Anda di halaman 1dari 25

BAB I.

PENDAHULUAN

Proses pendengaran merupakan pembacaan dari sinyal pendengaran, yang


dihubungkan dengan kemampuan untuk melokalisasi sumber suara. Dan untuk
mempertajam, membedakan, mengenal serta memahami rangsang pendengaran
struktur pendengaran pada sistem saraf perifer maupun sentral harus dijalankan
secara normal untuk fungsi yang cukup. Pada fungsi struktur perifer, beberapa akan
tampak berhubungan erat antara refleks akustik, kontraksi otot stapedius, dan
pemrosesan pendengaran. Perubahan refleks akustik mengindikasikan gangguan
proses pendengaran1. Reflex stapedius atau reflek akustikus merupakan kontraksi otot
stapedius yang berada di telinga tengah, yang diinduksi oleh rangsangan akustik
(bunyi) yang kuat.
Hal yang penting adalah pemeriksaan ambang refleks akustik, yang menilai
jalur eferen dan menyediakan informasi mengenai batang otak. Fungsi refleks akustik
meliputi meningkatkan pendengaran untuk suara bersambungan, membedakan sinyal
pendengaran dari suara lainnya, merubah intensitas ambang pendengaran yang
berlebihan, menipiskan suara dari mengunyah dan pergerakan rahang selama
berbicara, bersuara, meningkatkan perbedaan pada intensitas tinggi dan frekuensi
yang dipilih, meningkatkan lokalisasi suara dan rasa suara langsung dengan interaksi
binaural1.
Refleks stapedius memiliki fungsi menjaga koklea dari suara keras. Dan
ketika refleks dikeluarkan, otot stapedius pada kedua telinga akan berkontraksi,
dengan menguatkan osikulasi, dimana jalur ini disusun oleh koklea, saraf
vestibulokoklearis (N.VIII), nucleus koklear ventral, kompleks olivari superior,
nucleus motorik fasialis dan cabang motorik saraf fasialis (N.VII). Ketidakhadiran
refleks akustikus dapat berarti ketulian pada derajat yang cukup kuat untuk
mnghambatnya, mengindikasikan bahwa telinga tengah akan memberikan perubahan
atau adanya lesi pada jalur refleks2.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Nervus Vestibulocochlearis memasuki batang otak tepat dibelakang nervus


facialis (VII) pada suatu daerah berbentuk segitiga yang dibatasi oleh pons, flocculus
dan medulla oblongata, keduanya kemudian terpisah dan mempunyai hubungan ke
pusat yang berbeda. Nervus Vestibularis dan Cochlearis biasanya bersatu yang
kemudian memasuki meatus acustikus internus, disebelah bawah akar motorik nervus
VII3.

2.1.1 Nervus Vestibularis

Nervus Vertibularis intinya terdiri dari 4 bagian yaitu medial, superior,


inferior dan lateral. Nukleus ini terletak di bagian dorsal antara pons dan medulla
sehingga menjadi bagian depan/dinding dari ventrikel IV. Pengetahuan mengenai
nukleus vestibularis inferior masih sangat sedikit. Nukleus vestibularis lateral dan
medial berperan dalam refleks labiryntine statis, sedangkan nukleus vestibularis
medial dan superior berperan dalam refleks dinamis dan vestibuloocular4.
Pada daerah fundus dari meatus acustikus internus, bagian vestibuler dari
N.vestibulocochlearis, meluas untuk membentuk ganglion vestibuler yang kemudian
terbagi menjadi divisi dan superior dan inferior. Kedua divisi ini kemudian
berhubungan dengan canalis semisirkularis. Didalam canalis semisirkularis terdapat
sel-sel bipolar yang mengumpulkan impuls dari sel-sel rambut untuk diteruskan ke
batang otak terutama ke nucleus vestibularis superior, inferior, medial dan lateral
serta sebagian langsung ke lobus flokullonodularis dari cerebellum melalui
pedunkulus cerebellaris inferior homolateral4.
3

Gambar 2.1 Nervus vestibulokoklearis5

2.1.2 Nervus Cochlearis

Nervus Cochlearis intinya dari dua bagian, yaitu ventral dan dorsal, letaknya
disebelah lateral pedunkulus serebelli inferior. Tonjolan inti cochlearis pada dinding
ventrikel IV disebut acoustic tubercle. Serabut dari N.Cochlearis akan berjalan ke
cochlea dan membentuk ganglion spirale cochlea, serabutnya berakhir Pada sel-sel
rambut organon corti di ductus cochlearis. Serabut dari nucleus vestibularis dan
cochlearis berjalan ke ventrolateral dan keluar dari batang otak pada daerah
pontomedularry junction bersama N. VII yang terletak disebelah medialnya,
kemudian berjalan masuk ke os petrosus melalui meatus acustikus internus, jarak dari
pontomedullari ke meatus acustikus internus 10 mm (6-15 mm)4.
Di dalam meatus akustikus inferior, nervus vestibularis berjalan di sebelah
dorsal, sedangkan nervus cochlearis berjalan di sebelah ventralnya. Di atasnya
4

berjalan nervus intermedius (N VII) dan serabut motorik nervus VII. Perjalanan
selanjutnya agak berputar sedikit, sehingga nervus cochlearis berada di sebelah
bawah, diatasnya nervus vestibularis, sedangkan nervus facialis di sisi depannya dan
nervus intermedius diantaranya3.

Gambar 2.2 Anatomi Pendengaran6


5

2.1.3 Nervus Facialis

Nervus fasialis atau saraf ke VII, terutama merupakan saraf motorik yang
menginervasi otot – otot ekspresi wajah. Di samping itu saraf ni membawa serabut
parasimpatis ke kelenjar ludah dan air mata dan ke selaput mukosa rongga mulut dan
hidung, dan ia juga menghantar berbagai jenis sensasi, termasuk sensasi
ekseteroseptif dari daerah gendang telinga, sensasi pengecapan dari 2/3 bagian depan
lidah, dan sensasi viseral umum dari kelenjar ludah, mukosa hidung dan faring, dan
sensasi proprioseptif dari otot – otot yang dipersarafinya. Secara anatomis, bagian
motorik saraf ini terpisah dari bagian yang menghantar sensasi dan serabut
parasimpatis, yang terakhir ini sering dinamai sarar intermedius, atau pars
intermedius Wisberg. Sel sensoriknya terletak di gangglion genikulatum, pada
lekukan saraf fasialis di kanal fasialis. Sensasi pengecapan dari 2/3 bagian depan
lidah dihantar melalui saraf lingual ke korda timpani dan kemudian ke ganglion
genikulatum. Serabut yang menghantar sensasi eksteroseptif mempunyai badan
selnya di ganglion genikulatum dan berakhir pada akar desendens dan inti akar
desendens dari saraf trigeminus (N.V). Hubungan sentralnya identik dengan saraf
trigeminus8.
Inti motorik nervus fasialis terletak di bagian venterolateral tegmentum pontis
bagian kaudal18. Inti ini dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu kelompok dorsal
dan ventral. Yang tersebut pertama mensarafi otot – otot frontalis, zigomatikus,
belahan atas orbikularis okuli, dan bagian atas otot wajah. Kelompok ventral inti
nnervus fasialis mensarafi otot-otot belahan bawah orbikularis okuli, otot wajah
bagian bawah dan platisma. Inti ini mempunyai hubungan hanya dengan korteks
motorik sisi kontralateral, sedangkan inti yang mengurusi otot wajah bagian atas
mempunyai intervasi kortikal secara bilateral. Hubungan kedua inti tersebut dengan
susunan ekstrapiramidal adalah bilateral19.
Akar nervus fasialis tidak langsung menuju ke permukaan lateral pons, tetapi
menuju ke dorsomedial terlebih dahulu, kemudian melingkari inti nervus abdusens
6

dan setelah itu, baru ia membelok ke venterolateral kembali untuk meninggalkan


permukaan lateral pons. Disitu ia berdampingan dengan nervus intermedius dan
nervus oktavus. Mereka bertiga memasuki meatus akustikus internus untuk
melanjutkan perjalannannya di dalam liang os petrosum yang dikenal sebagai
akwaductus fallopi atau kanalis fasialis. Nervus fasialis keluar dari liang os petrosum
kembali dan tiba di kavum timpani. Sekeluarnya itu nervus fasialis merupakan berkas
saraf yang mengandung serabut somatomotorik, viseromotorik, dan sensorik khusus.
Kedua seranut tambahan itu diperolehnya dari ganglion genikuli. Cabang pertama
yang dikeluarkan oleh nervus fasialis, setibanya di kavum timpani, ialah nervus
stapedius. Cabang kedua adalah khorda timpani. Sebelum berkas induk membelok ke
belakang untuk memasuki os mastoideum, khorda timpani memisahkan dirinya untuk
menuju ke depan. Melalui tepi atas membrana timpani ia berjalan ke depan dan di
fosa pterigoidea ia menggabungkan diri pada nervus lingualis. Induk berkas yang
terdiri dari serabut somatomotorik dan visero-(sekreto)-motorik meneruskan
perjalanannya ke dalam os mastoideus dan kemudian keluar dari tengkorak melalui
foramen stilomastoideum. Dari situ ia berjalan ke depan untuk bercabang – cabang.
Sebelum melintasi glandula parotis, nervus fasialis memberikan cabang aurikular
untuk otot – otot telinga dan cabang untuk otot stilohioid dan venter posterior di
gastrikus19.
7

Gambar 2.3 Distribusi nervus fasialis5

Gambar 2.4 Topografi Nervus Fasialis7


8

2.1.4 Musculus Stapedius

Musculus stapedius adalah otot yang sangat kecil yang berorigo di dalam
pyramidal eminence, yang merupakan penonjolan kecil pada dinding mastoid di
telinga tengah. Tendon ini muncul dari apex pyramidal eminence dan melewati jalur
depan serta melekat pada permukaan leher stapes. Musculus stapedius diinervasi oleh
cabang dari N.VII yaitu nervus stapedius19. Kontraksi otot stepedius yang merupakan
hasil dari respon suara keras, menyebabkan terdorongnya stapes ke belakang dan
mencegah osilasi yang berlebihan9.

Gambar 2.5 Anatomi Telinga Tengah9

2.2 Fisiologi Pendengaran

Suara sebagai gelombang getaran akan diterima oleh membrana tympani dan
getaran ini akan diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran (maleus, incus, dan
stapes) di rongga telinga tengah. Selanjutnya akan diterima oleh "oval window" dan
diteruskan ke rongga cochlea serta dikeluarkan lagi melalui "round window". Rongga
9

cochlea terbagi oleh dua sera menjadi tiga ruangan, yaitu scala vestibuli, scala
tympani dan scala perilimfe dan endolimfe. Antara scala tympani dan scala medial
terdapat membran basilaris, sel-sel rambut dan serabut afferen dan efferen nervus
cochlearis. Getaran suara tadi akan menggerakkan membrana basilaris, dimana Dada
tinggi diterima di bagian basal dan Dada rendah diterima di bagian apeks. Akibat
gerakan membrana basilaris maka akan menggerakkan sel-sel rambut dan terjadi
perubahan dari energi mekanik ke chemoelectrical potensial dan akan dibawa oleh
serabut afferen nervus cochlearis ke inti dorsal dan ventral.
Kemudian menginhibisi input, bagian kontralateral bersifat mengeksitasi
input. Tetapi ada juga yang langsung ke nukleus lemniskus lateral. Dari kompleks
olivari superior serabutnya berjalan ke nukleus lemniskus lateralis dan sebagaian
langsung ke colliculus inferior. Serabut-serabut ini membentuk lemniskus lateralis.
Dari colliculus inferior serabutnya berlanjut lagi ke corpus genikulatum mediale
sebagai brachium colliculus inferior. Dari CGM ini serabutnya berjalan ke korteks
serebri di area acustikus (area Broadmann, 41,42) dan disadari sebagai rangsang
pendengaran.

2.3 Refleks Stapedius

Reflex stapedius atau reflek akustikus merupakan kontraksi otot stapedius


yang berada di telinga tengah, yang diinduksi oleh rangsangan akustik (bunyi) yang
kuat10,11,12,13.Hal ini dianggap bahwa seseorang dengan ambang pendengaran normal
memiliki refleks stapedial yang utuh pada telinga tengah 2. Refleks akustik dihipotesa
telah berperan sebagai proteksi dengan membatasi energy suara yang ditransmisikan
melalui telinga tengah14. Reflek akustikus dapat digunakan sebagai pengukur untuk
konduksi pada N.VIII dan juga N.VII20.
Pada primata, musculus stapedius, yang terkait dengan stapes dan inervasinya
dari cabang stapedial N. VII, berkontraksi sebagai refleks atas respon pada
rangsangan suara yang kuat. Di samping itu, karena suara yang keras dapat
dilemahkan oleh aksi dari reflek akustik, hal ini menyatakan bahwa fungsi lain dari
10

reflek tersebut adalah untuk melindungi bagian telinga dalam dari kerusakan yang
disebabkan oleh pajanan berlebihan dari suara yang keras11.
Refleks akustikus yang merupakan hasil dari kontraksi otot stapedius yang
diperoleh dari suara keras, dimana ketika telinga lain diberikan suara keras maka otot
stapedius kedua telinga berkontraksi15. Refleks ini akan muncul saat terdapat
intensitas suara yang lebih besar dari 70 – 90 dB di atas jangkauan pendengaran
telinga dalam. Hal ini akan menyebabkan musculus stapedius pada kedua sisi telinga
akan berkontraksi, membuat the tympanum relaks dan menawarkan impedansi pada
suara yang selanjutnya20. Kontraksi otot stapedius ini miring ke anterior stapes dari
oval window dan penegangan rantai osikulasi. Otot stapedius ini diinervasi oleh
nervus cranial VII, oleh karena itu adanya paralisis nervus VII maka otot stapedius
dapat juga terkena15. Hasil pemeriksaan refleks akustikus memiliki kontribusi yang
besar untuk diagnosis banding dan merupakan bagian dari evaluasi audiologi. Hal ini
dapat memberikan informasi tentang derajat ketulian dan tipe tuli (konduksi atau
sensorineural).
Empat neuron lengkung reflek terdiri atas serat aferen N VIII, neuron dari
ventral cochlear nucleus, neuron dari medial superior olive, dan facial motorneuron.
Hal ini dapat memberikan informasi bahwa abnormalitas dari reflek akustik
melibatkan patologi setinggi batang otak11.
11

Gambar 2.6 Lengkung Reflek Akustik13

Refleks stapedius memiliki fungsi menjaga koklea dari suara keras2,20. Dan
ketika refleks dikeluarkan, otot stapedius pada kedua telinga akan berkontraksi,
dengan menguatkan osikulasi, dimana jalur ini disusun oleh koklea, saraf cranial
VIII, nucleus koklear ventral, kompleks olivari superior, nucleus motorik fasialis dan
cabang motorik saraf fasialis. Ketidakhadiran refleks akustikus dapat berarti ketulian
pada derajat yang cukup kuat untuk mnghambatnya, mengindikasikan bahwa telinga
tengah akan memberikan perubahan atau adanya lesi pada jalur refleks2.
Ketidakmunculan refleks akustik kemungkinan merupakan hasil dari (a)
penurunan input untuk dapat mencetuskan mekanisme reflek yang disebabkan oleh
gangguan telinga tengah, (b) penurunan transmisi pada jalur aferen oleh karena
sensorineural hearing loss, (c) fungsi yang abnormal bagian eferen pada lengkung
refleks oleh karena gangguan atau lesi pada brainstem atau N.VII, atau (d) adanya
gangguan mekanik pada telinga tengah yang dapat menurunkan atau menghilangkan
perubahan impedansi sebagai suutu keadaan yang normal dari kontraksi otot. Pada
pemeriksaan evaluasi gangguan telinga tengah, pengukuran refleks akustik
merupakan petunjuk yang tidak langsung dari status telinga tengah dan lebih lanjut
12

dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan tympanometry untuk penaksiran


langsung21.
Bagaimanapun dengan adanya pendengaran manusia yang normal, dengan
tidak adanya refleks stapedius, telah diobservasi, dimana mungkin disangka akibat
absennya otot stapedius atau bahkan perubahan saraf auditori/pendengaran
(neuropati). Fungsi pendengaran sangat penting dalam kontribusinya dalam system
komunikasi kompleks2. Perubahan pada persepsi pendengaran mungkin dipicu
masalah pada perkembangan bicara, bahasa, membaca, belajar bahkan sosialisasi
pada anak, dewasa maupun orang tua.
Pengurangan refleks pada respon terhadap rangsang terus menerus disebut
kerusakan refleks akustik. Kerusakan refleks akustik ini paling sering diperoleh dari
rangsang yang terus menerus dan diukur berdasarkan perubahan pada telinga tengah
yang digunakan berlebihan14. Tingkatan kerusakan pada refleks akustik ini
bergantung pada frekuensi rangsangan, bila suara dengan frekuensi rendah maka
berhubungan dengan kemungkinan kecil kerusakan atau tanpa kerusakan, sedangkan
frekuensi sekitar 2 kHz atau lebih biasanya berhubungan dengan kerusakan yang
besar sekali14.

2.3.1 Pemeriksaan Refleks Stapedius

Prinsip-prinsip pengukuran dari refleks akustik tidak berubah sejak investigasi


METZ pada tahun 1952. Refleks akustik terdeteksi sebagai perubahan dari kepatuhan
telinga tengah. Dua rangsangan disampaikan kepada subjek berupa nada frekuensi
rendah biasanya 226 Hz digunakan untuk mengukur kepatuhan (compliance) telinga
tengah, dan tingkat nada tinggi tambahan yang terbatas dengan durasi tertentu
digunakan untuk memperoleh refleks akustik. Bermacam-macam rangsang dapat
dimanfaatkan untuk tujuan ini, seperti (misalnya) broadband atau suara filtered,
tekanan nada atau urutan tekanan nada. Jika tingkat suara tambahan cukup tinggi
untuk mendapatkan refleks akustik, maka compliance akustik menurun dan tingkat
pengukuran nada meningkat. Peningkatan pengukuran tingkat nada dapat dideteksi
13

dengan mikrofon ditempatkan di saluran telinga. Dalam sistem yang tersedia secara
besar, tegangan pada output mikrofon dipertahankan pada tingkat yang konstan
dengan cara menjembatani impedansi electroacoustic16.
Pada tahun 1946, Metz mendeskripsikan metode elektromekanikal untuk
mendeteksi perubahan relatif pada telinga tengah gangguan akustik. Cara kerjanya
berdasarkan beberapa hal sebelumnya yang mempelajari mekanisme telinga tengah
dan refleks akustikus dari sisi dasar peneliti. Metz salah satu diantara peneliti yang
melihat potensial klinis dari pengukuran gangguan telinga tengah. Pada masanya
pertanyaan terbesar adalah diagnosis banding antara tuli konduksi atau tuli persepsi.
Tujuan karyanya adalah untuk mengembangkan ukuran yang obyektif dari fungsi
telinga tengah dan menggunakannya sebagai alat klinis untuk mendiagnosa gangguan
telinga tengah4.
Pencatatan dan interpretasi dari refleks akustik merupakan teknik diagnostik
klinis audiologi yang sebagian besar tercakup dalam standar pengujian.audiometri.
Tidak adanya suatu refleks akustik yang berasal dari tuli konduksi atau gangguan
pendengaran sensorineural, dari gangguan pada saraf pendengaran (saraf kranial
VIII), atau dari gangguan pada motor neuron di saraf wajah (saraf kranial VII).
Parameter yang penting pada sebagian besar refleks akustik adalah acoustic reflex
threshold (ART). Hal ini adalah stimulus intensitas terendah di mana kontraksi dari
otot stapedius dapat terdeteksi. Banyak peneliti telah mendokumentasikan bahwa
ART berkisar antara 80 dB hearing level (HL) dan 100 dB HL untuk-nada stimulasi
murni dalam pendengaran normal16. Perubahan atau kriteria defleksi 0,03 biasanya
diambil sebagai perubahan minimum untuk adanya refleks. Batas normal dari level
intensitas atau respon ambang refleks akustik adalah 70-90 dBHL, nilai lebih dari 90
atau respon menghilang merupakan nilai patologis7.

2.3.2 Pengukuran Refleks Stapedius

Pengukuran refleksstapedius melibatkan penyajian rangsangan tonal dan /


atau suara keras untuk memperoleh suatu refleks tanggapan dari otot stapedius.
14

Sebagai rangsangan akustik untuk satu telinga, menyebabkan kontraksi refleks di


kedua telinga, dan karena itu kita mengukur baik jalur refleks kontralateral maupun
ipsilateral. Hal ini dilakukan dengan menggunakan baik penyelidikan immittance
(yang sama digunakan untuk timpanometri) dan earphone / telepon masukkan telinga
dengan probe immittance di dalamnya disebut probe telinga, sementara telinga
menerima rangsangan ini disebut stimulus telinga.
Untuk pengujian ipsilateral, telinga probe dan telinga stimulus satu dalam
stimulus (sama dan pengukuran terjadi di telinga yang sama). Untuk pengujian
kontralateral, telinga probe dan telinga stimulus berbeda (stimulus disajikan kepada
satu telinga, sedangkan pengukuran terjadi di telinga yang berlawanan). Jika
pengujian ipsilateral digunakan sendiri, gangguan retrocochlear (misalnya, aksial-
intra lesi batang otak) dapat terlewatkan. Cara yang benar untuk memilih pengukuran
didasarkan pada telinga yang dirangsang oleh suara keras. Jika telinga kiri ipsilateral
dirangsang dengan suara keras dan pengukuran juga terjadi di telinga ini akan
menjadi refleks akustik pengukuran / ambang batas ipsilateral kiri. Jika stimulus
disajikan ke telinga kiri, tapi refleks dicatat di sebelah kanan, hal itu akan disebut
pengukuran ambang batas refleks kontralateral kiri. Tidak semua orang menganut
metode pelaporan dan karena itu harus berhati-hati ketika meninjau klinisi lain hasil.

Jalur Ipsilateral
Jalur ipsilateral terbaik dapat dijelaskan sebagai berikut. Suara keras berjalan
melalui telinga bagian luar, tengah dan dalam (koklea), kemudian berjalan sepanjang
saraf vestibulocochlear (N.VIII) untuk menuju batang otakdan tiba di inti koklea.
Dari sini sinyal disalurkan ke kompleks olivary superior dan inti nervus VII. Sinyal
kemudian dikirim melalui N.VII sehingga menyebabkan kontraksi dari otot stapedius.
15

Gambar 2.7 Jalur Ipsilateral Refleks Akustik

Jalur Kontralateral
Dalam jalur refleks kontralateral, suara keras berjalan melalui telinga bagian
dalam (koklea), luar, dan tengah, kemudian disalurkan sepanjang CNVIII menuju
batang otak dan tiba pada inti koklea. Dari sini sinyal perjalanan ke dilanjutkan ke
kompleks olivary superior dan inti N.VII lainnya. Sinyal kemudian dikirim melalui
N.VII sehingga menyebabkan kontraksi dari otot stapedius.
16

Gambar 2.8 Jalur kontralateral refleks akustik

2.4 Interpretasi Refleks Stapedius

2.4.1 Gangguan Pendengaran Konduktif

Pada tuli konduktif yang berarti akan menyebabkan terjadinya eliminasi


respon pada telinga yang berlawanan pada saat telinga yang tuli distimulasi. Hal ini
terjadi karena stimulasi yang diberikan tidak cukup keras untuk dapat mencetuskan
reflek saat telinga yang tuli distimulasi, dan pada abnormalitas telinga tengah (misal
otosclerosis atau efusi telinga tengah) terjadi pencegahan kontraksi otot stapedius saat
telinga yang normal distimulasi13. Respon untuk refleks akustik tidak akan muncul
pada pasien dengan gangguan pendengaran konduktif oleh karena terjadi pembatasan
mekanik pada pergerakan osikular20.
17

Refleks akustik akan hilang ketika sebuah probe ditempatkan di telinga


dengan gangguan telinga tengah. Hal ini disebabkan bahwa gangguan telinga tengah
biasanya mencegah probe dari pengukuran perubahan sesuai ketika kontrak otot
stapedius. Oleh karena itu refleks akan hilang bahkan dalam kasus gangguan
pendengaran konduktif ringan. Pada kehadiran timpanogram Tipe C, tergantung pada
tingkat tekanan negatif di telinga tengah, refleks dapat berupa ada atau tidak ada. Jika
refleks akustik terdapar di telinga probe, tidak mungkin bahwa gangguan
pendengaran konduktif ada, kecuali dalam kasus langka Superior Semicircular Canal
Dehiscence (SSCD).
Selain itu, penyakit atau kelainan pada otot stapedius juga akan menyebabkan
tidak munculnya reflek akustik. Dengan demikian, reflek akustik pada pasien tuli
konduktif unilateral yang akan muncul adalah reflek ipsilateral pada telinga yang
normal. Pada tuli konduktif bilateral reflek akustik tidak akan muncul pada keempat
situasi pemeriksaan13.

Gambar 2.9 Gambaran lengkung refleks akustik pada gangguan telinga tengah 21
18

2.4.2 Gangguan Pendengaran Koklea

Dalam telinga dengan gangguan pendengaran koklea, mungkin refleks akustik


akan ditimbulkan pada tingkat sensasi (SL) kurang dari 60dB. SL merupakan hal
yang berbeda antara ART dan ambang pendengaran. Sebagai contoh, jika ambang
pendengaran pada 1kHz adalah 50dBHL dan ART 90dBHL, tingkat sensasi adalah
40dBSL. Ketika SL kurang dari 60dB, maka tes Metz positif diindikasikan. Hal ini
menunjukkan koklea sebagai letak lesi (tuli sensorineural) karena fenomena
perekrutan kenyaringan.
Pasien dengan gangguan kehilangan pendengaran koklear yang ringan sampai
sedang mempunyai ambang reflek yang kira – kira sama pada ipsilateral ataupun
kontraleteral dibandingkan dengan telinga yang normal. Reflek akustik tidak muncul
pada gangguan kehilangan pendengaran yang parah13.

Gambar 2.10 Gambaran lengkung refleks akustik pada lesi di koklea 21


19

2.4.3 Gangguan pendengaran Retrocochlear

ART pada telinga dengan patologi retrocochlear (N.VII) biasanya tinggi


diatas daripada untuk pendengaran normal atau gangguan pendengaran koklea.
Seringkali tidak hadir pada tingkat stimulus maksimal. Perlu diingat bahwa hasil
ART harus dianalisis dalam kombinasi dengan riwayat kasus pasien, audiogram,
bicara dan temuan timpanometri untuk diagnosis banding.

Gambar 2.11 Gambaran lengkung refleks akustik pada lesi retrokoklear 21


2.4.4 Lesi pada Nervus Vestibulokoklearis (N. VIII)

Lesi pada nervus VIII dapat menghilangkan reflek akustik ipsilateral dan
kontralateral apabila telinga yang mengalami gangguan yang distimulasi. Sebaliknya,
reflek akustik ipsilateral dan kontralateral akan muncul apabila telinga yang normal
20

distimulasi. Pada keadaan patologis yang mengenai ‘central crossed pathway’, reflek
terjadi pada kedua kondisi ipsilateral, tetapi tidak muncul pada kedua kondisi
kontralateral13.

2.4.5 Keterlibatan Saraf Facial / N.VII

  Refleks akustik yang tidak ditemukan ketika diukur pada sisi yang terkena
dalam kasus gangguan saraf wajah (misalnya, probe diletakkan pada telinga yang
terkena). Hal ini karena otot stapedius adalah diinervasi oleh N.VII. Seringkali,
gangguan N.VII mudah dikenali (misalnya, kelumpuhan wajah dalam kasus Bell's
palsy) dan pengukuran dari refleks akustik digunakan sebagai alat untuk memantau
proses pemulihan pada pasien tersebut.
Lesi pada nervus VII (misal Bell Palsy) dapat menghilangkan reflek akustik
pada pengukuran di sisi yang lumpuh, tampa menghiraukan telinga mana yang
distimulasi. Keadaan ini dapat dibedakan dengan pola konduktif karena pada tuli
konduksi telinga yang diperiksa menunjukkan hilangnya reflek kontralateral. Pada
kelainan N VII, reflek akustik dapat juga digunakan untuk menentukan letak lesi,
apakah berada dibagian proksimal atau dibagian distal dari cabang otot stapedius.
Apabila lesi berada pada daerah proksimal otot stapedius refleks akustik akan
menghilang, sedangkan apabila lesi terletak pada bagian distal dari otot stapedius
maka refleks akan tetap terjadi13.
21

Gambar 2.1 Gambaran lengkung refleks akustik pada lesi nervus fasialis 21
2.4.6 Lesi batang otak Intra-aksial

Sangat jarang ditemukan yaitu sekitar 1 dalam 10 juta. Refleks akustik


ipsilateral normal dan hilang pada contralateral. Jalur kiri dan kanan terganggu oleh
lesi yang melibatkan serabut pendengaran.

2.4.7 Neuroma dan ALS

Kerusakan refleks akustik pada pasien dengan neuroma dapat dibedakan dari
system auditori normal. Pasien dengan neuroma akustik sering menunjukkan
kerusakan yang besar, bahkan ketika mendapatkan stimulus dengan nada frekuensi
rendah14. Ketika hasil ini merupakan variabel pasien, kerusakan pada respon untuk
22

nada frekuensi rendah dalam hubungannya dengan gejala lainnya sering di-followup
dengan MRI untuk menegakkan neuroma. Tes klinis lainnya pada akustik neuroma
adalah abnormalitas atau hilangnya respon pendengaran batang otak14.
Neuropati pada pendengaran terdiri dari saraf pendengaran yang secara umum
tidak selaras pada saraf konduksi, mungkin berhubungan dengan perubahan
mielinisasi pada serabut saraf. Tempat perubahan yang tepat tidak dijelaskan dan
mungkin berbeda pada beberapa kasus, namun kemungkinan pada sel rambut dalam,
pada sinaps antara sel rambut dalam dan nervus V.III, pada sepasang nervus V.III itu
sendiri atau bahkan pada beberapa struktur2.
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) merupakan penyakit neurodegenerative
yang meliputi sistem saraf motorik. Pada ALS, keterlibatan saraf motorik wajah
menginnervasi otot mimic wajah yang telah dikonfirmasi secara klinikopatologi,
namun saraf motorik stapedius berhenti di nervus fasialis dan innervasi otot stapedius
tidak terjadi. Pada beberapa studi, untuk menganalisis kesinambungan sistem motorik
stapedius, maka refleks stapedial yang secara fisiologi menjaga telinga tengah
melawan paparan suara keras dengan mengkontraksikan otot stapedius pada telinga
tengah, dimana dapat diperiksa dengan impedance audiometry3.
BAB III
KESIMPULAN

Refleks akustikus atau stapedial yang merupakan hasil dari kontraksi otot
stapedius yang diperoleh dari suara keras, dimana ketika telinga lain diberikan suara
keras maka otot stapedius kedua telinga berkontraksi. Kontraksi otot stapedius ini
miring ke anterior stapes dari oval window dan penegangan rantai osikulasi. Otot
stapedius ini diinervasi oleh nervus cranial VII, oleh karena itu adanya paralisis
nervus VII maka otot stapedius dapat juga terkena. Empat neuron lengkung reflek
terdiri atas serat aferen N VIII, neuron dari ventral cochlear nucleus, neuron dari
medial superior olive, dan facial motorneuron. Hal ini dapat memberikan informasi
bahwa abnormalitas dari reflek akustik melibatkan patologi setinggi batang otak.
DAFTAR PUSTAKA

1. Attoni. Tiago M , Quintas. Victor G , and Mota. Helena B. 2010. Auditory


processing, acoustic reflex and phonological expression. Braz J
Otorhinolaryngoly.; 76(6) : 753-61
2. Pinotti, Corazza, Alcarás. 2009. Electrophysiological Evaluation of the
Auditory Nerve in Normal Hearing Patients with Absence of Stapedial
Reflexes. Approved on November 15 2009
3. Shimizu, Hayashida, Hayashi, Kato, Tanabe. 1996. Stapedial Reflex In
Amyotrophic Lateral Sclerosis. Journal of Neurology, Neurosurgery, and
Psychiatry Vol 60 : 544-548
4. Japardi, Iskandar. 2003. Nervus Vestibulocochlearis. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
5. Moore, Keith L., dan Agur, Anne M. R. 2007. Essential Clinical Anatomy –
Third Edition. Toronto: Lippincott Williams & Wilkins
6. Rohkam, Reinhard. 2004. Color Atlas of Neurology. Thieme : New York
7. Dhillon, R. S., dan East, C. A. 2000. An Illustrated Colour Text – Ear, Nose and
Throat and Head and Neck Surgery – Second Edition. New York: Churchill
Livingstone.
8. Lumbantobing, S. M. 2008. Neurologi Klinik – Pemeriksaan Fisik dan
Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
9. Drake, Richard L., Vogi, Wayne., dan Mitchell, Adam W. M. Gray’s Anatomy for
Students. London: Elsevier Churchill Livingstone
10. Irish, J., dan Papsin, B. 2000. Otolaryngology. MCCQE – Review Notes and
Lecture Series
11. Snow Jr, James B., dan Ballenger, John Jacob. 2003. Ballenger’s –
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery – Sixteenth Edition. Spain : BC
Decker Inc.
25

12. Standring, Susan. 2005. Gray’s Anatomy – The Anatomical Basis of Clinical
Practice – Thirty Ninth Edition.London: Elsevier Churchill Livingstone
13. Lalwani, Anil K. 2008. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology –
Head & Neck Surgery – Second Edition. New York: The McGraw-Hill
Companies
14. Chung, Buss, Hall , and Grose. 2001. The Effect of Temporal Stimulus
Characteristics in Maintenance of the Acoustic Reflex. The Department of
Otolaryngology/Head and Neck Surgery, The University of North Carolina
School of Medicine, Chapel Hill, USA ; Received: 19 December 2001
15. Anonym . 2010. Introduction to Reflexometry. http. www.Interacoustic.au
[desember 2010].
16. Neumann, J., Uppenkamp, S., Kollmeier, B. (1996). Detection of the acoustic
reflex below 80 dB HL. Audiology and Neurootology 1, 359-369.
17. Brad A. The Acoustic Reflex in Diagnostic Audiology: From Metz to Present.
Stach Vol. 8, No. 4t
18. Mardjono, Mahar., dan Sidharta, Priguna. 2008. Neurologi Klinis Dasar.
Jakarta: Dian Rakyat
19. Sidharta, Priguna. 2005. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Jakarta:
Dian Rakyat.
20. Ropper, Alan H., dan Brown, Robert H. 2005. Adams and Victor’s Principles
of Neurology – Eighth Edition. New York: McGraw-Hill.
21. McPherson, David L. 2006. Hearing Test and Measurement. Utah: Brigham
Young University

Anda mungkin juga menyukai