PENDAHULUAN
Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, bidang informasi geospasial, seperti
kebijakan satu peta (One Map Policy) dan percepatan pendaftaran tanah mendapatkan
perhatian yang cukup signifikan. Pada Nawacita yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo
dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, kebijakan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui program land-reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 Juta Hektar.
Sejalan dengan program Nawacita, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional (ATR/BPN) mengeluarkan Peraturan Menteri ATR/BPN No. 12 Tahun 2017 tentang
Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) beserta petunjuk teknisnya dan
Peraturan Menteri ATR/BPN No. 33 Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi.
Melalui peraturan ini Kementrian ATR/BPN melakukan rekrutmen Surveyor Kadaster
Berlisensi (SK) dan Asisten Surveyor Kadaster Berlisensi (ASK) dalam skala besar pada kurun
waktu 2016 s.d. 2017.
Pendaftaran tanah secara sistematik merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
menggalakan pensertifikatan tanah sekaligus dapat melibatkan partisipasi aktif dari
masyarakat, khususnya pemegang hak atas tanah untuk bekerjasama dengan pemerintah.
1
Sasaran pendaftaran tanah secara sistematik adalah pendaftaran untuk hak atas tanah
yang belum bersertifikat melalui proses pemberian, pengakuan dan konversi hak atas
tanah dengan tetap berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah.
Dapat menentukan bidang tanah sesuai dengan batas-batas tanah yang telah disepakati
dan menghasilkan luasan dari bidang tanah tersebut. Titik- titik batas bidang tanah
tersebut, nantinya bisa digunakan untuk rekontruksi batas guna untuk pemecahan sertifikat
dan mecarian batas bidang tanah jika ada titik yang hilang.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara
terus menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-
bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertifikat sebagai surat
tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada hak tertentu yang
membebaninya (Sumarjono, 2009).
Pendaftaran berasal dari kata Cadaster (Bahasa Belanda kadaster) yaitu istilah untuk
record (rekaman), menunjukkan tentang luas, nilai dan kepemilikan atau lain – lain atas hak
terhadap suatu bidang tanah. Selain itu, pendaftaran berasal dari bahasa latin “Capilastrum”
yang berarti suatu register atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah Romawi. Dalam artian
yang tegas Cadaster adalah rekord (rekaman daripada lahan – lahan, nilai daripada tanah
dan pemegang haknya dan untuk kepentingan hukum lainnya) (Purba, 2006)
UUPA memberi pengertian pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 ayat (2) yaitu rangkaian
kegiatan yang meliputi :
1.) Pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah.
2.) Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak tersebut.
3.) Pembuktian surat – surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktiaan yang
kuat.
3
II.2. Proyeksi Tranverse Mercator
Proyeksi Tranverse Mercator adalah proyeksi yang memiliki ciri-ciri silinder,
tranversal, conform dan menyinggung. Pada proyeksi ini secara geografis silindernya
menyinggung bumi pada sebuah meridian yang disebut meridian sentral. Pada meridian
sentral, faktor skala (k) adalah 1 (tidak terjadi distorsi). Perbesaran sepanjang meridian akan
semakin meningkat pada meridian yang semakin jauh dari meridian sentral kearah timur
maupun kearah barat. Perbesaran sepanjang paralel semakin akan meningkat pada lingkaran
paralel yang semakin mendekati equator. Dengan adanya distorsi yang semakin membesar,
maka perlu diusahakan untuk memperkecil distorsi dengan membagi daerah dalam zone-
zone yang sempit (daerah pada muka bumi yang dibatasi oleh dua meridian).
Lebar zone proyeksi TM biasanya sebesar 3º. Setiap zone mempunyai meridian sentral
sendiri. Jadi seluruh permukaan bumi tidak dipetakan dalam satu silinder.
Proyeksi TM-3° digunakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Proyeksi ini beracuan pada
Ellipsoid World Geodetic System 1984 ( WGS ‘84) yang kemudia disebut sebagai Datum
Geodesi Nasional 1995 (DGN ‘95)
Metode yang dipakai dalam pembuatan kerangka peta adalah poligon, yang berupa
rangkaian dari titik kerangka peta menjadi segi banyak. Data yang diperlukan adalah sudut
dan jarak antar titik polygon serta azimut untuk menentukan koordinat planimetris diatas
permukaan bumi (X,Y ), yang digunakan sebagai kerangka peta ( Kerangka Kontrol
4
Horizontal ). Poligon tersebut mempunyai berbagai bentuk dan hitungan yang sederhana
serta dapat menyesuaikan kondisi dan topografi lapangan.
1. Poligon tertutup
2. Poligon terbuka
3. Poligon bercabang
Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah segi banyak yang terdiri atas rangkaian sudut dan sisi yang titik awal
dan titik akhirnya berimpit.
Pada poligon tertutup titik awal juga merupakan titik akhir poligon dan sudut jurusan awal
5
sama dengan sudut jurusan akhir, serta koordinat awal sama dengan koordinat akhir. Dengan
adanya ketentuan tersebut di atas, maka syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu
poligon tertutup adalah :
Σ ( βi ) = (n – 2) x 180
Σ ( di sin αi ) = 0
Σ ( di cos αi ) = 0
Tetapi pada umumnya hasil ukuran sudut dan jarak sisi poligon tidak bisa memenuhi ketiga
persyaratan tersebut di atas, sehingga agar dapat memenuhi ketiga persyaratan tersebut,
perlu ada besaran koreksi, yaitu :
Σ βi = ( n – 2 ) x 180 + fs
Σ (di Sin αi) = fx
Σ (di Cos αi) = fy
Dimana :
fs = kesalahan penutup sudut dalam polygon
fx = kesalahan penutup absis polygon
fy = kesalahan penutup ordinat polygon
di = panjang sisi poligon yang diukur
αi = azimut sisi-sisi polygon
βi = sudut-sudut dalam Poligon
6
Gambar 2. Sketsa Poligon Ray Trace Methode
1. Metode Offset
Metode ini menggunakan alat utama yaitu beberapa pita ukur yang digunakan
dalam proses pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan mengikat titik detil pada
titik kerangka yang telah diketahui koordinatnya. Data yang di peroleh berupa data
7
jarak antar titik detil menuju titik ikat. Ada beberapa metode dalam metode offset
yaitu :
Metode Interpolasi
Berbeda dengan cara siku-siku, pada metoda ini titik-titik detail diikat dengan
garis lurus pada garis ukur. Pengukuran dengan metoda ini dapat dibagi atas
dua cara yaitu dengan cara pengikatan pada sembarang titik dan cara
perpanjangan sisi.
8
Metode Perpanjangan Sisi
Cara yang lebih sederhana bila dilakukan dengan menarik garis lurus
(perpanjangan) dari detail-detail sampai memotong garis ukur AB. Garis da,
ab, cb dan dc diperpanjang sehingga memo- tong garis AB pada titik a’, b’,
c’dan d’. Ukur jarak-jarak : Aa’, Ab’, Ac’, Ad’, Bd’, Bc’, Bb’, Ba’ dan a’a, ad,
b’b, bc, c’b, ba, d’c, cd. Dari ukuran jarak-jarak tersebut diatas titik-titik a, b,
c, dapat ditentukan/ digambar.
9
2. Metode Polar
Metode ini paling banyak digunakan dalam praktek, terutama untuk pengukuran
bidang tanah atau detail yang cukup luas ataupun detail yang tidak beraturan
bentuknya. Sesuai dengan alat yang digunakan bisa diunakan untuk alat ukur pita
ukur dan total station, dalam menentukan titik dengan metoda ini dapat dilakukan
dengan cara :
Azimuth dan Jarak
Pengukuran azimuth titik detail dilakukan dari titik dasar tehnik yang telah
ada dan telah diketahui koordinatnya. Apabila detail yang akan diukur tidak
tersedia titik dasar tehniknya maka harus dibuatkan minimal 2 (dua) buah
titik dasar teknik sebagai titik ikat. Apabila lokasi yang akan diukur
mencakup wilayah yang agak luas atau detail bidang tanahnya sulit
diidentifikasi dari titik dasar tehnik, maka dibuat berupa poligon bantu yang
diikatkan pada titik dasar tehnik yang ada. Pengukuran jarak mendatar
dilakukan dengan menggunakan pita ukur atau EDM jarak dibaca minimal 2
kali, Pengukuran azimuth dilakukan 2 (dua) seri biasa dan luar biasa.
Pada gambar diatas, garis _______ merupakan garis pengukuran detail berupa
data azimuth, sedangkan jarak detail dan detail yang tidak dapat diamati
dengan alat optis diukur dengan pita ukur.
10
Sudut dan Jarak
Metoda ini sama dengan pengukuran azimuth dan jarak, hanya data yang
didapat berupa sudut titik-titik detail yang diukur dari titik dasar teknik ata
upun dari titik poligon bantu (titik perapatan) yang telah diketahui
koordinatnya. Sedangkan pengukuran jarak datar dan pengukuran detail yang
tidak dapat diamati dilakukan dengan pita ukur atau total station. Detail
bangunan yang ingin digambarkan pada peta dilaksanakan dengan cara
terristis. Pengukuran jarak mendatar dilakukan dengan menggunakan pita
ukur atau total station. Jarak dibaca minimal 2 kali. Pengukuran sudut
dilakukan 2 (dua) seri biasa dan luar biasa.
b1, b2, b3, dan b4 = Sudut rincikan di titik B terhadap titik batas bidang
d1, d2, d3, dan d4 = jarak rincikan dari titik B terhadap titik batas bidang
Xa = XB + d1 sin aBa
Ya = YB + d1 cos aBa
11
B. Metode Fotogrametris
Pengukuran bidang tanah dengan metode fotogrametris hanya melakukan
pengecekan terhadap bidang tanah yang telah diukur dengan foto atau citra sesuai dengan
lokasi dimana dilakukannya pengukuran tersebut (penyesuaiyan bentuk hasil ukuran
dengan hasil nyata dilapangan).
12
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
13
11. Lembar Kerja atau formulir data
12. Kertas sketsa
13. Alat tulis
14. Kertas Krunkut A0 untuk plotting peta
III.4 Langkah Kerja
Pelaksanaan praktikum pemetaan kadastral ini dibagi menjadi beberapa lingkup kegiatan
selama satu semester ini. Lingkup kegiatannya, antara lain :
III.4. 1 Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan pemetaan
atau pengukuran di suatu lokasi. Tujuannya untuk mengetahui keadaan sekitar lokasi sehingga
dapat dapat menetukan alat apa saja yang digunakan dan metode apa saja yang akan digunakan.
Adapun kegiatan survey pendahuluan meliputi :
1. Survey pendahuluan diawali dengan mendatangi lokasi lokasi yang akan dipetakan
2. Melakukan perencanaan pemasangan titik dasar teknik sesuai dengan kondisi sekitar
3. Melakukan perencanaan batas batas setiap bidang daerah pengukuran
4. Melakukan survey kondisi dan bentuk medan serta variasi tata ruang pada lokasi
survey
5. Mendesain sebaran titik kerangka dasar pemetaan detail situasi
6. Memasang titik orde 3 yang telah direncanakan
7. Menentukan alat,bahan serta metode yang digunakan untuk pengukuran TDT Orde
3
8. Melakukan perencanaan titik dasar orde 4 dan memasang titik yang telah
direncanakan
9. Menentukan alat,bahan serta metode yang digunakan untuk pengukuran TDT Orde
4
10. Merencanakan titik poligon lempar kelompok dan pembuatan sketsa bidang
kelompok
11. Pemasangan titik poligon yang akan digunakan sebagai titik bantu serta menentukan
metode yang akan digunakan
12. Menentukan batas- batas bidang yang akan diukur
14
III.4. 2 Pengukuran Titik Dasar Teknik Orde 3
Penentuan lokasi TDT Orde 3 harus diperhatikan dengan seksama. Setelah posisi
TDT Orde 3 telah fix, selanjutnya adalah memasang patok kayu sebagai tanda titk
tersebut. Setelah itu dilaksanakan pengukuran posisi TDT orde 3 dengan menggunakan
alat GNSS dengan metode statik. Selama pengukuran berlangsung juga dilakukan
pencatatan di buku tugu orde 3.
Pengukuran TDT orde 3 menggunakan metode statik dibagi menjadi 2 sesi.
Berikut adalah langkah pengukuran TDT orde 3 menggunakan GPS Leica
1. Melakukan pemasangan alat/instalasi alat di atas titik TDT orde 3 yang akan diukur
dan Titik dengan orde yang lebih tinggi. Pada praktikum ini menggunakan TDT
boulvard
2. Melakukan sentering dan sumbu I vertikal dan mengukur tinggi alat secara slant
menggunakan rol meter
3. Membuat job dan melakukan pengaturan sistem koordinat yang akan digunakan.
Klik Jobs & Data New Job.
15
7. Pada quality control, beri tanda centang pada “Automatically Store point”, tanda
centang tersebut mempunyai maksud bahwa pada saat setelah selesai mengukur,
kemudian menekan stop dan data akan otomatis tersimpan.
9. Melakukan pengukuran GPS untuk sesi 1 dengan metode static. Lama pengamatan
selama 1 jam tiap sesinya.
16
III.4. 3 Pengukuran Titik Dasar Teknik Orde 4 dan Pengolahan Datanya
III.4.3.1 Pengukuran Titik Dasar Teknik Orde 4
Dalam praktikum pemetaan kadastral ini diperlukan adanya titik Orde 3 untuk
melakukan pemetaan atau pengukuran bidang tanah, dikarena titik Orde 3 yang berada
dilokasi terlalu jauh untuk melakukan pengukuran maka dilakukanlah pengukuran RTM
atau mendekatkan titik orde 3 agar dapat dilakukan pengukuran. Berikut cara kerjanya:
1. Setelah diperoleh 2 titik orde 3, maka dilakukan pengukuran RTM dengan acuan orde
3. membuat sketsa titik yang akan dibuat, sejauh +- 150m atau sesuai kondisi
lapangan, kemudian tandai dengan paku ataupun alat lainnya.
2. Kemudian dirikan alat dititik pertama yang akan diukur, lakukan setting alat pada titik
tersebut misal titik A
3. Pasang kaki 3 dan prisma dititik Orde 3 dan juga pasang kaki 3 dan prisma dititik yang
akan diukur/ titik RTM berikutnya misal titik B. Atur konstanta prisma nya.
4. Setelah ketiga alat didirikan dimasing- masing titik, lakukan pengukuran dari titik A,
lakukan pengukuran bacaan arah horisontalnya. Arahkan teropong ke titik Orde 3,
setelah tepat kunci klem horisontal, pilih MSR 1 untuk merekam data, catat baca
bacaan horisontal dalam keadaaan F1 dan F2. Membaca jarak antara titik A ke Orde
-3
5. Setelah itu buka klem horisontal arahkan teropong ke titik B, kunci klem horisontalnya
tekan MSR 1, baca arah horisontal B dalam keadaan F1 dan F2. serta jarak titik.
6. Setelah selesai 2 titik tersebut putar tropong 180 derajad untuk melakukan pengukuran
kedua terhadap titik yang sama atau sering disebut 2 seri rangkap. Lakukan
pengukuran yang sama dengan cara 4 dan 5, maka akan mendapat 8 bacaan arah
horisontal B dan Orde 3, dengan rincian 4 bacaan F1 dan 4 bacaan F2.
7. Melakukan pengukuran sudut terhadap semua titik RTM yang akan dibuat dengan cara
yang sama, maka data yang diperlukan untuk perhitungan RTM nantinya adalah data
ukuran horisontal masing masing titik yang akan dihitung sudutnya serta data jarak
masing- masing sisi.
8. Lakukan pengukuran azimuth dari arah utara ke titik pertama.
17
1. Mengitung masing- masing sudut yang didapat.
2. Melakukan perhitungan alfa (azimuth) masing masing titik dengan azimuth ukuran,
dengan rumus:
Azimuth AB= (azimuth awal+180 derajad- sudut AB)
Hitung terhadap semua titik.
3. Melakukan perhitungan d sin azimuth dan d cos azimuth untuk mengetahui absis dan
ordinat, dengan rumus:
4. Melakukan perhitungan koordinat awal masing- masing titik dari data d sin alfa dan d
cos alfa, dengan rumus:
XA = X+ d sin Azimuth AB
YA = Y+ d cos Azimuth AB
5. Maka akan didapat data koordinat masing- masing titik, akan tetapi dari data tersebut
masing ada kesalahan sudut dan jarak, maka diperlukan perhitungan selanjutnya.
6. Kemudian lakukan pengurangan atau selisih azimuth, antara azimuth hitungan 1
dengan azimuth hitungan titik orde 3. dengan cara:
Delta Azimuth = Azimuth hitungan 1 - azimuth hitungan titik orde 3
Azimuth = Arc tan (( X1-X2)/(Y1-Y2))
7. Setelah didapat selisih azimuth, lakukan perhitungan bowdith. Yang pertama lakukan
koreksi azimuth tiap tiap titik dengan +- delta azimuth. Dengan rumus:
Azimuth AB= (azimuth awal+180 derajad- sudut AB) ± delta azimuth
8. Melakukan perhitungan d sin azimuth dan d cos azimuth dengan azimuth yang baru.
9. Melakukan perhitungan koreksi d sin a dan d cos a, dengan rumus:
Ʃ d sin azimuth = ( X2 orde 3 -X1 orde 3)±fx
Ʃ d cos azimuth = ( Y2 orde 3-Y1 orde 3)±fy
10. Melakukan perhitungan koordinat lanjutan masing- masing titik yang mana akan
digunakan sebagai titik koordinat yang benar. Dengan rumus:
XA’= X+ d sin Azimuth AB±FX
YA’= Y+ d cos Azimuth AB±FY
11. Maka koordinat ini sudah benar.
18
1. Membuat sketsa poligon lempar, poligon ini dapat diukur dengan 2 titik yang diketahui
koordinatnya. Misal RTM 1 dan 2.
2. Melakukan pemasangan alat ukur dititik RTM 2 sebagai station/ tempat berdirinya alat
dan kaki 3 serta prisma di titik RTM 1 sebagai backsight.
3. Memasang kaki 3 dan prisma dititik poligon lempar 1 atau titik A. kemudian lakukan
setting alat terlebih dahulu.
4. Setelah alat sudah siap untuk mengukur dititik RTM 2, tekan menu STN >> masukkan
koordinat X2 dan Y2, ukur tinggi alat juga untuk diinputkan. Setelah selesai tekan
OK. Maka alat akan meminta menunjukkan backsightnya, pilih backsight yang akan
digunakan X,Y,Z atau azimuth.
5. Pilih backsight Koordinat X,Y,Z. arah kan teropong ketitik tersebut, masukkan X1 dan
Y1 serta tinggi alatnya. Kemudian tekan MSR1 untuk merekam data backsight dan
tersimpan.
6. Ketika sudah selesai, arahkan teropong ke titik poligon lempar tepatkan garis bidik
ditengan prisma, setelah tepat tekan MSR1 untuk merekam data.
7. Catat data XYZ dari titik poligon lempar yang dibuat, maka titik tersebut sudah
diketahui koordinatnya. Sehingga dapat digunakan untuk melakukan pengukuran
bidang.
8. Lakukan pembuatan poligon lempar pada lokasi yang diperlukan dengan cara yang
sama.
19
4. Pengukurannya dengan menarik pita ukur dari titik 1a (titik poligon lempar) dengan
bacaan nol ke titik 2,lihat bacaan pita ukur yang tertera tepat pada titik 1, misal 33,214
meter ,sehingga diperoleh jarak 1a2.
5. Melakukan pengukuran dari titik 1a ke titik lainnya seperti titik 3 sehingga diperoleh
jarak 1a3
6. Kemudian menarik pita ukur dari titik 2b(titik poligon lempar) dengan bacaan nol ke
titik 2,lihat bacaan di pita ukur yang tertera tepat pada titik 2,misal 49,550 meter maka
jarak 2b2 sudah diketahui. Lakukan juga ke titik 3 sehingga diperoleh titik 2b3
7. Dengan data tersebut maka kedua titik dapat ditentukan posisinya secara relatif
terhadap garis 1a2b
8. Pengukuran menggunakan metode ini,usahakan titik yang akan diukur dapat terlihat
minimal 2 buah titik acuan(titik poligon lempar)
9. Setiap pengukuran bidang tanah harus dibuatkan gambar ukurnya.
III.4. 6 Pengukuran Bidang Metode Polar
1. Siapkan catatan , daftar pengukuran dan buat sketsa lokasi areal yang akan diukur.
2. Tancapkan patok pada titik-titik batas areal yang akan dibidik.
3. Dirikan bak ukur ditempat yang diinginkan.
4. Lakukan penyetelan alat (PPD) sampai didapat kedataran.
5. Stel Nifo tabung dengan cara
a) Putarlah sekru A, dan B bersama-sama hingga gelembung berada seperti gambar a
b) Putarlah sekrup C kekiri atau kekanan hingga gelembung nivo berada di tengah
(gambar b)
20
Gambar a Gambar b
6. Cari arah utara dengan kompas, lalu arahkan teodolit kea rah utara.
7. Arahkan teropong pesawat ke titik P1, baca BA, BT, BB dan sudut horisontalnya.
8. Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik berikutnya.
9. Ukur tinggi pesawat dengan roll meter.
10. Lakukan perhitungan jarak.
Langkah Perhitungan
Jarak Optis ( do )
Syarat bacaan bak ukur :
BA + BB = 2 BT atau BA – BT = BT – BB
do = ( BA-BB) x 100
10. Lakukan cara c dan d sampai semua data di dapatkan.
21
- Ketik nama project, coordinat system yang digunakan, operator (Nama Surveyor) dan
type GPS (S321), klik OK jika kita akan membuat sistem proyeksi baru.
- Cari dan Pilih zone sesuai dengan lokasi pengukuran kita (Contoh : WGS84/Zone
49S)- Klik OK.
22
3. Setting koneksi Bluetooth atau Wifi
- Pilih Device klik communication
- Masukkan type GPS pilih Bluetooth klik search pilih Bluetooth device
klik connect pastikan koneksi established.
23
- Masukkan type GPS pilih WIFI klik search pilih S321 Wifi access point
klik connect pastikan koneksi established.
24
- Klik Device Pilih Status Akan muncul details Satelites map Satelites info
SNR
- Pilih type tinggi receiver Vertikal Height – Masukkan tinggi antenna – Pilih Datalink
to Internal Network (Jika Simcard dimasukkan dalam receiver / Pilih Phone Network
25
jika Simcard dimasukkan kedalam Kontroller A5), Satelit GPS-Glonnass-Gallileo-
Beidou otomatis aktif jika kita enable, Enable aRTK juga diaktifkan.
- Klik Internal Network Set Ntrip Mode Select operator select Cors IP Server
Select Mount Point Masukan username dan password Klik OK
Name : Custom
IP : 202.162.221.12
Password: pln1
Mountpoint : RTCM3
6. Memulai Pengukuran
- Klik Survey klik point survey klik icon klik topo point
26
- Set Topo point setting dan save start collect point, klik set nama point, code,
tinggi pole – Klik ok dan point save
27
7. Export Data
- Klik Project klik file export Input nama file pilih type file yang diinginkan
(csv, dxf, dll)
- Bisa dalam format yang lain yang bisa dicustom klik export file succeeded,
sampai muncul successful file hasil export bisa dilihat difolder penyimpanan
surpad di controller A5
28
III.4. 8 Plotting dan Perhitungan Luas
III.4.8.1 Plotting Metode Pengikatan
Persiapkan data koordinat titik poligon lempar dan hasil pengukuran jarak- jarak bidang
dan software plottingnya yaitu AutoCAD Civil 3D 2018
1. Melakukan plotting titik poligon lempar pada software menggunakan data koordinat
a. Mengatur ukuran units dengan ketik pada command line ddunits
b. Mengatur simbol titik yang akan digunakan dengan ketik pada command line
ddtypes
c. Untuk memasukkan koordinatnya dengan ketik pada command line points
enter masukkan koordinat,misal 296392.1000 , 640594.7281 enter
d. Lakukan pada semua titik poligon lempar sehingga seperti dibawah ini
2. Melakukan plotting bidang bidang yang telah diukur dengan data jarak menggunakan
pita ukur. Prinsip ini untuk mendapatkan posisi titik yaitu dengan membuat 2 buah
29
lingkaran,dimana nanti saling berpotongan dan titik itu nantinya di bagian
perpotongannya
3. Ketik pada command line circleentermasukkan jarak titik acuan ke titik tanda
batas setiap bidangnya enter.
5. Agar terlihat kenampakan bidangnya maka hubungkan satu titik dengan titik lainnya
dengan melihat sketsa yang dibuat di lapangan. Cara menghubungkan satu titik
dengan yang lainnya yaitu dengan membuat garis di autocad dengan ketik di command
line pline arahkan pointer di titik awal, kemudian tarik dari titik awal ke titik
selanjutnyauntuk mengakhiri klik enter
30
Hasilnya seperti dibawah ini apabila antar titik sudah dihubungkan semua. Bidang yang
diukur akan terlihat
7. Mengatur warna sesuai dengan keinginan pengguna, maka hasil akhir dari plot data
pengikatan dengan metode trilaterasi seperti di bawah ini
31
III.4.8.2 Plotting Metode Polar
1. Persiapkan data koordinat titik poligon lempar dan hasil pengukuran jarak- jarak
bidang dan software plottingnya yaitu AutoCAD Civil 3D 2018
2. Melakukan plotting bidang bidang yang telah diukur dengan data azimuth dan jarak
menggunakan total station.
3. Ketik pada command line plineenterselect titik poligon lempar( dimana di
lapangan merupakan titik tempat berdiri alat
32
5. Tekan lagi enter.
6. Melakukan lankah yang sama untuk semua titik yang telah diukur di
lapangan,sehingga persebaran titik nya seperti berikut ini
7. Agar terbentuk sebuah bidang maka perlu menghubungkan titik satu dengan yang
dengan membuat garis di autocad dengan ketik di command line pline arahkan
pointer di titik awal, kemudian tarik dari titik awal ke titik selanjutnyauntuk
mengakhiri klik enter
Hasilnya seperti dibawah ini apabila antar titik sudah dihubungkan semua. Bidang
yang diukur akan terlihat
33
8. Melakukan langkah yang sama untuk objek jalan, dan hubungkan titik satu dengan
yang lain sehingga hasil akhirnya seperti berikut
34
3. Kemudian copy data tersebut ke dalam excel, hingga tampilannya seperti dibawah ini
4. Menggabungkan kolom east dan north menjadi 1 kolom XY, dengan memasukan
rumus sebagai berikut :
35
5. Setelah Menjadi satu kolom XY, koordinat tersebut dikopikan ke dalam notepad, lalu
titik koma (;) sebagai pemih antara X dan Y diubah menjadi koma (,) dan koma (,)
pada desimal diubah menjadi titik (.)
36
7. Lalu masukan data koordinat dari notepad ke dalam AutoCAD dengan cara Klik Draw
Point Multiple Point
8. Kemudian data tersebut dicopykan pada command line, maka hasilnya seperti dibwah
ini.
37
9. Lalu menghubungkan titik satu dengan titik lainnya dengan sebuah bidang sesuai
dengan sketsa yang telah digambar di lapangan. Maka hasilnya seperti di bawah ini
38
Luasan Pita Ukur Luasan Theodolite Luasan GNSS
Nama Bidang
(m2) (m2) (m2)
1. Peta bidang dibuat pada kertas krunkut A0 dengan ketentuan ukuran tertentu.
2. Peta bidang dilengkapi dengan informasi kelengkapan peta (judul, legenda, skala,
orientasi, petunjuk lembar peta, instansi, dsb)
3. Peta bidang dibuat dengan terlebih dahulu membuat bentuk muka peta dan grid.
4. Menggambar titik BM/poligon acuan dengan perbandingan ukuran sesuai koordinat
lembar peta TM-3.
5. Menggambar keseluruhan titik poligon.
6. Menggambar detil (bidang, bangunan, dan taman)
7. Memberi warna dan arsiran pada gambar.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
pengukuran bidang tanah, dikarena TDT orde- 3 yang berada dilokasi yang memiliki
jarak ± 500 meter untuk melakukan pengukuran maka dilakukanlah pengukuran RTM .
Pengamatan TDT orde – 3 yang dilakukan dengan metode statik jaring dengan lama
pengamatan antar baseline yaitu 45 menit yang diikatkan ke TDT orde -2 yang terletak
di depan DSSDI. Dari hasil pengamatan GNSS orde – 3 yang dilakukan terdapat 3 TDT
40
IV.2 Pengadaan Titik Orde 4 dengan Metode RTM (Ray Trace Method).
Pengukuran RTM mengacu pada TDT orde- 3 dan pembuatan sketsa titik yang akan
dilakukan pengukuran dengan jarak ± 150meter, sehingga titik RTM tersebut menjadi TDT
orde- 4 yang akan dijadikan sebagai titik ikat untuk pengukuran bidang tanah.
41
IV.3 Persebaran Titik Orde 3 dan Titik Orde 4.
Penggambaran bidang
menggunakan alat pita ukur
ini dengan memasukkan
nilai jarak pengikatan dari
titik TDT orde- 4 ke titik
bidang yang diukur.
42
d. Plotting Bidang dengan Data Pengukuran Metode Polar.
Penggambaran bidang
menggunakan alat
Thodeolit Dijital dengan
metode polar ini degan
memasukkan nilai jarak
dan sudut pengikatan dari
titik TDT orde- 4 ke titik
bidang yang diukur.
Penggambaran bidang
menggunakan alat GNSS
dengan metode RTK ini
degan memasukkan nilai
Koordinat X dan Y yang
dihasilkan dari server
BPN.
43
f. Plotting Jalan, Titik Orde 4, Titik Polygon Lempar
Dari gambar diatas terlihat bentuk jalan yang berada di sekitaran perumahan dosen.
Dari tabel diatas terdapat selisih nilai luas dari ketiga metode pengukuran dan ketiga jenis
alat yang digunakan pada saat pengukuran. Perbedaan ini disebabkan oleh ketelitian alat dan
cara pengukuran. Dari ketiga alat yang digunakan, yang memiliki akurasi lebih tinggi adalah
GNNS karena memiliki akurasi alat yang tinggi dan pada saat pengukuran memiliki akurasi
fix. Berikut ini perbandingan Luas Bidang Menggunakan 3 Metode.
44
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan mendapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
Dalam mengadakan TDT orde 3 alat yang digunakan adalah GNSS dengan metode
statik membentuk jaring. Dikarenakan hasil TDT Orde 3 belum mencakup seluruh
wilayah, maka diperlukan perapatan atau yang disebut TDT orde 4. Hasil pengukuran TDT
orde 4 dilakukan pengolahan menggunakan metode RTM (Rays Trace Metode). Untuk
mempermudah pengukuran bidang di lokasi 10 maka dilakukan pengadaan polygon
lempar karena kondisi lapangan yang sulit dijangkau oleh TDT orde 4.
Untuk melakukan pengukuran bidang di lokasi 10 dilakukan dengan tiga metode
meliputi metode pengikatan menggunakan pita ukur, metode polar menggunakan
theodolite, dan metode GPS menggunakan GPS Geodetik. Dari ketiga metode yang
dilakukan diperoleh luas bidang yang berbeda – beda. Setelah dilakukan analisa, metode
yang paling akurat adalah metode GPS, karena ketilitian yang dihasilkan dalam fraksi
centimeter (cm).
45
DAFTAR PUSTAKA
Petunjuk Teknis PMNA/ KBPN Nomor 3 Tahun 1997 Materi Pengukuran Dan Pemetaan
Pendaftaran Tanah
http://www.google.co.id/amp/s/pengukurandasarbpnsulteng.wordpress.com/2011/02/16/buku
-peganganjuruukur/ , diakses pada tanggal 01 Desember 2018 pukul 20.45 WIB.
46