Anda di halaman 1dari 2

POLITIK ITU SEPERTI LAUTAN KONFLIK, JANGAN MENDEKAT

KALAU TIDAK SIAP MENTAL

Bukan ingin menakut - nakuti Anda yang baru ngintip atau tersesat di belantara politik. Bukan !Ini
sekadar berbagi pengalaman saya selama menjalin hubungan "intim" dengan hal - hal terkait politik.
Baik pengalaman saat ini maupun interaksi dengan beberapa politisi.

Apa yang  saya tulis dalam ulasan di bawah ini sekadar berbagi melalui literasi. Bisa jadi benar pun
tidak benar. Paling tidak saya menuliskan ini berdasarkan serpihan cerita tentang politik yang coba
diracik melalui kata dan kalimat dengan bahasa yang mengalir.

Ulasan ini merupakan hasil dari puzzle yang saya dapatkan dari hasil memungut cerita para politisi,
memungut pengalaman dan memungut bacaan. Saya ingin menyimpulkan terlebih dahulu tentang
apa yang saya tulis nanti.

Jadi begini, mendekat apalagi "bermesraan" dengan dunia politik memang harus siap mental dan
memahami psikografis medan politik. Medan politik disini bisa partai politik, bisa pilkada, bisa
pilkades, bisa pileg dan lain sebagainya.

Bahkan medan politik juga seringkali terjadi dalam ruang birokrasi. Ini sangat terasa saat pilkada,
meskipun disamar - samarkan tetapi sudah menjadi rahasia umum.Jangan heran kalau pasca pilkada
seringkali ada birokrat yang menjadi "korban" politik. Mulai dari mutasi jabatan sampai dinon jobkan
dari jabatan strategis.

Ada seorang politisi yang semula disayang - sayang oleh seniornya, bahkan karir politiknya benar -
benar disupport habis oleh sang senior. Bukan sekadar diberi akses, finansial pun diberikan. Hari
demi hari, minggu demi minggu dan tahun demi tahun sang junior justru menjadi "musuh" karena
terlibat konflik.

Pada kisah lain ada yang panas perih mendirikan partai politik bahkan menjadi tameng partai politik
tersebut, kini justru ada di seberang menjadi lawan. Jangankan duduk sembari ngopi dan becanda,
yang terjadi justru setiap hari saling sindir.

Pada kisah lain, ada yang dulu mantan sopir kini duduk di kursi merah alias pimpinan parlemen yang
dulunya diincar oleh sang majikan. Coba Anda bayangkan dan rasakan kalau posisi majikan itu adalah
Anda? Sakitnya tuh disini! Kita bisa saja menutupi perasaan sakit dengan tetap senyum, tapi senyum
membawa luka. Dan itu nyata !

Itulah mengapa saya seringkali katakan jangan masuk ke arena politik kalau tidak mau berkonflik.
Sebab partai apapun pasti akan menemui konflik. Jangankan antar partai, satu partai politik pun
sering berantem, ribut dan saling tendang.

Yang lebih penasaran lagi adalah mereka yang kena "peluru nyasar"atau bahasa sederhananya
menjadi korban. Sudahlah tidak dapat keuntungan, malah terlilit getah. Memang ada toh yang
terkena "peluru nyasar", banyak ! Sebagian mengambil pelajaran dari itu dan bangkit kembali,
sebagiannya lagi memilih bersembunyi dibalik dinding sembari menjadi pengamat dari balik kamar.
Itulah mengapa saya menyarankan Anda, terutama bagi para pemula pahami dulu psikografis medan
politik sebelum berenang di kolam politik. Kalau tidak maka Anda akan kaget, asam urat kumat
bahkan yang  mengkhawatirkan Anda terserang stroke.

Lalu apa itu psikografis medan politik? Paling tidak ada tiga  ruang psikografis, pertama
adalah karakteristik, kedua gaya hidup dan ketiga adalah personality.

Saya jelaskan satu persatu. Pertama karakteristik, ketika Anda mau bermain - main ke medan politik
maka harus tahu terlebih dahulu karakteristik medan tersebut.Misal, medan politik itu adalah partai
politik maka Anda harus tahu karakteristiknya.

Tujuannya adalah agar Anda mempersiapkan untuk adaptasi. Karakteristik Partai Demokrat berbeda
dengan Golkar. Begitu pun PKS dengan Gerindra, Nasdem dengan PDIP, PAN dengan partai lainnya.
Pasti memiliki karakteristik masing - masing.

Karakteristik yang saya maksud disini adalah karakteristik organisasi. Menurut Kamisa, pengertian
karakter adalah sifat – sifat kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti yang dapat membuat seseorang
terlihat berbeda dari orang lain. Berkarakter dapat diartikan memiliki watak dan juga kepribadian.

Kalau karakter menurut ulama Ibnu Qayim Al - Jauziah sendiri adalah kebiasaan yang dilakukan
berulang - ulang. Intinya sih kebiasaan partai politik atau watak partai politik.

 Biasanya karakteristik sebuah partai politik tercermin pada personality dan gaya hidup kader partai
politik. Meski tidak bisa dipukul rata bahwa karakter personal seseorang mencerminkan karakter
partainya, tetapi kita coba mengambil persepsi pada umumnya.

Inilah hal berikutnya yang perlu diketahui yaitu personality dan gaya hidup. Gaya hidup personality
seorang kader partai politik pada umumnya mencerminkan karakter partai dimana kader tersebut
bernaung.

Sekali lagi memang ini tidak bisa dipukul rata! Sebab ada fakta bahwa partai politik dengan karakter
simbol Agama  tetapi ada kader yang justru terlibat korupsi. Bukan salah partainya, memang dasar
kadernya saja yang tidak klop dengan karakter partai. Ada pula partai politik dengan karakter
nasionalis tetapi perilaku kadernya justru tidak menunjukan seorang nasionalisme.

Itulah mengapa saya katakan tidak bisa dipukul rata. Meskipun itu hanya kasuistik karena secara
umum kader partai politik akan mencerminkan karakter partai politik itu sendiri. Itulah tiga hal
psikografis medan politik.

Memang tidak ada jaminan juga ketika Anda mengetahui atau pasang kuda - kuda akan terbebas dari
rumitnya persoalan di rumah tangga politik. Terbukti mereka yang sudah berenang lama, toh
tenggelam juga.

Selamat berenang di kolam politik bagi Anda yang mulai masuk dan beli tiket masuk. Hati - hati
disana karena meski air kolamnya tenang tapi cukup membahayakan. Untuk Anda yang sudah
merasa "sakti" tetap cerdik melihat situasi supaya tidak terkena "peluru nyasar" karena nanti bisa
"mati" penasaran.

Dan buat Anda yang sekarang sedang bergulat dengan konflik politik, saya sarankan jangan lari.
Hadapi saja ! Karena dimanapun Anda berlabuh dalam sebuah partai politik, pasti akan menemui
konflik. Kalau toh lari atau menepi mencari suaka baru, belajarlah untuk dewasa tentang memaknai
konflik. Tidak mudah memang, tapi ini keniscayaan supaya tidak terperosok ke lubang yang sama.

Anda mungkin juga menyukai