Anda di halaman 1dari 20

SAHHILNA YA ROBB

UNTUK PEMBAHASAN

Syarat waktu larut granul effervescent yang baik kurang dari 5 menit menghasilkan larutan
yang jernih (Utami et al., 2018)
Senyawa kimia, suhu, konsetrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain merupakan
beberapa faktor yang mempengaruhi rasa (Utami et al., 2018).
RANDEMEN
Semakin banyak jumlah maltodekstrin yang ditambahkan maka rendemen produk akan semakin
tinggi. Hal ini disebabkan penggunaan maltodekstrin pada produk minuman instan berfungsi untuk
memperbesar volume dan meningkatkan total padatan bahan, sehingga rendemen yang diperoleh
semakin tinggi (Yuliawaty & Susanto, 2015) Peningkatan rendemen dipengaruhi oleh banyaknya
jumlah maltodektrin yang ditambahkan, karena semakin banyak maltodektrin akan semakin besar
total padatan yang diperoleh(Sunarsih & Prasetystuti, 2010)

ALASAN KENAPA PAKE ROBUSTA


Kopi yang ada dibudidayakan di Indonesia secara umum ada dua jenis yaitu kopi arabika dan
kopi robusta. Kopi arabika merupakan kopi yang memiliki citarasa lebih baik dari kopi
robusta, karena kopi robusta rasanya lebih pahit, sedikit asam dan mengandung kafein lebih
tinggi dari pada kopi arabika.
Kandungan kafein pada kopi Arabika 0,8–1,5% dan pada kopi Robusta 1,6–2,5% (kopi
mentah) sehingga kedua jenis kopi tersebut diduga mempengaruhi viskositas saliva.12
Kebiasaan minum kopi dapat menyebabkan perubahan pada pH saliva karena kopi
mengandung zat asam. Umumnya kopi Arabika memiliki pH lebih rendah dibandingkan kopi
Robusta. Kopi Arabika memiliki pH sekitar 4,85–5,15 dan kopi Robusta memiliki pH 5,25–
5,40.13 (Ginz M, 2000).
Kopi Robusta memiliki kelebihan dari segi karakteristik yaitu tahan terhadap serangan
penyakit, memiliki aroma dan rasa paling kuat diantara jenis kopi lainnya.
Kafein merupakan senyawa terpenting yang terdapat di dalam kopi. Kafein berfungsi sebagai
unsur citarasa dan aroma di dalam biji kopi (Ciptadi dan Nasution, 1985). Kandungan kafein
biji mentah kopi arabika lebih rendah dibandingkan biji mentah kopi robusta, kandungan
kafein kopi robusta sekitar 2,2 % dan Arabika sekitar 1,2 % (Spinale dan James, 1990).

ALASAN PENYEDUHAN PAKAI SUHU 93 ºC


Tingkat panas dari seduhan ikut menentukan aroma yang terkait dengan tingkat volatilitas
dari senyawa pembentuk aroma. Semakin dingin biasanya semakin lemah nilai aromanya,
sebagai akibat dari semakin rendah kuantitas senyawa volatil pada uap air seduhan. Karena
itu dalam penilaian seduhan kopi biasanya pada kondisi cukup panas atau hangat (± 95°C)
(Rakesh, 2010).
Rohdiana dkk, (2013) Penyeduhan pada suhu 95oC selama 9 menit menghasilkan kandungan
polifenol total tertinggi, yaitu 6,01% dengan Effective Concentration 50 (EC50) sebesar
35,41 µl/ml.
Temperatur ekstraksi dilakukan pada 90̊C. Bila temperatur ekstraksi terlalu rendah maka
proses ekstraksinya lambat dan didapat rasa yang kurang baik. Temperatur yang terlalu tinggi
akan memberikan rasa pahit yang berlebihan (Prasetyo, 2005). Menurut Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia (2013), ekstraksi kopi dalam pengolahan kopi instan dilakukan
secara batch dalam kolom dengan sirkulasi pelarut air perbandingan 1:3,5 pada suhu 80ºC
selama 45 menit.
Rakesh Jaiswal, Maria alexandra patras, pinkie jacob(2010). preview.pdf. ACS Publication.

PENAMBAHAN BAHAN PENGISI


Menurut Prasetyo (2005), penambahan bahan pengisi yang terlalu banyak akan menyebabkan
bahan pengisi menggumpal dan mengeras yang disebut case hardening

DEKSTRIN
Dekstrin merupakan karbohidrat tidak higroskopis, mudah terdispersi dan dan larut, dapat
membentuk lapisan film, mencegah terjadinya kristalisasi dan mempertahankan tekstur
bahan.
Pembuatan bubuk sari buah markisa yang dilakukan oleh (Mulyani et al., 2014) dimana hasil
terbaik untuk rasa, warna dan aroma, konsentrasi dekstrin yang digunakan sebanyak 40%,
(Andita sari et al., 2014) dalam pembuatan serbuk pewarna alami daun suji menyimpulkan
bahwa konsentrasi dekstrin terbaik adalah 12%

ALASAN KENAPA PAKAI XYLITHOL


onat larut dalam air dan tidak larut dalam etanol (Anonim, 1995).
Penggunaan natrium bikarbonat dalam formulasi tablet effervescent 25-50% (Rowe dkk.,
2006).
Xylitol adalah nama populer senyawa kimia alkohol gula C5H12O5. Xylitol berwarna putih,
merupakan partikel kristal ekidimensional yang mempunyai diameter 0,4-0,6 mm, dan
higroskopis. Granul dari xylitol dapat digunakan sebagai bahan pengisi pada formulasi tablet
sehingga memberikan rasa manis yang disertai dengan sensasi dingin. Kelarutannya sangat
mudah larut dalam gliserin, minyak kacang, dan larut dalam piridin. Karakteristik aliran dari
xylitol tergantung dari ukuran partikel yang digunakan. Xylitol mempunyai inkompatibilitas
dengan agen-agen oksidasi (Rowe dkk., 2006). Kelemahannya xylitol mempunyai
kelembaban yang tinggi, dan titik lebur yang rendah, sehingga sulit untuk digranulasi dan
dicetak menjadi tablet. Keunggulannya granul xylitol menunjukkan rasa yang baik,
penampilan warna yang homogen, waktu disintegrasi pendek (Zhao, 2007). Xylitol
mempunyai rasa semanis gula sukrosa, tetapi kandungan kalorinya lebih rendah dan lebih
lambat diserap oleh tubuh sehingga aman untuk penderita diabetes mellitus (Pierini, 2008).
Pada temperatur tubuh xylitol lebih mudah dihancurkan daripada sukrosa (Anonim, 2006b).

XYLITHOL
Bahan pengisi yang digunakan adalah xylitol. Xylitol mempunyai rasa semanis gula sukrosa,
tapi kandungan kalorinya lebih rendah dan lebih lambat diserap oleh tubuh sehingga aman
untuk penderita diabetes mellitus (Pierini, 2008). Pada temperatur tubuh, xylitol lebih mudah
dihancurkan daripada sukrosa (Anonim, 2006b). Keunggulannya granul xylitol menunjukkan
rasa yang baik, penampilan warna yang homogen dan waktu disintegrasi pendek (Zhao,
2007).

ALASAN PAKAI MALTODEKSTRIN


Maltodekstrin adalah bahan yang sering digunakan dalam pembuatan makanan atau minuman
yang dikeringkan karena selain bahan pengisi, maltodekstrin memiliki beberapa kelebihan
antara lain tidak manis dan mudah larut dalam air (Kuntz, 1998). Berdasarkan penelitian
Wiyono (2012) menunjukkan perlakuan konsentrasi maltodekstrin 20% dan suhu pengering
50°C merupakan perlakuan terbaik pada pembuatan serbuk sari temulawak. Sedangkan
menurut Hartati dkk (2014) perlakuan konsentrasi maltodekstrin 25% dan suhu pengeringan
45oC menghasilkan bubuk minuman daun sinom dengan karakteristik terbaik. Menurut
Asben dkk (2016) menyatakan bahwa Konsentrasi maltodekstrin terbaik yang digunakan
untuk membuat minuman instan teh kombucha adalah 20%. Konsentrasi maltodekstrin
terbaik dipilih berdasarkan kadar antioksidan dan polifenol dari minuman instan teh
kombucha.
TOTAL PADATAN TERLARUT
Total padatan terlarut merupakan ukuran zat terlarut dalam air (baik zat organik maupun
anorganik). Material-material yang tergolong dapat larut dalam air seperti karbonat,
bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium, magnesium, natrium, ion-ion organik, dan
ion-ion lainnya. Kualitas rasa manis suatu bahan pangan dapat diukur dengan pengukuran
total padatan terlarut karena gula merupakan komponen utama dari padatan terlarut.
Kandungan total padatan terlarut meliputi zat terlarut (zat organik maupun zat anorganik)
misalnya gula, asam dan garam, sehingga semakin tinggi penambahan larutan garam maka
akan semakin tinggi nilai total padatan terlarut yang terbaca (Pamungkas, 2016).
Padatan terlarut kopi intan dari jenis Robusta lebih tinggi daripada kopi instan jenis Arabika.
Hal ini dapat terjadi karena padatan kopi Robusta yang terekstrak pada proses ekstraksi lebih
banyak daripada padatan yang terekstrak dari kopi Arabika. Pernyataan ini sesuai dengan
pernyataan Capek et al. (2014) dalam Tarigan et al. (2015) yang menyatakan bahwa kopi
instan yang beredar di pasaran Indonesia merupakan jenis Robusta, mempunyai rendemen
hasil ekstraksi yang tinggi, sementara kopi Arabika biasanya digunakan untuk memperbaiki
citarasa dan aroma. Dalam pembuatan kopi instan terdapat proses kristalisasi ulang dengan
proses pemanasan yang lama dan dengan suhu tinggi, sedangkan pada pembuatan kopi celup
tidak mengalami pemanasan. Proses pemanasan dapat menyebabkan sukrosa terdegradasi
menjadi frukstosa dan glukosa. Hal ini dapat menyebabkan nilai derajat Brix nira kopi instan
lebih rendah daripada derajat Brix kopi celup yang hanya mengalami penyeduhan saja.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Wang (2004) dalam Jaya et al. (2016) bahwa
sukrosa akan mengalami degradasi akibat lingkungan yang asam, panas, dan mineral tertentu
melalui reaksi hidrolisis.

KELEMBAPAN GRANUL
Kandungan lembab dari suatu granul perlu dievaluasi untuk memastikan bahwa granul yang
dihasilkan memiliki kandungan lembab yang memenuhi persyaratan. Kandungan air sisa
dalam granul berguna untuk mengaktifkan kembali sifat atau fungsi bahan pengikat di
samping untuk mencegah timbulnya muatan elektrostatik sewaktu pencetakan. Granul yang
terlalu lembab akan menghasilkan sifat alir yang buruk serta pengisian granul kedalam ruang
cetak akan berlangsung tidak kontinu dan homogen. Granul yang terlalu lembab juga akan
membebaskan uap air ketika dikompresi. Akibatnya, granul akan melekat pada dinding ruang
cetak serta mengurangi kekerasan tablet yang dihasilkan disamping meningkatkan waktu
disintegrasinya. Sebaliknya, granul yang terlalu kering akan menghasilkan tablet yang rapuh
dan kekerasan yang minimal (Supomo et al., 2015).

FENOL
Fenol merupakan kelompok senyawa kimia pada tumbuhan yang memiliki kemampuan
antioksidan sebagai radical scavanger dan oxygen scavanger (Hudha and Widyaningsih,
2015). Perlakuan serbuk effervescent pelarut etanol metode ekstraksi maserasi memiliki total
fenol lebih tinggi di bandingkan dengan serbuk effervescent pelarut aquades metode infusa
(Hudha and Widyaningsih, 2015). Pelarut etanol dapat mengekstrak senyawa dengan berat
molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang serta dapat mengekstrak lebih optimal karena
memiliki sifat kelarutan yang lebih luas dibandingkan pelarut aquades (Ramadhan and
Phaza, 2010). Sehingga serbuk effervescent dengan perlakuan metode ekstraksi maserasi
pelarut etanol memiliki total fenol lebih tinggi dibandingkan serbuk effervescent dengan
perlakuan metode ekstraksi infusa pelarut aquades (Hudha and Widyaningsih, 2015)
Penambahan asam sitrat pada serbuk effervescent menyebabkan pH turun sehingga terjadi
penurunan terhadap total fenol (Rizal et al., 2014)

PH
Hasil pengujian pH dengan variasi jenis asam, dimana nilai pH pada perlakuan yang
menggunakan satu jenis asam semakin menurun. Kecenderungan yang semakin menurun ini
juga terjadi pada perlakuan yang menggunakan dua jenis asam. pH terbaik merupakan pH
yang memiliki selisih terkecil dengan standar pH untuk produk minuman, yaitu
7 (Menkes, 2010). Berdasarkan hasil penelitian, pH terbaik ada pada perlakuan asam malat
(A2). Hal ini diduga disebabkan karena jumlah molekul natrium bikarbonat sesuai dengan
yang dibutuhkan oleh asam malat untuk dapat mereaksikan serbuk effervescent. Sehingga pH
yang dihasilkan pun juga akan mendekati netral.
Uji pH perlu dilakukan karena jika larutan effervescent yang terbentuk terlalu asam dapat
mengiritasi lambung sedangkan jika terlalu basa menimbulkan rasa pahit dan tidak enak.
Hasil pengukuran dikatakan baik bila pH larutan effervescent mendekati netral (Rahmah
dalam Juita, 2008)

RENDEMEN
Maltodekstrin merupakan bahan pengikatyang baik karena menghasilkan viskositas yang
rendah pada total padatan yang tinggi (Frascareli et al., 2011). Hal tersebut akan
memudahkan
Dalam proses pengeringan dan akan menghasilkan rendemen yang tinggi. Semakin banyak
maltodekstrin yang digunakan, maka semakin besar pula rendemen yang dihasilkan.
(Kania et al., 2015)

KELARUTAN
Kelarutan merupakan parameter yang perlu diamati saat membuat formula dan memilih
bahan baku untuk effervescent. Jika bahan baku yang digunakan tidak larut dalam air reaksi
effervescent tidak akan terjadi dan granula effervescent tidak dapat larut sempurna secara
cepat. Effervescent yang baik dapat larut dengan cepat dalam waktu 1 – 2 menit (Linberg,
1992). Sedangkan menurut United States Pharmacopedia (2009) tablet effervescent harus
sudah hancur dan larut sempurna dalam waktu 2 menit.
Effervescent untuk keperluan makanan dan minuman belum ada persyaratannya, namun
waktu larut yang mendekati 2 menit mestinya akan lebih baik (Anova et al., 2016).
Asam sitrat mengandung air apabila bereaksi dengan natrium bikarbonat yang mengandung
gas karbondioksida akan menghasilkan natrium sitrat, air dan akan terbentuk gas-gas
karbondioksida tiga kali lebih cepat yang dapat membantu kelarutan (Rizal et al., 2014).
(Nugroho, 1999) yang menyatakan adanya gas-gas karbondioksida yang dihasilkan mampu
membantu kelarutan tanpa melibatkan pengadukan manual dengan syarat semua
komponennya sangat mudah larut dalam air.
Kelarutan

FUNGSI TWEEN-80
Penambahan Tween-80 sebagai media pembentuk busa pada pengeringan dengan metode
foam-mat drying dapat meningkatkan viskositas fase pendispersi dan membentuk lapisan
tipis yang kuat yang dapat mencegah penggabungan fase terdispersi sehingga tidak terjadi
pengendapan. Penambahan tween-80 juga berfungsi untuk menstabilkan busa selama proses
pengeringan (Mustaufik, 2000). Tween-80 dalam konsentrasi tertentu dapat berfungsi sebagai
pendorong pembentukan busa (foam), dalam bentuk busa permukaan partikel membesar dan
dapat mempercepat pengeringan (Kumalaningsih et al, 2005)

FUNGSI PEG
Lubrikan yang digunakan adalah PEG 6000. PEG 6000 dapat larut baik dalam air dan
mengurangi kemungkinan massa yang menempel pada cetakan tablet pada saat proses
pencetakan selain itu juga dapat meningkatkan sifat alir dari granul effervescent (Lieberman,
1989).
FUNGSI BAHAN PENGISI
Menurut Puspaningrum (2003) dalam Wiyono (2007), penambahan bahan pengisi akan
meningkatkan jumlah padatan dalam bahan. Dewi AK (2000) dalam Wulansari, et al (2012)
mengemukakan bahwa bahan pengisi merupakan bahan yang ditambahkan pada proses
pengolahan pangan untuk melapisi komponen-komponen flavor, meningkatkan jumlah total
padatan, memperbesar volume, mempercepat proses pengeringan dan mencegah kerusakan
bahan akibat panas.

KADAR AIR
Kadar air mempunyai peranan cukup penting dalam sediaan, karena jumlah air dapat
mempengaruhi reaksi kimia dari komponen asam dan basa yang terdapat dalam komposisi
effervesen (Kailaku et al., 2012).
Kadar air yang cukup kecil dalam granul dapat menghindari reaksi effervescent dini dan
sticking. Kadar air yang cukup tinggi dalam granul dapat meningkatkan resiko granul
melekat pada punch dan die saat pencetakan, dan dapat menyebabkan terjadinya reaksi kimia
yang dapat membuat granul effervescent tidak stabil. Kadar air yang rendah baik untuk
penyimpanan sediaan dalam jangka waktu yang lebih lama, sedangkan kadar air yang tinggi
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti jamur (Sulastri et
al., 2018). Kadar air granul berkisar 3-4% hal ini menunjukan bahwa granul tersebut
memiliki kadar air yang baik karena sesuai dengan kandungan kadar air yang baik yaitu 2-
5%.
Pengujian kadar air penting dilakukan karena berkaitan dengan reaksi effervescent, jika
granul effervescent mempunyai kadar air yang tinggi akan memicu terjadinya reaksi
effervescent sehingga diperlukan kadar air serendah mungkin (Elfiyani et al., 2014).
Menurut Anam et al (2013) serbuk dianggap lembab jika kadar air berada diatas 0,7%. Hal
ini menunjukkan bahwa tingginya kandungan lembab pada serbuk effervescent hasil
penelitian. Mohrle (1989) dalam Anwar (2010) menyatakan kelembaban serbuk yang
dihasilkan diduga karena kelembaban ruang yang tinggi sehingga menyebabkan sediaan
menyerap lembab dari lingkungan dan kelembaban serbuk effervescent yang dihasilkan
menjadi tinggi. Selain itu penambahan bahan pengisi juga mempengaruhi hasil dari kadar
kadar air sediaan sesuai dengan pernyataan Puspaningrum (2003) dalam Wiyono (2007).
Kadar air yang tinggi berkaitan dengan reaksi effervescent, jika kadar air terlalu tinggi maka
akan memicu terjadinya reaksi effervescent sehingga diperlukan kadar air yang rendah
(Elfiyani et al., 2014 ).

KECEPATAN ALIR
Kecepatan alir berguna untuk menentukan kecepatan mengalir bahan agar pada pengisian ke
dalam sachet menimbulkan ketepatan takaran yang tinggi (Faradiba, 2013).
Uji waktu alir bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh granul
untuk mengalir melalui corong (Elfiyani et al., 2014).
Waktu alir dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, porositas, densitas, gaya elektrostatika, dan gaya
gesek partikel serta kondisi percobaan (Anwar, 2010)
Anshory (2007) menyebutkan bahwa persyaratan waktu alir yang baik yaitu tidak lebih dari
10 detik.
Anam et al., (2013) yang mengatakan bahwa gaya gesek antar partikel yang lebih kuat yang
menyebabkan turunnya mobilitas granul untuk mengalir, dengan demikian waktu alir akan
semakin rendah
Sifat alir baik yang akan menyebabkan pengisian ke dalam kemasan konstan, selanjutnya
dihasilkan bobot persachet homogen dan diperoleh serbuk terbagi dengan keseragaman kadar
zat aktif, sehingga memberikan efek (Sayuti, 2015).
Gupta R et-al menyebutkan apabila nilai sudut diam ≤ 300 menunjukkan bahan mengalir
bebas sedangkan jika sudut diam ≥ 400 menunjukkan bahan tidak bebas mengalir. Sudut
diam 250 – 300 menunjukkan sifat alir yang sangat baik, 310 -350 menunjukkan sifat alir
yang baik, 360 – 400 menunjukkan sifat alir sedang dan 410 -450 sifat aliran lambat dan
kemungkinan susah mengalir. Semakin kecil sudut diam, maka serbuk semakin cepat
mengalir. Besar kecilnya sudut yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh gaya tarik dan gaya
gesek antar partikel.
Sudut diam sangat dipengaruhi oleh waktu alir, apabila waktu alirnya cepat maka sudut diam
yang dihasilkan kecil dan sebaliknya jika waktu alirnya lambat maka sudut diamnya akan
besar (Kusmita, 2014).
Menurut Mulyadi et al (2011), sudut diam juga dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan
kelembaban serbuk. Semakin lembab suatu serbuk, semakin besar sudut diam serbuk.
Dari hasil analisis waktu alir serbuk effervescent coklat dapat dilihat bahwa perlakuan
perbandingan jenis asam dan perlakuan perbandingan pemakaian jumlah asam dan basa
berpengaruh terhadap waktu alir serbuk effervescent yang dihasilkan, dimana dengan
meningkatnya perbandingan asam dan perubahan perbandingan jumlah asam basa
menyebabkan semakin meningkatnya nilai waktu alir dari serbuk effervescent. Menurut
Burhan et al., (2012) semakin banyak penggunaan natrium bikarbonat akan semakin
meningkatkan kandungan air granul.

WAKTU ALIR
Fungsi pengujian sifat alir memegang peranan penting sebagai kontrol dalam proses
pengisian granul ke dalam kemasan (Lestari et al., 2014).
Sifat alir merupakan faktor penting dalam pembuatan tablet. Aliran yang baik dapat
menjamin keseragaman bobot tablet yang dihasilkan (Cessa et al., 2018).
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari sejumlah granul melalui lubang
corong, yang diukur adalah sejumlah zat yang mengalir dalam suatu waktu tertentu. Waktu
alir dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, porositas, densitas, gaya, elektrostatik, dan gaya gesek
partikel serta kondisi percobaan (Prasetyo et al., 2015)
Variasi jumlah asam mempengaruhi waktu alir. Asam sitrat dapat melepaskan air kristal
selama peleburan, yang dapat mengikat partikel lain sehingga terbentuk granul yang lebih
besar. Sedangkan asam tartrat tidak melepas air kristal (Kartikasari et al., 2015).
Granul yang lebih besar akan mengalir lebih cepat karena pengaruh gaya berat. Sehingga
secara teoritis, semakin besar persentase asam sitrat yang digunakan, semakin baik sifat alir
granul karena ukuran granul yang terbentuk semakin besar. Namun, pada penelitian ini,
diperoleh profil waktu alir granul yang tidak beraturan. Hal ini mungkin disebabkan karena
bentuk granul hasil peleburan yang tidak beraturan (Kartikasari et al., 2015).
Waktu alir dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, porositas, densitas dan gaya gesek antar partikel
granul (Anam et al., 2013).

KOMPRESIBILITAS
Semakin kecil persen kompresibilitas maka semakin baik kecepatan alirnya (Anam et al.,
2013).

POROSITAS GRANUL
Kandungan lembab yang lebih besar berpengaruh terhadap nilai porositas suatu granul
(Anam et al., 2013).
PEMBAHASAN REVIEW JURNAL 2
Tablet Effervescent sarang semut – rosella dengan bahan pengisi maltodekstrin memiliki
Aktivitas antioksidan lebih tinggi dari pada dekstrin. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Ramadhia et al., 2012), bahwa penggunaan maltodekstrin dapat melindungi terjadinya
pelepasan komponen nutrisi, melindungi senyawa penting seperti komponen antioksidan
akibat suhu ekstrim, karena maltodekstrin memiliki kemampuan membentuk body dan
memiliki daya ikat yang kuat terhadap senyawa yang tersalut.
(Purwati et al., 2016) Kandungan polifenol pada tablet effervescent dengan bahan pengisi
maltodekstrin lebih besar dari pada dekstrin. Menurut Finotelli et al., (2010) maltodekstrin
merupakan bahan pelapis yang dapat melindungi komponen bahan nutrisi dan bahan aktif
karena memiliki daya ikat yang kuat terhadap bahan yang tersalut, sehingga memiliki nilai
polifenol yang lebih tinggi dari pada dekstrin.
tablet effervescent sarang semut – rosella dengan bahan pengisi maltodekstrin menghasilkan
waktu larut yang lebih tinggi daripada dekstrin. Menurut Fennema (1996) maltodekstrin
memiliki DE (Dextrose equivalent) yang lebih tinggi dari pada dekstrin sehingga
mengakibatkan kadar air tinggi pula, semakin tinggi kadar air maka waktu larutnya akan
semakin lama, hal ini dikarenakan pada tablet yang memiliki kadar air tinggi menyebabkan
gumpalan sehingga lebih membutuhkan banyak waktu untuk mencegah ikatan antar partike
WAKTU LARUT
Syarat waktu larut granul effervescent yang baik kurang dari 5 menit menghasilkan larutan
yang jernih (Siregar, 2007).
Semakin banyak kandungan natrium bikarbonat maka waktu larut tablet akan semakin cepat
(Oktavia et al., 2018). Hal ini sesuai dengan penelitian (Ansar, 2010) yang menyatakan
bahwa semakin banyak natrium bikarbonat yang ditambahkan maka tablet akan cenderung
lebih cepat larut di dalam air. Hal ini disebabkan oleh natrium bikarbonat yang merupakan
sumber utama karbondioksida dalam tablet effervescent. Karbondioksida yang terdapat di
dalam tablet effervescent akan memecah tablet ketika dimasukkan ke dalam air karena
karbondioksida tidak dapat larut dalam air, sehingga ketika tablet effervescent dimasukkan ke
dalam air, karbondioksida akan keluar bersamaan dengan larutnya tablet yang ditandai
dengan adanya gelembung-gelembung udara kecil yang keluar dari tablet effervescent.
Waktu melarut merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui berapa lama
granul tersebut melarut dalam air dan dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan semua
formula memiliki waktu larut yang kurang dari 5 menit dan itu memenuhi dari syarat yang
telah ditentukan (Sulastri et al., 2018)
Adanya hubungan yang berbanding lurus antara porositas dengan waktu larut, dimana
semakin besar porositas maka semakin cepat waktu larut (Anam et al., 2013).
Uji waktu larut dapat dilihat dari mulai masuknya granul effervescent sampai reaksi habis
dimana gelembung CO2 telah berhenti. Waktu larut dengan konsentrasi sumber asam tunggal
yaitu asam sitrat yang berbeda, mempunyai waktu larut yang berbeda pula (Lestari et al.,
2014).
Semakin tinggi konsentrasi asam sitrat ditambahkan pada formula tablet effervescent maka
kecepatan larutnya semakin meningkat. Sifat dari asam sitrat yang higroskopis
mempermudah proses pelarutan tablet dalam air (Romantika et al., 2017).
Konsentrasi natrium bikarbonat yang tinggi menyebabkan waktu larut granul effervescent
menjadi singkat. Semakin banyak jumlah basa yang digunakan, maka waktu larut yang
dihasilkan juga akan semakin cepat (Widiastuti et al., 2018)
Semakin lama waktu yang diberikan pada proses pentabletan, maka akan semakin lama pula
tablet tersebut larut dalam air. Pengaruh ini disebabkan oleh waktu yang diberikan terhadap
total gaya tertentu dalam proses pentabletan akan menekan partikel-partikel penyusun tablet
semakin lama dan akhirnya semakin memadat, sehingga rongga yang berada di dalam tablet
akan semakin mengecil. Rongga yang semakin mengecil akan semakin mempersulit air yang
berperan sebagai zat pelarut untuk masuk ke dalam rongga – rongga tersebut, sehingga tablet
akan semakin lama larut dalam air. Keberadaan natrium bikarbonat pada tablet effervescent
sangat penting kaitannya terhadap waktu larut tablet di dalam air (Nariswara et al., 2013).
SUDUT DIAM
Hal ini berarti variasi jumlah asam mempengaruhi sudut diam atau sifat alir granul. Besarnya
sudut diam dapat menggambarkan kohesifitas dan friksi antar partikel. Dari tabel terlihat
bahwa penggunaan campuran asam sitrat dan asam tartrat memperbesar sudut diam granul.
Hal ini mungkin disebabkan oleh gaya kohesi antar partikel asam sitrat dan antar partikel
asam tartrat lebih besar sehingga menghasilkan sudut diam yang lebih kecil. Sedangkan
campuran keduanya memperkecil kohesifitas partikel sehingga memperbesar sudut diam
(Kartikasari et al., 2015).

pH
Pengamatan pH perlu dilakukan karena jika larutan effervescent yang terbentuk terlalu asam
dapat mengiritasi lambung, sedangkan jika terlalu basa menimbulkan rasa pahit dan tidak
enak (Kailaku et al., 2012).
Biasanya nilai pH larutan efervesent adalah 7 karena terjadinya reaksi penggaraman yang
optimal pada rasio asam : basa yang sesuai. Hal ini terjadi kemungkinan karena adanya
kelebihan mol asam yang tidak bereaksi dengan sejumlah basa yang tersedia.Makin
meningkat konsentrasi asam, maka makin asam larutan yang dihasilkan dan pH yang sedikit
asam dapat menambah rasa segar pada sediaan effervescent (Lestari et al., 2014).

UJI WARNA
Warna tablet effervescent dengan bahan pengisi maltodekstrin lebih disukai dari pada yang
menggunakan dekstrin. Hal ini disebabkan penggunaan bahan pengisi maltodekstrin
menghasilkan minuman effervescent yang lebih jernih dan warna yang lebih kuat dari pada
dekstrin, karena menurut Luthana (2008) maltodekstrin memiliki kelarutan yang lebih tinggi,
memiliki kemampuan sebagai pendispersi dan daya ikat yang kuat.

KELEBIHAN MALTODEKSTRIN
Bahan pengisi maltodekstrin menghasilkan waktu larut yang lebih tinggi daripada dekstrin.
Menurut Fennema (1996) maltodekstrin memiliki DE (Dextrose equivalent) yang lebih tinggi
dari pada dekstrin sehingga mengakibatkan kadar air tinggi pula, semakin tinggi kadar air
maka waktu larutnya akan semakin lama, hal ini dikarenakan pada tablet yang memiliki kadar
air tinggi menyebabkan gumpalan sehingga lebih membutuhkan banyak waktu untuk
mencegah ikatan antar partikel.
Menurut Paramita, dkk (2014), perlakuan konsentrasi maltodekstrin 25% menghasilkan
bubuk minuman sinom dengan karakteristik terbaik yaitu kadar air 9,31%; rendemen 40,90%;
kelarutan 99,28%; dan pengujian sensoris warna, aroma dan rasa keseluruhan mendapat nilai
cukup suka.

TOTAL PADATAN TERLARUT


Semakin tingginya natrium bikarbonat dalam sediaan effervescent maka akan menurunkan
nilai TPT. Hal ini sesuai dengan pendapat (Tampubolon & Yunianta, 2017) yang menyatakan
bahwa konsentrasi natrium bikarbonat yang semakin tinggi justru menyebabkan TPT dalam
effervescent semakin rendah dikarenakan natrium bikarbonat menurunkan derajat keasaman
effervescent. Begitu pula dengan seiring bertambahnya asam sitrat pada formulasi maka nilai
TPT akan semakin meningkat. sitrat yang terkandung oleh tablet effervescent menyebabkan
TPT meningkat, hal ini diduga karena kelarutan sitrat lebih tinggi daripada bikarbonat. Hal
ini sesuai dengan pendapat Pantastico (1986) yang menyatakan bahwa peningkatan TPT
disebabkan karena terjadi pemutusan rantai panjang senyawa-senyawa karbohidrat yang salah
satunya disebabkan oleh asam sehingga menjadi senyawa gula yang larut menyebabkan TPT
yang tinggi.

KERAPUHAN
Pengujian kerapuhan perlu dilakukan karena kekerasan tablet bukan parameter absolut dari
kekuatan tablet. Kerapuhan tablet menggambarkan kekuatan fisik bagian luar tablet yang
berperan untuk melawan guncangan mekanik (Anwar, 2010)

KEKERASAN
Kekerasan tablet merupakan salah satu parameter mutu yang menggambarkan ketahanan
tablet terhadap gangguan mekanis. Kekerasan tablet diukur secara mekanis digunakan
sebagai parameter kualitas fisik tablet untuk mengetahui kekompakan tablet setelah
pencetakan. Tablet yang kompak diperkirakan mampu bertahan selama proses
pendistribusian dan penyimpanan (Ansar, 2010).
Hal ini sesuai dengan pendapat (Khumaida et al., 2018) yang menyatakan bahwa kekerasan
tablet yang ideal adalah 4 – 10 kgF. Namun hal ini tidak mutlak, kekerasan tablet lebih besar
dari 10 kgF masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur. Hal ini
sesuai dengan pendapat (Kusumawati et al., 2017) yang menyatakan bahwa Pada umumnya
tablet yang baik memiliki nilai kekerasan antara 4-10 kgF, tetapi tidak mutlak karena
kekerasan tablet yang mempunyai nilai lebih dari 10 kgF masih dapat diterima apabila
memenuhi persyaratan waktu hancur/waktu larut yang dipersyaratkan.
Semakin tinggi penambahan asam sitrat maka kekerasan tablet effervescent jeruk baby java
cenderung menurun. Hal tersebut disebabkan penambahan asam sitrat semakin tinggi maka
tablet yang dihasilkan semakin lembek. Hal ini dikarenakan sifat dari asam sitrat yang
higroskopis sehingga mudah menyerap air dan menyebabkan tekstur tablet menjadi lembek
(Romantika et al., 2017).
Kekerasan tablet dipengaruhi oleh tekanan saat penabletan, sifat bahan yang dikempa, jumlah
dan jenis bahan pengikat yang digunakan (Anwar, 2010)
Menurut (Nariswara et al., 2013) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai kekerasan
tablet adalah jumlah bahan pengisi, faktor higroskopisitas atau kemampuan suatu zat untuk
menyerap molekul air dari lingkungan, jumlah dan jenis bahan pengikat yang digunakan.
Semakin lama suatu tekanan diberikan pada proses pengepresan tablet effervescent, maka
kekerasan dari tablet tersebut akan semakin tinggi atau keras (Nariswara et al., 2013)

ANTIOKSIDAN
Tablet effervescent sarang semut – rosella dengan bahan pengisi maltodekstrin memiliki
aktivitas antioksidan lebih tinggi dari pada dekstrin. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Ramadhia et al., 2012), bahwa penggunaan maltodekstrin dapat melindungi terjadinya
pelepasan komponen nutrisi, melindungi senyawa penting seperti komponen antioksidan
akibat suhu ekstrim, karena maltodekstrin memiliki kemampuan membentuk body dan
memiliki daya ikat yang kuat terhadap senyawa yang tersalut.

KANDUNGAN LEMBAB GRANUL


Kelembaban ruangan yang tinggi menyebabkan granul menyerap lembab dari lingkungan
sehingga kandungan lembab dalam granul effervescent yang dihasilkan menjadi sangat
tinggi. Selain itu tingginya kandungan lembab granul diduga disebabkan oleh adanya asam
sitrat yang merupakan salah satu komponen dari granul effervescent masih berbentuk
senyawa hidrat (memiliki air kristal). Asam sitrat monohidrat dapat berubah menjadi anhidrat
dengan pemanasan 74oC. Pengujian kandungan lembab dilakukan pada suhu 105oC, oleh
karena itu air kristal dari asam sitrat ikut menguap sehingga ikut tercatat dan menyebabkan
kandungan lembab dari granul effercvescent beet meningkat (Anam et al., 2013). (Wardhana
& Irwan, 2020).

WARNA
Warna yang menarik merupakan hal yang penting, karena warna merupakan daya tarik
penjualan yang langsung dan mem pengaruhi respon organoleptik terha dap flavour, yang
pada akhirnya sangat menentukan penerimaan konsumen (Wardhana & Irwan, 2020).

RASA
Rasa pahit pada kopi bening juga masih terasa karena walaupun karakter kopi bening tidak
sama dengan kopi hitam, tetapi masih adanya rasa pahit pada kopi bening. (Aklimawati et al.,
2014) menyatakan bahwa rasa pahit kopi terdeteksi akibat terjadi interaksi antara senyawa
kimia tertentu dengan bagian tengah agak belakang dari lidah (Papilla circumvallate), salah
satu senyawa yang menyebabkan rasa pada kopi yaitu Lactone dan Phenylindane, berawal
mula dari proses penyangrai biji kopi terjadi reaksi kimia yang mengubah asam Klorogenik
menjadi Cholorogenic Acid Lactone, apabila pemanasan terus berlangsung, akan
menghasilkan senyawa hasil dari pemecahan Lactone yang dinamakan Phenylindane, kedua
senyawa ini yang menyebabkan rasa pahit pada kopi.

AROMA
Aroma pada minuman dapat mempengaruhi kesegaran dari minuman (Romantika et al.,
2017).

Tabel 2.4. Pengaruh konsentrasi ekstrak bahan utama terhadap karakterisitik effervescent .
Formulasi Kandungan Deskripsi Sumber

Ekstrak buah naga Waktu larut (s) 72,4 (Yoga et al., 2014)
20% Kadar air (%) 11,22
Maltodekstrin Warna L* 41,32 ± 0,66
10% C 23,00 ± 0,88
Asam sitrat 5% ºH 358,74 ± 0,39
Asam tartarat 10%
Natrium
bikarbonat 18 %
Gula 35%
Mg stearat 1%
PVP 1%
Granul ekstrak Sudut diam (%) 4,39 (Chabib et al.,
lidah buaya 150 Waktu alir (g/s) 18,29 2015)
mg Indeks 17,28 ± 2,958
Laktosa 1890 mg pengentapan
Asam sitrat 100 Bobot rata-rata 8,22
mg (%)
Asam tartarat 300 Kekerasan (kg) 9,557 ± 0,495
mg Waktu larut 1,558 ± 0,289
Natrium (menit)
bikarbonat 400 mg Diameter talet 25,043 ± 0,058
PEG 6000 60 mg (mm)
Aspartam 100 mg Ketebalan tablet 6,532 ± 0,029
Aroma (mm)
secukupnya
Serbuk jambu 1,25 Waktu kelarutan 0,04 (Tampubolon &
gr (g/s) Yunianta, 2017)
Sukrosa 2,25 gr TPT (% ºBrix) 5,27
Asam sitrat 1 gr Warna L* 73,17
Natrium Warna a* 10,53
bikarbonat 0,5 gr Warna b* 15,60
Kelarutan (%) 70,04
pH 4,40
Kadar air (%) 5,84
Total asam (%) 10,65
Kadar vitamin C 114,65
(mg/100 gr)
Bubuk ekstrak Ketebalan (cm) 0,750 (Sari, 2019)
kacang 84 gr Waktu larut (s) 106,38
Asam sitrat 48,86 Kerapuhan (%) 1,25
gr Kadar air (%) 8,94
Asam tartarat pH 5,5
48,86 gr Vitamin C 6,80
Natrium Antioksidan (%) 26,45
bikarbonat 113, 40 Kadar klorofil 7,81
gr (mg/g)
Magnesium Warna (Hue) (º) 56,45
stearat2,80
Sukrosa 66,08

Semakin banyak penambahan bubuk ekstrak daun kacang tujuh jurai, maka waktu larut tablet
effervescent akan semakin lama. Hal ini kemungkinan disebabkan asam sitrat dan asam
tartarat yang semakin sulit untuk mengikat bubuk ekstrak daun kacang tujuh jurai sehingga
menyebabkan melambatnya reaksi antara asam dan karbonat (Sari, 2019)
Aklimawati, L., Yusianto, & Mawardi, S. (2014). Karakteristik Mutu dan Agribisnis Kopi
Robusta di Lereng Gunung Tambora , Sumbawa. Pelita Perkebunan, 30(2), 159–180.
Anam, C., Setiawan, R. D., & Kawiji. (2013). Kajian Karakteristik Fisik dan Sensori serta
Aktivitas Antioksidan dari Granul Effervwscent Buah Beet (Beta vulgaris) dengan
Perbedaan Metode Granulasi dan Kombinasi Sumber Asam. Jurnal Teknosains Pangan,
2(2), 21–28.
Andita sari, K. H. D., Kumalaningsih, S., & Mulyadi, A. F. (2014). POTENSI DAUN SUJI
(Pleomele angustifolia) SEBAGAI SERBUK PEWARNA ALAMI (KAJIAN
KONSENTRASI DEKSTRIN DAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK
SERBUK). Ipb, 14(2008), 19–21. https://doi.org/10.13140/2.1.4404.3525
Anova, I. T., Hermianti, W., & Kamsina. (2016). FORMULASI PERBANDINGAN ASAM
BASA SERBUK EFFERVESCENT DARI COKLAT BUBUK Ratio of Acid Base
Formulation of Effervescent Powder from Cocoa Powder. 6(6), 99–106.
Ansar. (2010). Optimalisasi Energi Mekanik Pengepresan Buah Markisa Dan Formula
Membentuk Sifat Effervescen Tablet Buah Markisa. Jurnal Ilmu Tek. Energi, 1(10), 48–
57.
Anwar, K. (2010). FORMULASI SEDIAAN TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK
KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DENGAN VARIASI JUMLAH ASAM SITRAT-
ASAM TARTRAT SEBAGAI SUMBER ASAM. Jurnal Sains Dan Terapan Kimia,
4(2), 168–178. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20527/jstk.v4i2.2065
Cessa, L., Wardiyah, & Yetri, E. (2018). FORMULATION OF EFFERVESCENT TABLET
OF TEMULAWAK EXTRACT (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) WITH VARIATION
OF STEVIA AS SWEETENER. Teknologi Dan Seni Kesehatan, 09(02), 72–82.
Chabib, L., Indrati, O., & Rizki, M. I. (2015). Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Lidah
Buaya (Aloe vera). Jurnal Pharmascience, 2(1), 72–80.
Elfiyani, R., Radjab, N. S., & Harfiyyah, L. S. (2014). PERBANDINGAN PENGGUNAAN
ASAM SITRAT DAN TARTRAT TERHADAP SIFAT FISIK GRANUL
EFFERVESCENT EKSTRAK KERING KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia
mangostana L.). Jurnal Media Farmasi, 11(1), 7–17.
https://doi.org/10.1016/j.tetlet.2003.11.124
Hudha, M., & Widyaningsih, T. D. (2015). SERBUK EFFERVESCENT BERBASIS
EKSTRAK DAUN BELUNTAS ( Pluchea indica less ) SEBAGAI SUMBER
ANTIOKSIDAN ALAMI. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 3(4), 1412–1422.
Kailaku, S. I., Sumangat, J., & Hermani. (2012). Formulasi Granul Efervesen Kaya
Antioksidan dari Ekstrak Daun Gambir. Jurnal Pascapanen, 9(1), 27–34.
https://doi.org/10.21082/jpasca.v9n1.2012.27-34
Kania, W., Andriani, M. M., & Siswanti. (2015). Pengaruh Variasi Rasio Bahan Pengikat
Terhadap Karakteristik FIsik dan Kimia Granul Minuman Fungsional Instan Kecambah
Kacang Komak (Lablab purpureus (L.) sweet.). Teknosains Pangan, 4(3), 16–29.
Kartikasari, S. D., Murti, Y. B., & Mufrod. (2015). EFFERVESCENT TABLETS
FORMULATION OF GINGER RHIZOME ( Zingiber officinale Rosc .) WITH
VARIATION OF CITRIC ACID AND TARTARIC ACID LEVEL. Journal Traditional
Medicine, 20(2), 119–126.
Khumaida, A., Mulyawati, D., Irawati, I., Prawati, N., & Amrillah, F. (2018). JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Science and Technology, 4(1), 50–58.
Kusumawati, Y., Rustiani, E., & Almasyuhuri, A. (2017). Pengembangan Tablet Efervesen
Kombinasi Brokoli Dan Pegagan Dengan Kombinasi Asam Dan Basa. Jurnal
Fitofarmaka Indonesia, 4(2), 231–237. https://doi.org/10.33096/jffi.v4i2.266
Lestari, P. M., Radjab, N. S., & Octaviani, A. (2014). Formula granul effervescent Bahan
Serbuk kering sari buah naga (Hylocereus undatus). 2(4), 182–185.
Mulyani, T., Yulistiani, R., & Nopriyanti, M. (2014). PEMBUATAN BUBUK SARI BUAH
MARKISA DENGAN METODE “Foam-Mat Drying.” Jurnal Rekapangan, 8(1), 91–
125.
Nariswara, Y., Hidayat, N., & Effendi, M. (2013). Pengaruh Waktu Dan Gaya Tekan
Terhadap Kekerasan Dan Waktu Larut Tablet Effervescent Dari Serbuk Wortel (Daucus
Carota L.). Jurnal Industria, 2(1), 27–35.
Nugroho, S. (1999). Penambahan Komponen Berprotein pada Minuman Serbuk Effervescent.
IPB.
Oktavia, D. A., Feliatra, F., & Lubis, L. L. (2018). Pengaruh Konsentrasi Penyalut terhadap
Viabilitas Bakteri dan Daya Larut Tablet Effervescent Probiotik. Jurnal Pascapanen
Dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan, 13(2), 153.
https://doi.org/10.15578/jpbkp.v13i2.499
Prasetyo, G., Zumroh, I. Z., Etikasari, M., Wajdi, R. F., & Widyaningsih, T. D. (2015).
FORMULASI SERBUK EFFERVESCENT BERBASIS CINCAU HITAM DENGAN
PENAMBAHAN DAUN PANDAN DAN JAHE MERAH. 3(1), 90–95.
Purwati, I., Yuwanti, S., & Sari, P. (2016). KARAKTERISASI TABLET EFFERVESCENT
SARANG SEMUT (Myrmecodia tuberosa) – ROSELLA (Hibiscus sabdarisffa L.)
BERBAHAN PENGISI MALTODEKSTRIN DAN DEKSTRIN. Jurnal Agroteknologi,
10(01).
Ramadhia, M., Kumalaningsih, S., & Santoso, I. (2012). PEMBUATAN TEPUNG LIDAH
BUAYA (Aloe vera L.) DENGAN METODE FOAM-MAT DRYING. Teknologi
Pertanian, 13(2), 125–137.
Rizal, D., Dwi, W., Putri, R., Korespondesi, P., & Effervescent, S. (2014). PEMBUATAN
SERBUK EFFERVESCENT MIANA ( Coleus ( L ) benth ) : KAJIAN KONSENTRASI
DEKSTRIN DAN ASAM SITRAT TERHADAP KARAKTERISTIK. Jurnal Pangan
Dan Agroindustri, 2(4), 210–219.
Romantika, R. C., Wijana, S., & Perdani, C. G. (2017). Formulasi dan Karakteristik Tablet
Effervescent Jeruk Baby Java ( Cytrus sinensis L . Osbeck ) Kajian Proporsi Asam
Sitrat. Jurnal Teknologi Dan Manajemen Agroindustri, 6(1), 15–21.
Sari, D. N. (2019). Pembuatan minuman fungsional tablet effervescent dari bubuk ekstrak
daun kacang tujuh jurai (Phaseolus lunatus, L.). Jurnal Litbang Industri, 9(1), 23–31.
https://doi.org/10.24960
Sulastri, L., Fariz, R. M., & Rizikiyan, Y. (2018). Formulasi Granul Effervescent Ekstrak
Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava L). 25–33.
Sunarsih, E. S., & Prasetystuti. (2010). Pengaruh Pemberian Juice Lidah Buaya ( Aloe vera L
.) Terhadap Kadar Lipid Peroksida ( MDA ) Pada Tikus Putih The Influence of Lidah
Buaya ( Aloe vera L .) Juice on the Lipid Peroxide ( MDA ) Level at the Hyperlipidemia
White Male Rat. Jurnal Farmasi Kedokteran, 3(1), 353–362.
Supomo, S., Bella R.W, D., & Sa’adah, H. (2015). Formulasi Granul Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcinia Mangostana. L) Menggunakan Aerosil Dan Avicel Ph 101. Journal
Of Tropical Pharmacy And Chemistry, 3(2), 131–137.
https://doi.org/10.25026/jtpc.v3i2.99
Tampubolon, T. R., & Yunianta. (2017). Pengaruh formulasi terhadap sifat fisik, kimia, dan
organoleptik effervescent jambu biji merah ( Psidium guajava var . pomifera ). Jurnal
Pangan Dan Agroindustri, 5(3), 27–37.
Utami, N., Tamrin, & Asyik, N. (2018). PENGARUH METODE GRANULASI KERING
DALAM PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT BUBUK KOPI TORAJA
( Coffea arabica ) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA. Jurnal Sains Dan Teknologi
Pangan, 3(1), 1119–1128.
Wardhana, M. G., & Irwan, M. S. (2020). Formulasi Inovatif Pembuatan Kopi Bening Tanpa
Ampas (Clear Coffee). Jurnal Agrotek Ummat, 7(1), 11.
https://doi.org/10.31764/agrotek.v7i1.1657
Widiastuti, R. A., Tamrin, & Asyik, N. (2018). Pengaruh Variasi Konsentrasi Asam Sitrat,
Asam Tartrat, dan Natrium Bikarbonat Terhadap Sifat Fisik , Kimia Dan Organoleptik
Produk Minuman Instan Effervescent Bubuk Kakao (Theobroma cacao L.). 3(3), 1341–
1355.
Yoga, S. P., Sukatiningsih, & Puspita, S. (2014). Formulasi Tablet Effervescent Berbahan
Baku Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) DAN BUAH SALAM
(Syzygium polyanthum [Wight.] Walp). Berkala Ilmiah PERTANIAN, 1(4), 86–89.
Yuliawaty, S. T., & Susanto, W. H. (2015). PENGARUH LAMA PENGERINGAN DAN
KONSENTRASI MALTODEKSTRIN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KIMIA
DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN INSTAN DAUN MENGKUDU ( Morinda
citrifolia L ). Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 3(1), 41–51.

Anda mungkin juga menyukai