Kanker Payudara
1.1. Epidemiologi Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan kanker paling sering pada wanita dan merupakan
penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita usia 20-59 tahun. 75% kanker
payudara terjadi pada wanita berusia >50 tahun. Rasio wanita dibanding pria
mencapai ~150:1. (1) Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2018 mencatat
kasus kanker payudara di seluruh dunia mencapai 2 juta orang. (2) Insidensi kanker
payudara di Indonesia tahun 2018 tercatat sebanyak 58.256 kasus, yaitu sebesar
30.9% kasus kanker pada wanita di Indonesia. Angka ini menempatkan kanker
Payudara sebagai kanker terbanyak di Indonesia, diikuti kanker serviks pada posisi
kedua. (2)
Kanker payudara lebih berisiko dialami oleh perempuan dengan riwayat
keluarga dan genetik kanker payudara yaitu mutase gen BRCA1, BRCA2, ATM atau
TP53.(3) Kanker payudara sangat terkait dengan hormon. Menstruasi yang terlalu
dini (<12 tahun) atau menopause yang terlambat (>55 tahun) juga menjadi faktor
risiko dari kanker payudara ini. Faktor lain yang berperan yaitu kehamilan pertama
yang terlambat, tidak memiliki anak atau menyusui, obesitas, konsumsi alkohol, dan
riwayat radiasi dinding dada. Obesitas menjadi faktor risiko untuk kanker payudara
pertama atau rekurensi dari kanker payudara. (1,4) Dikatakan bahwa konsumsi
aspirin dosis rendah secara kronis menurunkan insidensi kanker payudara. Riwayat
penggunaan hormon eksternal juga memiliki peranan pada kanker payudara. (1)
Secara umum, insidensi dan mortalitas kanker payudara lebih rendah pada
kelompok wanita Asia dan Afrika dan negara yang belum berkembang jika
dibandingkan negara-negara Eropa dan Amerika Utara atau negara industri dan telah
mengadaptasi gaya hidup Barat. (5)
1.2. Patofisiologi Kanker Payudara
Kanker Payudara dikelompokkan menjadi 3 yaitu non-invasif, invasif, dan
campuran tumor epitel dan jaringan penyambung. Kanker non-invasif dibagi lagi
menjadi dua tipe utama, Lobular (LCIS) dan duktal (DCIS). LCIS dianggap sebagai
faktor risiko dari perkembangan kanker payudara yang invasif, terutama tipe
pleomorfik, terkait dengan kalsifikasi dan nekrosis yang dapat terjadi.(6) DCIS
dibedakan menjadi tipe papiler, kribiform, solid, dan komedo. Pada DCIS, terjadi
pengisian rongga-rongga oleh sel-sel ganas. Tipe solid dan komedo lebih terkait
dengan transformasi menjadi invasif dibandingkan papilar dan kribiform. (6)
Kanker payudara invasif dapat dikenali dari ketidakadaan arsitektur, infiltrasi
sel ke stroma, atau pembentukan lapisan sel yang kontinu dan monoton tanpa
mengikuti bentuk dan fungsi organ normal. Jenis invasif ini juga dibedakan menjadi
lobular dan duktal. Tipe duktal umumnya membentuk benjolan yang jelas dan mudah
terdeteksi saat dipalpasi jika dibandingkan dengan tipe lobular yang umumnya sulit
dideteksi dengan mamografi sekalipun. Tipe duktal lebih sering terjadi, yaitu 50-70%
dari kanker payudara invasive sementara tipe lobular hanya 10%.(6)
Sel kanker, termasuk kanker payudara pada umumnya terbentuk karena proses
yang disebut karsinogenesis. Sel normal pada tubuh seseorang mengalami proses
mutasi baik itu karena faktor genetik (gen mutasi) ataupun dari lingkungan seperti
radiasi atau konsumsi zat karsinogen. Sel yang mengalami mutasi ini dapat
mengalami apoptosis sehingga tidak menjadi sel ganas, tapi juga dapat bertahan
hidup. Sel yang telah bermutasi ini kemudian dapat mengalami mutasi berulang-ulang
sehingga bertransformasi menjadi sel kanker. Jika sel ini dikenali oleh tubuh sebagai
benda asing dan belum sempat bereplikasi, maka dapat dieliminasi oleh sistem imun
tubuh, tetapi jika tidak sempat dieliminasi maka kemudian akan berkembang menjadi
kanker sesuai dengan lokasi sel tersebut. (7) Pada kanker payudara, fenotipe kanker
dibedakan menjadi sel basal/mioepitel, sel luminal/epitel, atau sel basoluminal.
Terdapat dua tipe reseptor estrogen yaitu ERα dan ERβ. Kedua subtipe ER ini
membawa domain ikatan DNA pada nukleus dan sitosol. Ketika estrogen masuk ke
sel, estrogen akan berikatan denang ER dan bermigrasi ke nukleus. Proses ini akan
menyebabkan produksi protein transkripsi yang menginduksi perubahan pada sel.
Efek ini akan berbahaya pada seseorang yang memiliki reseptor intraselular dalam
jumlah banyak. Sel kanker payudara memiliki reseptor ERα yang tinggi dan ERβ
rendah Estrogen diduga memiliki efek genotoksik karena produksi radikal sebagai
initiator dan menginduksi proliferasi sel kanker sebagai promoter.(8) ERα
berinteraksi dengan cylin D1 yang merupakan activator CDK4 dan 6 yang mengatur
transisi dari fase G1 ke S dari perkembangan sel. Sinergisme ini yang diduga menjadi
faktor penyebab resistensi terapi antiestrogen. (9) Peranan ERβ dalam siklus sel
kanker diduga yaitu sebagai tumor suppressor gene karena kerjanya yang berinteraksi
dengan p53 namun belum ada penelitian yang lanjut mengenai ERβ hingga saat ini.
(9)
2. New Global Cancer Data: GLOBOCAN 2018 | UICC [Internet]. [cited 2020 Jul 17].
Available from: https://www.uicc.org/news/new-global-cancer-data-globocan-2018
3. World Health Organization. Global Cancer Observatory [Internet]. [cited 2020 Jul 17].
Available from: https://gco.iarc.fr/
9. Feng Y, Spezia M, Huang S, Yuan C, Zeng Z, Zhang L, et al. Breast cancer development
and progression: Risk factors, cancer stem cells, signaling pathways, genomics, and
molecular pathogenesis. Genes & Diseases. 2018 Jun;5(2):77.
10. Kalli S, Semine A, Cohen S, Naber SP, Makim SS, Bahl M. American Joint Committee
on Cancer’s Staging System for Breast Cancer, Eighth Edition: What the Radiologist
Needs to Know. RadioGraphics. 2018 Sep 28;38(7):1921–33.
11. Waks AG, Winer EP. Breast Cancer Treatment: A Review. JAMA. 2019 Jan
22;321(3):288–300.
12. Moo T-A, Sanford R, Dang C, Morrow M. Overview of Breast Cancer Therapy. PET
Clin. 2018 Jul;13(3):339–54.
13. Sharma GN, Dave R, Sanadya J, Sharma P, Sharma KK. Various types and management
of breast cancer: an overview. J Adv Pharm Technol Res. 2010 Apr;1(2):109–26.
14. Moran MS, Schnitt SJ, Giuliano AE, Harris JR, Khan SA, Horton J, et al. Society of
Surgical Oncology-American Society for Radiation Oncology consensus guideline on
margins for breast-conserving surgery with whole-breast irradiation in stages I and II
invasive breast cancer. J Clin Oncol. 2014 May 10;32(14):1507–15.
15. Early Breast Cancer Trialists’ Collaborative Group (EBCTCG). Effects of chemotherapy
and hormonal therapy for early breast cancer on recurrence and 15-year survival: an
overview of the randomised trials. Lancet. 2005 May 14;365(9472):1687–717.
16. Citron ML, Berry DA, Cirrincione C, Hudis C, Winer EP, Gradishar WJ, et al.
Randomized trial of dose-dense versus conventionally scheduled and sequential versus
concurrent combination chemotherapy as postoperative adjuvant treatment of node-
positive primary breast cancer: first report of Intergroup Trial C9741/Cancer and
Leukemia Group B Trial 9741. J Clin Oncol. 2003 Apr 15;21(8):1431–9.
17. Gradishar WJ, Anderson BO, Abraham J, Aft R, Agnese D, Allison KH, et al. Breast
Cancer, Version 3.2020, NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology. Journal of the
National Comprehensive Cancer Network J Natl Compr Canc Netw [Internet].
2020;18(4). Available from: https://jnccn.org/view/journals/jnccn/18/4/article-p452.xml
19. Pathak M, Deo SVS, Dwivedi S, Vishnubhatla S, Thakur B. Total preoperative NACT vs
sandwich NACT in breast cancer patients: systematic review and meta-analysis.
European Journal of Cancer. 2017 Feb 1;72:S43.
21. Mano MS, Awada A. Primary chemotherapy for breast cancer: the evidence and the
future. Annals of Oncology. 2004 Aug 1;15(8):1161–71.
22. Fernando I. SABCS: “Sandwich” Therapy Touted for Early Breast Cancer. University of
Birmingham; 2011.
23. Abu-Hamar AE-HM, Barakat AF, Elgantiry M, Nasef HH. Sequence of radiation therapy
and chemotherapy as adjuvant treatment in breast cancer. J Egypt Natl Canc Inst. 2010
Mar;22(1):95–104.
24. Selli C, Sims AH. Neoadjuvant Therapy for Breast Cancer as a Model for Translational
Research. Breast Cancer (Auckl) [Internet]. 2019 Feb 19 [cited 2020 Jul 18];13.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6381436/