Anda di halaman 1dari 76

I.

STEAM TURBINE AND GENERATOR

Turbin merupakan rotating equipment yang diperlukan perlakuan khusus dalam


pemasangannya. Butuh kesabaran dan “polesan” yang menggunakan perasaan. Begitu
kata orang yang bekerja di lapangan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan pemasangan


turbin (hal ini mungkin penting untuk kontraktor atau perusahaan untuk kepentingan
overhaul);

Berikut kutipan dari milis migas Indonesia terkait steam turbine manufaktur China.

standar yg digunakan GB (standar nasional Cina).pertanyaan sy:


1.bagaimana standar GB utk masalah inspection steam turbin dan generator, khususnya
masalah balancing dan vibrasi?
2.apakah standar GB layak digunakan?
3.bagaimana perbandingannya dg ASME dan API?

1. API 611 : General Purpose for Steam Turbine dimana hal yang ditanyakan oleh mas
Kelik ada di Apendix B (Damped Unbalanced Response Analysis) dan Apendix C
(worksheet & procedure for determination of residual unbalance)
2. API 612 : Special Purpose Steam Turbine, ada 3 point tentang pertanyaan mas Keli
ini juga yaitu :
a. Point 9.6 --> Vibration and Balancing
b. Anex C --> Procedure for determining residual unbalance
c. Point J.2 (Description) --> Blading vibration anaysis data, Lateral critical speed
analysis report, Torsional critical speed analysis report include uga di dalamnya metoda
yang digunakan unutk pengetesan tersebut serta pada rpm berapa critical speed dari
ST tersebut (biasanya ada diagramnya dari OEM)
3. Untuk referensi yang lain sangat banyak keterkaitannya antara lain : Standard ASME
B1.20.1, ASME B.31.3, ASTM A 515, ASTM B 127, ASTM E 1003, API 684 dll.

1. MANAJEMEN PROYEK

A. SCHEDULING

Pengaturan jadwal dibutuhkan untuk mengarahkan pekerjaan agar sesuai


dengan rencana. Sebaiknya kita tidak hanya punya satu rencana karena kondisi
lapangan tentunya tidak akan ideal. Penjadwalan juga penting untuk menyelaraskan
dengan departemen lain, makanya perlu duduk bersama terlebih dahulu dengan
disiplin lain dan perlu diingat instalasi turbin selalu merupakan skala prioritas.
Penjadwalan yang dimaksud misalnya kapan piping bisa dikonek, kapan pulling cable
dilakukan, pemasangan instrumen dilakukan dll. Jadi antar disiplin sudah punya
jadwal yang selaras. Hal ini bisa digunakan sebagai monitoring,

1
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Studi kasus;

 Misalnya orang pipa sudah jatuh tempo pada jadwal awal, tapi tim mechanical
turbin belum siap. Maka mereka seharusnya menyelesaikannya, kalau memang
belum, maka diinfokan lagi ke disiplin terkait biar mereka merencakan yang
lainnya.

 Misalnya finalisasi instalasi kondenser. Pemasangan kondenser misalnya throat


akan berpengaruh terhadap onbase lower LP casing, jadi kapan lower casing
mau onbase, sebelum itu throat condenser sudah harus terinstal dan dimensi-
dimensinya harus sudah sesuai dengan drawing dan disesuaikan dengan lower
casing karena ada kemungkinan pengurangan dimensi, bisa dilakukan di throat
condenser atau dilakukan sebelum lower LP casing onbase.

B. KEBUTUHAN MAN POWER HOUR

Kebutuhan manpower dan timing yang diperlukan untuk menyelesaikan


instalasi perlu ditentukan di awal. Hal ini bisa diselaraskan dengan target yang akan
dicapai. Misalnya instalasi ditarget selama 4 bulan, maka perlu dihitung berapa
kebutuhan manpower, apakah perlu lembur atau tidak dll.

C. SEQUENTIAL

Kontraktor yang bijak akan menyusun sequence-sequence instalasi berupa flow


chart, tabulasi atau dalam bentuk apapun yang merupakan kerangka kerja. Sequence
ini bisa berfungsi untuk menentukan langkah atau menentukan rencana lain yang
mungkin dilakukan jika rencana sebelumnya terkendala atau penentuan
kemungkinan kerja paralel atau tidak.

D. INTERFACE COORDINATION

Koordinasi dengan disiplin lain perlu dilakukan karena selain mechanical, di


turbin juga terdapat progres piping, instrumen dan berbagai pengecekan oleh
QA/QC. Interface tersebut perlu dikoordinasikan sebelum eksekusi biar terjadi
komunikasi yang mulus dan bisa menyamakan persepsi.

2. MANAJEMEN MATERIAL

Pastikan dulu ketika PO material, material apa saja yang termasuk special
consumables and special tools supaya langsung di-take off di negara tempat pesan
material tersebut.

Material yang akan diinstal harus dalam keadaan sempurna agar tidak
mengganggu performance ketika running. Material yang berasal dari luar negeri harus
mendapat perlakuan yang sesuai dengan skala prioritas, misalnya alat-alat instrumen

2
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
harus disimpan secara indoor. Pengadaan warehouse dirasa perlu untuk menyimpan
material yang bersifat urgen dan kecil.

Pengaturan tata letak pada lay down perlu dipertimbangkan juga mengingat
material turbin rata-rata beratnya sampai berton-ton. Misalnya rotor HP 12 ton, rotor
LP 25 ton, rotor generator 35 ton dll. Pengaturan material di laydown dilakukan
berdasar skala prioritas pemasangan yang telah tersusun pada sequence pemasangan.
Jadi yang akan dipasang terlebih dahulu diletakkan pada posisi terluar supaya
mobilisasinya mudah. Perlu diingat bahwa material harus terlindung dari hujan untuk
mencegah dari korosi dan perbuatan manusia yang tidak semestinya.

Inspeksi material berdasar packing list segera dilakukan sesaat setelah material
onsite supaya bisa teridentifikasi segala cacat, kekurangan dsb khususnya pada critical
part seperti blade rotor, bearing, pin, dll. Pengontrolan tentang incoming dan outgoing
material harus dilakukan agar termonitor mana material yang belum terpasang dan
yang sudah terpasang. Buat list untuk material yang tersimpan pada container/gudang
dengan kode masing-masing biar bisa termonitor. Kalau bisa jadikan 1 file pada exel
agar mudah dicari.

3. PREPARASI

 dimensi lubang anchor dan jarak center anchor to anchor; pastikan sesuai
dimensi. Lakukan pengecekan pada awal sebelum mengecor pondasi untuk
mencegah kesalahan dimensi dan size.

 posisi soleplate;
 bikin rak untuk menempatkan diafragma dan baut untuk cleaning, penataan
tata letak material untuk mempermudah installasi.
 container untuk menempatkan consumables dan tools
 pastikan material yang akan diinstall sudah lengkap sehingga ketika akan di-
construct tidak ada masalah kekurangan material.
 Pastikan keberadaan spesial tools and consumables, seperti pin untuk memutar
rotor, sling belt untuk mengangkat rotor dll.

3
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
 Pastikan ketersediaan Consumables and tools;
 Kain majun kasar dan halus

 Micro inside dan outside untuk mengukur ketika setting bearing

 Teleskopis, untuk mengukur gap.

 Obeng pukul

 WD-40 (anti corrosive)

 Adjusting bolt untuk setting lower casing (jika diperlukan)

4
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
 Blue contact atau red color untuk mengecek kontak antar permukaan

 Batu gosok dan scrapper

 Gerinda

 Palu pukul, palu karet, palu tembaga dan batangan kuningan untuk
pengetok

 Dial indicator and magnetic base

 Piano wire

5
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
 Minyak tanah dan thinner

 Molykote (high temperature grease) untuk melapisi baut ketika


dipasang agar mudah ketika maintenance

 Kikir bulat, segitiga dan persegi

 Scrapper (kikir), digunakan ketika setting bearing oil capsule

 Shimplate, 0.02 – 1.50 mm

 Kunci-kunci pas

 Eye bolt

6
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
 Jack (enerpac)

 Tembaga/kuningan

 Lead wire

 Anti seize untuk mempermudah maintenance

 Black powder untuk dipakai ketika trial bolt

 Grinding paste, digunakan untuk menghaluskan permukaan

 Snap ring plier untuk perbaikan labirin (terkadang tersedia dari


manufaktur)

 Selotip/lakban untuk nutup lubang dan setting bearing, untuk setting


running clearance.

7
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
 Precision level 0.02mm/M dan waterpass

 Kuas, sikat kawat dan sikat tembaga.

 Pin untuk pemutar rotor

 Tepung terigu dan oli untuk cleaning silinder

 Kompressor

 Chain block

 Filler gauge

 Terpal dan plastik untuk penutup

 Wood untuk install generator rotor

 Down corning (heat resistant sealant)

8
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
 Gasket tombo 0.5mm, 1.0mm, 1.5mm, 2.0mm

 Jackpos (jika diperlukan)

 Rubber

 Dll

 Prosedur-prosedur yang diperlukan.

Misalnya lifting casing, HP rotor, LP rotor, Install generator rotor, dll. Diusahakan
bekerja sesuai prosedur, terkadang di drawing sudah terdapat prosedur.

4. INSTALASI LOWER CASING

Sebelum onbase lower casing, pastikan semua material yang nempel


sudah di-marking sehingga akan mempermudah mengembalikan pada posisi
semula. Lakukan preparasi yang sangat bagus sehingga tidak akan
menghambat pemasangan departemen yang lain apakah ada pekerjaan yang
harus diselesaikan sebelum onbase lower casing.

Lower casing akan duduk pada tempat yang disebut sole plate. Sole
plate sudah harus fixed baik centerline maupun leveling. Contact surface harus
dilakukan mengingat turbine akan running pada 3000rpm. Contact surface

9
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
dilakukan mulai pada tahap awal, dari padding seat, pad block dan sole plate.
Requirement untuk contact surface ≥75%, artinya setiap 250mm² terlihat
kontak sebesar itu dan merata. Setting anchor bolt pada posisi center of hole.
Infokan ke QC jika sudah sudah cek elevasi, centerline dan clearance sebagai
data awal yang selanjutnya akan dilakukan cek bersama antara kontraktor dan
owner pada tahap akhir.

Sole plate

Cleaning bisa dilakukan secara parallel dan jika diperlukan repair, maka
lakukan secara parallel. Sebelum onbase lower casing, pastikan padding seat,
pad block dan permukaan sole plate sudah harus pada requirement kontak
yang seharusnya yaitu ≥75%, clearance antar permukaan adalah 0.05mm. hal
ini bertujuan untuk mengurangi vibrasi. Selain itu harus dilakukan juga leveling
dengan menggunakan precision level, requirement yang dibutuhkan
≤0.06mm/M, artinya dalam setiap meter mempunyai kemiringan 0.06mm.

0.06mm
X mm

1m

Am

Secara teoritis untuk adjusting dengan precision level agar mendapatkan


ukuran sesuai toleransi, maka bisa menggunakan perhitungan

X / A = 0.06 / 1, A adalah dimensi aktual dari benda yang diukur. Misalnya


sebut saja sole plate dengan panjang 3 m, maka A=3m. jika dilakukan
pengukuran menggunakan precision level 0.02mm/M dan didapatkan 1,2mm,
maka dari perhitungan

X mm / 3 m = 1,2 mm / 1 m,

10
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
artinya pada ujung benda tersebut naik/turun (tergantung pergeseran air pada
precision level) sebesar 3,6mm. jadi itulah besaran yang dilakukan pada
adjusting untuk mencapai requirement.

Tanpa menggunakan perhitungan pun bisa dilakukan dengan langsung


menaruh dial indicator dan langsung melakukan adjusting sehingga pada
precision level menunjukkan 0.06mm. Hal ini juga dilakukan pada semua
equipment untuk mendapatkan leveling sesuai requirement.

4.1 Rear LP lower casing

Pastikan contact surface, leveling dan centering pada padding seat, pad
block dan sole plate sudah memenuhi requirement, misalnya contact
surface harus 75%. Pastikan interface dengan condenser sudah klir,
misalnya elevasi top condenser melebihi spesifikasi, maka cepat diputuskan
mana yang akan dipotong, top of condenser atau lower casing. Pilih yang
lebih mudah untuk dilakukan.

Lifting LP lower casing onbase rear LP lower casing

4.2 Front LP lower casing

Lakukan hal yang sama dengan preparasi pada proses onbase rear
casing. Rear dan front casing hampir sama dan simetris, hanya saja pada
front casing terdapat lock yang dipasangkan dengan HP casing.

11
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Onbase front LP Lower Casing

Pada LP lower casing terdapat lower diaphragm, yaitu diaphragm


nomor 17 sampai dengan nomor 26. LP lower casing akan dikonek dengan
kondenser yang berfungsi mengondensasi exhaust steam setelah melalui
rotor. Terdapat juga spray water pipe yang dikonek dengan spray pipe pada
throat condenser yang airnya disuplai dari header condensate pipe.

penampang LP Lower Casing


lock

Empat journal bearing duduk pada lower casing ini, yaitu bearing #2, #3,
#4 dan bearing #5. Pada masing-masing bearing terdapat bearing pad yang
harus dilakukan surface contact dengan bearing cylinder pada lower casing.
Pada lower casing terdapat steam sealing yang disuplai dari pressure
balancing tank. Steam sealing ini berfungsi mencegah kebocoran steam
dengan memanfaatkan tekanan yang lebih tinggi dari steam pada casing.
Sealing ini nantinya akan menuju ke gland sealing heater.

4.3 Middle LP lower casing

Secara tidak langsung middle LP lower casing bisa disebut juga tempat
bertahtanya LP rotor. Karena semua rotor blade dan pengarahnya ada pada
casing ini setelah nantinya ditutup dengan upper-nya. Kerataan antara
middle LP casing dengan front&rear casing adalah 0.05mm.

12
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
middle LP Lower Casing

Sebelum dilakukan onbase, sebaiknya di-level dulu karena space antara


front dan rear LP lower casing sangat presisi. Pada casing ini terdapat line
ekstraksi nomor 5 dan nomor 6 yang masing-masing akan dikonek dengan
LP heater nomor 5 dan LP nomor 6. Casing ini tidak konek dengan
kondenser.

13
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
4.4 Front Bearing pedestal lower casing

Front bearing pedestal terpasang di posisi paling depan pada paket


turbine generator. Pada bagian ini terdapat main oil pump yang nantinya
menggantikan fungsi HP start up oil pump setelah turbine beroperasi pada
kondisi tertentu. Terdapat juga thrust bearing yang berfungsi mencegah
axial displacement dari paket rotor. Terdapat juga emergency governor
yang dikonek dengan diaphragm valve pada line digital electro hydraulic
(DEH).

Front bearing pedestal

Front bearing disebut juga dengan otaknya turbin karena sebagian


besar kontrolnya ada di equipment ini.

14
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
4.5 HP lower casing

High pressure lower casing onbase setelah LP lower casing dan front
bearing pedestal duduk karena casing ini akan menumpang pada keduanya.
Pada casing ini terdapat 16 lower diaphragm dan akan ada 4 line ekstraksi
yang konek pada casing ini. Lifting harus dilakukan dengan hati-hati
mengingat equipment ini sangat berat.

Lifting HP lower casing

Terdapat nozzle block yang merupakan stage pertama dari turbin. Dua
connection pipe yang menyuplai steam terdapat pada casing ini. Terdapat
key yang menghubungkan antar lower casing, dan itu ada requirement
tersendiri.

15
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Extraction pipe connection

HP lower casing

Terdapat connection pipe yang menyuplai steam dari boiler. Ada 2 pada
lower casing dan 2 pada upper casing. Orang-orang biasa menyebut pipa
belalai gajah.

16
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Connect to front bearing

Connect to LP
casing

HP casing (lower&upper)

Main steam connection pipe

HP casing (bottom view)

17
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Lakukan centering dan leveling pada lower casing. Gunakan piano wire untuk
mempermudah melakukan setting.

Centering Lower casing

Lower casing dan generator

18
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
5. SETTING LOWER BEARING

Turbine ini terdapat 6 bearing, satu thrust bearing yang terdapat di


front bearing dan 5 journal bearing yang berfungsi mencegah radial
displacement rotor ketika beroperasi. Bearing merupakan salah satu posisi
yang kritikal terkait dengan operasi turbin. Jika pengerjaan kurang benar
akan berakibat pada vibrasi pada akhirnya.

Hole of lube
oil supply

Lower bearing

Selama instalasi harus diperhatikan posisi lubang untuk suplai lube oil
yang terdapat pada bearing pad karena bisa saja terdapat pada posisi yang
berlawanan dengan pipa suplai. Perlu dilakukan juga contact check antara
bearing pad dengan inner casing sesuai dengan requirement yang
ditentukan.

19
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Bearing Oil
capsule

Proses pembuatan bearing oil capsule

Lubang jacking
oil

Penandaan sebelum di-scrap Hasil contact check dengan rotor

Bearing oil capsule berfungsi agar film jacking oil bisa menyelimuti
poros rotor. Ukurannya beragam dari 0.05mm – 2.50mm. untuk
mendapatkan ukuran tersebut digunakan scrapper seperti yang terdapat
pada bagian tools&consumables di atas. Perlu diperhatikan juga bahwa
terdapat nilai requirement yang harus dilakukan ketika rotor tidak sedang
onbase pada bearing.

20
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
6. SETTING HP ROTOR

High pressure rotor merupakan equipment pertama yang mendapat


hantaman steam setelah diarahkan oleh nozzle block.

Lifting untuk onbase

Setelah rotor onbase, lakukan contact check dengan bearing berdasar


requirement. Bongkar semua lower diaphragm untuk mempermudah
melakukan setting, baik berupa centering dengan bearing maupun kontak
dengan bearing. Setelah didapat requirement-nya, letakkan rotor pada
tempatnya. Selanjutnya lakukan setting diaphragm carrier dengan inner
casing dan selanjutnya dengan diaphragm. Setelah selesai, lakukan
pengecekan dengan rotor.

Centering rotor vs diaphragm

Gland sealing merupakan pencegah bocornya steam yang terdapat


pada silinder turbine dengan memanfaatkan pasokan steam yang berasal
dari line main steam kemudian diarahkan ke pressure balancing tank. Dari
balancing tank ini akan menjadi suplai sealing pada shaft LP dan HP rotor
yang kemudian akan di-drain ke gland sealing heater. Terdapat labirin
clearance tertentu.

Posisi labirin

Posisi sealing

21
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Rotor akan dilakukan setting axial dan radial, axial dengan thrust
bearing dan radial dengan labirin yang terdapat pada diaphragm, dengan
gland sealing, dengan journal bearing dll. Setting radial tidak perlu
menginstal thrust pad.

Posisi thrust
pad belakang

Posisi thrust
pad depan

Setting radial tanpa thrust pad

Ketika dilakukan axial setting, thrust pad belakang harus terpasang dan
rotor didorong ke arah generator hingga didapatkan clearance sesuai
requirement. Axial clearancance merupakan gap yang diperbolehkan
(sesuai requirement) pada arah searah sumbu poros rotor sedangkan radial
clearance adalah ukuran pada arah yang tegak lurus sumbu rotor.
Gabungan Axial dan radial clearance pada pembahasan ini disebut running
clearance.

Running clearance HP rotor

Medical tape

Running clearance lower


diaphragm vs shaft

22
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Nozzle block
Diaphragm
stage 1

Rotor stage 1
Stator

Rotor
Stator

Rotor
Stator

Rotor

Medical tape

23
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Medical tape pada rotor

Medical tape atau yang biasa disebut dengan istilah hansaplast


digunakan untuk mengukur radial clearance. Ada juga consumable yang
bisa digunakan untuk mengukur radial clearance yang disebut plastic
gauge. Running clearance dalam drawing vendor disebut dengan passage
clearance.

Passage clearance Q6001N.0022

Jarak antara rotor stage 1 dan nozzle block (stator)

24
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Pemasangan di lapangan harus mengacu pada gambar yang ada dan
requirement yang diberikan. Jika belum bisa tercapai hal tersebut maka
bisa dilakukan adjusting pada locating ring sebagaimana terdapat pada
gambar berikut,

Locating ring

25
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
7. SETTING LP ROTOR

Low pressure rotor merupakan bagian yang terhubung dengan HP rotor


yang dihubungkan oleh coupling. Steam masuk ke LP rotor melalui cross
over pipe yang berasal dari stage 16 masuk ke stage 17 pada LP rotor
dengan tekanan sekitar 2 bar dan temperatur 130 C. Beratnya sekitar 24,5
ton. Perlu kehati-hatian selama instalasi, baik waktu lifting maupun setting
terhadap LP casing. Perhatikan prosedur lifting agar tidak terjadi
kecelakaan.

Lifting LP rotor

Waktu melakukan lifting, sebaiknya dicek kondisi shaft apakah sudah


level atau tidak karena jika tidak maka shaft rotor akan menyentuh
permukaan bearing dengan tidak bersamaan. Hal ini akan menyebabkan
sedikit hantaman terhadap bearing.

Setelah onbase, lakukan centering dan leveling rotor terhadap bearing


dan lakukan contact face sesuai dengan requirement yang diperlukan.

26
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Running clearance dilakukan setelah diaphragm carrier dan diaphragm
sudah diset dan sudah fix, running clearance merupakan gap antara stator
dan rotor yang harus dipenuhi sesuai requirement. Running clearance juga
didapatkan dengan menggunakan medical tape.

LP rotor ditempeli medical tape

Passage clearance Q6001N.0022

27
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
stator

rotor

stator

rotor

stator

rotor

stator

rotor

28
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
8. SETTING LOWER DIAPHRAGM CARRIER AND DIAPHRAGM

Diaphragm data summary table.

Diaphragm merupakan sekat pengarah steam terhadap rotor, jadi pada


sekat pengarah terdapat sudu pengarah yang langsung mengenai sudu
putar. Diaphragm duduk pada diaphragm carrier dan diaphragm carrier
duduk pada inner casing dan di situ terdapat key unutk mengatur levelling
dan centering diaphragm terhadap rotor atau untuk mengejar kondisi
running clearance sesuai requirement.

Setting diaphragm carrier

29
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Setting diaphragm

Setelah dilakukan setting antara diaphragm carrier dengan inner casing


maka selanjutnya lakukan dengan rotor. Pekerja menggunakan sabun
mandi untuk mengetahui berapa gap aktual yang terdapat pada shaft dan
diaphragm. Sabun ditaruh seperti gambar berikut dan diukur setelah sabun
cuci digencet.

Peletakan sabun

Setting diaphragm

Mengukur sabun

30
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
31
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
9. SETTING LOWER DIAPHRAGM AND GLAND SEALING

32
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
10. INSTALL GENERATOR ROTOR

33
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
34
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
11. UPPER DIAPHRAGM

35
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
12. UPPER DIAPHRAGM CARRIER

36
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
13. COVERING

Dilakukan pada ………

13.1 HP upper casing

13.2 LP middle upper casing

37
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
13.3 LP front upper casing

13.4 LP rear upper casing

38
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
14. SETTING MAIN OIL PUMP AND ALL OF PART INSIDE FRONT BEARING PEDESTAL

39
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
15. SETTING GENERATOR ROTOR + STATOR

16. SETTING THRUST PAD

17. SETTING REAR BEARING OF GENERATOR

40
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
18. SETTING BRUSH YOKE

19. SETTING CROSS OVER PIPE

20. SETTING UPPER BEARING

21. COUPLING JOINTING

22. COUPLING COVERING

23. FRONT BEARING PEDESTAL COVERING

24. OTHERS;

24.1 PIPING

Piping merupakan bagian tidak terpisahkan dari mechanical karena


merupakan koneksi antar satu equipment dengan equipment yang lain. Piping
juga sangat mempunyai pengaruh terhadap system, misalnya arah flow, posisi
pemasangan fitting, pengerjaan fit up dll. Ketika fit up pipa, pastikan
pengerjaannya hati-hati karena akan terdapat kotoran yang bisa masuk ke
pipa. Pipa yang sudah di-sand blast, pastikan sudah discover dan ketika
jointing, minimalisir kotoran yang masuk. Hal ini akan bermasalah pada pproses
berikutnya misalnya lamanya oil flushing.

Drawing pipa (khususnya isometric drawing) harus informatif agar


mudah di-construct. Arah flow, point koneksi dengan mechanical, orientasi
dengan equipment lain harus jelas agar erector tidak bingung. Arah flow bisa
diketahui menggunakan parameter tekanan karena fluida dalam pipa pasti
mengalir dari tekanan tinggi menuju tekanan rendah. Pada PI&D yang
merupakan petunjuk dari dan kemana pipa itu akan dikonek seharusnya
dimarking dengan nomor isometric yang sudah dibuat. Hal ini akan
mempermudah jika ada suatu permasalahan di line pipa. Jadi tinggal lihat PI&D
dan tinggal buka isometric drawing. Jangan lupa diberi keterangan juga pada
P&ID yang general mengenai info koneksi dengan mechanical.

Hydro test untuk pipa dilakukan 1.5 x design pressure. Hydrotest


biasanya dilakukan secara bertingkat. Ditahan beberapa menit pada tekanan
operasi dan pastikan tidak ada kebocoran lalu dinaikkan pada tekanan test lalu
turunkan juga secara bertingkat. Diagram hidrotest dapat dilihat pada diagram
berikut;

41
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Pressure

Test pressure

Working pressure

Time

Hydrotest dilakukan setelah dilakukan final check untuk installasi.


Pastikan semua line small bore sudah terinstal, begitupun juga dengan line
instrumen. Cek line drain dan venting.

24.1.1 Jacking oil;

Jacking oil system merupakan sistem yang digunakan untuk mengangkat


rotor, kira-kira 0.02mm – 0.08mm. Tekanannya berkisar 8-14 MPa. Sebelum
rotor berputar (by turning gear) pastikan jacking oil system sudah berfungsi
secara baik.

Cleanliness yang masuk kriteria adalah NAS 5. Oil supply berasal dari main
lube oil turbine setelah oil filter. Masing-masing bearing ada satu nosel dan
return-nya satu line dengan main lube oil turbin.

24.1.2 Turbine Lube oil

Turbine lube oil berfungsi untuk melumasi bearing turbine. Semua bearing
terdapat satu nosel. Lubeb oil juga disuplai ke main oil pump. Terdapat 3
pompa yang bekerja pada fluida oli ini, yaitu HP start up pump, AC pump, dan
DC pump. AC dan DC pump akan bekerja sesuai dengan tekanan oli.

42
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.3 DEH system

Merupakan system yang mengontrol valve dan governor. Governor


merupakan system yang mengatur besar kecilnya bukaan valve sesuai dengan
kecepatan rotor. Jika rotor lambat maka governor akan memerintahkan valve
untuk membuka lebih lebar sehingga supplai steam bertambah dak kecepatan
rotor juga bertambah, demikian sebaliknya. DEH menyuplai oli dengan tekanan
14MPa ke 4 governing valve dan 1 ke control valve MSV. Cleanliness oli adalah
NAS 5.

24.1.4 Main steam pipe

Merupakan line pipa yang langsung konek dari header high temperature di
boiler untuk menyuplai steam ke turbine. Dalam perjalanannya, line ini
terdapat by pass dan tapping line ke berbagai supplai, misalnya ke bypass
system, ke sealing control system (equilibrated tank), drain ke drain flash tank
dll. Pipanya didesain pada 9.8MPa dan 540 ˚C. P&ID untu main steam bisa
dilihat pada gambar berikut

43
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.5 LP steam pipe

Merupakan line yang bisa disebut juga kelanjutan dari line ekstraksi
turbine no.3 yang menuju ke deaerator dan mixing tank di boiler. Terdapat juga
line drain ke drain flash tank dan ke pipa water header nonpressure pada
elevasi -0.5m. Line ini konek antara unit #1 dan unit #2. Pada line ini juga
terdapat tapping untuk supplai ke sealing control system (equilibrated tank).
Working pressurenya 1.0329MPa dan temperaturnya 262.8 ˚C. Didesain pada
1.04MPa dan 274.6 ˚C.

44
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.6 By pass pipe

Merupakan line bypass dari main steam menuju kondenser. Inletnya didesain
pada 9.8MPa dan temperatur 545 ˚C sedangkan outletnya didesain pada
0.6MPa dan temperatur 160 ˚C.

45
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.7 HP feed water pipe

Merupakan line yang menghubungkan discharge dari boiler feed pump ke


economizer boiler. Line ini didesain pada tekanan setelah melewati valve
pertama adalah 17.33MPa dan setelah melewati valve kedua adalah 15.43MPa
dengan temperatur 230 ˚C. Sedangkan temperatur inlet ke HP heater #2 adalah
158 ˚C dan outletnya 193 ˚C yang juga merupakan inlet ke HP heater #1. Outlet
dari HP heater #1 adalah 230 ˚C dan selanjutnya menuju economizer boiler. Air
ini dipanaskan menggunakan steam yang ada pada HP heater dengan
memanfaatkan ekstraksi dari turbin (ekstraksi #1 ke HP heater #1 dan ekstraksi
#2 ke HP heater #2). Selanjutnya hasil kondensasi steam pada HP heater ini
akan di drain ke LP heater dan sebagian lagi menuju rotari deaerator.

Pada line ini terdapat line re-circulation, terdapat bypass system dan drain.
Line de-temperature juga berasal dari line ini.

46
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Gambar di bawah ini merupakan lay out dari drain dan venting pada HP
feed water system. Line venting biasanya terdapat pada titik tertinggi, hal ini
untuk mengeluarkan udara yang terjebak. Dan drain terdapat pada titik
terendah atau pocket untuk mengeluarkan air yang terjebak ketika proses
overhaul.

47
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.8 LP feed water pipe

Line ini berasal dari deaerator dan menuju boiler feed pump (BFP). Line ini
merupakan suction dari BFP. Didesain pada 1.026MPa. bekerja pada tekanan
0.814MPa dan 158.20 ˚C. Perhatikan line drain dan venting.

24.1.9 Main condensate water pipe

Line condensate merupakan line dari kondenser menuju rotary deaerator.


Dari hotwell kondenser disedot oleh condensate pump ke gland sealing heater
diteruskan ke LP heater #6, LP heater #5, LP heater #4 dan akhirnya ke rotary
deaerator. Pada line ini juga terdapat line self-circulation, yaitu dari hotwell
condenser dipompa menuju kondenser lagi setelah melalui gland sealing
heater.

48
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
Line ini terdapat header yang menyulai air ke HP heater inlet valve,
vacuum pump untuk make up, ke steal seal water sealed yang akhirnya ke
hotwell juga, ke kondenser untuk spray water di LP cylinder casing, ke hydraulic
extraction valve, untuk make up water di equilibrated tank dan pendinginan
pada HP casing turbin.

Air yang dipompakan berasal dari hasil kondensasi steam pada LP casing
turbin yang didinginkan menggunakan air laut melalui kondenser yang
disupplai oleh cooling water pipe dari pump pit.

Pipa untuk inlet condensate pump didesain pada 0.35MPa dan temperatur
41.5 ˚C. Pipa outlet didesain pada 2.25MPa dan 118.5 ˚C.

24.1.10 Relevant pipe of deaerator

Merupakan line yang menghubungkan continous flash tank, drain flash


tank, drain tank dan deaerator. Line ini berfungsi menyuplai air dari hasil
treatment system ke deaerator.

49
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.11 Detemperature water pipe

Merupakan line yang menyuplai air ke de-superheater boiler. Line ini


disuplai dari line HP feed water pipe yang temperatur fluidanya 230˚C. Didesain
pada pressure 15.428 MPa dan 230 ˚C. Terdapat orifice yang pemasangannya
minimal 2m sebelum fitting (elbow) dan 1m jika dipasang pada setelahnya.

50
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.12 Exhaust pipe

Merupakan line yang langsung dibuang ke atmosfer, baik berupa exhaust


maupun dari pressure safety valve (PSV). Pipa pada HP heater #1 untuk PSV
didesain pada pressure 3.4MPa dan temperatur 410 ˚C sedangkan pada HP
heater #2 pada 1.6 MPa dan 315 ˚C. Pipa exhaust gland steam condenser
didesain 0.965MPa dan 50 ˚C. Deaerator dan continous blowdown flash tank
didesain 0.488MPa dan 158 ˚C.

51
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.13 Circulating water pipe

Pipa ini didesain pada pressure 0.25 MPa dan temperatur 35 ˚C.
Temperatur outlet sekitar 38-40 ˚C. Line ini menyuplai air laut dari pump pit
menuju kondenser untuk proses kondensasi steam dari LP turbin. Masuk
kondenser dari bawah dan keluar dari atas. Merupakan counter flow Heat
Exchanger karena berlawanan dengan steam yang dikondensasi. Terdapat line
venting dan drain. Juga konek dengan ball cleaning condenser tube.

Proses instalasi membutuhkan kehati-hatian karena terdapat expansion


joint yang performa displacement-nya hanya 15mm. Ketika pemasangan harus
dipastikan inline dengan kondenser.

Perhatikan treatment yang harus dilakukan karena fluida yang digunakan


adalah air laut yang sifat korosifnya tinggi.

52
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.14 Rubber ball cleaning pipe

Line pipa ini merupakan saluran rubber ball yang berfungsi membersihkan
tubing titanium pada condenser untuk mengondensasikan steam dari LP turbin.
Rubber ball ikut bersama air yang disuplai dari CW pipe dan ditampung di ball
strainer. Rubber ball dipompakan ke line inlet oleh pompa. Perhatikan juga
treatment pada pipa karena fluidanya merupakan air laut. Terdapat line drain.

53
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.15 Closed cooling water pipe

Merupakan line yang berfungsi mendinginkan equipment dan system,


seperti cooler, bearing rotating equipment, Heat exchanger dan lain-lain.
Didesain pada pressure 0.5 MPa dan 35 ˚C. Dalam perancangan, perhatikan
tekanan mechanical seal equipment tertinggi dan flow tertinggi supaya tidak
ada system yang terganggu karena kurang dari spesifikasi.

Air disuplai dari water head tank yang berasal dari demin plant. Air
disirkulasi menggunakan closed cooling circulation water pump. Air panas yang
berasal dari line return akan didinginkan di Heat Exchanger yang media
pendinginnya berasal dari air laut secara counter flow.

24.1.16 Demineralization water pipe

Merupakan line yang berasal dari water treatment plant yang berfungsi
menyuplai air demin ke drain tank, kondenser dan water head tank of CCCW.
Didesain pada pressure 0.3MPa dan temperatur 20 ˚C.

54
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.17 Heater drainage pipe

Line ini merupakan pipa yang berfungsi menransfer fluida yang berasal dari
hasil kondensasi steam pada heater yang berasal dari extraksi steam. Air ini
sebagian ditransfer ke deaerator karena tekanan pada heater masih lebih tinggi
dari deaerator. Sedangkan yang bertekanan rendah akan menuju hotwell
kondenser. Equipment yang dilalui oleh line ini adalah LP heater #4, #5, #6, HP
heater #1, #2, gland sealing heater, steam seal water sealed, deaerator dan
hotwell kondenser.
Pipa ini didesain pada:
HP heater #1; pressure 3.6 MPa dan temperatur 244.1 ˚C
HP heater #2; pressure 1.68MPa dan temperatur 203.73 ˚C
LP heater #4; pressure 0.17MPa dan temperatur 129.98 ˚C
LP heater #5; pressure 0.1 MPa dan temperatur 111.6 ˚C
LP heater #6; pressure 0.1 MPa dan pressure 79.3 ˚C

55
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.18 Drainage and venting water pipe

56
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.19 Fire fighting

Line ini didesain pada pressure 1.0 Mpa dan temperatur 30 ˚C. Line ini
berasal dari WTP dan masuk ke area BTG. Perhatikan small bore line, biasanya
terdapat line drain dan venting.

24.1.20 Compressed air pipe

57
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.21 Turbine Extraction steam pipe

58
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.22 Turbine drainage flash tank

59
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.23 Steam seal and valve bar leakage steam pipe

60
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.24 Oil purification pipe

24.1.25 Steam Turbine air exhaust pipe

61
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.1.26 BFP lube oil system

24.1.27 Miscellaneous pipe system

24.1.28 Smoke extractor of turbine lube oil

24.1.29

62
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
24.2 INSTRUMENT

24.3 ELECTRICAL

24.4 INSULATION

II. AUXILIARIES

1. BOILER FEED PUMP

A. Instalasi,

B. Operation,

Solorun Motor;

Mechanical running; pastikan semua close colling water sudah running. cek
semua valve pada line. Cek pada posisi oil cooler, mechanical seal, dan
supply ke bearing.

63
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
64
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
65
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
66
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
67
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
FLOW CHART INSTALASI STEAM TURBINE

pondasi preparasi

Cek dimensi lubang anchor

Padding seat
Leveling, centering, contact
check, gap clearance
Pad block
Leveling, centering, contact
check, gap clearance

Sole plate Leveling, centering, contact check, gap


clearance, setting anchor
Pasang shim untuk permudah alignment generator
Lower Front Electric heater
bearing pedestal Onbase Stator
untuk stator
generator

Setting condenser, install


Front LP
connection pipe of
lower casing
sealing system

rear LP lower Leveling, centering, contact


casing check, gap clearance,
pastikan ada tidaknya key

middle LP
lower casing

A
A

Leveling, centering, contact


HP lower
check, gap clearance,
casing
pastikan ada tidaknya key Setting diaphragm carrier,
diaphragm
Pastikan posisi bearing pad sesuai dengan lube
Setting lower oil dan jacking oil system, Leveling, centering,
bearing contact check dg inner serta rotor, gap
clearance, oil capsule, instrument2.

HP and LP Contact check dg bearing,


rotor centering, leveling, prealignment
Take out rotor
Leveling and centering,
HP and LP lower Diaphragm carrier vs inner casing,
diaphragm Diaphragm carrier vs diaphragm
Leveling Diaphragm carrier vs casing,
Diaphragm vs rotor Setting upper diaphragm sebagai
data awal untuk dibandingkan
Setting
dengan lower diaphragm
Running
clearance
diaphragm Install rotor (optional) Prepare install rotor generator, siapkan sliding, wood,
rubber, setting bearing generator kontak cek dg
pedestal
B

69
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
B
Leveling and centering,
Diaphragm carrier vs inner casing,
Setting upper Diaphragm carrier vs diaphragm
diaphragm Leveling Diaphragm carrier vs casing,
Diaphragm vs rotor.
Menyesuaikan dengan posisi lower
Trial upper Welding condenser Setting expansion
casing dengan lower casing joint of CW pipe

Take out overall then


final inspection
Instal generator Kontak cek dengan bearing, air gap, setting brush
rotor yoke, clearance stator-rotor

Reinstal
diaphragm
Lakukan Spot weld pada radial key baik
pada diaphragm carrier maupun diaphragm

Reinstall HP
LP rotor

70
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
C

Prealignment HP
rotor

Prealignment HP-LP
rotor

Prealignment HP-LP-
generator rotor

Setting thrust pad dg


rotor

Alignment main oil pump,


setting governor, dll

Install upper
diaphragm

D
71
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
D

Prealignment HP-LP-generator Pastikan berapa mikron pedestal


rotor-main oil pump MOP yang harus di-machining

Pastikan sealing grase yang dipakai,


linseed oil, birkosit atau yang lainnya
covering

Install cross Sealing grease atau


over pipe gasket, tightening

Setting upper Contact check,


bearing instrument, dll
Spot welding pad block,
check formwork, rol bar
grouting
Setting governing valve DEH system, Main stop valve

Pastikan kondenser fix, reamer lubang


Setting coupling
kopling, berat kopling harus sama

Final alignment End cap/ outer of generator rotor Setting bearing assembly dan
brush yoke

72
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
E

Covering
coupling

Covering front
bearing pedestal

Setting
enclosure

73
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
74
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
75
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11
76
Instalasi Steam Turbine dan Auxiliaries pada Proyek PLTU 2x100MW Subhan Hasisi – MT Jan’11

Anda mungkin juga menyukai