Universitas Sriwijaya
6
transportasi sungai dimana mineral berat dengan ukuran butir yang lebih besar
diendapkan dekat dengan sumbernya, sedangkan mineral berukuran kecil diendapkan
jauh dari sumbernya. Ciri-ciri dari endapan ini antara lain terdapat di daerah lembah
dan mempunyai bentuk butiran yang membundar.
Klasifikasi cadangan merupakan bagian dari sumber daya mineral yang
memenuhi kriteria fisik dan kimia dalam kaitannya dengan ketentuan penambangan
yang meliputi kadar, kualitas, ketebalan, kedalaman, dan dapat diasumsikan memiliki
nilai ekonomis apabila diproduksi berdasarkan kajian saat ini. Cadangan bijih timah
diklasifikasikan seperti tabel di bawah ini (Tabel 3.1) berdasarkan hasil dari
eksplorasi yang sudah dilakukan perusahaan.
1 Kosong 0-0,050
Universitas Sriwijaya
7
2.4.2 Morfologi
Pulau Bangka secara umum dapat dikatakan sebagai suatu daerah yang hampir
rata, karena telah mencapai stadium peneplain. Di atas dataran ini muncul beberapa
bukit yang letaknya saling terpisah dan merupakan gunung terpencil atau “monad
rock“. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa daerah Bangka sudah mencapai
tingkatan tua (Old Age Stage), karena itu wilayah Bangka terdiri dari satuan
morfologi rendah dan batuan morfologi perbukitan bergelombang.
Satuan morfologi ini terdiri dari endapan alluvial, rawa dan pantai yang
menempati bagian sebelah barat, timur dan utara wilayah Pulau Bangka dengan luas
sekitar 46% berketinggian kurang dari 50 meter di atas permukaan laut. Di bagian
barat dataran alluvial ini cukup luas dengan lebar ±1 km dari pantai serta terdapat di
sepanjang daerah sungai-sungai sepanjang pantai sebagai akibat pengaruh pasang
atau kenaikan permukaan laut.Sedangkan di bagian timur dan utara tidak begitu luas
lebarnya kurang dari 1 km dari pantai.
Universitas Sriwijaya
8
a. Aluvium berupa endapan permukaan yang terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil,
pasir, lempung, dan gambut, masa konozoikum zaman kuarter yang berumur
holosen.
b. Formasi Ranggam berupa perselingan batupasir, batu lempung dan batu
lempung tufaan dengan sisipan tipis batu lanau dan bahan organik, berlapis
baik,dengan struktur sedimen berupa perlapisan sejajar dan perlapisan silang
siur dengan tebal 150 m. Fosil yang dijupai antara lain moluska, Ammonia, sp ,
Quinqueloculina sp, dan Triloculina sp. dan menunjukkkan umur relatif tidak
lebih tua dari Miosen Akhir. Lingkungan pengendapan diduga fluviatil sampai
peralihan. Lokasi tipe Ranggam, dapat dikorelasikan dengan Formasi Kasai di
daerah Sumatera. Formasi Ranggam terdapat di daerah masa kenozoikum,
zaman tersier berumur pliosen.
c. Formasi Tanjung genting berupa perselingan batu pasir malih, batu pasir, batu
pasir lempungan dan batu pasir dengan lensa batu gamping, setempat dijumpai
oksida besi. Berlapis baik, terlipat kuat, terkekarkan dan tersesarkan, dengan
tebal lapisannya 250 m- 1.250 m. Di dalam batu gamping ditemui fosil
Montlivaultia molukkana (J. Wenner), Peronidella G (Willkess), Entrochus sp
dan Encrinus sp. Kumpulan fosil ini menunjukkan umur Trias, dengan
lingkungan pengendapan diperkirakan laut dangkal. Lokasi terdapat di Tanjung
Genting dan dapat dikorelasikan dengan Formasi Bintan. Diterobos oleh Granit
Kelabat dan menindih tak selarah Kompleks Pemali.
Universitas Sriwijaya
9
f. Kompleks pemali berupa filit dan sekis dengan sisipan kuarsit dan lensa batu
gamping terkekarkan, terlipat, tersesarkan dan diterobos oleh granit klabat, De
Roever (1951) menjumpai fosil berumur Perem pada batu gamping di dekat Air
Duren sebelah Selatan-Tenggara Pemali. Umur satuan diduga Perem masa
paleozoikum paleosen, dengan lokasi tipe di daerah Pemali.
Universitas Sriwijaya
10
dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk
deposit dan batuan samping.
Pembentukan mineral casiterit (SnO2) dan mineral berat lainnya, erat kaitannya
dengan batuan granitoid. Secara keseluruhan endapan bijih timah yang membentang
dari Myanmar Tengah hingga Paparan Sunda merupakan kelurusan sejumlah intrusi
batholit. Batuan induk yang mengandung bijih timah adalah granit, adamelit dan
granadiorit. Batholit yang mengandung bijih timah yang terdapat pada daerah Barat
ternyata lebih muda (akhir Kretasius) daripada daerah Timur (Trias).
Berdasarkan sejarah geologi pada zaman Yura-Kapur di daerah Paparan Sunda
terjadi intrusi-intrusi batuan granit. Hal ini merupakan pendapat dari teori Plate
Tektonik, dimana terdapat penekukan benua pada subduktion zona di garba.
Sehingga magmatik art muncul di sebelah utaranya, yaitu : yang menempati Pulau
Bangka, Pulau Belitung, Pulau Singkep, Pulau Karimun, Pulau Kundur dan sebagian
Pulau di Kalimantan Barat. Di daerah Pulau Bangka tersusun oleh formasi batuan
beku, batuan sedimen dan batuan sedimen.Batuan sedimen sendiri terdiri atas lapisan
tanah liat, lempung, lempung pasiran dan lainnya. Batuan sedimen ini juga
merupakan batuan tua yang mengalami penerobosan oleh intrusi batuan granit pada
batuan samping. Sehingga pada batuan sampingnya mengalami perubahan bentuk ke
batuan metasedimen.
Proses pembentukan bijih timah berasal dari magma cair yang mengandung
mineral cassiterite (SnO2). Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi,
maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih
diantaranya adalah bijih timah. Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan
granit maupun di dalam batuan samping yang diterobosnya, yang akhirnya
membentuk vein-vein. Jadi pada proses pembentukan bijih timah ada terdapat dua
sumber pembentukan , yaitu : pada batuan granit dan pada batuan samping yang
diterobosnya.
Endapan timah merupakan salah satu endapan aluvial, yang terbentuk karena
lapisan atau material hasil pengendapan yang belum terkonsolidasi dengan kuat.
Lapisan ini terdiri dari kerakal, kerikil, pasiran, lempungan atau kombinasi dari
Universitas Sriwijaya
11
semuanya. Ada dua jenis endapan timah yang dijumpai di daerah jalur timah
Indonesia ini, yaitu timah primer dan timah sekunder. Endapan timah primer
dijumpai umumnya berupa pengisian vein kuarsa-tourmalin yang tidak ekonomis
untuk dilakukan penambangan. Endapan timah sekunder adalah cadangan timah
utama yang ditambang oleh PT. Timah, Tbk. Berikut adalah jenis endapan timah,
yaitu :
a. Endapan Timah Primer
Endapan timah primer terbentuk akibat intrusi granit terjadi mineralisasi
yang terbentuk pada jalur kontak antara tubuh granit dengan batuan sedimen
atau metasedimen yang diintrusi. Tidak semua intrusi granit akan menghasilkan
endapan timah, hal ini sangat tergantung pada magma asal. Karena magma ini
ada yang mengandung unsur atau senyawa pembawa timah.Pada umumnya
bentuk endapan timah berupa vein yang terjadi pada saat intrusi granit
berlangsung pada batuan samping yang diintrusi, batuan ini akan terangkat
sedikit terlipat dan membentuk retakan-retakan yang hampir tegak dengan
tubuh granit lalu retakan tersebut diisi oleh larutan magma yang mengandung
timah.
b. Endapan Timah Sekunder
Pembentukan timah sekunder atau placer deposit didefinisikan sebagai
endapan mineral lerakan yang terbentuk secara konsentrasi mekanis dari
sumber-sumber mineral yang berasal dari batuan induk. Endapan timah
sekunder akan terbentuk melalui beberapa proses, sebagai berikut :
1) Pelapukan
Batuan yang berada di permukaan akan mengalami pelapukan akibat
adanya proses eksogen baik pelapukan fisik maupun kimia. Faktor-faktor
penyebab pelapukan adalah:
a. Perubahan suhu (temperatur)
b. Air (air tanah dan air permukaan)
c. Unsur organis atau kelebatan vegetasi
d. Komposisi mineral pada batuan
Universitas Sriwijaya
12
Universitas Sriwijaya
13
dibawa oleh air ketempat yang lebih rendah. Daya angkut air untuk
mentransportasi material hasil rombakan tersebut tergantung pada kecepatan
aliran dan besarnya volume air yang bergerak pada tingkat kekeruhannya.
Material atau fragmen batuan yang berukuran besar tidak akan terangkut
jauh dari sumbernya dan sebaliknya untuk material yang berukuran halus
akan tertransportasi sangat jauh bahkan sampai ke laut.
4) Pengendapan
Seperti yang telah kita ketahui dari suatu sistem sungai dimana setelah
terjadi pengikisan pada material lalu terbawa oleh air, material tersebut akan
diendapkan pada bagian terendah (lembah). Namun demikian, pengendapan
juga terjadi pada daerah hulu atau bagian tengah. Ini sangat tergantung pada
kecepatan air, jumlah muatan sedimen dalam sungai serta berat jenis dari
mineral yang diendapkan.
Umumnya apabila kita menyusuri sungai akan tampak bahwa material
yang besar-besar akan diendapkan pada daerah hulu sehingga dapat
dikatakan semakin jauh terendapkannya material dari batuan sumbernya
maka butiran atau fragmen material akan semakin halus.
Universitas Sriwijaya
14
Pengetahuan ini sangat berguna bagi kita untuk mengetahui posisi dari
peletakan mineral bijih maupun material kerikil dan pasiran dalam suatu
daerah pengendapan alluvial. Dari bermacam-macam endapan aluvial,
hubungannya satu lingkungan pengendapan dengan lingkungan
pengendapan lainnya akan memiliki perbedaan karakteristik endapan
alluvial. Pada lokasi cadangan lepas pantai Laut Kebiang, endapan bijih
timah (Sn) tersebut berasal dari endapan bijih timah primer (Sn) yang
mengalami proses sedimentasi. Sehingga akhirnya berubah bentuk menjadi
endapan bijih timah sekunder yang terdiri dari : endapan elluvial, endapan
kollovial, endapan alluvial, mincang dan endapan disseminated (Gambar
2.2).
Universitas Sriwijaya
15
Sebenarnya masih ada mineral lain yang mengandung bijih timah namun
karena mineral tersebut ke dalam mineral kompleks sehingga kurang mendapat
perhatian karena memerlukan energi dan biaya yang lebih besar dalam proses
pemisahan untuk mendapatkan unsur timah (Sn) nya saja. Mineral tersebut seperti
stannite (Cu2FeSnS4) yang merupakan mineral kompleks antara tembaga, besi, timah,
dan belerang. Mineral lainnya yang mengandung timah yaitu cylindrite
(PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbal, timah, besi, antimon, dan
belerang (Gambar 2.4).
Endapan bijih timah dalam cassiterite umumnya berasal dari magma granitic,
yaitu magma larutan yang bersifat asam (pembentukan granit) sehingga keterdapatan
endapan timah berhubungan erat dengan terdapatnya batuan granit. Adapun sifat fisik
dari mineral cassiterite dengan rumus kimia SnO2, warnanya coklat hingga hitam,
kekerasannya 6 sampai 7, gores coklat terang ke abu-abuan hingga putih, belahannya
baik, sistem Kristal Tetragonal; 4/m 2/m 2/m, kilap Sub-metalic, Admantine,
transparansi Opaque dan specific gravity antara 6,8 sampai 7.
Universitas Sriwijaya
16
Sedangkan setelah dilebur menjadi logam, timah memiliki sifat fisik logam
timah berwarna perak keputihan, dengan sifat kelenturan ductile, dan memiliki
struktur kristal yang tinggi. Dalam keadaan normal (13-160 oC) logam ini bersifat
mengkilap dan mudah di bentuk. Timah juga tidak mudah teroksidasi dalam udara,
sehingga tahan karat. Jika timah dipanaskan dengan adanya udara, maka akan
terbentuk timah oksida (SnO2). Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4 dan beberapa
pelarut organik, seperti asam asetat, asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut
dalam basa kuat, seperti NaOH, dan KOH.Timah umumnya memiliki bilangan
oksidasi +2 dan +4. Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn
(IV) klorida, dan hidirida timah yang stabil hanyalah SnH4. Ringkasan sifat fisik
logam timah dapat dilihat pada (Tabel 2.2).
Universitas Sriwijaya
17
Sumber: CRC Handbook of Chemistry and Physics (ed. ke-86). Boca Raton (FL):
CRC Press. ISBN 0-8493-0486-5.
Universitas Sriwijaya
18
Sumber: CRC Handbook of Chemistry and Physics(ed. ke-86). Boca Raton (FL):
CRC Press. ISBN 0-8493-0486-5.
Universitas Sriwijaya
19
Universitas Sriwijaya
20
Universitas Sriwijaya
21
utih
Universitas Sriwijaya
22
Bentuk dasar dari ponton sebelah ujung bagian haluan dan buritan dibuat
melengkung, maksudnya agar ponton tidak mudah kandas di lapangan kerja,
disamping itu untuk memudahkan gerak maju maupun mundurnya kapal keruk.
Ponton terbagi dengan dinding-dinding dalam beberapa tangki yang disebut
dengan kompartemen. Kompartemen ini adalah bagian ruangan yang kedap air.
Tangki atau kompartemen ini selain berfungsi sebagai penguat konstruksi dari ponton
itu sendiri, gunanya juga untuk keamanan kapal keruk diwaktu ada kebocoran di
salah satu bagian dari ponton.
Secara garis besar bagian utama pada kapal keruk adalah sebagai berikut :
1. Alat Apung (Ponton)
Ponton ini adalah bagian dasar/kumpulan dari beberapa tangki atau
kompartemen yang membentuk suatu badan kapal. Selain sebagai alat apung,
ponton juga berfungsi untuk menyimpan bahan bakar solar dan air tawar.
Ponton ini juga merupakan sebuah konstruksi dengan bentuk persegi panjang,
tertutup, dan dapat mengapung yang merupakan bagian dasar dari sebuah kapal
keruk.
2. Ladder
Ladder adalah kumpulan dari plat baja yng berbentuk setengah segitiga
setengah persegi panjang, yang berfungsi sebagai tempat atau jalur dimana
tempat bucket melakukan rotasi. Panjang dari ladder ini sangat menentukan
untuk mencapa kedalaman gali, setiap kapal keruk mempunyai panjang ladder
yang berbeda-beda. Ujung ladder dipasang onroll sebagai media untuk bucket
bergerak sesuai jalur pada ladder dan pangkal ladder dipasang as atau stang
ladder (lier) sebagai tumpuan bagi naik turunnya ladder dalam proses
penggalian. Kinerja ladder sangat ditentukan oleh keahlian operator yang
mengendalikan kawat ladder sesuai dengan kedalaman penggalian.
3. Mangkok (Bucket)
Mangkok (Bucket) adalah suatu wadah yang menyerupai mangkok yang
mempunyai funsgi sebagai alat gali yang disusun dalam bentuk rantai, seperti
rantai sepeda. Mangkok-mangkok tersebut dihubungkan dengan sistem
Universitas Sriwijaya
23
Universitas Sriwijaya
24
Universitas Sriwijaya
25
ladder seperti halnya rantai sepeda dimana ladder diturunkan hingga mencapai dasar
laut, lalu mangkok yang bergerak pada ladder akan menggali lapisan tanah yang
berada di dasar laut lalu bergerak keatas mengikuti ladder hingga menuju permukaan
laut dan akhirnya endapan di tamping pada kapal keruk. Gaya-gaya yang bekerja
dalam proses penggalian adalah :
1. Gaya tekan dari ladder kapal ke lapisan endapan.
2. Gaya tarik antara kawat dan kapal.
3. Gaya gesek antara bucket dan lapisan endapan.
Akibat dari gabungan ketiga gaya tersebut maka terjadilah penggalian lapisan
endapan yang pada dasarnya dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Digging Action, yaitu proses penggalian oleh mangkok-mangkok yang
berputar-putar melalui pembalik bawah (onder roll).
2. Filling Action, yaitu proses pengisian mangkok dari runtuhan tanah yang berada
diatas mangkok.
Selain dari pergerakan bucket dan ladder, kapal keruk juga melakukan
pergerakkan dengan dibantu oleh jangkar, winch, central lier, sehingga kapal keruk
dapat bergerak maju mundur hingga kesamping kanan atau kiri untuk menggali
endapan bijih timah pada wilayah rencana kerja. Sistem pergerakan kapal keruk
menggunakan jangkar dan winch dikarenakan Kapal Keruk tidak memiliki mesin
penggerak untuk berpindah tempat. Oleh karena itu proses pemindahan kapal keruk
dari satu wilayah perairan ke perairan lain (relokasi) perlu ditarik menggunakan tag
boat.
Universitas Sriwijaya
26
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
28
Universitas Sriwijaya
29
3. Sistem Kombinasi
Sistem Kombinasi adalah sistem penggalian pada Kapal Keruk yang
menggabungkan 2 sistem penggalian, yaitu sistem maju dan sistem tekan.
Penggalian lapisan tanah atas menggunakan sistem maju, dengan cara menggali
secara bertahap hingga mencapai lapisan tanah bertimah/kaksa.
Selanjutnya Kapal Keruk mundur untuk melakukan penggalian lapisan
tanah bertimah/kaksa dengan sistem tekan hingga mencapai batas kong/batuan
dasar.
Keuntungan menggunakan sistem kombinasi adalah :
a. Penggalian lapisan tanah bertimah/kaksa lebih bersih.
b. Penggalian lapisan tanah atas cepat selesai, karena Kapal Keruk maju
sepanjang 2-3 trap.
Kerugian menggunakan kombinasi adalah :
a. Waktu banyak terbuang untuk mundur kapal saat penggalian tanah.
b. Biaya produksi tinggi.
Universitas Sriwijaya
30
1. Mangkok (Bucket)
Bucket adalah suatu wadah yang menyerupai mangkok yang mempunyai fungsi
sebagai alat gali yang disusun dalam bentuk rantai, seperti rantai sepeda.
2. Ladder
Ladder merupakan komponen kapal keruk sebagai tempat dimana seluruh
ladder roll terpasang, yang berfungsi sebagai lintasan rantai bucket.
3. Ladder Roll
Ladder roll ini berfungsi sebagai penghantar rantai mangkok dari pembalik
bawah (onder roll) menuju pembalik atas (sixkant).
4. Pembalik Bawah (Onder Roll)
Onder roll ini merupakan suatu poros membentuk silinder yang terdapat di
bagian ujung bawah ladder yang mempunyai fungsi sebagai pembalik rantai
mangkok dari bagian bawah dan memperlancar jalannya rantai mangkok dari
bagian bawah menuju keatas.
5. Pembalik atas (Sixkant)
Sixkant ini merupakan suatu poros yang berbentuk segi enam yang terletak pada
bagian atas ujung ladder dan yang berfungsi untuk menggerakkan rantai
mangkok agar hasil galian dapat masuk ke storebak.
Universitas Sriwijaya
31
Universitas Sriwijaya
32
4. Bandar Tailing
Bandar tailing merupakan tempat pembuangan tailing dari jig primer dan jig
sekunder.
5. Bandar Batu
Bandar batu merupakan tempat pembuangan tailing dari saring putar.
6. Bak Final Konsentrat
Bak final ini merupakan sebuah bak untuk menampung konsentrat akhir bijih
timah.
7. Pompa Underwater, Middling, Konsentrat, dan Spray Water
Pompa-pompa ini merupakan alat pendukung yang digunakan untuk dapat
mentrasportasikan material-material.
Universitas Sriwijaya