Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Akuntansi Keuangan Lanjutan II

“Persekutuan :Pembentukan Operasi dan Perubahan Keanggotaan”

Disusun oleh :

Nama : 1. Ani Susanti(1.22.17.0013)

2. Elsa Agustini (1.22.17.0002)

3. Sahrul Mubarokah (1.22.17.00)

Jurusan : Akuntansi

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS AKI

SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemampuan
kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Persekutuan :Pembentukan
Operasi dan Perubahan Keanggotaan” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi
Keuangan Lanjutan II, disamping itu kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan kelemahannya. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari pembaca sehingga
dalam pembuatan makalah lainnya menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, 05 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................i

DAFTAR ISI ……………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................1

A. Latar Belakang ............................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................1
C. Tujuan .........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................3

A. Karakteristik entitas persekutuan.................................3


B. Akuntansi untuk pendirian persekutuan........................
C. Akuntansi untuk operasi persekutuan............................
D. Alokasi laba atau rugi kepada para sekutu.....................
E. Laporan keuangan persekutuan.....................................
F. Perubahan dalam keanggotaan

BAB III PENUTUP...........................................................................

A. Kesimpulan ...................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntan sering kali diminta bantuannya dalam hal pendirian dan operasi dari
persekutuan untuk memastikan pengukuran dan penilaian yang benar atas transaksi dalam
persekutuan. Persekutuan merupakan bentuk usaha yang populer karena mudah dalam
pendiriannya dan memungkinkan beberapa individu untuk menggabungkan bakat dan
kemampuan mereka, dalam satu usaha tertentu. Selain itu, persekutuan menyediakan
sarana yang lebih fleksibel untuk memperoleh tambahan modal dibandingkan dengan
perusahaan perorangan dan memungkinkan pembagian risiko dalam pertumbuhan usaha
yang cepat
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, maka perumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apa saja karakteristik entitas persekutuan ?
2. Apa saja yang terdapat dalam akuntansi untuk pendirian persekutuan ?
3. Apa saja yang terdapat dalam akuntansi untuk operasi persekutuan ?
4. Bagaimana alokasi laba atau rugi kepada para sekutu?
5. Bagaimana laporan keuangan persekutuan?
6. Bagaimana perubahan dalam keanggotaan ?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui karakteristik entitas persekutuan
2. Mengetahui apa saja yang terdapat dalam akuntansi untuk pendirian persekutuan
3. Mengetahui apa saja yang terdapat dalam akuntansi untuk operasi persekutuan
4. Mengetahui bagaimana alokasi laba atau rugi kepada para sekutu
5. Mengetahui bagaimana laporan keuangan persekutuan
6. Mengetahui bagaimana perubahan dalam keanggotaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Entitas Persekutuan


Bentuk usaha persekutuan memiliki beberapa komponen unik karena status
legal dan akuntansinya. Bagian berikut menggambarkan krakteristik utama yang
membedakan bentuk persekutuan dari entitas bisnis lain.
1. Regulasi Hukum Persekutuan
Akuntan yang bekerja untuk persekutuan harus memahami hukum atau
undang-undang terkai dengan persekutuan karena hukum atau undang-undang
tersebut menjelaskan hak-hak tiap sekutu dan kreditor selama proses pembentukan,
operasi dan likuidasi atas persekutuan. Dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPer) dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Indonesia tertera
definisi hak-hak dan kewajiban-kewajiban setiap sekutu kesekutu lain dan kreditor
dalam persekutuan.
2. Definisi Persekutuan
Pada KUHPer Bab VIII, Bagian I, Pasal 1618 menyatakan bahwa,
“Persekutuan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang setuju untuk
menginvestasikan sesuatu ke dalam usaha dan laba yang diperolehnya dibagi diantara
mereka”, Definisi ini dapat dibagi menjadi tiga faktor terpisah, yaitu:
1.      Gabungan dua orang atau lebih.
2.      Untuk menginvestasikan sesuatu.
3.      Usaha untuk laba.
3. Pendirian Persekutuan
Salah satu keuntungan utama dari bentuk persekutuan adalah mudah dalam
pendirian. Akta pendirian persekutuan harus mencakup hal-hal berikut:
1. Nama dari persekutuan dan nama dari para sekutu.
2. Jenis usaha yang akan dijalani dan jangka waktu perjanjian persekutuan.
3. Kontribusi modal awal dari masing-masing sekutu dengan metode di mana
kontribusi modal di masa depan diterapkan.
4. Penjelasan lengkap tentang distribusi keuntungan dan kerugian, termasuk gaji,
bunga, atas saldo modal, bonus, batas penarikan dalam mengantisipasi laba, dan
persentase yang digunakan untuk mendistribusikan sisa keuntungan dan kerugian
5. Prosedur yang digunakan dalam perusahaan persekutuan, seperti penambahan
sekutu baru dan berhentinya sebuah sekutu.
6. Aspek lain dalam operasi yang diputuskan oleh sekutu, seperti hak manjemen dari
masing-masing sekutu, prosedur pemungutan suara dan metode akuntansi.
4. Karakteristik Utama Lain Persekutuan
Berikut ini bagian dari KUHPer dan KUHD yang terkait dengan pembentukan dan
operasi persekutuan, yang terkait dengan penghentian dan likuidasi persekutuan:
1.      Perjanjian persekutuan.
2.      Persekutuan sebagai entitas terpisah.
3.      Sekutu adalah wakil (agen) persekutuan.
4.      Kewajiban sekutu adalah kewajiban bersama.
5.      Hak dan kewajiban sekutu.
6.      Kepemilikan sekutu yang dapat dialihkan dalam persekutuan.
7.      Berhentinya sekutu.
5. Jenis-jenis Persekutuan Terbatas
Banyak orang menilai kemungkinan terjadinya kewajiban personal atas
kewajiban persekutuan sebagai kerugian utama bisnis persekutuan. Karena alasan ini,
kadang orang menjadi sekutu terbatas pada satu dari beberapa bentuk persekutuan
terbatas. Persekutuan terbatas (Limited Partnership- LP) adalah bentuk yang berbeda
dari persekutuan dengan kewajiban terbatas (Limited Liability Partnership-LLP) atau
persekutuan terbatas dengan kewajiban terbatas (Limited Liability Partnership –
LLLP). Variasi berdasarkan tingkat perlindungan kewajiban kepada saham.
Persekutuan Terbatas (Limited Partnership –LP) dalam Persekutuan Terbatas
(LP), terdapat paling sedikit satu sekutu namun satu atau lebih sekutu terbatas. Sekutu
umum bertanggung jawab secara pesonal dan atas kewajiban persekutuan dan
memiliki tanggung jawab hanya sampai dengan kontribusi modal tapi tidak memiliki
wewenang manajemen.
Persekutuan Dengan Kewajiban Terbatas (Limited Liability Partnership-LLP)
persekutuan dengan kewajiban terbatas adalah dimana tiap sekutu memiliki tingkat
perlindungan kewajiban yang sama. Tidaka ada sekutu umum atau sekutu terbatas di
LLP; sehingga tiap sekutu memiliki hak dan kewajiban sebagai sekutu umum, tapi
dengan kewajiban hukum terbatas. Sekutu dalam LLP tidak bertanggungjawab secara
personal atas kewajiban persekutuan. Namun, beberapa negara bagian telah
mendefinisikan bahwa tiap sekutu dalam LLP bertanggungjawab penuh atas
kewajiban persekutuan, tapi tidak akibat tindakan kelalaian profesional atau
malpraktik yang dilakukan sekutu lain.
Persekutuan Terbatas dengan Kewajiban Terbatas (Limited Liability Limited
Partnership-LLLP) di sebagian besar negara bagian, persekutuan terbatas dapat
memilih persekutuan terbatas dengan kewajiban terbatas. Di LLLP setiap sekutu
bertanggungjawab hanya atas kewajiban bisnis persekutuan, dan tidak atas terjadinya
malpraktik atau kesalahan yang dilakukan sekutu lain dalam berbisnis normal
perusahaan. Keuntungan LLLP adalah tiap sekutu umum, walau bertanggungjawab
atas manajemen persekutuan, tidak memiliki kewajiban personal atas kewajiban
persekutuan. Sama dengan perlindungan kewajiban yang diberikan di sekutu terbatas.
Identifikasi sebagai “LLLP” atau “Persekutuan terbatas dengan Kewajiban Terbatas”
harus tercantum dalam nama atau identitas entitas.
B. AKUNTANSI UNTUK PENDIRIAN PERSEKUTUAN
Pada saat pendirian persekutuan, sangatlah penting untuk melakukan penilaian
yang tepat terhadap aset-aset selain kas dan kewajiban yang disetorkan oleh masing-
masing sekutu. Setiap kontribusi dari sekutu akan menjadi kekayaan persekutuan dan
dimiliki secara bersama. Persekutuan harus dapat memisahkan secara jelas antara
kontribusi modal dan pinjaman yang diberikan oleh sekutu kepada persekutuan.
Perjanjian pinjaman haruslah memiliki bukti tertulis atau dokumen lain yang secara
legal dapat membuktikan bahwa terdapat pinjaman dari salah satu sekutu kepada
persekutuan, juga sangat penting memisahkan aset berwujud yang dimiliki oleh
persekutuan dan aset tertentu yang dimiliki oleh individu sekutu tapi digunakan oleh
persekutuan. Pencatatan akuntansi atas aset berwujud atas persekutuan harus dijaga.
Ilustrasi Akuntansi Pendirian Persekutuan
Ilustrasi berikut digunakan sebagai dasar untuk diskusi selanjutnya dallam bab
ini. Aldi, perusahaan perorangan, telah mengembangkan beberapa peranti lunak untuk
berbagai jenis komputer. Berikut adalah saldo dari akun-akun Aldi pada tanggal 31
Desember 20X0.
Kas                            Rp3.000.000   Kewajiban                             Rp10.000.000
Persediaan                 Rp7.000.000   Modal, Aldi                            Rp15.000.000
Peralatan                   Rp20.000.000
Dikurangi, Akum. Peny  (Rp5.000.000)
Total Aset                    Rp25.000.000 Total Kewajiban+Modal     Rp25.000.000
Aldi membutuhkan bantuan teknis dari pihak lain untuk meningkatkan
penjualan dan menawarkan kepada Bayu, pihak yang tertarik pada usahanya untuk
bergabung. Aldi dan Bayu setuju untuk membentuk persekutuan. Usaha Aldi di audit,
dan aset bersihnya dinilai ulang. Hasil audit dan penilaian menyatakan bahwa ada
kewajiban senilai Rp1.000.000 yang tidak tercatat, persediaan dinilai sebesar
Rp9.000.000, dan peralatan memiliki nilai wajar Rp19.000.000.
Aldi dan Bayu menyiapkan dan menandatangani perjanjian persekutuan yang
mencakup semua kebijakan operasi yang signifikan. Bayu akan menyetorkan uang
tunai sebesar Rp10.000.000 untuk sepertiga kepemilikan modal. Persekutuan AB
mengambil alih semua usaha Aldi, termasuk kewajibannya.
Jurnal untuk mencatat penyetoran modal awal pada pembukuan persekutuan adalah:
1 Januari 20X1
(1)   Kas                      13.000.000
Persediaan                   9.000.000
Peralatan                    19.000.000
            Kewajiban                   11.000.000
            Modal, Aldi                20.000.000
            Modal, Bayu               10.000.000
(Mencatat Persekutuan AB dengan penyetoran modal oleh Aldi dan Bayu)
C. AKUNTANSI UNTUK OPERASI PERSEKUTUAN
Sebuah persekutuan menyediakan jasa atau menjual produk untuk mencari
keuntungan. Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal dan buku besarnya. Sebagian
besar persekutuan menggunakan akuntansi akrual dan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dalam pembukuannya karena prinsip akuntansi yang berlaku umum
menghasilkan pengukuran laba yang lebih baik dibandingkan metode akuntansi
alternatif, seperti basis kas atau pun bisnis kas yang dimodifikasi. Laporan keuangan
persekutuan disusun untuk kepentingan sekutu dan terkadang kreditor.
Akun Sekutu
Persekutuan bisa memiliki beberapa akun untuk masing-masing sekutu dalam
pencatatan akuntansinya. Akun sekutu tersebut adalah sebagai berikut.
Akun Modal
Investasi awal para sekutu, setoran modal selanjutnya, distribusi keuntungan atau
kerugian dan penarikan modal oleh sekutu di catat dalam akun modal para sekutu.
Setiap sekutu memiliki satu akun modal, yang biasanya bersaldo kredit.
Akun Prive (Penarikan)
Para sekutu biasanya melakukan penarikan atas aset dari persekutuan sepanjang tahun
sebagai antisipasi atas keuntungan. Contohnya, jurnal berikut di buat dalam
pembukuan persekutun AB untuk penarikan kas sejumlah Rp3.000.000 oleh Bayu
pada tanggal 1 Mei 20X1.
1 Mei 20X1
(2)   Prive-Bayu                  3.000.000
Kas                              3.000.000
            (Penarikan Rp3.000.000 oleh Bayu)

Akun Pinjaman
Jurnal berikut adalah untuk mencatat pinjaman dari Aldi kepada persekutuan senilai
Rp4.000.000 dengan bunga 10% pada tanggal 1 Juli 20X1.
1 Juli 20X1
(3)   Kas                                          4.000.000
Pinjaman dari Adit                  4.000.000
            (Mencatat pinjaman dari Adit)
D. ALOKASI LABA ATAU RUGI KEPADA PARA SEKUTU
` Laba atau rugi dialokasikan kepada para sekutu pada tiap akhir periode sesuai
dengan perjanjian dalam persekutuan. Jika terdapat dalam perjanjian, Bab VII, Bagian
II, Pasal 163 KUHPer menyatakan bahwa sekutu berhak memperoleh bagian laba atau
rugi secara proporsional sesuai dengan jumlah yang dikontribusikan ke dalam
persekutuan. Secara tidak langsung, semua persekutuan memiliki perjanjian alokasi
laba atau rugi. Perjanjian tersebut harus diikuti secara benar, dan jika ada yang tidak
jelas, maka akuntan harus memastikan bahwa semua sekutu setuju atas distribusi laba
atau rugi. Banyak permasalahan dan perdebatan di kemudian hari yang dapat
dihindari dengan menentukan secara hati-hati atas pembagian laba atau rugi di dalam
perjanjian perekutuan.
Terdapat beragam rencana distribusi laba atau rugi (profit distribution plans)
di dunia usaha. Beberap persekutuan memiliki rencana distribusi sederhana,
sedangkan yang lain bersifat kompleks. Menjadi tanggung jawab akuntan untuk
mendistribusikan laba atau rugi berdasarkan perjanjian persekutuan terlepas seberapa
sederhana atau kompleks perjanjian tersebut. Distribusi laba hampir sama dengan
dividen pada koperasi: distribusi ini tidak seharusnya termasuk ke dalam laporan laba
rugi, terlepas bagaimana cara laba tersebut didistribusikan. Distribusi laba dicatat
langsung kepada akun modal, bukan beban.
Kebanyakan persekutuan menggunakan satu atau lebih metode distribusi, yaitu :
1.      Rasio yang ditetpakan sebelumnya (preselected ratio)
2.      Bunga atas saldo modal (interest on cpital balance)
3.      Gaji kepada sekutu
4.      Bonus kepada sekutu
Rasio yang ditetapkan sebelumnya biasanya adalah hasil negoisasi antara
sesama sekutu.Rasio pembagian laba bisa berdasarkan persentase jumlah modal
persekutuan, waktu dan tenaga yang dicurahkan kepada persekutuan, atau berbagai
faktor lainnya.Distribusi laba persekutuan berdasarkan bunga atas saldo modal
mengakui kontribusi dari investasi modal para sekutu kepada kemampuan
menghasilkan laba bagi persekutuan.Bunga atas saldo modal ini bukanlah beban bagi
pesekutuan; tetapi merupakan distribusi laba.Jika satu atau lebih jasa dari sekutu yang
penting bagi persekutuan, perjanjian distribusi laba bisa saja memberikan gaji atau
bonus.
Ilustrasi Alokasi Laba
Selama tahun 20XI, persekutuan AB memperoleh pendapatan Rp45.000.000,
dan beban Rp35.000.000, sehingga menghasilkan laba Rp10.000.000 pada tahun
tersebut. A;di masih memiliki saldo modal Rp20.000.000 selama tahun berjalan,tetapi
invetasi modal Bayu selama tahun berjalan berubah-ubah sebagai berikut.
Tanggal Debit Kredit Saldo
1 Januari Rp10.000.000
1 Mei Rp3.000.000 7.000.000
1September Rp500.000 7.500.000
1November Rp1.000.000 6.500.000
31Desember 6.500.000
Nilai debit sebesar Rp3.000.000 dan Rp1.000.000 dicatat dalam akun
penarikan Bayu, sedangkan tambahan investasi dikredit kea kun modalnya.
Rasio Pembagian Laba Secara Arbitrer.
Aldi dan Bayu dapat saja menyetujui pembagian laba denga rasio yang tidak
ada hubungannya dengan saldo modal atau kondisi operasional persekutuan.Misalnya
para sekutu setuju untuk membagi laba atau rugi dengan rasio 60 persen untuk Aldi
dan 40 persen untuk Bayu.Beberapa perjanjian pada persekutuan menyatakan
perbandingan ini sebagai rasio 3:2.Table berikut menggambarkan bagaimana laba
bersih didistribusikan dengan rasio 3:2.
Aldi Bayu Total
Persentasepembagianlab 60% 40% 100%
a
Lababersih Rp10.000.000
Alokasi 60:40 Rp6.000.000 Rp4.000.000 (Rp10.000.000)
Total Rp6.000.000 Rp4.000.000 Rp0
Tabel di atas menggambarkan bagaimana laba bersih didistribusikan kea kun
modal para sekutu. Distribusi secara actual diselesaikan dengan menutup akun
ikhtisar laba rugi. Selain itu, akun penarikan ditutup keada akun modal pad akhir
periode.
31 Desember 20X1
(4) Modal, Bayu                                              4.000.000
            Penarikan, Bayu                                                          4.000.000
            Menutup penarikan oleh Bayu
(5) Pendapatan                                                45.000.000
            Beban                                                                          35.000.000
            Ikhtisar Laba Rugi                                                      10.000.000
            Menutup pendapatan dan beban
(6) Ikhtisar laba rugi                                        10.000.000
            Modal, Aldi                                                                6.000.000
            Modal, Bayu                                                               4.000.000
            Mendistribusikan laba berdasarkan perjanjian
Bunga atas Saldo Modal
Misalnya, rata-rata tertimbang saldo modal Bayu untuk tahun 20X1 dihitung
sebagai berikut :
Tanggal Debit Kredit Saldo JumlahBulan Bulan x Saldo
1 Jan Rp10.000.000 4 Rp40.000.000
1 Mei Rp3.000.000 7.000.000 4 28.000.000
1 Sep Rp500.000 7.500.000 2 15.000.000
1 Nov Rp1.000.000 6.500.000 2 13.000.000
Total 12 96.000.000
Rata 8.000.000
rata
modal
Jika Aldi dan Bayu setuju mengenakan bunga 15 % atas rata-rata tertimbang
saldo modal dengan sisa laba yang akan didistribusikan pada rasio 60:40, maka
distribusi laba Rp10.000.000 akan dihitung sebagai berikut :
Aldi Bayu Total
Persentaselab 60% 40% 100%
a
Rata-rata Rp20.000.000 Rp8.000.000
modal
Lababersih Rp10.000.000
Bungaatas 3.000.000 1.200.000 (4.200.000)
modal
Sisalaba Rp5.800.000
Alokasi 60:40 3.480.000 2.320.000 (5.800.000)
Total Rp 0
Gaji
Untuk menghitung gaji para sekutu, misalnya perjanjian persekutuan
menyatakan bawa gaji yang dibayarkan ke Aldi sejumlah Rp2.000.000 dan Bayu
Rp5.000.000. sisanya akan dibagikan dengan dasar distribusi laba/rugi 60:40.
Distribusi laba dihitung sebagai berikut.
Aldi Bayu Total
PersentaseLab 60% 40% 100%
a
Lababersih Rp10.000.000
Gaji Rp2.000.000 Rp5.000.000 (7.000.000)
Sisalaba Rp3.000.000
Alokasi 60:40 Rp1.800.000 Rp1.200.000 (3.000.000)
Total Rp0
Bonus
Misalnya, bonus sebesar 10% dari laba akan dikredit pada modal Bayu jika
laba melebihi Rp5.000.000 sebelum dibagikan dengan distribusi laba. Dalam kasus 1,
bonus dihitung sebagai persentase dari laba sebelumdikurangi bonus.Dalam kasus 2
bonus dihitung sebagai persentase dari laba setelah dikurangi bonus.
Kasus 1 :
                        Bonus              = X% (NI – MIN)
Dimana :          X%                  = persentase bonus
                        NI                    = laba bersih sebelum bonus
                        MIN                = jumlah minimum laba sebelum bonus
                      Bonus              = 0,10 (Rp10.000.000 – Rp5.000.000) = Rp500.000
Kasus 2 :
                        Bonus              = X% (NI – MIN - Bonus)
                                               = 0,10 (Rp10.000.000 – Rp5.000.000 – Bonus)
= 0,10 (Rp5.000.000 – Bonus)
= Rp500.000 – 0,10 Bonus
                       1,10 Bonus      = Rp500.000
                              Bonus  = Rp454,545
Distribusi laba bersih berdasarkan Kasus 2 dihitung sebagai berikut :
Aldi Bayu Total
Persentaselab 60% 40% 100%
a
Lababersih Rp10.000.000
Bonus Rp454.545 (454.545)
untuksekutu
SisaLaba Rp9.545.454
Alokasi 60:40 Rp5.727.237 3.818.182 (9.545.454)
Total Rp5.727.237 Rp4.272.272 Rp0

Alokasi Laba dengan Dasar Bertahap


Perjanjian persekutuan bisa memuat kombinasi dari beberapa prosedur alokasi
yang akan digunakan untuk distribusi laba. Misalnya, perjanjian laba atau rugi
persekutuan AB menyatakan alokasi dengan metode berikut.
1. Bunga 15 persen dari rat-rata tertimbang saldo modal.
2. Gaji sebesar Rp2.000.000 untuk Aldi dan Rp5.000.000 untuk Bayu.
3. Bonus 10 persen akan dibayarkan kepada Bayu jika laba persekutuan melebihi
Rp5.000.000 sebelum dikurangi bonus, gaji, dan bunga atas saldo modal.
4. Jika ada sisa akan dialokasikan 60 persen untuk Aldi dan 40 persen untuk Bayu.

Metode Alokasi Laba Khusus


Beberapa persekutuan mendistribusikan laba bersih dengan dasar lain.
Misalnya, kebanyakan kantor akuntan public mendistribusikan laba dengan dasar
“unit” persekutuan. Seorang sekutu baru memperoleh sejumlah unit dan tambahan
unit yang ditugaskan oleh komte kompensasi dengan cara memperoleh klien baru,
menyediakan persekutuan dengan keahlian di industry tertentu, bertugas sebagai
managing partner atau menerima berbagai tanggung jawab lainnya.
E. LAPORAN KEUANGAN PERSEKUTUAN
Laporan modal para sekutu (statement of partners’ capital) biasanya dibuat
untuk menyajikan perubahan akun modal sekutu untuk suatu periode.

F. PERUBAHAN DALAM KEANGGOTAAN


Berhentinya atau pengunduran diri seorang sekutu dari persekutuan
menyebabkan pembubaran secara hukum atas pesekutuan. Banyak persekutuan yang
tetap melanjutkan operasi bisnisnya dan persekutuan mungkin saja membeli
kepemilikan sekutu yang berjenti pada harga pembelian. Harga pembelian adalah nilai
estimasi jika (1) asset dijual pada harga sama dengan atau lebi besar dari nilai
likuidasi atau nilai yang menjadi dasar penjulan seluruh bisnis jika bisnis tetap
berjalan tanpa sekutu yang keluar tersebut (2) persekutuan diakhiri pada saat tersebut,
dengan pembayaran seluruh kreditor persekutuan dan penghentian bisnis.
Konsep-konsep Umum untuk Mencatat Perubahan Keanggotaan dalam
Persekutuan
1. Persekutuan sebagai sebuah entitas terpisah dari individu-individu sekutu dan
penggunaan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) – KUHPer
secara jelas mendefinisikan persekutuan sebagai suatu entitas yang terpisah dan
masing-masing individu sekutu. Sebagai contoh, entitas persekutuan tidak
berubah karena penambahan atau pengunduran diri individu sekutu. Ini sama
dengan konsep entitas untuk bentuk bisnis korporasi, dimana korporasi tidak
perlu direvaluasi setiap terjadi perubahan pemegang saham.
2. Persekutuan sebagai sekumpulan hak kepemilikan sekutu dan penggunaan
akuntansi non-GAAP -para sekutu dalam perusahaan swasta dapat saja memilih
mengikuti metode akuntansi non-GAAP untuk memenuhi kebutuhan informasi
tertentu. Dalam kasus ini perusahaan dapat diaudit oleh auditor eksternal, tapi
opini audit yang menyatakan dengan jelas bahwa prinsip-prinsip akuntansi non-
GAAP digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Persekutuan seperti ini
tidak dapat memperoleh opini audit “wajar tanpa pengecualian”.
Sekutu Baru Membeli Hak Kepemilikan
Sebuah konsep yang sering digunakan adalah nilai buku.Nilai buku
persekutuan adalah jumlah modal, yang juga merupakan selisih antara jumlah asset
dan kewajiban. Contoh pada kasus ini misalnya setelah beroperasi selama tahun 20X1
dan 20X2, persekutuan AB memiliki nilai buku Rp30.000.000 dan persentase laba
tanggal 1 Jan 20X3 adalah :
Saldo Modal PersentaseLaba
Aldi Rp20.000.000 60
Bayu 10.000.000 40
Total 30.000.000 100

Berikut informasi seputar kasus ini:


1. Tanggal 1 Januari 20X3, Aldi dan Bayu mengundang Citra menjadi sekutu dalam
bisnis mereka. Persekutuan yang dihasilkan disebut persekutuan ABC.
2. Citra membeli seperempat kepemilikan modal persekutuan langsung dari Aldi
dan Bayu dengan jumlah perolehan Rp9.000.000.
3. Citra akan diberikan 25 persen dalam bagian dalam pembagian laba atau rugi
persekutuan . sisa 75 persen akan di bagi antara Aldi dan Bayu pada rasio laba
mereka sebelumnnya 60 : 40 persen . Hasil dari persentase laba atau rugi setelah
masuknya Citra adalah :
Sekutu                                     Persentase Laba :
Aldi                             45 (75 % dari 60 %)
Bayu                            30 (75 % dari 40%)
Citra                             25
Total                            100
Dalam contoh ini, 25 persen bagian Citra dalam laba atau rugi persekutuan
adalah sama dengan seperempat nilai modalnya. Kedua nilai persentase tersebut tidak
harus selalu sama seperti yang telah dijelaskan di awal bab ini.
Transaksi antara Citra dan sekutu lain secara individu tidak tercermin dalam
pembukuan persekutuan. satu- satunyapencatatan adalah reklasifikasi modal
persekutuan. Aldi dan Bayu memberikan seperempat dari modal kepada Citra ,
sebagai berikut.
1 januari 20X3
(7)        Modal, Aldi                            5.000.000
            Modal, Bayu                           2.500.000
                        Modal Citra                                         7.500.000
                        Reklasifikasi modal kepada sekutu baru.
                        Dari Aldi : Rp 5.000.000 = Rp 20.000.000 x 0,25
                        Dari Bayu : Rp 2.500.000 = Rp 10.000.000 x 0,25
Dalam kasus ini modal yang dikredit kepada citra hanya Rp 7.500.000,
sekalipun Rp 9.000.000 yang dibayarkan untuk seperempat kepemilikan .
pembayaaran Rp 9.000.000 mencerminkan bahwa nilai wajar persekutuan adalahh Rp
36.000.000, dihitung sebagai berikut :
                        Rp 9.000.000 =nilai wajar x 0,25
                        Rp 36.000.000            = nilai wajar
Nilai buku persekutuan adalah Rp 30.000.000 sebelum investasi dari Citra.
Pembayaran Rp 9.000.000 dilakukan secara langsung kepada individu sekutu , dan
tidak akan menjadi bagian dari asset ppersekutuan . Selisih Rp 6.000.000 antara nilai
wajar dengan nilai buku yang baru bisa berupa asset yang dinilai terlalu rendah atau
adanya goodwill yang belum dicatat.
Aldi dan bayu bisa menggunakan akuisisi yang dilakukan citra untuk
merevaluasi asset persekutuan dan mencerminkan sepenuhnya perubahan nilai yang
terjadi sebelum masuknya Citra. Jika tidak, maka dapat menyebabkan bagian citra
akan meningkat secara proposional ketia peninngkatan nilai dilakukan. Misalnya , jika
persekutuan meiliki tanah yang nilainya kurang sebesar RP 6.000.000 yang dijual
setelah Citra masuk dalam persekutuan , Citra akan mendapatkan bagian keuntungan
atas penjualan berdasarkan rasio pembagian laba. Untuk mengghindari masalahh ini,
beberapa persekutuaan melakukan revaluasi atas asset pada saat masuknya sekutu
baru walaupun sekutu baru tersebut membeli kepemilikan secara langsung dari salah
ssatu sekutu lama. Dalam kasus ini Aldi dan Bayu dapat mengakui peningkatan nilai
tanah secepatnya sebelum masuknya Citra dan mengalokasikan kenaikan tersebut
secara proporsional terhadap saldo modal masing – masing dengan rasio pembagian
60 ; 40 sebagai berikut.
(8)        Tanah                                      Rp 6.000.000
                        Modal, Aldi                            Rp 3.600.000
                        Modal, Bayu                           Rp 2.400.000
            Revaluasi nilai tanah sebelum masuknya sekutu baru :
            Untuk Aldi : Rp 3.600.000 = Rp 6.000.000 x 0,60
            Untuk Bayu : Rp 2.400.000 = Rp 6.000.000 x 0,40
Perlu dicatat bahwa nilai modal persekutuan keseluruhan adalah Rp 36.000.000 (Rp
30.000.000 ditambah revaluasi Rp 6.000.000 ) pemindahan seperempat modal kepada
cittra dicatat sebagai berikut .
(9)        Modal, Aldi                            5.900.000
            Modal, Bayu                           3.100.000
                        Modal Citra                                         9.000.000
                        Reklasifikasi modal kepada sekutu baru:
                        Rp 5.900.000 = Rp 23.600.000 x 0,25
                        Rp 3.100.000 = Rp 12.400.000 x 0,25
                        Rp 9.000.000 = Rp 36.000.000 x 0,25
Sekutu Baru Melakukan Investasi di Persekutuan
Seorang sekutu , baru dapat mengakuisisi kepemilikan dengan caraa
melakukan investasi ke dalam persekutuan. Dalam kasus ini , persekutuan menerima
kas atau asset lain. Tiga kondisi dapat terjadi jika sekutu baru melakukan investasi di
persutuan,yaitu :
Kasus  1:  investasi sekutu baru sama dengan proporsi sekutu baru terhadap nilai buku
persekutuan
Kasus 2: Investasi sekutu baru lebih besar dari proporsi sekut baru terhadap nilai buku
persekutuan.
Kasus 3 : Investasi sekutu baru lebih rendah dari proporsi sekutu baru terhadap nilai
buku persekutuan. Hal ini mengindikasi bahwa nilai asset bersih persekutuan
sebelumnya terlalu tinggi di pembukuan atas sekutubaru memberikan kontribusi
goodwill sebagai tambahan asset lain.
Langkah pertama untuk menentukan bagaimana menghitung masuknya sekutu
baru adalah dengan menghitung  proporsi sekutu baru terhadap nilai buku
persekutuan  ( new partner’s proportion of the partneship’s book velue ) sebagai
berikut.

Proporsisekutu
Baruterhadap            = (Modal sekutusebelumnya + investasisekutubaru ) x persentase
modal atassekutubaru
Nilaibuku
persekutuan
Persekutuan AB  yang  digambarkan sebelumnya masih digunakan dalam tiga kasus
berikut. Informasi   yang terkait dalam ketiga kasus adalah sebagai berikut :
1. Tanggal 1 januari 20X3 , modal dari persekutuan AB adalah Rp 30.000.000 .
Modal Aldi senilai senilai Rp 20.000.000 dan bayu sebesar Rp 10.000.000 . rasio
pembagian laba antara Aldi dan Bayu adalah 60 : 40
2. Citra di minta menjadi sekutu baru . Citra akan mendapatkan seperempat
kepemilikan modal dan 25 persen pembagian laba. Aldi dan Bayu akan membagi
75 persen sisa laba dengan rasio 60 : 40 , menghasilkan pembagian laba 45 persen
untuk Aldi dan 30 persen untu Bayu.
Kasus 1 Nilai Investasi Sekutu Baru Sama dengan Proporsi Nilai Buku
Persekutuan
Total nilai buku sebelum penerimaan sekutu baru adalah Rp 30.000.000 dan
sekutu baru , Citra membeli seperempat kepemilikan modal senilai Rp 10.000.000
.Besarnya investasi sekutu baru sering kali merupakan hasil negoisasi antara sekutu
lama dengan calon sekutu baru . seperti halnya akuisisi atau investasi , investor harus
menentukan nilai pasarnya. Dalam kasus ini , scalon sekutu berusaha untuk
memastikan nilai pasar dan kemampuan menghasilkan laba atas asset bersih
persekutuan . dalam kasus ini , Citra harus percaya bahwa investasi senilai Rp
10.000.000 adalah harga yang wajar untuk seperempat kepemilikan di persekutuan ,
atau dia tidak melakukan investasi sama sekali.
Figur 15-1
Gambaran umum Akuntansi Penerimaan Sekutu Baru
Setelah nilai investasi disetujui , barulah ungkin untuk menghitung proporsi
nilai buku sekutu baru,. Untuk investasi Rp 10.000.000, citra akan mendapatkan
seperempat kepemilikan pada persekutuan , sebagai berikut . 

Investasi ada persekutuan                                                       Rp 10.000.000


Proporsi nilai buku sekutu baru                                                          
(Rp 30.000.000 + Rp 10.000.000 ) x 0.25                              (10.000.000)
Selisih ( Investasi = nilai buku )                                                          Rp -0-
Karena nilai investasi 9Ro 10.000.000) sama dengan 25 persen proporssi nilai
buku sekutu baru( Rp10.000.000= Rp 40.000.000x 0,25),mengimplikasikan bahwa
asset bersih telah dinilai secara wajar. Modal yang dihasilkan sama dengan modal
awal (Rp 30.000.000) ditambah investasi sekutu baru (Rp10.000.000). perlu dicatat
bahwa modal yang dialokasikan kepada sekutu baru adalah bagiannya atas modal
persekutuan setelah diterimanya ia sebagai sekutu baru . Jurnal yang dicatat alam
pembukuan persekutuan aadalah :
1 januari 20X3
(10)      Kas                                                                  10.000.000
                        Modal Citra                                                     10.000.000
                        Penerimaan Citra untuk seperempat kepemilikan atas
                        Investasinya sebesar Rp 10.000.000
Berikut Skedul yang menyajikan konsep kunci dalam kasus 1.                    
Bagian
Proporsi sekutu baru
Nilai buku atas total
Persekutuan Total Modal modal yang
Modal Investasi Sekutu Baru yang dihasilkan
Sebelumnya Sekutu Baru (25 %) dihasilkan (25 %)
Kasus 1
Investa
si
Rp30.000.000 Rp10.000.000 Rp10.000.00
sekutu
0
baru
sama
dengan
Rp40.000.000 Rp40.000.000
propors
i nilai
buku

Tidak
adanya
Revalu
asi ,
bonus,
atau
goodwi
ll
Kasus 2. Nilai Investasi Sekutu Baru Lebbih Besa dari Proporsi Nilai Buku
Persekutuan
Dalam beberapa kasus  seorang sekutu dapat melakukan investasi lebih besar
dari porsi kepemilikannya atas nilai buku persekutuan . Hal ini bearti , sekutu tersebut
menghargai nilai lebih pada persekutuan yang tidak tercermin dalam pembukuan.
Misalnya , diasumsikan Citra menginvestasikan RPp11.000.000 untuk
seperempat kepemilikan modal dalam persekutuan. Langkah pertama adalah
membandingkan investasi sekutu baru dengan proporsi nilai bukunya , sebagai
berikut 

Investasi pada persekutuan                             Rp 11.000.000


Proporsi nilai buku sekutu baru          (Rp 30.000.000 + RP 11.000.000 )x0,25    
    Rp 10.250.000
Selisih (investasi = nilai buku)                        Rp      750.000
Citra telah menginvestasikan Rp 11.000.000 untuk kepemilikan dengan nilai
buku Rp 10.250.000, sehingga membayar lebih tiggi sebesar Rp750.000 atas nilai
buku saat ini. Umumnya, kelebihan investasi atas nilai buku persekutuan
mengindikasikan ahwa nialai asset bersih sebelumnya kerendahan atau persekutuan
memiliki goodwill yang tidak dicatat. Tiga alternative perlakukan akuntansi dalam
kasus ini adalah :
1.   Revaluasi nilai asset. Pada alternative ini adalah :
a. Nilai buku asset dinaikkan ke nilai paasarnya
b. Modal sekutu lama di naikkan sebanding dengan kenaikan peningkatan nilai buku
asset.
c. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan ssaldo awal ditambah nilai
revaluasi asset ditambah nilai revaluasi asset ditambbah investasi sekkutu baru. 
2.   Mengakui goodwill yang tidak tercatat . Dengan metode ini adalah :
a. Goodwill yang tidak tercatat diakui
b. Modal sekutu  lama dinaikkan sebanding dengan nilai goodwill
c. Modal persekutuanyang dihasilkan sama dengan saldo awal ditambah nilai
goodwill ditambah investasi sekutu baru .
3.  Menggunakan metode bonus. Pada dasarnya , metode bonus adalah perpndahan
saldo modal antara sesame sekutu tidak menginginkan penyesuaian pada nilai asset
atau mengakui goodwill. Dengan metode ini adalah :
a. Modal sekutu lama dinaikkan sebanding dengan nilai bonus yang dibayarkan
sekutu baru.
b. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan ssaldo modal awal ditaambah
investasi sekuutu baru.
Ilustrasi Pendekatan atas Revaluasi Aset.
Misalkan Citra membayar kelebihan sejumlah Rp 750,000 (Rp 11.000.000-Rp
10.250.000) terhadap proporsi nilai buku karena persekutuan memiliki tanah dengan
nilai buku Rp 4.000.000 tetapi penilaian terkini mengindikasikan tanah tersebut
memiliki nilai pasar Rp7.000.000 . Para sekutu lama memutuskan untuk
menggunakan penerimaan sekutu baru sebagai pegakuan peningkatan niai tanah dan
mengalokasikan peningkatan ini kepada masing –masing saldo modal sekutu lama .
Peningkatan nilai tanah dialokasikan kepada saldo modal para sekutu dengan
menggunakan rasio laba dan rugi yang ada pada saat terjadinya peningkatan . Modal
aldi meningkat sebesar Rp 1.200.000 (40 persen dari Rp 3.000.000) . Persekutuan
akan mencatat jurnal berikut unuk revaluasi tanah.
(11)               Tanah                                                                 3.000.000
                                    Modal Aldi                                                     1.800.000
                                    Modal ,Bayu                                                   1.200.000
Investasi Citra sebesar Rp 11.000.000 menjadikan modal persekutuan bernilai
Rp44.000.000, sebagai berikut.                    
                     Modal Persekutuan AB sebelumnya                  Rp30.000.000
                     Revaluasi tanah menjadi nilai pasar                   Rp  3.000.000
Investasi Citra                                                    Rp 11.000.000
Modal Persekutuan ABC                                   Rp 44.000.000
Citra mengakuisisi seperempat kepemilikan pada modal yang dihasilkan dalam
pembentukan persekutuan ABC. Saldo modal Citra setelah revaluasi tanah , dihitung
sebagai berikut.
Bagaian sekutu baru atas
Modal yang dihasilkan = (Rp30.000.000 + Rp 30.000.000 + Rp 11.000.000 )x 0,25
                                    = Rp 11.000.000
Jurnal untu mencatat penerimaan Citra ke dalam persekutuan adalah :
(12)      Kas                                                                              11.000.000
                  Modal , Citra                                                                     11.000.000
          Penerimaan Citra untuk seperempat kepemilikan modal di persekutuan
Ketika tanah ternyata harus dijual, Citra akan berpartisipasiterhadap keuntungan atau
kerugian dengan dasar nilai buku  yang baru sebesar Rp7.000.000 yang merupakan
nilai pasar tanah pada saat penerimaannya dalam persekutuan . seluruh kenaikan pada
nilai tanah sebelum penerimaan Ciitra adalah milik para sekutu lama.
Ilustrasi Pengakuan Goodwill. Sebuah sekutu yang masik mungkin membayar
lebih karena adanya goodwill yang tidak tercatat, diindikasikan dengan tingginya
profitabilitas persekutuan . Beberapa persekutuan menggunakan perubahan
keanggotaan sebagai peluang untuk mengakui goodwill yang dihasilkan sekutu lama.
                  Pada umumnya, jumlah goodwill ditentukan berdasarkan negosiasi antara
sekutu lama dan baru, dan berdasarkan estimasi laba di masa datang . misalnya ,
sekutu lama dan baru setuju bahwa disebabkan karena upaya sekutu lama,
persekutuan memiliki potensi menghasilkan laba, dan goodwill seniali 3.000.000
harus diakui berdasarkan akta tersebut. Nilai biaya perolehan investasi yang
dinegosiasikan oleh sekutu bau akan didasarkan sebagian kepada potensi
menghasilkan laba tersebut . Alternatifnya , goodwill bisa di estimasikan berdasarkan
jumlah investasi sekutu baru . Misalnya dalam kasus ini , Citra melakukan investasi
Rp 11.000.000 untuk seperempat hak kepemilikan , maka dia harus percaya bahwa
jumlah modal persekutuan yang dihasilkan bernilai Rp 44.000.000 (Rp 11.000.000 x
4). Perkiraan goodwill adalah Rp 3.000.000 , yaitu :
Langkah 1
25 % dari estimasi odal yang dihasilkan                                             Rp 11.000.000
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan Rp 11.000.000 : 0,25 Rp 44.000.000
Langkah 2
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan                                              Rp 44.000.000
Jumlah asset bersih tidak termasuk goodwill (Rp 30.000.000 + Rp 11.000.000
investasi dari Citra )              (41.000.000)
Estimasi Goodwill                                                                              Rp     3.000.000
Ilustrasi Metode Bonus
Beberapa persekutuan menolak mengakui goodwill dan revaluasi asset ketka
diterimanya sekutu baru. Sebaliknya , mereka mengakui bagian dari investasi sekutu
baru sebagai bonus kepada sekutu lama untuk menyelaraskan saldo modal pada saat
penerimaan sekutu baru . dalam kasus ini , nila Rp 750.000 yang dibayarkan lebih
oleh Citra adalah bonus yang dialokasikan kepada sekutu lama pada rasio laba atau
rugi mereka , yaitu 60 % kepada aldi dan 40 % kepada Bayu. Persekutuan ABC
menghasilkan saldo modal senilai Rp 30.000.000 di awal , ditambah RP 11.000.000
investasi dari Citra . Tidak aa modal tambahan yang diakui melalui revaluasi asset.
Nilai modal yang diakui oleh sekutu baru adalah :
Bagian sekutu baru atas total modal yang dihasilkan = (Rp 30.000.000 + 11.000.000 )
x 0,25
= Rp 10.250.000
Jurnal yang dicatat dalam rangka penerimaan Citra sebagai sekutu baru adalah :
(15 )     Kas                                                                  Rp 11.000.000
                        Modal , aldi                                                             450.000
                        Modal , bayu                                                           300.000
                        Modal ,Citra                                                       10.250.000              
Penerimaan Citra dengan Bonus kepada Aldi dan Bayu.
Citra mungkin tidak menyukai metode bonus, karena saldo modalnya lebih
rendah Rp750.000 daripada investasinya di persekutuan. Hal ini merupakan
kelemahan dari metode bonus.
           
Kasus 3. Nilai Investasi Baru Sekutu Baru Lebih Kecil dari Proporsi Nilai Buku
Persekutuan
Ada kemungkinan bahwa seorang sekutu baru membayar lebih kecil dari
proporsi kepemilikannya atas nilai buku persekutuan. Misalnya, Citra melakukan
investasi Rp8.000.000 untuk seperempat kepemiikan modal di Persekutuan ABC.
Langkah pertama adalah membandingkan investasi sekutu baru dengan proporsi nilai
buku sekutu baru, sebagai berikut.
Investasi pada persekutuan  Rp8.000.000
Proposal nilai buku sejutu baru :
      (Rp30.000.000+Rp8.000.000)x0,25     (9.500.000)

Selisih (Investasi<Nilai buku) Rp(1.500.000)

Fakta bahwa nilai investasi Citra lebih rendah dari nilai buku atas seperempat
kepemilikan pada persekutuan mengindikasikan persekutuan memiliki aset yang
nilainya terlalu tinggi atau sekutu lama mengakui bahwa Citra memiliki  kontribusi
nilai dalam bentuk pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan persekutuan. Dalam
kasus ini, Citra telah menginvestasikan Rp8.000.000 dalam bentuk kas dan sejumlah
nilai tambah yang dianggap sebagai goodwill.
Seperti Kasus 2, dalam hal nilai investasi melebihi nilai buku yang diperoleh,
terdapat tiga alternatif pendekatan untuk mengakui diferensial ketika investasi lebih
rendah dari nilai buku yang diakuisisi. Ketiga pendapat tersebut adalah :
1. Revaluasi nilai aset yang menurun. Pada alternatif ini adalah :
a. Nilai buku aset diturunkan untuk mencatat penurunan nilainya.
b. Modal sekutu lama diturunkan sebanding dengan kenaikan penurunan nilai buku
aset.
c. Modal persekutuan yang dihasilkan lebih rendah dari saldo modal awal ditambah
nilai aset yang diturunkan ditambah inevestasi sekutu baru.
2.      Mengakui goodwill yang dibawa sekutu baru. Dengan metode ini adalah:
a. Goodwill dan keunggulan lain yang dibawa sekutu baru dicatat dan dimasukkan
ke dalam saldo modal sekutu baru.
b. Modal sekutu lama dibiarkan tidak berubah.
c. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah
nilai goodwill yan dibawa sekutu baru ditambah investasi sekutu baru.
3.      Menggunakan metode bonus. Dengan metodeini adalah:
a. Sekutu baru mendapatkan bonus dari modal sekutu lama, yang akan menurunkan
bagian bonus mereka yang nantinya akan dibayarkan pada sekutu baru.
b. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan modal awal ditambah investasi
sekutu baru
Ilustrasi Pendekatan Revaluasi Aset. Asumsikan Citra hanya membayar
Rp8.000.000 untuk seperempat kepemilikan pada persekutuan. Persediaan yang saat
ini dicatat pada nilai buku sebesar Rp14.000.000 memiliki nilai wajar hanya
Rp8.000.000 karena beberapa mengalami kerusakan. Para sekutu setuju untuk
menurunkan nilai persediaan menjadi nilai wajar sebelum masuknya sekutu baru.
Penurunan nilai dialokasiakan kepada sekutu lama sebesar rasio laba atau rugi pada
saat terjadinya penurunan nilai yaitu 60 persen kepada Aldi dan 40 persen kepada
Bayu. Penurunan nilai dicatat sebagai berikut.
1 Modal, Aldy 3.600.000
6
Modal, Bayu 2.400.000
                       Persediaan 6.000.000
     Revaluasi persediaan menjadi nilai
wajar

Perhatikan bahwa jumlah nilai modal persekutuan sekarang telah diturunkan


dari Rp30.000.000 menjadi Rp24.000.000 sebagai hasil dari penurunan nilai
Rp6.000.000. bagian Citra atas modal yang dihasilkan dari persekutuan ABC, setelah
penurunan nilai, dapat dihitung sebagai berikut.
Bagian sekutu baru = (Rp24.000.000+Rp8.000.000)x0,25=Rp8.000.000
atas total
Modal yang
dihasilkan
Jurnal untuk mencatat penerimaan Citra sebagai sekutu baru dalam
Persekutuan ABC adalah:
17 Kas 8.000.000
       Modal, Citra 8.000.000
    Penerimaan Citra ke dalam
persekutuan
Nilai kredit modal terkait milik Citra sama dengan investasinya karena jumlah
nilai modal persekutuan adalah Rp32.000.000 (24.000.000+Rp8.000.000) yang
sekarang mencerminkan nilai wajar persekutuan.
Ilustrasi Pencatatan Goodwill untuk Sekutu Baru, Misalnya Aldi, Bayu, dan
Citra setuju bahwa kemampuan Citra akan menghasilkan laba. Mereka setuju bahwa
Citra layak mendapatkan Rp2.000.000 goodwill ketika bergabung sebagai antisipasi
laba yang dihasilkan Citra dikemudian hari. Goodwill hasil operasi diakui dan
ditambahkan ke dalam investasinya untuk menentukan jumlah modal yang akan
dikredit. 
Alternatif lain, nilai goodwill yang dibawa oleh sekutu baru bisa diperkirakan
dari jumlah modal yang ditahan oleh sekutu lama. Dalam kasus ini, sekutu lama
menahan 75 persen kepemilikan pada persekutuan dan memberikan 5 persen kepada 
sekutu baru. Nilai dari 75 persen kepemilikan sekutu lama adalah Rp30.000.000.
ivestasi Citra sebesar Rp8.000.000 ditambah goodwil setara 5 persen sisanya.
Perhatikan bahwa nilai goodwill yang diestimasikan untuk sekutu baru
dihitung menggunakan informasi dari kepemilikan sekutu lama. Dalam Kasus 2,
estimasi goodwill kepada sekutu lama dibuat menggunakan informasi dari investasi
sekutu baru. Alasan perbedaan ini karena untuk mengestimaasi nilai goodwill
haruslah menggunakan informasi terbaik yang tersedia. Jika akan mengestimasi
goodwill sekutu baru, tidaklah logis menggunakan investasi berwujud sekutu baru
untuk mengestimasikan total investasi sekutu baru, termasuk goodwill. Hal ini
disebabkan karena nilai goodwill terdapat dalam investasi itu sendiri. Demikian pula
ketika goodwill dialokasikan kepada sekutu lama, tidaklah logis menggunakan modal
sekutu sekutu lama untuk mengestimasikan nilai goodwill mereka. Kalimat yang
paling mudah untuk mengingat bagaimana mengestimasikan goodwill adalah
menggunakan informasi dari sekutu pihak lawan, yaitu :
Gunakan sekutu baru untuk mengestimasikan goodwill kepada sekutu lama;
gunakan sekutu lama untuk mengestimasikan goodwill sekutu baru.
Jurnal yang dicatat untuk perenimaan Citra sebagai sekutu baru di Persekutuan ABC
adalah :
1 Kas 8.000.000
8
Goodwill 2.000.000
       Modal, Citra 10.000.000
    Penerimaan Citra sebagai sekutu
baru
Jumlah modal yang dihasilkan dari peentukan Persekutuan ABC adalah
Rp40.000, dengan Aldi dan Bayu bersama-sama memiliki 75 persen dan Citra 25
persen.
Ilustrasi Metode Bonus, Penerimaan Citra sebagai sekutu baru dengan
seperempat kepemilikan pada Persekutuan ABC dengan investasi hanya Rp8.000.000
dapat juga diperlakukan sebagai bonus kepada Citra dari sekutu lama. Bonus senilai
Rp1.500.000 adalah selisih antara nilai buku sekutu baru senilai Rp9.500.000 dengan
investasinya senilai Rp8.000.000. Modal sekutu lama berkurang Rp1.500.000 secara
proposionalberdasarkan rasio laba atau rugi yaitu 60 persen dari Aldi dan 40 persen
dari Bayu, dan akun modal Citra akan dikredit senilai Rp9.500.000, sebagai berikut.
1 Kas 8.000.000
8
Modal, Aldi    900.000
Modal, Bayu     600.000
       Modal, Citra 9.500.000
    Penerimaan Citra dalam
persekutuan.
Jumlah yang dikredit kepada modal sekutu baru adalah bagian kepemilikannya
terhadap total modal yang dihasilkan, yaitu:
Bagian sekutu baru = (Rp30.000.000+Rp8.000.000)x0,25=Rp9.500.000
atas total
Modal yang
dihasilkan

Ikhtisar dan Perbandingan atas Akuntansi Investasi Sekutu Baru


Figur 15-5 menyajikanjurnal yang dicatat untuk ketiga kasus yang dibahas.
Selain itu, saldo modal dari ketiga sekutu masing-masing setelah penerimaan Citra
disajikan di sebelah kanan jurnal
            Berikut ikhtisar ketiga alternatif metode akuntansi untuk investasi dari sekutu baru.
Kasus 1. Investasi sekutu baru sama dengan proporsinya terhadap nilai buku
persekutuan.
a. Modal sekutu baru yang dikredit sama dengan investasinya
b. Dalam kasus ini tidak ada goodwill atau bonus yang diakui
Kasus 2. investasi sekutu baru lebih besar dari proporsinya terhadap nilai buku
persekutuan.
a. Revaluasi aset atau pengakuan goodwill meningkatkan modal persekutuan yang
dihasilkan peningkatan tersebut dialokasikan kepada sekutu lama dengan rasio
laba atau rugi masing-masing.
b. Setelah pengakuan revaluasi aset atau goodwill tidak tercatat, modal sekutu baru
akan sama dengan nilai investasinya dan persentasenya pada total modal
persekutuan yang dihasilkan.
c. Dengan menggunakan metode bonus, modal persekutuan yang dihasilkan akan
sama dengan jumlah modal sekutu lama ditambah investasi dari sekutu baru.
Modal yang dikredit kepada sekutu baru lebih rendah dari investasinya tetapi
sama dengn persentasenya terhadap modal persekutuan yang dihasilkan.
Kasus 3. Investasi sekutu lebih kecil dari proporsinya terhadap nilai buku
persekutuan.
a. Dengan menggunakan pendekatan revaluai aset, penurunan nilai aset akan
mengurangi modal sekutu lama sebesar rasio laba atau rugi masing-masing.
Modal sekutu baru dikredit sebesar nilai investasinya.
b. Dengan metode goodwill, goodwill dialokasikan kepada sekutu baru, dan modal
persekutuan yang dihasilkan meningkat. Modal sekutu baru akan dikredit sebesar
persentase kepemilikan terhadap modal persekutuan yang dihasilkan.
Figur 15-2
Ikhtisar Akuntansi untuk Investasi Sekutu Baru : Jurnal dan Saldo Modal
setelah Penerimaan Sekutu Baru
c. Metode bonus menghasilkan transfer modal dari sekutu lama kepada sekutu baru.
Modal persekutuan yang dihasilkan akan sama dengan jumlah modal sekutu lama
ditambah investasi dari sekutu baru. Modal yang dikredit kepada sekutu baru
lebih besar investasinya tetapi sama dengan persentasenya terhadap modal
persekutuan yang dihasilkan.
Menentukan Biaya Investasi Sekutu Baru
Asumsikan bahwa sekutu lama, Aldi dan Bayu, menyetujui bahwa aset
persekutuan harus direvaluasi sehingga bertambah sebesar Rp3.000.000 untuk
mengakui peningkatan nilai tanah yang dimiliki persekutuan. Pertanyaannya adalah
berapah investasi yang harus dikontribusikan Citra sebagai sekutu baru untuk
seperempat hak kepemilikan.
Ketika menentukan biaya investasi sekutu baru, sangatlah penting untuk
mencatat total modal persekutuan yang dihasilkan dan persentse kepemilikan yang
masih dalam sekutu lama. Dalam contoh ini, sekutu lama mempertahankan ¾ 
kepemilikan pada persekutuan yang dihasilkan, artinya 75 persen kepemilikan modal
sebesar Rp33.000.000, di mana Rp33.000.000 berasal dari modal lama ditambah
Rp3.000.000 dari revaluasi tanah, sebagai berikut.
75% total modal yang dihasilkan  Rp33.000.000

Total modal yang dihasilkan (100%)  Rp44.000.000


Dikurangi modal sekutu lama      (33.000.000)   

Kontribusi kas yang dibutuhkan bagi sekutu baru  Rp11.000.000

Perhitungan diatas adalah cara mudah lainnya untuk mengevaluasi proses


penerimaan sekutu baru seperti yang telah didiskusikan pada ilustrasi revaluasi aset
pada kasus 2
Dalam beberapa kasus, jumlah bonus bisa ditentukan sebelum penentuan kontribusi
kas yang dibutuhkan dari sekutu baru. Misalnya, asumsikan bahwa Aldi dan Bayu
setuju untuk memberikan Citra bonus senilai Rp1.500.000 untuk bergabung dengan
persekutuan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Akuntansi untuk persekutuan mengakui aspek unik dari bentuk organisasi usaha ini.
Dalam KUHD tertera hak dan kewajiban para sekutu. Baik dengan pihak ketiga maupun
diantara sekutu, dan hak-hak ketiga, seperti kreditur, terhadap persekutuan. Perjanjian
persekutuan sangat penting karena banyak pasal dan KUHD yang dapat diabaikan dengan
perjanjian persekutuan formal. Dalam undang-undang termasuk bagian yang menyatakan
persekutuan adalah entitas yang terpisah dari para sekutunya : bahwa sekutu adalah wakil
dari persekutuan : bahwa sekutu bertanggung jawab secara personal atas kewajiban
persekutuan yang melebihi aset persekutuan: bahwa laba atau rugi persekutuan dibagi sama
rata : dan bahwa sekutu dapat berhenti, dalam kasus dimana sekutu tersebut tidak lagi
bermaksud berbagai dalam manajemen persekutuan.
Persekutuan menggunakan berbagai metode distribusi laba atau rugi akuntan harus
memastikan bahwa perjanjian persekutuan diikuti dengan baik. Sebagian besar persekutuan
tetap melangsungkan kegiatan usahanya ketika ada sesuatu yang berhenti (keluar dari
persekutuan) dengan membeli kepemilikan sekutu yang keluar pada harga pembelian yang
didasarkan pada nilai persekutuan ketika persekutuan mengakhiri bisnisnya. Beberapa
metode akuntansi digunakan untuk mencatat perubahan anggota persekutuan . beberapa
persekutuan menggunakan pendekatan revaluasi aset neto, kadang termasuk mengakui
goodwill. Pendekatan akuntansi lainnya yang digunakan untuk mencatat perubahan anggota
adalah bonus dari berupa reklasifikasi modal sekutu. Persekutuan menyajikan empat laporan
keuangan, yaitu : laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, dan laporan modal sekutu yang
menyajikan perubahan modal sekutu selama periode tertentu.

Anda mungkin juga menyukai