Anda di halaman 1dari 58

BAB 1

PENDAHULUAN
I.1. Sejarah Ilmu Ukur Tanah
Pengukuran-pengukuran diatas permukaan tanah sudah dimulai sejak munculnya
peradaban manusia. Yakni munculnya keinginan manusia untuk memiliki sesuatu yang
utama dan pertama adalah rumah. Maka dimulailah adanya ukuran-ukuran tertentu dalam
hal kepemilikan lahan, yang masing-masing orang berbeda tergantung kedudukannya di
masyarakat. Pada masa itu tidak ada yang mempermasalahkan berapapun ukuran/luasnya.
Barulah pada masa kerajaan Mesir kuno mulai dikenal adanya pembagian lahan untuk
pertanian berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Pada saat Sungai Nil mulai surut orang
berebut untuk menanami lahan yang sudah kering, maka mulailah dikenal pengukuranpengukuran untuk membagi lahan untuk digarap. Pengukuran jarak tersebut menggunakan
sejenis panjangan tertentu yang kemudian dikenal dengan meter.
Di Indonesia tidak berbeda jauh. Disini dikenal panjangan dipa yaitu seukuran
lebar dada dan panjang tangan orang dewasa. ( 1 meter ), yang dipergunakan sejak Jaman
Kerajaan Mojopahit.
Disini ukuran panjang dipergunakan untuk pembagian lahan pertanian dan perikanan
disepanjang sungai bengawan solo dan sungai brantas serta siwakan yaitu pembagian
lahan untuk tambak di daerah sekitar kali porong. Dan dibeberapa tempat di P. Jawa, ukuran
ini masih berlaku.
Arti dari ilmu ukur tanah sendiri banyak definisinya tetapi secara garis besar adalah
suatu ilmu/metode untuk melakukan pekerjaan pengukuran diatas permukaan bumi dan
menggambarkannya diatas bidang datar yang disebut peta.
Membicarakan ilmu ukur tanah harus selalu menyinggung juga ilmu yang lebih
tinggi yaitu Geodesi, karena sebetulnya ilmu ukur tanah adalah bagian dari geodesi.
Apa itu Geodesi ?
Geodesi menurut pandangan awam adalah cabang ilmu geosains yang mempelajari
tentang pemetaan bumi. Geodesi adalah salah satu cabang keilmuan tertua yang
berhubungan dengan bumi.

Geodesi berasal dari bahasa Yunani, Geo () = bumi dan daisia / daiein () =
membagi, kata geodaisia atau geodeien berarti membagi bumi. Sebenarnya istilah
Geometri sudah cukup untuk menyebutkan ilmu tentang pengukuran bumi, dimana
geometri berasal dari bahasa Yunani, = geo = bumi dan metria = pengukuran.
Secara harafiah berarti pengukuran tentang bumi. Namun istilah geometri (lebih tepatnya
ilmu spasial atau keruangan) yang merupakan dasar untuk mempelajari ilmu geodesi telah
lazim disebutkan sebagai cabang ilmu matematika.
I.2. Definisi
Definisi Klasik
Menurut Helmert dan Torge (1880), Geodesi adalah Ilmu tentang pengukuran dan
pemetaan permukaan bumi yang juga mencakup permukaan dasar laut.
Definisi Modern
Menurut IAG (International Association Of Geodesy, 1979), Geodesi adalah
Disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengukuran dan perepresentasian dari Bumi dan
benda-benda langit lainnya, termasuk medan gaya beratnya masing-masing, dalam ruang
tiga dimensi yang berubah dengan waktu.
Pada laporan Dewan Riset Nasional Amerika Serikat, definisi Geodesi dapat dibaca
sebagai berikut: a branch of applied mathematics that determines by observations and
measurements the exact position of points and the figures and areas of large portions of the
earth's surface,the shape and size of the earth, and the variations of terrestrial gravity.
Dalam bahasa yang berbeda, geodesi adalah cabang dari ilmu matematika terapan,
yang dilakukan dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan untuk menentukan:
* Posisi yang pasti dari titik-titik di muka bumi
* Ukuran dan luas dari sebagian besar muka bumi
* Bentuk dan ukuran bumi serta variasi gaya berat bumi
Definisi ini mempunyai dua aspek, yakni:
* Aspek ilmiah (aspek penentuan bentuk), berkaitan dengan aspek geometri dan fisik
bumi serta variasi medan gaya berat bumi.
* Aspek terapan (aspek penentuan posisi), berhubungan dengan pengukuran dan
pengamatan titik-titik teliti atau luas dari suatu bagian besar bumi. Aspek terapan ini yang
kemudian dikenal dengan sebutan survei dan pemetaan atau teknik geodesi.
2

Kini teknik geodesi tidak lagi hanya berhubungan dengan survei dan pemetaan.
Perkembangan teknologi komputer dijital telah memperluas ruang lingkup keilmuan dan
keahlian teknik geodesi. Peta telah dikelola sebagai informasi geografis berkomputer. Itu
sebabnya dunia internasional telah mengadopsi terminologi baru: Geomatika atau
Geoinformatika.
Sejarah Geodesi
Sejak zaman dahulu, Ilmu Geodesi digunakan oleh manusia untuk keperluan navigasi.
Secara signifikan, kegiatan pemetaan bumi sebagai bidang ilmu Geodesi telah dimulai sejak
banjir sungai nil (2000 SM) oleh kerajaan Mesir Kuno. Perkembangan Geodesi yang lebih
signifikan lagi pada saat manusia mempelajari bentuk bumi & ukuran bumi lebih dalam
oleh tokoh Yunani, Erastotenes yang dikenal sebagai bapak geodesi. Hingga teknik geodesi
dijadikan sebagai disiplin ilmu akademis hampir disetiap negara. Saat ini, dikarenakan
kemajuan teknologi informasi, cakupan ilmu geodesi semakin luas.
I.3. Pengetian Ilmu Ukur Tanah
Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu yang lebih luas yang
dinamakan ilmu geodesi. (Soetomo 1980)
Ilmu geodesi mempunyai dua maksud yaitu :
a. maksud ilmiah : menentukan bentuk permukaan bumi
b. maksud praktis : membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar
atau sebagian kecil permukaan bumi.
Maksud dari pembuatan peta adalah bias dicapai dengan melakukan pengukuran
pengukuran diatas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan, karena adanya
gunung-gunung yang tinggi dan lembah lembah yang curam, pengukuran dibagi dalam
pengukuran yang datar untuk mendapatkan hubungan mendatar titik titik yang di ukur
diatas permukaan bumi dan pengukuran tegak guna mendapatkan hubungan tegak antara
titik titik yang diukur.
Untuk memindahkan keadaan dari permukaan bumi yang tidak beraturan dan
melengkung kebidang datar (berupa peta), diperlukan bidang perantara yang dipilih
sedemikian rupa, hingga pemindahan keadaan tersebut dapat dilakukan dengan semudah
mudahnya. Sebagai bidang perantara yang diambil berupa :
a.bidang ellipsoid bila luas daerah lebih besar dari 5500 km2. didapat dengan
3

memutar satu ellips dengan sumbu kecilnya sebagai sumbu putar. Ellips dari
Bessel mempunyai sumbu besar a = 6377.397 m, dan sumbu kecil b = 6356.078
m.
b.bidang bulatan untuk luasan yang mempunyai ukuran terbesar kurang dari 100
km. Jari jari bulatan ini dipilih sedemikian, sehingga bulatan menyinggung
permukaan bumi di titik tengah daerah.
c. Bidang datar, bila daerah mempunyai ukuran terbesar tidak melebihi dari 55 km
1.4.. Ruang Lingkup Pemetaan
Ada tiga bagian utama dalam pembuatan peta, yaitu tahap pengukuran, pengolahan
data dan penggambaran. Dalam pelaksanaannya ketiga bagian utama ini akan selalu
mengalami hambatan baik oleh manusia, alam, maupun alat yang dipergunakan dalam
pelaksanaan tersebut, sehingga selalu dituntut pelaksanaan yang berdasarkan perhitungan
yang teliti dan benar agar didapatkan peta yang sesuai dengan yang dikehendaki pemberi
kerja, ( Sinaga 1997 )
sesuai dengan persyaratan yang ada yaitu :
1. Pengambilan Data
Pada tahap pengukuran, terdapat tiga faktor yang paling dominan dan akan
mempengaruhi hasil pengukuran yaitu :
a. Kesetabilan peralatan pengukuran
b. Keterampilan dalam pengukuran
c. Keadaan alam pada saat pelaksanaan pengukuran.
2. Pengolahan Data
Pada saat pengolahan data dari hasil pengukuran terdapat tiga permasalahan yang
perlu mendapatkan perhatian yang mendalam yaitu :
a. Reduksi hasil penukuran terhadap semua penyimpangan yang terjadi pada saat
pelaksanaan pengukuran
b. proses hitungan pada permukaan yang tidak tentu
c. pemilihan jenis analisa hasil pengukuran tersebut.
3. Penyajiaan Data
Setelah seluruh data pengukuran diolah sesuai dengan aturan yang berlaku, maka
pada saat penggambaran juga ada tiga hal yang perlu diperhatian yaitu :
4

a. Distorsi pada sisitem proyeksi dan skala peta


b. Symbol
c. pemilihan symbol yang akan dipakai dalm penyajian data
Symbol terdiri dari dua jenis : symbol kualitatif dan symbol kuantitatif.

BAB II
KLASIFIKASI PETA
II.1. Pengertian Peta

Peta merupakan penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan antara
berbagai perwujudan yang diwakilinya.

peta : merupakan gambaran dari permukaan bumi dalam skala tertentu dan
digambarkan diatas bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.

Peta mengandung arti komunikasi, artinya peta merupakan suatu saluran antara
pengirim pesan (kartografer) dengan penerima pesan (user/pengguna peta).

Supaya maksud dan informasi yang dibawa oleh peta itu sampai ke pengguna peta,
maka peta harus dibuat menarik dan mudah dipahami dengan bantuan teknik
pewarnaan, desain simbol serta teknik penyajian peta.

Fungsi dari peta adalah

Menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat terhadap tempat lain di
permukaan bumi).

Memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarak di permukaan
bumi).

Memperlihatkan bentuk (misal bentuk benua-benua, negara-negara, gunung dan


penampakan lainnya), sehingga dimensinya dapat terlihat dalam peta.

Mengumpulkan dan menyeleksi data-data dari satu daerah dan menyajikannya di


atas peta. Dalam hal ini dipakai simbol-simbol sebagai pengganti atau wakil dari
data-data tersebut, dimana pembuat peta (kartografer) menganggap simbol tersebut
dimengerti oleh pemakai peta.

Tujuan dari pembuatan peta adalah:

Untuk komunikasi informasi ruang

Untuk menyimpan informasi

Digunakan untuk membantu suatu pekerjaan, sebagai contoh: pekerjaan konstruksi


jalan, perencanaan suatu pekerjaan, navigasi dan lain-lain.

Untuk analisis data spasial, contoh: perhitungan volume dan sebagainya.

Digunakan untuk membantu pekerjaan disain sebagai contoh disain jalan, pelabuhan
dan lain-lain.

II.2. Klasifikasi Peta


1.

Berdasarkan Jenisnya
Peta citra : peta yang dihasilkan dari pemotretan dari satelit ( penginderaan jauh /
remote sensing )
Peta foto: peta yang dihasilkan dari pemotretan udara / photogrametri mosaik foto
udara/ orthofot yang dilengkapi garis kontur

nama dan legenda.

contoh: peta orthofoto


Peta garis: peta yang menyajikan detil alam dan buatan manusia dalam bentuk titik garis
dan, luasan. contoh : peta topografi, peta tematik
2.

Berdasarkan Skala
peta skala sangat besar 1:1.000 - 1:5.000
peta skala besar 1 : 5.000 - 1: 25.000
peta skala sedang 1: 25.000 - 1: 100.000
peta skala kecil 1:100.000 - 1: 1 000.000

3.

Berdasarkan fungsinya
Peta Umum (General Map), merupakan peta yang berisi jalan, bangunan, batas
wilayah, garis pantai, elevasi dan sebagainya.
Peta umum dengan skala besar disebut peta topografi, sedangkan peta umum dengan
skala kecil disebut atlas.
Peta topografi : merupakan gambaran dari sebagian /seluruh permukaan bumi baik yang
alamiah maupun buatan manusia dalam skala tertentu dan digambarkan
diatas bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.

Dikenal juga dengan PETA DASAR

Peta tematik : peta yang hanya menyajikan 1 atau 2 tema saja


Chart: peta yang menyajikan gambaran dari dasar laut, sungai, danau dan atau bentuk
lain perairan. didesain untuk keperluaan navigasi, nautical dan
aeronautical.
4. Berdasarkan maksud dan tujuannya
Peta ini jumlahnya sangat banyak sesuai dengan persoalan

yang

akan

ditampilkan di dalam peta tersebut : contoh : peta kadaster, peta geologi,


peta tanah dll.
5. Berdasarkan proses pembuatannya, peta digolongkan menjadi:
a. Peta Manuskrip

Peta ini adalah produk pertama dari suatu peta yang akan direproduksi dalam
keseluruhan proses pemetaan, sebagai contoh:

Hasil plotting pemetaan fotogrametri

Hasil penggambaran peta tematik

Hasil penggambaran manual dari survei lapangan

b. Peta Dasar (Base Map)

Peta ini merupakan peta dasar yang digunakan untuk pembuatan peta-peta
lainnya seperti peta tematik, peta topografi dan atau peta-peta turunan.

Peta dasar yang digunakan untuk menyusun peta tematik disebut dengan peta
kerangka; yang digunakan biasanya adalah peta topografi.

c. Peta Turunan (Derived Map)

Peta ini merupakan peta yang diturunkan dari peta induk dan berskala lebih
besar dari peta induknya. Peta turunan pada umumnya sudah mengalami
proses penyederhanaan (generalisasi).

d. Peta Digital

Teknologi pembuatan peta secara digital dapat didefinisikan secara sederhana


dan singkat sebagai penggambaran bentuk permukaan bumi di dalam media
komputer dengan menggunakan data-data berupa koordinat dan topologi.

Dalam prakteknya, Peta Digital dapat dibagi menjadi 2; yaitu


- Peta digital hasil digitasi pada peta kertas (analog), dan
- Peta digital hasil dataflow (softcopy), diantaranya fasil dari sanner/penyiam
dan Electronic Total Station )

Peta digital dapat berfungsi sebagai peta dasar dan peta tematik.
Peta dasar digital umumnya memiliki layer-layer utama

BAB III
SISTEM SATUAN UKURAN

Melaksanakan pengukuran dan kemudian mengerjakan hitungan


adalah tugas juru ukur

Sistem satuan yang biasa digunakan dalam ilmu ukur tanah, terdiri atas 3 (tiga) macam
sistem ukuran, yakni : Satuan Panjang, Satuan Luas dan Satuan Sudut

Terdapat lima macam pengukuran dlm pengukuran tanah yaitu :


1. Sudut Horizontal (AOB)

2. Jarak Horizontal (OA dan OB)

3. Sudut Vertikal (AOC)

4. Jarak Vertikal (AC dan BD)

dari hasil ukuran

5. Jarak Miring (OC)

O
III.1. SATUAN PANJANG
Terdapat dua satuan panjang yang lazim digunakan dalam ilmu ukur tanah, yakni
satuan metrik dan satuan britis.

Yang digunakan disini adalah satuan metrik yang didasarkan pada satuan meter
Internasional (meter standar) disimpan di Bereau Internationale des Poids et Mesures
Bretevil dekat Paris
KM

MILES

1 KM

= 1000 M

METER

FOOT

INCHES

YARD

0,6214

1 HM

= 100 M

3,2808

39,37

1,0936

1,6093

1 DM

= 0,1 M

0,9144

36

1 CM

= 0,01 M

0,3048

12

0,3333

1 MM

= 0,001 M

0,0254

0,0833

0,0278

III.2. SATUAN LUAS


Satuan luas yang biasa dipakai adalah meter persegi (m2), untuk daerah yang relatif
besar digunakan hektar (ha) atau sering juga kilometer persegi (km2)
1 ha = 10000 m2

1 Tumbak = 14 m2

1 km2 = 106 m2

1 are = 100 m2

III.3. SATUAN SUDUT

Terdapat tiga satuan untuk menyatakan Sudut, yaitu :


1. Cara Seksagesimal, yaitu satu lingkaran dibagi menjadi 360 bagian, satu bagiannya
disebut derajat.
2. Cara Sentisimal, yaitu satu lingkaran dibagi menjadi 400 bagian, satu bagiannya
disebut grade.
3. Cara Radian, Satu radian adalah sudut pusat yang berhadapan dengan bagian busur
yang panjangnya sama dengan jari-jari lingkaran. Karena panjang busur
sama dengan keliling lingkaran sebuah lingkaran yang berhadapan dengan
sudut 360o dan keliling lingkaran 2 p kali jari-jari, maka : 1 lingkaran = 2 p
rad
1 Lingkaran = 360o = 400 grade = 2p radian

BAB IV
UNSUR UNSUR DALAM PEMBUATAN PETA
IV.1. JARAK

AB = Jarak Mendatar
AB = Jarak Miring
BB = Beda Tinggi antara A
dan B

Titik A dan B terletak di permukaan bumi. Garis penghubung lurus AB


disebut Jarak Miring. Garis AA dan BB merupakan garis sejajar dan tegak lurus
bidang datar. Jarak antara kedua garis tsb disebut Jarak Mendatar dari A ke B. Jarak
BB disebut Jarak Tegak dari A ke B atau biasa disebut Beda Tinggi. Sudut BAB
disebut Sudut Miring.
Antara Sudut Miring, Jarak Miring, Jarak Mendatar dan Beda Tinggi, terdapat
hubungan sbb
AB = AB = AB Cos m
BB = AB Sin m
(AB)2 = (AB)2 + (BB)2

IV.2. SUDUT MENDATAR & SUDUT JURUSAN / AZIMUTH

10

Yang diartikan sudut mendatar di A adalah sudut yang dibentuk oleh bidang
ABBA dengan ACCA. Sudut BAC disebut sudut mendatar = sudut b
Sudut antara sisi AB dengan garis y yang sejajar sumbu Y disebut sudut
jurusan sisi AB = a ab. Sudut Jurusan sisi AC adalah a ac
Jadi Sudut Jurusan atau azimuth adalah : Sudut yang dihitung mulai dari
sumbu Y+ (arah utara) berputar searah jarum jam sampai titik ybs.
Sudut Jurusan mempunyai harga dari 0o sd. 360o.
Dua sudut jurusan dari dua arah yang berlawanan berselisih 180o

11

Sudut Jurusan suatu sisi dihitung dari sumbu Y+ (arah utara) berputar searah jarum
jam sampai titik ybs, harganya 0o - 360o
Dua sudut jurusan dari dua arah yang berlawanan berselisih 180o Misalnya aba = aab +
180o atau aba - aab = 180o
Arah suatu titik yang akan dicari dari titik yang sudah diketahui biasa dikenal
dengan sudut jurusan
- dimulai dari arah utara geografis (Y+)
- diputar searah jarum jam
- diakhiri pada arah yang bersangkutan
- aac= sudut jurusan dari A ke C
- aab= sudut jurusan dari A ke B
- b = sudut mendatar antara dua arah
aac = aab + b
Apabila Diketahui Koordinat Titik A adalah (Xa, Ya) dan Hasil Pengukuran aab dan dab
Hitung : Koordinat Titik B ?
Penyelesaian :
Xb = OB , Xb = OA + AB, Xb = Xa + DXab
Yb = BB , Yb = BB + BB , Xb = Ya + DYab

Sin ab =

Xab
X ab = d ab Sin ab
d ab

Cos ab =

Yab
Yab = d ab Cos ab
d ab

Xb= Xa + dab Sin ab


Yb= Ya + dab Cos ab

12

BAB V
PERALATAN PENGUKURAN
Dalam ilmu ukur tanah terdapat berbagai macam jenis alat ukur yang digunakan, alat-alat
tersebut memiliki fungsi dan kegunaan yang menunjang pekerjaan pemetaan yang
berhubungan dengan penentuan posisi dari berbagai object atau lokasi yang akan di petakan.
Jenis-jenis Peralatan Ukur Tanah
1. Global Positioning System
2. Total Station
3. Theodolit
4. Waterpas

Positioning Instrument
Total Station
ARAH+JARAK
Theodolite
ARAH

X, Y, Z
Pita Ukur + EDM

GPS

Koordinat

JARAK

Gambar 1 Peralatan Pengukuran

V.1. Global Positioning Systems


Survei GPS (Global Positioning System) merupakan suatu kegiatan survei penentuan
posisi (Point Positioning) yang berfungsi untuk menetapkan koordinat suatu titik diatas
permukaan bumi yang mengacu kepada suatu sistem dan kerangka referensi koordinat
13

Geodetik Global. Sistem dan Kerangka Referensi Koordinat Global yang digunakan dalam
penentuan posisi menggunakan metode survey GPS adalah datum WGS 1984 ( World
Geodetic System 1984). Tingkat akurasi dan presisi posisi hasil survei menggunakan GPS
dapat mencapai level meter hingga centimeter bahkan dapat mencapai millimeter tergantung
kepada beberapa hal diantaranya adalah ketelitian data, geometri pengamatan, strategi
pengamatan serta strategi pengolahan data.
Selain tingkat akurasi dan presisi hasil survei GPS yang dapat diandalkan,
konektivitas dari titik-titik hasil survei GPS dapat dijaga konsistensinya antara suatu titik
dengan titik lainnya dalam suatu jaring koordinat (basenet) sehingga sangat mudah dalam
melakukan dan rekonstruksi. Tipikal survei GPS tersebut diatas sangat cocok untuk
diaplikasikan untuk berbagai jenis kegiatan survei termasuk didalamnya dalam kegiatan
survei penetapan dan penegasan batas wilayah atau lahan/persil.

V.1.1. Pengertian GPS (Global Positioning Sistem)


GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi
yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan
posisi dan kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu
diseluruh dunia tanpa tergantung waktu dan cuaca, kepada banyak orang secara simultan.
Pada saat ini, sistem GPS sudah banyak digunakan orang diseluruh dunia. Di Indonesia
pun, GPS sudah banyak diaplikasikan, terutama yang terkait dengan aplikasi-aplikasi yang
menuntut informasi tentang posisi.
GPS terdiri dari 3 posisi segmen: Segmen Angkasa, Control/Pengendali dan
Pengguna

Gambar 2 Sistem Penentuan Posisi Global GPS

14

V.1.2. Penggunaan GPS


Perangkat GPS menerima sinyal dari satelit dan kemudian melakukan perhitungan
sehingga pada tampilan umumnya dapat mengetahui posisi (dalam lintang dan bujur),
kecepatan dan waktu. Disamping itu juga informasi tambahan seperti jarak dan waktu
tempuh. Posisi yang ditampilkan merupakan sistem referensi geodetic WGS - 84 dan waktu
merupakan referensi USNO (U.S. Naval Observatory Time).
GPS dipergunakan pada berbagai bidang antara lain, sistem navigasi pesawat, laut
dan darat, pemetaan dan geodesi, survei, sistem penentuan lokasi, pertanian, ekplorasi
sumbar daya alam dan masih banyak lagi.
Perangkat GPS ada bermacam-macam dan umumnya tergantung dari tujuan dan
aktivitas yang akan dilakukan. GPS untuk udara (Aviation GPS) akan berbeda arsitekturnya
dengan yang akan digunakan untuk navigasi di darat atau mobil. Secara umum perangkat
GPS dibagi menjadi 3 (tiga) fungsi yaitu Navigasi Udara (Aviation), Laut (Marine) dan
Darat (Land).
V.1.3. Cara Kerja GPS
Setiap satelit mentransmisikan 2 sinyal yaitu L1 (1575.42 MHz) dan L2 (1227.60
MHz). sinyal L1 dimodulasikan dengan 2 sinyal Pseudo-random yaitu kode P (Protected)
dan kode C/A ( Coarce/Acquisition). Sinyal L2 hanya membawa kode P. Setiap satelit
mentransmisikan

kode

yang

unik

sehingga

penerima

(perangkat

GPS)

dapat

mengidentifikasi sinyal dari setiap satelit. Pada saat fitur "Anti-Spoofing" diaktifkan, maka
kode P akan di enkripsi dan selanjutnya dikenal sebagai kode P(Y) atau kode Y.
Perangkat GPS yang dikhususkan buat sipil hanya menerima kode C/A pada sinyal
L1 meskipun pada perangkat GPS yang canggih dapat memanfaatkan sinyal L2 untuk
memperoleh pengukuran yang lebih teliti.
Perangkat GPS menerima sinyal yang di transmisikan oleh satelit GPS. Dalam
menentukan posisi membutuhkan paling sedikit 3 satelit untuk penentuan posisi 2 dimensi
(Lintang dan Bujur) dan 4 satelit untuk penentuan posisi 3 dimensi (Lintang, Bujur dan
Ketinggian). Semakin banyak satelit yang di peroleh maka akurasi posisi akan semakin
tinggi untuk mendapatkan sinyal tersebut, perangkat GPS harus berada di ruang terbuka.
Apabila perangkat GPS berada dalam ruangan atau kanopi yang lebat dan daerah dikelilingi

15

oleh gedung tinggi maka sinyal yang diperoleh akan semakin berkurang sehingga akan
sukar untuk menentukan posisi dengan tepat atau bahkan tidak dapat menentukan posisi.
V.1.4. Dasar Penentuan Posisi dengan GPS
Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi
(pengikatan ke belakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke
beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Posisi yang telah diberikan oleh
GPS adalah posisi tiga dimensi (X, Y, Z) yang dinyatakan dalam datum WGS (World
Geodetic System) 1984. dengan GPS titik yang akan ditentukan posisinya dapat diam (Static
Positioning) ataupun bergerak (Kinematic Positioning). Posisi titik dapat ditentukan dengan
menggunakan metode Absolute (Point) positioning, ataupun terhadap titik lainya yang telah
diketahui koordinatnya (Monitor Station) dengan menggunakan metode Differential
(Relative) Positioning yang menggunakan minimal 2 receiver GPS, yang menghasilkan
ketelitian posisi yang relative lebih tinggi. GPS dapat memberikan posisi secara instant
(Real-Time) ataupun sesudah pengamatan setelah data pengamatannya diproses secara
ekstensif (Post Processing) yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan ketelitian yang
lebih baik.

Gambar 3. Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GPS

16

V.2. Theodolit
Theodolit alat ukur utama dalam pengambilan data sudut ini adalah theodolit yang
dapat diartikan sebagai alat ukur penyipat datar ruang.
Alat ukur ini dilengkapi dengan 2 (dua) buah lingkaran pembaca yang digunakan
untuk penentuan sudut vertical dan horizontal. Beberapa bagian penting lainnya adalah
tropong dan nipo yang fungsinya sama dengan alat ukur sipat datar.
Theodolit adalah salah satu alat yang digunakan untuk pengukuran. Pengertian dari
Theodolit itu sendiri adalah suatu alat untuk mengukur sudut (horisontal dan vertikal)
serta mengukur jarak, karena alat Theodolit dilengkapi dengan piringan horisontal
maupun piringan vertikal. Disamping itu Theodolit juga dilengkapi dengan sumbu I
(vertikal) dan sumbu II (horisontal), sehingga teropong bisa diarahkan ke segala arah.
Pada saat alat tersebut akan digunakan dilapangan untuk melakukan pengukuran, bagian
Theodolit harus berada dalam keadaan yang baik :
a. Sumbu I vertikal.
b. Sumbu II horisontal.
c. Garis bidik tegak lurus pada sumbu II.
d. Kesalahan indek vertikal sama dengan nol.
Maka Theodolit harus diatur dahulu supaya memenuhi persyaratan tersebut.

Theodolite (Sudut)
Manual Theodolite
pembacaan sudut horisontal & vertikal dilakukan secara manual
cukup berat sesuai dengan metal pembuatnya
lebih tahan banting
data sudut dicatat

Digital Theodolite
pembacaan sudut horisontal & vertikal dilakukan
secara otomatis dan digital
lebih ringan
data sudut dicatat

Laser Digital Theodolite


penambahan
penunjuk arah

laser

sebagai

Gambar 4. Klasifikasi theodolit

17

Berdasarkan keteltiannya dibedakan dalam 4 orde yaitu :


a. orde 0, keteltian antara 0, 01 hingga 0,1 misal theodolit WILD T3,
b. Orde 1, ketelitian antara 1 hingga 6 misal WILD T2, Kern DKM 2, .Nikon
NT1
c. Orde 2. ketelitian antara 10 hingga 20, misal Sokkisha TM 20, Topcon TL
20
d. Orde 3, ketelitian antara 1 hingga 5, misal Wild T0, Theo TM10

Gambar 5 sistem sumbu theodolite

Theodolit sendiri dibagi menjadi tiga bagian :


a. Bagian bawah
Bagian bawah, terdiri dari tiga sekrup penyetel yang menyangga tabung dan plat
yang berbentuk lingkaran.
b. Bagian tengah
Bagian tengah terdiri dari sumbu yang dimasukan kedalam tabung sebelah bawah.
Sumbu yang dimaksud ialah sumbu I atau sumbu vertikal, terdapat lagi suatu plat
yang berbentuk lingkaran dan mempunyai jari-jari yang lebih kecil dari pada jari-jari
plat bagian bawah.
c. Bagian atas
Bagian atas terdiri dari sumbu II atau sumbu horisontal. Pada sumbu II diletakkan
teropong yang mempunyai diafragma serta mempunyai garis bidik.

Untuk lebih jelasnya, susunan anatomi dari thoedolite dapat dilihat dibawah ini :
18

Gambar .6 Theodolit

ELECTRONIC TOTAL STATION


Product Tree
GYRO Station

3-D Station

Auto Pointing Total Station

NET 2

GP1
w/
TM6 / TM10E
NET 2A
NET 2B

GP1-2

w/
SET 3

Series 110M
GP1-3

w/
DT2

AGP1
SET 3B

NET 2100
GP1-2A
w/ SET 3100

w/

Series 230RM

NET 1200
NET 1

GP3130R3

SRX

NET 05

Gambar 7 Total Station

19

SRX Robotic Total Station


SRX New Design
SRX Motor Drive & Sighting
SRX Absolute Encoders
SRX Auto Pointing & Auto Tracking
SRX On-demand Remote Control
SRX Built-in Bluetooth
SRX Guide Light
SRX 500m Reflectorless EDM
SRX Display Panel

SRX Expandable OS (Window CE)


SRX Data Saving & Transfer
SRX Power System
SRX Multi Waterproof port

SRX Physical Specification

Gambar 8 Robotic Total Station

V.3. SIPAT DATAR


Instrumen Sipat Datar Otomatis mempunyai konpensator yang terdapat dalam
teleskop. Penggunaan nivo tabung memungkinkan pandangan sasaran yang sama seperti
apabila dibidik horizontal meskipun garis kolimasi tidak sungguh-sungguh horizontal.
Karena mudah pemasangannya, instrument ini digunakan untuk pengukuran pada pekerjaan
konstruksi dengan ketelitian yang tinggi. Walau demikian instrument ini mempunyai
kekurangan yaitu mudah dipengaruhi getaran.
Waterpas atau Sipat datar adalah suatu alat untuk menentukan beda tinggi antara dua
titik diatas permukaan tanah. Pengukuran beda tinggi antara dua titik di permukaan tanah
merupakan bagian yang sangat penting dalam ilmu ukur tanah. Beda tinggi ini bisa
ditentukan dengan berbagai macam metode sipat datar.
Sama seperti pada alat theodolit, maka waterpas ini juga harus memenuhi
persyaratan tertentu agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Persyaratan tersebut
adalah :
Syarat utama : garis arah nivo harus sejajar dengan garis bidik

20

Syarat kedua : 1.
2.

Garis arah nivo tegak lurus pada sumbu I


Benang silang mendatar diafragma tegak lurus sumbu I

Level (Beda Tinggi)


Automatic level
pembacaan beda tinggi dan jarak dilakukan
secara manual
membutuhkan waktu agak lama
data beda tinggi-jarak (BA-BT-BB) dicatat

Digital Level
pembacaan beda tinggi dan jarak dilakukan secara otomatis dan
digital
membutuhkan waktu lebih cepat
data di simpan di memori alat dan langsung bisa diolah di
komputer

Gambar 9. Klasisfikasi Sipat Datar/Waterpas

Struktur Waterpass
Alat ukur waterpass merupakan alat ukur yang digunakan sebagai alat untuk
mengukur beda tinggi dan jarak antara dua titik.

Gambar 10 Konstruksi Sipat Datar Otomatis

21

BAB VI
TAHAPAN PEMETAAN TOPOGRAFI

Pemetaan topografi dilakukan untuk menentukan posisi horizontal (x,y) dan posisi
vertikal (H) dari obyek-obyek di permukaan bumi yang meliputi unsur-unsur alamiah
seperti sungai, gunung, danau, padang rumput, rawa-rawa, dan sebagainya serta unsur-unsur
buatan manusia seperti rumah, sawah, jembatan, jalur pipa, rel kereta api dan sebagainya.
Adapun Ilmu Geodesi memiliki dua maksud, yaitu :
Maksud ilmiah : Menentukan bentuk permukaan bumi.
Maksud praktis : Menentukan bayangan yang dinamakan peta dari sebagian
besar atau kecil bentuk permukaan bumi dengan skala tertentu.
Kerangka Kontrol Peta.
Penentuan kerangka kontrol peta adalah salah satu tahapan yang harus
dilaksanakan dalam proses pembuatan peta topografi. Adapun kerangka kontrol peta
terbagi atas dua macam yaitu :
1. Kerangka kontrol horizontal.
2. Kerangka kontrol vertikal.
Kegiatan pengukuran kerangka kontrol peta ini adalah menentukan posisi titiktitik di lapangan yang berfungsi sebagai titik ikat (titik kontrol) dari posisi titik
obyek (detail) yang lain.
1.1.

Kerangka Kontrol Horizontal


Selain penentuan kerangka kontrol horizontal, pembuatan peta topografi,
kerangka kontrol horizontal juga sangat penting.

Pengukuran kerangka kontrol

horizontal biasanya dilakukan dengan metode :


a. Metode Triangulasi
b. Metode Trilaterasi
c. Metode Poligon
Dalam praktikum ini akan dijelaskan mengenai pengukuran kerangka kontrol
horizontal menggunakan metode poligon.
1.2.

Kerangka Kontrol vertikal.


Dalam melakukan pengukuran kerangka kontrol vertikal dapat dilakukan
dengan metode barometris, Trigonometris, dan metode waterpass.

22

Waterpass (level/sipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan
untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik yang berdekatan yang ditentukan
dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditujukan ke ramburambu ukur yang vertikal.

Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini

disebut waterpassing atau levelling. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan
beda tinggi suatu titik yang akan ditentukan ketinggian-ketinggiannya berdasarkan
suatu sistem referensi atau bidang acuan. Sistem referensi yang dipergunakan adalah
tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea level) atau sistem referensi lain yang
dipilih.
VI.1. Pengukuran Kerangka Kontrol horizontal
Penentuan kerangka kontrol horizontal, pembuatan peta topografi, kerangka kontrol
horizontal juga sangat penting. Pengukuran kerangka kontrol horizontal biasanya dilakukan
dengan metode :
a. Metode Triangulasi
b. Metode Trilaterasi
c.

Metode Poligon

Dalam hal ini akan dijelaskan

mengenai pengukuran

kerangka kontrol horizontal

menggunakan metode poligon.


A.1. Pengertian poligon
Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak, dan titik
tersebut dapat digunakan sebagai kerangka peta. Koordinat titik-titik itu dapat dihitung
dengan data masukan yang merupakan hasil dari pengukuran sudut dan jarak.
A.2 Macam-macam poligon.
Berdasarkan bentuk geometrisnya poligon dapat dibedakan menjadi poligon terbuka
dan poligon tertutup
A.2.1 Poligon terbuka
Poligon terbuka merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir tidak
berhimpit atau tidak pada titik yang sama.
Poligon Terbuka Terikat Sempurna
Merupakan poligon terbuka dengan titik awal dan titik akhir berupa titik yang tetap.

23

U
S4

S2
2

A
S1

S3

BT

D34

DnB

D23

D12

Sn

Gambar 11 Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Dimana

: A, B, S, T

: titik tetap

1, 2, 3,.n

: titik yang akan ditentukan koordinatnya

DA1,,DnB

: jarak sisi-sisi poligon

S1, S2,,Sn : sudut


A1, BT

: azimuth awal dan azimuth akhir

Persyaratan yang harus dipenuhi bagi poligon terbuka terikat sempurna :


1. S + F(S)

= (_akhir- _awal) + (n-1) x 1800.....(1-1)

2. d Sin + F(X)

= Xakhir Xawal(1-2)

3. d cos + F(Y)

= Yakhir - Y awal(1-3)

ket : S : jumlah sudut


d : jumlah jarak

: azimuth

F(S) : kesalahan sudut


F(X) : kesalahan koordinat X
F(Y) : kesalahan koordinat Y

A.2.2 Poligon Tertutup


poligon tertutup merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir berada
pada titik yang sama.
2

d23
d12

S2

d34

S3

S1

Gam
bar
II.1.
Urai
an
Subs
iste
msiste
m
SIG

S4
Sn
n

d45

S5
dn5

Gambar 12 Poligon terutup

24

Ket :

1,2,3,

: titik kontrol poligon

D12,d23. : jarak pengukuran sisi poligon


S1,S2,S3, : sudut pada titik poligon
Persyaratan geometris yang harus dipenuhi bagi poligon tertutup :
1. S + F(S) = (n-2) x 1800(1-5)
2. d sin A+ F(X)

= 0.....(1-6)

3. d cos A + F(Y) = 0.....(1-7)


ket :

: jumlah sudut

d sin : jumlah X
d cos : jumlah Y
F(S)

: kesalahan sudut

F(X)

: kesalahan koordinat X

F(Y)

: kesalahan koordinat Y

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian poligon :


1. Jarak, sudut, azimuth rata-rata dihitung dari data ukuran :
n

x
i 1

Xi
........................................(1 8)
n

dimana : X

: data ukuran rata-rata

Xi

: data ukuran ke-I

: jumlah pengukuran

2. Besar sudut tiap titik hasil setelah koreksi


S = S + F F(S) / n(1-9)
Dimana : S
S

: sudut terkoreksi
: sudut ukuran

VI.2. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal


Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau
ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian
tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini bisa berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean
sea level - MSL) atau ditentukan lokal.
Jejaring titik kerangka dasar vertikal ini disebut sebagai Titik Tinggi Geodesi (TTG).
Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi sipat datar masih merupakan cara pengukuran beda
25

tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal (K) dinyatakan sebagai
batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran
ditunjukkan

sipat datar

. Pada Tabel 1

ketentuan ketelitian sipat datar untuk pengadaan kerangka dasar vertikal.

Untuk keperluan pengikatan ketinggian, bila pada suatu wilayah tidak ditemukan TTG,
maka bisa menggunakan ketinggian titik triangulasi sebagai ikatan yang mendekati harga
ketinggian teliti terhadap MSL.
Tingkat ketelitian pengukuran sipat datar.
Tingkat / Orde

3 mm

II

6 mm

III

8 mm

Dalam melakukan pengukuran kerangka kontrol vertikal dapat dilakukan dengan


metode barometris, Trigonometris, dan metode waterpass.
Waterpass (level/sipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk
mengukur beda tinggi antara titik-titik yang berdekatan yang ditentukan dengan garis-garis
visir (sumbu teropong) horizontal yang ditujukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal.
Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini disebut waterpassing atau levelling.
Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan beda tinggi suatu titik yang akan
ditentukan ketinggian-ketinggiannya berdasarkan suatu sistem referensi atau bidang acuan.
Sistem referensi yang dipergunakan adalah tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea
level) atau sistem referensi lain yang dipilih.
VI.3. Pengukuran Detail Peta
Yang dimaksud dengan detail atau titik detail adalah semua benda-benda di lapangan
yang merupakan kelengkapan daripada sebagian permukaan bumi. Jadi, disini tidak hanya
dimaksudkan pada benda-benda buatan seperti bangunan-bangunan, jalan-jalan dengan
segala perlengkapan dan lain sebagainya. Jadi, penggambaran kembali sebagian permukaan
bumi dengan segala perlengkapan termasuk tujuan dari pengukuran detail, yang akhirnya
berwujud suatu peta. Berhubung dengan bermacam-macam tujuan dalam pemakaian peta,

26

maka pengukuran detailpun menjadi selektif, artinya hanya detail-detail tertentu yang
diukur guna keperluan suatu macam peta.
Pada metode ini pengambilan titik detail dengan menaruh alat ukur di sembarang
titik dan untuk pembacaan backsight/forsight dapat di bidikkan pada titik tetap, yaitu titik
tetap tersebut merupakan hasil transfer dari titik benchmark (BM) terdekat dan dari titik
tersebut alat membidik sebanyak mungkin titik-titik/kisi-kisi yang ada.

bt
Dm

hD

Ti

Gambar 13 Pengukuran Tachimetri

Keterangan gambar:
Dm
Dd
z
h

= Jarak miring
= Jarak datar bt
= Sudut zenit h
= Sudut heling

Ti
= Tinggi Instrument
= Benang tengah
= Beda tinggi

h
Ha+1
Dm
Dd
p
h

= (Ti bt) + Dd ctg Z


= Hawal + H(awal-n)
= (ba bb).k. Sin z
= Dm . sin z
= Dd . Cotg z
= p + Ti bt

VI.4. PENGGAMBARAN PETA TOPOGRAFI


Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian yang
sama. Penggambaran garis kontur ini dilakukan dengan cara interpolasi linier dengan
formasi segi tiga dan dalam pengambaran garis kontur harus memperhatikan sifat-sifatnya.
Adapun sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut :
1.

Awal garis kontur akan selalu bertemu kembali dengan akhir garis kontur tersebut.

2.

Garis kontur tidak pernah saling berpotongan.


27

3.

Garis kontur makin rapat menunjukkan wilayah yang makin terjal.

4.

Garis kontur makin renggang menunjukkan wilayah yang semakin


datar.

5.

Sebuah garis kontur tidak pernah digambarkan pada permukaan air,


tetapi garis tersebut harus melawati dasar permukaan air tersebut.

Dalam pengambaran garis-garis kontur hal-hal yang juga harus diperhatikan adalah interval
konturnya dengan tidak mengabaikan segi artistiknya.Tentang ketinggian suatu tempat,
maka dibuat kontur indeks dengan garis yang lebih tebal dari kontur biasa
Rumus interval garis kontur =

skalapeta
2000

Dengan interval kontur 0,5 dengan rumus :


x
H (tinggi ) H (kontur )
=
dAB
H (tertinggi ) H (rendah)

Sifat garis kontur pada suatu medan :


1. Sungai
100

99

2. Bentuk kontur gunung / bukit

98

3. Bentuk kontur danau

4. Bentuk kontur jalan

98,5

99

99,5

28

103.00
102.5
0
102.00

101.5
0

103.5 104.0
0
0

105.0
0
104.5
0

Kontur
indeks

Kontur
indeks

BAB VII

PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN SIPAT DATAR


Sipat datar adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua titik diatas
permukaan tanah. Pengukuran beda tinggi antara dua titik di permukaan tanah merupakan
bagian yang sangat penting dalam ilmu ukur tanah. Beda tinggi ini bisa ditentukan dengan
berbagai macam metode sipat datar.
VII.1. Sipat Datar Memanjang
Pengukuran sipat datar memanjang ini dilakukan apabila titik yang akan diukur beda
tingginya berjauhan letaknya. Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk mendapatkan beda
tinggi atau menentukan ketinggian titik-titik utama yang telah diorientasikan dengan cara
membagi jarak antar titik poligon secara berantai atau menjadi slag-slag yang kecil secara
memanjang yang ditempuh dalam satu hari pulang-pergi. Diusahakan dalam pengukuran
jumlah slagnya genap.

29

Gambar 14 Sifat Datar Memanjang

Mencari beda tinggi antar titik, dilakukan perhitungan matematis yaitu bacaan benang
tengah (bt) rambu belakang dikurangi pembacaan benang tengah ( bt ) rambu muka,
sehingga diperoleh:

h AB bt rb bt rm .(21)
Keterangan :

h AB = Beda tinggi antar titik A dan titik B

bt

rb

= Jumlah bacaan benang tengah rambu belakang


sepanjang jalur.

bt

rm

= Jumlah benang benang tengah rambu muka


sepanjang jalur

VII.2. Sipat Datar Profil Memanjang


Tujuan dari pengukuran dengan menggunakan metode sipat datar profil memanjang
adalah untuk mendapatkan detail dari suatu penampang atau irisan tegak pada arah
memanjang sesuai dengan sumbu proyek.

30

. Datar Profi
Gambar 15 Sifat
Memanjang
Keterangan:

h A2 : Beda tinggi antara titik A sampai titik 2.


h2b : Beda tinggi antara titik 2 sampai titik B
bt

: Benang tengah titik A

bt1

: Benang tengah titik 1

bt

: Benang tengah titik 2

bt3
P1

: Benang titik 3
: Tempat berdiri alat 1

P2

: Tempat berdiri alat 2

VII.3. Sipat Datar Profil Melintang


Dari pengukuran profil memanjang didapatkan garis rencana. Tujuan dari profil
melintang adalah untuk menentukan elevasi titik-titik dengan pertolongan tinggi garis bidik
yang diketahui dari keadaan beda tinggi tanah yang tegak lurus disuatu titik tertentu
terhadap garis rencana tersebut.

Gambar 16 Sifat Datar Profil


Melintang
Keterangan:
P1

: Tempat berdiri alat (STA)

31

A, b, c,

: Tempat berdiri rambu sebelah kiri alat ukur

1, 2, 3,

: Tempat berdiri rambu sebelah kanan alat ukur

VII.4. Contoh perhitungan


Bacaan skala rambu pada pengukuran :
Pembacaan skala rambu BM1 ( sebagai rambu belakang ) :
Benang atas
= 0,687 m
Benang tenganh
= 0,643 m
Benang bawah
= 0,599 m
Pembacaan skala rambu di titik 1 ( sebagai rambu muka ) :
Benang atas
= 1,603 m
Benang tenganh
= 1,536 m
Benang bawah
= 1,469 m
Perhitungan Beda Tinggi :
= Benang tengah BM1 benang tengan titik 1
hBM1-1
= 0,643 1,536
= -0,893 m
Perhitungan Jarak
DBM1-waterpass = ( Benang atas Benang bawah ) * 100
= ( 0,687 0,599 ) * 100
= 8,8 m
DTitik 1-waterpass = ( Benang atas Benang bawah ) * 100
= ( 1,603 1,469 ) * 100
= 13,4 m
Sehingga jarak antara BM1 ke titik 1 merupakan penjumlahan jarak dari DBM1waterpass dengan

DTitik 1-waretpass sebesar 22,2 m

1. Perhitungan Elevasi
H1

= BM1 + hBM1-1 + koreksi


= 357,006 + (-0,893) + (0,0062)
= 356,119 m

2. Menghitung toleransi pengukuan waterpas memanjang Kring

h pergi = - 0,007 m
h pulang = 0,009 m
Toleransi kesalahan yang diberikan 8mm D
jumlah d ( pergi-pulang ) = 1,3422 km
8mm1,13422 = 8,5199 mm

32

Dari nilai toleransi yang diberikan ternyata hasil pengukuran pergi memenuhi syarat
sedangkan pengukuran pulang tidak memenuhi syarat, maka data hasil pengukuran
pergi diolah untuk dihitung elevasi dan koreksinya
No Titik
1.
2.
3.
4.
5.

Pembacaan Mistar
Belakang
Muka
0.527
0.205
0.207
0.425
0.648
0.655
0.660
0.230
1.812
1.745

Jarak (m)
20.00
22.20
24.30
21.40

Beda Tinggi
(+)
(-)
0.320
0.443
0.235
0.425

Elevasi
110,00
110,320
109,877
109,642
110,067

33

BAB VIII
SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS ( SIG )
VIII.1. Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)
Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) saat ini lebih sering diterapkan bagi
teknologi informasi spasial atau geografis yang berorientasi pada penggunaan teknologi
komputer. Pada pengertian yang lebih luas SIG mencakup juga pengertian sebagai suatu
sistem yang berorientasi operasi secara manual, yang berkaitan dengan operasi
pengumpulan, penyimpanan dan manipulasi data yang bereferensi geografis secara
konvensional. Kegiatan ini telah berkembang sejak tahun 1960-an, akan tetapi penggunaan
SIG baru berkembang dalam dua dekade terakhir.
Berdasarkan

perkembangan

pemikiran,

SIG

memiliki

beberapa

definisi

Burrough(1986) memberikan definisi yang agak bersifat umum, yaitu SIG sebagai suatu
perangkat alat untuk mengumpulkan, menyimpan, menggali kembali, mentransformasi dan
menyajikan data spasial dan aspek-aspek permukaan bumi. Berbeda dari yang pertama ini,
Pardes(1988) mendefinisikan SIG sebagai suatu teknologi informasi yang menyimpan,
menganalisis, dan mengkaji baik data spasial dan non spasial. Walaupun agak berbeda
dalam definisi tersebut, kedua definisi menyatakan secara implisit bahwa SIG berkaitan
langsung sebagai sistem informasi yang berorientasi teknologi otomatis, walaupun tidak
menyebutkan secara spesifik apakah harus terkomputerkan atau tidak. Baru kemudian
Aronoff(1989) secara lebih spesifik mendefinisikan SIG sebagai suatu sistem berdasarkan
komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi Geografis
yang mencakup pemasukan; manajemen data (penyimpanan data dan pemanggilan
kembali); manipulasi dan analisis; dan pengembangan produk dan pencetakan. Untuk
melengkapi pengertian SIG, perlu ditambahkan pernyataan Durana (1996) bahwa dalam
pengertian yang lebih luas lagi harus dimasukkan dalam definisi SIG selain perangkat keras
dan perangkat lunak, juga pemakai dan organisasinya, serta data yang dipakai, sebab tanpa
mereka SIG tidak akan di operasikan.
Dari beberapa definisi SIG yang beredar, dapat disimpulkan bahwa pada intinya SIG
terdiri dari 4 (empat) subsistem, yaitu :
1. Data Input (data capture),
34

Sub sistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan
data atribut dari berbagai sumber serta mengkorversi atau mentransformasikan
format-format data asli ke format yang dapat digunakan oleh SIG.
2. Data Output (reporting),
Sub sistem ini akan menghasilkan atau menampilkan keluaran secara keseluruhan
atau sebagai basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti table,
grafik, peta, dan lain-lain.
3. Data Management (storage dan retrievel),
Sub sistem ini bertugas mengorganisasikan, baik data spasial maupun atribut
kedalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update,
dan di-edit.
4. Data Manipulation dan Analisis.
Sub sistem ini bertugas menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh
SIG serta melakukan manipulasi data dan pemodelan data untuk menghasilkan
informasi yang diharapkan.
Terlepas dari bervariasinya definisi SIG yang telah berkembang, secara umum telah
ada kesepakatan yang bersifat umum bahwa komponen komponen yang telah dijabarkan
diatas adalah komponen yang benar-benar perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Bagi
para pembaca yang ingin menelusuri lebih dalam lagi mengenai berbagai definisi tersebut
dapat membaca salah satu buku SIG, misalnya : Principles ana Applications, editornya
Maguire, Goodchild dan Rhind (1991)
DATIA INPUT
Tabel

DATA MANAG &

OUTPUT

MANIPULATION

Laporan

Peta
Pengukuran
lapangan

Storage
(database)

Tabel

Data digital lain


Input

Retrieval

Output

Laporan

Peta (tematik,
topografi, dll)
Citra Satelit

Processin
g

Informasi
digital
(softcopy)

Foto Udara

35
Data lainnya

Gambar 17. Uraian Subsistem-sistem SIG

VIII.2. Konsep dan Dasar SIG


VIII.2.1. Tipe Informasi Geografis
Informasi Geografis merupakan informasi tentang fisis permukaan bumi secara
menyeluruh dan meluas, baik itu mencakup matra (fisik) maupun gatra (non fisik).
Informasi matra (fisik) meliputi keruangan dan ekologinya dalam konteks suatu wilayah,
baik pada lingkungan fisik darat, laut maupun lingkungan kehidupan termasuk potensi
distribusi sumberdayanya. Variasi lingkungan hidup dipermukaan bumi ini ditentukan oleh
unsur-unsur utama dalam Geografis, yaitu atmosfer, litosfer dan biosfer unsur kehidupan.
Sedangkan informasi gatra (non-fisik) meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik(
Bintaro dan Hadisumarmo, 1979 )
VIII.2.2.

Informasi Geografis dan Konsep Informasi

Istilah ruang atau spasial berasal dari kata spasial dalam bahasa Inggris. Ruang
digunakan untuk berbagai informasi yang berkaitan dengan lokasi, baik untuk informasi
kartorgrafi, informasi teknologi maupun rekayasa. Berbeda dengan istilah Geografis yang
berasal dari gabungan kata geo dan graphy. Geo berarti bumi sedangkan graphi berarti
proses penulisan, sehingga Geografis berarti penulisan tentang bumi. Dalam pengertian
lebih luas Geografis mencakup studi mengenai permukaan bumi terutama keragaman area
permukaan bumi dan hubungannya sebagai tempat tinggal manusia dalam lingkup
keruangan lingkungan dan wilayah.
Informasi Geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi yang
mengandung unsur posisi Geografis, hubungnan keruangan (spasial relationship), atribut
dan waktu. Posisi Geografis dapat dinyatakan dalam sistem koordinat lintang dan bujur atau
disebut sebagai sistem UTM (Universal Tranverse Mercator). Sistem-sistem koordinat
tersebut dapat dikonversikan dengan mudah, sehingga pengguna dapat lebih leluasa
menentukan sistem koordinat yang dipakai.
Hubungan keruangan sangatlah kompleks, maka tidaklah mungkin semuanya dapat
disimpan dalam basis data. Oleh karena itu, yang disimpan dalam basis data hanya
hubungan yang khusus, sedangkan hubungan yang sederhana tidak perlu disimpan. Waktu
juga merupakan komponen yang sangat penting dalam informasi Geografis, karena
informasi Geografis selalu berubah sesuai dengan berputarnya waktu. Misalnya garis pantai

36

yang berubah dalam beberapa tahun, karena terjadinya abrasi maupun akresi dan jalan yang
bertambah dengan cepat sesuai dengan tuntutan perkembngaan kota.
Data Geografis pada umumnya dinyatakan dalam bentuk lokasi permukaan bumi
yang menggunakan sistem standart. Semua data Geografis dapat dikategorikan kedalam
konsep dasar topologi (bentuk, tata letak, batas dan luas) yaitu dalam bentuk titik, garis dan
luasan (area). Oleh karena itu setiap fenomena grafis pada dasarnya dapat dinyatakan atau
diwakili dalam bentu titik (contoh : pabrik, terminal), garis (contoh :jalan, sungai dan
jembatan), dan poligon (area/luas) contohnya batas pulau, batas administrasi dan
sebagainya. Secara visual fenomena tersebut disajikan secara digital oleh teknologi
komputer, hal ini dilakukan untuk mempermudah/membantu pengguna jasa dalam
melakukan analisis berbagai gejala keruangan secara tepat guna.
Prinsip rancangan model didalam menggambarkan data keruangan dapat dilakukan
dengan 4 (empat) tingkatan, yaitu :
1. Penggambaran kenyataan (reality) adalah gejala sebagaimana yang dapat kita
lihat sehari-hari.
2. Model data (conseptual model ) adalah bentuk gambaran abstrak dari kejadian
sehari-hari yang dialami manusia.
3. Model struktur data (logical model) menunjukan model data yang merupakan
penggambaran kejadian tertentu, biasanya berbentuk diagram atau table, dan
4. Model file struktur fisik (file structure atau physical model ) adalah bentuk data
dalam penyimpanan perangkat keras.
Penyajian keempat model data Geografis tersebut dapat berupa data spasial dan data
atribut. Data spasial disajikan dalam format titik,garis dan luasan / poligon untuk dua
dimensi dan permukaan untuk data tiga dimensi, sedangkan data atribut / diskriptif adalah
untuk uraian data spasial. Karakteristik dasar ke dua macam data, yaitu data spasial dan
data atribut dapat digambarkan seperti gambar 18. dan gambar 19.

37

DATA SPASIAL

Jalan
Sungai

TITIK
Format titik :
- Koordinat tunggal
- Tanpa panjang
Contoh :
- Lokasi kecelakaan
- Letak pohon
- Titik tinggi

GARIS
Format laporan :
- Koordinat titik awal
dan titik akhir
- Mempunyai panjang
- Tanpa luasan
Contoh :
- Jalan
- Sungai, Utility

AREA POLIGON
Format Area :
- Koordinat dengan titik
awal dan titik akhir
sama
- Mempunyai
panjang
dan luasan
Contoh :
- Tanah milik (persil)
Bangunan

PERMUKAAN
Format Permukaan :
- Area dengan koordinat
vertikal
- Angka-angka
- Area dengan ketinggian
Contoh :
- Peta slope
- Bangunan bertingkat

Gambar 18 Karakteristik Data Spasial

DATA ATRIBUT

Penggaris
Kalkulator

DANAU

SEARAH
Skala
TABEL
Format tabel :
- Kata-kata
- Kode alfanumerik
- Angka-angka
Contoh :
- Hasil proses
- Indikasi
- Atribut

LAPORAN
Format laporan :
- Teks
- Gambaran
Contoh :
- Perencanaan
- Laporan
- Uraian

PENGUKURAN
Format pengukuran :
- Angka-angka
- Hasil
Contoh :
- Jarak
- Inventarisasi
- Luas

GRAFIK ANOTASI
Format anotasi grafi
- Kata-kata
- Angka-angka
- Lampiran
- Simbol
Contoh :
- Nama obyek
- Simbol
- Grafik / peta

Gambar 19 Karakteristik Data Atribut

Konsep penyajian fenomena Geografis ini telah lama menjadi dasar dari teknik
pemetaan permukaan bumi. Setiap lembar peta menunjukkan posisi dan hubungan
38

keruangan dari tiga kategori obyek, yaitu titik, garis dan area, yang dapat menggambarkan
tujuh fenomena grafis, yaitu : data kenampakan (feature data); unit area (areal unit);
jaringan topologi (network topology); catatan sample (sampling record); data permukaan
bumi (surface data); label/tek pada data (table/text data); simbol data. Fenomena tersebut
dapat dilihat pada gambar 20
SIMBOL

TITIK

GARIS

POLIGON ( AREA)

Jalan

KENAMPAKAN
(FEATURE DATA)

D
Kenampakan Titik
Situs Arkeologi

UNIT AREA
(ARERIAL UNIT)

Kenampakan Garis
( jalur jalan )

C
Poligon Batas
Lahan
Unit
204

Unit
205
Unit
206

Poligon Centroid

Batas Administrasi

Hubungan Titik

Jaringan (jalan)

Unit Area

JARINGAN
TOPOLOGI
( NETWORK
TOPOLOGI )
165

65

SAMPEL

205

210

Jalur Terbang

220

205

210

Test Plot Area

220

205
215
210

Jakarta

Semarang

Bandung
Nama Titik / Tempat

SIMBOL DATA

230
350

Titik Elevasi

LABEL / TEKS
DATA

206

203
Stasiun Cuaca

DATA
PERMUKAAN
BUMI ( SURFACE
DATA

Poligon (block)

Garis Kontur

Area Poligon

Citarum

Terminal

Nama Garis

Nama Poligon

Simbol Garis

Simbol Poligon

.
Simbol Titik

Gambar 20. Tujuh Fenomena Geografiss yang Digunakan Dalam Tiga Bentuk
Simbol ( titik, garis, polygon/area )
( Sumber LAPAN dan BPPT, 1999 Pengantar SIG )

39

Bentuk dari masing-masing simbol tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :


Simbol titik (point symbols) dapat dibedakan menjadi beberapa macam bentuk, diantaranya
bentuk simbol kualitatif dan simbol kuantitatif.
1. Bentuk simbol kualitatif misalnya simbol kota (bulat atau persegi), simbol gunung
(segitiga), simbol titik-titik geometrik (plus / +), sedangkan untuk simbol kuantitatif
biasanya dinyatakan seperti simbol kualitatif, hanya diberi satuan angka (ketinggian
gunung, nomer titik triangulasi). Simbol kuantitatif dapat dinyatakan dalam tulisan
seperti nama kota, dan dapat pula dinyatakan dalam perbandingan yang mewakili
satuan yang berhubungan dengan data statistik seperti simbol kota yang menyatakan
kepadatan penduduk (propinsi, kabupaten, kecamatan)
2. Simbol garis (line symbols) secara kualitatif mempunyai bentuk, pola dan karakter
unsur yang mewakilinya seperti jalan dan sungai, namun dapat juga menggambarkan
gerakan atau arus, seperti jalur penerbangan dan arus migrasi.Simbol garis dapat
menggambarkan peta yang bersifat deskriptif atau kondisi yang sebenarnya (real
facta), seperti jalan raya, rel kereta api dan alur sungai, namun juga dapat
menggambarkan bentuk khayal (abstact) yang merupakan hasil pernyataan, seperti
garis batas negara, propinsi, kabupaten dan kecamatan. Simbol garis kuantitatif
merupakan gambaran unsur garis yang dapat menunjukkan besaran secara
proposional dengan penggambaran garis tebal atau tipis, seperti jalan raya, jalan tol
dan jalan kampung. Simbol garis yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai kuantitas (harga / nilai ) sama, misalnya garis kontur, isobar dan
isoterm. Simbol garis kuantitatif dengan tanda panah (arrow) menggambarkan arah
perpindahan dengan tebal tipisnya garis yang dapat menunjukkan arah dan jumlah
(nilai), seperti pergerakan angin dan perpindahan penduduk.
3. Simbol poligon / area (polygon/aerial symbols) menunjukkan bidang atau luasan,
yang secara kualitatif memperlihatkan gambaran tentang unsur yang mewakili suatu
daerah, misalnya peta penggunaan lahan, peta tanah dan peta pariwisata. Pemisahan
dari bagian-bagian unsur-unsurnya dapat digambarkan dengan pola dan warna atau
secara deskriptif (tulisan) yang menyatakan unsur-unsur daerah tertentu, seperti
rawa, danau, jenis-jenis perkebunan dan jenis-jenis hutan. Simbol bidang kuantitatif
umumnya dinyatakan dengan simbol pola atau warna sesuai dengan harga atau
40

jumlah nilai statistiknya, seperti peta curah hujan, peta kepadatan penduduk, peta
hasil sumberdaya pangan atau sumber daya alam.
Cara penyajian data spasial dari fenomena Geografis, di komputer dapat dilakukan
denga dua macam bentuk, yaitu bentuk raster (grid-cell) dan vektor. Model data raster
menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur
matriks atau pixel-pixel yang membentuk grid. Setiap pixel atau grid memiliki atribut
tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik (disudut grid (pojok), dipusat grid atau di
tempat lainnya). Model raster memberikan informasi spasial yang terjadi dimana saja dalam
bentuk gambaran yang digeneralisir. Dengan model ini, dunia nyata disajikan sebagai
elemen matriks atau sel-sel grid yang homogen. Pada model data raster, data Geografis
ditandai nilai-nilai (bilangan) elemen matriks persegi panjang dari suatu obyek. Dengan
demikian, secara konseptual, model dat raster merupakan model data spasial yang paling
sederhana.
Model data vektor menmpilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan
menggunakan titik-titik, garis-garis atau kurva atau poligon beserta atribut-atributnya.
Bentuk-bentuk dasar representasi data spasial ini di dalam sistem model data vektor, garisgaris atau kurva (busur atau arcs) merupakan sekumpulan titik-titik berurut dihubungkan.
Sedangkan luasan atau poligon disimpan sebagi sekumpulan list (sekumpulan data atau
obyek [misal obyek titik] yang saling terkait secara dinamis dengan menggunakan pointer)
titik-titik, dengan catatan titik awal dan akhir poligon memiliki nilai koordinat yang sama
(poligon tertutup sempurna).
Representasi vektor suatu obyek

merupakan suatu usaha di dalam menyajikan

obyek yang bersangkutan sesempurna mungkin. Untuk itu ruang atau dimensi koordinat
diasumsikan bersifat kontinyu (tidak dikuantisasi sebagaiman ruang yang terjadi pada model
raster) yang memungkinkan semua posisi, panjang dan dimensi didefinisikan sebagai presisi

41

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

S
S
P
S P
P
P
P
S

P P
P P
P P
P
R

S
S
1 2 3 4 5 6 7 8

9 10

1 2 3 4 5 6 7 8

RASTER
S

9 10

VEKTOR

Sungai (Kumpulan Pixel

Sungai (garis)

Rumah (1 pixel)

Pohon (pologon)

Pohon (Kumpulan Pixel)

Rumah (titik)

P
Gambar 21.Contoh penyajian data (obyek)

raster dan vektor


Sumber
dataSistem
LAPANInformasi
dan BPPT,Geografi
1999 Pengantar SIG
VIII.3. Komponen
Utama
Sistem Informasi Geografis (SIG) terdiri dari menjadi 4 (empat) komponen utama,
yaitu data dan informasi geografi (basis data), perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software), manajement (sumber daya manusia atau pengguna). Komponen tersebut saling
berhubungan seperti pada gambar II.5. Porsi masing-masing komponen tersebut berbedabeda dari satu sistem ke sistem lainnya, tergantung dari tujuan dibuatnya SIG tersebut.
Kombinasi yang paling tepat antara keempat komponen utama ini akan menentukan,
kesuksesan suatu proyek pengembangan SIG dalam suatu organisasi.

Basis Data

Perangkat
Lunak

SIG

Perangkat
Keras

Organisasi

42
Gambar 22. Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG)

VIII.3.1. Basis Data SIG


Dari keempat komponen SIG yang ada, basis data dapat dikatakan sebagai otak dari
suatu SIG. Tanpa kualitas dan kuantitas data yang memadai, sebaik apapun komponen
lainnya, SIG tidak dapat berfungsi secara efektif dn efisien. Data masukan SIG terdiri atas
data spasial dan data non spasial, yang berupa data raster, vektor dan tabular alfanumerik
yang dapat diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya adalah:
1. Data lapangan seperti hasil survey dan eksplorasi atau di sebut sebagai data primer.
2. Data sekunder dan catatan statistik atau sumber linnya.
3. Peta-peta dan data penginderaan jauh termasuk foto udara dan citra satelit.
Dalam basis data sistem informasi Geografis. Data Geografis atau fakta wilayah
diperlukan berbagai jenis data tersebut dapat dimanfaatkan sebagai data masukan dalam
pembuatan perencanaan dan pengelolaan pembangunan berupa data spasial dan non spasial.
Data tersebut mencakup penggunaan lahan, kependudukan, perekonomian, transportasi
(darat,laut,udara), fasilitas umum (perumahan, pendidikan, kesehatan, peribadatan,
perdagangan, olahraga, rekreasi, pemadam kebakaran), utilitas dan sanitasi (listrik,
telekomunikasi, air bersih, drainase, air limbah, sampah), kebijaksanaan regional dan aspek
kelembagaan (seperti pengelola, biaya, pembiayaan pembangunan). Data tersebut terdiri
atas data fisik, sosial dan ekonomi yang dikonversikan ke dalm bentuk digital.
Data spasial dalam bentuk vektor dapat diperoleh dari peta-peta tematik. Data
spasial yang berbentuk raster dapat dipenuhi dengan teknologi penginderaan jauh. Data
penginderaan jauh berupa CCT( Komputer Compatible Type) diproses dengan komputer
untuk menghasilkan klasifikasi tutupan lahan maupun penggunaan lahan atau peta tematik
lainnya, sedangkan foto udara dikonversi kedalam bentuk digital atau diinterpretasikan
secara visual untuk mendapatkan peta tematik.
Data tabular alfanumerik bersumber dari data skunder dan catatan statistik atau
sumber lainnya seperti hasil survey dan eksplorasi. Data tabular alfanumerik sifatnya
sebagai data atribut atau pelengkap bagi data spasial, yaitu sebagai diskripsi tambahan pada
titik, garis dan polygon. Data atribut dapat berupa tabel-tabel statistik kependudukan, iklim,
sumberdaya lahan,sosial ekonomi, kawasan politik yang dapat dikaitkan dengan luasan
administratif. Semua data spasial yang berbentuk vektor, raster maupun data tabular
alfanumerik dapat disimpan kedalam basis data SIG (Purwadhi,1994).
43

Data lapangan merupakan data primer diperoleh dari pengukuran langsung


dilapangan, baik menggunakan alat ukur maupun tidak (observasi). Data sekunder dapat
berupa catatan statistik atau deskriptif diperlukan sebagai data atribut dalam SIG. Data
sekunder tersebut dapat diperoleh dari terbitan resmi maupun catatan oleh badan resmi
pemerintah atau swasta.
VIII.3.1.1. Definisi Sistem Basis Data
Basis data adalah kumpulan data-data (file) non redundant yang saling terkait satu
dengan yang lainnya (dinyatakan oleh atribut-atribut kunci dari tabel-tabelnya/ struktur data
dan relasi-relasi) dalam membentuk bangunan informasi yang penting (enterpriese).
Sehingga sistem basis data merupakan kumpulan data dan informasi yang disimpan secara
terorganisir dan terintegrasi sehingga mudah digunakan oleh pengguna (user) dan efisien
penyimpanannya. Basis data merupakan inti dari Sistem Informasi Geografis, maka
pemilihan struktur basis data yang baik dapat meningkatkan efisiensi pekerjaan,
pengambilan keputusan. Pengguna data akan berhubungan dengan basis data melalui suatu
sistem yang disebut Database Management System (DBMS).
VIII.3.1.2. Data Base Management System
Database Management System (DBMS) merupakan kumpulan dari perangkat keras
komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang te memanipulasi, menganalisis
dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi data dari sebuah database.
Definisi lain dari Database Management System adalah sebuah sistem untuk menjaga atau
memelihara catatan yang dikomputerisasi dari sebuah sistem yang mempunyai maksud
secara keseluruhan untuk mencatat dan memelihara informasi.
Dengan kata lain Database Management System merupakan sistem yang digunakan
untuk memudahkan pembuatan dan pemeliharaan basis data yang terkomputerisasi. Sistem
ini bertujuan untuk mengelola data yang digunakan secara bersamaan dengan satu tujuan,
dan terintegritasi ke dalam basis data.
DBMS merupakan interface yang mengatur :
a. Bagaimana struktur data tersebut akan disimpan dan dapat dipergunakan kembali
dengan mudah, misalnya mencari kembali data (retrieval data).
b. Prosedur untuk mengakses data.
44

c. Pembentukan file, modifikasi, penyimpanan, up-dating dan proteksi file.


Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa database management system
pada hakekatnya memiliki 4 keuntungan diantara sebagai berikut:
a. Kepraktisan, sebagai media penyimpanan sekunder yang berukuran kecil tetapi padat
informasinya.
b. Bank Data, yaitu mengelolah data dan informasi, dimana fenomenanya dalam suatu
database yang terorganisasi.
c. Kecepatan, mesin dapat mengubah data jauh lebih cepat daripada manusia.
d. Kekinian, Informasi yang tersedia pada DBMS akan bersifat mutkhir dan akurat setiap
saat.
VIII.3.1.4. Komponen Data Base Management System
Dalam sistem basis data komponen-komponen pokoknya dapat dibagi menjadi lima
bagian, yaitu:
1. Data
Data di dalam basis data mempunyai sifat terpadu (integrated) dan berbagi (shared)
a. Sifat terpadu, berarti bahwa berkas-berkas data yang ada pada basis data saling
terkait, tetapi kemubaziran data tidak akan terjadi atau hanya terjadi sedikit sekali.
b. Sifat berbagi data, berarti bahwa data dapat dipakai oleh sejumlah pengguna dalam
waktu yang bersamaan. Sifat ini biasa terdapat pada sistem multiuser (kebalikan
dari sistem yaitu sistem single-user, yakni suatu sistem yang hanya memungkinkan
satu orang yang bisa mengakses suatu data pada suatu waktu).
2. Perangkat Lunak
Perangkat lunak, dalam DBMS berkedudukan sebagai media penghubung antara basis
data (data yang disimpan dalam harddisk) dan pengguna. Perangkat lunak inilah yang
berperan

melayani

permintaan-permintaan

pengguna,

dimana

perangkat

ini

mempunyai kemampuan utama sebagai berikut:


a. Kemampuan memasukkan data.
b. Kemampuan memanipulasi data.
c. Kemampuan menyimpan data.
d. Kemampuan menganalisa data.
e. Kemampuan mengelola data.
45

3. Perangkat Keras
Perangkat keras merupakan peralatan yang diperlukan dalam memproses dan juga
menyimpan basis data, yang terdiri atas:
a. Komputer dengan kapasitas dan kemampuan yang disesuaikan dengan beban.
b. Alat pemasukan data (Digitizer, Scanner, Tape drive dsb).
c. Alat pengeluaran data (Plotter, Printer, Monitor dsb).
4. Pengguna
Pada Data Base Management System komponen pengguna dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Pengguna akhir, orang yang mengoperasikan program aplikasi yang dibuat oleh
pemrograman aplikasi.
b. Pemrogram aplikasi, orang yang membuat program aplikasi yang menggunakan
basis data. Program aplikasi yang dibuat tentu saja sesuai dengan kebutuhan
pengguna.
c. Administrator

basis

data

(DBA/Database

Administrator),

orang

yang

bertanggung-jawab terhadap pengelolaan basis data. Secara lebih detail, tugas


DBA adalah sebagai berikut:
Mendefinisikan basis data.
DBA menentukan isi basis data.
Menentukan sekuritas basis data.
Setiap pengguna diberi hak akses terhadap basis data secara tersendiri. Tidak semua
pengguna bisa menggunakan data yang bersifat sensitif, penentuan hak akses
disesuaikan dengan wewenang pengguna dalam organisasi.
5. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan person yang dapat menjalankan sistem basis data
secara maksimal, dengan mengembangkan aplikasi sesuai dengan bidang kerja
masing-masing, Secara global kelima komponen diatas tersebut dapat diminimalkan
menjadi tiga komponen yang lebih kompak dalam pengunaannya, komponenkomponen tersebut meliputi data, sistem (perangkat keras dan lunak) dan sumber
daya manusia (pelaksana).

46

VIII.3.2. Komponen Perangkat Keras Dalam SIG


Perangkat keras yang mendukung analisis Geografis dan pemetaan, sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan perangkat keras lainnya yang digunakan untuk mendukung aplikasiaplikasi bisnis dan sains. Perbedaannya, jika ada, terletak pada kecenderungan yang
memerlukan perangkat (tambahan) yang dapat mendukung presentasi grafik dengan resolusi
dan kecepatan yang tinggi serta mendukung operasi basis data yang cepat dengan volume
data yang besar. Perangkat keras SIG memiliki pengertian perangkat-perangkat fisik yang
digunakan oleh sistem komputer. Komponen dasar perangkat keras SIG dapat
dikelompokkan sesuai dengan fungsinya antara lain adalah:
a. Peralatan pemasukan data, misalnya papan digitasi (digitizer), penyiam (scanner),
keyboard, disket dan lain-lain.
b. Peralatan menyimpan dan pengolahan data, yaitu komputer dan perlengkapannya,
seperti monitor, papan ketik (keyboard), unit pusat pengolahan (CPU-Central
processing Unit), cakram keras (hard disk), floppy disk.
c. Peralatan untuk mencetak hasil, seperti printer dan plotter.
Susunan keperluan perangkat keras ini bervariasi dari bentuk yang paling sederhana
seperti komputer pribadi dengan hanya printer atau plotter sampai ke yang lebih kompleks
dengan work station atau main frame dengan berbagai komponen yang lengkap.

digitizer

Plotter
CPU
Printer

Gambar 23. Aspek susunan perangkat keras sederhana SIG

VIII.3.3.Komponen Perangkat Lunak


Pada sistem komputer modern, perangkat lunak yang digunakan tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi terdiri dari beberapa layer. Model layer ini terdiri dari sistem operasi,
47

program-progrm pendukung sistem-sistem khusus (specail sistem utilities), dan perangkat


lunak apliksi [Antenicci91].
Sistem operasi terdiri dari program-program yang mengawasi jalannya operasioperasi sistem dan mengendalikan komunikasi-komunikasi yang terjadi diantara perangkatperangkat keras yang terhubung kesistem komputer yang bersangkutan. Special Sistem
Utilities dan perangkat lunak aplikasi yang digunakan untuk menjalankan tugas-tugas
seperti menampilkan atau mencetak peta mengakses program-program sistem operasi untuk
mengeksekusi fungsi-fungsinya.
Perangkat lunak khusus aplikasi SIG sering digunakan untuk menjalankan tugastugas SIG. perangkat lunak ini tersedia dalam bentuk paket-paket perangkat lunak yang
masing-masing terdiri dari multi program yang terintegrasi untuk mendukung kemampuankemampuan khusus untuk pemetaan, manajemen, dan analisis data Geografis. Perangkat
lunak yang dikembangkan untuk SIG secara konseptual terdiri dari dua bagian, yaitu paket
inti (core) yang digunakan untuk pemetaan dasar dan management data, dan alikasi-aplikasi
yang terintegrasi dengan paket inti untuk menjalankan pemetaan khusus dan aplikasi
analisis Geografis.
Pemilihan perangkat lunak SIG sangat tergantung pada sejumlah faktor, termasuk
tujuan-tujuan aplikasi, biaya pembelian dan pemeliharan, kesiapan dan kemampuan
personil-personil pengguna dan agen perangkat lunak yang bersangkutan.
a. Persipan dan Pemasukan Data
Pengumpulan data dan persiapan data menempati posisi kunci dalam SIG. Hal ini
disebabkan karena fungsi SIG merupakan sarana pengolahn data yang berorientasi
pada produk. Oleh karenanya keberhasilan suatu SIG sangat ditentukan oleh
pemasukan data awal.
Tahap persiapan dalam hal ini adalah kegiatan awal dalam kaitan sebelum data
dimasukkan ke sistem, mencakup proses identifikasi dan cara pengumpulan data
yang diperlukan sesuai dengan tujuan aplikasinya. Kegiatan ini diantaranya meliputi
pemahaman sumber data, seperti cara pengambilan data di lapangan, interpretasi
citra, penelaah dokumen, pencarian peta-peta, pengekstrakan informasi dari sumbersumber tertentu dan sebagainya.
Sebelum pemasukan data diperlukan dua unsur utama, yaitu:
48

1. Konversi data kedalam format yang diminta perngkat lunak, baik dari data
analog maupun data digital.
2. Identifikasi dan spesifikasi lokasi obyek dalam data sumber.
Tahap ini bertujuan mengkonversi data dan bentuk yang ada menjadi bentuk
yang dapat dipakai dalam SIG. Data bereferensi Geografis kemungkinan tersedia
dalam berbagai bentuk, seperti peta diatas kertas, tabel tribute, file peta
elektronik dan asosiasinya dengan data atribut, citra foto udara dan citra satelit.
Apabila data sudah berada dalam bentuk digital, maka proses pemasukan data
dapat dilakukan langsung melalui proses konversi antar format data, walaupun
ada kemungkinan data tidak dapat diterima oleh program komputer perangkat
lunak yang digunakan.
b. Manajemen, Penyimpanan dan Pemanggilan data
Komponen manajemen data dalam SIG termasuk fungsi untuk menyimpan data dan
menggali data. Penyimpann data ini mencakup teknik memeperbaiki dan
memperbaharui data spasial dan atribut, meliputi posisi, hubungan topologi, atribut
elemen Geografis (titik, garis, polygon/area) untuk menyajikan obyek permukaan
bumi dan struktur orgnisasi penyimpanan. Program komputer yang digunakan dalam
pengorganisasian data dasar disebut manajemen basis data( Data Base Manajement
Sistem ). Fungsi-fungsi yang umun terdapat disini adalah pemasukan, perbaikan,
penghilangan, dan pemanggilan kembali data.
c. Manipulasi dan Analisa Data
Fungsi manipulasi dan analisa merupakan ciri utama sistem pemetaan grafis yang
menentukan informasi yang dapat menentukan informasi yang dapat dibangkitkan
dari SIG. Daftar kemampuan yang dibutuhkan sebaiknya didefinisikan sebagaii
bagian dan keperluan sistem. Untuk mengantisipasi cara-cara data dalam SIG dapat
dianalisa, diperlukan pemahaman mengenai pemakai yang terlibat, karena hal ini
akan menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan, demikian pula dengan tingkat
penampilan produk yang dikehendaki. Istilah geoprocessing sering diterapkan pada
istilah manipulasi dan analisa ini.
d. Pembuatan Produk SIG

49

Bentuk produk suatu SIG dapat bervarisi baik dalam hal kualitas, keakuratan dan
kemudahan pemakainya. Cara penyajiannya dapat menggunakan monitor, printer
atau plotter, sedangkan hasil yang diperoleh dapat berupa peta-peta, tabel angkaangka, teks diatas kertas (laporan) dan grafik. Fungsi-fungsi yang dibutuhkan disini
ditentukan oleh keperluan pemakai, sehingga keterlibatan pemakai sangat penting
dalam menentukan spesifikasi kebutuhan output (baik desain maupun pencetakan).

PETA
PETA

PRODUK
DIGITAL

PENGAMATAN LAPANGAN

Terminal digitizer

file

scanner

pita

INPUT DATA

Gambar 24. Skema Pemasukan Data

SPASIAL
raster

PENGGALIAN

INPUT
DATA

PENGGALIAN

NON-SPASIAL
vektor

posisi

topologi

atribut

DATABASE GEOGRAFISK

ANALISIS DATA DAN PEMODELAN

Gambar 25. Konsep Bank Data Geografisk

50

VIII.3.4. Organisasi Pengelolaan dan Pemakai


Komponen organisasi dan pemakai sulit untuk dipisahkan secara jelas. Banyak SIG
dikembangkan langsung oleh pengguna, karena kebutuhan penerapan teknologi. Oleh
karena itu bentuk organisasi itu harus senantiasa erat kaitannya dengan pemakai. Bentuk
orgnisasi merupakan salah satu kunci yang menentukan tingkat keberhasilan suatu proyek
SIG, yang dalam hal ini adalah organisasi yang sesuai dengan prinsip yang dikembangkan.
Adanya perangkat keras maupun perangkat lunak yang baik, tidak akan menghasilkan
operasi dan produk yang baik dan benar jika tidak ditangani oleh staf yang seimbang baik
dari segi jumlah maupun kualitas. Untuk meningkatkan kualitas staf maka perlu disusun
program pendidikan yang berkesinambungan dan selalu diperbaharui secara berkala.
Operasi SIG yang berbasis komputer ini membutuhkan cara kerja tersendiri, yang dapat
dianalogkan sebagai suatu kesatuan lengkap antara perangkat lunak-perangkat keras dan
pengelola. Agar fungsinya dapat berjalan efektif maka operasinya harus dilaksanakan
dengan manajemen yang benar.

PENYAJIAN DAN HASIL

Crts

citra

printer

plotter

analog

pita

disket

citra/foto

tabel

grafik

Gambar 26. Pembuatan Keluaran Data Dalam SIG

Susunan keahlian dan kemapuan pengelola SIG sangat penting untuk diselaraskan
agar dapat menjalankan fungsi SIG dengan baik. Biasanya organisasi pengelola ini
bervariasi dari grup yang mengelola hal-hal yang berkaitan dengan, masalah teknis. Secara
51

sederhana keahlian yang harus ada dalam suatu SIG adalah manajer SIG, pakar database,
kartografer, manajer sistem, programmer, dan teknisi untuk pemasukan dan pengeluaran
data (Korte 1992). Kelompok-kelompok tersebut akan bertanggung jawab untuk
mendapatkan data dan mengalirkan informasi ke pihak pengambil keputusan atau pihak
yang memerlukan.
VIII.3.5. Organisasi Data Dasar Dalam SIG
Komputer untuk menangani SIG mempunyai basis data yang dapat menampung dari
berbagai sumber data yang dikumpulkan dari peralatan elektronik maupun peralatan
otomatis pengumpul data tersebut. Data-data tersebut berasal dari peta, penginderaan jauh,
posisi GPS, hasil pengolahan fotogrametri, hasil pencatatan di satsiun-stasiun dan data dari
SIG lain. Konfigurasi pemasukan data dapat dilihat seperti pada gambar 27.

PENGINDERAAN JAUH

GPS
FOTOGRAMETRI
PENGUKURAN
STASIUN - 2

digitasi
BASIS DATA
SPASIAL

DATA dari
SIG lain

Gambar 27. Konfigurasi pemasukkan data pada basis data SIG


(sumber : LAPAN dan BPPT, 1999 Pengantar SIG

Pengelompokan data digital yang sudah dimasukkan ke basis data SIG disebut
konsep coverage, yaitu pemisahan data kedalam layers (obyek) yang ada [marble &
Peuquet,1990]. Pemisahan data dalam layer-layer dilakukan dan direncanakan dengan
baik sebelum proses digitasi. Sebelum pemasukan data perlu diperhatikan informasi apa
saja yang terdapat pada peta kerja, misalnya peta topografi. Pemasukan data disesuaikan
dengan tujuan pembangunan basis data yang akan disusun berdasarkan point coverage
(misalnya pelabuhan, stasiun, terminal, dll), line coverage (misalnya jalan, sungai, rel kereta

52

api),

dan

polygon

coverage

(misalnya

unit

penggunaan

lahan,

danau,

lautan).Pengelompokan konsep coverage disusun seperti pada gambar 28. berikut :

1
5

2
4

GEOGRAFISK
ID

ID

KECAMATAN

Desa

101

Pringgarata

Ubung

102

Pringgarata

Sintung

103

Pringgarata

Murbaya

Gambar 2.8 Pengelompokan konsep coverage ke dalam layers


(obyek) pada basis data SIG
(sumber : LAPAN dan BPPT, 1999 Pengantar SIG)

Pemisahan informasi dengan konsep layer mempunyai arti yang besar dalam
pengelolaan basis data, diantaranya adalah :
1. Membantu dalam mengorganisasi feature yang berelasi.
2. Meminimalkan jumlah atribut yang berkaitan dengan setiap feature.
3. Memudahkan perbaikan dan pemeliharaan peta, karena biasanya tersedia sumber
data yang berbeda untuk setiap layer.
4. Menyederhanakan tampilan peta, karena feature yang berelasi mudah digambarkan ,
diberi label (ID) dan disimbolkan.
5. Mempermudah proses analisis spasial.
Dalam pengorganisasian data dasar dilakukan dengan menggunakan Manajement
Basis Data (DBMS), yaitu program komputer yang mengendalikan data input, output,
storage dan pengambilan kembali dari basis data dasarnya.

Proses penyimpanan,

pemeliharaan dan pengambilan suatu catatan dalam berkas data dapat dikerjakan dengan
efisien, maka berkas data tersebut diatur dengan organisasi tertentu, seperti simple list,
ordered sequential file atau indeks files. Demikian juga berkas-berkas data dalam data dasar
53

diatur juga agar proses akses datanya dapat dilakukan dengan mudah. Terdapat tiga jenis
struktur data dasar yang dikenal, yaitu struktur hierarkis, jaringan dan relational. Setiap
struktur mempunyai keterbatasan dan kelebihnya. Pemilihan struktur disesuaikan dengan
data dari keperluan penggunaannya.
VIII.4. Analisis Data Dalam SIG
Analisis terhadap kondisi/fenomena geografis sangat penting dalam kegiatan
pembangunan, khususnya didalam perencanaan penataan ruang dan penggunaan
sumberdaya lahan yang optimal. Di dalam perencanaan pembangunan tersebut perlu
dilakukan analisis terhadap variasi keruangan kondisi fisik maupun sosial ekonomi yang ada
untuk dapat menentukan skenario pemanfaatan sumber daya lahan yang paling berguna. Di
samping itu, perencanaan yang baik perlu pula dilengkapi dengan analisis kemungkinan
dampak maupun hasil yang akan diperoleh jika suatu rencana/skenario pembangunan
dilaksanakan.
VIII.4.1. Analisis Tumpang Susun (Overlay)
Tumpang susun (overlay) peta merupakan proses yang paling penting dilakukan
dalam pemanfaatan SIG. Ketika fasilitas komputer dan perangkat lunak SIG belum banyak
tersedia, para surveyor pemetaan, perencanaan dan praktisi lain banyak memanfaatkan peta
dalam pekerjaannya menghadapi kendala menumpang-susunkan peta yang berjumlah lebih
dari empat lembar. Mengoverlaykan empat peta sekaligus akan memberikan gambaran
yang rumit dan sulit untuk dirunut kembali dalam penyajian satuan-satuan pemetaan baru.
SIG menyediakan fasilitas tumpang-susun (overlay) secara cepat untuk menghasilkan
satuan pemetaan baru sesuai dengan kriteria yang dibuat.
Konsep analisa tumpang susun (overlay) merupakan fungsi analisis pada SIG,
dimana fungsi ini dapat dilakukan dalam satu peta atau beberapa macam peta, atau dapat
dikatakan bahwa analisa overlay merupakan proses penggabungan dua layer untuk
membentuk layer ketiga.
Pada prinsipnya ada 2 (dua) tipe dari pelaksanaan overlay, yaitu dengan fungsi
aritmatika dan logikal.

54

Aritmatika, merupakan pelaksanaan overlay dengan cara penambahan, pengurangan,


pembagian dan perkalian dari masing-masing nilai pada data layer I dengan nilai
yang berhubungan pada data yang terletak di layer II.

Logikal, merupakan pelaksanaan overlay meliputi pencarian pada keseluruhan area,


dimana ditentukan dengan kondisi-kondisi yang spesifik bersamaan terjadi atau
tidak terjadi..
Adapun perintah-perintah yang sering digunakan dalam analisa SIG seperti pada

gambar 2.15, yaitu :


a. Union, digunakan untuk mengoverlaykan poligon dan menyimpan semua area pada
kedua coverage.
b. Identity, digunakan untuk mengoverlaykan titik, garis dan poligon pada poligon dan
menyimpan semua unsur-unsur coverage input.
c. Intersect, digunakan untuk mengoverlaykan titik, garis dan poligon tetapi hanya
menyimpan bagian unsur-unsur coverage input yang terletak dalam poligon overlay.

1
2

Coverage
A

1
3
2
input

B
C

Overlay
1
2

D
3

Identity

D
3

Intersect

A
D
B Union
3 C

Gambar 29 Operasional overlay

Program overlay mempunyai enam macam menu utama, yaitu :


1. Spasial join, berfungsi untuk menumpang susunkan beberapa coverage menjadi satu
coverage.
2. Bufffer generation, berfungsi merubah feature titik dan garis menjadi suatu poligon.

55

3. Feature extraction, berfungsi untuk mengeluarkan, menghapus, mengutip feature


dari sebuah coverage. Juga dapat memisahkan coverage tunggal menjadi beberapa
coverage.
4. Feature merging, berfungsi untuk menggabungkan poligon yang bersebelahan dan
menghapus garis yang dijadikan sebagai batas penggabungan tersebut.
5. Map database merging and splitting, berfungsi menggabungkan beberapa coverage
menjadi satu coverage serta dapat memecahkan satu coverage menjadi beberapa
coverage.
6. Map update, berfungsi mengganti area dalam coverage dengan cara memotong
kemudian menggantinya.
VIII.4.2. Analisis Buffer
Buffer adalah wilayah yang berada disekitar objek garis, wilayah lain, symbol atau
beberapa objek lainnya.Sebagai contoh kita bias membuat wilayah buffer yang berada
disekitar kampus. Untuk membuat buffer pertama yang harus dilakukan adalah membuat
layers menjadi editable. Selanjutnya pilih objek yang akan dijadikan basis untuk wilayah
buffer. Pilih buffer dari menu objek. Berikut adalah cara untk membuat buffer:
- Tentukan radius buffer: dapat berupa nilai konstanta, data dari table atau
sebuah ekspresi.
- Tentukan jumlah segmen setiap lingkaran.
Metode buffer, kita bisa membuat single buffer untuk memasukkan semua objek
terpilih, atau membuat individual buffer untuk setiap objek. Ada dua cara untuk
membuatnbuffer beberapa objek secara bersamaan, yaitu:
- Metode pertama adalah dengan membuat satu buffer untuk semua objek. Buffer akan
dihasilkan disekitar objek masukan dan buffer hasilnya digabungkan jadi keluaran
berupa single objek.
- Metode yang paling baik adalah dengan membuat buffer untuk semua objek, sebagai
contoh kita memiliki layers STO ( Sentral Telepon Otomatis), kemudian kita ingin
membuat buffer dengan radius 5 km dari setiap STO.
Sebuah buffer zone merupakan sebuah area dengan lebar tertentu yang mengelilingi
satu atau lebih elemen peta.Buffer zone bisa terjadi pada titik, garis, dan luasan dimana zone
tersebut untuk menentukan jauh dekat spasial, seperti yang terlihat pada gambar dibawah .
56


Feature titik

Feature Garis

Feature Area

VIII.4.3.Analisis Transformasi
Transformasi adalah merubah sebuah koordinat dari satu sistem (satu) ke sistem
yang lainnya (dua), yaitu:
- Transformasi diantara geometri proyeksi peta.
- Merubah sistem koordinat digitizer ke koordinat peta.
- Penghilangan sebuah distorsi pada dokumen analog, (perubahan skala, rotasi, dan
pergeseran dari dokumen).
Macam-macam dari analisis transformasi adalah:
1. Komform : skala, rotasi dan pergeseran
Pada transformasi conform minimal dibutuhkan 2 titik sekutu ( titik yang sama pada
sistem I dan sistem II).

Rumus:

a -b

x
+

Dalam hal ini :


X,Y

= Sistem I

x,y

= Sistem II

a b c d = Unknown Parameter
2. Affine : skala, rotasi, pergeseran dengan peregangan
Pada transformasi affine dibutuhkan minimal 3 titik sekutu.
Rumus :

X
Y

a
=

b
d

x
+

e
f

Dalam hal ini :


X,Y

= Sistem I

x,y

= Sistem II

57

a b c d = Unknown Parameter
3. Polynomial : transformasi tingkatan yang tinggi ada beberapa orde yang masing-masing
mempunyai ketentuan yang berbeda (rumus yang berbeda).
Rumus : X = a0 + a1x + a2x2 +a3y
Y = b0 + b1x + b2x2 + b4y
Dalam hal ini :
a0, b0, a2, b0, b1, b3 = parameter unknown
x, y = Koordinat Sistem I

58

Anda mungkin juga menyukai