Anda di halaman 1dari 9

Niki Kusuma Bangsa – 011823143094 (Periode Juni – Juli 2020)

TUGAS 1

1. Apa yang harus dinilai dari gerak dada dan perut pada pemerikaaan Look ?
- Dada :
1. Melihat kesimetrisan kedua hemithorax
2. Ada tidaknya otot bantu pernapasan
3. Ada tidaknya tanda dada mengembung terus  tanda tension pneumothorax
4. Ada tidaknya tanda distress napas seperti gelisah, takipnea (RR>30x/menit), retraksi
dada, adanya pernapasan “see-saw” pada menit-menit pertama terjadinya obstruksi
total, yaitu adanya paradoksal breathing antara dada dan perut.
Respirasi paradoksikal (see-saw atau gerak jungkat-jungkit) adalah ciri khas dari
hambatan pertukaran gas karena kelelahan otot diafragma/pernapasan atau cedera
traumatis pada dada (flail chest), yang mungkin memerlukan ventilasi mekanis yang
mendesak. Gerakan pernapasan ini yaitu dinding dada bergerak kedalam saat
inspirasi dan keluar saat ekspirasi (berlawanan dengan gerakan normal).
Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/medgen/534076

Video: Paradoxical Breathing


(https://www.youtube.com/watch?v=8TnrNrrEjuE)
- Abdomen apakah distended atau tidak, melihat kesimetrisan antara abdomen dan thorax
saat insipasi.

2. Bagaimana mengetahui pipa ETT pasien yang telah diintubasi sudah bebas/tidak
obstruksi?
- Look : melihat kesimetrisan kedua hemithorax, ada tidaknya otot bantu pernapasan
setelah pemasangan ETT, ada tidaknya tanda retraksi dada, ada tidaknya tanda distress
napas, letak dan posisi ETT apakah sudah terpasang dengan baik atau tidak, melihat
abdomen apakah distended atau tidak karena jika distended curiga selang ETT salah
jalur sehingga perlu didekompresi.
- Listen : auskultasi di kedua hemithorax, untuk memastikan bahwa intubasi pada kedua
sisi dada berventilasi cukup. Jika ada suara tambahan seperti gargling, lakukan suction
melalui ETT.
- Feel : merasakan hembusan nafas melalui ETT
Sumber: https://docplayer.info/106665-Bab-ii-kegawatan-pada-airway-breathing-circulation-
dissability.html

3. Sebutkan kegunaan dari oropharyngeal airway ?


 Membebaskan pangkal lidah  Memfasilitasi suction
 Menahan lidah tidak jatuh ke  Mencegah lidah/ ETT tergigit
belakang  Membebaskan jalan napas
4. Bagaimana cara memasang oropharyngeal airway?
Niki Kusuma Bangsa – 011823143094 (Periode Juni – Juli 2020)

Sumber: https://www.msdmanuals.com/professional/critical-care-medicine/how-to-do-basic-
airway-procedures/how-to-insert-an-oropharyngeal-airway

 Sebelum menggunakan oropharyngeal airway perlu mengetahui kontraindikasi dari


pemasangan oropharyngeal airway seperti :
- Pasien sadar
- Refleks muntah/gag refleks positif
- Terdapat benda asing di faring
- Fraktur nasal atau epistaksis
 Prosedur:
1. Pemeriksa memastikan bahwa orofaring bebas
dari sekret, muntahan, atau benda asing.

2. Pemeriksa menentukan ukuran


oropharyngeal airway yang tepat
dengan mengukur panjang dari bibir
depan pasien hingga ke sudut rahang
bawah atau ukur panjang dari sudut
bibir kedaun telinga.

3. Pemeriksa membuka mulut pasien dengan teknik


cross finger dan memasukkan alat
oropharyngeal airway ke dalam mulut pasien
dengan ujungnya mengarah ke atap mulut
(cekung ke atas).

4. Pemeriksa memutar oropharyngeal airway 180o


saat memasukannya ke bagian belakang orofaring,
teknik ini bertujuan untuk mendorong lidah ke
belakang selama memasukkan oropharyngeal
airway agar tidak menghalangi jalan nafas.

5. Cara lainnya adalah dengan mendorong lidah pasien


kebawah dengan bantuan spatula, kemudian
masukkan alat tanpa diputar.
Niki Kusuma Bangsa – 011823143094 (Periode Juni – Juli 2020)

Video: Oropharyngeal Airway Insertion (https://www.youtube.com/watch?


v=Hzc_T4QBp4E)

5. a. Bagaimana cara memasukkan nasopharyngeal airway ?


Sumber: https://www.msdmanuals.com/professional/critical-care-medicine/how-to-do-basic-
airway-procedures/how-to-insert-a-nasopharyngeal-airway
 Sebelum memakai nasopharyngeal airway untuk pembebasan jalan napas, perlu
diperhatikan hal-hal yang menjadi kontradiksi seperti :
- Pasien apnea
- Pasien dengan hematom leher dan fraktur basis cranii
- Pasien dengan pemakaian obat antikoagulan rutin dan memiliki nasal polip
 Untuk pemasangan pada hidung kanan dan kiri terdapat perbedaan saat
memasukkan bevel. Pada hidung kanan, bevel dapat langsung dimasukkan.
Sedangkan pada hidung kiri, bevel diposisikan menghadap ke medial kearah
septum.
 Prosedur:
a. Pilih ukuran nasofaring yang sesuai. Panjang dapat diukur dengan jari
kelingking pasien atau dari ujung hidung ke lobus aurikula/angulus mandibula.
Pastikan diameter nasofaring lebih kecil dari lubang hidung.
b. Sebelum memasukkan nasofaring ke hidung beri gel lubrikan.
c. Perhatikan posisi nasofaring sebelum memasukkan ke hidung, posisi bevel
harus menghadap septum agar tidak mudah terjadi trauma dan perdarahan,
menyesuaikan anatomi hidung.
d. Pada hidung kiri, nasopharyngeal airway harus disesuaikan agar bevel
menghadap ke medial (septum).
e. Masukkan nasopharyngeal airway dengan hati-hati sampai bagian nasofaring
(separuh hidung) lalu putar 180 derajat.
f. Evaluasi napas pasien apakah sudah terbebaskan.

Video : Nasopharyngeal Airway Insertion (https://www.youtube.com/watch?


v=gVgAlWRCZBs)
Niki Kusuma Bangsa – 011823143094 (Periode Juni – Juli 2020)

b. Apakah ada perbedaan antara hidung kanan dan kiri?


Ada perbedaan pemasangan pada hidung kanan dan kiri saat memasukkan bevel.
Pada hidung kanan, bevel dapat langsung dimasukkan. Sedangkan pada hidung kiri,
bevel diposisikan menghadap ke medial kearah septum.

6. Tanda-tanda ada fraktur basis cranii ?


Sumber: http://spesialis1.ibs.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Modul-Trauma-
Edit.pdf
Anamnesis :
1. Didapatkan riwayat trauma
2. Riwayat keluarnya darah atau cairan dari hidung dan/atau telinga
3. Mual
4. Muntah
5. Gangguan Melihat
6. Wajah mencong
7. Gangguan Mendengar
Pasien dengan fraktur pertrous os temporal dijumpai dengan otorrhea dan memar
pada mastoids atau battle sign. Presentasi dengan fraktur basis Cranii fossa anterior
adalah dengan rhinorrhea dan memar di sekitar palpebra atau raccoon eyes. Kehilangan
kesadaran dan Glasgow Coma Scale dapat bervariasi, tergantung pada kondisi patologis
intrakranial.

Fraktur longitudinal os temporal berakibat pada terganggunya tulang pendengaran


dan ketulian konduktif yang lebih besar dari 30 dB yang berlangsung lebih dari 6-7
minggu. Tuli sementara yang akan baik kembali dalam waktu kurang dari 3 minggu
disebabkan karena hemotympanum dan edema mukosa di fossa tympany. Facial palsy,
nystagmus, dan facial numbness adalah akibat sekunder dari keterlibatan nervus
cranialis V, VI, VII.
Fraktur tranversal os temporal melibatkan saraf cranialis VIII dan labirin, sehingga
menyebabkan nystagmus, ataksia, dan kehilangan pendengaran permanen (permanent
neural hearing loss).
Fraktur condylar os oksipital adalah cedera yang sangat langka dan serius.
Sebagian besar pasien dengan fraktur condylar os oksipital, terutama dengan tipe III,
berada dalam keadaan koma dan terkait cedera tulang belakang servikalis. Pasien ini
juga memperlihatkan cedera lower cranial nerve dan hemiplegia atau guadriplegia.
Sindrom Vernet atau sindrom foramen jugularis adalah keterlibatan nervus
cranialis IX, X, dan XI akibat fraktur. Pasien tampak dengan kesulitan fungsi fonasi dan
Niki Kusuma Bangsa – 011823143094 (Periode Juni – Juli 2020)

aspirasi dan paralysis ipsilateral dari pita suara, palatum mole (curtain sign), superior
pharyngeal constrictor, sternocleidomastoid, dan trapezius

7. Kapan curiga terjadi fraktur servikal?


Ketika terjadi suatu trauma dan didapatkan jejas multiple di atas klavikula kita harus
mencurigai terjadinya fraktur pada servikal hingga dapat dibuktikan tidak. Tulang leher
dapat patah akibat pukulan yang keras di tengkuk atau karena kecelakaan kendaraan
bermotor. Pada kecelakaan mobil berupa tabrakan yang keras, korban dapat terlempar ke
depan dengan keras dan karena dahi terbentur kaca depan maka leher terdongak ke
belakang dan patah. Tanda-tandanya selain leher yang tertegadah secara berlebihan, tangan
dan lengan korban bisa kehilangan perasaan yang ditandai tidak bereaksi bila tertusuk
sesuatu dan bila korban masih sadar, ia tidak dapat menggerakkan tangannya itu.
Cedera pada tulang servikal dapat menimbulkan lesi atau cedera pada medulla spinalis yang
dapat terjadi beberapa menit setelah adanya benturan keras mengenai medulla spinalis dan
dalam waktu 24-48 jam dapat terjadi nekrosis fokal dan inflamasi.
Hal yang perlu di observasi adalah tekanan darah, status pernafasan, dan cidera sistemik.
Tanda dan gejala fraktur servikal :
- Nyeri (ringan-berat) pada leher atau tulang punggung
- Nyeri tekan ketika dilakukan palpasi disepanjang tulang belakang
- Paralisis atau hasil pemeriksaan fungsi motorik abnormal
- Parestesia
- Pernafasan diafragma
- Renjatan neurogenik
Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3812556/

TUGAS 2

8. Kenapa thorax drain di ICS 5-6?


"Triangle Safety" atau segitiga aman adalah tempat yang dinilai paling aman untuk tempat
memasukkan kateter interkostal (ICC) pada draine thoracosintesis. Ini adalah proyeksi
segitiga yang dibatasi oleh batas anterior latissimus dorsi, batas lateral otot pectoralis
utama, garis superior ke tingkat horizontal puting, dan puncak di bawah aksila.
Pemasangan thorax drain terletak di ICS 5-6 di garis aksila anterior atau mid-aksila, karena
merupakan lapisan paling dalam dari otot intercostals, dan terdiri dari intercostal tipis yang
menyatu dengan lapisan intercostals internal kecuali jika dipisahkan oleh bundel
neurovaskular. Untuk menghindari bundel neurovaskular, maka drainase ditempatkan di
sela-sela ICS 5-6 yaitu di atas ICS 6
Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/80678-overview
Niki Kusuma Bangsa – 011823143094 (Periode Juni – Juli 2020)

9. Bagaimana cara membuat wsd sederhana, yg disambungkan ke needle


thoracosintesis?
Sumber: http://fk.unsoed.ac.id/wp-content/uploads/modul%20labskill/modul%20B3/Modul
%20B3%20-%20Water%20Seal%20Drainage.pdf
Niki Kusuma Bangsa – 011823143094 (Periode Juni – Juli 2020)

Cara membuat WSD sederhana :


WSD dengan sistem satu botol  Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien
simple pneumothoraks
- Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk
ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Botol yang bisa digunakan dalam kondisi darurat di
fasilitas kesehatan adalah botol infus. Botol infus dihubungkan dengan
- Air steril didalam botol infus disisakan sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah
masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru. Selang untuk ventilasi bisa
menggunakan selang infus tanpa harus mengurangi panjangnya.
- Selang untuk ventilasi dihubungkan dengan Abocath 16G (jarum infus dengan ukuran besar)
yang telah ditusukkan ke ICS 5-6, sedangkan ujung selang satunya dihubungkan dengan botol
dan dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar.
- Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi.
- Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan : Inspirasi akan meningkat, ekpirasi
menurun.

10. Sebutkan alat-alat yang disambungkan ke thorax drain & bagaimana mekanismenya?
Sumber: http://fk.unsoed.ac.id/wp-content/uploads/modul%20labskill/modul%20B3/Modul
%20B3%20-%20Water%20Seal%20Drainage.pdf

Tindakan pembedahan pada dada hampir selalu menyebabkan pneumotoraks. Udara dan cairan
yang terkumpul dalam rongga intrapleura dapat membatasi ekspansi paru dan mengurangi
pertukaran gas. Setelah tindakan operasi, perlu mengevakuasi dan mempertahankan tekanan
negative dalam ruangan pleura. Dengan demikian selama dan segera setelah pembedahan
toraks, kateter dada diletakkan secara strategis pada ruangan pleura, dijahit pada kulit dan
dihubungkan dengan alat drainase untuk mengeluarkan sisa udara atau cairan dari ruangan
pleura maupun mediastinum.
WSD merupakan pipa khusus yang dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan trokar
atau klem penjepit bedah.
Macam-macam WSD :
1. Single Bottle Water Seal System

Ujung akhir pipa drainase dari dada pasien dihubungkan ke dalam satu botol yang
memungkinkan udara dan cairan mengalir dari rongga pleura tetapi tidak mengijinkan
udara maupun cairan kembali ke dalam rongga dada. Secara fungsional, drainase
tergantung pada gaya gravitasi dan mekanisme pernafasan, oleh karena itu botol harus
diletakkan lebih rendah. Ketika jumlah cairan di dalam botol meningkat, udara dan cairan
akan menjadi lebih sulit keluar dari rongga dada, dengan demikian memerlukan suction
untuk mengeluarkannya.
Niki Kusuma Bangsa – 011823143094 (Periode Juni – Juli 2020)

Sistem satu botol digunakan pada kasus pneumothoraks sederhana sehingga hanya
membutuhkan gaya gravitasi saja untuk mengeluarkan isi pleura. Water seal dan
penampung drainage digabung pada satu botol dengan menggunakan katup udara. Katup
udara digunakan untuk mencegah penambahan tekanan dalam botol yang dapat
menghambat pengeluaran cairan atau udara dari rongga pleura. Karena hanya menggunakan
satu botol yang perlu diingat adalah penambahan isi cairan botol dapat mengurangi daya
hisap botol sehingga cairan atau udara pada rongga intrapleura tidak dapat dikeluarkan.
2. Two Bottle System

System ini terdiri dari botol water-seal ditambah botol penampung cairan. Drainase sama
dengan system satu botol, kecuali ketika cairan pleura terkumpul, underwater seal system
tidak terpengaruh oleh volume drainase. Sistem dua botol menggunakan dua botol yang
masing-masing berfungsi sebagai water seal dan penampung. Botol pertama adalah
penampung drainage yang berhubungan langsung dengan klien dan botol kedua berfungsi
sebagai water seal yang dapat mencegah peningkatan tekanan dalam penampung sehingga
drainage dada dapat dikeluarkan secara optimal. Dengan sistem ini jumlah drainage dapat
diukur secara tepat.
3. Three Bottle System

Pada system ini ada penambahan botol ketiga yaitu untuk mengontrol jumlah cairan suction
yang digunakan. Sistem tiga botol menggunakan 3 botol yang masing-masing berfungsi
sebagai penampung, "water seal" dan pengatur; yang mengatur tekanan penghisap. Jika
drainage yang ingin, dikeluarkan cukup banyak biasanya digunakan mesin penghisap
(suction) dengan tekanan sebesar 20 cmH20 untuk mempermudah pengeluaran. Karena
dengan mesin penghisap dapat diatur tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan isi
pleura.
Botol pertama berfungsi sebagai tempat penampungan keluaran dari paru-paru dan tidak
mempengaruhi botol "water seal". Udara dapat keluar dari rongga intrapelura akibat
tekanan dalam botol pertama yang merupakan sumber-vacuum. Botol kedua berfungsi
Niki Kusuma Bangsa – 011823143094 (Periode Juni – Juli 2020)

sebagai "water seal" yang mencegah udara memasuki rongga pleura. Botol ketiga
merupakan pengatur hisapan. Botol tersebut merupakan botol tertutup yang mempunyai
katup atmosferik atau tabung manometer yang berfungsi untuk mengatur dan
mongendalikan mesin penghisap yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai