Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU BEDAH REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN Juli 2020


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

HYDOROCELE

Oleh :

St. Nurfitri Pebryeni Zuhruhur

10542053413

Pembimbing :

dr.Asdar Tajuddin, Sp.B

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Bedah

FAKULTASKEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : SITI NURFITRI PEBRYENI ZUHRUHUR

NIM : 10542053413

Judul : HYDROCELE

Telah menyelesaikan Refarat dalam rangka kepanitraan klinik

Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar, Juli 2020

Pembimbing Mahasiswa

dr.Asdar Tajuddin Sp.B Siti Nurfitri.P.Zuhruhur

2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi ALLAH, atas Rahmat dan Karunia-Nya jualah, akhirnya refarat

yang berjudul “HYDROCELE” ini dapat diselesaikan dengan baik. Refarat ini ditujukan

sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis sampaikan kepada

dr.Asdar Tajuddin,Sp.B selaku pembimbing dalam Refarat ini yang telah memberikan

bimbingan dan banyak kemudahan dalam penyusunan Refarat ini.

Penulis menyadari bahwa refarat ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu

saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi kebaikan di masa yang akan

datang. Harapan penulis semoga refarat ini bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang

membacanya.

Makassar, Juli 2020

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara normal, tunica vaginalis di skrotum sekitar testis tidak teraba, kecuali bila
mengandung cairan yang membentuk suatu gelembung pada daerah tersebut. Cairan ini
biasanya bersifat diafan (tembus cahaya) pada transluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena
besarnya hidrokel, testis harus dicari di sebelah dorsal karena testis terletak di ventral
epididimis sehingga tunica vaginalis berada di sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan
epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis
mungkin kecil atau mungkin besar sekali.
Jarang sekali ditemukan benjolan diafan di funikulus yang dapat dihilangkan dengan
tekanan sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial, bila demikian, terdapat
tunika vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit dengan rongga perut dan berisi
cairang rongga perut. Hernia ingunalis lateralis indirek yang mengandung sedikit cairan rongga
perut ini kadang diberikan nama salah hidrokel komunikans. Karena berhubungan dengan
rongga perut yang terlalu sempit, kelainan ini memberi kesan hidrokel funikulus; “kantong”
hernia ini tidak dapat dimasuki usus atau omentum.

Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang
menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan
dalam pembentukan alat genitalia external, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya
testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang
terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak.Sekitar
10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang sendiri dalam tahun
pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang membahayakan sehingga tidak
membutuhkan pengobatan segera.

4
BAB II
HYDROCELE
A. Anatomi dan Fisiologi Testis
Organ-organ genitalia/reproduksi laki-laki terdiri dari :

1. Organ genitalia interna


 Testis
 Epididymis
 Funiculus spermaticus
 Ductus deferens
 Vesicula seminalis beserta salurannya
 Ductus ejaculatorius
 Prostata
 Glandula bulbourethralis
2. Organ genitalia eksterna
 Penis
 Urethra
 Scrotum

Testis (jamak:testes) merupakan organ reproduksi utama (gonad) pada laki-laki, yang
menghasilkan spermatozoa; bentuknya oval dan ada sepasang. Kedua testis terletak hampir
simetris, digantung oleh funiculus spermaticus dan terbungkus diddalam kantong yang disebut

5
scrotum. Organ yang memproduksi sperma dan cairan semen ini mempunyai saluran keluar
yang pada awalnya berkelok-kelok dibelakang testis (disebut Epididymis).

Testis akan turun sekitar umur janin 7 bulan menuju scrotum melalui canalis inguinalis
dibawah pengaruh hormon testosterone dari testis. Testis sinistra biasanya terletak lebih rendah
daripada testis dextra

Epididymis berlanjut dengan ductus deferens, yang berjalan ke atas menuju dinding
depan abdomen, menembusnya, lalu memasuki rongga abdomen melalui anulus inguinalis
superficialis, canalis inguinalis, dan anulus inguinalis profundus, kemudia berbelok dan
berjalan menuju fundus vesica urinariae. Pada fundus vesica urinariae, ductus deferens bersatu
dengan ductus excretorius vesiculae seminalis, membentuk ductus ejaculatorius. Selanjutnya,
ductus eejaculatorius berjalan menembus prostata sebelum bermuara pada pars prostatica
urethrae. Prostata dan glandula bulbourethralis merupakan organ tambahan pada sistem
reproduksi laki-laki, sementara penis merupakan organ genitalia eksterna.

1. TESTIS

Sebagian testis tertanam disebuah lapisan serosa (disebut tunica vaginalis testis) yang
berasal dari peritoneum. Testis dan lapisannya terbungkus didalam sebuah kantung yang
disebut scrotum. Organ ini berbentuk oval mirip buah almond dan berukuran 5cm x 3cm x
2,5cm. Didalam tunica vaginalis, testis dibungkus oleh lapisan fibrosa padat yang tidak begitu
elastis dan berwarna keputihan (disebut tunica albuginea testis). Sejumlah sekat (septla testis)
berjalan dari tunica albuginea menuju bagian dalam testis, membagi testis menjadi beberapa
lobulus (lobuli testis). Septula testis berakhir dibelakang, pada sebuah massa fibrosa
(mediastinum testis) yang menyatu dengan tunica albuginea. Di dalama lobuli testis, terdapat
tubuli seminiferi testis.

Mediastinum, septula dan tunica albuginea testis bersama-sama membentuk bangunan


yang mengelilingi sejumlah ruang berisi jaringan berwarna coklat muda (parenchyma testis).
Parenchyma testis ini dibentuk oleh sekian banyak tubuli seminiferi contorti, yang berkelok-
kelok dan tubuli seminiferi recti yang lurus di dekat mediastinum testis. . Di dalam setiap
lobulus terdapat 1-3 tubuli seminiferi yang berkelok-kelok.

Didalam mediastinum testis, tubuli seminiferi recti membentuk anyaman mirip jala yang
disebut rete testis (rete Halleri). Selanjutnya terdapat sejumlah saluran kecil yang keluar dari
rete testis dan memasuki caput epididymidis, disebut ductuli efferentes testis.

6
Pada lapisan dasar tubuli semineferi contorti, dapat ditemukan bentuk bentuk sperma
dalam berbagai tingkat perkembangan, seperti spermatogonium (spermatoblas), spermatosit,
spermatid, dan spermatozoon; disekitarnya, terdapat sel-sel sertoli. Tubuli seminiferi recti akan
membawa spermatozoa ke dalam rete testis. Selanjutnya spermatozoa memasuki ductuli
efferentes testis dan meneruskan perjalannya hingga ductus epididymis (didalam caput
epididymidis).

Testis didarahi oleh a.testicularis. arteri ini keluar dari aorta abdominalis, tepat dibawah
tempat keluarnya a.renalis. dari aorta, arteri ini berjalan kebawah memasuki canalis inguinalis
di dalam funiculus spermaticus, lalu menuju bagian posterior testis tempat cabang-cabangnya
menembus tunica albuginea sebelum memasuki jaringan testis. Arteri spermatika interna
merupakan cabang dari aorta, arteri defernsialis cabang dari arteri vesikalis inferior dan arteri
kremasterika yang merupakan cabang dari arteri epigastrika

Darah dari testis dikembalikan melalui plexus pampiniformis. Dari plexus ini, darah
dialirkan ke vena testicularis (dextra et sinistra). Darah dari vena testicularis dextra selanjutnya
dialirkan ke vena cava inferior, sementara darah dari vena testicularis sinistra diteruskan ke
vena renalis sinistra. Vena renalis sinistra dapat mengalami obstruksi akibat adanya tumor,
menyebabkan pelebaran vena atau plexus venosus di sekitar testis dan epididymis sinistra
(varicocele)

Kadang-kadang, testis dapat terpuntir didalam scrotum sehingga a.testicularis ikut


terpuntir dan tersumbat. Keadaan ini menimbulkan nyeri hebat akibat iskemia dan jika
berlanjut dapat menyebabkan nekrosis.

Testis disarafi oleh sejumlah nervus yang berjalan mengikuti arterinya dan venanya.
Saraf-saraf pada testis ini merupakan percabnagan dari plexus aortikus dan plexus renalis (dari
persarafan segmen T10)

Cairan limfe dari testis dialirkan ke atas, memasuki funiculus spermaticus lalu menuju
nodi lymphoidei paraaortici. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel khusus yang disebut sel
intersisial Leydig. Sel Leydig memproduksi hormon testosteron.

7
FUNGSI

Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin.

Fungsi testis:

 memproduksi sperma (spermatozoa)


 memproduksi hormon seks pria seperti testosteron.

Kerja testis di bawah pengawasan hormon gonadotropik dari kelenjar pituitari bagian
anterior:

 luteinizing hormone (LH)


 follicle-stimulating hormone (FSH)

Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas
tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogenia dan sel Sertoli,
sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel Leyding. Sel-sel spermatogenia pada proses
spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada
bakal sperma, sedangkan sel-sel Leyding atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam
menghasilkan hormon testosteron.

8
Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami
pematangan atau maturasi diepididimis setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-
sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas
deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan cairan-caidari epididimis, vas deferens, vesikula
seminalis, serta cairan prostat menbentuk cairan semen atau mani. 

SAWAR DARAH TESTIS

Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam tubulus) melalui darah,
karena adanya ikatan yang kuat antar sel Sertoli. Fungsi dari sawar darah testis adalah untuk
mencegah reaksi auto-imun. Tubuh dapat membuat antibodi melawan spermanya sendiri, maka
hal ini dicegah dengan sawar. Bila sperma bereaksi dengan antibodi akan menyebabkan radang
testis dan menurunkan kesuburan.

Pengaturan suhu testis di dalam scrotum dilakukan oleh kontraksi musculus dartos dan
cremaster yang apabila berkontraksi akan mengangkat testis mendekat ke tubuh. Bila suhu
testis akan diturunkan, otot cremaster akan berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh.
Temperatur testis dalam scrotum selalu dipertahankan dibawah temperatur suhu tubuh 2-3 oC
untuk kelangsungan spermatogenesis. Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian
dalam tubulus) melalui darah, karena adanya ikatan yang kuat antar sel Sertoli yang disebut
sawar darah testis

Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis.Testisberperan pada


sistem reproduksi dan sistem endokrin.

Fungsi testis:

 Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus, diatur FSH


 Sekresi testosterone oleh sel Leydig, diatur oleh LH.

EPIDIDIMIS

 Yaitu tabung sempit yang sangat panjang & berkelok-kelok di belakang testis.
 Tempat pematangan sperma sebelum menuju Vas deferens.
 Merupakan salah satu tempat penyimpanan sperma (bersama vas deferens dan ampula).

9
B. Definisi
Hydrocele ialah terakumulasi/terkumpulnya cairan dalam tunika vaginalis (dalam area
scrotum, sekitar testis) atau kantong yang berisi cairan sepanjang spermatic cord dalam
scrotum. Nama lain dari hydrocele ialah patent procesus vaginalis.
Kebanyakan hidrokel akan hilang pada tahun pertama umur bayi laki-laki tanpa harus
melakukan intervensi terhadapnya. Bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir yang
rendah memiliki insiden yang lebih tinggi untuk menderita hidrokel daripada bayi normal
lainnya. Meningkatnya besar hidrokel dan pembengkakan skrotum setelah berumur lebih dari
1 tahun dapat didiagnosis dengan hidrokel. Pembedahan harus dipertimbangkan untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.

C. Etiologi

USIA

 Kebanyakan hydrocele terjadi kongenital, sering pada usia <2 tahun


 Kronik atau hydrocele sekunder biasanya terjadi pada laki-laki dewasa (>40
tahun)

FREKUENSI

Patent procesus vaginalis ditemukan 80-90% pada bayi laki-laki saat lahir. Frejuensi ini
menurun sampai usia 2 tahun menjadi 25-40%.

Hydrocele dapat dibagi dua, yaitu :

a) Hydrocele primer
Pada hydocele primer tidak ditemukan kelainan atau penyakit dari testis. Bisa unilateral
ataupun bilateral. Beberapa tipe pada hydrocele primer antra lain :

 congenital hydrocoele
 hydrocoele of the cord - rare

 hydrocoele of the canal of Nuck

b) Hydrocele sekunder

10
Yaitu terkumpulnya cairan dalam tunika vaginalis akibat respon dari suatu penyakit,
antara lain :

 Tumor testis
 Infeksi misalnya epididymidis, tuberkulosis, mumps

 Torsi testis

 Torsi hydatid dari Morgagni

D. Fisiologi dan peran sistem limfatik

Normalnya, testis pada fetus laki-laki pindah dari rongga abdomen ke scrotum sebelum

lahir. Testis turun diiringi dengan turunnya peritoneum dalam rongga abdomen sehingga

membungkus testis dan epididymidis dan terjadi hubungan antara rongga abdomen dengan

tunika vaginalis oleh processus tunika vaginalis. Procesus vaginalis normalnya akan menutup

(obliterasi) pada usia gestasi 32 minggu dan cairan yang ada ditunika vaginalis diabsorpsi.

Processus vaginalis yang tidak menutup akan menyebabkan tunika vaginalis terisi oleh cairan

peritoneum dan terjadilah hydrocele (jika defek dari prosecus vaginalis besar dapat

menyebabkan usus masuk sehingga menyebabkan hernia). Procesus vaginalis dapat juga

menutup sampai dengan usia 1-2 tahun.

Hydrocele dapat juga terjadi akibat dari inflamasi atau trauma dari testis, epididymidis

atau oleh obstruksi cairan ataupun darah dalam spermatic cord. Hal ini biasanya terjadi pada

pria dewasa.

E. Klasifikasi
Hydrocele dibagi atas 3 tipe yaitu :

1. Non Communicating hydrocele


Seperti yang telah dijelaskan diatas seharusnya procesusu vaginalis menutup lalu cairan
ditunika vaginalis diabsorpsi. Pada non communicating hydrocele, procesus vaginalis
menutup tetapi cairan ditunika vaginalis tidak diabsopsi.

11
Tipe ini yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir, dan cairan biasanya dapat
diabsorpsi dengan berjalannya waktu.

Infeksi viral yang menyebabkan serositis memnyebabkan produksi cairan meningkat,


post traumatic hydrocele menyebabkan

2. Communicating hydrocele

Hydocele disebabkan oleh turunnya cairan dari rongga abdomen karena tidak
tertutupnya procesus vaginalis (communicating hydrocele) dan juga disebabkan oleh
ketidakseimbangan produksi cairan dengan absorpsinya yang terjadi dalam tunika.
Disini, procesus vaginalis tidak menutup sehingga cairan dirongga abdomen dapat
masuk ke tunika vaginalis

Pada tipe comunicating hydrocele ini, pembengkakan (cairan) biasanya berkurang di


pagi hari (setelah bangun tidur karena efek dari gravitasi) dan membesar saat sore hari
setelah pasien beraktivitas.

3. Hydrocele pada spermatic cord (funikulus spermatikus)

12
Disini, distal dari akhir procesus vaginalis tertutup dengan baik tetapi bagian tengah
dari prosesus vaginlalis masih terbuka (paten).

Hydrocele pada dewasa biasanya sekondari dari lokal injuri, infeksi.

Noncommunicating hydrocele: Communicating hydrocele:


Normal scrotum: the processus vaginalis is the processus vaginalis is still
the processus vaginalis and obliterated so no fluid can move open, allowing fluid to move
tunica vaginalis are obliterated between the abdomen and the between the abdomen and the
and contain no fluid. scrotum, but the tunica tunica vaginalis in the scrotum.
vaginalis contains fluid.

F. Gejala dan Tanda

Penyebab tersering adalah massa instrinsik dalam skrotum. Cairan yang berada pada

kantung dapat bersifat lunak atau mengeras tergantung jumlah cairan yang ada. Scrotum juga

akan terlihat lebih besar daripada bagian yang normal jika bersifat unilateral, atau keduanya.

Penderita mungkin dengan mudah mengetahui adanya massa, rasa berat, dan penuh dalam

skrotum.

Pada pemeriksaan fisik akan terlihat adanya massa yang tembus cahaya (bersifat diafan)

pada transiluminasi.

13
Gambaran Hidrokel(8)

G. Pemeriksaan Khusus

Dari ananamnesa didapat gejala utamanya yaitu adanya pembesaran pada daerah testis dapat
unilateral maupun bilateral, seperti balon yang berisi air (water-filled ballon), pembesaran ini
dapat berkurang jika tidur dan dapat membesar dalam posisi tegak (pada communicating
hydrocele).

14
Hydrocele tidak menimbulkan rasa nyeri kecuali sudah terjadi komplikasi yang menyebabkan
gangguan aliran pembuluh darah atau karena infeksi pada epididymidis. Tidak ada gejala
sistemik seperti demam, menggigil, mual ataupun muntah jika tidak tejadi komplikasi

Pada pemeriksaan didapat :

 Ditemukan hydrocele pada seperior dan anterior testis (berbeda dengan


spermatocele yang berada pada seperior dan posterior dari testis
 Hydrocele dapat bilateral pada 7-10% kasus

 Hydrocele sering bersamaan dengan hernia

 Tidak ditemukan suara bising usus pada daerah scrotum kecuali bila terjadi
bersamaan dengan hernia

 Pada skrotum tidak ditemukan eritema atau warna lainnya kecuali jika
hydrocele disebabkan oleh infeksi
15
 Pada pemeriksaan transiluminasi +

Pemeriksaan transiluminasi dimana saat scrotum disinari oleh cahaya (senter), terlihat
cahaya bersinar jelas pada scrotum. Jika tes transiluminasi positif, tetap harus kita observasi
etiologinya penyakit yang mungkin mendasarinya misalnya pada hernia.

H. Diagnosis Banding

Hidrokel dapat didiagnosis banding dengan penyakit yang memiliki gejala hampir sama,

diantaranya :

 Hematokel (darah terkumpul dalam tunica vaginalis testis)

 Pembengkakan skrotum yag lain dan massa testikular.

I. Penatalaksanaan

Hydrocele biasanya tidak berbahaya, pasien biasanya diterapi karena perasaan tidak
nyaman akibat penbengkakan yang terjadi, rasa malu, atau jika terjadi gangguan aliran darah.

Hydrocele pada anak kecil, karena patent procesus vaginalis ditangani dengan operasi
setelah usia diatas 1 tahun karena sampai berumur 1 tahun diharapkan cairan dapat

a. MEDIKASI

16
Dengan menyuntikkan obat seperti tetracycine, sodium tetradecyl sulfate atau urea
untuk menutup prosesus vaginalis yang terbuka (biasanya dilakukan setelah
dilakukan aspirasi). Hal ini dapat mencegah terjadinya re-akumulasi dairan.
Komplikasi yang dapat terjadi setelah aspirasi dan skelosing yaitu infeksi, fibrosis,
nyeri ringan sampai berat pada daerah scrotum namun dapat juga terjadi hydrocele
rekurens

b. OPERASI

Hydrocelectomy dilakukan terutama untuk yang ‘true’ hydrocele. Ini adalah operasi
minor dimana dilakukan insisi pada scrotum ataupun abdomen bawah. Komplikasi yang
dapat terjadi myaitu hematom, infeksi, injuri pada jaringan maupun struktur scrotum.

Pengeluaran dengan pembedahan dapat dilakuan dengan dua cara : Ligasi tinggi

hidrokel atau dengan perbaikan hidrokel secara sederhana menurut prosedur Lord dan Bottle.

>> Ligasi Tinggi Hidrokel

Dengan melakukan sayatan kecil pada kulit transversa yang dibuat pada bagian tengah

diantara cincin inguinalis luar dan dalam. Kemudian buka fasia scarpa serta kuakkan fasia

oblikus dan cincin luar, selanjutnya dilakukan pembukaan pada fasia oblikus eksternus dengan

mengelevasi cincin luar dengan gunting dan insisi pada jaringan untuk menjaga tidak

terputusnya nervus ilioinguinal.

Cara lain adalah dengan melakukan insisi pada daerah aponeurosis dengan pisau bedah

diatas cincin luar dan dibagi dua menjadi bagian atas dan bawah dengan bantuan sebuah

gunting. Selanjutnya dipisahkan jaringan cremaster untuk melihat fasia spermatikus internus.

Kantung hernia biasanya berada di daerah anteromedial dan terlihat jelas walau kadang tidak

terlihat dengan baik. Letakkan hemostat pada bagian pinggir kantung dan secara hati-hati

dilakukan diseksi tumpul untuk memisahkan dinding kantung belakang dari bagian depan.

17
Jika hal ini sulit untuk mengidentifikasi kantung, dapat juga dengan mengeluarkan

testis dari dalam kemudian membuka tunika ke atas testis. Jepit kantung untuk mengurangi

perdarahan dan bagian yang terdapat didalamnya dan ligasi cincin bagian dalamnya.

Kemudian ikat dengan benang absorbable 4-0. Jika hidrokel lengket pada skrotum, buka daerah

perlengketan dari bagian kantung secara hati-hati. Tidak diperlukan memindahkan bagian

bawah kantung.

>> Perbaikan Hidrokel Sederhana

Tekan hidrokel pada bagian depan skrotum dan buat insisi kecil secara tranversa pada

kulit. Insisi melewati dartos menuju tunica vaginalis, dimana akan terlihat jaringan berwarna

biru. Diseksi tumpul dilakukan untuk memisahkan fasia dartos dari kantung hidrokel secara

melingkar untuk mengeluarkan hidrokel dan testis pada lapangan operasi. Lesi yang luas

dapat di aspirasi untuk melakukan insisi yang kecil. Buka tunica vaginalis, selain testis dan

epididimis, dan perhatikan bahwa kantung tidak berada diatasnya.

Ikat tunica vaginalis dengan benang absorbable 4.0 secara melingkar dan ambil sedikit

permukaan peritoneal beberapa sentimeter sehingga terlihat hubungannya dengan testis.

Letakkan enam sampai delapan benang secara melingkar yang dapat diikatkan pada tempat

ikatan sebelumnya. Tutup fasia dartos dan kulit dengan benang absorbable.

Perbaikan hidrokel sederhana menurut Lord dan Bottle ini tidaklah sepenuhnya aman.
Komplikasi yang dapat terjadi berupa infeksi, hematoma, luka pada vas deferens , dan
hidrokel yang berulang.

c. ASPIRASI

Yaitu mengeluarkan cairan dari scrotum dengan jarum. Aspirasi dapat menyebabkan
infeksi. Aspirasi terutama untuk pasien yang mempunyai resiko tinggi/tidak

18
memungkinkan untuk di operasi. Aspirasi adalah kontraindikasi jika dicurigai tumor
karena dengan aspirasi justru memudahkan terjadinya penyebaran dari sel malignan.

Pengeluaran cairan dapat dilakukan dengan Aspirasi, yaitu melakukan penyedotan untuk

mengurangi volume cairan yang ada. Namun tindakan ini tidak begitu berhasil oleh

karena dapat menyebabkan penimbunan cairan kembali, disamping efek samping berupa

infeksi.

J. Prognosis

Secara umum hydrocele sederhana dapat hilang sendiri tanpa intervensi. Tapi jika

dilakukan operasi pun mempunyai prognosa yang sangat baik

K. Komplikasi

Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel

permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi

testis.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Laurance SB.Barry AK.Jeffrey AS.Handbook Of Pediatric Urology.Wolters Kluwer.Third

Edition.China.2019

2. European association of urology. Pocket Guidelines.2019

3. European association of urology. Pocket Guidelines.2018

4.Prasad PG.Martin AK.Duncan TW.Willey Blacwell.Pediatric Urology.Surgical Complication

and management.Second Edition.USA.2015

5. Doyglas Canning.Antonie Khoury Joao Luiz PS.Steven GD.The Kelalis King Belman.Text

Book Of Clinical Pediatric Urology.Sixth Edition.CRC Press.Francis.2019

6. Philip M.Hanno.Thomas JG.Alan JW. PENN Clinical Manual Of Urology.Second

edition.Elsevier.Philadelphia.2014

7.Warrent T.Snodragss.Pediatric Urology. Evidence for Optimal Patint

Management.Depaetmen pediatric of University Texas Southwestrn Medical center.USA.2013

20

Anda mungkin juga menyukai