Anda di halaman 1dari 13

Agrointek Volume 13 No 2 Agustus 2019:155-167

FAKTOR PENGHAMBAT PENERAPAN GOOD MANUFACTURING


PRACTICES PADA PROSES PENGENDALIAN KUALITAS BANDREK
DI CV. X

Sarah Jasmine Latief1†, Lucyana Trimo2

1
Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia
2
Dosen Program Studi Agribisnis, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia

Article history ABSTRACT


Diterima: 23 Mei 2019 Along with the increasing production of food and
Diperbaiki:10 Juli 2019 beverage industry in Indonesia, people today insist on the
Disetujui:12 Juli 2019 hygienic food product. CV. X is an Industry that produces
instant drinks. However, CV. X has not implemented
Keyword Good Manufacturing Practices on the quality control of
GMP, its products. There are employees who have not complied
Fishbone, with the regulations while working and the machine has
Quality, been damaged several times, so it inhibits the production
Inhibiting Factor
process. As a result, product defects are resulting in as
much as 5% of total production. The design used in this
research is qualitative with case study techniques. The
analysis techniques used in this research is descriptive
analysis techniques with a tool named fishbone diagram.
The result showed that 72% of GMP aspects had been
fulfilled , but 28% had not been, so the implementation of
GMP was hampered. According to the fishbone diagram
result, there are four inhibiting factors that had been
identified.
© hak cipta dilindungi undang-undang


Penulis korespondensi
Email: sarahjasmine00@gmail.com
DOI: http://dx.doi.org/10.21107/agrointek.v13i2.5331
156 Latief and Trimo./AGROINTEK 13(2):155-167

dengan baik, diolah dan didistribusikan


PENDAHULUAN
dengan baik maka menghasilkan produk
Seiring dengan semakin
akhir yang baik. (Daulay, 2000). Untuk
berkembangnya industri makanan dan
menghasilkan produk pangan yang layak
minuman di Indonesia, masyarakat akan
dikonsumsi, maka pemerintah telah
semakin selektif dalam memilih produk
mensyaratkan produsen untuk
pangan untuk dikonsumsi. Konsumen
menerapkan Good Manufacturing
pangan semakin jeli dalam memilih
Practice (GMP) sebagai salah satu cara
produk, seperti menghindari makanan
untuk meningkatkan kualitas produk yang
dengan bahan-bahan tertentu yang dapat
dihasilkan serta dapat memberikan
membahayakan tubuh ataupun
kepercayaan kepada konsumen bahwa
berdasarkan sensitifitas dan alergi, hingga
produk yang ditawarkan produsen aman
kepercayaan pribadi. Dikutip dari
dan layak dikonsumsi (Rudiyanto, 2016).
Nielsen’s New Global Health and
“GMP adalah suatu pedoman cara
Ingredient-Sentiment Survey, 64% dari
memproduksi makanan dengan tujuan
responden mengatakan bahwa mereka
agar produsen memenuhi persyaratan-
bersedia membayar lebih untuk makanan
persyaratan yang telah ditentukan untuk
dan minuman yang bebas dari bahan-
menghasilkan produk makanan bermutu
bahan yang membahayakan atau tidak
sesuai dengan tuntutan konsumen” (Rini,
diinginkan. CEO Tetrapak Brian Kennell
Katili, & Ummi, 2015). GMP
dalam Huffington Post menyebutkan
diimplementasikan pada saat proses awal
bahwa salah satu ciri-ciri produk yang
produksi (penerimaan bahan baku) hingga
menjadi incaran konsumen ialah produk
penyimpanan produk jadi. “GMP harus
dengan berlabel bersih (clean foods)
diterapkan oleh industri produk pangan
(Lubis, 2016). Oleh karena itu, produsen
sebagai upaya preventif agar pangan yang
industri harus terus meningkatkan kualitas
siap dikonsumsi tersebut bersifat aman,
produk pangan dengan menyusun strategi
layak, dan berkualitas” (Triesty & Ririh,
dalam pengendalian kualitas produknya.
2011).
“Kualitas produk adalah keseluruhan ciri
CV. X merupakan salah satu industri
serta dari suatu produk atau pelayanan
kecil menengah yang sukses dalam
pada kemampuan untuk memuaskan
penjualan minuman instant. Dipilihnya
kebutuhan yang dinyatakan/tersirat”
CV. X sebagai lokasi penelitian
(Kotler, 2005). “Kualitas produk
dikarenakan oleh beberapa alasan.
merupakan salah satu faktor yang paling
Pertama, Produk-produk yang dihasilkan
diandalkan seorang pemasar dalam
CV. X populer di daerah Jawa Barat.
memasarkan produk” (Kotler &
Kedua, CV. X telah dinobatkan sebagai
Armstrong, 2003).
IKM berprestasi oleh Pemerintah Provinsi
Konsumen pangan tentunya
Jawa Barat. Ketiga, CV. X memiliki ciri
menginginkan produk pangan dengan
khas yang unik di mana produksi produk
kualitas tinggi, terlebih lagi pada produk
menggunakan mesin yang dirancang
pangan yang nantinya akan dikonsumsi
sendiri dikarekan latar belakang dari CV.
agar produk tersebut tidak membahayakan
X ialah teknik. Bahkan, mesin rancangan
kesehatan konsumen. Konsumen pangan
CV. X dipakai oleh beberapa perusahaan
pada saat ini sudah mulai menyadari
baik swasta maupun negri karena dinilai
bahwa mutu dan keamanan pangan tidak
bagus dalam pengolahan bahan-bahan.
hanya dijamin oleh hasil uji laboratorium
Produk yang akan diteliti pada penelitian
saja. Konsumen pangan memiliki
ini adalah Bandrek Original. Dipilihnya
keyakinan bahwa dengan pemakaian
Bandrek original sebagai objek penelitian
bahan baku yang baik, bahan ditangani
Latief and Trimo./AGROINTEK 13(2):155-167 157

dikarenakan produk tersebut merupakan objek yang alamiah di mana peneliti


produk yang memiliki penjualan yang merupakan instrumen kunci, teknik
lebih banyak daripada produk lain yang pengumpulan data dilakukan secara
ditawarkan CV. X. Produk tersebut juga triangulasi, serta analisis data bersifat
diakui CV.X sebagai produk yang paling kualitatif (Sugiyono, 2018). Informan
banyak diminati masyarakat. yang dipilih dalam memberikan informasi
Bandrek original diproduksi pada penelitian ini adalah Humas dari CV.
menggunakan bahan baku alami yang X, kepala produksi, kepala bahan baku,
tergolong mudah rusak sehingga butuh kepala penyimpanan dan karyawan yang
penanganan yang baik agar menghasilkan bekerja di tempat produksi.
produk sesuai standar perusahaan. Untuk mengetahui faktor penghambat
Menurut informan kunci, banyak apa saja yang ada dalam menerapkan
karyawan yang melanggar peraturan GMP pada pengendalian kualitas produk
seperti makan dan minum saat bekerja dan bandrek original di CV. X , terdapat tiga
lalai dalam mengawasi mesin yang langkah, yaitu:
beroperasi. Informan juga mengatakan 1) Membandingkan aspek GMP
bahwa mesin yang digunakan pernah dengan keadaan yang ada pada proses
mengalami kerusakan sehingga pernah produksi sehingga dapat diidentifikasi
menghambat proses produksi. Selain itu, aspek apa saja yang sudah dan belum
beberapa kali terdapat adanya cacat terpenuhi. Pedoman GMP yang digunakan
produk pada saat produksi yang berjumlah sebagai acuan ialah berdasarkan Peraturan
kurang lebih 5% dari total keseluruhan. Menteri Perindustrian RI No 75/M-
Perlu diketahui bahwa CV. X juga belum IND/PER/7/2010. Ruang lingkup GMP
menerapkan konsep GMP pada proses yang digunakan pada analisis ini adalah
produksinya. Padahal, Kementerian ruang lingkup yang terlibat dalam proses
Perindustrian mengatakan bahwa pengendalian kualitas mulai dari
penerapan food safety tidak membedakan pemilihan bahan baku hingga produk
skala usaha kecil, menengah atau besar dikemas. Ruang lingkup GMP yang
yang artinya harus diterapkan untuk dimaksud adalah karyawan, mesin dan
semua skala usaha. Oleh karena itu, peralatan, bahan, pengemas, produk akhir,
penulis ingin meneliti faktor penghambat label dan keterangan produk, pengawasan
apa saja yang terdapat dalam menerapkan proses dan penyimpanan.
GMP pada proses pengendalian kualitas 2) Menggunakan diagram fishbone
bandrek original pada CV. X. Penelitian untuk membantu mengidentifikasi,
ini bertujuan untuk dapat mengetahui memilah dan memaparkan berbagai
faktor-faktor yang menyebabkan apa saja penyebab yang mungkin dari suatu
yang menghambat penerapan GMP pada masalah atau karakteristik kualitas tertentu
produk bandrek original dan memberikan (Mustofa, 2014). Faktor yang akan
solusi agar dapat menerapkan GMP. digunakan dalam diagram fishbone adalah
faktor yang berkaitan dengan ruang
METODE
lingkup GMP yang terlibat dalam kegiatan
Objek pada penelitian ini adalah
pengendalian kualitas. Berikut adalah
faktor penghambat yang ada dalam
tabel pengelompokannya.
menerapkan Good Manufacturing
3) Membuat solusi dari hasil
Practices (GMP) pada produk bandrek
interpretasi diagram fishbone
original di CV. X. Metode penelitian yang
menggunakan analisis deskriptif.
digunakan ialah kualitatif dengan teknik
penelitian studi kasus. Penelitian kualitatif
digunakan untuk meneliti suatu kondisi
158 Latief and Trimo./AGROINTEK 13(2):155-167

Tabel 1. Pengelompokan Faktor dan Ruang Lingkup GMP


Faktor Ruang Lingkup GMP
Man Karyawan
Machine Mesin dan peralatan
Material Bahan
Pengemas
Produk akhir
Label dan keterangan produk
Method Pengawasan proses
Penyimpanan

ruang produksi tidak memakai pakaian


HASIL DAN PEMBAHASAN
pelindung.
Berdasarkan hasil dari perbandingan
2. Mesin dan Peralatan
antara pedoman GMP dengan keadaan
Disimpulkan bahwa terdapat 10 aspek
pada proses pengendalian kualitas bandrek
sudah terpenuhi dari total 13 aspek pada
original di CV. X, terdapat 55 aspek sudah
ruang lingkup mesin dan peralatan. Untuk
terpenuhi, 21 aspek belum terpenuhi dan
memproduksi bandrek original, mesin dan
delapan aspek tidak dilibatkan karena
peralatan yang digunakan dalam proses
aspek tersebut tidak ditemukan pada CV.
produksi sudah sesuai dengan jenis
X. Maka total yang sudah terpenuhi
produksi. CV. X membuat sendiri mesin
adalah 72%. Artinya, CV. X dalam proses
yang digunakan untuk memproduksi
pengendalian kualitas produknya sudah
bandrek sehingga mesin dan peralatan
menerapkan sebagian besar aspek GMP.
yang digunakan sesuai dengan tujuan
Namun, masih ada aspek yang belum
kegunaan dalam proses produksi. Mesin
terpenuhi sebanyak 28% sehingga
dan peralatan yang bersentuhan dengan
penerapan GMP masih terhambat.
bahan baku terbuat dari stainless sehingga
Pembahasan Ruang Lingkup GMP memiliki permukaan yang halus, tidak
1. Karyawan berlubang atau bercelah, tidak
Di dalam ruang lingkup karyawan, mengelupas, tidak menyerap air dan tidak
dari sembilan aspek GMP, terdapat tujuh berkarat. Mesin dan peralatan yang kontak
aspek sudah terpenuhi. CV. X sudah langsung dengan bahan baku tidak
menetapkan kompetensi dan tugas yang menimbulkan pencemaran terhadap
jelas kepada karyawannya. Saat bekerja, produk, mudah dilakukan pembersihan,
karyawan harus dalam keadaan sehat, didesinfeksi, dan pemeliharaan. Mesin dan
mengenakan pakaian kerja yang sudah peralatan yang dipakai juga terbuat dari
diberikan, mencuci tangan sebelum kerja, bahan yang tahan lama, tidak beracun dan
dan tidak memakai aksesoris seperti jam mudah dipindahkan untuk memudahkan
tangan dan hal lainnya yang dapat perawatan, pembersihan dan pencucian.
membahayakan produk. Terdapat satu Agar proses produksi lancar, mesin dan
orang karyawan yang sudah ditetapkan peralatan sudah diletakkan sesuai dengan
sebagai penanggung jawab pengawasan urutan proses produksi. Letak mesin dan
pengolahan dan telah ditetapkan sebagai peralatan mudah dijangkau sehingga dapat
kepala produksi. Dua aspek yang belum dengan mudah diawasi dan dipantau.
terpenuhi ialah masih ada karyawan yang Terdapat tiga buah aspek GMP yang
makan dan minum saat sedang bekerja. belum terpenuhi. Mesin dan peralatan
Padahal, hal tersebut dapat hanya dilakukan pemeriksaan,
membahayakan produk yang dihasilkan. pengawasan dan pemantauan ketika
Selain itu, pengunjung yang masuk ke
Latief and Trimo./AGROINTEK 13(2):155-167 159

sedang dan saat akan dipakai saja. Padahal yang dapat menimbulkan bahaya pada
sudah ada jadwal rutin pemeriksaan mesin produk sehingga pengemas dijamin dapat
namun tidak dilaksanakan dengan baik mempertahankan keutuhan dan keaslian
sehingga mesin pernah rusak saat produk bandrek original. Pengemas yang
produksi sedang berlangsung yang digunakan tahan terhadap perlakuan
menyebabkan produksi terhambat. Selain selama pengolahan, pengangkutan dan
itu, masih ada mesin yang belum peredaran selama proses yang telah
dilengkapi alat pengendali atau pengatur. disebutkan dilakukan dengan baik. Desain
Sebagian besar mesin masih dan bahan kemasan yang digunakan
mengandalkan operator dalam sebagai pengemas produk sudah terbukti
pengoperasiannya. Alat ukur pada mesin dapat memberikan perlindungan terhadap
seperti alat ukur suhu tidak akurat produk dalam memperkecil kontaminasi
sehingga menimbulkan kegagalan pada dan memungkinkan pelabelan yang baik.
produksi. 5. Produk Akhir
3. Bahan Terdapat satu aspek dari total dua
Sebanyak sembilan aspek GMP pada aspek GMP yang sudah terpenuhi. Produk
ruang lingkup bahan sudah terpenuhi dan akhir sudah dilakukan uji kandungan
satu aspek tidak dilibatkan. Saat akan laboratorium terpecaya sehingga dapat
memulai produksi, bahan yang digunakan terjamin sudah memenuhi persyaratan
sesuai dengan formula dasar yang sudah yang ditetapkan oleh otoritas kompeten.
ditetapkan Standar Nasional Indonesia dan Aspek yang belum terpenuhi adalah mutu
hal ini terbukti dengan adanya hasil uji dan keamanan produk akhir hanya
laboratorium mengenai kandungan yang dilakukan pemeriksaan secara
ada pada produk bandrek original. Bahan organoleptik saja, tidak dilakukan
yang digunakan tidak merugikan dan pemeriksaan secara kimia, fisika dan
membahayakan kesehatan. Sebelum mikrobiologi sebelum diedarkan. Menurut
digunakan, bahan baku disortir terlebih informan penelitian, hal tersebut tidak
dahulu sehingga bahan dipastikan tidak dilakukan karena CV. X belum memiliki
rusak, busuk, mengandung bahan laboratorium sendiri sehingga jika uji
berbahaya dan sesuai standar mutu yang laboratorium dilakukan setaip sebelum
ditetapkan. CV. X menggunakan air yang produk akan diedarkan akan memakan
berasal dari PDAM Kota Cimahi sehingga waktu yang lama.
sudah memenuhi persyaratan air bersih. 6. Label dan Keterangan Produk
Air yang digunakan merupakan air yang Di dalam ruang lingkup label dan
mengalir dari kran agar terjamin bersih keterangan produk terdapat dua aspek
dan tidak tercemar. Tidak ada air yang GMP dan kedua aspek tersebut sudah
digunakan berkali-kali. terpenuhi. label yang digunakan pada
4. Pengemas produk bandrek original sudah sesuai
Terdapat enam aspek GMP yang dengan ketentuan yang tercantum dalam
sudah terpenuhi dan satu aspek tidak Peraturan Pemerintah RI Nomor 69 Tahun
dilibatkan pada ruang lingkup pengemas. 1999 di mana label harus berisi informasi
Pengemas yang dipakai untuk mengemas mengenai nama produk, daftar bahan yang
bandrek original sudah pernah di uji digunakan, berat bersih, nama dan alamat
laboratorium dan terbukti dapat pihak yang memproduksi, serta tanggal,
melindungi dan mempertahankan mutu bulan dan tahun kadaluarsa. Label
produk terhadap pengaruh luar. Bahan bandrek original dan produk lainnya yang
pengemas tidak larut dan tidak dihasilkan oleh CV. X memiliki
melepaskan senyawa-senyawa tertentu
160 Latief and Trimo./AGROINTEK 13(2):155-167

kombinasi seperti warna yang berbeda produksi. Selain itu belum ada keterangan
sehingga mudah untuk dibedakan. seperti SOP untuk setiap satuan
7. Pengawasan Proses pengolahan (satu kali produksi) seperti
Sebanyak 22 aspek GMP yang jenis dan jumlah seluruh bahan yang
terdapat pada ruang lingkup pengawasan digunakan dalam satu kali proses
proses. Delapan aspek sudah terpenuhi, produksi. Saat produksi sedang berjalan,
sembilan aspek belum terpenuhi dan lima waktu dan suhu dalam proses produksi
aspek tidak dilibatkan. CV. X dalam kurang diawasi dengan baik. Masih ada
pengawasan prosesnya sudah menyusun proses produksi yang dilakukan pada saat
persyaratan-persyaratan yang jam istirahat dan tidak ada karyawan yang
berhubungan dengan bahan baku, mengawasi. Padahal, mesin yang
komposisi pada produk, proses digunakan masih mengandalkan operator
pengolahan produk dan pendistribusian dalam pengaturan waktu dan suhu
produk sehingga setiap proses memiliki sehingga mengakibatkan gagal produksi.
persyaratannya masing-masing. Bahan Dapat dikatakan bahwa pengawasan pada
yang digunakan untuk produksi dipastikan tempat produksi tidak mendapat
memenuhi persyaratan mutu yang telah pengawasan dengan baik. Bahan yang
ditetapkan dengan melalui proses sortasi. digunakan hanya diperiksa secara
Perusahaan pun memiliki catatan organoleptik dan fisik saja, tidak diuji
mengenai bahan apa saja yang telah secara kimia dan mikrobiologi karena
digunakan dalam bentuk catatan harian perusahaan belum memiliki laboratorium
yang dipegang oleh kepala produksi. pribadi. Aspek yang belum terpenuhi
Setiap proses produksi diatur agar lainnya ialah penempatan bahan baku
mencegah masuknya bahan asing ke masih bergabung dengan tempat produksi
dalam produk yang diolah. Karyawan yang dekat dengan drum berisikan bahan
yang berada di ruang produksi memakai yang telah diolah. Seharusnya, bahan baku
alat-alat pelindung seperti baju kerja, topi diletakkan terpisah seperti di gudang
dan sepatu karet karena atribut tersebut bahan baku. Aspek lainnya yang belum
adalah ketetntuan atribut yang dipakai terpenuhi ialah karyawan tidak selalu
karyawan CV. X. Saat bekerja, meja kerja, mencuci tangan saat masuk ke dalam
peralatan dan lantai tempat produksi ruang produksi. Karyawan berpendapat
dipastikan selalu bersih setelah digunakan. bahwa jika tidak sedang bekerja maka
Untuk keamanan pada ruang produksi, tidak perlu mencuci tangan. Lampu pada
tidak ada penggunaan bahan gelas atau tempat pengolahan, pengemasan dan
proselen pada area produksi, area penyimpan tidak dilindungi dengan bahan
pengemasan dan area penyimpanan. Rata- yang tidak mudah pecah seperti pelindung
rata bahan yang digunakan adalah bahan lampu.
plastik atau stainless yang merupakan 8. Penyimpanan
wadah/alat tara pangan. Terdapat 10 aspek GMP pada ruang
Namun, terdapat sembilan aspek yang lingkup penyimpanan. Tiga aspek sudah
belum terpenuhi. CV. X sudah mendesain terpenuhi yaitu penyimpanan bahan dan
sistem pengawasan yang efektif namun produk akhir diberi tanda antara yang
tidak diimplementasikan dengan baik dan sudah dan belum diperiksa serta
belum mengkaji ulang mengapa sistem memenuhi persyaratan dan tidak
tersebut belum sepenuhnya diterapkan memenuhi persyaratan. Sebelum masuk
dengan baik. Hal ini dikarenakan ke tempat penyimpanan dilakukan sortasi
karyawan yang kurang koorperatif. Belum terlebih dahulu sehingga bahan dan
ada petunjuk seperti SOP tertulis di ruang produk akhir yang masuk ke ruang
Latief and Trimo./AGROINTEK 13(2):155-167 161

penyimpanan pasti sudah diperiksa dan Faktor Penghambat dalam


dipastikan sudah memenuhi persyaratan. menerapkan GMP
Metode penyimpanan yang dipakai ialah Setelah mengetahui aspek GMP mana
first-in first out. Sementara sebanyak saja yang belum terpenuhi, maka
enam aspek belum terpenuhi dan satu dibuatlah pengelompokan berdasarkan
aspek tidak dilibatkan. Aspek yang belum faktor man, machine, material dan
terpenuhi seperti bahan yang digunakan method. Kemudian, akan dijabarkan ke
dalam proses pengolahan tidak disimpan tabel brainstorming untuk mengetahui apa
terpisah dan masih tergabung di ruang saja penyebab kecil dari faktor
produksi. Seharusnya bahan baku penghambat. Setelah itu, dilakukan
disimpan di ruang terpisah dengan aliran brainstroming untuk menentukan faktor
udara terjamin, bebas hama, dan suhu penghambat mana yang paling dominan.
sesuai. Penyimpanan bahan baku tidak Untuk menentukannya, dilakukan
ditentukan jumlah tumpukannya sehingga brainstroming bersama informan kunci
terdapat bahan baku yang mendekati dan mengklarifikasi hasil brainstorming
langit-langit. Penyimpanan bahan baku dengan informan pendukung.
dan produk akhir belum menggunakan Brainstorming adalah suatu metode di
sistem kartu. Penyimpanan wadah, mana seseorang akan melontarkan suatu
pengemas dan label masih tidak sesuai masalah ke suatu kelompok diskusi,
pada tempatnya seperti masih ada wadah kemudian para anggota diskusi akan
yang diletakkan di kantin padahal CV. X melontarkan apa saja penyebab dari
memiliki ruang pengemas. Penyimpanan masalah tersebut dan mendiskusikan
mesin dan peralatan tidak dalam kondisi mengapa masalah tersebut muncul
baik di mana mesin tidak diberi (Roestyah, 2008).
pelindung.
Tabel 2. Hasil Brainstorming untuk Mencari Akar Masalah
Penyebab
Kode Hasil Diskusi (Adanya Kode
Penyebab Kecil (PK) Masalah
(PK) Penyebab Kecil) (HD) (HD)
Utama?
Man
Karyawan tidak dapat menahan diri A1 Kebiasaan buruk karyawan B1 YA
untuk tidak makan dan minum
selama melakukan pekerjaan
Pengunjung tidak memakai pakaian A2 Perusahaan belum memiliki B2 TIDAK
pelindung saat memasuki tempat baju khusus pengunju
produksi
Machine
Mesin/peralatan tidak selalu A3 Karyawan lalai dalam B3 YA
diawasi, diperiksa dan dipantau. melaksanakan tugas
Mesin/peralatan belum dilengkapi A4 Belum memperbaharui mesin B4 TIDAK
dengan alat pengatur dan
pengendali yang mempengaruhi
keamanan pangan olahan.
Alat ukur yang terdapat pada A5 Pemeriksaan mesin tidak B5 TIDAK
mesin/peralatan tidak sepenuhnya dilakukan secara rutin
akurat.

Material
Mutu dan keamanan produk akhir A6 Perusahaan belum memiliki B6 TIDAK
tidak dilakukan uji fisika, kimia dan lab sendiri dan pemeriksaan
mikrobiologi tersebut memakan banyak
waktu
Method
162 Latief and Trimo./AGROINTEK 13(2):155-167

Penyebab
Kode Hasil Diskusi (Adanya Kode
Penyebab Kecil (PK) Masalah
(PK) Penyebab Kecil) (HD) (HD)
Utama?
Tidak ada petunjuk pada setiap A7 Informasi hanya dipegang oleh B7 TIDAK
satuan pengolahan (satu kali kepala produksi dan belum ada
produksi) papan tulis untuk menulis
informasi
Produk belum dilengkapi petunjuk A8 Karyawan sudah dianggap tau B8 TIDAK
saat proses produksi. dan tidak ada papan tulis untuk
menulis petunjuk.
Belum mengimplementasikan, A9 Karyawan tidak koorperatif B9 TIDAK
memantau dan mengkaji ulang dalam menerapkan sistem
sistem pengawasan yang efektif. pengawasan dan belum adanya
solusi yang efektif
Waktu dan suhu dalam proses A10 Karyawan lalai dalam BYA
produksi tidak mendapat melaksanakan pengawasan B10
pengawasan dengan baik
Bahan yang akan digunakan tidak A11 Uji dengan inderawi saja sudah B11 TIDAK
diuji secara kimia dan mikrobiologi cukup
Bahan tidak disimpan terpisah dari A12 Gudang bahan baku terlalu B12 TIDAK
bahan yang telah diolah sempit sehingga bahan baku
diletakkan di ruang produksi
yang berdekatan dengan bahan
yang telah diolaH

Tempat produksi tidak selalu A13 Karyawan yang ditunjuk B13 TIDAK
mendapatkan pengawasan dengan memiliki tanggung jawab yang
baik lain sehingga tidak dapat
memberikan pengawasan
dengan baik pada ruang
produksi
Karyawan tidak mencuci tangan A14 Karyawan beranggapan bahwa B14 TIDAK
sebelum masuk ke tempat produksi jika tidak kerja dan menyentuh
produk maka tidak perlu
mencuci tangan
Lampu di tempat pengolahan, A15 Belum ada rencana untuk B15 TIDAK
pengemas dan penyimpanan belum pemasangan pelindung lampu
dilindungi dengan bahan yang tidak
mudah pecah
Bahan yang digunakan pada proses A16 Gudang bahan baku terlalu B16 YA
pengolahan tidak disimpan di sempit
ruangan terpisah
Penyimpanan bahan baku dekat A17 Maksimal untuk penumpukan B17 TIDAK
dengan langit-langit atap bahan baku belum diatur
Penyimpanan bahan dan produk A18 Belum adanya penyusunan B18 TIDAK
akhir belum memakai sistem kartu rencana untuk pembuatan
sistem kartu

Wadah atau pengemas diletakkan A19 Gudang kemasan sudah tidak B19 TIDAK
tidak pada tempatnya muat
Penyimpanan mesin/peralatan yang A20 Karyawan malas menutup B20 TIDAK
sudah dibersihkan namun belum mesin dengan penutup mesin
digunakan tidak dalam kondisi baik

Setelah mengetahui apa saja menerapkan GMP, penyebab tersebut


penyebab dominan atau akar masalah diberi tanda pada diagram fishbone untuk
yang menjadi penghambat dalam
Latief and Trimo./AGROINTEK 13(2):155-167 163

menandakan bahwa masalah yang hal penting lainnya pada saat


dilingkari merupakan penyebab dominan. produksi bandrek original
(Wardhanu & Anhar, 2016).
Diharapkan karyawan akan dapat
menerapkan dan tidak melanggar
aturan yang ada selama proses
produksi berlangsung.
2) Mengadakan penilaian terhadap
karyawan setiap dua minggu
sekali. Untuk karyawan yang dapat
menjalankan pekerjaan dengan
baik akan mendapatkan tunjangan
hadiah. Menurut (Tohardi, 2002),
Gambar 1. Hasil Diagram Fishbone hadiah atau penghargaan adalah
Berdasarkan hasil dari diagram “suatu ganjaran yang diberikan
fishbone dan brainstorming untuk mencari untuk memotivasi karyawan
akar masalah, faktor penghambat dalam sehingga produktivitasnya tinggi”.
menerapkan GMP pada produksi bandrek Dapat disimpulkan bahwa
original adalah: pemberian tunjangan diberikan
1) Karyawan masih tidak dapat agar dapat memotivasi karyawan
menahan diri untuk tidak makan untuk terus bekerja lebih baik
dan minum selama melakukan dengan mematuhi aturan yang
pekerjaan (A1) berlaku.
2) Mesin/peralatan tidak selalu 3) Mengubah letak bahan baku agar
diawasi, diperiksa dan dipantau tidak tergabung di ruang produksi
(A3) dengan memanfaatkan ruangan
3) Waktu dan suhu dalam proses yang kosong yang berada di lantai
produksi tidak mendapat dua perusahaan. Lancarnya suatu
pengawasan dengan baik (A10) proses produksi dapat dilihat dari
4) Bahan yang digunakan pada proses beberapa faktor, salah satunya
pengolahan tidak disimpan di desain tata letak fasilitas-fasilitas
ruangan terpisah (A16) perusahaan. Desain tata letak yang
Ke empat penyebab masalah di atas baik dapat membuat aktivitas
merupakan masalah yang muncul berkali- produksi menjadi lebih efektif dan
kali dan disimpulkan bahwa ke empat efisien sehingga berdampak pula
penyebab masalah tersebut merupakan pada kualitas produk yang lebih
faktor penyebab dominan terhambatnya baik (Purnomo, Rusdianto, &
penerapan GMP. Hamdani, 2012). Berikut adalah
saran skema tata letak yang sudah
Solusi yang Dapat Diterapkan
Setelah mengetahui apa saja faktor peneliti simpulkan yang
penghambat dalam menerapkan GMP merupakan hasil diskusi dengan
pada produksi bandrek original, maka Informan Kunci.
dibentuk solusi yang dapat diterapkan
untuk dapat menerapkan GMP, yaitu:
1) Memberikan pelatihan bulanan
dan briefing harian kepada
karyawan mengenai pentingnya
penerapan GMP, food safety dan
164 Latief and Trimo./AGROINTEK 13(2):155-167

memudahkan pengangkutan bahan


yang sudah diolah ke ruang mesin
filler, drum yang berisikan serbuk
bandrek dapat diangkut
menggunakan lift khusus barang
yang berada di ruangan produksi
yang terhubung langsung ke
ruangan mesin filler. Setelah
produk selesai dikemas di ruang
packing (2G), produk yang sudah
jadi diangkut menggunakan lift
yang berada di ruang packing dan
langsung terhubung ke ruangan
produk jadi (1H).
4) Kantor yang terdapat pada lantai
satu (1D) yang menyatu dengan
gudang kemasan (1E),
dipindahkan ke ruang produk jadi
yang lama (1G pada Gambar 21)
Pemindahan kantor tersebut dapat
menampung kemasan atau wadah
Gambar 2. Lay Out Pabrik CV. X lebih banyak sehingga kemasan
Terlihat pada gambar di atas bahwa dan wadah yang terletak pada
ruang produksi (1J) dan tempat formulasi kantin dapat diletakkan pada
(1K) bergabung dengan tempat gudang kemasan.
penyimpanan bahan baku (1M). Menurut 5) Pemindahan ruang mesin filler dan
aspek GMP, bahan baku harus dipisah ruang packing (2G dan 2H pada
tempat penyimpanannya dan tidak boleh Gambar 21) berdekatan dengan
bergabung dengan tempat produksi. kantin (2D) dapat mengurangi
Terdapat ruang kosong (2G) di lantai dua kebiasaan karyawan untuk
pabrik CV. X sehingga dapat membawa makanan dan minuman
dimanfaatkan agar penyimpanan bahan di ruangan kerja.
baku tidak tergabung di ruang produksi.
Setelah adanya perubahan lay out,
terdapat perubahan menguntungkan
lainnya seperti:
1) Gudang bahan baku sudah lebih
luas sehingga dapat menampung
semua bahan baku. gudang bahan
baku yang lama akan dipakai
sebagai ruangan untuk menyimpan
mesin.
2) Ruang produksi, drum hasil olahan
dan tempat formulasi sudah tidak
menyatu lagi dengan bahan baku
yang diletakkan pada 1I.
3) Ruang mesin filler dan packing
dipindahkan ke lantai dua (2H dan
2G pada Gambar 21). Untuk
Latief and Trimo./AGROINTEK 13(2):155-167 165

Karyawan yang ditugaskan dalam


memeriksa mesin juga harus dapat
memastikan bahwa mesin dioperasikan
pada saat jam kerja saja. Jika pada jam
istirahat, mesin wajib diberhentikan.
Karyawan yang ditugaskan untuk
memeriksa mesin juga memastikan bahwa
jika ada mesin yang beroperasi harus ada
karyawan yang bertanggung jawab dalam
pemantauan pada waktu operasi dan suhu
mesin. Ini dilakukan agar mesin tidak
terlalu lama beroperasi dari yang
seharusnya dan suhu tetap pada standar
yang ditetapkan agar tidak terjadi gagal
produksi.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat didapat dari
hasil penelitian ini adalah sebanyak 72%
aspek GMP sudah diterapkan oleh CV. X
Gambar 3 Usulan Lay Out Pabrik CV. X dalam memproduksi bandrek original.
Membuat papan informasi yang berisi Namun, sebanyak 28% belum terpenuhi
karyawan mana yang sedang bertugas sehingga penerapan GMP terhambat.
dalam memeriksa mesin pada hari itu Hasil dari diagram fishbone mengatakan
sehingga terlihat siapa yang sedang bahwa faktor penghambat dalam
bertanggung jawab pada hari itu. menerapkan GMP pada produksi bandrek
Karyawan yang sedang bertugas original adalah (1) karyawan tidak dapat
diharuskan untuk mengisi papan informasi menahan diri untuk tidak makan dan
dengan membuat checklist pada papan minum selama melakukan pekerjaan, (2)
agar terlihat bahwa bagian tersebut sudah mesin/peralatan tidak selalu diawasi,
diperiksa. Tabel pemeriksaan mesin diperiksa dan dipantau, (3) waktu dan
dibuat untuk dapat memastikan bahwa suhu dalam proses produksi tidak
mesin-mesin pada ruang produksi aman mendapat pengawasan dengan baik dan
untuk dioperasikan. Jika ada kendala (4) bahan yang digunakan pada proses
dalam pengoperasian maka dapat pengolahan tidak disimpan di ruangan
langsung teridentifikasi dan dapat terpisah. Solusi yang dapat dilakukan
ditangani dengan cepat. Karyawan yang untuk dapat menerapkan GMP adalah (1)
ditugaskan untuk memeriksa mesin sudah memberikan pelatihan bulanan dan
ditetapkan sebelumnya melalui pertemuan briefing harian kepada karyawan
dengan pimpinan sehingga sudah jelas mengenai pentingnya penerapan GMP, (2)
karyawan mana yang bertanggung jawab. mengadakan penilaian terhadap karyawan
setiap dua minggu sekali, (3) memisahkan
letak bahan baku dan ruang produksi, dan
(4) membuat papan informasi yang
memuat informasi mengenai karyawan
Gambar 4. Contoh Tabel Pemeriksaan Mesin
yang bertugas dalam pengawasan mesin.
166 Latief and Trimo./AGROINTEK 13(2):155-167

Saran Kotler, P. (2005). Total Quality


Saran yang direkomendasikan adalah: Management. Jakarta: PT. Gramedia
1) Pemberian pelatihan GMP dan Pustaka.
food safety dilakukan sebulan Kotler, P., & Armstrong, G. (2003).
sekali. Pelatihan tidak harus Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta:
bersifat formal sehingga karyawan PT. Indeks Gramedia.
dapat merasa nyaman terhadap Lubis, M. (2016). Ketika Lebih Sedikit
pelatihan yang diberikan. Briefing Lebih Baik. Retrieved August 30,
harian dilakukan setiap hari 2019, from
dengan komunikasi dua arah di https://www.nielsen.com/
mana pimpinan briefing memberi Mustofa, H. M. (2014). Perencaan
arahan dan masukan kepada Produktivitas Kerja dari Hasil
karyawan dan karyawan Evaluasi Produktivitas dengan
dipersilahkan untuk Metode Fishbone di Perusahaan
menyampaikan pendapat sehingga Percetakaan Kemasan PT.X. Jurnal
karyawan terlibat dalam keputusan Teknik Industri HEURISTIC,
yang dapat mempengaruhi Volume 11(1), 27–46.
pekerjaan mereka.
2) Hadiah yang diberikan kepada Purnomo, B. H., Rusdianto, A. S., &
karyawan teladan sekiranya dalam Hamdani, M. (2012). Desain Tata
bentuk yang dibutuhkan karyawan Letak Fasilitas Produksi pada
sehingga termotivasi untuk bekerja Pengolahan Ribbed Smoked Sheet
dengan baik. Hadiah dapat (RSS) Di Gunung Pasang Panti
diberikan berupa tambahan gaji. Kabupaten Jember.
Perusahaan juga dapat Rini, F. A., Katili, P. B., & Ummi, N.
merundingkan hadiah seperti apa (2015). Penerapan Good
yang diinginkan karyawan dengan Manufacturing Practices untuk
memberikan beberapa opsi hadiah Pemenuhan Manajemen Mutu pada
yang dapat didiskusikan dalam Produksi Air Minum Dalam
suatu forum. Kemasan (Studi Kasus di PT. XYZ).
3) Departemen Personalia harus Jurnal Teknik Industri Untirta, 1–6.
memaparkan apa saja kriteria dan Roestyah. (2008). Strategi Belajar
sistem penilain agar karyawan Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
dapat menerima penilaian yang Rudiyanto, H. (2016). Kajian Good
diberikan. Manufacturing Practices (Gmp) Dan
Kualitas Mutu Pada Wingko
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan Sni-01-4311-1996.
Daulay, S. S. (2000). HAZARD Jurnal Kesehatan Lingkungan, 8(2),
ANALYSIS CRITICAL 148–157.
CONTROL POINT (HACCP) DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM Sugiyono. (2018). Metode Penelitian
INDUSTRI PANGAN. In Pusdiklat Kuantitati, Kualitatif, dan R&D.
Industri. Retrieved from Bandung: Alfabeta.
http://www.kemenperin.go.id/downl Tohardi, A. (2002). Pemahaman Praktis
oad/6761/HACCP-dan- Manajemen Sumber Daya Manusia.
Implementasinya-Dalam-Industri- Bandung: Mandar Maju.
Pangan Triesty, A., & Ririh, Y. (2011). Penerapan
Good Manufactoring Practices Pada
Industri Rumah Tangga Kerupuk
Latief and Trimo./AGROINTEK 13(2):155-167 167

Teripang di Sukolilo Surabaya.


Jurnal Kesehatan Lingkungan, 7(2),
148–158.
Wardhanu, A. P., & Anhar, M. (2016).
Penerapan Good Manufacturing
Practice (GMP) Pada Kelompok
Usaha Bersama (KUB) Wida
Mantolo Kecamatan Benua Kayong.
Jurnal Teknologi Pangan, 7(1), 8–
16.

Anda mungkin juga menyukai