Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Diera moderen ini kebutuhan manusia yang semakin kompleks perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang semakin pesat. Perkembangan informasi tentang bumi
atau geospasial ini juga semakin besar. Kebutuhan sumber daya manusia tentang keilmuan
penentuan posisi dalam muka bumi semakin besar. Untuk memenuhi kebutuhan itu, harus ada
disiplin ilmu khusus yang mengampu hal tersebut.

Geomatika merupakan disiplin yang terkait dengan proses pengumpulan, pengolahan,


penyimpanan, analisis, penyajian, aplikasi, dan distribusi data serta informasi kebumian secara
terintegrasi. Istilah geomatika mulai digunakan pada tahun 1975 oleh Dr. Bernard Dubuiosson
seorang ahli geodesi dan fotogrametri. Geomatika dapat disebut sebagai seni, sains dan
teknologi yang menyangkut pengelolaan informasi yang bereferensi geografi, termasuk di
dalamnya pengumpulan, penyimpanan, analisis, penyajian, dan diseminasi informasi. Ilmu
geomatika mencakup bidang kadaster, yaitu penentuan batas bidang tanah dan penggambaran
batas bidang tanah yang disajikan secara dijital.

Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, bidang informasi geospasial, seperti
kebijakan satu peta (One Map Policy) dan percepatan pendaftaran tanah mendapatkan
perhatian yang cukup signifikan. Pada Nawacita yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo
dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, kebijakan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui program land-reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 Juta Hektar.
Sejalan dengan program Nawacita, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional (ATR/BPN) mengeluarkan Peraturan Menteri ATR/BPN No. 12 Tahun 2017 tentang
Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) beserta petunjuk teknisnya dan
Peraturan Menteri ATR/BPN No. 33 Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi.
Melalui peraturan ini Kementrian ATR/BPN melakukan rekrutmen Surveyor Kadaster
Berlisensi (SK) dan Asisten Surveyor Kadaster Berlisensi (ASK) dalam skala besar pada kurun
waktu 2016 s.d. 2017.

Pendaftaran tanah secara sistematik merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
menggalakan pensertifikatan tanah sekaligus dapat melibatkan partisipasi aktif dari
masyarakat, khususnya pemegang hak atas tanah untuk bekerjasama dengan pemerintah.
1
Sasaran pendaftaran tanah secara sistematik adalah pendaftaran untuk hak atas tanah
yang belum bersertifikat melalui proses pemberian, pengakuan dan konversi hak atas
tanah dengan tetap berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah.

I.2. Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

Dapat menentukan bidang tanah sesuai dengan batas-batas tanah yang telah disepakati
dan menghasilkan luasan dari bidang tanah tersebut. Titik- titik batas bidang tanah
tersebut, nantinya bisa digunakan untuk rekontruksi batas guna untuk pemecahan sertifikat
dan mecarian batas bidang tanah jika ada titik yang hilang.

I.3. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat melakaukan pengukuran TDT orde – 3 dengan metode Jaring.


2. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran TDT orde – 4 dengan metode RTM (Rays
Trace Method).
3. Mahasiswa dapat memetakan bidang sesuai dengan area yang telah ditentukan.
4. Mahsiswa dapat mengukur bidang menggunakan 3 metode yaitu Polar, Pita ukur dan
GPS.
5. Mahasiswa dapat menghitung luas dari 3 metode yang digunakan untuk mengukur
bidang.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

II.1. Pendaftaran Tanah

Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara
terus menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-
bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertifikat sebagai surat
tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada hak tertentu yang
membebaninya (Sumarjono, 2009).
Pendaftaran berasal dari kata Cadaster (Bahasa Belanda kadaster) yaitu istilah untuk
record (rekaman), menunjukkan tentang luas, nilai dan kepemilikan atau lain – lain atas hak
terhadap suatu bidang tanah. Selain itu, pendaftaran berasal dari bahasa latin “Capilastrum”
yang berarti suatu register atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah Romawi. Dalam artian
yang tegas Cadaster adalah rekord (rekaman daripada lahan – lahan, nilai daripada tanah
dan pemegang haknya dan untuk kepentingan hukum lainnya) (Purba, 2006)
UUPA memberi pengertian pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 ayat (2) yaitu rangkaian
kegiatan yang meliputi :
1.) Pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah.
2.) Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak tersebut.
3.) Pembuktian surat – surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktiaan yang
kuat.

Kegiatan yang berupa pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah akan


menghasilkan pula peta-peta pendaftaran tanah dan surat ukur. Di dalam peta pendaftaran
tanah dan surat ukur akan diperoleh keterangan tentang letak, luas, dan batas-batas tanah
yang bersangkutan, sedangkan kegiatan yang berupa pendaftaran hak atas tanah dan
peralihan hak tersebut akan diperoleh keterangan-keterangan tentang status tanahnya,
beban-beban apa yang ada diatasnya, dan subyek dari haknya. Kegiatan terakhir dari
pendaftaran tanah adalah pemberian surat bukti atas tanah yang lazim disebut dengan
sertifikat.

3
II.2. Proyeksi Tranverse Mercator
Proyeksi Tranverse Mercator adalah proyeksi yang memiliki ciri-ciri silinder,
tranversal, conform dan menyinggung. Pada proyeksi ini secara geografis silindernya
menyinggung bumi pada sebuah meridian yang disebut meridian sentral. Pada meridian
sentral, faktor skala (k) adalah 1 (tidak terjadi distorsi). Perbesaran sepanjang meridian akan
semakin meningkat pada meridian yang semakin jauh dari meridian sentral kearah timur
maupun kearah barat. Perbesaran sepanjang paralel semakin akan meningkat pada lingkaran
paralel yang semakin mendekati equator. Dengan adanya distorsi yang semakin membesar,
maka perlu diusahakan untuk memperkecil distorsi dengan membagi daerah dalam zone-
zone yang sempit (daerah pada muka bumi yang dibatasi oleh dua meridian).
Lebar zone proyeksi TM biasanya sebesar 3º. Setiap zone mempunyai meridian sentral
sendiri. Jadi seluruh permukaan bumi tidak dipetakan dalam satu silinder.

Proyeksi Tranverse Mercator 3° (TM-3°)


Proyeksi TM-3° adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifat-sifat khusus.
Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi TM-3° adalah :
a. Proyeksi : Transverse Mercator dengan lebar zone 3°
b. Sumbu pertama (ordinat / Y) : Meridian sentral dari tiap zone
c. Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator
d.Satuan : Meter
e. Absis Semu (T) : 200.000 meter + X
f. Ordinat Semu (U) : 1.500.000 meter + Y
g. Faktor skala : 0,9999 (pada Meridian sentral)

Proyeksi TM-3° digunakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Proyeksi ini beracuan pada
Ellipsoid World Geodetic System 1984 ( WGS ‘84) yang kemudia disebut sebagai Datum
Geodesi Nasional 1995 (DGN ‘95)

II.3. Perencanaan dan Pengukuran Kerangka Kontrol Pengukuran (Poligon)

Pengukuran Titik Kontrol Horisontal

Metode yang dipakai dalam pembuatan kerangka peta adalah poligon, yang berupa
rangkaian dari titik kerangka peta menjadi segi banyak. Data yang diperlukan adalah sudut
dan jarak antar titik polygon serta azimut untuk menentukan koordinat planimetris diatas
permukaan bumi (X,Y ), yang digunakan sebagai kerangka peta ( Kerangka Kontrol
4
Horizontal ). Poligon tersebut mempunyai berbagai bentuk dan hitungan yang sederhana
serta dapat menyesuaikan kondisi dan topografi lapangan.

Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibedakan menjadi 3 macam :

1. Poligon tertutup
2. Poligon terbuka
3. Poligon bercabang

 Poligon Tertutup

Poligon tertutup adalah segi banyak yang terdiri atas rangkaian sudut dan sisi yang titik awal
dan titik akhirnya berimpit.

Keterangan gambar 1. Poligon tertutup:

α12 = Azimuth awal

d12, d23, ........., d71 = Panjang sisi Poligon.

β1, β2, β3, ......, β7 = Sudut-sudut dalam poligon.

Unsur-unsur yang diukur adalah :

1. Satu azimuth sisi polygon


2. Semua sudut dalam polygon
3. Semua sisi polygon

Pada poligon tertutup titik awal juga merupakan titik akhir poligon dan sudut jurusan awal

5
sama dengan sudut jurusan akhir, serta koordinat awal sama dengan koordinat akhir. Dengan
adanya ketentuan tersebut di atas, maka syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu
poligon tertutup adalah :

Σ ( βi ) = (n – 2) x 180
Σ ( di sin αi ) = 0
Σ ( di cos αi ) = 0

Tetapi pada umumnya hasil ukuran sudut dan jarak sisi poligon tidak bisa memenuhi ketiga
persyaratan tersebut di atas, sehingga agar dapat memenuhi ketiga persyaratan tersebut,
perlu ada besaran koreksi, yaitu :

Σ βi = ( n – 2 ) x 180 + fs
Σ (di Sin αi) = fx
Σ (di Cos αi) = fy

Dimana :
fs = kesalahan penutup sudut dalam polygon
fx = kesalahan penutup absis polygon
fy = kesalahan penutup ordinat polygon
di = panjang sisi poligon yang diukur
αi = azimut sisi-sisi polygon
βi = sudut-sudut dalam Poligon

II.4. Konsep penghitungan RTM


Metode ini menghitung koordinat titik perapatan antar 2 titik ikat orde tinggi dengan
melakukan pendekatan koordinatnya dari hasil memasukkan azimuth pendekatan dan
masuka data sudut serta jaraknya. Metode ini sebagaimana metode pengukuran polygon
terbuka terikat pada kedua titik ujungnya. Koordinat asli/ yang sebenarnya dihitung dari dua
titik ikat yang ada, kemudian itu diapakai untuk mengkoreksi azimuth pendekatan, sehingga
asimuthnya terkoreksi. Gambarnya sebagai berikut :

6
Gambar 2. Sketsa Poligon Ray Trace Methode

Adapun tahapan perhitungan dari polygon diatas adalah sebagai berikut :

1. Koreksi sudut poligon (bisa dilakukan bila poligon berbentuk tertutup)


2. Menghitung koordinat poligon dengan asimut sembarang (β)
3. Menghitung asimut AB dan AB’
4. Menghitung selisih asimut θ = As AB’-As AB
5. Menghitung asimut terkoreksi: α=β- θ
6. Menghitung koordinat poligon dengan asimut terkoreksi

II.5. Metode Pengikatan Detail


A. Metode Terestris
Pengukuran bidang tanah dengan cara terestris untuk pendaftaran tanah
sistematik maupun sporadik, adalah pengukuran secara langsung di lapangan dengan cara
mengambil data berupa ukuran sudut dan/atau jarak, yang dikerjakan dengan teknik
pengambilan data trilaterasi (jarak), triangulasi (sudut) atau triangulaterasi (sudut dan
jarak). Pengukuran bidang tanah pada prinsipnya dilaksanakan dalam sistem koordinat
nasional (TM-30). Apabila tidak memungkinkan sementara dapat dilaksanakan dengan
menggunakan sistem koordinat lokal yang kemudian harus ditransformasikan ke dalam
sistem koordinat nasional. Metode ini dibadi menjadi beberapa bagian, yaitu :

1. Metode Offset
Metode ini menggunakan alat utama yaitu beberapa pita ukur yang digunakan
dalam proses pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan mengikat titik detil pada
titik kerangka yang telah diketahui koordinatnya. Data yang di peroleh berupa data

7
jarak antar titik detil menuju titik ikat. Ada beberapa metode dalam metode offset
yaitu :

 Metode Siku-siku (Garis Tegak Lurus)


Pada Metoda ini setiap titik detail diproyeksikan siku-siku terhadap garis ukur
(yang menghubungkan dua titik kerangka dasar), kemudian diukur jarak-
jaraknya. Garis-garis aa’, bb’,cc’ dan dd’ adalah garis tegak lurus pada garis
ukur AB. Dengan mengukur jarak-jarak Aa’, a’d’, d’b’, b’c’, c’B, aa’, dd’,
bb’dan cc’, posisi titik-titik a, b, c dan d secara relatif dapat ditentukan/
digambarkan.

 Metode Interpolasi
Berbeda dengan cara siku-siku, pada metoda ini titik-titik detail diikat dengan
garis lurus pada garis ukur. Pengukuran dengan metoda ini dapat dibagi atas
dua cara yaitu dengan cara pengikatan pada sembarang titik dan cara
perpanjangan sisi.

 Metode Mengikat pada Titik Sembarang


Tentukan sembarang pada garis ukur AB titik-titik a’, a”, b’, b”, c’, c”
(usahakan agar segitiga-segitiga a’a”a, b’b”b, c’c”c merupakan segitiga sama
sisi atau sama kaki). Dengan mengukur jarak-jakak Aa’, Aa”, Ab’, Ab”, Ac’,
Ac”, Bc”, Bc’, Bb”,Bb’, Ba”, Ba’ dan a’a, a”a, b’b, b”b, c’c, c”c; maka posisi
titik-titik a, b, c dapat ditentukan/ digambarkan.

8
 Metode Perpanjangan Sisi
Cara yang lebih sederhana bila dilakukan dengan menarik garis lurus
(perpanjangan) dari detail-detail sampai memotong garis ukur AB. Garis da,
ab, cb dan dc diperpanjang sehingga memo- tong garis AB pada titik a’, b’,
c’dan d’. Ukur jarak-jarak : Aa’, Ab’, Ac’, Ad’, Bd’, Bc’, Bb’, Ba’ dan a’a, ad,
b’b, bc, c’b, ba, d’c, cd. Dari ukuran jarak-jarak tersebut diatas titik-titik a, b,
c, dapat ditentukan/ digambar.

 Metode Trilaterasi Sederhana


Cara trilaterasi sederhana pada prinsipnya mengikatkan titik-titik detail dari dua titik
tetap sehingga bidang tanah dapat digambarkan dengan baik dan benar. Pada gambar
dibawah ini, jarak yang diukur adalah jarak-jarak Aa, Ab, Ac, Ad; Ba, Bb, Bc, Bd.
Dengan demikian titil a, b, c dan d dapat digambarkan.

9
2. Metode Polar
Metode ini paling banyak digunakan dalam praktek, terutama untuk pengukuran
bidang tanah atau detail yang cukup luas ataupun detail yang tidak beraturan
bentuknya. Sesuai dengan alat yang digunakan bisa diunakan untuk alat ukur pita
ukur dan total station, dalam menentukan titik dengan metoda ini dapat dilakukan
dengan cara :
 Azimuth dan Jarak
Pengukuran azimuth titik detail dilakukan dari titik dasar tehnik yang telah
ada dan telah diketahui koordinatnya. Apabila detail yang akan diukur tidak
tersedia titik dasar tehniknya maka harus dibuatkan minimal 2 (dua) buah
titik dasar teknik sebagai titik ikat. Apabila lokasi yang akan diukur
mencakup wilayah yang agak luas atau detail bidang tanahnya sulit
diidentifikasi dari titik dasar tehnik, maka dibuat berupa poligon bantu yang
diikatkan pada titik dasar tehnik yang ada. Pengukuran jarak mendatar
dilakukan dengan menggunakan pita ukur atau EDM jarak dibaca minimal 2
kali, Pengukuran azimuth dilakukan 2 (dua) seri biasa dan luar biasa.

Pada gambar diatas, garis _______ merupakan garis pengukuran detail berupa
data azimuth, sedangkan jarak detail dan detail yang tidak dapat diamati
dengan alat optis diukur dengan pita ukur.

10
 Sudut dan Jarak
Metoda ini sama dengan pengukuran azimuth dan jarak, hanya data yang
didapat berupa sudut titik-titik detail yang diukur dari titik dasar teknik ata
upun dari titik poligon bantu (titik perapatan) yang telah diketahui
koordinatnya. Sedangkan pengukuran jarak datar dan pengukuran detail yang
tidak dapat diamati dilakukan dengan pita ukur atau total station. Detail
bangunan yang ingin digambarkan pada peta dilaksanakan dengan cara
terristis. Pengukuran jarak mendatar dilakukan dengan menggunakan pita
ukur atau total station. Jarak dibaca minimal 2 kali. Pengukuran sudut
dilakukan 2 (dua) seri biasa dan luar biasa.

A dan B = titik ikat yang diketahui koordinatnya

aAB = Azimuth dari titik ikat A ke B

a,b,c,dan d = titik batas bidang tanah yang terikat pada titik B

b1, b2, b3, dan b4 = Sudut rincikan di titik B terhadap titik batas bidang

d1, d2, d3, dan d4 = jarak rincikan dari titik B terhadap titik batas bidang

Menentukan koordinat titik batas bidang tanah :

aBa = { aAB + b1 } + 180

Xa = XB + d1 sin aBa

Ya = YB + d1 cos aBa

11
B. Metode Fotogrametris
Pengukuran bidang tanah dengan metode fotogrametris hanya melakukan
pengecekan terhadap bidang tanah yang telah diukur dengan foto atau citra sesuai dengan
lokasi dimana dilakukannya pengukuran tersebut (penyesuaiyan bentuk hasil ukuran
dengan hasil nyata dilapangan).

C. Metode Pengamatan GPS


Pengukuran bidang tanah yang dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan
GPS dapat dilakukan dengan metode polar dari dua titik dasar teknik atau titik ikat yang
telah diketahui koordinatnya, metode yang digunakan adalah real time kinematic.
Posisi suatu titik batas ditentukan oleh receiver GPS yang bergerak dari satu titik
batas ke titik batas lainnya, dimana pada setiap titiknya receiver GPS yang bersangkutan
diam beberapa saat untuk melakukan pengamatan GPS. Metode pangamatan ini
digunakan untuk koordinat dari titik-titik batas yang relatif banyak dengan jarak yang
relatif dekat satu sama lainnya yang berada pada daerah terbuka. koordinat titik-titik
batas ditentukan setelah pengamatan selesai dilakukan (metode post processing).
Sesi pengamatan pada setiap titik batas 5 – 10 menit. Prosedur pengumpulan data di
lapangan seperti metode kinematik. Gunakan 2 set receiver GPS dan lebih diutamakan
untuk receiver GPS yang dapat menangkap 2 frekuensi L1 dan L2. Satu receiver
digunakan sebagai pemantau referensi station yang didirikan pada titik ikat dan satu
receiver lainnya digunakan sebagai rover receiver yang bergerak dari satu titik batas ke
titik batas lainnya.
Agar Pengamatan sinyal satelit GPS yang dilakukan oleh rover station dari satu titik
batas ke titik batas lainnnya tidak terputus. Lama pengamatan tergantung pada panjang
baseline, jumlah satelit, serta geometri satelit. Lakukan pengamatan data fase dan
ambiguitas fase pada titik ikat harus ditentukan sebelum rover receiver bergerak. Jika
pada epoch tertentu selama rover receiver bergerak terjadi cycle slip, maka rover station
harus melakukan inisialisasi kembali dan kemudian bergerak lagi.

12
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

III.1 Waktu Pelaksanaan Praktikum


III.1.1 Praktikum
Praktikum Pemetaan Kadastral Pengukuran Bidang dilakukan oleh tiap-tiap kelompok
selama satu semester dimulai dari Rabu, 29 Agustus 2018 sampai dengan Rabu,21 November
2018 mulai pukul 08.00 WIB – 15.00 WIB.
III.1.2 Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan dilakukan oleh tiap kelompok sebagai bentuk pertanggung jawaban
setelah melakukan praktikum pada tanggal 14 November 2018 – 31 November 2018
III.2 Tempat Pelaksanaan Praktikum
III.2.1 Praktikum
Pemetaan Kadastral Pengukuran Bidang dilakukan oleh tiap-tiap kelompok di sekitar
Kecamatan Mlati dan Kecamatan Caturtunggal. Pada praktikum pemetaan kadastral ini,
kelompok kami berlokasi di Desa Sinduadi,Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman,Yogyakarta
III.2.2 Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan dilakukan oleh tiap kelompok di Kantor Pusat Fakultas Teknik dan
rumah mahasiswa
III.3 Alat dan Bahan
Praktikum Pemetaan Kadastral Pengukuran Bidang memerlukan alat dan bahan yang
digunakan selama praktikum, antara lain :
1. GNSS Hemisphere ( 1 set)
2. Total Station SOKKIA SET 550x (1 set)
3. Theodolite Digital
4. Pita Ukur
5. Rambu ukur
6. Rol meter
7. Prisma Standar
8. Statif
9. Tripod alumunium
10. Unting-unting

13
11. Lembar Kerja atau formulir data
12. Kertas sketsa
13. Alat tulis
14. Kertas Krunkut A0 untuk plotting peta
III.4 Langkah Kerja
Pelaksanaan praktikum pemetaan kadastral ini dibagi menjadi beberapa lingkup kegiatan
selama satu semester ini. Lingkup kegiatannya, antara lain :
III.4. 1 Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan pemetaan
atau pengukuran di suatu lokasi. Tujuannya untuk mengetahui keadaan sekitar lokasi sehingga
dapat dapat menetukan alat apa saja yang digunakan dan metode apa saja yang akan digunakan.
Adapun kegiatan survey pendahuluan meliputi :
1. Survey pendahuluan diawali dengan mendatangi lokasi lokasi yang akan dipetakan
2. Melakukan perencanaan pemasangan titik dasar teknik sesuai dengan kondisi sekitar
3. Melakukan perencanaan batas batas setiap bidang daerah pengukuran
4. Melakukan survey kondisi dan bentuk medan serta variasi tata ruang pada lokasi
survey
5. Mendesain sebaran titik kerangka dasar pemetaan detail situasi
6. Memasang titik orde 3 yang telah direncanakan
7. Menentukan alat,bahan serta metode yang digunakan untuk pengukuran TDT Orde
3
8. Melakukan perencanaan titik dasar orde 4 dan memasang titik yang telah
direncanakan
9. Menentukan alat,bahan serta metode yang digunakan untuk pengukuran TDT Orde
4
10. Merencanakan titik poligon lempar kelompok dan pembuatan sketsa bidang
kelompok
11. Pemasangan titik poligon yang akan digunakan sebagai titik bantu serta menentukan
metode yang akan digunakan
12. Menentukan batas- batas bidang yang akan diukur

14
III.4. 2 Pengukuran Titik Dasar Teknik Orde 3

Penentuan lokasi TDT Orde 3 harus diperhatikan dengan seksama. Setelah posisi
TDT Orde 3 telah fix, selanjutnya adalah memasang patok kayu sebagai tanda titk
tersebut. Setelah itu dilaksanakan pengukuran posisi TDT orde 3 dengan menggunakan
alat GNSS dengan metode statik. Selama pengukuran berlangsung juga dilakukan
pencatatan di buku tugu orde 3.
Pengukuran TDT orde 3 menggunakan metode statik dibagi menjadi 2 sesi.
Berikut adalah langkah pengukuran TDT orde 3 menggunakan GPS Leica
1. Melakukan pemasangan alat/instalasi alat di atas titik TDT orde 3 yang akan diukur
dan Titik dengan orde yang lebih tinggi. Pada praktikum ini menggunakan TDT
boulvard
2. Melakukan sentering dan sumbu I vertikal dan mengukur tinggi alat secara slant
menggunakan rol meter
3. Membuat job dan melakukan pengaturan sistem koordinat yang akan digunakan.
Klik Jobs & Data  New Job.

4. Melakukan pengaturan parameter seperti :


a. Nama, deskripsi,pembuat, dan lokasi penyimpanan Job
b. Pada Tab “General”, isi nama, deskripsi, pembuat dan tempat penyimpanan Job.
5. Sistem Koordinat
Pada tab “Coord System”, klik panah kebawah (dropdown)  New  atur nama
system koordinatnya, kemudian ellipsoid acuan dan proyeksinya  klik OK 
Store.
6. Atur mengenai penyimpanan otomatis data, maupun kriteria sebelum data itu
disimpan.

15
7. Pada quality control, beri tanda centang pada “Automatically Store point”, tanda
centang tersebut mempunyai maksud bahwa pada saat setelah selesai mengukur,
kemudian menekan stop dan data akan otomatis tersimpan.

8. Pada menu antenna height masukkan tinggi GPS

9. Melakukan pengukuran GPS untuk sesi 1 dengan metode static. Lama pengamatan
selama 1 jam tiap sesinya.

10. Melakukan langkah 1 – 6 untuk pengukuran sesi 2

16
III.4. 3 Pengukuran Titik Dasar Teknik Orde 4 dan Pengolahan Datanya
III.4.3.1 Pengukuran Titik Dasar Teknik Orde 4
Dalam praktikum pemetaan kadastral ini diperlukan adanya titik Orde 3 untuk
melakukan pemetaan atau pengukuran bidang tanah, dikarena titik Orde 3 yang berada
dilokasi terlalu jauh untuk melakukan pengukuran maka dilakukanlah pengukuran RTM
atau mendekatkan titik orde 3 agar dapat dilakukan pengukuran. Berikut cara kerjanya:
1. Setelah diperoleh 2 titik orde 3, maka dilakukan pengukuran RTM dengan acuan orde
3. membuat sketsa titik yang akan dibuat, sejauh +- 150m atau sesuai kondisi
lapangan, kemudian tandai dengan paku ataupun alat lainnya.
2. Kemudian dirikan alat dititik pertama yang akan diukur, lakukan setting alat pada titik
tersebut misal titik A
3. Pasang kaki 3 dan prisma dititik Orde 3 dan juga pasang kaki 3 dan prisma dititik yang
akan diukur/ titik RTM berikutnya misal titik B. Atur konstanta prisma nya.
4. Setelah ketiga alat didirikan dimasing- masing titik, lakukan pengukuran dari titik A,
lakukan pengukuran bacaan arah horisontalnya. Arahkan teropong ke titik Orde 3,
setelah tepat kunci klem horisontal, pilih MSR 1 untuk merekam data, catat baca
bacaan horisontal dalam keadaaan F1 dan F2. Membaca jarak antara titik A ke Orde
-3
5. Setelah itu buka klem horisontal arahkan teropong ke titik B, kunci klem horisontalnya
tekan MSR 1, baca arah horisontal B dalam keadaan F1 dan F2. serta jarak titik.
6. Setelah selesai 2 titik tersebut putar tropong 180 derajad untuk melakukan pengukuran
kedua terhadap titik yang sama atau sering disebut 2 seri rangkap. Lakukan
pengukuran yang sama dengan cara 4 dan 5, maka akan mendapat 8 bacaan arah
horisontal B dan Orde 3, dengan rincian 4 bacaan F1 dan 4 bacaan F2.
7. Melakukan pengukuran sudut terhadap semua titik RTM yang akan dibuat dengan cara
yang sama, maka data yang diperlukan untuk perhitungan RTM nantinya adalah data
ukuran horisontal masing masing titik yang akan dihitung sudutnya serta data jarak
masing- masing sisi.
8. Lakukan pengukuran azimuth dari arah utara ke titik pertama.

III.4.3.2 Pengolahan Titik Dasar Teknik Orde 4


Setelah didapat data sudut, azimuth dan jarak dari masing masing titik RTM maka
dilakukan perhitungan koordinat agar dapat digunakan sebagai dasar pengukuran bidang,
adapun caranya sebagai berikut:

17
1. Mengitung masing- masing sudut yang didapat.
2. Melakukan perhitungan alfa (azimuth) masing masing titik dengan azimuth ukuran,
dengan rumus:
Azimuth AB= (azimuth awal+180 derajad- sudut AB)
Hitung terhadap semua titik.
3. Melakukan perhitungan d sin azimuth dan d cos azimuth untuk mengetahui absis dan
ordinat, dengan rumus:
4. Melakukan perhitungan koordinat awal masing- masing titik dari data d sin alfa dan d
cos alfa, dengan rumus:
XA = X+ d sin Azimuth AB
YA = Y+ d cos Azimuth AB
5. Maka akan didapat data koordinat masing- masing titik, akan tetapi dari data tersebut
masing ada kesalahan sudut dan jarak, maka diperlukan perhitungan selanjutnya.
6. Kemudian lakukan pengurangan atau selisih azimuth, antara azimuth hitungan 1
dengan azimuth hitungan titik orde 3. dengan cara:
Delta Azimuth = Azimuth hitungan 1 - azimuth hitungan titik orde 3
Azimuth = Arc tan (( X1-X2)/(Y1-Y2))
7. Setelah didapat selisih azimuth, lakukan perhitungan bowdith. Yang pertama lakukan
koreksi azimuth tiap tiap titik dengan +- delta azimuth. Dengan rumus:
Azimuth AB= (azimuth awal+180 derajad- sudut AB) ± delta azimuth
8. Melakukan perhitungan d sin azimuth dan d cos azimuth dengan azimuth yang baru.
9. Melakukan perhitungan koreksi d sin a dan d cos a, dengan rumus:
Ʃ d sin azimuth = ( X2 orde 3 -X1 orde 3)±fx
Ʃ d cos azimuth = ( Y2 orde 3-Y1 orde 3)±fy
10. Melakukan perhitungan koordinat lanjutan masing- masing titik yang mana akan
digunakan sebagai titik koordinat yang benar. Dengan rumus:
XA’= X+ d sin Azimuth AB±FX
YA’= Y+ d cos Azimuth AB±FY
11. Maka koordinat ini sudah benar.

III.4. 4 Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal


Pengukuran poligon lempar ini dilakukan sebagai metode untuk pengukuran titik
bidang tanah yang sulit dijangkau dari titik RTM. Akan tetapi akurasi yang didapat sangat
rendah. Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut:

18
1. Membuat sketsa poligon lempar, poligon ini dapat diukur dengan 2 titik yang diketahui
koordinatnya. Misal RTM 1 dan 2.
2. Melakukan pemasangan alat ukur dititik RTM 2 sebagai station/ tempat berdirinya alat
dan kaki 3 serta prisma di titik RTM 1 sebagai backsight.
3. Memasang kaki 3 dan prisma dititik poligon lempar 1 atau titik A. kemudian lakukan
setting alat terlebih dahulu.
4. Setelah alat sudah siap untuk mengukur dititik RTM 2, tekan menu STN >> masukkan
koordinat X2 dan Y2, ukur tinggi alat juga untuk diinputkan. Setelah selesai tekan
OK. Maka alat akan meminta menunjukkan backsightnya, pilih backsight yang akan
digunakan X,Y,Z atau azimuth.
5. Pilih backsight Koordinat X,Y,Z. arah kan teropong ketitik tersebut, masukkan X1 dan
Y1 serta tinggi alatnya. Kemudian tekan MSR1 untuk merekam data backsight dan
tersimpan.
6. Ketika sudah selesai, arahkan teropong ke titik poligon lempar tepatkan garis bidik
ditengan prisma, setelah tepat tekan MSR1 untuk merekam data.
7. Catat data XYZ dari titik poligon lempar yang dibuat, maka titik tersebut sudah
diketahui koordinatnya. Sehingga dapat digunakan untuk melakukan pengukuran
bidang.
8. Lakukan pembuatan poligon lempar pada lokasi yang diperlukan dengan cara yang
sama.

III.4. 5 Pengukuran Bidang Metode Pengikatan


1. Pengukuran bidang tanah dilakukan pada bidang tanah yang sudah dilakukan
pemasangan tanda batas oleh kelompok
2. Pengukuran metode pita ukur ini secara umum dibagi menjadi 2 metode yaitu
penyikuan dan pengikatan. Pengikatan sendiri dibagi menjadi beberapa metode lagi.
Pada pengukuran bidang kelompok menggunakan metode trilaterasi sederhana
3. Metode trilaterasi prinsipnya pengikatan titik bidang pada dua buah titik tetap atau
titik kerangka pemetaan,sehingga posisi titik dapat digambarkan dengan prinsip
pemotongan ke muka secara grafis, misal seperti gambar di bawah ini

19
4. Pengukurannya dengan menarik pita ukur dari titik 1a (titik poligon lempar) dengan
bacaan nol ke titik 2,lihat bacaan pita ukur yang tertera tepat pada titik 1, misal 33,214
meter ,sehingga diperoleh jarak 1a2.
5. Melakukan pengukuran dari titik 1a ke titik lainnya seperti titik 3 sehingga diperoleh
jarak 1a3
6. Kemudian menarik pita ukur dari titik 2b(titik poligon lempar) dengan bacaan nol ke
titik 2,lihat bacaan di pita ukur yang tertera tepat pada titik 2,misal 49,550 meter maka
jarak 2b2 sudah diketahui. Lakukan juga ke titik 3 sehingga diperoleh titik 2b3
7. Dengan data tersebut maka kedua titik dapat ditentukan posisinya secara relatif
terhadap garis 1a2b
8. Pengukuran menggunakan metode ini,usahakan titik yang akan diukur dapat terlihat
minimal 2 buah titik acuan(titik poligon lempar)
9. Setiap pengukuran bidang tanah harus dibuatkan gambar ukurnya.
III.4. 6 Pengukuran Bidang Metode Polar

1. Siapkan catatan , daftar pengukuran dan buat sketsa lokasi areal yang akan diukur.
2. Tancapkan patok pada titik-titik batas areal yang akan dibidik.
3. Dirikan bak ukur ditempat yang diinginkan.
4. Lakukan penyetelan alat (PPD) sampai didapat kedataran.
5. Stel Nifo tabung dengan cara
a) Putarlah sekru A, dan B bersama-sama hingga gelembung berada seperti gambar a
b) Putarlah sekrup C kekiri atau kekanan hingga gelembung nivo berada di tengah
(gambar b)

20
Gambar a Gambar b

6. Cari arah utara dengan kompas, lalu arahkan teodolit kea rah utara.
7. Arahkan teropong pesawat ke titik P1, baca BA, BT, BB dan sudut horisontalnya.
8. Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik berikutnya.
9. Ukur tinggi pesawat dengan roll meter.
10. Lakukan perhitungan jarak.
Langkah Perhitungan
Jarak Optis ( do )
Syarat bacaan bak ukur :
BA + BB = 2 BT atau BA – BT = BT – BB
do = ( BA-BB) x 100
10. Lakukan cara c dan d sampai semua data di dapatkan.

III.4. 7 Pengukuran Bidang Metode GPS


1. Nyalakan Kontroller, kemudian buka software Surpad.

2. Pembuatan JOB / Project


- Pilih Select Project Manager  Klik New Project ( Jika sudah ada projectnya, Klik
tahan Projectnya trus OK)

21
- Ketik nama project, coordinat system yang digunakan, operator (Nama Surveyor) dan
type GPS (S321), klik OK jika kita akan membuat sistem proyeksi baru.

- Kemudian akan muncul Coordinates System paramete  Klik Predefined Projections

- Cari dan Pilih zone sesuai dengan lokasi pengukuran kita (Contoh : WGS84/Zone
49S)- Klik OK.

22
3. Setting koneksi Bluetooth atau Wifi
- Pilih Device  klik communication

- Masukkan type GPS  pilih Bluetooth  klik search  pilih Bluetooth device 
klik connect  pastikan koneksi established.

23
- Masukkan type GPS  pilih WIFI  klik search  pilih S321 Wifi access point 
klik connect  pastikan koneksi established.

4. Tampilan Information Device


- Klik Device  pilih Information  akan muncul Device Information  Network
Info  Radio Info  Antenna dan info lain.

24
- Klik Device  Pilih Status  Akan muncul details  Satelites map  Satelites info
 SNR

5. Setting Rover Receiver NTRIP / CORS


- Klik Working Mode  Klik Rover

- Pilih type tinggi receiver Vertikal Height – Masukkan tinggi antenna – Pilih Datalink
to Internal Network (Jika Simcard dimasukkan dalam receiver / Pilih Phone Network

25
jika Simcard dimasukkan kedalam Kontroller A5), Satelit GPS-Glonnass-Gallileo-
Beidou otomatis aktif jika kita enable, Enable aRTK juga diaktifkan.

- Klik Internal Network  Set Ntrip Mode  Select operator  select Cors IP Server
 Select Mount Point  Masukan username dan password  Klik OK

Connect Mode : NTRIP

Name : Custom

IP : 202.162.221.12

Port : 2101 User : pln1

Password: pln1

Mountpoint : RTCM3
6. Memulai Pengukuran
- Klik Survey  klik point survey  klik icon  klik topo point

26
- Set Topo point setting dan save  start collect point, klik  set nama point, code,
tinggi pole – Klik ok dan point save

27
7. Export Data
- Klik Project  klik file export  Input nama file  pilih type file yang diinginkan
(csv, dxf, dll)

- Bisa dalam format yang lain yang bisa dicustom  klik export file succeeded,
sampai muncul successful  file hasil export bisa dilihat difolder penyimpanan
surpad di controller A5

28
III.4. 8 Plotting dan Perhitungan Luas
III.4.8.1 Plotting Metode Pengikatan
Persiapkan data koordinat titik poligon lempar dan hasil pengukuran jarak- jarak bidang
dan software plottingnya yaitu AutoCAD Civil 3D 2018
1. Melakukan plotting titik poligon lempar pada software menggunakan data koordinat
a. Mengatur ukuran units dengan ketik pada command line  ddunits

b. Mengatur simbol titik yang akan digunakan dengan ketik pada command line 
ddtypes
c. Untuk memasukkan koordinatnya dengan ketik pada command line  points
enter masukkan koordinat,misal 296392.1000 , 640594.7281 enter

d. Lakukan pada semua titik poligon lempar sehingga seperti dibawah ini

2. Melakukan plotting bidang bidang yang telah diukur dengan data jarak menggunakan
pita ukur. Prinsip ini untuk mendapatkan posisi titik yaitu dengan membuat 2 buah

29
lingkaran,dimana nanti saling berpotongan dan titik itu nantinya di bagian
perpotongannya
3. Ketik pada command line circleentermasukkan jarak titik acuan ke titik tanda
batas setiap bidangnya enter.

4. Plot semua titik bangunan sehingga tampilannya seperti dibawah ini

5. Agar terlihat kenampakan bidangnya maka hubungkan satu titik dengan titik lainnya
dengan melihat sketsa yang dibuat di lapangan. Cara menghubungkan satu titik
dengan yang lainnya yaitu dengan membuat garis di autocad dengan ketik di command
line pline arahkan pointer di titik awal, kemudian tarik dari titik awal ke titik
selanjutnyauntuk mengakhiri klik enter

30
Hasilnya seperti dibawah ini apabila antar titik sudah dihubungkan semua. Bidang yang
diukur akan terlihat

6. Melakukan langkah yang sama untuk objek jalan

7. Mengatur warna sesuai dengan keinginan pengguna, maka hasil akhir dari plot data
pengikatan dengan metode trilaterasi seperti di bawah ini

31
III.4.8.2 Plotting Metode Polar
1. Persiapkan data koordinat titik poligon lempar dan hasil pengukuran jarak- jarak
bidang dan software plottingnya yaitu AutoCAD Civil 3D 2018
2. Melakukan plotting bidang bidang yang telah diukur dengan data azimuth dan jarak
menggunakan total station.
3. Ketik pada command line plineenterselect titik poligon lempar( dimana di
lapangan merupakan titik tempat berdiri alat

4. Pada command line akan muncul permintaan Specify next point or


[Arc/Halfwidth/Length/Undo/Width], masukkan data dengan format
@23.280<218d416’25” > enter.

32
5. Tekan lagi enter.
6. Melakukan lankah yang sama untuk semua titik yang telah diukur di
lapangan,sehingga persebaran titik nya seperti berikut ini

7. Agar terbentuk sebuah bidang maka perlu menghubungkan titik satu dengan yang
dengan membuat garis di autocad dengan ketik di command line pline arahkan
pointer di titik awal, kemudian tarik dari titik awal ke titik selanjutnyauntuk
mengakhiri klik enter

Hasilnya seperti dibawah ini apabila antar titik sudah dihubungkan semua. Bidang
yang diukur akan terlihat

33
8. Melakukan langkah yang sama untuk objek jalan, dan hubungkan titik satu dengan
yang lain sehingga hasil akhirnya seperti berikut

III.4.8.3 Plotting Metode GPS


1. Membuka file yang telah diunduh menggunakan notepad ++

2. Maka tampilannya sebagai berikut

34
3. Kemudian copy data tersebut ke dalam excel, hingga tampilannya seperti dibawah ini

4. Menggabungkan kolom east dan north menjadi 1 kolom XY, dengan memasukan
rumus sebagai berikut :

“=CONCATENATE(C2;";";D2), dimana C2 adalah East dan D2 sebagai North.”

Hasilnya seperti di bawah ini :

35
5. Setelah Menjadi satu kolom XY, koordinat tersebut dikopikan ke dalam notepad, lalu
titik koma (;) sebagai pemih antara X dan Y diubah menjadi koma (,) dan koma (,)
pada desimal diubah menjadi titik (.)

6. Membuka Autocad yang telah terinstall di laptop

36
7. Lalu masukan data koordinat dari notepad ke dalam AutoCAD dengan cara Klik Draw
 Point  Multiple Point

8. Kemudian data tersebut dicopykan pada command line, maka hasilnya seperti dibwah
ini.

37
9. Lalu menghubungkan titik satu dengan titik lainnya dengan sebuah bidang sesuai
dengan sketsa yang telah digambar di lapangan. Maka hasilnya seperti di bawah ini

III.4.8.4 Perhitungan Luas


1. Membuka software Autocad
2. Membuka semua hasil plotting ketiga metode, kemudian lakukan digitasi per bidang
dengan ketik command line “pline.
3. Untuk menghitung luas nya yaitu dengan ketik command line area select object(
bidang)  enter
4. Maka akan terdapat hasil area dan length, untuk luas maka baca hasil area

38
Luasan Pita Ukur Luasan Theodolite Luasan GNSS
Nama Bidang
(m2) (m2) (m2)

Bidang 1 735.410 736.524 735.851

Bidang 2 503.708 504.638 505.929

Bidang 3 651.767 651.596 654.627

Bidang 4 996.763 992.087 994.958

Bidang 5 1143.520 1149.168 1148.686

III.4. 9 Pembuatan Peta Bidang

1. Peta bidang dibuat pada kertas krunkut A0 dengan ketentuan ukuran tertentu.
2. Peta bidang dilengkapi dengan informasi kelengkapan peta (judul, legenda, skala,
orientasi, petunjuk lembar peta, instansi, dsb)
3. Peta bidang dibuat dengan terlebih dahulu membuat bentuk muka peta dan grid.
4. Menggambar titik BM/poligon acuan dengan perbandingan ukuran sesuai koordinat
lembar peta TM-3.
5. Menggambar keseluruhan titik poligon.
6. Menggambar detil (bidang, bangunan, dan taman)
7. Memberi warna dan arsiran pada gambar.

39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pengadaan Titik Orde- 3.

Praktikum ini diperlukan TDT orde- 3 untuk melakukan pemetaan atau

pengukuran bidang tanah, dikarena TDT orde- 3 yang berada dilokasi yang memiliki

jarak ± 500 meter untuk melakukan pengukuran maka dilakukanlah pengukuran RTM .

Pengamatan TDT orde – 3 yang dilakukan dengan metode statik jaring dengan lama

pengamatan antar baseline yaitu 45 menit yang diikatkan ke TDT orde -2 yang terletak

di depan DSSDI. Dari hasil pengamatan GNSS orde – 3 yang dilakukan terdapat 3 TDT

yang memiliki akurasi rata-rata 0,8 mm dan kerapatan antar titik .

a. Persebaran Titik Orde 3.

b. Daftar Koordinat Orde 3.

Tabel Koordinat Orde 3 dalam UTM

Tabel Koordinat Orde 3 dalam TM 30

40
IV.2 Pengadaan Titik Orde 4 dengan Metode RTM (Ray Trace Method).

Pengukuran RTM mengacu pada TDT orde- 3 dan pembuatan sketsa titik yang akan

dilakukan pengukuran dengan jarak ± 150meter, sehingga titik RTM tersebut menjadi TDT

orde- 4 yang akan dijadikan sebagai titik ikat untuk pengukuran bidang tanah.

Sketsa Titik Orde 4

TDT orde -3 berwarna merah dan TDT orde -4 berwarna hitam.

c. Daftar Koordinat Titik Orde 4.

Gambar disamping merupakan daftar nilai


koordinat yang telah diubah sistem
koordinatnya dari UTM menjadi TM 30

41
IV.3 Persebaran Titik Orde 3 dan Titik Orde 4.

Praktikum ini menghasilkan beberapa bagian kluster yang berdasarkan penempatan


TDT orde -3 dan kelompok 10 berada pada kluster utara. Pada kluster ini terdapat 2 TDT orde
– 3 dan 9 TDT orde – 4, dimana titik - titik tersebut digunakan oleh beberapa kelompok untuk
melakukan pengikatan pada bidang masing- masing.

IV.4 Hasil Bidang.

a. Plotting Bidang dengan Data Pengukuran Alat Pita Ukur.

Penggambaran bidang
menggunakan alat pita ukur
ini dengan memasukkan
nilai jarak pengikatan dari
titik TDT orde- 4 ke titik
bidang yang diukur.

42
d. Plotting Bidang dengan Data Pengukuran Metode Polar.

Penggambaran bidang
menggunakan alat
Thodeolit Dijital dengan
metode polar ini degan
memasukkan nilai jarak
dan sudut pengikatan dari
titik TDT orde- 4 ke titik
bidang yang diukur.

e. Plotting Bidang dengan Data Pengukuran Metode GPS.

Penggambaran bidang
menggunakan alat GNSS
dengan metode RTK ini
degan memasukkan nilai
Koordinat X dan Y yang
dihasilkan dari server
BPN.

43
f. Plotting Jalan, Titik Orde 4, Titik Polygon Lempar

Dari gambar diatas terlihat bentuk jalan yang berada di sekitaran perumahan dosen.

Dari tabel diatas terdapat selisih nilai luas dari ketiga metode pengukuran dan ketiga jenis
alat yang digunakan pada saat pengukuran. Perbedaan ini disebabkan oleh ketelitian alat dan
cara pengukuran. Dari ketiga alat yang digunakan, yang memiliki akurasi lebih tinggi adalah
GNNS karena memiliki akurasi alat yang tinggi dan pada saat pengukuran memiliki akurasi
fix. Berikut ini perbandingan Luas Bidang Menggunakan 3 Metode.

44
BAB V
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan mendapatkan kesimpulan sebagai
berikut:

Dalam mengadakan TDT orde 3 alat yang digunakan adalah GNSS dengan metode
statik membentuk jaring. Dikarenakan hasil TDT Orde 3 belum mencakup seluruh
wilayah, maka diperlukan perapatan atau yang disebut TDT orde 4. Hasil pengukuran TDT
orde 4 dilakukan pengolahan menggunakan metode RTM (Rays Trace Metode). Untuk
mempermudah pengukuran bidang di lokasi 10 maka dilakukan pengadaan polygon
lempar karena kondisi lapangan yang sulit dijangkau oleh TDT orde 4.
Untuk melakukan pengukuran bidang di lokasi 10 dilakukan dengan tiga metode
meliputi metode pengikatan menggunakan pita ukur, metode polar menggunakan
theodolite, dan metode GPS menggunakan GPS Geodetik. Dari ketiga metode yang
dilakukan diperoleh luas bidang yang berbeda – beda. Setelah dilakukan analisa, metode
yang paling akurat adalah metode GPS, karena ketilitian yang dihasilkan dalam fraksi
centimeter (cm).

V.2. Kritik dan Saran

a) Sebaiknya pemantauan dari pihak pembimbing khususnya dalam pelaksanaan


praktikum kadastral ini lebih ditingkatkan, sehingga mahasiswa yang menemukan
kesulitan dapat konsultasi secara langsung dengan pembimbing, untuk itu
kedepannya diharapkan pihak pembimbing meninjau langsung dilapangan.
b) Sebaiknya dosen pengampu praktikum dan asisten dosen memberikan penjelasan
terkait pelaksanaan praktikum, pembuatan laporan, dan pembuatan peta sehingga
mahasiswa tidak kesulitan dalam pembuatan laporan dan peta.
c) Terbatasnya peralatan praktikum sehingga dapat mengganggu jalannya praktikum.

45
DAFTAR PUSTAKA

Petunjuk Teknis PMNA/ KBPN Nomor 3 Tahun 1997 Materi Pengukuran Dan Pemetaan
Pendaftaran Tanah

Juknis Pemetaan BPN Tahun 1998

http://mazprie82geodesi.blogspot.com/2010/11/kerangka-dasar-pemetaan.html , diakses pada


tanggal 01 Desember 2018 pukul 19.37 WIB.

http://www.google.co.id/amp/s/pengukurandasarbpnsulteng.wordpress.com/2011/02/16/buku
-peganganjuruukur/ , diakses pada tanggal 01 Desember 2018 pukul 20.45 WIB.

46

Anda mungkin juga menyukai