Anda di halaman 1dari 2

Setiap kali kedukaan menyayat kalbu, selalu ku simpan di buku harian ku Yang memang

ku tulis khusus buat TUHAN, Aku tuangkan seluruh penat jiwaku ke dalam diary itu. Aku
kumpulkan pertanyaan demi pertanyaan tentang-Nya... Untuk memahami perilaku
TUHAN, Aku harus memeras segenap potensi hati dengan sedalam-dalamnya Memeras
kepekaan rasa dan logika pikirku dengan secermat-cermat dan setepat-tepatnya...
Wahai Engkau, Yang jiwaku ada di genggaman-Mu, Jangan pernah lagi Kau sulut diriku
dengan api takdir-Mu... Jangan pula Engkau panggang hidupku di tungku pembakaran ...
Siramilah hati dengan bening mata air-Mu.. Agar mengalir kesejukan cinta dan
kenyamanan kasih sayang dalam hidupku.. Tanpa-Mu, TUHAN Sayang.. Betapa ngeri
sekedar membayangkan... Hari-hari yang terbentang di masa depan.. Kini yang tersisa
dari keyakinanku adalah bahwa Tuhan tak pernah Diam... Melalui kreatifitas perilaku-
Nya ... Dia tawarkan kepada manusia sebuah gerbong panjang yang berisi janji-janji...
Sementara didepan, Jalanan begitu terjal, licin, berkelok-kelok, dan berbatu... Bagi yang
sanggup melewatinya, maka ia akan sampai ke pulau seberang yang keindahannya
teramat memesona...... Tetapi... Bagi mereka yang enggan menaiki gerbon tersebut..
Bahkan membuat gerbong sendiri... Maka dirinya akan sirna ke dalam lembah-lembah
kegelapan. Atau tejungkal ke urang-jurang kenistaan.... Betapa sulit untuk meletakkan
hati pada pilihan... Sebab, Pilihan itu terkait langsung dengan TUHAN... Setiap akal yang
normal ??? Tentu saja mengidamkan kebaikan dan kebenaran.. Namun... TUHAN
menyeru agar kita menetapkan pilihan hati pada kebaikan dan kebenaran yang telah
digariskan-Nya.. Buka kebaikan dan kebenaran yang menuruti selera rendah nafsu
pribadi yang tercela... Memastikan sebuah pilihan hati... Nyatanya... Memang bukan
perkara yang gampang.. Sebab.. Emosi rasa.. Kedirian Jiwa.. Kekuatan akal.. Kreatifitas
pikiran.. dan, Kelembutan nurani.. Semuanya bergumam sendiri-sendiri... Kedirianku
yang dari luar tampak sepi.. Didalamnya terlampau ramai untuk pergulatan diri..
TUHAN.. Yang kepada-Nya kusandarkan hati dan kunanti jawaban... Seolah
membiarkanku begitu saja.. TUHAN sengaja menyisakan teka-teki hidup agar manusia
tergerak untuk menafsirkannya... Seakan begitulah cara TUHAN untuk mendewasakan
manusia.. DIA lemparkan pertanyaan demi pertanyaan,,, dan.. Manusialah yang harus
menjawabnya...

Tuhan,  aku tulis diary ini untukMu, khusus buat Engkau yang terasa enggan menyapaku
kembali. Pasalnya, lama sekali Engkau tak menjengukku. Padahal aku sakit memendam rindu
kepadaMu. Sebuah kerinduan yang kiranya tak tergantikan oleh apapun. Kerinduan hati yang
sakit dan lama tak terobati. Bagai rindu ombak lautan pada gelombang. Seperti irama
gelombang yang merindukan tepian pantai.
Aku mengakui hari-hariku telah kupenuhi dengan kesalahan demi kesalahan, khilaf demi
khilaf, akan tetapi, aku selalu berharap agar setiap biji kesalahanku tak Engkau takar dengan
kepastian hukumMu. Bukankah lembah2 pengampunanMu jauh lebih luas dan melampaui
seluruh kesalahan yang pernah aku lakukan

Aku juga memohon, Tuhan kekasih hati. Segala kekhilafan demi kekhilafan yang terlanjur
aku lakukan, Engkau sambut di pintu gerbang permaafanMu. Aku benar-benar sangat
memohon agar engkau senantiasa membukakan pintu bagiku. Karena tanpa ampunan dan
maghfirahmu, betapa debu keikhlasan akan bertaburan dan menggumpal menjadi gunung-
gunung kegelapan.

Juga tentang kenistaan-kenistaan itu, Tuhan. Jangan pernah lagi Engkau biarkan aku
melintasinya kembali. Sebab kenistaan selamanya adalah tetap kenistaan. Betapa berat
menghapuskan jejak-jejak tapaknya. Tapi biarlah orang menghukumku tanpa pernah
melupakan wujud kenistaan itu. Meskipun demikian, aku masih memiliki seutas harapan
bahwa engkau tak pernah enggan untuk menghapuskannya. Pasalnya, jika bukan kepadaMu,
lantas kemana lagi aku harus menambatkan harapan?

Tuhan, jikapun dosa-dosa yang telah kulakukan terlanjur lekat pada dinding-dinding
kalbuku, jangan pernah engkau mendahulukan siksa amarah kepadaku. Engkaulah
pembimbing setiap jiwa yang berdosa agar senantiasa menghampiri jalan pertobatan yang
engkau tunjuki. Tanpa bimbingan hidayahMu, betapa kegelapan akan semakin kelam
bertumpuk dengan dosa-dosa kegelapan yang baru.

Tuhan yang Maha penyayang, betapapun dekil jalan hidup yang telah kulalui, namun aku
mengharap agar Engkau tak bosan-bosan untuk tetap menyayangiku. Taburkan rahmat kasih
sayang senantiasa kepadaku. Ulurkan pertolonganmu, agar aku bisa bangkit dari jalan
hidupku yang memilukan dan teramat memalukan. Tebarkan selalu cinta kasih untukku, agar
aku dapat memandang hamparan hidup ini dengan sekuntum senyuman.

Engkaulah Sang penabur cinta dan penebar kasih sayang. Rahmatilah hidupku agar tak sesat
jalan. Taburkan cinta kepadaku, agar hidup penuh pesona.  Tebarkan sayang untukku, agar
hidup penuh aroma. Sematkan kasih di kedalaman hati, demi meniti hari-hari yang bakal aku
lalui. Tunjukkan dan bimbinglah aku dengan hidayahMu, agar kegelapan yang melingkari
diriku segera bersua dengan cahaya.

Wahai Engkau, yang jiwaku ada dalam genggamanMu, jangan pernah lagi kau sulut diriku
dengan api takdirMu. Jangan pula Engkau panggang hidupku di tungku pembakaran.
Siramilah hati dengan bening mata airMu, agar mengalir kesejukan cinta dan kenyamanan
kasih sayang dalam hidupku. TanpaMu, Tuhan sayang, betapa ngeri sekedar membayangkan
hari-hari yang terbentang dimasa depan .. (*Diary untuk tuhan, hal 23-25)

"Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa
yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah
mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang." (QS. Al An'aam: 54)

Anda mungkin juga menyukai