Anda di halaman 1dari 11

Likuidasi adalah pembubaran perusahaan oleh likuidator dan sekaligus pemberesan dengan cara

melakukan penjualan harta perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang, dan penyelesaian sisa


harta atau utang di antara para pemilik.

Sistem likuidasi merupakan proses atau cara akibat terjadinya pembubaran atau perubahan
terhadap perusahaan yang mengalami kerugian yang sangat besar jumlahnya dan tidak mampu
untuk membayar segala kerugian tersebut. Sehingga perusahaan tersebut dengan terpaksa
memberhentikan untuk sementara waktu kegiatan dan kinerja perusahaannya agar tidak
menimbulkan risiko-risiko yang mungkin saja dapat terjadi, Risiko merupakan aspek utama dari
kehidupan manusia pada umumnya dan merupakan faktor penting dalam dunia bisnis. Risiko
merupakan kemungkinan penyimpangan harapan yang tidak menguntungkan, yaitu ketidakpastian
suatu peristiwa yang tidak diinginkan.

Proseslikuidasi dapat diselesaikan dengan penyelesaian melalui pengadilan (formal) atau


penyelesaian melalui jalur di luar pengadilan (informal). Sebagian besar perusahaan Indonesia
memilih penyelesaian informal. Dalam resolusi informal, perusahaan dapat merestrukturisasi harta
atau kewajibannya tanpa harus mengikuti hukum kepailitan. Sebagai contoh, perusahaan dapat
menjual beberapa hartanya untuk melunasi kawajiban-kewajibannya. Dalam restrukturisasi
kewajiban, perusahaan mencoba untuk mencari investor baru atau melakukan debt to equity swap.
Pilihan yang terakhir menyebabkan pemberi utang berubah status menjadi pemilik perusahaan.

Masalah utama pada penjualan harta adalah pasar yang tidak likuid. Perusahaan menghadapi
kesulitan menjual harta pada harga yang layak. Mengapa? Karena Pembeli potensial yang mau
membeli dengan harga terbaik adalah perusahaan-perusahaan di industri yang sama. Jika
perusahaan pesaing juga terkena dampak penurunan industri sehingga mereka juga dalam kesulitan
likuiditas, maka harga jual harta bisa tertekan.

PENGERTIAN LIKUIDASI

Menurut Wikipedia, bahwa pengertian likuidasi adalah

‘’Likuidasi adalah pembubaran perusahaan oleh likuidator dan sekaligus pemberesan dengan cara


melakukan penjualan harta perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang, dan penyelesaian sisa
harta atau utang di antara para pemilik”.Sedangkan menurut pandangan lain, likuidasi adalah
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain adalah
kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus
dibayar dengan harta lancarnya.

Pengertian likuidasi sendiri bisa dilihat dari pendekatan aliran kas dan pendekatan stock. Dengan


pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi jika total kewajiban lebih besar dari total
aktiva. Jika perusahaan mempunyai hutang Rp 1 milyar, sedangkan total asetnya hanya Rp 500 juta,
maka perusahaan tersebut sudah bisa dinyatakan likuidasi/bangkrut. Dengan pendekatan aliran kas,
perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa menghasilkan aliran kas yang cukup. Dari sudut
pandang stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi/bangkrut meskipun mungkin masih
menghasilkan aliran kas yang cukup, atau mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.

B.     SEBAB-SEBAB TERJADINYA LIKUIDASI

Likuidasi terjadi ketika sebuah perusahaan atau organisasi menutup bawah, asetnya dijual, dan hasil
dari penjualan yang didistribusikan kepada kreditor dan individu lain atau badan dengan klaim
terhadap perusahaan.

Sebab-sebab dilakukannya likuidasi karena:

sewaktu-waktu karena kehendak atau Rapat Umum Pemegang Saham (dengan kuorum dan voting
supermajority)jangka waktu berdiri perusahaan sudah berakhir dan tidak di perpanjang.berdasarkan
penetapan pengadilan, yakni dalam hal – hal sebagai berikut

·         Permohonan dari pihak kejaksaan.

·         Permohonan paling sedikit 10% pemegang saham

·         Pemohonan kreditur (setelah pailit atau setelah pailit di cabut)

·         Permohonan pihak perseroan dengan alasan karena adanya cacat hokum dalam akta
pendirian.

sebagai akibat dari merger atau konsolidasi perusahaan yang memerlukan likuidasi.

Adapun tujuan dari Likuidasi yaitu:

Mengkonversi aktiva perusahaan menjadi uang tunai dengan kerugian minimum dari realisasi
aktiva.Untuk menyelesaikan kewajiban yang sah dari persekutuan.Untuk membagikan uang tunai
dan aktiva lain yang tidak dapat dicairkan kepada masing-masing sekutu dengan cara yang adil.
C.     TAHAP-TAHAP LIKUIDASI

Dalam hal terjadinya pembubaran Perseroan sesuai yang tercantum dalam pasal 142 ayat (1)
Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”), maka Pasal 142 ayat (2)
huruf a UUPT menentukan bahwa setelah pembubaran perseroan karena alasan-alasan yang
dimaksud dalam pasal 142 ayat (1) UUPT wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator
atau curator,

Berikut ini adalah tahap-tahap Likuidasi sebuah Perseroan, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 147
sampai dengan pasal 152 UUPT:

1.   Tahap Pengumuman dan Pemberitahuan Pembubaran Perseroan

Terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
hari, Likuidator wajib memberitahukan kepada semua kreditor mengenai pembubaran Perseroan
dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia. Selanjutnya, Likuidator juga wajib
memberitahukan pembubaran Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan
bahwa Perseroan dalam likuidasi. (Pasal 147 ayat (1) UUPT).

Kemudian, likuidator melakukan pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat Kabar dan Berita
Negara Republik Indonesia. sebagaimana yang dimaksud diatas, pemberitahuan harus memuat
pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya; nama dan alamat likuidator; tata cara pengajuan
tagihan dan jangka waktu pengajuan tagihan. Jangka waktu pengajuan tagihan tersebut adalah 60
(enam puluh) hari terhitung sejak tanggal pengumuman pembubaran Perseroan. Dalam hal
pemberitahuan kepada Menteri tentang pembubaran Perseroan, likuidator wajib melengkapi
dengan bukti dasar hukum pembubaran Perseroan dan pemberitahuan kepada kreditor dalam surat
kabar. (Pasal 147 ayat (2), (3) dan (4) UUPT).

Apabila pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri belum dilakukan, pembubaran Perseroan tidak
berlaku bagi orang ketiga. Jika likuidator lalai melakukan pemberitahuan tersebut, likuidator secara
tanggung renteng dengan Perseroan bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pihak ketiga.
(Pasal 148 ayat (1) dan (2) UUPT).

2.   Tahap Pencatatan dan Pembagian Harta Kekayaan

Selanjutnya, menurut Pasal 149 ayat (1) UUPT, kewajiban likuidator dalam melakukan pemberesan
harta kekayaan Perseroan dalam proses likuidasi harus meliputi pelaksanaan:
a.       Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan

b.      Pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai rencana
pembagian kekayaan hasil likuidasi.

c.       Pembayaran kepada para kreditor.

d.      Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham.

e.       Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.

Kemudian dalam hal likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih besar daripada
kekayaan Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan pailit Perseroan, kecuali peraturan
perundang-undangan menentukan lain dan semua kreditor yang diketahui identitas dan alamatnya,
menyetujui pemberesan dilakukan di luar kepailitan. (Pasal 149 ayat (2) UUPT).

3.      Tahap Pengajuan Keberatan Kreditor

Kreditor dapat mengajukan keberatan atas rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi dalam jangka
waktu paling lambat 60 (enam) puluh hari terhitung sejak tanggal pengumuman pembubaran
Perseroan. Dalam hal pengajuan keberatan tersebut ditolak oleh likuidator, kreditor dapat
mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak tanggal penolakan (Pasal 149 ayat (3) dan (4)).

Kemudian kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan jangka waktu tersebut, dan kemudian
ditolak oleh likuidator dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka waktu paling
lambat 60 (enam puluh) hari terhitung tanggal penolakan, sebaliknya kreditor yang belum
mengajukan tagihannya dapat mengajukan melalui pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua)
tahun terhitung sejak pembubaran perseroan diumumkan (Pasal 150 ayat (1) dan (2)). Tagihan yang
diajukan kreditor tersebut dapat dilakukan dalam hal terdapat sisa kekayaan hasil likuidasi yang
diperuntukkan bagi pemegang saham. Dengan demikian pemegang saham wajib mengembalikan
sisa kekayaan hasil tersebut secara proposional dengan jumlah yang diterima terhadap jumlah
tagihan (Pasal 150 ayat (3), (4) dan (5) UUPT).

Apabila dalam hal likuidator tidak dapat melaksanakan kewajibannya seperti yang diatur, atas
permohonan pihak yang berkepentingan atau atas permohonan kejaksaan ketua pengadilan negeri
dapat mengangkat Likuidator baru dan memberhentikan likuidator lama. Pemberhentian likuidator
tersebut, dilakukan setelah yang bersangkutan dipanggil untuk didengar keterangannya (Pasal 151
ayat (1) dan (2) UUPT).

4.        Tahap Pertanggung Jawaban Likuidator

Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang mengangkatnya atas likuidasi
Perseroaan yang dilakukan dan kurator bertanggung jawab kepada hakim pengawas atas likuidasi
Perseroan yang dilakukan (Pasal 152 ayat (1) UUPT).

5.        Tahap Pengumuman Hasil Likuidasi

Kemudian, likuidator wajib memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir proses
likuidasi dalam Surat Kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan kepada likuidator
atau setelah pengadilan menerima pertanggung jawaban likuidator yang ditunjuknya. Ketentuan
tersebut berlaku juga bagi kurator yang pertanggung jawabannya telah diterima oleh hakim
pengawas (Pasal 152 ayat (3) dan (4) UUPT).

Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus nama Perseroan dari
daftar Perseroan, setelah ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 152 ayat (3) dan ayat (4)
dipenuhi. Ketentuan ini berlaku juga bagi berakhirnya status badan hukum Perseroan karena
Penggabungan, Peleburan atau Pemisahan (Pasal 152 ayat (5) dan (6) UUPT).

Selanjutnya, pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana dimaksud Pasal 152  ayat (3) dan (4)
UUPT dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
pertanggungjawaban likuidator atau kurator diterima oleh RUPS, pengadilan atau hakim pengawas
(Pasal 152 ayat (7) UUPT).

PROSES LIKUIDASI

Proses likuidasi bisa dilakukan secara formal ataupun tidak formal. Proses likuidasi tidak formal
dilakukan perusahaan dengan pertimbangan : biaya lebih murah, aktivitas lebih sederhana, kreditor
mendapatkan uangnya lebih banyak dan lebih cepat.
Proses likuidasi formal melibatkan pihak ketiga seperti pengadilan. Melalui pihak ketiga, pihak-pihak
yang terlibat dalam kebangkrutan bisa memperoleh perlindungan dari pihak lainnya. Pengadilan
berusaha agar pihak-pihak yang berkaitan memperoleh perlakuan yang adil selama proses perbaikan
tersebut.

Ada dua alasan secara teoritis yang mendorong perusahaan menggunakan jalur formal, yaitu
permasalahan Common Pool, dan Hold Out.

Common Pool. Misalkan suatu perusahaan mempunyai nilai hutang nominal sebesar total Rp 20
milyar, yang berasal dari 10 kreditor dengan besar masing-masing adalah sama (Rp 2milyar). Nilai
pasar perusahaan tersebut jika bertahan adalah Rp 15milyar. Jika dilikuidasi, asset perusahaan bisa
dijual menghasilkan kas sebesar Rp 10milyar. Misalkan kondisi perusahaan memburuk sehingga
tidak bisa membayar salah satu hutangnya, maka kreditor tersebut bisa menuntut agar perusahaan
dibangkrutkan.

Hold-Out. Misalkan pada contoh di atas perusahaan berhasil meyakinkan kreditor agar dilakukan
restrukturisasi. Hutang yang lama (yang besarnya Rp 2 milyar untuk setiap kreditor), diganti dengan
hutang baru yang nilainya lebih rendah, missal Rp 1,4 milyar untuk setiap kreditor. Jika kreditor
menyetujui usulan tersebut, total hutang menjadi Rp 14milyar. Karena nilai perusahaan jika jalan
terus adalah Rp 15 milyar, maka pemegang saham memperoleh sisa sebesar Rp 1 milyar. Perusahaan
dengan demikian tidak perlu dilikuidasi, tetapi masih bisa berjalan terus. Kreditor secara keseluruhan
juga diuntungkan (dibandingkan jika bangkrut), karena nilai Rp 14milyar lebih besar dibandingkan
dengan Rp 10milyar (jika dibangkrutkan dan dilikuidasi.

  

   Adapun Proses likuidasi terdiri dari 3 yaitu:

1.      Likuidasi secara langsung/sekaligus:

Likuidasi secara langsung yaitu likuidasi yang dilakukan setelah seluruh aktiva direalisasi. Untuk
likuidasi secara langsung, syarat perlu menyusun skedul pembayaran kas bila memenuhi minimal
satu syarat sebagai berikut:

·         bila ada sekutu yang defisit

·         bila ada kas yang ditahan


·         bila masih ada saldo aktiva non kas

2.      Likuidasi secara bertahap periodik

Likuidasi secara bertahap periodik yaitu proses likuidasi dilakukan secara periodik setelah terjadinya
realisasi aktiva nonkas dan mengikuti prosedur likuidasi secara berulang-ulang sampai akhirnya
semua perkiraan tidak bersaldo.

3.      Likuidasi secara bertahap dengan program kas

Likuidasi secara bertahap dengan program kas yaitu proses likuidasi dilakukan secara periodik
dimana daftar likuidasi yang disusun akan sama dengan likuidasi secara bertahap periodik tetapi
perlu membuat suatu program kas terlebih dahulu sebelum daftar likuidasi disusun, yang
menunjukkan bagaimana kas dibagikan kepada para sekutu dikemudian hari. Disamping itu skedul
pembayaran kas pada cara ini juga agak berbeda dengan likuidasi secara bertahap periodik.

D.     CONTOH KASUS LIKUIDASI

Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang
memiliki likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas
perusahaan yang lebih menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio
kas (kas terhadap kewajiban lancar).

Rasio likuiditas antara lain terdiri dari: Current Ratio : adalah membandingkan antara total aktiva
lancar dengan kewajiban lancar. Quick Ratio: adalah membandingkan antara (total aktiva lancar –
inventory) dengan kewajiban lancar.

CONTOH:

Berikut ini adalah contoh persekutuan ABC yang dinyatakan akan dilikuidasi dengan rasio laba/rugi
yaitu A : B : C = 2 : 3 : 5.

Neraca Persekutuan ABC sesaat sebelum dilikuidasi menunjukkan sbb:


Persekutuan ABC

Neraca

Per 31 Desember 1998 (Jutaan rupiah)

Kas

              100

Hutang Dagang

  500

Aktiva non kas

           1.400

Hutang kepada C

  400
Modal A

  300

Modal B

  200

Modal C

  100

Total aktiva

        1.500

Total Hutang & Modal

1.500
Posisi aktiva dan kewajiban pribadi para sekutu adalah sebagai berikut:

Sekutu

Aktiva Pribadi (diluar kepemilikan persekutuan)

Kewajiban Pribadi (diluar kepemilikan persekutuan)

900

500

700

700

500

900

Para sekutu bersepakat untuk melikuidasi persekutuan ABC dengan likuidasi secara langsung karena
realisasi seluruh aktiva nonkas dapat dilakukan dengan segera. Hasil realisasi akan digunakan untuk
membayar hutang kepada pihak luar, setelah hutang kepada pihak luar telah lunas dan apabila
masih ada sisa kas maka dibagikan seluruhnya kepada para sekutu sesuai dengan hak para sekutu.
Jika kas yang tersedia setelah realisasi dan pembebanan biaya-biaya masih tidak mencukupi untuk
membayar hutang kepada pihak luar maka sekutu yang solven yang akan membayar hutang terlebih
dahulu. Bila hutang kepada pihak luar telah lunas dan masih ada sekutu yang bersaldo modal debit
setelah kompensasi maka sekutu tersebut menyetorkan kas ke persekutuan pada saat tidak ada kas
lagi. Penyelesaian akhir dilakukan diluar persekutuan untuk sekutu yang defisit tetapi secara pribadi
insolven.

Anda mungkin juga menyukai