PENDAHULUAN
I.1. Sejarah Ilmu Ukur Tanah
Pengukuran-pengukuran diatas permukaan tanah sudah dimulai sejak munculnya
peradaban manusia. Yakni munculnya keinginan manusia untuk memiliki sesuatu yang
utama dan pertama adalah rumah. Maka dimulailah adanya ukuran-ukuran tertentu dalam
hal kepemilikan lahan, yang masing-masing orang berbeda tergantung kedudukannya di
masyarakat. Pada masa itu tidak ada yang mempermasalahkan berapapun ukuran/luasnya.
Barulah pada masa kerajaan Mesir kuno mulai dikenal adanya pembagian lahan untuk
pertanian berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Pada saat Sungai Nil mulai surut orang
berebut untuk menanami lahan yang sudah kering, maka mulailah dikenal pengukuranpengukuran untuk membagi lahan untuk digarap. Pengukuran jarak tersebut menggunakan
sejenis panjangan tertentu yang kemudian dikenal dengan meter.
Di Indonesia tidak berbeda jauh. Disini dikenal panjangan dipa yaitu seukuran
lebar dada dan panjang tangan orang dewasa. ( 1 meter ), yang dipergunakan sejak Jaman
Kerajaan Mojopahit.
Disini ukuran panjang dipergunakan untuk pembagian lahan pertanian dan perikanan
disepanjang sungai bengawan solo dan sungai brantas serta siwakan yaitu pembagian
lahan untuk tambak di daerah sekitar kali porong. Dan dibeberapa tempat di P. Jawa, ukuran
ini masih berlaku.
Arti dari ilmu ukur tanah sendiri banyak definisinya tetapi secara garis besar adalah
suatu ilmu/metode untuk melakukan pekerjaan pengukuran diatas permukaan bumi dan
menggambarkannya diatas bidang datar yang disebut peta.
Membicarakan ilmu ukur tanah harus selalu menyinggung juga ilmu yang lebih
tinggi yaitu Geodesi, karena sebetulnya ilmu ukur tanah adalah bagian dari geodesi.
Apa itu Geodesi ?
Geodesi menurut pandangan awam adalah cabang ilmu geosains yang mempelajari
tentang pemetaan bumi. Geodesi adalah salah satu cabang keilmuan tertua yang
berhubungan dengan bumi.
Geodesi berasal dari bahasa Yunani, Geo () = bumi dan daisia / daiein () =
membagi, kata geodaisia atau geodeien berarti membagi bumi. Sebenarnya istilah
Geometri sudah cukup untuk menyebutkan ilmu tentang pengukuran bumi, dimana
geometri berasal dari bahasa Yunani, = geo = bumi dan metria = pengukuran.
Secara harafiah berarti pengukuran tentang bumi. Namun istilah geometri (lebih tepatnya
ilmu spasial atau keruangan) yang merupakan dasar untuk mempelajari ilmu geodesi telah
lazim disebutkan sebagai cabang ilmu matematika.
I.2. Definisi
Definisi Klasik
Menurut Helmert dan Torge (1880), Geodesi adalah Ilmu tentang pengukuran dan
pemetaan permukaan bumi yang juga mencakup permukaan dasar laut.
Definisi Modern
Menurut IAG (International Association Of Geodesy, 1979), Geodesi adalah
Disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengukuran dan perepresentasian dari Bumi dan
benda-benda langit lainnya, termasuk medan gaya beratnya masing-masing, dalam ruang
tiga dimensi yang berubah dengan waktu.
Pada laporan Dewan Riset Nasional Amerika Serikat, definisi Geodesi dapat dibaca
sebagai berikut: a branch of applied mathematics that determines by observations and
measurements the exact position of points and the figures and areas of large portions of the
earth's surface,the shape and size of the earth, and the variations of terrestrial gravity.
Dalam bahasa yang berbeda, geodesi adalah cabang dari ilmu matematika terapan,
yang dilakukan dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan untuk menentukan:
* Posisi yang pasti dari titik-titik di muka bumi
* Ukuran dan luas dari sebagian besar muka bumi
* Bentuk dan ukuran bumi serta variasi gaya berat bumi
Definisi ini mempunyai dua aspek, yakni:
* Aspek ilmiah (aspek penentuan bentuk), berkaitan dengan aspek geometri dan fisik
bumi serta variasi medan gaya berat bumi.
* Aspek terapan (aspek penentuan posisi), berhubungan dengan pengukuran dan
pengamatan titik-titik teliti atau luas dari suatu bagian besar bumi. Aspek terapan ini yang
kemudian dikenal dengan sebutan survei dan pemetaan atau teknik geodesi.
2
Kini teknik geodesi tidak lagi hanya berhubungan dengan survei dan pemetaan.
Perkembangan teknologi komputer dijital telah memperluas ruang lingkup keilmuan dan
keahlian teknik geodesi. Peta telah dikelola sebagai informasi geografis berkomputer. Itu
sebabnya dunia internasional telah mengadopsi terminologi baru: Geomatika atau
Geoinformatika.
Sejarah Geodesi
Sejak zaman dahulu, Ilmu Geodesi digunakan oleh manusia untuk keperluan navigasi.
Secara signifikan, kegiatan pemetaan bumi sebagai bidang ilmu Geodesi telah dimulai sejak
banjir sungai nil (2000 SM) oleh kerajaan Mesir Kuno. Perkembangan Geodesi yang lebih
signifikan lagi pada saat manusia mempelajari bentuk bumi & ukuran bumi lebih dalam
oleh tokoh Yunani, Erastotenes yang dikenal sebagai bapak geodesi. Hingga teknik geodesi
dijadikan sebagai disiplin ilmu akademis hampir disetiap negara. Saat ini, dikarenakan
kemajuan teknologi informasi, cakupan ilmu geodesi semakin luas.
I.3. Pengetian Ilmu Ukur Tanah
Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu yang lebih luas yang
dinamakan ilmu geodesi. (Soetomo 1980)
Ilmu geodesi mempunyai dua maksud yaitu :
a. maksud ilmiah : menentukan bentuk permukaan bumi
b. maksud praktis : membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar
atau sebagian kecil permukaan bumi.
Maksud dari pembuatan peta adalah bias dicapai dengan melakukan pengukuran
pengukuran diatas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan, karena adanya
gunung-gunung yang tinggi dan lembah lembah yang curam, pengukuran dibagi dalam
pengukuran yang datar untuk mendapatkan hubungan mendatar titik titik yang di ukur
diatas permukaan bumi dan pengukuran tegak guna mendapatkan hubungan tegak antara
titik titik yang diukur.
Untuk memindahkan keadaan dari permukaan bumi yang tidak beraturan dan
melengkung kebidang datar (berupa peta), diperlukan bidang perantara yang dipilih
sedemikian rupa, hingga pemindahan keadaan tersebut dapat dilakukan dengan semudah
mudahnya. Sebagai bidang perantara yang diambil berupa :
a.bidang ellipsoid bila luas daerah lebih besar dari 5500 km2. didapat dengan
3
memutar satu ellips dengan sumbu kecilnya sebagai sumbu putar. Ellips dari
Bessel mempunyai sumbu besar a = 6377.397 m, dan sumbu kecil b = 6356.078
m.
b.bidang bulatan untuk luasan yang mempunyai ukuran terbesar kurang dari 100
km. Jari jari bulatan ini dipilih sedemikian, sehingga bulatan menyinggung
permukaan bumi di titik tengah daerah.
c. Bidang datar, bila daerah mempunyai ukuran terbesar tidak melebihi dari 55 km
1.4.. Ruang Lingkup Pemetaan
Ada tiga bagian utama dalam pembuatan peta, yaitu tahap pengukuran, pengolahan
data dan penggambaran. Dalam pelaksanaannya ketiga bagian utama ini akan selalu
mengalami hambatan baik oleh manusia, alam, maupun alat yang dipergunakan dalam
pelaksanaan tersebut, sehingga selalu dituntut pelaksanaan yang berdasarkan perhitungan
yang teliti dan benar agar didapatkan peta yang sesuai dengan yang dikehendaki pemberi
kerja, ( Sinaga 1997 )
sesuai dengan persyaratan yang ada yaitu :
1. Pengambilan Data
Pada tahap pengukuran, terdapat tiga faktor yang paling dominan dan akan
mempengaruhi hasil pengukuran yaitu :
a. Kesetabilan peralatan pengukuran
b. Keterampilan dalam pengukuran
c. Keadaan alam pada saat pelaksanaan pengukuran.
2. Pengolahan Data
Pada saat pengolahan data dari hasil pengukuran terdapat tiga permasalahan yang
perlu mendapatkan perhatian yang mendalam yaitu :
a. Reduksi hasil penukuran terhadap semua penyimpangan yang terjadi pada saat
pelaksanaan pengukuran
b. proses hitungan pada permukaan yang tidak tentu
c. pemilihan jenis analisa hasil pengukuran tersebut.
3. Penyajiaan Data
Setelah seluruh data pengukuran diolah sesuai dengan aturan yang berlaku, maka
pada saat penggambaran juga ada tiga hal yang perlu diperhatian yaitu :
4
BAB II
KLASIFIKASI PETA
II.1. Pengertian Peta
Peta merupakan penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan antara
berbagai perwujudan yang diwakilinya.
peta : merupakan gambaran dari permukaan bumi dalam skala tertentu dan
digambarkan diatas bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.
Peta mengandung arti komunikasi, artinya peta merupakan suatu saluran antara
pengirim pesan (kartografer) dengan penerima pesan (user/pengguna peta).
Supaya maksud dan informasi yang dibawa oleh peta itu sampai ke pengguna peta,
maka peta harus dibuat menarik dan mudah dipahami dengan bantuan teknik
pewarnaan, desain simbol serta teknik penyajian peta.
Menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat terhadap tempat lain di
permukaan bumi).
Memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarak di permukaan
bumi).
Digunakan untuk membantu pekerjaan disain sebagai contoh disain jalan, pelabuhan
dan lain-lain.
Berdasarkan Jenisnya
Peta citra : peta yang dihasilkan dari pemotretan dari satelit ( penginderaan jauh /
remote sensing )
Peta foto: peta yang dihasilkan dari pemotretan udara / photogrametri mosaik foto
udara/ orthofot yang dilengkapi garis kontur
Berdasarkan Skala
peta skala sangat besar 1:1.000 - 1:5.000
peta skala besar 1 : 5.000 - 1: 25.000
peta skala sedang 1: 25.000 - 1: 100.000
peta skala kecil 1:100.000 - 1: 1 000.000
3.
Berdasarkan fungsinya
Peta Umum (General Map), merupakan peta yang berisi jalan, bangunan, batas
wilayah, garis pantai, elevasi dan sebagainya.
Peta umum dengan skala besar disebut peta topografi, sedangkan peta umum dengan
skala kecil disebut atlas.
Peta topografi : merupakan gambaran dari sebagian /seluruh permukaan bumi baik yang
alamiah maupun buatan manusia dalam skala tertentu dan digambarkan
diatas bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.
yang
akan
Peta ini adalah produk pertama dari suatu peta yang akan direproduksi dalam
keseluruhan proses pemetaan, sebagai contoh:
Peta ini merupakan peta dasar yang digunakan untuk pembuatan peta-peta
lainnya seperti peta tematik, peta topografi dan atau peta-peta turunan.
Peta dasar yang digunakan untuk menyusun peta tematik disebut dengan peta
kerangka; yang digunakan biasanya adalah peta topografi.
Peta ini merupakan peta yang diturunkan dari peta induk dan berskala lebih
besar dari peta induknya. Peta turunan pada umumnya sudah mengalami
proses penyederhanaan (generalisasi).
d. Peta Digital
Peta digital dapat berfungsi sebagai peta dasar dan peta tematik.
Peta dasar digital umumnya memiliki layer-layer utama
BAB III
SISTEM SATUAN UKURAN
Sistem satuan yang biasa digunakan dalam ilmu ukur tanah, terdiri atas 3 (tiga) macam
sistem ukuran, yakni : Satuan Panjang, Satuan Luas dan Satuan Sudut
O
III.1. SATUAN PANJANG
Terdapat dua satuan panjang yang lazim digunakan dalam ilmu ukur tanah, yakni
satuan metrik dan satuan britis.
Yang digunakan disini adalah satuan metrik yang didasarkan pada satuan meter
Internasional (meter standar) disimpan di Bereau Internationale des Poids et Mesures
Bretevil dekat Paris
KM
MILES
1 KM
= 1000 M
METER
FOOT
INCHES
YARD
0,6214
1 HM
= 100 M
3,2808
39,37
1,0936
1,6093
1 DM
= 0,1 M
0,9144
36
1 CM
= 0,01 M
0,3048
12
0,3333
1 MM
= 0,001 M
0,0254
0,0833
0,0278
1 Tumbak = 14 m2
1 km2 = 106 m2
1 are = 100 m2
BAB IV
UNSUR UNSUR DALAM PEMBUATAN PETA
IV.1. JARAK
AB = Jarak Mendatar
AB = Jarak Miring
BB = Beda Tinggi antara A
dan B
10
Yang diartikan sudut mendatar di A adalah sudut yang dibentuk oleh bidang
ABBA dengan ACCA. Sudut BAC disebut sudut mendatar = sudut b
Sudut antara sisi AB dengan garis y yang sejajar sumbu Y disebut sudut
jurusan sisi AB = a ab. Sudut Jurusan sisi AC adalah a ac
Jadi Sudut Jurusan atau azimuth adalah : Sudut yang dihitung mulai dari
sumbu Y+ (arah utara) berputar searah jarum jam sampai titik ybs.
Sudut Jurusan mempunyai harga dari 0o sd. 360o.
Dua sudut jurusan dari dua arah yang berlawanan berselisih 180o
11
Sudut Jurusan suatu sisi dihitung dari sumbu Y+ (arah utara) berputar searah jarum
jam sampai titik ybs, harganya 0o - 360o
Dua sudut jurusan dari dua arah yang berlawanan berselisih 180o Misalnya aba = aab +
180o atau aba - aab = 180o
Arah suatu titik yang akan dicari dari titik yang sudah diketahui biasa dikenal
dengan sudut jurusan
- dimulai dari arah utara geografis (Y+)
- diputar searah jarum jam
- diakhiri pada arah yang bersangkutan
- aac= sudut jurusan dari A ke C
- aab= sudut jurusan dari A ke B
- b = sudut mendatar antara dua arah
aac = aab + b
Apabila Diketahui Koordinat Titik A adalah (Xa, Ya) dan Hasil Pengukuran aab dan dab
Hitung : Koordinat Titik B ?
Penyelesaian :
Xb = OB , Xb = OA + AB, Xb = Xa + DXab
Yb = BB , Yb = BB + BB , Xb = Ya + DYab
Sin ab =
Xab
X ab = d ab Sin ab
d ab
Cos ab =
Yab
Yab = d ab Cos ab
d ab
12
BAB V
PERALATAN PENGUKURAN
Dalam ilmu ukur tanah terdapat berbagai macam jenis alat ukur yang digunakan, alat-alat
tersebut memiliki fungsi dan kegunaan yang menunjang pekerjaan pemetaan yang
berhubungan dengan penentuan posisi dari berbagai object atau lokasi yang akan di petakan.
Jenis-jenis Peralatan Ukur Tanah
1. Global Positioning System
2. Total Station
3. Theodolit
4. Waterpas
Positioning Instrument
Total Station
ARAH+JARAK
Theodolite
ARAH
X, Y, Z
Pita Ukur + EDM
GPS
Koordinat
JARAK
Geodetik Global. Sistem dan Kerangka Referensi Koordinat Global yang digunakan dalam
penentuan posisi menggunakan metode survey GPS adalah datum WGS 1984 ( World
Geodetic System 1984). Tingkat akurasi dan presisi posisi hasil survei menggunakan GPS
dapat mencapai level meter hingga centimeter bahkan dapat mencapai millimeter tergantung
kepada beberapa hal diantaranya adalah ketelitian data, geometri pengamatan, strategi
pengamatan serta strategi pengolahan data.
Selain tingkat akurasi dan presisi hasil survei GPS yang dapat diandalkan,
konektivitas dari titik-titik hasil survei GPS dapat dijaga konsistensinya antara suatu titik
dengan titik lainnya dalam suatu jaring koordinat (basenet) sehingga sangat mudah dalam
melakukan dan rekonstruksi. Tipikal survei GPS tersebut diatas sangat cocok untuk
diaplikasikan untuk berbagai jenis kegiatan survei termasuk didalamnya dalam kegiatan
survei penetapan dan penegasan batas wilayah atau lahan/persil.
14
kode
yang
unik
sehingga
penerima
(perangkat
GPS)
dapat
mengidentifikasi sinyal dari setiap satelit. Pada saat fitur "Anti-Spoofing" diaktifkan, maka
kode P akan di enkripsi dan selanjutnya dikenal sebagai kode P(Y) atau kode Y.
Perangkat GPS yang dikhususkan buat sipil hanya menerima kode C/A pada sinyal
L1 meskipun pada perangkat GPS yang canggih dapat memanfaatkan sinyal L2 untuk
memperoleh pengukuran yang lebih teliti.
Perangkat GPS menerima sinyal yang di transmisikan oleh satelit GPS. Dalam
menentukan posisi membutuhkan paling sedikit 3 satelit untuk penentuan posisi 2 dimensi
(Lintang dan Bujur) dan 4 satelit untuk penentuan posisi 3 dimensi (Lintang, Bujur dan
Ketinggian). Semakin banyak satelit yang di peroleh maka akurasi posisi akan semakin
tinggi untuk mendapatkan sinyal tersebut, perangkat GPS harus berada di ruang terbuka.
Apabila perangkat GPS berada dalam ruangan atau kanopi yang lebat dan daerah dikelilingi
15
oleh gedung tinggi maka sinyal yang diperoleh akan semakin berkurang sehingga akan
sukar untuk menentukan posisi dengan tepat atau bahkan tidak dapat menentukan posisi.
V.1.4. Dasar Penentuan Posisi dengan GPS
Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi
(pengikatan ke belakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke
beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Posisi yang telah diberikan oleh
GPS adalah posisi tiga dimensi (X, Y, Z) yang dinyatakan dalam datum WGS (World
Geodetic System) 1984. dengan GPS titik yang akan ditentukan posisinya dapat diam (Static
Positioning) ataupun bergerak (Kinematic Positioning). Posisi titik dapat ditentukan dengan
menggunakan metode Absolute (Point) positioning, ataupun terhadap titik lainya yang telah
diketahui koordinatnya (Monitor Station) dengan menggunakan metode Differential
(Relative) Positioning yang menggunakan minimal 2 receiver GPS, yang menghasilkan
ketelitian posisi yang relative lebih tinggi. GPS dapat memberikan posisi secara instant
(Real-Time) ataupun sesudah pengamatan setelah data pengamatannya diproses secara
ekstensif (Post Processing) yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan ketelitian yang
lebih baik.
16
V.2. Theodolit
Theodolit alat ukur utama dalam pengambilan data sudut ini adalah theodolit yang
dapat diartikan sebagai alat ukur penyipat datar ruang.
Alat ukur ini dilengkapi dengan 2 (dua) buah lingkaran pembaca yang digunakan
untuk penentuan sudut vertical dan horizontal. Beberapa bagian penting lainnya adalah
tropong dan nipo yang fungsinya sama dengan alat ukur sipat datar.
Theodolit adalah salah satu alat yang digunakan untuk pengukuran. Pengertian dari
Theodolit itu sendiri adalah suatu alat untuk mengukur sudut (horisontal dan vertikal)
serta mengukur jarak, karena alat Theodolit dilengkapi dengan piringan horisontal
maupun piringan vertikal. Disamping itu Theodolit juga dilengkapi dengan sumbu I
(vertikal) dan sumbu II (horisontal), sehingga teropong bisa diarahkan ke segala arah.
Pada saat alat tersebut akan digunakan dilapangan untuk melakukan pengukuran, bagian
Theodolit harus berada dalam keadaan yang baik :
a. Sumbu I vertikal.
b. Sumbu II horisontal.
c. Garis bidik tegak lurus pada sumbu II.
d. Kesalahan indek vertikal sama dengan nol.
Maka Theodolit harus diatur dahulu supaya memenuhi persyaratan tersebut.
Theodolite (Sudut)
Manual Theodolite
pembacaan sudut horisontal & vertikal dilakukan secara manual
cukup berat sesuai dengan metal pembuatnya
lebih tahan banting
data sudut dicatat
Digital Theodolite
pembacaan sudut horisontal & vertikal dilakukan
secara otomatis dan digital
lebih ringan
data sudut dicatat
laser
sebagai
17
Untuk lebih jelasnya, susunan anatomi dari thoedolite dapat dilihat dibawah ini :
18
Gambar .6 Theodolit
3-D Station
NET 2
GP1
w/
TM6 / TM10E
NET 2A
NET 2B
GP1-2
w/
SET 3
Series 110M
GP1-3
w/
DT2
AGP1
SET 3B
NET 2100
GP1-2A
w/ SET 3100
w/
Series 230RM
NET 1200
NET 1
GP3130R3
SRX
NET 05
19
20
Syarat kedua : 1.
2.
Digital Level
pembacaan beda tinggi dan jarak dilakukan secara otomatis dan
digital
membutuhkan waktu lebih cepat
data di simpan di memori alat dan langsung bisa diolah di
komputer
Struktur Waterpass
Alat ukur waterpass merupakan alat ukur yang digunakan sebagai alat untuk
mengukur beda tinggi dan jarak antara dua titik.
21
BAB VI
TAHAPAN PEMETAAN TOPOGRAFI
Pemetaan topografi dilakukan untuk menentukan posisi horizontal (x,y) dan posisi
vertikal (H) dari obyek-obyek di permukaan bumi yang meliputi unsur-unsur alamiah
seperti sungai, gunung, danau, padang rumput, rawa-rawa, dan sebagainya serta unsur-unsur
buatan manusia seperti rumah, sawah, jembatan, jalur pipa, rel kereta api dan sebagainya.
Adapun Ilmu Geodesi memiliki dua maksud, yaitu :
Maksud ilmiah : Menentukan bentuk permukaan bumi.
Maksud praktis : Menentukan bayangan yang dinamakan peta dari sebagian
besar atau kecil bentuk permukaan bumi dengan skala tertentu.
Kerangka Kontrol Peta.
Penentuan kerangka kontrol peta adalah salah satu tahapan yang harus
dilaksanakan dalam proses pembuatan peta topografi. Adapun kerangka kontrol peta
terbagi atas dua macam yaitu :
1. Kerangka kontrol horizontal.
2. Kerangka kontrol vertikal.
Kegiatan pengukuran kerangka kontrol peta ini adalah menentukan posisi titiktitik di lapangan yang berfungsi sebagai titik ikat (titik kontrol) dari posisi titik
obyek (detail) yang lain.
1.1.
22
Waterpass (level/sipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan
untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik yang berdekatan yang ditentukan
dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditujukan ke ramburambu ukur yang vertikal.
disebut waterpassing atau levelling. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan
beda tinggi suatu titik yang akan ditentukan ketinggian-ketinggiannya berdasarkan
suatu sistem referensi atau bidang acuan. Sistem referensi yang dipergunakan adalah
tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea level) atau sistem referensi lain yang
dipilih.
VI.1. Pengukuran Kerangka Kontrol horizontal
Penentuan kerangka kontrol horizontal, pembuatan peta topografi, kerangka kontrol
horizontal juga sangat penting. Pengukuran kerangka kontrol horizontal biasanya dilakukan
dengan metode :
a. Metode Triangulasi
b. Metode Trilaterasi
c.
Metode Poligon
mengenai pengukuran
23
U
S4
S2
2
A
S1
S3
BT
D34
DnB
D23
D12
Sn
Dimana
: A, B, S, T
: titik tetap
1, 2, 3,.n
DA1,,DnB
2. d Sin + F(X)
= Xakhir Xawal(1-2)
3. d cos + F(Y)
= Yakhir - Y awal(1-3)
: azimuth
d23
d12
S2
d34
S3
S1
Gam
bar
II.1.
Urai
an
Subs
iste
msiste
m
SIG
S4
Sn
n
d45
S5
dn5
24
Ket :
1,2,3,
= 0.....(1-6)
: jumlah sudut
d sin : jumlah X
d cos : jumlah Y
F(S)
: kesalahan sudut
F(X)
: kesalahan koordinat X
F(Y)
: kesalahan koordinat Y
x
i 1
Xi
........................................(1 8)
n
dimana : X
Xi
: jumlah pengukuran
: sudut terkoreksi
: sudut ukuran
tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal (K) dinyatakan sebagai
batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran
ditunjukkan
sipat datar
. Pada Tabel 1
Untuk keperluan pengikatan ketinggian, bila pada suatu wilayah tidak ditemukan TTG,
maka bisa menggunakan ketinggian titik triangulasi sebagai ikatan yang mendekati harga
ketinggian teliti terhadap MSL.
Tingkat ketelitian pengukuran sipat datar.
Tingkat / Orde
3 mm
II
6 mm
III
8 mm
26
maka pengukuran detailpun menjadi selektif, artinya hanya detail-detail tertentu yang
diukur guna keperluan suatu macam peta.
Pada metode ini pengambilan titik detail dengan menaruh alat ukur di sembarang
titik dan untuk pembacaan backsight/forsight dapat di bidikkan pada titik tetap, yaitu titik
tetap tersebut merupakan hasil transfer dari titik benchmark (BM) terdekat dan dari titik
tersebut alat membidik sebanyak mungkin titik-titik/kisi-kisi yang ada.
bt
Dm
hD
Ti
Keterangan gambar:
Dm
Dd
z
h
= Jarak miring
= Jarak datar bt
= Sudut zenit h
= Sudut heling
Ti
= Tinggi Instrument
= Benang tengah
= Beda tinggi
h
Ha+1
Dm
Dd
p
h
Awal garis kontur akan selalu bertemu kembali dengan akhir garis kontur tersebut.
2.
3.
4.
5.
Dalam pengambaran garis-garis kontur hal-hal yang juga harus diperhatikan adalah interval
konturnya dengan tidak mengabaikan segi artistiknya.Tentang ketinggian suatu tempat,
maka dibuat kontur indeks dengan garis yang lebih tebal dari kontur biasa
Rumus interval garis kontur =
skalapeta
2000
99
98
98,5
99
99,5
28
103.00
102.5
0
102.00
101.5
0
103.5 104.0
0
0
105.0
0
104.5
0
Kontur
indeks
Kontur
indeks
BAB VII
29
Mencari beda tinggi antar titik, dilakukan perhitungan matematis yaitu bacaan benang
tengah (bt) rambu belakang dikurangi pembacaan benang tengah ( bt ) rambu muka,
sehingga diperoleh:
h AB bt rb bt rm .(21)
Keterangan :
bt
rb
bt
rm
30
. Datar Profi
Gambar 15 Sifat
Memanjang
Keterangan:
bt1
bt
bt3
P1
: Benang titik 3
: Tempat berdiri alat 1
P2
31
A, b, c,
1, 2, 3,
1. Perhitungan Elevasi
H1
h pergi = - 0,007 m
h pulang = 0,009 m
Toleransi kesalahan yang diberikan 8mm D
jumlah d ( pergi-pulang ) = 1,3422 km
8mm1,13422 = 8,5199 mm
32
Dari nilai toleransi yang diberikan ternyata hasil pengukuran pergi memenuhi syarat
sedangkan pengukuran pulang tidak memenuhi syarat, maka data hasil pengukuran
pergi diolah untuk dihitung elevasi dan koreksinya
No Titik
1.
2.
3.
4.
5.
Pembacaan Mistar
Belakang
Muka
0.527
0.205
0.207
0.425
0.648
0.655
0.660
0.230
1.812
1.745
Jarak (m)
20.00
22.20
24.30
21.40
Beda Tinggi
(+)
(-)
0.320
0.443
0.235
0.425
Elevasi
110,00
110,320
109,877
109,642
110,067
33
BAB VIII
SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS ( SIG )
VIII.1. Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)
Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) saat ini lebih sering diterapkan bagi
teknologi informasi spasial atau geografis yang berorientasi pada penggunaan teknologi
komputer. Pada pengertian yang lebih luas SIG mencakup juga pengertian sebagai suatu
sistem yang berorientasi operasi secara manual, yang berkaitan dengan operasi
pengumpulan, penyimpanan dan manipulasi data yang bereferensi geografis secara
konvensional. Kegiatan ini telah berkembang sejak tahun 1960-an, akan tetapi penggunaan
SIG baru berkembang dalam dua dekade terakhir.
Berdasarkan
perkembangan
pemikiran,
SIG
memiliki
beberapa
definisi
Burrough(1986) memberikan definisi yang agak bersifat umum, yaitu SIG sebagai suatu
perangkat alat untuk mengumpulkan, menyimpan, menggali kembali, mentransformasi dan
menyajikan data spasial dan aspek-aspek permukaan bumi. Berbeda dari yang pertama ini,
Pardes(1988) mendefinisikan SIG sebagai suatu teknologi informasi yang menyimpan,
menganalisis, dan mengkaji baik data spasial dan non spasial. Walaupun agak berbeda
dalam definisi tersebut, kedua definisi menyatakan secara implisit bahwa SIG berkaitan
langsung sebagai sistem informasi yang berorientasi teknologi otomatis, walaupun tidak
menyebutkan secara spesifik apakah harus terkomputerkan atau tidak. Baru kemudian
Aronoff(1989) secara lebih spesifik mendefinisikan SIG sebagai suatu sistem berdasarkan
komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi Geografis
yang mencakup pemasukan; manajemen data (penyimpanan data dan pemanggilan
kembali); manipulasi dan analisis; dan pengembangan produk dan pencetakan. Untuk
melengkapi pengertian SIG, perlu ditambahkan pernyataan Durana (1996) bahwa dalam
pengertian yang lebih luas lagi harus dimasukkan dalam definisi SIG selain perangkat keras
dan perangkat lunak, juga pemakai dan organisasinya, serta data yang dipakai, sebab tanpa
mereka SIG tidak akan di operasikan.
Dari beberapa definisi SIG yang beredar, dapat disimpulkan bahwa pada intinya SIG
terdiri dari 4 (empat) subsistem, yaitu :
1. Data Input (data capture),
34
Sub sistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan
data atribut dari berbagai sumber serta mengkorversi atau mentransformasikan
format-format data asli ke format yang dapat digunakan oleh SIG.
2. Data Output (reporting),
Sub sistem ini akan menghasilkan atau menampilkan keluaran secara keseluruhan
atau sebagai basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti table,
grafik, peta, dan lain-lain.
3. Data Management (storage dan retrievel),
Sub sistem ini bertugas mengorganisasikan, baik data spasial maupun atribut
kedalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update,
dan di-edit.
4. Data Manipulation dan Analisis.
Sub sistem ini bertugas menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh
SIG serta melakukan manipulasi data dan pemodelan data untuk menghasilkan
informasi yang diharapkan.
Terlepas dari bervariasinya definisi SIG yang telah berkembang, secara umum telah
ada kesepakatan yang bersifat umum bahwa komponen komponen yang telah dijabarkan
diatas adalah komponen yang benar-benar perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Bagi
para pembaca yang ingin menelusuri lebih dalam lagi mengenai berbagai definisi tersebut
dapat membaca salah satu buku SIG, misalnya : Principles ana Applications, editornya
Maguire, Goodchild dan Rhind (1991)
DATIA INPUT
Tabel
OUTPUT
MANIPULATION
Laporan
Peta
Pengukuran
lapangan
Storage
(database)
Tabel
Retrieval
Output
Laporan
Peta (tematik,
topografi, dll)
Citra Satelit
Processin
g
Informasi
digital
(softcopy)
Foto Udara
35
Data lainnya
Istilah ruang atau spasial berasal dari kata spasial dalam bahasa Inggris. Ruang
digunakan untuk berbagai informasi yang berkaitan dengan lokasi, baik untuk informasi
kartorgrafi, informasi teknologi maupun rekayasa. Berbeda dengan istilah Geografis yang
berasal dari gabungan kata geo dan graphy. Geo berarti bumi sedangkan graphi berarti
proses penulisan, sehingga Geografis berarti penulisan tentang bumi. Dalam pengertian
lebih luas Geografis mencakup studi mengenai permukaan bumi terutama keragaman area
permukaan bumi dan hubungannya sebagai tempat tinggal manusia dalam lingkup
keruangan lingkungan dan wilayah.
Informasi Geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi yang
mengandung unsur posisi Geografis, hubungnan keruangan (spasial relationship), atribut
dan waktu. Posisi Geografis dapat dinyatakan dalam sistem koordinat lintang dan bujur atau
disebut sebagai sistem UTM (Universal Tranverse Mercator). Sistem-sistem koordinat
tersebut dapat dikonversikan dengan mudah, sehingga pengguna dapat lebih leluasa
menentukan sistem koordinat yang dipakai.
Hubungan keruangan sangatlah kompleks, maka tidaklah mungkin semuanya dapat
disimpan dalam basis data. Oleh karena itu, yang disimpan dalam basis data hanya
hubungan yang khusus, sedangkan hubungan yang sederhana tidak perlu disimpan. Waktu
juga merupakan komponen yang sangat penting dalam informasi Geografis, karena
informasi Geografis selalu berubah sesuai dengan berputarnya waktu. Misalnya garis pantai
36
yang berubah dalam beberapa tahun, karena terjadinya abrasi maupun akresi dan jalan yang
bertambah dengan cepat sesuai dengan tuntutan perkembngaan kota.
Data Geografis pada umumnya dinyatakan dalam bentuk lokasi permukaan bumi
yang menggunakan sistem standart. Semua data Geografis dapat dikategorikan kedalam
konsep dasar topologi (bentuk, tata letak, batas dan luas) yaitu dalam bentuk titik, garis dan
luasan (area). Oleh karena itu setiap fenomena grafis pada dasarnya dapat dinyatakan atau
diwakili dalam bentu titik (contoh : pabrik, terminal), garis (contoh :jalan, sungai dan
jembatan), dan poligon (area/luas) contohnya batas pulau, batas administrasi dan
sebagainya. Secara visual fenomena tersebut disajikan secara digital oleh teknologi
komputer, hal ini dilakukan untuk mempermudah/membantu pengguna jasa dalam
melakukan analisis berbagai gejala keruangan secara tepat guna.
Prinsip rancangan model didalam menggambarkan data keruangan dapat dilakukan
dengan 4 (empat) tingkatan, yaitu :
1. Penggambaran kenyataan (reality) adalah gejala sebagaimana yang dapat kita
lihat sehari-hari.
2. Model data (conseptual model ) adalah bentuk gambaran abstrak dari kejadian
sehari-hari yang dialami manusia.
3. Model struktur data (logical model) menunjukan model data yang merupakan
penggambaran kejadian tertentu, biasanya berbentuk diagram atau table, dan
4. Model file struktur fisik (file structure atau physical model ) adalah bentuk data
dalam penyimpanan perangkat keras.
Penyajian keempat model data Geografis tersebut dapat berupa data spasial dan data
atribut. Data spasial disajikan dalam format titik,garis dan luasan / poligon untuk dua
dimensi dan permukaan untuk data tiga dimensi, sedangkan data atribut / diskriptif adalah
untuk uraian data spasial. Karakteristik dasar ke dua macam data, yaitu data spasial dan
data atribut dapat digambarkan seperti gambar 18. dan gambar 19.
37
DATA SPASIAL
Jalan
Sungai
TITIK
Format titik :
- Koordinat tunggal
- Tanpa panjang
Contoh :
- Lokasi kecelakaan
- Letak pohon
- Titik tinggi
GARIS
Format laporan :
- Koordinat titik awal
dan titik akhir
- Mempunyai panjang
- Tanpa luasan
Contoh :
- Jalan
- Sungai, Utility
AREA POLIGON
Format Area :
- Koordinat dengan titik
awal dan titik akhir
sama
- Mempunyai
panjang
dan luasan
Contoh :
- Tanah milik (persil)
Bangunan
PERMUKAAN
Format Permukaan :
- Area dengan koordinat
vertikal
- Angka-angka
- Area dengan ketinggian
Contoh :
- Peta slope
- Bangunan bertingkat
DATA ATRIBUT
Penggaris
Kalkulator
DANAU
SEARAH
Skala
TABEL
Format tabel :
- Kata-kata
- Kode alfanumerik
- Angka-angka
Contoh :
- Hasil proses
- Indikasi
- Atribut
LAPORAN
Format laporan :
- Teks
- Gambaran
Contoh :
- Perencanaan
- Laporan
- Uraian
PENGUKURAN
Format pengukuran :
- Angka-angka
- Hasil
Contoh :
- Jarak
- Inventarisasi
- Luas
GRAFIK ANOTASI
Format anotasi grafi
- Kata-kata
- Angka-angka
- Lampiran
- Simbol
Contoh :
- Nama obyek
- Simbol
- Grafik / peta
Konsep penyajian fenomena Geografis ini telah lama menjadi dasar dari teknik
pemetaan permukaan bumi. Setiap lembar peta menunjukkan posisi dan hubungan
38
keruangan dari tiga kategori obyek, yaitu titik, garis dan area, yang dapat menggambarkan
tujuh fenomena grafis, yaitu : data kenampakan (feature data); unit area (areal unit);
jaringan topologi (network topology); catatan sample (sampling record); data permukaan
bumi (surface data); label/tek pada data (table/text data); simbol data. Fenomena tersebut
dapat dilihat pada gambar 20
SIMBOL
TITIK
GARIS
POLIGON ( AREA)
Jalan
KENAMPAKAN
(FEATURE DATA)
D
Kenampakan Titik
Situs Arkeologi
UNIT AREA
(ARERIAL UNIT)
Kenampakan Garis
( jalur jalan )
C
Poligon Batas
Lahan
Unit
204
Unit
205
Unit
206
Poligon Centroid
Batas Administrasi
Hubungan Titik
Jaringan (jalan)
Unit Area
JARINGAN
TOPOLOGI
( NETWORK
TOPOLOGI )
165
65
SAMPEL
205
210
Jalur Terbang
220
205
210
220
205
215
210
Jakarta
Semarang
Bandung
Nama Titik / Tempat
SIMBOL DATA
230
350
Titik Elevasi
LABEL / TEKS
DATA
206
203
Stasiun Cuaca
DATA
PERMUKAAN
BUMI ( SURFACE
DATA
Poligon (block)
Garis Kontur
Area Poligon
Citarum
Terminal
Nama Garis
Nama Poligon
Simbol Garis
Simbol Poligon
.
Simbol Titik
Gambar 20. Tujuh Fenomena Geografiss yang Digunakan Dalam Tiga Bentuk
Simbol ( titik, garis, polygon/area )
( Sumber LAPAN dan BPPT, 1999 Pengantar SIG )
39
jumlah nilai statistiknya, seperti peta curah hujan, peta kepadatan penduduk, peta
hasil sumberdaya pangan atau sumber daya alam.
Cara penyajian data spasial dari fenomena Geografis, di komputer dapat dilakukan
denga dua macam bentuk, yaitu bentuk raster (grid-cell) dan vektor. Model data raster
menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur
matriks atau pixel-pixel yang membentuk grid. Setiap pixel atau grid memiliki atribut
tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik (disudut grid (pojok), dipusat grid atau di
tempat lainnya). Model raster memberikan informasi spasial yang terjadi dimana saja dalam
bentuk gambaran yang digeneralisir. Dengan model ini, dunia nyata disajikan sebagai
elemen matriks atau sel-sel grid yang homogen. Pada model data raster, data Geografis
ditandai nilai-nilai (bilangan) elemen matriks persegi panjang dari suatu obyek. Dengan
demikian, secara konseptual, model dat raster merupakan model data spasial yang paling
sederhana.
Model data vektor menmpilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan
menggunakan titik-titik, garis-garis atau kurva atau poligon beserta atribut-atributnya.
Bentuk-bentuk dasar representasi data spasial ini di dalam sistem model data vektor, garisgaris atau kurva (busur atau arcs) merupakan sekumpulan titik-titik berurut dihubungkan.
Sedangkan luasan atau poligon disimpan sebagi sekumpulan list (sekumpulan data atau
obyek [misal obyek titik] yang saling terkait secara dinamis dengan menggunakan pointer)
titik-titik, dengan catatan titik awal dan akhir poligon memiliki nilai koordinat yang sama
(poligon tertutup sempurna).
Representasi vektor suatu obyek
obyek yang bersangkutan sesempurna mungkin. Untuk itu ruang atau dimensi koordinat
diasumsikan bersifat kontinyu (tidak dikuantisasi sebagaiman ruang yang terjadi pada model
raster) yang memungkinkan semua posisi, panjang dan dimensi didefinisikan sebagai presisi
41
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
S
S
P
S P
P
P
P
S
P P
P P
P P
P
R
S
S
1 2 3 4 5 6 7 8
9 10
1 2 3 4 5 6 7 8
RASTER
S
9 10
VEKTOR
Sungai (garis)
Rumah (1 pixel)
Pohon (pologon)
Rumah (titik)
P
Gambar 21.Contoh penyajian data (obyek)
Basis Data
Perangkat
Lunak
SIG
Perangkat
Keras
Organisasi
42
Gambar 22. Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG)
melayani
permintaan-permintaan
pengguna,
dimana
perangkat
ini
3. Perangkat Keras
Perangkat keras merupakan peralatan yang diperlukan dalam memproses dan juga
menyimpan basis data, yang terdiri atas:
a. Komputer dengan kapasitas dan kemampuan yang disesuaikan dengan beban.
b. Alat pemasukan data (Digitizer, Scanner, Tape drive dsb).
c. Alat pengeluaran data (Plotter, Printer, Monitor dsb).
4. Pengguna
Pada Data Base Management System komponen pengguna dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Pengguna akhir, orang yang mengoperasikan program aplikasi yang dibuat oleh
pemrograman aplikasi.
b. Pemrogram aplikasi, orang yang membuat program aplikasi yang menggunakan
basis data. Program aplikasi yang dibuat tentu saja sesuai dengan kebutuhan
pengguna.
c. Administrator
basis
data
(DBA/Database
Administrator),
orang
yang
46
digitizer
Plotter
CPU
Printer
1. Konversi data kedalam format yang diminta perngkat lunak, baik dari data
analog maupun data digital.
2. Identifikasi dan spesifikasi lokasi obyek dalam data sumber.
Tahap ini bertujuan mengkonversi data dan bentuk yang ada menjadi bentuk
yang dapat dipakai dalam SIG. Data bereferensi Geografis kemungkinan tersedia
dalam berbagai bentuk, seperti peta diatas kertas, tabel tribute, file peta
elektronik dan asosiasinya dengan data atribut, citra foto udara dan citra satelit.
Apabila data sudah berada dalam bentuk digital, maka proses pemasukan data
dapat dilakukan langsung melalui proses konversi antar format data, walaupun
ada kemungkinan data tidak dapat diterima oleh program komputer perangkat
lunak yang digunakan.
b. Manajemen, Penyimpanan dan Pemanggilan data
Komponen manajemen data dalam SIG termasuk fungsi untuk menyimpan data dan
menggali data. Penyimpann data ini mencakup teknik memeperbaiki dan
memperbaharui data spasial dan atribut, meliputi posisi, hubungan topologi, atribut
elemen Geografis (titik, garis, polygon/area) untuk menyajikan obyek permukaan
bumi dan struktur orgnisasi penyimpanan. Program komputer yang digunakan dalam
pengorganisasian data dasar disebut manajemen basis data( Data Base Manajement
Sistem ). Fungsi-fungsi yang umun terdapat disini adalah pemasukan, perbaikan,
penghilangan, dan pemanggilan kembali data.
c. Manipulasi dan Analisa Data
Fungsi manipulasi dan analisa merupakan ciri utama sistem pemetaan grafis yang
menentukan informasi yang dapat menentukan informasi yang dapat dibangkitkan
dari SIG. Daftar kemampuan yang dibutuhkan sebaiknya didefinisikan sebagaii
bagian dan keperluan sistem. Untuk mengantisipasi cara-cara data dalam SIG dapat
dianalisa, diperlukan pemahaman mengenai pemakai yang terlibat, karena hal ini
akan menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan, demikian pula dengan tingkat
penampilan produk yang dikehendaki. Istilah geoprocessing sering diterapkan pada
istilah manipulasi dan analisa ini.
d. Pembuatan Produk SIG
49
Bentuk produk suatu SIG dapat bervarisi baik dalam hal kualitas, keakuratan dan
kemudahan pemakainya. Cara penyajiannya dapat menggunakan monitor, printer
atau plotter, sedangkan hasil yang diperoleh dapat berupa peta-peta, tabel angkaangka, teks diatas kertas (laporan) dan grafik. Fungsi-fungsi yang dibutuhkan disini
ditentukan oleh keperluan pemakai, sehingga keterlibatan pemakai sangat penting
dalam menentukan spesifikasi kebutuhan output (baik desain maupun pencetakan).
PETA
PETA
PRODUK
DIGITAL
PENGAMATAN LAPANGAN
Terminal digitizer
file
scanner
pita
INPUT DATA
SPASIAL
raster
PENGGALIAN
INPUT
DATA
PENGGALIAN
NON-SPASIAL
vektor
posisi
topologi
atribut
DATABASE GEOGRAFISK
50
Crts
citra
printer
plotter
analog
pita
disket
citra/foto
tabel
grafik
Susunan keahlian dan kemapuan pengelola SIG sangat penting untuk diselaraskan
agar dapat menjalankan fungsi SIG dengan baik. Biasanya organisasi pengelola ini
bervariasi dari grup yang mengelola hal-hal yang berkaitan dengan, masalah teknis. Secara
51
sederhana keahlian yang harus ada dalam suatu SIG adalah manajer SIG, pakar database,
kartografer, manajer sistem, programmer, dan teknisi untuk pemasukan dan pengeluaran
data (Korte 1992). Kelompok-kelompok tersebut akan bertanggung jawab untuk
mendapatkan data dan mengalirkan informasi ke pihak pengambil keputusan atau pihak
yang memerlukan.
VIII.3.5. Organisasi Data Dasar Dalam SIG
Komputer untuk menangani SIG mempunyai basis data yang dapat menampung dari
berbagai sumber data yang dikumpulkan dari peralatan elektronik maupun peralatan
otomatis pengumpul data tersebut. Data-data tersebut berasal dari peta, penginderaan jauh,
posisi GPS, hasil pengolahan fotogrametri, hasil pencatatan di satsiun-stasiun dan data dari
SIG lain. Konfigurasi pemasukan data dapat dilihat seperti pada gambar 27.
PENGINDERAAN JAUH
GPS
FOTOGRAMETRI
PENGUKURAN
STASIUN - 2
digitasi
BASIS DATA
SPASIAL
DATA dari
SIG lain
Pengelompokan data digital yang sudah dimasukkan ke basis data SIG disebut
konsep coverage, yaitu pemisahan data kedalam layers (obyek) yang ada [marble &
Peuquet,1990]. Pemisahan data dalam layer-layer dilakukan dan direncanakan dengan
baik sebelum proses digitasi. Sebelum pemasukan data perlu diperhatikan informasi apa
saja yang terdapat pada peta kerja, misalnya peta topografi. Pemasukan data disesuaikan
dengan tujuan pembangunan basis data yang akan disusun berdasarkan point coverage
(misalnya pelabuhan, stasiun, terminal, dll), line coverage (misalnya jalan, sungai, rel kereta
52
api),
dan
polygon
coverage
(misalnya
unit
penggunaan
lahan,
danau,
1
5
2
4
GEOGRAFISK
ID
ID
KECAMATAN
Desa
101
Pringgarata
Ubung
102
Pringgarata
Sintung
103
Pringgarata
Murbaya
Pemisahan informasi dengan konsep layer mempunyai arti yang besar dalam
pengelolaan basis data, diantaranya adalah :
1. Membantu dalam mengorganisasi feature yang berelasi.
2. Meminimalkan jumlah atribut yang berkaitan dengan setiap feature.
3. Memudahkan perbaikan dan pemeliharaan peta, karena biasanya tersedia sumber
data yang berbeda untuk setiap layer.
4. Menyederhanakan tampilan peta, karena feature yang berelasi mudah digambarkan ,
diberi label (ID) dan disimbolkan.
5. Mempermudah proses analisis spasial.
Dalam pengorganisasian data dasar dilakukan dengan menggunakan Manajement
Basis Data (DBMS), yaitu program komputer yang mengendalikan data input, output,
storage dan pengambilan kembali dari basis data dasarnya.
Proses penyimpanan,
pemeliharaan dan pengambilan suatu catatan dalam berkas data dapat dikerjakan dengan
efisien, maka berkas data tersebut diatur dengan organisasi tertentu, seperti simple list,
ordered sequential file atau indeks files. Demikian juga berkas-berkas data dalam data dasar
53
diatur juga agar proses akses datanya dapat dilakukan dengan mudah. Terdapat tiga jenis
struktur data dasar yang dikenal, yaitu struktur hierarkis, jaringan dan relational. Setiap
struktur mempunyai keterbatasan dan kelebihnya. Pemilihan struktur disesuaikan dengan
data dari keperluan penggunaannya.
VIII.4. Analisis Data Dalam SIG
Analisis terhadap kondisi/fenomena geografis sangat penting dalam kegiatan
pembangunan, khususnya didalam perencanaan penataan ruang dan penggunaan
sumberdaya lahan yang optimal. Di dalam perencanaan pembangunan tersebut perlu
dilakukan analisis terhadap variasi keruangan kondisi fisik maupun sosial ekonomi yang ada
untuk dapat menentukan skenario pemanfaatan sumber daya lahan yang paling berguna. Di
samping itu, perencanaan yang baik perlu pula dilengkapi dengan analisis kemungkinan
dampak maupun hasil yang akan diperoleh jika suatu rencana/skenario pembangunan
dilaksanakan.
VIII.4.1. Analisis Tumpang Susun (Overlay)
Tumpang susun (overlay) peta merupakan proses yang paling penting dilakukan
dalam pemanfaatan SIG. Ketika fasilitas komputer dan perangkat lunak SIG belum banyak
tersedia, para surveyor pemetaan, perencanaan dan praktisi lain banyak memanfaatkan peta
dalam pekerjaannya menghadapi kendala menumpang-susunkan peta yang berjumlah lebih
dari empat lembar. Mengoverlaykan empat peta sekaligus akan memberikan gambaran
yang rumit dan sulit untuk dirunut kembali dalam penyajian satuan-satuan pemetaan baru.
SIG menyediakan fasilitas tumpang-susun (overlay) secara cepat untuk menghasilkan
satuan pemetaan baru sesuai dengan kriteria yang dibuat.
Konsep analisa tumpang susun (overlay) merupakan fungsi analisis pada SIG,
dimana fungsi ini dapat dilakukan dalam satu peta atau beberapa macam peta, atau dapat
dikatakan bahwa analisa overlay merupakan proses penggabungan dua layer untuk
membentuk layer ketiga.
Pada prinsipnya ada 2 (dua) tipe dari pelaksanaan overlay, yaitu dengan fungsi
aritmatika dan logikal.
54
1
2
Coverage
A
1
3
2
input
B
C
Overlay
1
2
D
3
Identity
D
3
Intersect
A
D
B Union
3 C
55
Feature titik
Feature Garis
Feature Area
VIII.4.3.Analisis Transformasi
Transformasi adalah merubah sebuah koordinat dari satu sistem (satu) ke sistem
yang lainnya (dua), yaitu:
- Transformasi diantara geometri proyeksi peta.
- Merubah sistem koordinat digitizer ke koordinat peta.
- Penghilangan sebuah distorsi pada dokumen analog, (perubahan skala, rotasi, dan
pergeseran dari dokumen).
Macam-macam dari analisis transformasi adalah:
1. Komform : skala, rotasi dan pergeseran
Pada transformasi conform minimal dibutuhkan 2 titik sekutu ( titik yang sama pada
sistem I dan sistem II).
Rumus:
a -b
x
+
= Sistem I
x,y
= Sistem II
a b c d = Unknown Parameter
2. Affine : skala, rotasi, pergeseran dengan peregangan
Pada transformasi affine dibutuhkan minimal 3 titik sekutu.
Rumus :
X
Y
a
=
b
d
x
+
e
f
= Sistem I
x,y
= Sistem II
57
a b c d = Unknown Parameter
3. Polynomial : transformasi tingkatan yang tinggi ada beberapa orde yang masing-masing
mempunyai ketentuan yang berbeda (rumus yang berbeda).
Rumus : X = a0 + a1x + a2x2 +a3y
Y = b0 + b1x + b2x2 + b4y
Dalam hal ini :
a0, b0, a2, b0, b1, b3 = parameter unknown
x, y = Koordinat Sistem I
58