Anda di halaman 1dari 3

Ujian Dokter Muda Departemen Anestesiologi dan Reanimasi

Periode 6 – 19 Juli 2020

Penguji : Pesta PM Edwar, dr., SpAn., KIC

Nama DM : Muhammad Bagas Pratista

NIM : 011823143062

CASE: Pasien datang ke UGD dengan luka bakar disertai obstruksi jalan napas

Hal yang dokter lakukan:

1) Memeriksa kesadaran pasien (AVPU)


2) Melakukan Primary Survey
Airway:
Melakukan Look Listen dan Feel. Melihat gerakan dada normal atau abnormal,
mendengarkan adanya suara napas tambahan, dan merasakan hembusan napas pasien.
Selain itu pada kasus trauma perlu dicurigai adanya cedera servikal.

Apabila sebelumnya pasien dapat berkomunikasi baik dengan dokter, merupakan tanda
bahwa jalan napas pasien bebas. Obstruksi jalan napas total ditandai adanya gerakan see-
saw pada dada. Obstruksi jalan napas parsial ditandai adanya suara napas tambahan
seperti suara ngorok (sumbatan padat), suara berkumur (sumbatan cairan), atau suara
melengking (penyempitan saluran napas karena pembengkakan). Selain itu pada kasus
trauma perlu dicurigai adanya cedera servikal.

Pada kasus ini dapat terjadi obstruksi total atau parsial karena terjadi pembengkakan pada
saluran napas pada kasus luka bakar sehingga sulit untuk mempertahankan jalan napas.
Proses edema dapat berlangsung progresif dalam waktu yang lama sehingga pilihan
pembebasan jalan napas yaitu segera melakukan intubasi ETT. Apabila edema sudah
menutup saluran napas maka dilakukan cricotiroidektomy, atau tracheostomy.
Breathing:
Menilai frekuensi pernapasan, kedalaman permapasan, adanya asimetris dinding dada.
Mencari kemungkinan adanya pneumothorax atau hematothorax (curiga kasus trauma)
Memberikan napas bantuan dengan flow oksigen 100%.

Pada kasus luka bakar, pasien mungkin menghirup banyak gas CO sehingga terjadi
hipoksia karena hemoglobin cenderung berikatan dengan CO.

Circulation:
Memeriksa tanda-tanda syok (pada perfusi akral dingin basah pucat dan capillary refill
time > 2 detik, frekuensi nadi meningkat).
Memeriksa adanya tanda-tanda perdarahan.

Pada area luka bakar, tubuh kehilangan cairan insterstitial dan panas merusak albumin
sehingga air dapat tertarik keluar pembuluh darah. Hal ini menyebabkan keadaan
hypovolemia hingga dapat terjadi syok.

Jika terdapat tanda syok, lakukan resusitasi cairan dengan 2 IV line (pemberian cairan
terdiri dari replacement dan maintenance) dan monitoring tekanan darah dan output urine
dengan kateter urine selama resusitasi cairan berlangsung
Jumlah cairan replacement = 4 cc x % luas luka bakar x berat badan pasien (diberikan
50% nya dalam 8 jam setelah kejadian luka dan 50% sisanya dalam 16 jam setelah bagian
pertama)
Jumlah cairan maintenance = 50 cc x berat badan pasien (diberikan dalam 24 jam)
Jumlah output urine yang diharapkan = (0,5 - 1 cc x berat badan pasien) per jam
Penghitungan area luka bakar menggunakan rule of nine.

Disability:
Memeriksa kesadaran pasien dengan GCS, memeriksa tanda-tanda peningkatan tekanan
intracranial (muntah, nyeri kepala, trias cushing) karena curiga kasus trauma
Exposure:
Menjaga suhu tubuh pasien agar tetap hangat

3) Melakukan evaluasi dari primary survey hingga semua yang mengancam jiwa tertangani
4) Melakukan Secondary Survey
Anamnesis:
Mekanisme cedera luka bakar: penyebab luka bakar, durasi paparan, ruangan tertutup/
terbuka, pertolongan pertama di tempat kejadian, alergi, obat-obatan yang digunakan
sehari-hari, riwayat penyakit dahulu, makanan terakhir dikonsumsi, dan kejadian atau
lingkungan terkait luka bakar, serta cedera yang ada selain luka bakar.

Pemeriksaan Head to Toe:


Mencari kelainan di kepala, wajah, leher, dada, abdomen, rectum, genitalia, ekstremitas

5) Melakukan Pemeriksaan Penunjang


- Darah lengkap: Hb perlu diketahui karena luka bakar dapat menyebabkan pecahnya
hemoglobin, leukosit dapat menunjukkan apakah sudah muncul proses infeksi
- Serum Elektrolit: untuk mengetahui keadaan elektrolit karena hilangnya cairan
sehingga terapi cairan dapat disesuaikan
- GDA: Apabila pasien dalam keadaan hipoglikemi dapat menurunkan kesadaran,
sehingga terapi cairan dapat disesuaikan
- Albumin: panas merusak albumin sehingga menyebabkan edema, kadar albumin
diperlukan untuk menentukan apakah terapi albumin perlu diperlukan
- BGA: distress napas dan hipoksia dapat menyebabkan asidosis respiratorik
- RFT: untuk menentukan apakah terjadi AKI sehingga terapi cairan dapat disesuaikan

6) Menentukan assessment: Combustio Grade X + Obstruksi Napas


7) Memberikan pengobatan simtomatik dan persiapan rujukan: Analgesia (Injeksi Morphin
0,05-0,1 mg/kgBB, luka bakar dicuci dengan NS 0,9% dan ditutup dengan plastic wrap.
8) Merujuk pasien ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lebih lengkap untuk dilakukan
operasi debridement dan perawatan di ICU.

Anda mungkin juga menyukai