Bab 5 Pembahasan
Bab 5 Pembahasan
KELOMPOK 5
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Menghitung Faktor Keamanan dengan Metode Bishop dan metode Fellenius
dalam keadaan kering dengan Rocscience Slide 6.0
Gambar 5.2 Hasil Input Define Materials Untuk 3 Jenis Lapisa Yakni Claystone,
Sandstone, Dan Coal
4. Melakukan Kalkulasi
a. Metode Fellenius
Ada beberapa metode untuk menganalisis kestabilan lereng, yang paling
umum digunakan ialah metode irisan yang dicetuskan oleh Fellenius
(1939). Metode ini banyak digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng
yang tersusun oleh tanah dan bidang gelincirnya berbentuk busur (arc-
failure).
Menurut Sowers (1975), tipe longsoran terbagi ke dalam 3 bagian
berdasarkan posisi bidang gelincirnya, yaitu longsoran kaki lereng (toe
failure), longsoran muka lereng (face failure), dan longsoran dasar lereng
(base failure). Longsoran kaki lereng umumnya terjadi pada lereng yang
relatif agak curam (> 450) dan tanah penyusunnya relative mempunyai nilai
sudut geser dalam yang besar (> 300). Longsoran muka lereng biasanya
terjadi pada lereng yang mempunyai lapisan penyusun yang kereas (hard
layer), di mana ketinggian lapisan keras ini melebihi ketinggian kaki
lerengnya, sehingga lapisan lunak yang berada di atas lapisan keras
berbahaya untuk longsor. Longsoran dasar lereng biasa terjadi terjadi pada
lereng yang tersusun oleh tanah lempung atau bisa juga terjadi pada lereng
yang tersusun oleh beberapa lapisa lunak (soft seams). Perhitungan lereng
dengan metode Fellenius dilakukan dengan membagi massa longsoran
menjadi segmen-segmen atau irisan-irisan.
Dalam perhitungan Faktor Keselamatan kelompok melakukan dalam dua
bagian atau tahapan penting yakni yang pertama adalah perhitungan
dengan menggunakan Software Rocscience Slide 6.0 dengan menginput
data-data dari tabel properties kemiringan lereng seperti bobot isi, kohesi,
dan sudut geser dalam untuk masing-masing material atau lapisan pada
desain lereng. Dan sebelum data properties diinput, kelompok kami
mendesain lereng secara manual dengan bantuan Software Autocad 2007,
kemudian disimpan dalam format DWG. Kemudian form DWG dinput
untuk diolah lebih lanjut lagi dalam Rocscience Slide 6.0, dan pada
akhirnya mencapai target perhitungan setelah di Interpret.
Tahapan kedua yang juga merupakan lanjutan dari tahapan sebelumnya
adalah perhitungan secara manual untuk setiap sayatan atau irisan pada
lereng sepanjang bidang gelincir berbentuk busur. Dalam perhitungan
manualnya, untuk setiap seayatan olehh kelompok bisa dibagi menjadi
beberapa bidang datar tergantung model sayatan sehingga memudahkan
perhitungan setiap irisan. Dari pembagia hitungan setiap sayatan tersebut,
kelompok guna mencari luas dari setiap sayatan yang dalam konteks
perhitungan kelompok terdiri dari bidang datar segitiga dan bidang datar
trapesium. Perhitungan seperti ini dilakukan sepanjang irisan atau sayatan
(10 irisan), dengan mengedepankan ketelitian dan human error.
Satu hal penting lagi yang sangat endukung dalam menganalisa
perhitungan ini haruslah disimpan dalam bentuk excel untuk kemudian
dipilah setiap fragmen dalam excel.
Seperti yang terlihat pada gambar-gambar di bawah ini yang menampilkan
hasil dari perhitungan secara metode Fellenius pada program Rocscienc
Sains bahwa nilai Faktor Keselamatan dengen metode Fellenius adalah
berkisar di angka 2.541, yang termasuk ke dalam kestabilan lereng atau
lereng penambangannya aman atau stabil (terhadap nilai tabel FK). Nilai
FK yang lebih dari dua menginterpretsikan bahwa stratigrafi pada daerah
lereng terbentuk atau terdiri dari lapisan bebatuan berupa lempung dan batu
pasir. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan secara maksimal dari hasil
membagi setiap sayatan menjadi beberapa bidang datar di dapat hasil
Faktor Keamanan adalah 2.3 (tingkat Humman Error).
Dari hasil analisis data pengolahan tersebut, dapat ditarik sebuah
kesimpulan awal bahwa kondisi lereng dalam perhitungan metode
Fellenius dinyatakan sangat aman dan dengan mempertimbangkan
beberapa faktor internal seperti kekar dan bidang lemah lainnya, sehingga
sangat menjamin keberlangsungan atau kesinambungan penambangan
Metode ini pada dasarnya sama dengan metode swedia, tetapi keunggulan
dari metode ini adalah dengan mempertimbangkan perhitungan gaya-gaya
antar irisan yang ada. Metode Bishop mengasumsikan bidang longsor
berbentuk busur lingkaran
Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng yang akan
dihitung dan juga titik pusat busur lingkaran bidang luncur, serta letak
rekahan. Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang luncur dan
letak rekahan pada longsoran busur dipergunakan grafik.
Metode Bishop yang disederhanakan merupakan metode yang sangat
populer dalam analisis kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya yang
sederhana, cepat, dan memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang
cukup teliti. Kesalahan metode ini apabila dibandingkan dengan metode
lainnya yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan seperti Metode
Spencer atau Metode Kesetimbangan Batas Umum adalah jarang lebih
besar dari 5%. Metode ini sangat cocok digunakan untuk pencarian secara
kategorinya masing-maisng, yaitu bobot isi, nilai kohesi, nilai sudut geser
dalam, nilai lebar lapisan, panjang bidang gelincir keseluruhan, berat
segmen dan sudut yang terbentuk oleh bidang gelincir terhadap arah
horizontal. Nilai Faktor Keamanan yang didapat berasal dari hasil
perhitungan nilai N2 terhadap N1 yakni 1.4. nilai FK yang demikian
termasuk ke dalam jenis lereng yang stabil dan aman.
Gambar 5.7 Interpretasi Hasil Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Bishop
Dalam menganilasanya faktor rank, kualitas, nilai kalori, dan harga jual
menjadi sangat penting dalam perumusan nilai Stripping Ratio. Batubara dengan
harga jual yang tinggi akan akan memberikan Nisbah Kupas yang lebih baik dari
pada jumlah batubara dengan harga jual yang rendah. Dalam permodelan
sumberdaya, faktor ini dapat direfleksikan sebagai dasar perhitungan atau
penaksiran jumlah cadangan batubara. Dalam Geological Survey Circular 891,
1983, ada beberapa konsep mendasar yang dapat dipahami antara lain:
a. Ketebalan batubara minimum yang dapat diperhitungkan sebagai cadangan:
Untuk barubara Antrasit dan Bituminous adalah 70 cm dengan kedalaman
maksimum adalah 300 m
Untuk batubara Sub-Bituminous adalah 1.5 m dengan kedalaman
maksimum 300 m
Untu Lignit adalah 1.5 m dengan kedalaman maksimum mencapai 150 m.
Kedalaman maksimum ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan jikalau
pertamambangan batubara dilanjutkan dengan sistem Underground Mining.
b. Interval ketebalan Over Burden (OB) yang disarankan dalam perhitungan
cadangan adalah:
Tonase batubara dengan ketebalan Over Burden 0 - 30 m
Tonase Batubara dengan ketebalan Over Burden 30 – 60 m
Tonase Batubara dengan ketebalan Over Burden 60 – 150 m
c. Recovery Factor adalah suatu angka yang menyatakan perolehan batubara
yang dapat ditambang terhadap jumlah cadangan yang telah diperhitungakan
sebelumnya
ANALISIS KEEKONOMISAN
Dengan keterdapatan cadangan batubara sebesar 3407311 ton dan faktor
keamanan lereng yang stabil maka kami menyimpulkan batubara ini layak
untuk ditambang karena dengan cadangan tersebut yang berada pada
kedalaman kurang dari 80 meter tidak mengeluarkan ongkos kerja yang begitu
banyak serta kondisi lereng yang memungkinkan kesinambungan
penambangan.