang berbeda. Dalam ilmu fisika, perpindahan merupakan
besaran vector, sedangkan jarak merupakan besaran scalar. Apabila anda membicarakan perpindahan, anda
perlu mengetahui arah perpindahan tersebut. Misalkan, sebuah acuan perpindahan menuju arah utara diambil
sebagai harga positif maka perpindahan yang berlawanan arah, yaitu ke arah selatan haruslah bernilai
negative. Jadi, perpindahan dapat berharga positif atau negative bergantung pada titik acuan dan arah gerak.

B. kecepatan dan kelajuan


kecepata dan kelajuan mmiliki dua pengertian yang berbeda. Kecepatan merupakan besaran vector,
sedangkan kelajuan mrupakan besaran scalar kelajuan sebuah benda dientukan oleh jarak tempuh benda dan
selang waktu yang dibutuhkan untuk menepuh jarak, tanpa memperhatikan arah perpindahannya. Kecepatan
ditentukan oleh perpindahan benda dan selang wktu yang dibutuhkan untuk berpindah dengan
memperhatikan arah perpindahannya. Misalkan ada peernyataan ada sebuah mobil bergerak dari Serang ke
Tangerang dengan kelajuan 65 km/jam. Bandingkan dengan pernyataan sebuah pesawat meninggalka badara
husein sastranegara bandung dengan besar kecepatan 250 km/jam kea rah timur, menuju yogyakarta.
Dapatkah anda menemukan perbedaan kedua contoh tersebut? Mobil dikatakan memiliki kelajuan karena
tidak memperhatikan arah gerak mobil, sedangkan pesawat memiliki kecepatan karena pesawat bergerak
pada arah tertentu, yaitu ke ara timur.

1. kecepatan dan kelajuan rata-rata


Kelajuan rata-rata diperoleh dari jarak yang ditempuh dibagi dengan selang waktu. Secara
matematis, kelajuan rata-rata untuk semua jenis gerak dapat dituliskan dengan persamaan berikut:

jarak yang ditempuh


kelajuan rata-rata= waktu tempuh
s
v= t
dengan: v = kelajuan rata-rata (ms-1)
s = jarak tempuh (meter)
t = waktu tempuh (contoh soal: sekon)

B. MEMPELAJARI HUKUM NEWTON TENTANG GERAK


Tujuan Belajar

Semester :1
Kelas :X
Jenjang : SMA
Waktu :

Standar Kompetensi:
Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).

Kompetensi Dasar:
Menganalisis besaran-besaran Fisika pada Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus
Berubah Beraturan (GLBB).

Indikator:
5. Memberikan contoh penerapan hukum Newton dengan menggunakan berbagai media.
6. melakukan percobaan yang berhubungan dengan hukum-hukum Newton.
7. Melukiskan diagram gaya yang bekerja pada suatu benda.
8. Menjelaskan pengertian gaya berat dan gaya gesekan, serta contoh aplikasinya dalam kehidupan sehari-
hari.

C. TEORI DAN CONTOH HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

Saya akan mempelajari Hukum Newton tentang gerak. Sumber belajar utama yang saya gunakan adalah
buku-buku fisika yang tersedia di perpustakaan sekolah adalah, yaitu:
1. Asas-Asas Fisika I A SMA kelas X karangan Bambang Ruwanto, penerbit Yudistira. Halaman
122 sampai Halaman 135
2. Cerdas Belajar Fisika Untuk SMA kelas I karangan kamajaya penerbit PT Grafindo Media Pertama
hal 126 sampai hal. 130.
3. Buku Dasar-dasar Fisika Universitas Edisi Kedua, Karangan Marcello Alonso dan Edward J Finn,
Penerbit Erlangga, halaman 116-121.
4. Fisika SMA kelas I, karangan Nyoman Kartiasa, penerbit Depdikbud. Halaman 43-50.
Fisika Untuk Universitas 1, Sears. Zemansky, cetakan ke 8 1994

7.1 Pendahuluan

Dalam bab 5 telah dibicarakn mengenai kinematika yang menggambatkan gerak dari sebuah partikel.
Sekarang, akan diselidiki apa yang menyebabkan partikel-partikel itu bergerak demikian. Mengapa benda-
benda di dekat permukaan bumi jatuh dengan percepatan konstan ? mengapa bumi bergerak mengelilingi
matahari dalam orbit berbentuk elips ? mengapa atom-atom terikat membentuk molekul? Mengapa sebuah
pegas berosilasi bila diregangkan? Semua itu dan juga beberapa gerakan lain yang terus-menerus kita
sakasikan di sekeliling kita ingin kita mengerti. Pengertian ini penting tidak hanya sebagai pengetahuan dasar
tentang alam, tetapi juga untuk penerapan teknis dan praktis. Menegerti bagaimana gerakan secara umum
dihasilkan, memungkinkan kita untuk merancang mesin-mesin dan alat-alat praktis lainnya yang bergerak
sesuai dengan keinginan kita. Pelajaran mengenai hubungan antara gerakan suatu benda dan penyebab
terjadinya gerakan itu disebut dinamika.

Dari pengalaman sehari-hari diketahui bahwa gerakan sebuah benda merupakan hasil langsung dari
interaksinya dengan benda-benda di sekitarnya. Jika seorang “pemukul” memukul bola, dia berinteraksi
dengan bola itu dengan mengubah gerakannya. Lintasan peluru adalah hasil interaksi dengan bumi. Gerakan
electron mengelilingi inti atom adalah hasil interaksi dengan inti tersebut danmungkin dengan electron
lainnya. Interaksi digambarkan dengan baik sekali melalui sebuah konsep yang disebut gaya. Dinamika pada
dasarnya adalah analisis hubangan antara gaya dan perubahan gerak suatu benda.

Hukum-hukum gerakan yang diberikan dalam pembahasan berikut ini merupakan perampatan (generalisasi)
yang muncul dari analisis yang diteliti mengenai pelbagai gerakan yang diamati di sekitar kita
dankesimpulan pengamatan kita mengenai eksperimen-eksperimen ideal tertentu atau yang disederhanakan.
Hukum-hukum ini pertama kali dikumandangkan oleh Sir Isaac Newton (1642 – 1727) meskipun pernah
dinyatakan secara tidak langsung sebelumnya oleh Galileo.

7.2 Hukum Kelembaman

Sebuah partikel bebas adalah sebuah partikel yang tidak dipengaruhi oleh interaksi apapun. Sebenarnya tidak
ada susuatu yang berkelakuan sebagai partikel bebas sebab setiap partikel berinteraksi dengan semua partikel
di luar dirinya di ala mini. Karena itu, sebuah partikel bebas seharunya benar-benar terisolasi, atau
merupakansatu-satunya partikel di alam ini. Tetapi kemudian partikel semacam itu tidak mungkin diamati
sebab proses pengamatan selalu melibatkan seorang pengamat dan partikel itu sendiri. Dalm praktek,
beberapa partikel boleh dianggap bebas sebab mereka berjarak cukup jauh satu sama lain sehingga
interaksinya diabaikan atau karena interaksi dengan partikel-partikel lainnya saling menghapuskan,
memberikan harga nol untuk iteraksi netto.
Hukum kelembaman menyatakan bahwa:
Sebuah partikel bebas selalu bergerak dengan kecepatan konstan (atau dengan jumlah yang sama) tanpa
percepatan.

Jadi, sebuah partikel bebas bergerak dalam garis lurus dengan kecepatan konstan atau diam (kecepatan nol).
Pernyataan ini juga disebut hukum pertama Newton.

Dari bab 5 dan 6, kita ingat bahwa gerak itu adalah relative. Oleh karena itu, ketika menyatakan hukm
kelembaman harus ditunjukkan terhadap siapa atau apa gerakan partikel bebas itu diacu. Dianggap bahwa
gerakan partikel itu relatip terhadap seorang pengamat yang merupakan sebuah partikel bebas atau sistem
bebas; yaitu yang tidak berpengaruh oleh interaksi di luar dirinya. Pengamat semacam itu disebut pengamat
inersial dan menggunakan kerangka Acuan Inersial. Kerangka acuan inersial iru dianggap tidak berotasi
sebab adanya rotasi secara tak langsung menyatakan adanya pecepatan (atau perubahan kecepatan yang
disebabkan perubahan arah) dank arena itu interaksi-interaksinya berlawanan dengan definisi kita mengenai
pengamat inersial sebagai sebuah “partikel bebas” tanpa percepatan. Menurut hukum kelembaman,
pengamat-pengamat inersial mungkin bergerak relaitp satu terhdap yang lain, dengan kecepatan konstan.
Karena itu, pengamatan-pengamatan mereka terhubung melalui transpormasi Galileo atau Lorentz,
tergantung pada besarnya kecepatan relative mereka.

Oleh karena rotasi harian dan interaksinya dengan matahari dan planet lain, bumi bukan merupakan kerangka
acuan inersial. Meskipun demikaian dalam beberapa kasus efek rotasi dan interaksi bumi diabaikan; tanpa
kesahan yang besar, kerangka acuan terhadapa laboratorium di bumi bisa dianggap inersial. Matahari juga
bukan merupakan kerangka acuan inersial. Karena interaksinya dengan benda-benda lain di dalam galaksi,
metahari membuat orbit melengkung terhadap pusat galaksi (gambar 7-1). Karena gerakan matahari lebih
mendekati gerak lurus beraturan dan serba sama dibanding bumi (percepatan orbital bumi 150 juta kali lebih
besar dari matahari),maka matahari lebih mirip sebuah kerangka inersial disbanding bumi.
Gambar 7-1 sebuah sistem koordinat di bumi tidak inersial karena rotasi harian bumi dan geraknya yang
dipercepat dalam mengitari matahari. Matahari juga bukan merupakan kerangka inersial karena geraknya
terhadapat pusat galaksi. Akan tetapi, untuk tujuan praktis, keduanya boleh dipakai untuk mendefinisikan
sebuah kerangka inersial. (gambar tidak menurut skala)

Beberapa percobaan yang dilakukan di laboratorium di bumi mendukueng hukum kelembaman. Sebuah bola
yang diam di sebuah permukaan horizontal yang halus akan tetap dian selama tidak ada aksi yang dikerjakan
padanya; yakni kecepatannya tetap konstandengan nilai sama dengan no. permukaan di mana bola berada
dalam keadaan diam dianggap menyeimbangankan interaksi antara bola dan bumi, karena itu bola tersebut
berada dalam keadaan bebas dari interaksi. Bila bola dipukul seperti dalampermainan bilyard, bola itu
mengalami interaksi sebentar dan mendapat kecepatan, tetapi setelah itu segera bebas kembali, bergerak
dalam garis lurus dengan kecepatan yang diperoleh saat bola itu dipukul. Jika bola tersebut tegar dan bulat
sempurna serta permukaan permukaan di mana bola tersebut berada horizontal dan licin sempurna, maka
bola itu akan bergarak seterusnya dengan cara tadi. Dalam praktek, bola akan melambat dan akhirnya
berhenti. Dikatakan bahwa anatara bola dan permukaan ada interaksi tambahan yang disebut gesekan.

7.3 Massa

Pada bagia 2.3 diberikan definisi operasional massa sebagai bilangan yang dikaitkan pada tiap partikel atau
benda dan didapat dengan membandingkan terhadap sebuah benda standar dengan menggunakan neraca
berlengan sama. Cara untuk mendapatkan massa suatu benda ini didasarkan pada tarikan ke bawah yang
dihasilkan bumi terhadap semua benda; yakni tarikan gravitasi bumi. Karena alas an itu, massa yang diukur
dengan cara di atas disebut massa gravitasi suatu benda.

Definisi massa ini memiliki beberapakelemahan. Pertama, tidak semua benda bisa diletakkan pada neraca
untuk mendapatkan massanya. Kedua, selain interaksi gravitasi, benda-benda juga mengalami interaksi lain;
dank arena itu, harus diselidiki apakah konsep massa juga berlaku untuk tiap kasus tersebut. Akhirnya,
definisi operasional tentang massa didasarkan pada anggapanbahwa partikelnya berada dalam keadaan diam;
dari definisi itu tidak dketahui apakah massa akan etap sama bila partikel tersebut dalam keadaan ber
bergerak.

Satu konsekuansi langsung dari hukum kelembaman adalah bahwa seorang pengamat inersial mendapati
bahwa sebuah partikel tidaklah bebas (dia berinteraksi dengan partikel-partikel lain) jika partikel tersebut
kecepatannya tidak lagi konstan, atau partikel itu, mengalami percepatan.

Anggaplah sekarang ada sebuah situasi ideal. Andaikan sebagai ganti pengamatan sebuah partikel terisolasi
dalam semesta sebagaimana diasumsikan dalam hukum kelembaman, diamati dua partikel yang hanya
dipengaruhi oleh interaksi silangnya sendiri dan terisolasi dari semesta di sekitar mereka. Sebagai hasil
interaksi dua partikel itu, kecepatan masing-maing partikel tidaklah konstan tetapi berubah terhadap waktu,
dan pada umumnya lintasannya melenkung seperti ditunjukkan dalam gambar 7-2 olek kurva (1) dan (2).
Pada suatu saat t, partikel (1) berada di A dengan kecepatan v1, dan partikel (2) berada di B dengan kecepatan
v2. Kemudian pada waktu t’, partikel-partikel itu berada di A’ dan B’ dengan kecepatan masing-masing v’1
dan v’2

Perubahan kecepatan* partikel (1) ketika bergerak dari A ke A’ dalam selang waktu Δt=t '−t adalah
'
Δv 1 =v 1−v 1
Dan perubahan kecepatan partikel (2) dalam selang waktu yang sama adalah
'
Δv 2 =v 2−v 2
Secara eksperimen didapatkan bahwa kedua perubahan dalam kecepatan selama selang waktu tertentu

mempunyai arah yang berlawanan, yaitu vector


Δv 1 dan Δv 2 menunjuk arah berlawanan. Percobaan juga

menunjukkan, berapapun selang waktu Δt perbandingan besarnya perubahan kecepatan Δv 1 dan Δv 2


selalu sama. Karena itu dapat ditulis:
Δv 1 =−KΔv 2 (7.1)
Dimana K adalah sama untuk tiap pasang partikel, tanpa tergantung bagaimana mereka bergerak.

Gambar 7-2 Interaksi antara 2 partikel

Andaikan sekarang dipilih sebuah partikel tertentu sebagai “standar” dan ditandai (0). Kemudian partikel-
partikel (1), (2), (3) dan seterusnya masing-masing dibiarkan berinteraksi dengan partikel standar (0)

sehingga menghasilkan perubahan kecepatan


Δv1 tertentu pada interaksi standar; dalam tiap kasus

ditetapkan konstanta K dalam persamaan (7.1) untuk tiap pasangan [ ( 0) ; ( 1) ] , [ ( 0) ; ( 2) ] ,[ ( 0) ; ( 3) ] dan


seterusnya. Kita akan menandai konstanta K untuk tiap pasangan itu dengan
m1 , m2 ,m3 , dan sterusnya.
Karena itu ditulis:
Δv 0 =−m1 Δv 1, Δv 0=−m2 Δv 2 , Δv 0 =−m3 Δv3 , dst

Dan koefisien-koefisien
m1 , m2 ,m3 , dan seterusnya disebut sebagai massa inersial (massa lembam)

partikel (1), (2), (3), dan seterusnya, bila massa partikel setandar dibuat sama dengan 1 (
m0 =1 ).

Satu hasil dari percobaan ini adalah bahwa kumpulan massa inersial
m0 =1, m1 , m2 , m3 dan seterusnya ,
sama dengan nilai massa gravitasi yang didapat dengan menggunakan neraca berlengan sama pada bagian 2-
3, artinya, dari percobaan-percobaan yang dilakukan sejauh ini, massa gravitasi dan massa inersial adalah
identik.

Hasil penting kedua adlah, ketika percobaan dilaksanakan dengan partikel (1) dan (2), konstanta K dalam

persamaan (7.1) sama dengan


m2 /m1 ; yaitu
m2
Δv 1 =− Δv2 atau m1 Δv 1 =−m2 Δv2
m1 (7.2)
Hubungan yang sama berlaku untuk tiap dan semua pasangan oartikel.

7.4 Momentum Linier

Momentum linier sebuah partikel didefinisikan sebagai perkalian antara massanya dan kecepatannya.
Nyatakan momentum linier dengan p, maka dapat ditulis
p=mv (7.3)
Momentum lenier merupakan besaran vector dan memilki arah yang sama dengan kecepatan. Momentum
linier merupakan konsep fisika yang sangat penting karena momentum linier menggabungkan dua unsur
yang memberika ciri keadaan dinamik sebuah partikel: massa partikel itu dan kecepatannya. Selanjutnya
akan digunakan kata momentum untuk “momentum linier”. Dalam SI, satuan momentum adalah m kg dt -1.
(tak ada nama khusus yang diberikan untuk satuan momentum ini)

Bahwa momentum merupakan besaran dinamik yang lebih informative dibandingkan kecepatan sendiri,
dapat dilihat dari beberapa percobaan sederhana. Sebagai contoh, sebuah truk bermuatan yang sedang
bergerak akan lebih sulit dihentikan atau dipercepat dibandingkan dengan truk kosong sekalipun kecepatan
keduanya sama, sebab momentum truk yang bermuatan lebih besar.
Sekarang hukum kelembaman dapat dinyatakan ulang dengan mengatakan:

Sebuah partikel bebas selalu bergerak dengan momentum yang konstan.


p=konstan
Jika ada dua partikel demgan massa
m1 dan m2 yang bergerak dengan kecepatan v 1 dan v 2 , maka
momentum total sistem pada suatu saat tertentu adalah
P= p1 + p 2=m1 v 1 +m2 v 2 (7.4)
Jika diperhatikan suatu sistem yang terdiri dari beberapa partikel, maka momentum total sistem tersebut
adalah:
P=∑ p1 = p1 + p 2 + p3 +. . .
i

7.5 Prinsip Kekekalan Momentum

Sekarang marilah perdalam pengantar konsep momentum tersebut. Andaikan sebuah partikel bermassa m
mempunyai kecepatan v pada saat t dan kecepatan v’ – v , dan perubahan momentumnya adalah:

Δp=Δ ( mv )=mΔv (7.5)

Karena m konstan. Kemudian jika ada dua partikel dengan massa


m1 dan m2 yang brinteraksi satu sama

lain sehingga memenuhi persmaan (7.2) (yakni


m1 Δv 1 =−m2 Δv 2 ), maka boleh dituliskan

Δp 1=−Δp 2
Hasil ini menunjukkan bahwa untuk dua partikel yang saling berinteraksi, perubahan momentum partikel
pertama dalam selang waktu tertentu adalah sama dan berlawanan dengan perubahan momentum lain selama
selang waktu yang sama (gambar 7-3). Jadi hasil di atas bisa diungkapkan dengan mengatakan:

Suatu interaksi menghasilkan suatu pertukaran momentum.

Sehingga momentum yang hilang pada sebuah partikel yang berinteraksi sama dengan momentum yang
didapat oleh partikel lainnya.
Perubahan momentum partikel (1) dalam selang waktu t adalah:
Δp 1= p '1− p1
Dan perubahan momentum partikel (2) adalah:
Δp 2 =p '2− p 2
Karena itu, persamaan (7.6) dapat ditulis sebagai berikut:
p'1 −p 1=−( p'2 − p 2 ) =− p'2 + p 2

Dengan mengatur suku-sukunya, akan didapat:


' '
p1 + p2 = p1 + p2 (7.7)

Suku-suku di sebelah kiri tanda sama dengan adalah momentum total sistem 2 partikel pada saat t’, dan
susku-suku di sebelah kana adalah momentum total pada saat t. jadi ddapatlah disimpulkan bahwa,
berapapun t dan t’, momentum total selalu sama. Dengan perkataan lain

Momentum total suatu sistem yang terdiri Dario dua partikel yang hanya dipengaruhi interaksi silangnya
tetap konstan.
p1 + p2 =kons tan (7.8)

Gambar 7-3 Pertukaran momentum sebagai hasil interaksi dua partikel

Kesimpulan ini merupakan prinsip kekekalan momentum, salah satu prinsip paling dasar dan universal dalam
fisika. Sebagai contoh, perhatikan atom hydrogen yang terdiri dari sebuah electron yang bergerak mengitari
sebuah proton, dan anggaplah atom tersebut terisolasi sehingga hanya interaksi elektro-elektron saja yang
perlu diperhatikan. Jadi jumlah momentum electron dan proton relatip terhadap sebuah kerangka acuan
inersial adalah konstan. Demikian pula dengan suatu sistem yang terdiri dari bumi dan bulan. Seandainya
dimungkinkan untuk mengabaikan interaksi dengan matahari dan benda-benda lain dalam tata surya, jumlah
momentum bumi dan bulan, relative terhadap sebuah kerangka acuan inersial juga konstan. Prinsip
kekekalan momentum pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuan belanda yang bernama Christiaan
Huygens (1629-1695) setelah ia menganalisa tumbukan bola.

Meskipun prinsip kekeklan momentum di atas hanya memperhatikan dua partikel, prinsif ini juga berlaku
untuk setiap sistem partikel yang membentuk suatu sistem yang terisolasi; yaitu, partikel-partikel yang
dipengaruhi hanya oleh interaksi antara mereka sendiri dan tidak berinteraksi dengan alam sekitar mereka.
Karena itu prinsip kekekalan momentum dalam bentuknya yang umum adalah:
Momentum total suatu sistem partikel yang terisolasi adalah konstan.

P=∑ pi = p1 + p2 +p 3 +. .. . .=konstan (7.9)

Tak ada perkecualian yang diketahui terhadap prinsip umum kekekalan momentum ini. Sesungguhnya,
apabila prinsip ini kelihatannya dilanggar dalam suatu percobaan,maka para ahli fisika segera mencari
apakah partikel-partikel yang belum dikenal yang bertanggung jawab akan adnya penyimpangan kekekalan
momentum. Pencarian inilah yang membuat para ahli fisika mengidentifikasi neutron, neutrino, foton, dan
beberapa partikel elemter lainnya. Kelak harus diformulasikan kembali prinsip kekekalan momentum ini;
namun untuk persoalan-persoalan yang akan dibahas, cukuplah digunakan prinsip tersebut dalam bentuk
yang telah ditetapka di atas.

Kita dapat selalu menemukan contoh-contoh kekekalan momentum di sekitar kita. Salah satunya adalah
hentakan ke belakang pada senjata genggam ketika dipakai. Mula-mula sistem yang terdiri dari senapan dan
peluru berada dalam keadaan diam, dan momentum totalnya sama dengan nol. Ketika senapan ditembakkan,
senapan terhentak ke belakang untuk mengimbangi momentum ke depan yang dihasilkan peluru. Ketika
sebuah inti atom meluruh, dia memancarkan (sebagai contoh) sebuah electron dan sebuah neutrino,
momentum total electron, neutrino, dan inti resultan haruslah sama dengan nol karena mula-mula sistem
berada dalam keadaan diam terhadap kerangka acuan inersial laboratorium. Demikian juga jika sebuah
granat atau bom meledak saat melayang, momentum total semua pecahan tepat setelah ledakan sama dengan
momentum granat atau bom tepat sebelum meledak. (gambar 7-4)

Gambar 7-4 momentum adalah kekal pada ledakan suatubom

Contoh 7-1 sebuah senapan bermassa 0,80 kg menembakkan sebuah peluru yang massanya 0,0016 kg
dengan kecepatan 700 m dt-1. Hitunglah kecepatan hentakan senapan

 mula-mula senapan dan peluru dalamkeadaan diam dan momentum totalnya sama dengan nol. Setelah
ditembakkan peluru melesat ke depan dengan momentum:
−1 −1
p1 =m1 v 1=(0 , 0016 kg ) X (700 mdt )=11, 20 mkgdt
Senapan haruslah terhentak ke belakang dengan momentum yang besarnya sama tapi tanddanya berlawanan
karena itu, maka
−1
p2 =11,20 mkgdt =m2 v 2
Atau karena m2 = 0,80 kg
−1
11,20 mkgdt
v2= =14 ,0 mdt −1
0 ,080 kg

Contoh 7-2 Analisa kekekalan momentum dalam interaksi antara partikel-partikel atomic.

*foto kamar kabut dalam gambar 7-5(a) memperlihatkan sebuah partikel alfa (atau inti helium) yang dating
dan berinteraksi dengan sebuah atom hydrogen yang mula-mula berada dalam keadaan diam, dan merupakan
bagian dalam gas dalam kamar kabut. Partikel alfa dibelokkan dari arah geraknya mula-mula dan atom
hydrogen dalam kamar kabut digerakkan. Jika diketahui massanya masing-masing, yang dalam kasus ini
adalah 4 berbanding 1, dan kecepatan masing-masing partikel diukur (dengan suatu teknik khusus untuk
menganalisis foto-foto kamar kabut) maka bisa digambat diagram momentumnya seperti gambar 7-5(b0.
jika, stelah interaksi, kedua momentum partikel dijumlahkan, hasilnya sama dengan momentum partikel alfa
yang dating mula-mula yaitu
'
pα =p α + p H sejauh ini kekekalan momentum tetap berlaku dalam semua interaksi atomic dan nuklir.

Gambar 7-5 kekekalan momentum pada tumbukan antara sebuah partikel-alfa (inti helium) dan sebuah
proton (inti hydrogen)

7.6 Hukum Newton Kedua dan Ketiga

Dalam beberapa kasus kita hanya bisa mengamati gerak satu partikel saja sebab tak ada jalan untuk
mengamati partikel-partikel lainnya yang berinteraksi dengannya atau karena sengaja diabaikan. Dalam
keadaan seperti ini, agak sulit juga untuk menggunakan prinsip kekekalan momentum. Jalan praktis untuk
mengelakkan kesulitan ini adalah dengan memperkenalkan konsep gaya. Teorinya disebut dinamika partikel.
Persamaan (7.6) menghubungkan pertukaran momentum partikel (1) dan (2) dalam selang waktu

Δt=t ' −t . dengan membagi kedua ruas pada persamaan (7.6) dengan Δt akan diperoleh
Δp1 Δp2
=−
Δt Δt (7.10)

Yang diperoleh bahwa perubahan momentum (vektor) rata-rata partikel dalam selang waktu Δt adalah

sama besar, namun arahnya berlawanan. Jika Δt dibuat sangat kecil, yaitu jika dicari limit persamaan

(7.10) dengan membuat Δt →0 , maka diperoleh


dp1 dp 2
=−
dt dt (7.11)
Sehingga laju perubahan momentum sesaat dari partikel, pada tiap saat t, adalah sama besar dan berlawanan
arah, jadi dengan memakai contoh momentum electron dalam sebuah atom hydrogen yang terisolasi adalah
sama besar berlawanan dengan laju perubahan momentum proton. Jika dianggap bahwa bumi dan bulan
merupakan suatu sistem yang terisolasi, maka laju perubahan momentum bumi adalah sama besar dan
berlawanan dengan laju perubahan momentum bulan.

Bila dua partikel berinteraksi, maka dikatakan bahwa tiap partikel mengerjakan gaya pada partikel lain.
Menurut Newton, laju perubahan momentum pada sebuah partikel merupakan ukuran gaya yang bekerja
padanya. Jadi gaya yang bekerja pada partikel itu sehubungan dengan momentumnya diberikan oleh
dp
F=
dt (7.12)
Unkapan ini adalah hukum Newton kedua tentang gerak. Kata “bekerja” sebenarnya agak menyesatkan
karena memberi kesan adnya sesuatu yang dikenakan pada partikel.gaya adalah sebuah konsep, menurut
definisinya adlah sama dengan laju perubahan momentum sebuah partikel, yang selanjutnya disebabkan
interaksi partikel dengan partikel lainnya. Karena itu, secara fisis, gaya boleh dianggap sebagai ungkapan
kuantitatif adri interaksi. Jika partikel adalah bebas, maka p = konstan (hukum Newton pertama) dan F
=dp/dt = 0. karenanya dikatakan bahwa tak ada gaya yang bekerja pada suatu partikel bebas.
Dengan memaki konsep gaya, kita dapat mrnuliskan persamaan (7.11) dalam bentuk
F1 =−F 2 (7.13)

Diman
F1 =dp 1 /dt adalah gaya pada partikel (1) karena interaksinya dengan partikel (2), dan

F2 =dp 2 /dt adalah gaya pada partikel (2) karena interaksinya dengan partikel (1). Maka kesimpulannya
adalah

Bila dua partikel berinteraksi, maka gaya pada partikel yang satu sama besar dan berlawanan arah
terhadap gaya yang bekerja pada partikel lainnya.
Ini adalah hukum Newton ketiga tentang gerak, yang merupakan konsekuensi konsep gaya dan prinsip
kekekalan momentum (gambar 7-6).

Mengingat definisi (7.3) untuk momentum p=mv , maka persamaan (7.12) dapat ditulis dalam bentuk

d( mv)
F=
dt (7.14)

Gambar 7-6 Sebagai akibat kekekalan momentum, aksi dan reaksi adalah sama besar dan berlawanan arah.

Gambar 7-7 Gaya resultan pada sebuah partikel.


Dan jika m konstan, maka akan didapat
dv
F=m atau F=ma
dt (7.15)
Sehingga

Gaya sama dengan massa kali percepatan jika massa adalah konstan.
Perhatikan bahwa untuk kasus ini gaya memiliki arah yang sama dengan percepatan. Dari persamaan
(7.15)terlihat, jika gayanya konstan maka percepatannya juga konstan dan geraknya adalah gerak dipercepat
beraturan. Inilah yang terjadi dengan benda-benda yang jatuh di dekat permukaan bumi; semua benda jatuh
ke bumi dengan kecepatan yang sama g, dan gaya tarik gravitasi bumi disebut berat. Adalah
W = mg
Dalampembahasan di atas, diasumsikan bahwa suatu partikel berinteraksi hanya dengan satu partikel lain

(gambar 7-6). Akan tetapi, jika partikel m berinteraksi dengan partikel


m1 ,m2 ,m3 ,.... (gambar 7-7), maka
masing-masing menghasilkan suatu perubahan momentum pada m yang dicirikan oleh gaya

F1 ,F 2 ,F 3 ,.... , sesuai dengan persamaan (7.12). jadi laju total perubahan momentum dari partikel m
adalah
dp
=F1 +F2 +F3 +.. ..=F
dt (7.16)
Jumlah vector di ruas kanan disebut gaya resultan F yang bekerja pada m.

Satuan-satuan gaya: persamaan (7.12) dan (7.15) menunjukkan bahwa satuan gaya haruslah dinyatakan
dalam satuan massa dan percepatan. Dalam SI, gaya diukur dalam m kg dt -2, satuan yang disebut Newton dan
dituliskan dalam N; jadi N = m kg dt-2. gaya satu Newton adalah gaya yang menghasilkan percepatan satu m
dt-2 bila dikenakan pada suatu benda yang massanya satu kg.

Berat merupakan aya, karena itu harus dinyatakan dalm Newton. Karena percepatan gravitasi sama untuk
semua benda yang berada di dekat permukaan bumi, tetapan yang sebanding muncul antara berat dan massa.
Hal inilah yang menyebabkan kebiasaan menggunakan konsep massa dan berat secara timbale-balik.
Identifikasi semacam itu harus dihindari dalam pekerjaan ilmiah.

7.7 Konsep Gaya

Sekarang marilah kita nilai konsep gaya secara kritis. Kita memperkenalkan konsep F = dp/dt sebagai
sebuah konsep yang tepat untuk menggambarkan laju peubahan momentum sebuah partikel akibat
interaksinya dengan partikel-partikel lainnya. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita mempunyai ide
yang agak berbeda tentang gaya. Kita “merasakan’ gaya (sebenarnya interaksi) ketika pemukul menumbuk
bola, palu menghantam paku, seorang petinju memukul wajah lawannya, atau suatu beban menarik tali.
Sudah jelas bahwa memang sulit untuk mendamaikan panca indra tentang gaya dengan gaya atau interaksi
antara matahari dan bumi. Keduanya, merupakan interaksi antara dua benda. Sang murid boleh berkata, “ya,
tapi terbentang jarak yang sangat besar antara matahari dan bumi, sementara si pemukul bola ‘mnyentuh
bola’”. Hal ini adalah suatu gambaran yang jelas di mana sesuatu sebenarnya tidak berbeda seperti mereka
tampak. Bagaimanaun eratnya sebuah benda dapat terlihat, semua atomnya terpisah dan terpancang pada
suatu posisi oleh interaksi seperti yang terjadi pada planet-planet yang terpancang pada posisinya sebagai
hasil interaksi dengan matahari. Pemukul tidak pernahbersentuhan dengan bola dalampengertian mikroskopis
meskipum molekul-molekul pemukul begitu dekat dengan moleku-molekul bola, menhasilkan sebuah
gangguan sejenak pada susunan molekul bola sebagai hasil interaksi antara mereka. Jadi semua gaya di alam
bisa disamakan dengan interaksi antara benda-benda yang terpisah pada suatu jarak tertentu. Dalam beberapa
kasus, jarak itu begitu besar. Akan tetapi, bila dilihat dari sudut fisis, tidak ada perbedaan penting dalam dua
macam gaya itu. Karena itu kita harus memakai penginderaan atau konsep mikroskopis sperti mnyentuh
dengan sangat hati-hati jika kita berhubungan dengan proses-prose dalam skala atomic.

Dalam banyak persoalan, gaya-gaya


F1 dan F2 pada dua partikel yang saling berinteraksi bisa
dinyatakan sebagai fungsi vector posisi relative dari kedua partikel, r 12 dan mungkin juga senagai fungsi
kecepatan relatifnya. Penentuan F(r12) untuk beberapa interaksi yang ditemukan di alam merupkan salah
salah satu persoalan penting dalam fisiska. Justru karena kemapunnya untuk menghubungkan bentuk-bentuk
fungsi yang khusus dari F(r12) dengan berbagai interaksi yang diamati di alamlah, konsep menyebabkan gaya
ini sangat berguna.

Kenyataan bahwa dua partikel berinteraksi ketika mereka oleh suatu jarak tertentu berarti bahwa haruslah
dipikirkan adanya mekanisme untuk transmisi interaksi tersebut. Mekanisme ini akan dipikirkan kemidian
jika pembahasan membutuhkan revisi persamaan (7.8). Dalam bentuknya yang sekarang persamaan (7.8)
mengnggap bahwa interaksi yang terjadi antara dua partikel adalah sesaat. Akan tetapi, interaksi itu menjalar
dengan suatu kecepatan terbatas yang diperkirkan sama dengan kecepatan cahaya. Bila efek yang disebabkan
kecepatan yang terbatas dari jalaran interaksi diperhatikan, maka harus adasuku yang ditambahkan pada
persmaan (7.8). dengan penambahan ini, konsep gaya memegang peranan kedua dan hukun aksi dan reaksi
kehilangan arti. Akan tetapi, selama partikel bergerak sangat pelan dibandingkan dengan kecepatan cahaya
atau berinteraksi sangat lemah, persamaan (7.8) dan teori yang dikembangkan darinya merupakan
pendekatan yang sangat baik untuk menggambarkan suatu situasi fisis.

Pada bab ini akan akan dianggap bahwa gaya resulta F merupakan fungsi koordinat partikel saja dan gerakan
partikel lainnya yang berinteraksi dengan partikel pertama tadi diabaikan. Pendekatan yang sangat berguna
ini merupakan apa yang dikenal sebagai dinamika partikel. Bab-bab berikutnya akan dibahas gerakan sistem
partikel dan gaya-gaya yang berhubungan dengan interaksi-interaksi lain yang dikenal.

Contoh 7-3 Sebuah gerobak kecil yang massanya 8 kg ditarik ke atassepanjang bidang miring dengan sudut
kemiringan 20o terhadap horizontal. Carilah gaya F bila gerobak bergerak (a) dengan gerak lurus beraturan
atau (b) dengan percepatan 0,2 m dt-2.
Nyatakan massa gerobak m. gaya-gaya yang bekerja pada gerobak ditunjukkan dalam gambar 7-8; berat
gerobak W = mg, menunjuk ke bawah; gaya F berarah sepanjang bidang miring ke atas; dan gaya N dari
bidang miring yang bekerja tegak lurus bidang miring tersebut.

Dengan menggunakan sistem koordinat seperti tampak pada gambar dan dengan memakai persamaan (7.15),
ditemukan bahwa gerakan sepanjang sumbu-X memenuhi persamaan

F−mg sin α=ma atau F=m ( a+g sin α )


Dimana α adalah sudut kemiringan.juga, karena gerobak tidak bergerak sepanjang sumbu-Y, maka

N−mg cos α=0 atau N =mg cos α

Gambar 7-8 gambar 7-9

Dan gaya N oleh bidnag-bidang miring tidak tergantung pada percepatan (atau gerakan, dalam persoalan ini)
gerobak. Jika harga-harga yang ada dimasukkan, maka akan didapat N = 73,7 N
Tidak seperti gaya normal N, gaya F bergantung pada percepatan gerobak. (a) bila gerobak bergerak ke atas

panjang bidang miring dengan gerak lurus beraturan, a=0 dan F=mg sin α ; dimana harganya di sini

F=26,8N . (b) Bila gerobak ditarik ke atas sepanjang bidang miring sehingga percepatannya 0,2 m dt -2
maka F= 28,4N. Mahasiswa harus mengerti bahwa gaya ke atas sepanjang bidang miring sebesar 26,8N akan
membuat gerobak bergerak ke atas atau ke bawah sepanjang bidang miring dengan gerak beraturan
sementara gaya ke atas sepanjang bidang miring yang kurang dari 26,8N akan membuat gerobak bergerak
dipercepat ke bawah sepanjang bidang miring.

Contoh 7-4 Gerak bebas sepanjang bidang miring.


Sebagai perluasan contoh di atas, andaikan sekarang tak ada gaya F ke atas; yaitu F = 0. dari contoh di atas
di dapatkan dua persamaa, salah satunya memeberikan gaya yang dikerjakan oleh bidang miring pada
gerobak, yakni:

N=mgcos α

Dan
0−mgsin α=ma atau a=−g sin α
Persamaan memperlihatkan bahwa percepatan gerobak adalah negative, atau ke bawah sepanjang bidang
miring, dan tidak bergantung pada massa gerobak. Jadi terlihat bahwa untuk suatu gerakan bebas sepanjang
bidang miring, percepatan benda merupakan komponen g sejajar bidang miring tersebut.

Contoh 7-5 tentukan percepatan massa m dan m’ pada gambar 7-9. andaikan roda bisa beotasi dengan bebas
terhadap 0 dan abaikan efek-fek yang mungkin sehubungan dengan massa roda. (efek-efek ini akan
diperhatikan pada bab 10)

Anggaplah bahwa gerakannya sperti ditunjukkan oleh tanda panah pada gambar, sehingga massa m bergerak
ke bawah dan m’ bergerak ke atas. Kedua massa bergerak dengan percepatan yang sama a jika dianggap
talinya tidak mulur. Massa-massa ini berinteraksi melalui tali, gaya sama besar dan berlawanan arah yang
mereka kerjakan satu terhadap yang lain ditandai dengan F. maka gerakan m ke bawah dengan percepatan
a dan gerakan m’ ke atas dengan percepatan yang sam a terhubung dengan F oleh persamaan

mg−F=ma
' '
F−m g=m a
Dengan menmbahkan kedua persamaan di atas, dan mengeliminir F, akan didapat

m−m'
a g
m+ m'

Untuk percepatan yang dialami kedua benda. Tegangan talinya adalah

2 mm'
F= g
m+m'

Alat yang serupa dengan yang ada pada ganbar 7-9 yang disebut Mesin Atwood, kadang-kadang digunakan
di laboratorium untuk mempelajari gerak yang dipercepat beraturan. Satukeuntungan mempergunakan alat
ini adalah bahwa dengan memilih m hamper sama dengan m’ percepatan a menjadi sangat kecil dan
gerakannya dapat lebih mudah diamati.

Contoh 7-6 Sebuah partikel bermassa 10 kg, dipengaruhi sebuah gaya F=(120 t+40 )N , Bergerak

sepanjang garis lurus. Pada saat t=0 partiket tersebut berada di x 0=5 m. dengan kecepatan
-1
v 0 =6 m dt . Carilah kecepatan dan posisinya pada saat-saat berikut.
Dengan memakai persamaan (7.15), didapatkan

120 t+40=10 a atau a=912t +4 )m dt -2


Dari sini, kerjakan seperti contoh 5-2 karena untuk gerak lurus beraturan a=dv /dt ,

dv
=12t +4
dt

Dintegrasikan, didapat

v t 2 −1
∫6 dv=∫0 (12 t+4 )dt atau v=(6 t +4 t +6 )mdt

Sekarang dengan menetapkan v =dx /dt dan mengitegrasinya lagi, didapatkan

x t t
∫5 dx=∫0 vdt=∫0 (6t 2+4 t +6 )dt

Atau

x=(2 t 3 +2 t 2 +6 t+5 )m
Yang memungkinkan kita mendapatkan posisinya setisp saat berikutnya.

Gaya Gesek

Bila dua benda saling menyentuh, seperti bila sebuah buku terletak di atas meja, suatu hambatan akan
melawan gerak relatif kedua benda. Sebagal contoh, andaikan kita mendorong buku tersebut sepanjang
permukaan meja sehingga buku itu mempunyai suatu kecepatan. Setelah kita lepaskan, buku itu bergerak
semakin pelan dan akhimya berhenti. Kehilangan momentum mi menandakan adanya suatu gaya yang
melawan gerakan buku tersehut: gaya ini disebut gesekan luncur (kinetik). Hal ini disebabkan oleb interaksi
yang terjadi antara molekul-molekul kedua bencla; interaksi irn disebut kohesi adhesi yang tergantung
apakah kedua benda itu sama atau berbeda bahannya. Fenomena ini agak rumit
dan tergantung path faktor-faktor seperti kondisi dan sifat permukaan kecepatan relatif, dan sebagainya.
Secara eksperimen kita dapat membuktikan bahwa gaya gesek F, mempunyai besaran, untuk tujuan-tujuan
paling praktis, dianggap sebandmg dengan gaya normal \yang menekan satu benda terhadap yang lain
(Gambar 7-10). Konstanta kesebandingan ‘tu disebut dan dilaznbangkan dengan f. Artinya. dalam besarnya,

F1 gesekan luncur = fN. (7.17)

Gaya gesek luncur selalu melawan gerakan benda dan, karena itu, arahnya berlawanan dengsan kecepatan.

Umumnya, ada dua macam koefisien gesekan. koefisien gesekan statis, f3, yang kalikan dengan gaya normal,
mernberikan gaya minimum yang diperlukan untuk menimbulkan gerak relatif antara dua benda yang mula-
mula saling bersentuhan dan rela Koefisien gesekan luncur, bila dikalikan dengan gaya normal, memberikan
diperlukan untuk mempertahankan kedua benda dalam gerak relatif lurus beraturan didapatkan secara
eksperimen bahwa fs lebih besar dari pada fk sebgian besaran.

:Fabel 7-1 memuat beberapa nilai fs dan fk yang dapat diandalkan untuk beberapa Gesekan adalah konsep
statistik karena gaya Ff merupakan jumlah dari interaksi yang sangat banyak antara molekul-molekul kedua
benda yang bersentuhan. Tentu saja tidak mungkin untuk memperhitungkan tiap-tiap interaksi molekuler;
karena itu interaksi sebut ditentukan secara kolektif dengan beberapa metode percobaan dan ditunjukan se-
cara pendekatan oleh koefisien gesekan.

Tabel 7.1 koefisien gesekan* (semua permukaan kering)


Material fs fk
Baja di atas baja (keras) ,78 0,42
Baja di atas baja (lunak) 0,74 0,57
Timah di atas baja (Iunak) 0,95 0,95
Tembaga di atas baja (lunak) 0,53 0,36
Nikel dl atas nikel 1,10 0,53
Besi tuang di atas besi tuang 1,10 0,15
Teflon di atas teflon (atau di atas baja) 0,04 0,04
*
Nilai-nilai ini harus dianggap sebagai harga rata-rata saja karena koefisien gesekan adalah besaran
makroskopis yang tergantung pada sifat-sifat mikroskopis kedua bahan dan berfluktuasi yang sangat
ditentukan oleh kondisi kedua permukaan.

Contoh 7.7 Sebuab benda bermassa 0,80 kg berada di atas bidang miring dengan audut kemiringan 30
Berapakah gaya yang harus dikenakan pada benda itu sehingga bergerak ke atas (b) kebawah sepanjang
bidang miring? Dalam kedua kasus anggaplah bahwa benda bergerak lurus beraturan dan percepatan 0,10 m
dt2 Koefisien gesekan luncur dengan dibang miring adalab 0,30.

V Pertama, perhatikan bila benda bergerak ke atas sepanjang bidang miring. Gayagaya yang digambarkan
dalam Gambar 7-11(a): berat benda W mg, mengarah ke bawah; gaya yang dikerjakan yang dianggap ke atas
sepanjang bidang miring; gaya normal N dad bidang miring terhadap gaya gesek Ff, yang selalu berlawanan
dengan gerakan benda dan dalam hal in! haruslah ke bawah jang bidang miring. Bila berat dipecab menjadi
komponen sepanjang bidang miring dan komponen lurus bidang miring maka gerakan benda itu sepanjang
bidang miring, dengan memakai Persa ~adalah

F — mg sin a — F, = ma.

Menumt Persamaan (7.17), hams ditulis Ff = FN tetapi dari Gambar 7-11(a) terlihat bahwa gaya yang
menkan benda pada bidang miring adalah mg cos a; Jadi Ff f mg cos a, dan persamaan
F—mg(sjna +fcos a)=ma.
Ini dapat dipakai untuk dua tujuan. Jika percepatan a diketahul, maka gaya yang bekerja f sebaliknya jika
gaya F diketahui, maka bisa ditemukan percepatannya. Dalam kasus pertaina
kita mempunyai
F= m(a +g(sina + F cosa)].

Sebagai contoh, ketika gerakannya lurus beratunan (a = 0) dan nilai numerik yang ada dimasukkan, maka F-
5,95 N. Ketika benda itu bergerak dengan percepatan 0,10 m dt -2, didapatkan F- 6,03 N.
bila benda bergerak ke bawah sepanjang bidang miring, gaya-gaya yang bekerja digambarkan pada
Gimbal 7.11(b). Sekarang di anggap F bekerja ke bawab sepanjang bidang miring, tetapi dapat juga dibuat
asumsi yang sebaliknya. Dengan mengambil arah ke bawah sepanjang bidang miring sebagai arah yang
positif, dapat dibuktikan bahwa persamaan geraknya sekarang adalah

F+mg (sina—f cosa) = ma

atau
F m (a—g(sina—f cosa)]

Bila gerakannya lurus beraturan (a = 0) dan nilai numeriknya dimasukkan, akan didapat F = -1,88 N; jika
benda menggeser ke bawah sepanjang bidang miring dengan percepatan 0,10 m dt -2, didapat F = -1,80 N.
Tanda negatif yang muncul di sini berarti bahwa gaya F bekerja sepanjang bidang miring dengan arah ke
atas bukan ke bawah seperti mula – mula diasumsikan.
Dianjurkan agar mahasiswa menentukan gerakan benda bila tak ada gaya F yang bekerja, dan, berdasarkan
hasil yang diperoleh, membenarkan tanda negatif untuk F yang didapat di atas. ∆

Dari keempat buku tersebut, saya akan mencermati dan memahami setiap wacana yang berhubungan
dengan hukum newton tentang gerak. Kemudian saya akan memperhatikan contoh-contoh soal dan
menyelesaikan semua tugas dan soal latihan yang telah tersedia.

Setelah saya mempelajari keempat buku tersebut, serta mengikuti demonstrasi dan penjelasan guru di kelas.
Saya akan membentuk kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

 Menuliskan dengan kata-kata saya sendiri pernyataan Hukum Newton I. Hukum Newton I menyatakan
bila resultan gaya yang bekerja pada benda nol, atau tidak ada gaya yang bekerja pada benda, benda itu
diam(tidak bergerak) atau akan bergerak GLB.

 Memformulasikan persamaan Hukum Newton I. Formulasinya

 ΣF=0
 Menuliskan dengan bahasa saya sendiri pernyataan Hukum Newton II. Hukum Newton II menyatakan
percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada benda, dan berbanding
terbalik dengan massa benda itu. Arah percepatan=arah gaya itu.

 Memformulasikan persamaan Hukum Newton II. Formulasinya


F
a=
 m
 Menuliskan dengan bahasa saya sendiri pernyataan Hukum Newton III. Hukum Newton III menyatakan
bila dua benda berinteraksi, gaya yang diadakan oleh benda yang satu kepada yang lain sama besarnya
dan berlawanan arahnya.
 Memformulasikan persamaan Hukum Newton III. Formulasinya

F aksi=−F reaksi

 Kemudian memperhatikan gambar di bawah ini. Gambar di bawah ini adalah percobaan Hukum Newton
I.
Spesifikasi:
Gelas belimbing terbuat dari kaca

Gambar 3. Gelas belimbing di atas kertas

Setelah saya memperhatikan gambar 3, gambar tersebut adalah sebuah gelas berisi air sebanyak ¾ gelas
yang diletakkan di atas meja yang beralas selembar kertas. Kemudian saya akan mengobservasi alat
yang ada di lab (sesuai dengan gambar di atas), dan selanjutnya saya mencari:
 Besaran-besaran apa saja yang dapat saya temukan ketika kertas ditarik. Besaran-besarannya
adalah percepatan dan massa.

 Besar gaya yang bekerja pada gelas yang diam tersebut. Besar gayanya adalah 0 (nol).

 Yang tejadi pada gelas ketika kertas ditarik dengan pelan-pelan? Yang terjadi adalah gelas ikut
bergerak.

 Yang terjadi pada gelas ketika kertas ditarik dengan cepat (1 hentakan). Yang terjadi adalah
gelas diam.

 Kemudian saya memperhatikan gambar di bawah ini, gambar di bawah ini adalah Hukum Newton II.

2
Gambar 4. Balok yang dihubungkan dengan pegas slinki

Spesifkasi:
1. Berat balok: ….
2. Pegas Slinki: ….

Setelah saya memperhatikan gambar di atas, gambar tersebut adalah sebuah balok diletakkan di atas
meja ditarik dengan pegas. Kemudian saya akan mengobservasi alat yang ada di lab (sesuai dengan
gambar di atas) kemudian saya mencari:
d. Besaran-besaran apa saja yang dapat saya temukan ketika saya menarik pegas slinki. Besaran-
besaran yang saya temukan adalah perpindahan, waktu, gaya.
e. Yang terjadi ketika pegas slinki ditarik. Yang terjadi adalah balok berpindah.
f. Manakah yang memungkinkan memiliki perpindahan yang terbesar ketika pegas slinki ditarik
sejauh 20 cm dan 39 cm. Perpindahn yang terbesar adalah ketika pegas ditarik sejauh 39 cm.
10. Kemudian saya memperhatikan gambar di bawah ini. Gambar di bawah ini adalah Hukum Newton
III.
Spesifikasi:
1 3. Pegas ukuran 3 N.
4. Rangkaian statif.

Gambar 5. Dua buah pegas sejenis yang dihubungkan dalam rangkaian statif.
Setelah saya memperhatikan gambar di atas, gambar tersebut adalah
gambar 2 buah pegas yang dikaitkan pada rangkaian statif. Kemudian saya akan mengobservasi alat
yang ada di lab (sesuai dengan gambar di atas), yaitu:
d. Besaran-besaran apa saja yang dapat saya temukan ketika saya menggeserkan kedua kaki statif.
Besaran-besaran tersebut adalah gaya.
e. Ketika 2 kaki statif di geser (saling dijauhkan pada jarak x) apa yang terjadi pada rangkaian di
atas terjadi gaya tarik menarik(aksi reaksi) pada kedua pegas yang ada.
f. Mengukur besar gaya yang bekerja pada 2 pegas ketika jarak pegeseran 2 kaki:
a. 10 cm
b. 20 cm
c. 30 cm
d. 40 cm

D. LATIHAN KETERAMPILAN PROSES

D.1.1 Kegiatan Pralaboratorium I

Setelah saya menjawab pertanyaan pada nomor 1, 2 dan 7 maka saya akan melakukan percobaan namun
terlebih dahulu saya akan membuat rencana percobaannya. Rencana percobaan tersebut terdiri dari alat
dan bahan yang diperlukan, langkah percobaan, gambar sketsa percobaan, dan data hasil pengamatan
akan ditampilkan.
Alat dan Bahan:

A. Gelas belimbing sebanyak 1 buah

B. Air sebanyak ¾ gelas belimbing

C. Kertas putih

D. Bidang datar

Gambar rencana percobaan: Spesifikasi:


Gelas belimbing terbuat dari kaca

Gambar 3. Gelas belimbing di atas kertas

Langkah percobaan :
1. Letakan kertas putih di atas bidang datar

2. Di atas kertas itu, letakan gelas belimbing yang telah berisi ¾ air mineral

3. Tarik kertas dengan bermacam-macam cara:

 Tarik kertas dengan perlahan-lahan

 Tarik kertas dengan perlahan kemudian cepat

 Tarik kertas dengan cepat

 Tarik kertas denga cepat kemudian perlahan

4. Amati gerak dari gelas belimbing tersebut

Tabel 1. Data hasil pengamatan.

Keadaan Kertas Keadaan Gelas (bergerak atau diam)


Kertas ditarik lambat
Kertas ditarik lambat kemudian cepat
Kertas ditarik cepat
Kertas ditarik cepat kemudian lambat
Untuk dapat menentukan alat dan bahan, langkah percobaan, gambar rangkaian percobaan, dan data hasil
pengamatan maka saya akan bediskusi dengan teman kelompok kerja saya. Setelah disepakati dan ditulis
maka saya mengkonsultasikan dan meminta persetujuan kepada guru bidang studi saya, untuk mendapat
kepastian rencana kerja sehingga dapat dikerjakan dan memperoleh hasil yang diharapkan.

D. 1.2 Kegiatan Laboratorium I.

1. setelah rencana percobaan mendapat persetujuan guru bidang studi (ada jaminan berhsil
dikakukan) maka saya kana melakukan percobaan sesuai dengan rencana yang telah saya
buat.
2. kemudian saya akan mencatat hasil pengamatan sesuai dengan rencana data hasil
pengamatan yang saya kumpulkan, sbb:

Gerak Kertas Gerak Gelas


Bergerak Diam
Lambat 
Lambat – cepat 
Cepat 
Cepat - lambat 
.
3. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data maka dapat disimpulkan ketika benda
bergerak dengan kecepatan konstan maka tidak ada gaya yang bekerja padanya ( ΣF=0
).

D.2.1 Kegiatan Pralaboratorium 2

Setelah saya menjaeab pertanyaan pada nomor 3, 4 dan 8 maka saya akan melakukan percobaan
namun terlebih dahulu saya akan membuat rencana percobaannya. Rencana percobaan tersebut
terdiri dari alat dan bahan yang diperlukan, langkah percobaan, gambar sketsa percobaan, dan data
hasil pengamatan akan ditampilkan.

Alat dan Bahan:

A. Pegas slink sebanyak 1 buahi

B. Balok penyangga sebanyak 1 buah

C. Stopwatch sebanyak 1 buah

Gambar rencana percobaan:


Gambar 4. Balok yang dihubungkan dengan pegas slinki

Langkah percobaan:

A. Siapkan balok penyangga di ata bidang datar

B. Tarik slinki dengan panjang 10 cm

C. Amati besarnya perpindahan balok yang terjadi

D. Hitung selang waktunya

E. Ulangi langkah 2,3,4 untuk panjang tarikan slinki 20, dan 30 cm

Tabel I. Data hasil pengamatan yang dikoleksi

A. Perpindahan ketika pegas slinki 20 cm=


B. Perpindahan ketika pegas slinki 30 cm=
C. Perpindahan ketika pegas slinki 40 cm=

Untuk dapat menentukan alat dan bahan, langkah percobaan, gambar rangkaian percobaan, dan
data hasil pengamatan maka saya akan bediskusi dengan teman kelompok kerja saya. Setelah
disepakati dan ditulis maka saya mengkonsultasikan dan meminta persetujuan di guru bidang studi
saya, untuk mendapat kepastian rencana kerja sehingga dapat dikerjakan dan mempeoleh hasil
yang diharapkan.

D.2.2 Kegiatan Laboratorium 2

1. setelah rencana percobaan mendapat persetujuan guru bidang studi (ada jaminan berhasil
dikakukan) maka saya kana melakukan percobaan sesuai dengan rencana yang telah saya buat.
2. kemudian saya akan mencatat hasil pengamatan sesuai dengan rencana data hasil pengamatan
yang saya kumpulkan, sbb:

Tabel 2. Data hasil pengamatan yang dikoleksi

Perpanjangan Pegas Perpindahan (cm) Waktu (s)


Slinki (cm)
10 cm 17 cm 96 sekon
20 cm 41 cm 88 sekon
30 cm

3. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa suatu benda
bermassa m bila diberi gaya (F) tarik maka akan menimbulkan perpindahan, bila terjadi
perpindahan dalam satuan waktu maka terdapat kecepatan dan percepatan dalam percobaan itu.
Dimana besarnya gaya berbanding lurus dengan kecepatan dan percepatan.

D.3.1 Kegiatan Pralaboratorium 3

Setelah saya menjaeab pertanyaan pada nomor 5, 6 dan 9 maka saya akan melakukan percobaan
namun terlebih dahulu saya akan membuat rencana percobaannya. Rencana percobaan tersebut
terdiri dari alat dan bahan yang diperlukan, langkah percobaan, gambar sketsa percobaan, dan data
hasil pengamatan akan ditampilkan.
Alat dan Bahan:

A. Batang statif panjang sebanyak 2 buah

B. Batang statif pendek sebanyak 2 buah

C. Kaki statif sebanyak 2 buah

D. Statif perangkai sebanyak 2 buah

E. Neraca pas sebanyak 2 buah

F. Pengaris sebanyak bah

Gambar rencana percobaan:

Langkah percobaan:

A. Pasangkan dua batang statif panjang pada kaki statif secara horizontal

B. Pasangkan dua batang statif pendenk pada kaki statif secara vertical

C. Letakan pada masing-masing ujung statif pandek yang lain

D. Kaitkan pegas pada masing-masing statif peangkai

E. Kaitkan masing-masing ujung pegas yang tidak trkai pada statif perangkai

F. Tarik kedua kaki statif sejauh x

G. Amati besarnya gaya yang terbaca pada kedua pegas

H. Ulangi langkah 6 dan 7 untuk x=10, 20, dan 30 cm

Untuk dapat menentukan alat dan bahan, langkah percobaan, gambar rangkaian percobaan, dan
data hasil pengamatan maka saya akan bediskusi dengan teman kelompok kerja saya. Setelah
disepakati dan ditulis maka saya mengkonsultasikan dan meminta persetujuan di guru bidang studi
saya, untuk mendapat kepastian rencana kerja sehingga dapat dikerjakan dan mempeoleh hasil
yang diharapkan.

D.3.1 Kegiatan Pralaboratorium 3

1. setelah rencana percobaan mendapat persetujuan guru bidang studi (ada jaminan berhasil
dikakukan) maka saya kana melakukan percobaan sesuai dengan rencana yang telah saya buat.
2. kemudian saya akan mencatat hasil pengamatan sesuai dengan rencana data hasil pengamatan
yang saya kumpulkan, sbb:
Tabel 2. Data hasil pengamatan yang dikoleksi

x Faksi (N) Freaksi (N)


20 cm 1,5 N 1,.5 N
30 cm 1,8 N 1,8 N
40 cm 2, 0 N 2,0 N
3. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data maka dapat disimpulkan
F aksi=F reaksi .
Latihan soal

Dari (1) buku asas-asas fisika untuk SMA kelas X semester I, karangan Bambang Ruwanto,
penerbit Yudhistira, halaman 167-168, saya akan membuat penyelesaian dalam buku latihan
soal, untuk soal nomor : 1.

1. Mobil mainan anak-anak yang massanya 10 Kg bergerak lurus dari A ke C melalui B karena
gaya tetap F= 75 N sepanjang geraknya. Mobil itu mula-mula diam di A. jarak AB=250 m
dengan koefisien gesekan kinetik 0,25, sedangkan BC licin tanpa gesekan. Berapakah jarak
yang ditempuh mainan itu selama 12 s pertama diukur dari A?

Penyelesaian:
Diketahui: m= 10 Kg
F= 75 N
V o =0
AB= 250 m
Ditanya: S selama 12 s…?
Jawab:
AB ⇒ ΣF=m . a
F−f k=m. a
75-0,25 = 10.a
2
a = 7,475 m/ s
1
S t =V 0 . t+ at
2
1
250=0+ . 7 , 475 .t 2
2
2
500=7 , 475.t
t=8 , 18 s.
V t =V 0 +at
=0+7 , 475 . 8 ,18
=61 ,1455 m/s
t tot =12 s
t=12−8 ,18=3 ,82 s
BC ⇒ ΣF=m .a
F=m.a
75=10. a
m
a=7,5 2
s
S 12=V 0 . t+ 1 at 2
2
S 12=61 ,1455 .3 ,82+7,5(3 ,82 )2
=233 ,6+109, 4
=3 ,43 m.

Buku cerdas belajar fisika untuk SMA kelas X karangan Kamajaya penerbit Grafindo Media
Pratama, halaman 160-161, saya akan membuat penyelesaian dalam buku latihan soal, untuk
soal nomor 26
Jawaban Latihan Soal

Seluruh penumpang dalam sebuah bus yang melaju dengan cepat akan terdorong ke depan jika
dengan tia-tiba bis direm. Keadaan tersebut dapat dijelaskan dgan Hukum III Nwton .
INSTRUMENT ASSIGMENT

LKS Hukum Newton Tentang Gerak

A. Bekal Awal Belajar

Penuntasan Bekal Awal Belajar


Bekal Awal Teoritis Bekal Awal keterampilan
No. Pertanyaan Skor mak. Skor No. Pertanyaan Skor Mak. Skor
1 5 1 35
2 5 2 35
3 5
4 5
5 5
6 5
Total Skor I 30 Total Skor II 70
Total Skor 100

B. Teori

Penuntasan Teori
No. Pertanyaan Skor Skor Mak.
1 5
2 5
3 5
4 5
5 5
6 5
7 20
8 25
9 25
Total Skor 100

C. Keterampilan Proses

1. Hukum I Newton

a. Kegiatan Pra Laboratorium 1


Kegiatan Pra Laboratorium
Pertanyaan Skor Mak. Skor
1. Alat dan Bahan 30
2. Gambar Rencana Percobaan 35
3. Langkah Percobaan 35
Total Skor 100
b. Kegiatan Laboratorium 1
Kegiatan Laboratorium
Pertanyaan Skor Mak. Skor
1. Alat dan Bahan 20
2. Gambar Rencana Percobaan 25
3. Langkah Percobaan 30
4. Hasil Pengamatan 25
Total skor 100

2. Hukum II Newton
a. Kegiatan Pra Laboratorium 2
Kegiatan Pra Laboratorium
Pertanyaan Skor Mak. Skor
1. Alat dan Bahan 30
2. Gambar Rencana Percobaan 35
3. Langkah Percobaan 35
Total Skor 100

b. Kegiatan Laboratorium 2
Kegiatan Laboratorium
Pertanyaan Skor Mak. Skor
1. Alat dan Bahan 20
2. Gambar Rencana Percobaan 25
3. Langkah Percobaan 30
4. Hasil Pengamatan 25
Total skor 100

3. Hukum III Newton


a. Kegiatan Pra Laboratorium 3
Kegiatan Pra Laboratorium
Pertanyaan Skor Mak. Skor
1. Alat dan Bahan 30
2. Gambar Rencana Percobaan 35
3. Langkah Percobaan 35
Total Skor 100

b. Kegiatan Laboratorium 3

Kegiatan Laboratorium
Pertanyaan Skor Mak. Skor
1. Alat dan Bahan 20
2. Gambar Rencana Percobaan 25
3. Langkah Percobaan 30
4. Hasil Pengamatan 25

Total skor 100


D. Latihan Soal

Latihan Soal
No. Pertanyaan Skor Mak. Skor
1 50
2 50
Total Skor 100

E. Rangkuman

Rangkuman
Karakteristik Rangkuman Skor Mak. Skor
1. Kelengkapan rangkuman 70
2. Sistematika Rangkuman 20
3. Kerapihan 10
Total skor 100

Skor yang diperoleh :

TS = TSA + TSB + TSC + TSD + TSE

Penilaian :

NT = 20% x TSA + 20% TSB + 30% TSC + 10% TSD + 20% TS E

Anda mungkin juga menyukai