The Stapedial Reflex
The Stapedial Reflex
PENDAHULUAN
2.1 Anatomi
Nervus Cochlearis intinya dari dua bagian, yaitu ventral dan dorsal, letaknya
disebelah lateral pedunkulus serebelli inferior. Tonjolan inti cochlearis pada dinding
ventrikel IV disebut acoustic tubercle. Serabut dari N.Cochlearis akan berjalan ke
cochlea dan membentuk ganglion spirale cochlea, serabutnya berakhir Pada sel-sel
rambut organon corti di ductus cochlearis. Serabut dari nucleus vestibularis dan
cochlearis berjalan ke ventrolateral dan keluar dari batang otak pada daerah
pontomedularry junction bersama N. VII yang terletak disebelah medialnya,
kemudian berjalan masuk ke os petrosus melalui meatus acustikus internus, jarak dari
pontomedullari ke meatus acustikus internus 10 mm (6-15 mm)4.
Di dalam meatus akustikus inferior, nervus vestibularis berjalan di sebelah
dorsal, sedangkan nervus cochlearis berjalan di sebelah ventralnya. Di atasnya
4
berjalan nervus intermedius (N VII) dan serabut motorik nervus VII. Perjalanan
selanjutnya agak berputar sedikit, sehingga nervus cochlearis berada di sebelah
bawah, diatasnya nervus vestibularis, sedangkan nervus facialis di sisi depannya dan
nervus intermedius diantaranya3.
Nervus fasialis atau saraf ke VII, terutama merupakan saraf motorik yang
menginervasi otot – otot ekspresi wajah. Di samping itu saraf ni membawa serabut
parasimpatis ke kelenjar ludah dan air mata dan ke selaput mukosa rongga mulut dan
hidung, dan ia juga menghantar berbagai jenis sensasi, termasuk sensasi
ekseteroseptif dari daerah gendang telinga, sensasi pengecapan dari 2/3 bagian depan
lidah, dan sensasi viseral umum dari kelenjar ludah, mukosa hidung dan faring, dan
sensasi proprioseptif dari otot – otot yang dipersarafinya. Secara anatomis, bagian
motorik saraf ini terpisah dari bagian yang menghantar sensasi dan serabut
parasimpatis, yang terakhir ini sering dinamai sarar intermedius, atau pars
intermedius Wisberg. Sel sensoriknya terletak di gangglion genikulatum, pada
lekukan saraf fasialis di kanal fasialis. Sensasi pengecapan dari 2/3 bagian depan
lidah dihantar melalui saraf lingual ke korda timpani dan kemudian ke ganglion
genikulatum. Serabut yang menghantar sensasi eksteroseptif mempunyai badan
selnya di ganglion genikulatum dan berakhir pada akar desendens dan inti akar
desendens dari saraf trigeminus (N.V). Hubungan sentralnya identik dengan saraf
trigeminus8.
Inti motorik nervus fasialis terletak di bagian venterolateral tegmentum pontis
bagian kaudal18. Inti ini dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu kelompok dorsal
dan ventral. Yang tersebut pertama mensarafi otot – otot frontalis, zigomatikus,
belahan atas orbikularis okuli, dan bagian atas otot wajah. Kelompok ventral inti
nnervus fasialis mensarafi otot-otot belahan bawah orbikularis okuli, otot wajah
bagian bawah dan platisma. Inti ini mempunyai hubungan hanya dengan korteks
motorik sisi kontralateral, sedangkan inti yang mengurusi otot wajah bagian atas
mempunyai intervasi kortikal secara bilateral. Hubungan kedua inti tersebut dengan
susunan ekstrapiramidal adalah bilateral19.
Akar nervus fasialis tidak langsung menuju ke permukaan lateral pons, tetapi
menuju ke dorsomedial terlebih dahulu, kemudian melingkari inti nervus abdusens
6
Musculus stapedius adalah otot yang sangat kecil yang berorigo di dalam
pyramidal eminence, yang merupakan penonjolan kecil pada dinding mastoid di
telinga tengah. Tendon ini muncul dari apex pyramidal eminence dan melewati jalur
depan serta melekat pada permukaan leher stapes. Musculus stapedius diinervasi oleh
cabang dari N.VII yaitu nervus stapedius19. Kontraksi otot stepedius yang merupakan
hasil dari respon suara keras, menyebabkan terdorongnya stapes ke belakang dan
mencegah osilasi yang berlebihan9.
Suara sebagai gelombang getaran akan diterima oleh membrana tympani dan
getaran ini akan diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran (maleus, incus, dan
stapes) di rongga telinga tengah. Selanjutnya akan diterima oleh "oval window" dan
diteruskan ke rongga cochlea serta dikeluarkan lagi melalui "round window". Rongga
9
cochlea terbagi oleh dua sera menjadi tiga ruangan, yaitu scala vestibuli, scala
tympani dan scala perilimfe dan endolimfe. Antara scala tympani dan scala medial
terdapat membran basilaris, sel-sel rambut dan serabut afferen dan efferen nervus
cochlearis. Getaran suara tadi akan menggerakkan membrana basilaris, dimana Dada
tinggi diterima di bagian basal dan Dada rendah diterima di bagian apeks. Akibat
gerakan membrana basilaris maka akan menggerakkan sel-sel rambut dan terjadi
perubahan dari energi mekanik ke chemoelectrical potensial dan akan dibawa oleh
serabut afferen nervus cochlearis ke inti dorsal dan ventral.
Kemudian menginhibisi input, bagian kontralateral bersifat mengeksitasi
input. Tetapi ada juga yang langsung ke nukleus lemniskus lateral. Dari kompleks
olivari superior serabutnya berjalan ke nukleus lemniskus lateralis dan sebagaian
langsung ke colliculus inferior. Serabut-serabut ini membentuk lemniskus lateralis.
Dari colliculus inferior serabutnya berlanjut lagi ke corpus genikulatum mediale
sebagai brachium colliculus inferior. Dari CGM ini serabutnya berjalan ke korteks
serebri di area acustikus (area Broadmann, 41,42) dan disadari sebagai rangsang
pendengaran.
reflek tersebut adalah untuk melindungi bagian telinga dalam dari kerusakan yang
disebabkan oleh pajanan berlebihan dari suara yang keras11.
Refleks akustikus yang merupakan hasil dari kontraksi otot stapedius yang
diperoleh dari suara keras, dimana ketika telinga lain diberikan suara keras maka otot
stapedius kedua telinga berkontraksi15. Refleks ini akan muncul saat terdapat
intensitas suara yang lebih besar dari 70 – 90 dB di atas jangkauan pendengaran
telinga dalam. Hal ini akan menyebabkan musculus stapedius pada kedua sisi telinga
akan berkontraksi, membuat the tympanum relaks dan menawarkan impedansi pada
suara yang selanjutnya20. Kontraksi otot stapedius ini miring ke anterior stapes dari
oval window dan penegangan rantai osikulasi. Otot stapedius ini diinervasi oleh
nervus cranial VII, oleh karena itu adanya paralisis nervus VII maka otot stapedius
dapat juga terkena15. Hasil pemeriksaan refleks akustikus memiliki kontribusi yang
besar untuk diagnosis banding dan merupakan bagian dari evaluasi audiologi. Hal ini
dapat memberikan informasi tentang derajat ketulian dan tipe tuli (konduksi atau
sensorineural).
Empat neuron lengkung reflek terdiri atas serat aferen N VIII, neuron dari
ventral cochlear nucleus, neuron dari medial superior olive, dan facial motorneuron.
Hal ini dapat memberikan informasi bahwa abnormalitas dari reflek akustik
melibatkan patologi setinggi batang otak11.
11
Refleks stapedius memiliki fungsi menjaga koklea dari suara keras2,20. Dan
ketika refleks dikeluarkan, otot stapedius pada kedua telinga akan berkontraksi,
dengan menguatkan osikulasi, dimana jalur ini disusun oleh koklea, saraf cranial
VIII, nucleus koklear ventral, kompleks olivari superior, nucleus motorik fasialis dan
cabang motorik saraf fasialis. Ketidakhadiran refleks akustikus dapat berarti ketulian
pada derajat yang cukup kuat untuk mnghambatnya, mengindikasikan bahwa telinga
tengah akan memberikan perubahan atau adanya lesi pada jalur refleks2.
Ketidakmunculan refleks akustik kemungkinan merupakan hasil dari (a)
penurunan input untuk dapat mencetuskan mekanisme reflek yang disebabkan oleh
gangguan telinga tengah, (b) penurunan transmisi pada jalur aferen oleh karena
sensorineural hearing loss, (c) fungsi yang abnormal bagian eferen pada lengkung
refleks oleh karena gangguan atau lesi pada brainstem atau N.VII, atau (d) adanya
gangguan mekanik pada telinga tengah yang dapat menurunkan atau menghilangkan
perubahan impedansi sebagai suutu keadaan yang normal dari kontraksi otot. Pada
pemeriksaan evaluasi gangguan telinga tengah, pengukuran refleks akustik
merupakan petunjuk yang tidak langsung dari status telinga tengah dan lebih lanjut
12
dengan mikrofon ditempatkan di saluran telinga. Dalam sistem yang tersedia secara
besar, tegangan pada output mikrofon dipertahankan pada tingkat yang konstan
dengan cara menjembatani impedansi electroacoustic16.
Pada tahun 1946, Metz mendeskripsikan metode elektromekanikal untuk
mendeteksi perubahan relatif pada telinga tengah gangguan akustik. Cara kerjanya
berdasarkan beberapa hal sebelumnya yang mempelajari mekanisme telinga tengah
dan refleks akustikus dari sisi dasar peneliti. Metz salah satu diantara peneliti yang
melihat potensial klinis dari pengukuran gangguan telinga tengah. Pada masanya
pertanyaan terbesar adalah diagnosis banding antara tuli konduksi atau tuli persepsi.
Tujuan karyanya adalah untuk mengembangkan ukuran yang obyektif dari fungsi
telinga tengah dan menggunakannya sebagai alat klinis untuk mendiagnosa gangguan
telinga tengah4.
Pencatatan dan interpretasi dari refleks akustik merupakan teknik diagnostik
klinis audiologi yang sebagian besar tercakup dalam standar pengujian.audiometri.
Tidak adanya suatu refleks akustik yang berasal dari tuli konduksi atau gangguan
pendengaran sensorineural, dari gangguan pada saraf pendengaran (saraf kranial
VIII), atau dari gangguan pada motor neuron di saraf wajah (saraf kranial VII).
Parameter yang penting pada sebagian besar refleks akustik adalah acoustic reflex
threshold (ART). Hal ini adalah stimulus intensitas terendah di mana kontraksi dari
otot stapedius dapat terdeteksi. Banyak peneliti telah mendokumentasikan bahwa
ART berkisar antara 80 dB hearing level (HL) dan 100 dB HL untuk-nada stimulasi
murni dalam pendengaran normal16. Perubahan atau kriteria defleksi 0,03 biasanya
diambil sebagai perubahan minimum untuk adanya refleks. Batas normal dari level
intensitas atau respon ambang refleks akustik adalah 70-90 dBHL, nilai lebih dari 90
atau respon menghilang merupakan nilai patologis7.
Jalur Ipsilateral
Jalur ipsilateral terbaik dapat dijelaskan sebagai berikut. Suara keras berjalan
melalui telinga bagian luar, tengah dan dalam (koklea), kemudian berjalan sepanjang
saraf vestibulocochlear (N.VIII) untuk menuju batang otakdan tiba di inti koklea.
Dari sini sinyal disalurkan ke kompleks olivary superior dan inti nervus VII. Sinyal
kemudian dikirim melalui N.VII sehingga menyebabkan kontraksi dari otot stapedius.
15
Jalur Kontralateral
Dalam jalur refleks kontralateral, suara keras berjalan melalui telinga bagian
dalam (koklea), luar, dan tengah, kemudian disalurkan sepanjang CNVIII menuju
batang otak dan tiba pada inti koklea. Dari sini sinyal perjalanan ke dilanjutkan ke
kompleks olivary superior dan inti N.VII lainnya. Sinyal kemudian dikirim melalui
N.VII sehingga menyebabkan kontraksi dari otot stapedius.
16
Gambar 2.9 Gambaran lengkung refleks akustik pada gangguan telinga tengah 21
18
Lesi pada nervus VIII dapat menghilangkan reflek akustik ipsilateral dan
kontralateral apabila telinga yang mengalami gangguan yang distimulasi. Sebaliknya,
reflek akustik ipsilateral dan kontralateral akan muncul apabila telinga yang normal
20
distimulasi. Pada keadaan patologis yang mengenai ‘central crossed pathway’, reflek
terjadi pada kedua kondisi ipsilateral, tetapi tidak muncul pada kedua kondisi
kontralateral13.
Refleks akustik yang tidak ditemukan ketika diukur pada sisi yang terkena
dalam kasus gangguan saraf wajah (misalnya, probe diletakkan pada telinga yang
terkena). Hal ini karena otot stapedius adalah diinervasi oleh N.VII. Seringkali,
gangguan N.VII mudah dikenali (misalnya, kelumpuhan wajah dalam kasus Bell's
palsy) dan pengukuran dari refleks akustik digunakan sebagai alat untuk memantau
proses pemulihan pada pasien tersebut.
Lesi pada nervus VII (misal Bell Palsy) dapat menghilangkan reflek akustik
pada pengukuran di sisi yang lumpuh, tampa menghiraukan telinga mana yang
distimulasi. Keadaan ini dapat dibedakan dengan pola konduktif karena pada tuli
konduksi telinga yang diperiksa menunjukkan hilangnya reflek kontralateral. Pada
kelainan N VII, reflek akustik dapat juga digunakan untuk menentukan letak lesi,
apakah berada dibagian proksimal atau dibagian distal dari cabang otot stapedius.
Apabila lesi berada pada daerah proksimal otot stapedius refleks akustik akan
menghilang, sedangkan apabila lesi terletak pada bagian distal dari otot stapedius
maka refleks akan tetap terjadi13.
21
Gambar 2.1 Gambaran lengkung refleks akustik pada lesi nervus fasialis 21
2.4.6 Lesi batang otak Intra-aksial
Kerusakan refleks akustik pada pasien dengan neuroma dapat dibedakan dari
system auditori normal. Pasien dengan neuroma akustik sering menunjukkan
kerusakan yang besar, bahkan ketika mendapatkan stimulus dengan nada frekuensi
rendah14. Ketika hasil ini merupakan variabel pasien, kerusakan pada respon untuk
22
nada frekuensi rendah dalam hubungannya dengan gejala lainnya sering di-followup
dengan MRI untuk menegakkan neuroma. Tes klinis lainnya pada akustik neuroma
adalah abnormalitas atau hilangnya respon pendengaran batang otak14.
Neuropati pada pendengaran terdiri dari saraf pendengaran yang secara umum
tidak selaras pada saraf konduksi, mungkin berhubungan dengan perubahan
mielinisasi pada serabut saraf. Tempat perubahan yang tepat tidak dijelaskan dan
mungkin berbeda pada beberapa kasus, namun kemungkinan pada sel rambut dalam,
pada sinaps antara sel rambut dalam dan nervus V.III, pada sepasang nervus V.III itu
sendiri atau bahkan pada beberapa struktur2.
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) merupakan penyakit neurodegenerative
yang meliputi sistem saraf motorik. Pada ALS, keterlibatan saraf motorik wajah
menginnervasi otot mimic wajah yang telah dikonfirmasi secara klinikopatologi,
namun saraf motorik stapedius berhenti di nervus fasialis dan innervasi otot stapedius
tidak terjadi. Pada beberapa studi, untuk menganalisis kesinambungan sistem motorik
stapedius, maka refleks stapedial yang secara fisiologi menjaga telinga tengah
melawan paparan suara keras dengan mengkontraksikan otot stapedius pada telinga
tengah, dimana dapat diperiksa dengan impedance audiometry3.
BAB III
KESIMPULAN
Refleks akustikus atau stapedial yang merupakan hasil dari kontraksi otot
stapedius yang diperoleh dari suara keras, dimana ketika telinga lain diberikan suara
keras maka otot stapedius kedua telinga berkontraksi. Kontraksi otot stapedius ini
miring ke anterior stapes dari oval window dan penegangan rantai osikulasi. Otot
stapedius ini diinervasi oleh nervus cranial VII, oleh karena itu adanya paralisis
nervus VII maka otot stapedius dapat juga terkena. Empat neuron lengkung reflek
terdiri atas serat aferen N VIII, neuron dari ventral cochlear nucleus, neuron dari
medial superior olive, dan facial motorneuron. Hal ini dapat memberikan informasi
bahwa abnormalitas dari reflek akustik melibatkan patologi setinggi batang otak.
DAFTAR PUSTAKA
12. Standring, Susan. 2005. Gray’s Anatomy – The Anatomical Basis of Clinical
Practice – Thirty Ninth Edition.London: Elsevier Churchill Livingstone
13. Lalwani, Anil K. 2008. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology –
Head & Neck Surgery – Second Edition. New York: The McGraw-Hill
Companies
14. Chung, Buss, Hall , and Grose. 2001. The Effect of Temporal Stimulus
Characteristics in Maintenance of the Acoustic Reflex. The Department of
Otolaryngology/Head and Neck Surgery, The University of North Carolina
School of Medicine, Chapel Hill, USA ; Received: 19 December 2001
15. Anonym . 2010. Introduction to Reflexometry. http. www.Interacoustic.au
[desember 2010].
16. Neumann, J., Uppenkamp, S., Kollmeier, B. (1996). Detection of the acoustic
reflex below 80 dB HL. Audiology and Neurootology 1, 359-369.
17. Brad A. The Acoustic Reflex in Diagnostic Audiology: From Metz to Present.
Stach Vol. 8, No. 4t
18. Mardjono, Mahar., dan Sidharta, Priguna. 2008. Neurologi Klinis Dasar.
Jakarta: Dian Rakyat
19. Sidharta, Priguna. 2005. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Jakarta:
Dian Rakyat.
20. Ropper, Alan H., dan Brown, Robert H. 2005. Adams and Victor’s Principles
of Neurology – Eighth Edition. New York: McGraw-Hill.
21. McPherson, David L. 2006. Hearing Test and Measurement. Utah: Brigham
Young University