Anda di halaman 1dari 12

Volume 10 No.

1
Januari 2018
ISSN : 2085 – 1669
e-ISSN : 2460 – 0288
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek
Email : jurnalteknologi@umj.ac.id

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A

UJI PENDAHULUAN PENGARUH EKSTRAK CARICA PAPAYA


(CARICACEAE) TERHADAP MORTALITAS LARVA SETOTHOSEA
ASIGNA VAN EECKE

Sylvia Madusari1,*
1
Program Studi Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi
Jl. Gapura No. 8, Rawa Banteng, Cibuntu, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat 17520
*E-mail: smadusari@cwe.ac.id

Diterima: 5 Mei 2017 Direvisi: 25 Juni 2017 Disetujui: 11 Agustus 2017

ABSTRAK

Setothosea asigna van Eecke adalah salah satu jenis ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) yang merupakan
hama tanaman kelapa sawit yang dapat menimbulkan kerugian, yaitu berupa penurunan produksi sampai 80%
pada tahun pertama setelah serangan dan kurang lebih sebesar 78% pada tahun kedua setelah serangan. Uji
pendahuluan insektisida nabati yang berasal dari ekstrak batang pepaya (Caricaceae) terhadap mortalitas larva
Setothosea asigna van Eecke telah dilakukan pada kondisi laboratorium. Ekstrak batang papaya diperoleh dari
mencacah batang papaya secara nyata menyebabkan mortalitas pada larva Setothosea asigna van Eecke. Hasil
penelitian menunjukkan mortalitas lebih efektif pada ulat ukuran sedang (1-2 cm) dengan rata-rata kematian
62% pada aplikasi ekstrak batang pepaya. Aplikasi ekstrak batang papaya pada ulat ukuran tua (>2 cm)
menyebabkan rata-rata kematian 44% selama 15 menit.

Kata kunci: ekstrak pepaya, kematian, ulat api

ABSTRACT

Setothosea asigna van Eecke is one of palm leaf-eating caterpillars which is a pest of palm oil plant that can
cause losses, that is production decrease to 80% in the first year after attack and approximately 78% in second
year after attack . The preliminary test of a plant insecticide derived from papaya rod extract (Caricaceae)
against Setothosea asigna van Eecke larvae mortality has been performed under laboratory conditions. Papaya
stem extract obtained from chopping papaya stems significantly resulted in mortality in Setothosea asigna van
Eecke larvae. The results showed that mortality was more effective in moderate caterpillars (1-2 cm) with an
average death rate of 62% in papaya extract applications. Applications of papaya stem extracts in older worms
(> 2 cm) resulted in an average death of 44% over 15 minutes.

Keywords: papaya extract, mortality, nettle caterpillar

PENDAHULUAN seasonal limacodid moth yang banyak di


temukan di Asia Tenggara, khususnya di
Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
Indonesia dan merupakan jenis hama ulat yang
merupakan salah satu hama ulat pemakan daun
banyak di termukan di perkebunan kelapa
kelapa sawit yang paling sering menimbulkan
sawit, Elaeis guineensis Jacq. (Sasaerila, et al.
kerugian besar di perkebunan kelapa sawit.
2000). Lebih lanjut, Dewi et al. 2006
Darna bradleyi, D. trima, Setothosea asigna,
menyatakan bahwa jenis-jenis ulat api yang
dan Setora nitens adalah sympatric and
paling banyak ditemukan adalah Setora nitens,

DOI: https://dx.doi.org/10.24853/jurtek.10.1.47-58
Jurnal Teknologi Volume 10 No. 1 Januari 2018 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

Darna trima, Ploneta diducta, P. bradleyi dan kehilangan daun sebesar 50%. bahkan jika
Setothosea asigna. serangan berat, tanaman kelapa sawit tidak
dapat berbuah selama 1-2 tahun berikutnya.
Sasaerila et al. 2000 menyebutkan bahwa
larva Setora nitens, Darna trima, Ploneta Pengendalian ulat api bisa dilakukan dengan
diducta, P. bradleyi dan Setothosea asigna beberapa cara diantaranya dengan cara kimia
memperoleh makanan dari tanaman inangnya seperti fogging dan missblower, manual seperti
dan pada tanaman kelapa sawit Elaeis pengutipan, cara hayati seperti menggunakan
guineensis, dapat menyebabkan kerugian besar mikro-organisme seperti virus Nudaurelia dan
secara ekonomi. Hal ini disebabkan karena Multi-Nucleo Polyhydro Virus (MNPV) serta
larva-larva tersebut memakan daun-daun konservasi musuh alami dengan menyediakan
kelapa sawit sehingga tanaman kelapa sawit makanan bagi parasitoid dan predator ulat api.
menjadi kehilangan daunnya (defoliasi). Hasil penelitian Falahudin (2012) dengan
Setothosea asigna memiliki siklus hidup (dari metode semut rangrang (Oecophylla
oviposisi sampai mati dewasa) berkisar antara smaragdina) untuk mengendalikan hama ulat
106-138 hari. Tahapan larva berkisar antara api dapat menyerang 83% ulat api yang ada
61-75 hari (rata-rata 68.2). Serangan ulat ini dilapangan. Namun demikian, Fachraniah et al.
sangat merugikan karena menyebabkan (2011) menyatakan bahwa menurut WHO
kerusakan yang sangat parah pada daun kelapa (Organisasi Kesehatan Dunia) tercatat di
sawit (Tiong, 1982) Falahudin (2012) seluruh dunia terjadi keracunan pestisida
menyatakan lebih lanjut S. asigna mampu antara 44.000 – 2.000.000 orang setiap tahun-
menghasilkan imago betina sekitar 300-400 nya. Biaya perawatan akibat tingginya harga
butir selama fase hidupnya. Larva ulat ini pestisida dan ekosistem menjadi tidak
dapat mengalami pergantian kulit sebanyak 7-8 seimbang. Sehingga hingga saat ini banyak
kali. Siklus hidup S. asigna dimulai dari ulat penelitian yang mengangkat penggunaan agen
yang meletakkan telurnya (oviposisi) berderet hayati sebagai pengendali hama tanaman.
di permukaan bawah pelepah 3-4 baris. Dalam Khater (2012) mengemukakan bahwa
satu tumpukan telur terdiri dari 44 butir dan pemanfaatan botani sebagai agen pengendali
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk hayati memiliki target hama yang spesifik dan
menetas sekitar 4-8 hari setelah diletakkan. sangat dekat dengan jenis tanamannya tersebut,
Larva yang baru menetas secara berkelompok penggunaannya efektif kerena diperlukan
mulai melakukan aktivitas merusak jaringan dalam jumlah sedikit, mudah terdekomposisi,
daun kelapa sawit. Ulat pada fase instar ketiga dan residu yang dihasilkan aman bagi
merupakan fase ulat yang aktif memakan lingkungan. Pada negara berkembang Lebih
semua helaian daun dan meninggalkan lidinya lanjut dikemukakan oleh Prakash and Rao
saja (Buana dan Siahaan, 2003). (1997) dan Saxena et al. 2014, bahwa ekstrak
tanaman antara lain memiliki daya insektisida,
S. asigna (Lepidoptera: limacodidae)
seperti insect repellent, menghilangkan nafsu
merupakan hama utama yang dapat
makan serangga dan menghambat
menyebabkan tanaman kelapa sawit
pertumbuhan serangga. Allelopati pada ekstrak
kehilangan daunnya (Sugiharti, 2010). Pada
tanaman memiliki kapasitas sebagai agen
saat terjadi serangan, tanaman kelapa sawit
penyebab kematian/mortalitas pada hama.
akan cepat sekali mengalami kerusakan
Pepaya adalah jenis tanaman yang termasuk
(mencapai 50%) yang disebabkan oleh daun
dalam family Caricaceae, dan banyak
kelapa sawit secara cepat habis dimakan oleh
penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi
S. asigna. Hal ini mengakibatkan tanaman
aktivitas biologis dari berbagai bagiannya,
kelapa sawit kehilangan produksinya hingga
antara lain buah, pucuk, biji, dan akar
78% pada tahun pertama setelah serangan
(Kovendan, 2012). Dalam penelitiaannya
hama dan 40% pada tahun kedua setelah
Nunes et al. (2013) menyatakan bahwa adanya
serangan. (Effendi dan Widanarko 2012)
aktivitas enzim pada biji papaya memiliki
menjelaskan lebih lanjut bahwa kerugian yang
aktivitas seperti cycteine proteinase dalam hal
ditimbulkan oleh serangan Setothosea asigna
pH optimum dalam menghidrolisis substrat Z-
akan menurunkan produksi sampai 80% pada
Phe-Arg-pNan, yaitu aktivitas yang dilakukan
tahun pertama setelah serangan dan ± 78%
oleh agen pereduksi pada pestisida kimiawi,
pada tahun kedua setelah serangan, jika tingkat

48
Sylvia Madusari: Uji Pendahuluan Pengaruh Ekstrak Carica Papaya (Caricaceae) Terhadap Mortalitas Larva Setothosea Asigna Van Eecke

Jurnal Teknologi 10 (1) pp 47-57 © 2018

yang dapat menyebabkan kematian pada larva pada ulat (Agrawal, A.A. and Konno, K.
A. Aegypti. Asmaliyah (2010) dalam bukunya 2009).
menuliskan jenis-jenis tumbuhan yang
Berdasarkan hal tersebut pula, maka
berpotensi sebagai penghasil pestisida nabati
perlu adanya inovasi untuk mengendalikan S.
yang ditemukan pada masyarakat dibeberapa
asigna dengan agen pengendali hama dari
wilayah provinsi di kepulauan Sumatera,
bahan nabati (biopestisida atau insektisida
bahwa ekstrak papaya (Carica papaya) dapat
nabati). Agen hayati insektisida yang
menyebabkan kematian pada ulat kubis
digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak
Plutella sp. Sebesar 65%.
batang pepaya yang di campur dengan
Penelitian berkaitan dengan batang pepaya beberapa bahan pendukung seperti minyak
belum pernah dilakukan. Dalam penelitiannya tanah, sabun cair pencuci piring (sunlight) dan
Nunes et al. (2013) juga menyatakan bahwa C. detergen untuk mengetahui mortalitas larva S.
papaya merupakan jenis tanaman yang asigna. Tujuan dari penelitian ini adalah
memiliki sel yang telah terspesialisasi yaitu sel mengetahui mortalitas ulat api Setothosea
latisifer yang dapat menghasilkan atau asigna dengan perlakuan pemberian ekstrak
mensekresikan getah dan disebarkan keseluruh batang pepaya pada ulat ukuran sedang (1 cm
bagian tubuhnya. Wahyuni (2015) - 2 cm) dan ulat ukuran tua (>2 cm) selama 15
menyebutkan bahwa senyawa metabolit ment. Adapun manfaat dari kajian ini adalah
sekunder pada papaya yang memiliki sifat menambah wawasan bagi pembaca khususnya
insektisidal antara lain saponin, flavonoid dan bagi peneliti dalam kegiatan pengendalian
triterpenoid. Flavonoid bersifat racun pada hama ulat api. Pengendalian hama S. asigna
pencernaan yang dapat menurunkan nafsu dengan meminimumkan pencemaran
makan. Saponin jika masuk ke dalam tubuh lingkungan. Memberikan informasi mengenai
larva dapat menyebabkan terjadinya pengendalian hama S. asigna mengggunakan
hemolysis, menghambat proses ekstrak batang pepaya.
metamorphosis, menghambat pembantukan
kulit dan menyebabkan kematian pada larva.
Triterpenoid dapat menyebabkan hilangnya METODE PENELITIAN
nafsu makan dan kematian pada larva. Farias et Penelitian pendahuluan dilaksanakan
al. (2007), protein yang diisolasi dari C. di PT. Hindoli (A Cargill Company) Mukut
papaya pada penelitiannya memiliki estate, desa Mukut kec. Pulau Rimau Kab.
kemampuan menghambat kerja α-amylase Musi Banyuasin. Sumatera Selatan. Alat dan
yang dapat mereduksi masa hidup dan bahan yang digunakan dalam kajian ini adalah
fekunditas pada serangga dewasa dan hand sprayer, alat penghalus batang pepaya,
menyebabkan kematian pada larva. plastik, bambu/prumpung, tali rafia, isolasi,
Getah pepaya diketahui banyak pisau, parang, meteran, alat tulis, gelas ukur,
mengandung jenis kelompok enzim proteinase timbangan, ember, alat pengaduk, stop watch,
sistein (cysteine-proteinases), yaitu papain, batang pepaya, air bersih, detergen, minyak
chymopapain, glycyl endopeptidase dan tanah, sabun cair pencuci piring.
caricain. Macalood et al. (2014) menyebutkan Penelitian disusun dalam Rancangan
bahwa jaringan tanaman C. papaya yang Acak Lengkap (RAL) Non faktorial. Perlakuan
banyak menghasilkan getah/lateks adalah terdiri dari S1 adalah ulat ukuran 1-2 cm
batang dan daun. Penelitian berkaitan dengan (sedang) dan D1 adalah ulat ukuran >2 cm
lateks yang berasal dari tunas, bunga dan buah (tua). Setiap perlakuan terdapat 2 sampel setiap
telah banyak dilakukan, namun demikian sampel terdapat 3 kali ulangan, sehingga total
masih sangat sedikit penelitian tentang lateks unit percobaan sebanyak 12 (setiap unit
yang berasal dari batang, daun dan akar. percobaan terdapat 10 ekor ulat).
Lateks dari C. papaya mengandung senyawa
bioaktif dan alkaloid antara lain kelompok
digestive cysteine proteases. Kelompok enzim
tersebut mampu mendegradasi peritrophic
membrane pada pencernaan serangga (insect
midgut) dan dapat menimbulkan kematian

49
Jurnal Teknologi Volume 10 No. 1 Januari 2018 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

gram detergen dan sabun cair pencuci


piring 1 sendok makan (5 ml).
Campuran itu lalu diaduk hingga
merata dan didiamkan selama 1 malam
dalam keadaan tertutup. Ekstrak
batang papaya yang telah jadi pada
keesokan harinya, kemudian
dimasukan kedalam hand sprayer dan
siap untuk diaplikasikan (modifikasi
dari Fachraniah et al. 2011).

3. Aplikasi biopestisida ekstrak batang


pepaya terhadap ulat api
Ulat dari lapangan diambil sesuai
jumlah dan ukuran yang dibutuhkan
(30 ekor ulat ukuran 1-2 cm, 30 ekor
ulat ukuran >2 cm), ulat dimasukan
pada masing-masing kubus (10
ekor/kubus), ekstrak batang papaya di-
semprotkan sebanyak 5ml (untuk 10
kali semprot) ke ulat api dalam kubus
tersebut. Kematian ulat api di hitung
hingga waktu 15 menit.
Gambar 1. Alur Penelitian
C. Parameter Pengamatan
Pengamatan kajian di lakukan 15 menit
Tahapan Penelitian setelah aplikasi, dengan parameter
pengamatan yaitu tingkat kematian ulat api
A. Persiapan alat dan bahan dan pengamatan tingkat kematian dilakukan
Tahapan persiapan dilakukan dengan dengan mengamati jumlah ulat yang mati
merancang desain percobaan pada setiap selama 15 menit. Pengamatan ulat yang
perlakuan dan ulangan, dan pastikan ulat mati dilakukan dengan cara mengganggu
dalam keadaan masih sehat. ulat dengan kayu. Bila tidak bergerak lagi
maka dihitung mati. Mortalitas ulat dalam
B. Pelaksanaan penelitian setiap uji dihitung dengan menggunakan
1. Pembuatan tempat pengamatan rumus (Ginting, 2015):
(bentuk box) Bambu/prumpung X–Y
dipotong dan ikat sesuai ukuran P = -------- x 100%
berbentuk kubus (10x10 cm), setiap X
sisi kubus di lapisi dengan plastik Keterangan:
dengan alat perekat isolasi. P = Persentase mortalitas larva
X = Populasi ulat sebelum aplikasi
2. Pembuatan ekstrak batang pepaya Y = Populasi ulat setelah aplikasi
Bahan ekstrak berupa batang pepaya D. Analisa Data
dipotong dan timbang sebanyak 1 kg. Metode analisa pengumpulan data yaitu
Bahan yang telah ditimbag kemudian sumber data (data diperoleh berdasar
dicacah dan dihaluskan. Bahan yang kejadian aktual di tempat penelitian serta
telah dihaluskan, dicampur air data pelengkap dari berbagai sumber
sebanyak 2 liter. Campuran tersebut literatur) dan didukung dari jurnal. Analisa
kemudian disaring dan dimasukkan data menggunakan RAL (Rancangan Acak
kedalam ember. Minyak tanah Lengkap) nonfaktorial dengan aplikasi SAS
sebanyak 10 ml dicampurkan kedalam (Statistical Analysis System), interaksi nyata
ember dan kemudian ditambahkan 5 apabila nilai pr < f dibawah 0.05 (5%).

50
Sylvia Madusari: Uji Pendahuluan Pengaruh Ekstrak Carica Papaya (Caricaceae) Terhadap Mortalitas Larva Setothosea Asigna Van Eecke

Jurnal Teknologi 10 (1) pp 47-57 © 2018

HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi yang lebih gelap yaitu kecoklatan.


Pada Gambar 2 dan 4 terlihat bahwa ulat yang
Tanaman memproduksi berbagai jenis
telah mati berwarna kuning. Ciri khasnya
metabolit sekunder yang memiliki potensi
adalah perubahan wana dari hijau atau hijau
sebagai agen pengendali hayati atau seringkali
kekuningan menjadi kuning. Sinaga (2015)
disebut juga sebagai bioinsektisida atau
menyatakan dalam penelitiannya bahwa
insektisida hayati. Salah satu jenis tanaman
Setothosesa asigna yang terkena racun setelah
yang memiliki potensi sebagai bioinsektisida
beberapa waktu ulat tidak bergerak dan tidak
adalah pepaya (Caricaeae). Salah satu contoh
mau makan kemudian mati. Ciri khas ulat yang
adalah biji pepaya dapat menyebabkan
mati akibat perlakuan tersebut adalah
kematian (mortalitas) yang tinggi pada larva
terjadinya perubahan warna dari hijau atu hijau
serangga Spodoptera frungiperda
kekuningan menjadi kuning kontras. Agrawal
(Lepidoptera: Noctuidae). Dalam penelitiannya
and Konno (2014) menyebutkan dalam
Perez-Guiterrez et al. (2011) menyimpulkan
penelitiannya bahwa ulat mati yang disebabkan
bahwa ekstrak kloroform dari biji papaya
oleh getah papaya akan berubah warna menjadi
memiliki kemampuan sebagai insektisida
hitam dan lunak, seperti tampak pada Gambar
terhadap S. frungiperda. Franco-Archundia et
1 dan 3.. Hal ini diduga disebabkan karena
al. 2006 pada penelitiannya memperlihatkan
terhambatnya kerja salah satu enzim pada
bahwa efek tosisitas biji papaya dari berbagai
tubuh serangga tersebut, sehingga mengalami
varietas, seperti Maradol, Yellow, Hawaiian
perubahan warna. Senyawa kimia yang bersifat
dan Mamey, dapat menyebabkan mortalitas
racun pada S. asigna merupakan senyawa
pada larva S. frugiperda. Pada konsentrasi 15%
penghambat kerja enzim cholinesterase pada
dapat menyebabkan 90% mortalitas selama 72
syaraf. Enzim kolinesterase merupakan enzim
jam. Selain biji papaya, daun papaya juga
pemberi warna pada tubuh serangga.
memiliki potensi sebagai agen pengendali
Terlihat pada Gambar 2 dan 3, mortalitas
hayati. Hasil penelitian Ujjan et al. 2014
S. asigna masing-masing 45% dan 43%, dan
menyatakan bahwa ekstrak daun papaya dapat
mortalitas ulat tua masing-masing 67% dan 57
menyebabkan kematian pada serangga mustard
% (Gb. 4 dan 5). Hasil tersebut menunjukkan
aphid (Lipaphis erysimi). Ekstrak daun papaya
bahwa mortalitas ulat tua lebih rendah jika
memiliki potensi sebagai insektisida dengan
dibandingkan ulat sedang, yang diaplikasikan
nilai LC50 sebesar 87.0 ppm.
ekstrak batang papaya. Sugiharti (2010)
Pada penelitian ini, bagian tanaman
menyatakan Setothosea asigna memiliki siklus
papaya yang digunakan adalah batang papaya.
hidup 86-115 hari, termasuk tahapan larva
Macalood et al. (2014) menyatakan bahwa
(instar 1 – 9) pada 35-49 hari. Tingkat
Carica papaya memiliki sel yang telah
kekebalan tubuh pada setiap fase ulat api S.
terspesialisasi (laticifers) dan tersebar di
asigna berbeda. Mortalitas S.asigna pada ulat
beberapa organ tanaman, seperti batang dan
ukuran sedang atau antara instar 1-5 ulat api
daun, yang dapat mensekresikan getah (latex).
tersebut di duga mempunyai kekebalan tubuh
Getah adalah senyawa kimia berbentuk emulsi
yang kurang kuat untuk melindungi dirinya
dan berwarna putih. Senyawa ini memiliki
dari biopestisida ekstrak batang pepaya.
kemampuan untuk menlindungai tanaman dari
Semakin tinggi fase atau instar ulat api tersebut
hama.. Senyawa toksik yang terdapat didalam
maka pertahanan kekebalan tubuhnya semakin
getah papaya dapat memberikan efek negatif
kuat. Hal ini sesuai dengan pernyataan PT
berupa menurunnya atau hilangnya nafsu
Bayer Indonesia yang menyatakan bahwa pada
makan hama (insect). Uji pendahuluan aplikasi
fase instar ke lima lapisan lilin pada ulat api
ekstrak batang papaya menunjukkan bahwa
sudah menebal, hal ini memerlukan
bahwa ekstrak tersebut berpotensi sebagai
konsentrasi lebih tinggi dalam
bioinsektisida ulat pemakan daun kelapa sawit
pengendaliannya.
(S. asigna).
Setothosea asigna yang diaplikasikan
ekstrak batang papaya pada awalnya
mengalami penurunan aktivitas, yaitu tidak
aktif bergerak. Perubahan warna juga terjadi
pada tubuh larva dari warna hijau kekuningan

51
Jurnal Teknologi Volume 10 No. 1 Januari 2018 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


penggunaan ekstrak batang pepaya berpotensi
lebih efektif untuk mengendalikan hama ulat
api pada ulat ukuran sedang (SI) dibandingkan
dengan ulat ukuran tua (DI). Hasil uji statistik
memperlihatkan bahwa pada tingkat kematian
pada ulat ukuran sedang (dengan nilai rata-rata
kematian 6.16 ekor dari 10 ekor ulat sebagai
sampel) berbeda nyata bila dibandingkan
dengan tingkat kematian pada ulat ukuran tua
Gambar 2. Ulat tua (D1) (>2 cm) dengan ( dengan nilai rata-rata kematian 4.33 ekor dari
presentasi kematian 45% 10 ekor ulat sebagai sampel) (Tabel 1).

Tabel 1. Tingkat kematian ulat api


Setothosea asigna

Perlakuan Tingkat kematian ulat (ekor)


SI 6.16a
DI 4.33b
Ket: S1 = ulat ukuran sedang (1-2 cm) dan D1 =
ulat ukuran tua (> 2 cm)

Gambar 3. Ulat tua (D1) (> 2 cm) dengan


persentasi kematian 43%

Gambar 6. Jumlah Kematian Ulat per Menit

Pada gambar 6. hasil penelitian


Gambar 4. Ulat sedang (S1) (1-2 cm) dengan menunjukan bahwa tingkat kematian ulat per
persentase kematian 67% menit yang paling signifikan terjadi pada menit
ke 15, dimana ulat ukuran sedang S1 (1-2 cm)
dengan jumlah kematian 14 dan jumlah
kematian ulat ukuran tua D1 (>2 cm) adalah 6.
Sehingga semakin lama waktu yang
dibutuhkan maka semakin tinggi tingkat
kematian ulat api tersebut. Hal ini dapat
disebabkan senyawa dalam ekstrak batang
papaya yang memiliki aktivitas mortalitas
semakin lama akan meresap dan masuk
kedalam tubuh ulat api tersebut dan menyerang
organ tubuhnya yang kemudian menyebabkan
kematian. Tingkat kematian yang paling
Gambar 5. Ulat sedang (S1) (1-2 cm) dengan rendah terjadi pada menit ke 1, dimana tingkat
persentasi kematian 57% kematian belum terjadi pada ukuran kedua ulat

52
Sylvia Madusari: Uji Pendahuluan Pengaruh Ekstrak Carica Papaya (Caricaceae) Terhadap Mortalitas Larva Setothosea Asigna Van Eecke

Jurnal Teknologi 10 (1) pp 47-57 © 2018

tersebut, diasumsikan hal ini disebabkan Harrison and Bonning (2010) menyatakan
karena racun yang disemprotkan belum bahwa protease adalah kandidat yang paling
menyerap dan masuk kedalam tubuh ulat api utama yang bermanfaat sebagai agen hayati
tersebut, sehinga pada menit pertama ulat yang dapat menyebabkan kematian pada
masih bertahan hidup, akan tetapi pada menit seranggga (bionsektisida). Enzim proteolitik
kedua ulat api ukuran sedang (1-2 cm) mulai memiliki aktivitas untuk mentarget dan
mengalami kematian dengan jumlah kematian merusak protein dan jaringan pada serangga
3 (Gambar 5). yang dapat mengakibatkan kematian. Lebih
Penurunan jumlah kematian ulat lanjut dikemukakan bahwa protease sistein
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya merupakan jenis enzim proteolitik yang
karena tingkat instar yang berbeda, jika tingkat terdapat pada papaya dan jaringan target bagi
instar sudah tinggi maka tingkat kekebalan enzim pada serangga adalah Midgut
tubuhnya akan semakin lama untuk merespon (peritrophic matrix). Dalam penelitiannya
racun tersebut. Kedua tingkat konsumsi lebih lanjut Wang and Granados (2000)
makan, jika ulat tersebut telah mengkonsumsi menjelaskan bahwa perusakan atau adanya
makannanya maka tidak perlu makan daun lagi gangguan dalam pembentukan atau regenerasi
yang diberikan pada saat percobaan, sehingga peritropic matrix dapat menyebabkan
racun akan masuk melewati dinding tubuhnya gangguan pada pertumbuhan larva serangga
yang akan memerlukan waktu lebih lama bahkan dapat menyebabkan
dibandingkan dengan yang langsung masuk kematian/mortalitas. Hal ini disebabkan karena
lewat mulutnya dengan mengkonsumsi ketidakmampuan jaringan yang telah rusak
makanan (daun) yang telah diberikan saat tersebut dalam menyerap nutrisi.
percobaan. Ketiga tingkat kesehatan ulat Dalam penelitian Purnomo dan Amalia
tersebut, jika ulat tersebut dalam keadaan segar (2007), menyatakan bahwa getah pepaya
dan tidak setres karena serangan hama predator memiliki kandungan enzim kitinase yang
atau parasitoid, maka ulat tersebut akan mampu menghidrolisis kitin yang terdapat
memerlukan waktu lebih lama dalam merespon dalam dinding sel kerangka luar serangga.
racun dari ekstrak batang papaya tersebut, Lateks atau getah adalah polimer alami yang
dibandingkan dengan ulat yang sedang tidak dihasilkan oleh sel khusus yang disebut dengan
sehat atau stres. laticifer, yang terutama terdapat pada akar,
Berdasarkan hasil tersebut diatas, batang, daun dan buah pada tanaman berbunga
kematian ulat api S. asigna bisa di karenakan (Upadhyay, 2011). Lateks pada beberapa jenis
senyawa kimia yang bisa mengurangi potensi tanaman mengandung cysteine proteases,
makannya yang mengakibatkan kematian. Hal profillins, dan chitin-related protein yang
ini sesuai dengan pernyataan Purnomo dan mempunyai aktivitas sebagai enzim katalitik.
Amalia (2007) yang menyatakan bahwa getah Pada tanaman, lateks berfungsi dalam
pepaya sebagai penolak makan merupakan mekanisme pertahanan dan mencegah serangga
salah satu perlindungan diri dari serangan herbivora untuk mengkonsumsi tanaman.
serangga hama. Pengaruh penolakan makan ini Getah tanaman mengandung berbagai macam
karena adanya senyawa-senyawa alkaloid, senyawa bioaktif yang memperlihatkan
terpenoid, isofalavonoid, dan asam amino berbagai aktivitas biologis, seperti anti-kanker,
nonprotein. Miller dan Stricker (1984) anti-proliferasi, anti-inflamasi, vasodilator,
menyatakan bahwa senyawa-senyawa tersebut antioksidan, antimikroba, antiparasit dan
mempengaruhi syaraf pusat serangga yang insektisida. S. asigna yang mengalami
mengatur proses makan secara langsung gangguan pada kitinnya menyebabkan
(intrinsik) maupun tidak langsung (ekstrinsik). hilangnya pertahanan terhadap lingkungan luar
Serangga ini terpengaruhi getah pepaya dan menyebabkan kematian.Getah pepaya juga
melalui sistem inderanya. Akibat dari serangga dapat mempengaruhi S. asigna dengan kontak
menolak makan ini maka pertumbuhan dan langsung pada tubuhnya. Senyawa yang
perkembangannya terganggu seperti lamanya dimiliki oleh ekstrak batang pepaya akan
pergantian dari satu instar ke instar lain, dari melumpuhkan dinding pertahanan diri dari
instar ke pupa, dan bahkan menimbulkan serangan luar, sehingga kekebalan tubuhnya
kematian. akan mudah terserang yang akhirnya akan
menyebabkan kematian. Sobotnik et al. 2008

53
Jurnal Teknologi Volume 10 No. 1 Januari 2018 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kitin dengan mengubah asam deoksiribonukleat


merupakan bagian dari peritropic matrix (DNA) dalam sel-sel tubuh, hal ini
(midgut). Kitin yang merupakan bagian dari mengganggu proses-proses biologis.
peritropic matrix ini merupakan target dari Sabun cair pencuci piring (sunlight)
enzim kitinase, sehingga kehadiran enzim sebagai salah satu bahan campuran dari
tersebut dapat merusak peritropic matrix pada biopestisida ekstrak batang pepaya karena di
bagian midgut serangga yang pada akhirnya dalam sabun cair pencuci piring tersebut
dapat menyebabkan kematian, antara lain mempunyai senyawa surfaktan sebagai perekat
karena proses penyerapan nutrisi tidak yang lambat laun akan bersifat racun bagi ulat
berfungsi. Jaringan peritrophic matrix adalah api. Pratiwi (2011) menyatakan bahwa
jaringan yang terdapat pada organ pencernaan surfaktan atau perekat lambat laun akan
dan memiliki fungsi biologis sebagai menjadi senyawa kimia chlorobenzene bersifat
pelindung dari racun pada pencernaan dan racun yang bisa membunuh hama, sehingga
pertahanan terhadap patogen (Hegedus et al. ulat api tersebut jika semakin lama waktu yang
2009). dibutuhkan maka senyawa kimia yang ada
S. asigna akan mengalami kekacauan pada sabun pencuci piring tersebut akan
fungsi syaraf dikarenakan senyawa yang ada berubah menjadi racun bagi ulat tersebut.
pada ekstrak batang pepaya, sehingga ulat api Dalam penelitian ini penulis berpendapat
tersebut akan mengalami depresi dan kematian. bahwa biopestisida dari ekstrak batang pepaya
Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnomo dan dapat menyebabkan kematian atau mortalitas
Amalia (2007) yang menyatakan bahwa ulat api S. asigna, hal ini sesuai dengan
kemampuan senyawa kimia pada tumbuhan pernyataan Djunaedy (2009) menyatakan
dalam mempengaruhi fisiologis serangga dapat bahwa biopestisida cukup efektif sebagai
berupa pengacauan terhadap pusat syaraf pengendali hama ulat, belalang dan thrips.
serangga. Kandungan alkaloid pada senyawa Selain itu biopestisida dari getah pepaya tidak
tumbuhan dapat bersifat toksit terhadap menimbulkan bahaya bagi lingkungan dan
serangga melalui pengikatan reseptor ternak sehingga aman untuk di gunakan dalam
asetilkolin pada sistem syaraf serangga pengendalian ulat api S. asigna bagi
sehingga serangga mengalami kekacauan masyarakat Indonesia, bahkan getah pepaya
fungsi syaraf dan mengalami kematian bisa menyembuhkan penyakit demam
(Prakash dan Rao 1997). Yenie et al. (2013) berdarah. Hal ini sesuai dengan pendapat
menyatakan bahwa kandungan dari bahan alam Purnomo dan Amalia (2007) yang menyatakan
yang diduga berperan dalam kematian larva bahwa getah pepaya sebagai biopestisida tidak
adalah flavonoid. Senyawa ini dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia.
mengganggu metabolisme energi dalam Hal ini dikarenakan tidak adanya residu pada
mitokondria dengan menghambat sistem saat sayuran akan dikonsumsi. Bahkan bisa
pengangkutan elektron. Hal ini dapat untuk obat penyakit demam berdarah.
menghalangi produksi ATP dan menyebabkan Dalam pengendalian hama ulat api S.
penurunan pemakaian oksigen oleh asigna penambahan bahan pendukung seperti
mitokondria. minyak tanah, detergen dan sabun cair pencuci
Dalam pengendalian hama ulat api S. piring dapat menambah daya bunuh terhadap
asigna, detergen dan minyak tanah sebagai ulat api tersebut. Fachraniah et al. (2011)
campuran dari ekstrak batang pepaya sebagai menyatakan bahwa penambahan bahan
racun untuk mengendalikan hama ulat api pendukung dapat menaikkan daya bunuh pada
tersebut, karena mempunyai senyawa yang semua waktu perendaman. Sehingga Solusi
dapat merusak sistem organ tubuh pada ulat untuk pengendalian hama ulat api S. asigna
api tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan selain menggunakan bahan kimia insektisida
Fachraniah et al. (2011) bahwa detergen bisa juga menggunakan biopestisida dari
merupakan garam Natrium dari asam sulfonat, ekstrak batang pepaya. Metode perlindungan
yang mengandung surfaktan dan linier alkil tanaman yang sangat sederhana dan relative
benzene sulfonate yang bersifat karsinogenik murah adalah melalui pemanfaatan ekstrak
yang dapat membunuh hama. Karsinogenetik tanaman yang dapat dibuat dan diperoleh di
adalah zat yang menyebabkan penyakit kanker. daerah sekitar kita (Owolade et al., 2004).
Zat-zat karsinogen menyebabkan kanker

54
Sylvia Madusari: Uji Pendahuluan Pengaruh Ekstrak Carica Papaya (Caricaceae) Terhadap Mortalitas Larva Setothosea Asigna Van Eecke

Jurnal Teknologi 10 (1) pp 47-57 © 2018

KESIMPULAN Bloch Jr, C., Lumann, R.A., Norhonha,


E.F., Franco, O.L. 2017. Isolation of A
Pengendalian menggunakan biopestisida Novel Carica papaya Alpha-amylase
batang pepaya untuk mengendalikan ulat api S. inhibitor with deleterious activity
asigna lebih efektif pada ulat ukuran sedang toward Callosobrunchis maculatus.
(1-2 cm) dengan nilai rataan 6.16 Pesticide Biochemistry and Physiology.
dibandingkan dengan ulat tua (>2 cm) dengan 87:255-260.
nilai rataan 4.33. Tingkat kematian ulat api per Fachraniah, Kurniasih, E., Azhar, M. 2011.
menit dipengaruhi oleh tingkat instar, tingkat Pestisida alami dari daun dan batang
konsumsi makanan, kesehatan ulat. pepaya. banda aceh-medan (ID):
Pemanfaatan ekstrak batang papaya, yang Politeknik Negeri Lhokseumawe.
secara umum merupakan limbah, dapat Falahudin, I. 2012. Peranan Semut Rangrang
memiliki keuntungan komersil, melalui (Oecophylla smaragdina) Dalam
pengembangan kimia bahan alam. Pengendalian Biologis Pada
Perkebunan Kelapa sawit. In:
UCAPAN TERIMA KASIH Conference Proceedings: Annual
International Conference on Islamic
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Studies (AICIS) XII. Surabaya
Jojon Soesatrijo, SP dan Ahmad Rahman, Franco-Archundia, S.L., Jimenez-Perez, A.,
A.Md yang telah membantu pelaksanaan Luna-Leon, C., Figueroa-Brito, R. 2006.
penelitian sampai dengan analisis data. Efecto toxico de semillas de cuatro de
Carica papaya (Caricaceae) en
Spodoptera frugiperda (Lepidoptera:
DAFTAR PUSTAKA Noctuidae). Folia Entomol. Mex. 45:71-
Agrawal, A.A. and Konno, K. 2009. Latex: A 177
Model for Understanding Mechanisms, Ginting, L.A., Oemry, S., Lubis, L. 2015. Uji
Ecology, and Evolution of Plant Defense Patogenitas Jamur Cordyceps militaris
Against Herbivory. Annu .Rev. Ecol. L. terhadap Ulat Api (Setothosea asigna
Evol. Syst. (40):311-331 E.) (Lepidoptera : Limacodidae) di
Asmaliyah, Wati, E.E., Utami, S., Mulyadi, K., Rumah Kasa. Jurnal Online
Yudhistira, Sari, F.W. 2010. Pengenalan Agroekoteknologi. Vol.3 (2):785-789.
Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati Harrison, R.L. and Bonning, B.C. 2010.
dan Pemanfaatannya Secara Proteases as Insecticidal Agents:
Tradisional (Ed. Anggraeni, I). ISBN: Review. Toxins. 2:935-953
978-602-98588-0-8 Hegedus, D., Eerlandson, M., Gillott, C., and
Buana dan Siahaan. 2003. Ulat Pemakan Daun Toprak, U. 2009. New Insight into
Kelapa Sawit. Pertemuan Teknik Kelapa Peritrophic Matrix Synthesis,
Sawit 21. Hal 56-77 Architeture, and Function. Annu. Rev.
Dewi, S.D., Haloman, T., Rulianti, E. 2006. Entomol. 54:285-302
Pedoman Pengendalian OPT Tanaman Kovendan, K., Murugan, K., Kumar, A.N.,
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Vincent, S., Hwang, J.S. 2012.
Departemen Pertanian. Direktorat Bioefficacy of larvicidal dan pupicidal
Jendral Perkebunan. Jakarta. properties of Carica papaya
Djunaedy Achmad. 2009. Biopestisida sebagai (Caricaceae) leaf extract and bacterial
pengendali organisme pengganggu insecticides, spinosad, against
tanaman (OPT) yang ramah lingkungan. chikungunya vector, Aedes Aegypti
Dosen jurusan Agroekoteknologi Fak. (Diptera: Culicidae). Parasitology Res.
Pertanian Unijoyo. 6(1). 110:669-678
Effendi, R.L., Widanarko, A. 2012. Buku Macalood, J.S., Vicente, H.J., Gorospe J.G.,
Pintar Kelapa Sawit. AgroMedia Boniao, R.D., Roa., E.C. 2014.
Pustaka. Jakarta Revisiting Carica papaya L. Lateks
Farias, L.R., Costa, F.T, Souza, L.A., Plegrini, Potentials May Resolve Agricultural
P.B., Grossi-de-sa, M.F., Neto, S.M., Infestation Problems., International

55
Jurnal Teknologi Volume 10 No. 1 Januari 2018 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

Journal of Scientific & Technology PT Bayer Indonesia. 2015. Decis. Oil Palm
Research. 3(1):95-98 Booklet [Majalah]. hal 09
Miller, J.R., Sticker, K.L. 1984. Finding and Purnomo, D., Amalia, H. 2007. Getah pepaya
Accepting host plant. Didalam : Bell betina sebagai bioinsektisida untuk
WJ, Carder RT, Editor. Chemical mengendalikan ulat Spodoptera sp.
Ekology of Insects. Massachusetts: pada tanaman sayuran [Lomba Karya
Sinauer, Sunderland. Hlm 127-157. Tulis Mahasiswa]. Bogor (ID):
Dalam Purnomo D, Amalia H. 2007. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas
Getah pepaya betina sebagai Pertanian Institut Pertanian Bogor.
bioinsektisida untuk mengendalikan ulat Sasaerila, Y., Gries, G., Gries, R., and Boo,
Spodoptera sp. pada tanaman sayuran T.C. 2000. Specificity of communication
[Lomba Karya Tulis Mahasiswa]. Bogor channels in four limacodid moths:
(ID): Departemen Proteksi Tanaman Darna bradleyi, Darna trima,
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Setothosea asigna, and Setora nitens
Bogor. (Lepidoptera: Limacodidae).
Nunes, N.N.S., Santana, L.A., Sampaio, M.U., Chemoecology 10:193-199
Lemos, F.J.A., Olivia, M.L. 2013. The Saxena, H.O., Tripathi, Y.C., Pawar, G.,
Component of Carica papaya seed toxic Kakkar, A., and Mohammad, N. 2014.
to A. Aegypti and the identification of Familiarizing with local biodiversity:
tegupain, the enzyme that generates it. Botanical as Biopesticides: Active
Chemosphere. 92:413-420 Chemical Constituents and Biocidal
Owolade, OF., Alabi, BS., Osikanlu, YOK., Action. Tropical Forest Research
Odeyemi, OO. 2004. On-Farm Institute. India.
Evaluation of some plant extracts as Sinaga, M., Oemry, S., Lisnawita. 2015.
biofungicide and bioinsecticide on Efektivitas Beberapa Teknik
Cowpea in Southwest Nigeria. Food, Pengedalian Setothosea asigna pada
Agriculture & Environment. 2(2):237- Fase Vegetatif Kelapa Sawit di Rumah
240. Kaca. Jurnal Online Agroteknologi. Vol
Perez-Gutierrez, S., Zavala-Sancez, M.M., 3(2) : 634-641
Gonzalez-Chavez, M.M., Cardenas- Sobotnik, J., Kudlikova-Krizkova, I., Vancova,
Ortega, N.C., and Ramos-Lopez, M.A. M., Munzbergova, Z., Hubert, J. 2008.
2011. Bioactivity of Carica papaya Chitin in the peritrophic membrane of
(Caricaceae) against Spodoptera Acarus siro (Acari: Acaridae) as a
frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae). target for novel acaricides. Journal of
Molecules. 16:7502-7509. Economic Entomology. 101(3):1028-33
Prakash, A. and Rao, J. 1997. Botanical Sugiharti, M., Ono, C., Ito, T., Asano, S.I.,
pesticides in Agriculture. 1st edition. Sahara, K., Pujiasti, Y., and Bando, H.
CRC Press Inc. Baton Rouge, Florida. p 2010. Isolation of the Thosea asigna
461. virus (TAV) from the epizootic
Pratiwi, N., Riza, A., Siti, R., Merdeka, P.I., Setothosea asigna larvae collected in
Akhmad, R. 2011. Dampak penggunaan South Sumatra and a Studi on its
detergen sebagai pembersih pakaian pathogenicity to Limacodidae larvae in
dalam kehidupan. Banjarmasin (ID): Japan. Journal of Insect
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
DasarUniversitas Lambung Mangkurat.
Biotechnology and Sericology. 79:117-124 pesticides. Review Article. International
Ujjan, A.A., Khanzada, M.A., and Shahzad, S. Journal of Green Pharmacy. 169-180
2014. Insecticide and Papaya Leaf Wahyuni, D. 2015. New Bioinsecticide
Extract Toxicity to Mustard Aphid Granules Toxin from Extract of Papaya
(Lipaphis erysimi KAL.). Journal of (Carica papaya) Seed and Leaf
Agri-Food and Applied Sciences. Modified Against Aedes aegypti larvae.
2(2):45-48 Procedia Environmental Sciences.
Upadhyay, R.K. 2011. Plant latex: A natural 23:323-328
source of pharmaceuticals and

56
Sylvia Madusari: Uji Pendahuluan Pengaruh Ekstrak Carica Papaya (Caricaceae) Terhadap Mortalitas Larva Setothosea Asigna Van Eecke

Jurnal Teknologi 10 (1) pp 47-57 © 2018

Wang, P. and Granados, R.R. 2000. Calcofluor umbi bawang putih. Jurnal Teknik
disrupts the midgut defense system in Lingkungan UNAND 10(1):46-59
insects. Insect Biochemistry and Tiong, R.H.C. 1982. The oil palm in the
Molecular Biology. 30:135-143 eighties. A report of the Proceedings of
Yenie, E., Shinta, E., Anggi, K. dan the International Conference on Oil
Muhammad, I. 2013. Pembuatan Palm in Agriculture in the Eighties (Eds.
pestisida organik menggunakan Pushparajah, E., and Chew Poh Soon
ekstraksi dari sampah daun papaya dan held in Kuala Lumpur form 17-20 June
1981. Volume II. Pp 529-542 ref.12

57
Jurnal Teknologi Volume 10 No. 1 Januari 2018 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

58

Anda mungkin juga menyukai