Anda di halaman 1dari 28

5

Endapan bijih pada dasar laut merupakan endapan sekunder, yaitu


endapan yang telah mengalami perpindahan dari sumber atau tempat asalnya.
Pada umumnya, endapan bijih timah sekunder yang berada pada lapisan kaksa
merupakan endapan aluvial, yaitu endapan yang terjadi karena tertransportasi
jauh dari sumbernya oleh sungai. Semakin jauh dari sumbernya, ukuran dari
mineral yang diendapkan makin kecil.
c. Lapisan Kong (Bedrock)
Lapisan kong merupakan lapisan tanah keras yang terletak di bawah
lapisan kaksa, dimana pada lapisan ini tidak mengandung timah atau hanya
sedikit mengandung timah sehingga tidak ekonomis untuk digali. Penggalian
biasanya hanya dilakukan sampai batas kong, yaitu batas antara lapisan kaksa
dan lapisan kong dimana sketsa lapisan kedudukan tanah pada endapan
cadangan timah dapat kita lihat di bawah ini pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Sketsa kedudukan lapisan tanah (Sutedjo, 2009)

2.3 Jenis Endapan dan Klasifikasi Kekayaan Bijih Timah


Endapan bijih timah di wilayah perairan atau laut merupakan endapan
sekunder. Dimana endapan timah sekunder yang ditemui pada umumnya adalah
endapan alluvial. Endapan alluvial ini merupakan endapan yang terjadi karena proses

Universitas Sriwijaya
6

transportasi sungai dimana mineral berat dengan ukuran butir yang lebih besar
diendapkan dekat dengan sumbernya, sedangkan mineral berukuran kecil diendapkan
jauh dari sumbernya. Ciri-ciri dari endapan ini antara lain terdapat di daerah lembah
dan mempunyai bentuk butiran yang membundar.
Klasifikasi cadangan merupakan bagian dari sumber daya mineral yang
memenuhi kriteria fisik dan kimia dalam kaitannya dengan ketentuan penambangan
yang meliputi kadar, kualitas, ketebalan, kedalaman, dan dapat diasumsikan memiliki
nilai ekonomis apabila diproduksi berdasarkan kajian saat ini. Cadangan bijih timah
diklasifikasikan seperti tabel di bawah ini (Tabel 3.1) berdasarkan hasil dari
eksplorasi yang sudah dilakukan perusahaan.

Tabel 2.1 Klasifikasi kekayaan timah (Bidang Evaluasi Produksi UPLB)

No. Simbol Nama Kekayaan (Kg/m3)

1 Kosong 0-0,050

2 Cabang Satu 0,051-0,10

3 Cabang Dua 0,101-0,20

4 Cabang Tiga 0,201-0,250

5 Cabang Empat 0,251-0,30

6 Cabang Lima 0,301-0,350

7 Seperempat Hitam 0,351-0,450

8 Setengah Hitam 0,451-0,90

9 Hitam Penuh 0,901-1,5

10 Mata Ayam 1,51-2,50

Universitas Sriwijaya
7

Mata Ayam Cabang


11 >2,50
Satu

2.4 Topografi dan Morfologi Daerah


2.4.1 Topografi
Bentang alam Pulau Bangka secara umum merupakan dataran rendah, kecuali
pada daerah-daerah tertentu bergelombang (berbukit) dengan puncak yang jarang
mempunyai ketinggian 500 m. Relief yang terjadi pada umumnya tidak begitu besar,
terdapat sejumlah gunung, yakni bagian utara terdapat Gunung Maras (700 m),
bagian barat terdapat Gunung Menumbing (450m), di bagian tengah terdapat Gunung
Mangkol (380 m), dan di daerah Bangka Utara terdapat Gunung Pelawan.
Laut sekitarnya yang dangkal dibentuk oleh lembah-lembah dan sungaisungai
yang tenggelam berisi endapan alluvial yang mengandung bijih timah yang
kedalamannya jarang melebihi 50 meter.

2.4.2 Morfologi
Pulau Bangka secara umum dapat dikatakan sebagai suatu daerah yang hampir
rata, karena telah mencapai stadium peneplain. Di atas dataran ini muncul beberapa
bukit yang letaknya saling terpisah dan merupakan gunung terpencil atau “monad
rock“. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa daerah Bangka sudah mencapai
tingkatan tua (Old Age Stage), karena itu wilayah Bangka terdiri dari satuan
morfologi rendah dan batuan morfologi perbukitan bergelombang.
Satuan morfologi ini terdiri dari endapan alluvial, rawa dan pantai yang
menempati bagian sebelah barat, timur dan utara wilayah Pulau Bangka dengan luas
sekitar 46% berketinggian kurang dari 50 meter di atas permukaan laut. Di bagian
barat dataran alluvial ini cukup luas dengan lebar ±1 km dari pantai serta terdapat di
sepanjang daerah sungai-sungai sepanjang pantai sebagai akibat pengaruh pasang
atau kenaikan permukaan laut.Sedangkan di bagian timur dan utara tidak begitu luas
lebarnya kurang dari 1 km dari pantai.

Universitas Sriwijaya
8

2.5 Geologi Daerah


2.5.1 Keadaan Geologi Regional
Berdasarkan peta geologi lembar Bangka Utara, Sumatera pada (Lampiran 1),
maka geologi daerah Bangka Utara dapat dibagi sebagai berikut.

a. Aluvium berupa endapan permukaan yang terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil,
pasir, lempung, dan gambut, masa konozoikum zaman kuarter yang berumur
holosen.
b. Formasi Ranggam berupa perselingan batupasir, batu lempung dan batu
lempung tufaan dengan sisipan tipis batu lanau dan bahan organik, berlapis
baik,dengan struktur sedimen berupa perlapisan sejajar dan perlapisan silang
siur dengan tebal 150 m. Fosil yang dijupai antara lain moluska, Ammonia, sp ,
Quinqueloculina sp, dan Triloculina sp. dan menunjukkkan umur relatif tidak
lebih tua dari Miosen Akhir. Lingkungan pengendapan diduga fluviatil sampai
peralihan. Lokasi tipe Ranggam, dapat dikorelasikan dengan Formasi Kasai di
daerah Sumatera. Formasi Ranggam terdapat di daerah masa kenozoikum,
zaman tersier berumur pliosen.

c. Formasi Tanjung genting berupa perselingan batu pasir malih, batu pasir, batu
pasir lempungan dan batu pasir dengan lensa batu gamping, setempat dijumpai
oksida besi. Berlapis baik, terlipat kuat, terkekarkan dan tersesarkan, dengan
tebal lapisannya 250 m- 1.250 m. Di dalam batu gamping ditemui fosil
Montlivaultia molukkana (J. Wenner), Peronidella G (Willkess), Entrochus sp
dan Encrinus sp. Kumpulan fosil ini menunjukkan umur Trias, dengan
lingkungan pengendapan diperkirakan laut dangkal. Lokasi terdapat di Tanjung
Genting dan dapat dikorelasikan dengan Formasi Bintan. Diterobos oleh Granit
Kelabat dan menindih tak selarah Kompleks Pemali.

d. Granit Klabat berupa batuan, granodiorit, adamalit,diorite dan diorit kuarsa,


serta dijumpai retas aplit dan pegmatite. Terkekarkan dan tersesarkan dan
menerobos diabas Penyabung. Umur dari analisa radiometri menunjukkan umur
217±5 atau Trias Akhir masa mesozoikum jura.

Universitas Sriwijaya
9

e. Diabas Penyabung, berupa batuan diabas, terkekarkan dan tersesarkan,


diterobos oleh granit Klabat dan menerobos Kompleks Malihan Pemali. Umur
diperkirakan pada usia perem atau masa trias jurasic mesozoikum.

f. Kompleks pemali berupa filit dan sekis dengan sisipan kuarsit dan lensa batu
gamping terkekarkan, terlipat, tersesarkan dan diterobos oleh granit klabat, De
Roever (1951) menjumpai fosil berumur Perem pada batu gamping di dekat Air
Duren sebelah Selatan-Tenggara Pemali. Umur satuan diduga Perem masa
paleozoikum paleosen, dengan lokasi tipe di daerah Pemali.

2.5.2 Stratigrafi Regional


Susunan formasi batuan secara stratigrafi dari yang berumur tua ke muda
adalah sebagai berikut : Kompleks Pemali, Granat Klabat, Formasi Tanjung genting,
Formasi Ranggam, dan Alluvium.

2.5.3 Struktur Geologi Regional


Struktur geologi regional berupa sesar naik, sesar geser, sesar normal, lipatan,
kekar dan kelurusan.Lipatan terjadi pada batuan Perm dan Trias dan terpotong oleh
sesar-sesar. Periukan terjadi dalam tiga tahap.Tahap pertama yang berarah timur laut
– barat daya, terbentuk pada Paleozoikum Akhir, kedua berarah barat laut – tenggara
pada Trias – Jura dan ketiga berarah timur laut – barat daya pada kapur. Pola sesar
yang berarah utara – selatan merupakan fasa (pola) sesar yang paling muda.

2.6 Keadaan Endapan Timah


2.6.1 Ganesa Endapan Timah
Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite (SnO2).
Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan magma
asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan
intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas
maupun cairan, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena tekanan

Universitas Sriwijaya
10

dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk
deposit dan batuan samping.
Pembentukan mineral casiterit (SnO2) dan mineral berat lainnya, erat kaitannya
dengan batuan granitoid. Secara keseluruhan endapan bijih timah yang membentang
dari Myanmar Tengah hingga Paparan Sunda merupakan kelurusan sejumlah intrusi
batholit. Batuan induk yang mengandung bijih timah adalah granit, adamelit dan
granadiorit. Batholit yang mengandung bijih timah yang terdapat pada daerah Barat
ternyata lebih muda (akhir Kretasius) daripada daerah Timur (Trias).
Berdasarkan sejarah geologi pada zaman Yura-Kapur di daerah Paparan Sunda
terjadi intrusi-intrusi batuan granit. Hal ini merupakan pendapat dari teori Plate
Tektonik, dimana terdapat penekukan benua pada subduktion zona di garba.
Sehingga magmatik art muncul di sebelah utaranya, yaitu : yang menempati Pulau
Bangka, Pulau Belitung, Pulau Singkep, Pulau Karimun, Pulau Kundur dan sebagian
Pulau di Kalimantan Barat. Di daerah Pulau Bangka tersusun oleh formasi batuan
beku, batuan sedimen dan batuan sedimen.Batuan sedimen sendiri terdiri atas lapisan
tanah liat, lempung, lempung pasiran dan lainnya. Batuan sedimen ini juga
merupakan batuan tua yang mengalami penerobosan oleh intrusi batuan granit pada
batuan samping. Sehingga pada batuan sampingnya mengalami perubahan bentuk ke
batuan metasedimen.
Proses pembentukan bijih timah berasal dari magma cair yang mengandung
mineral cassiterite (SnO2). Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi,
maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih
diantaranya adalah bijih timah. Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan
granit maupun di dalam batuan samping yang diterobosnya, yang akhirnya
membentuk vein-vein. Jadi pada proses pembentukan bijih timah ada terdapat dua
sumber pembentukan , yaitu : pada batuan granit dan pada batuan samping yang
diterobosnya.
Endapan timah merupakan salah satu endapan aluvial, yang terbentuk karena
lapisan atau material hasil pengendapan yang belum terkonsolidasi dengan kuat.
Lapisan ini terdiri dari kerakal, kerikil, pasiran, lempungan atau kombinasi dari

Universitas Sriwijaya
11

semuanya. Ada dua jenis endapan timah yang dijumpai di daerah jalur timah
Indonesia ini, yaitu timah primer dan timah sekunder. Endapan timah primer
dijumpai umumnya berupa pengisian vein kuarsa-tourmalin yang tidak ekonomis
untuk dilakukan penambangan. Endapan timah sekunder adalah cadangan timah
utama yang ditambang oleh PT. Timah, Tbk. Berikut adalah jenis endapan timah,
yaitu :
a. Endapan Timah Primer
Endapan timah primer terbentuk akibat intrusi granit terjadi mineralisasi
yang terbentuk pada jalur kontak antara tubuh granit dengan batuan sedimen
atau metasedimen yang diintrusi. Tidak semua intrusi granit akan menghasilkan
endapan timah, hal ini sangat tergantung pada magma asal. Karena magma ini
ada yang mengandung unsur atau senyawa pembawa timah.Pada umumnya
bentuk endapan timah berupa vein yang terjadi pada saat intrusi granit
berlangsung pada batuan samping yang diintrusi, batuan ini akan terangkat
sedikit terlipat dan membentuk retakan-retakan yang hampir tegak dengan
tubuh granit lalu retakan tersebut diisi oleh larutan magma yang mengandung
timah.
b. Endapan Timah Sekunder
Pembentukan timah sekunder atau placer deposit didefinisikan sebagai
endapan mineral lerakan yang terbentuk secara konsentrasi mekanis dari
sumber-sumber mineral yang berasal dari batuan induk. Endapan timah
sekunder akan terbentuk melalui beberapa proses, sebagai berikut :
1) Pelapukan
Batuan yang berada di permukaan akan mengalami pelapukan akibat
adanya proses eksogen baik pelapukan fisik maupun kimia. Faktor-faktor
penyebab pelapukan adalah:
a. Perubahan suhu (temperatur)
b. Air (air tanah dan air permukaan)
c. Unsur organis atau kelebatan vegetasi
d. Komposisi mineral pada batuan

Universitas Sriwijaya
12

e. Struktur geologi yang terdapat pada batuan


Akibat dari pelapukan ini, batuan yang keras dan besar berubah
menjadi batuan kecil, peristiwa ini disebut sebagai pelapukan fisik,
sedangkan bila batuan tersebut dipengaruhi oleh unsur organik atau air
sehingga mineral yang terdapat dalam batuan itu bersenyawa karena proses
kimia dan menyebabkan batuan tersebut berubah menjadi lunak atau menjadi
mineral lain, peristiwa ini disebut dengan pelapukan kimia.
2) Erosi
Erosi merupakan proses pengikisan terhadap batuan atau lapisan tanah
di manapun berada seperti di pegunungan, di dataran, di padang pasir, di
pantai maupun di laut. Media yang dapat dijadikan sebagai penyebab
terjadinya erosi terdiri dari beberapa macam, yaitu: air mengalir, ombak,
angin.Umumnya erosi ini sangat aktif pada daerah hulu atau daerah dimana
terjadinya intrusi dan memiliki kemiringan permukaan yang besar.Dengan
kecepatan yang tinggi maka mengakibatkan daya kikis akan membawa
butiran-butiran tanah yang terkikis. Ada beberapa istilah yang dikenal
berkaitan dengan proses erosi sebagai berikut:
a. Erosi adalah kikisan yang terjadi pada lembah-lembah, bukitbukit
ataupun pegunungan yang disebabkan oleh air yang mengalir di
permukaan bumi.
b. Abrasi adalah kikisan yang terjadi di pantai yang disebabkan oleh
ombak.
c. Eolin adalah kikisan yang terjadi di gurun-gurun yang disebabkan oleh
angin.
Pada endapan sungai alluvial, maka air sangat berperan utama sebagai
media di dalam proses pengikisan terhadap batuan, lalu mengangkut dan
mengendapkannya pada daerah yang jauh dari tempat asalnya.
3) Transportasi
Material-material yang sudah mengalami pelapukan akan dengan
mudah terlepas dan kemudian terkikis, butiran-butiran hasil erosi ini akan

Universitas Sriwijaya
13

dibawa oleh air ketempat yang lebih rendah. Daya angkut air untuk
mentransportasi material hasil rombakan tersebut tergantung pada kecepatan
aliran dan besarnya volume air yang bergerak pada tingkat kekeruhannya.
Material atau fragmen batuan yang berukuran besar tidak akan terangkut
jauh dari sumbernya dan sebaliknya untuk material yang berukuran halus
akan tertransportasi sangat jauh bahkan sampai ke laut.
4) Pengendapan
Seperti yang telah kita ketahui dari suatu sistem sungai dimana setelah
terjadi pengikisan pada material lalu terbawa oleh air, material tersebut akan
diendapkan pada bagian terendah (lembah). Namun demikian, pengendapan
juga terjadi pada daerah hulu atau bagian tengah. Ini sangat tergantung pada
kecepatan air, jumlah muatan sedimen dalam sungai serta berat jenis dari
mineral yang diendapkan.
Umumnya apabila kita menyusuri sungai akan tampak bahwa material
yang besar-besar akan diendapkan pada daerah hulu sehingga dapat
dikatakan semakin jauh terendapkannya material dari batuan sumbernya
maka butiran atau fragmen material akan semakin halus.

Universitas Sriwijaya
14

Gambar 2.2. Jenis Endapan Timah (Lubis, 2007)

Pengetahuan ini sangat berguna bagi kita untuk mengetahui posisi dari
peletakan mineral bijih maupun material kerikil dan pasiran dalam suatu
daerah pengendapan alluvial. Dari bermacam-macam endapan aluvial,
hubungannya satu lingkungan pengendapan dengan lingkungan
pengendapan lainnya akan memiliki perbedaan karakteristik endapan
alluvial. Pada lokasi cadangan lepas pantai Laut Kebiang, endapan bijih
timah (Sn) tersebut berasal dari endapan bijih timah primer (Sn) yang
mengalami proses sedimentasi. Sehingga akhirnya berubah bentuk menjadi
endapan bijih timah sekunder yang terdiri dari : endapan elluvial, endapan
kollovial, endapan alluvial, mincang dan endapan disseminated (Gambar
2.2).

2.6.2 Sifak Fisik Bijih Timah


Timah di alam tidak ditemukan dalam unsur murninya, tetapi tergabung dengan
unsur dan mineral lain dalam bentuk senyawa.Timah yang ditemukan saat ini
diperoleh dari mineral cassiterite (Gambar 2.3). Cassiterite merupakan mineral
oksida, yaitu persenyawaan antara timah dan oksigen dengan rumus kimia SnO2.
Kandungan timah dalam cassiterite berkisar 78%.

Universitas Sriwijaya
15

Gambar 2.3 Mineral Cassiterite ( KK 21 Singkep 1, 2019)

Sebenarnya masih ada mineral lain yang mengandung bijih timah namun
karena mineral tersebut ke dalam mineral kompleks sehingga kurang mendapat
perhatian karena memerlukan energi dan biaya yang lebih besar dalam proses
pemisahan untuk mendapatkan unsur timah (Sn) nya saja. Mineral tersebut seperti
stannite (Cu2FeSnS4) yang merupakan mineral kompleks antara tembaga, besi, timah,
dan belerang. Mineral lainnya yang mengandung timah yaitu cylindrite
(PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbal, timah, besi, antimon, dan
belerang (Gambar 2.4).

Endapan bijih timah dalam cassiterite umumnya berasal dari magma granitic,
yaitu magma larutan yang bersifat asam (pembentukan granit) sehingga keterdapatan
endapan timah berhubungan erat dengan terdapatnya batuan granit. Adapun sifat fisik
dari mineral cassiterite dengan rumus kimia SnO2, warnanya coklat hingga hitam,
kekerasannya 6 sampai 7, gores coklat terang ke abu-abuan hingga putih, belahannya
baik, sistem Kristal Tetragonal; 4/m 2/m 2/m, kilap Sub-metalic, Admantine,
transparansi Opaque dan specific gravity antara 6,8 sampai 7.

Universitas Sriwijaya
16

Gambar 2.4. Mineral Cassierite Bersama Mineral Ikutannya

Sedangkan setelah dilebur menjadi logam, timah memiliki sifat fisik logam
timah berwarna perak keputihan, dengan sifat kelenturan ductile, dan memiliki
struktur kristal yang tinggi. Dalam keadaan normal (13-160 oC) logam ini bersifat
mengkilap dan mudah di bentuk. Timah juga tidak mudah teroksidasi dalam udara,
sehingga tahan karat. Jika timah dipanaskan dengan adanya udara, maka akan
terbentuk timah oksida (SnO2). Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4 dan beberapa
pelarut organik, seperti asam asetat, asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut
dalam basa kuat, seperti NaOH, dan KOH.Timah umumnya memiliki bilangan
oksidasi +2 dan +4. Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn
(IV) klorida, dan hidirida timah yang stabil hanyalah SnH4. Ringkasan sifat fisik
logam timah dapat dilihat pada (Tabel 2.2).

Tabel 2.2. Sifat Fisik Logam Timah

SIFAT FISIK KETERANGAN


Fase solid
Massa jenis(mendekati suhu kamar) (white) 7.365 g·cm−3
Massa jenis(mendekati suhu kamar) (gray) 5.769 g·cm−3
Massa jenis cairan pada t.l. 6.99 g·cm−3

Universitas Sriwijaya
17

Titik lebur 505.08 K, 231.93 °C,


449.47 °F
Titik didih 2875 K, 2602 °C,
4716 °F
Kalor peleburan (white) 7.03 kJ·mol−1
Kalor penguapan (white) 296.1
kJ·mol−1
Kapasitas kalor (white) 27.112
J·mol−1·K−1
Kalor Jenis 27,112 J/mol K
Panas Fusi 4,77 kJ/mol
Skala Mohs 1,5

Sumber: CRC Handbook of Chemistry and Physics (ed. ke-86). Boca Raton (FL):
CRC Press. ISBN 0-8493-0486-5.

Mineral cassiterite ini di alam ditemukan bersamaan dengan mineral ikutan


lainnya. Setelah mengalami proses pemisahan atau pencucian barulah mineral ini
dipisahkan hingga didapatkan mineral cassiteritenya saja. Mineral cassiterite ini lah
yang kemudian dilebur untuk didapatkan unsur Sn nya saja. Peleburan unsur Sn pada
PT.Timah, Tbk dilakukan di Pusat Peleburan Bijih Timah (PPBT) di Mentok,
Bangka Belitung. Setelah menjadi logam, timah memiliki sifat fisik yang berbeda
dengan mineral pembawanya.

2.6.3 Sifat Kimiawi Bijih Timah


Sifat kimia adalah sifat yang dimiliki zat yang berhubungan dengan reaksi kima
jika zat tersebut diberikan perubahan suhu, dan reaksi kimia lainnya dimana dapat
dilihat pada (Tabel 2.3).

Tabel 2.3. Sifat Kimia Logam Timah

SIFAT KIMIA KETERANGAN


Nama dalam tabel Sn (Stannum)
periodic
No atom 50

Universitas Sriwijaya
18

Massa atom standar 118,710


Golongan/ Periode/ Blok 14/ 5/ p
Jenis Unsur Logam pasca transisi
Konfigurasi Elektron [Kr] 4d105s25p2 |
2,8,18,18,4
Bilangan oksidasi 4, 2, -4 (oksida
ampfoter)
Elektronegativitas 1.96 (skala Pauling)
Energi ionisasi pertama: 708.6
−1
kJ·mol ke-2: 1411.8
kJ·mol−1 ke-3: 2943.0
kJ·mol−1
Jari-jari atom 140 pm
Jari-jari kovalen 139±4 pm

Sumber: CRC Handbook of Chemistry and Physics(ed. ke-86). Boca Raton (FL):
CRC Press. ISBN 0-8493-0486-5.

2.7 Mineral-mineral dalam Penambangan Timah


Mineral-mineral dalam penambangan timah terdiri dari mineral utama dan
mineral ikutan berharga, dan mineral pengotor lainnya.Mineral-mineral ini memiliki
sifat fisik dan kimia masing-masing, ada yang dapat dilihat secara langsung dan ada
pula yang hanya dapat dilihat dengan analisa mikroskop.

2.7.1 Mineral Utama


Mineral utama yang diproses oleh Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT)
adalah mineral cassiterite (SnO2). Warna cassiterite bervariasi antara lain berwarna
kuning kecoklatan, kuning kemerahan, coklat kehitaman, hingga coklat tua dengan
berat jenis antara 6,8 – 7,1 gr/cm 3. Mineral cassiterite permukaannya mengkilap dan
berminyak. Umumnya tidak tembus cahaya, tetapi lapisan permukaan kristalnya
berkilau. Keberadaannya ada yang primer ada pula yang alluvial.

Universitas Sriwijaya
19

2.7.2 Mineral Ikutan Berharga


Secara umum mineral berharga yang dibawa oleh mineral cassiterite dan
mineral ikutan berharga yang diproses yaitu:
a. Ilmenite (FeTiO3)
Umumnya ilmenite berwarna hitam besi atau hitam keabu-abuan, memiliki
berat jenis 4,5 – 5 gr/cm 3 dan bersifat konduktor serta ferromagnetic. Biasa
digunakan sebagai rutile (TiO2) untuk industri keramik pigmen dan konsentrat
logam titanium.
b. Zircon (ZrSiO4)
Memiliki warna merah pucat atau orange dengan berat jenis 4,2 – 4,7 gr/cm 3.
Zircon bersifat non konduktor dan non magnet serta sebagai bahan zirconia
untuk industri keramik
c. Monazite ((Ce, La, Y, Th)PO4)
Umumnya memiliki warna kuning jaring-jaring hijau. Berat jenis monazite
antara 4,6 – 5,3 gr/cm3 dan bersifat non konduktor serta
paramagnetic.kandungan mineral dalam bijih timah.

2.7.3 Mineral Ikutan Lainnya


Berdasarkan kondisi lapangan, terdapat mineral ikutan lainnya yang sangat
berpengaruh dalam bijih timah : kuarsa, pyrite, ilmenit, zircon, limonite, turmalin dan
siderite. Mineral-mineral ikutan tersebut memiliki perbedaan warna, kekerasan, berat
jenis, sifat kelistrikan, dan sifat kemagnetan dapat dilihat pada (Tabel 2.4).

Tabel 2.4. Mineral Ikutan Bijih Timah


NO Nama Rumus Visual Sifat Fisik
Mineral Kimia Warna Kilap BJ Kekerasan Magnet Listrik
1 Cassiterite SnO2 Coklat, Lemak 6.9 - 7.1 6.0 - 7.0 NM C
Merah,
Kuning,
Hitam
2 Kuarsa SiO2 Putih, Kaca 2.6 - 2.7 7.0 NM C
Kuning

Universitas Sriwijaya
20

3 Pyrite FeS2 Kuning, Logam 4.9 6.0 - 6.5 NM C


Tembaga
, Coklat
Kehitam
an
4 Ilmenit FeTiO3 Hitam Logam 4.5 - 5.0 5.0 - 6.0 M C
Besi
5 Rutile TiO3 Coklat Logam 4.1 - 4.3 6.0 - 6.5 NM C
Kemerah
an,
Merah
Ungu
Hitam
6 Hematite Fe2O3 Kelabu Logam 4.9 - 5.1 5.5 - 6.5 M C
Baja,
Merah
Ungu
Hitam
7 Magnetite Fe3O4 Hitam Logam 5.1 - 5.2 5.5 - 6.5 M C
Besi
8 Siderite FeCO3 Coklat, Kaca 3.8 - 3.9 3.5 - 4.0 M C
Coklat
Kemerah
an,
Kelabu
9 Monazite (CeLaY Coklat Lemak 4.9 - 5.3 4.0 - 5.5 M NC
th)PO4 Kekunin
gan
10 Xenotime YPO4 Kekunin Kaca 4.6 4.0 - 5.0 M NC
gan,
Kemerah
an
11 Zircon ZrSiO4 Kuning, Kaca 4.6 - 4.7 7.5 NM NC
Pucat,
Hijau
12 Tourmaline Na(Mg) Hitam, Kaca 3.0 - 3.2 7.0 - 7.5 M NC
Fe, Hitam
A16(B Coklat,
O3) Biru
(Si6)18 Hitam
(OH)14
13 Topaz Al2SiO Kuning Kaca 3.4 - 3.6 8.0 NM NC
4(OH2 Anggur,
F)2 Jingga,P

Universitas Sriwijaya
21

utih

Sumber : Diktat Geologi dan Perhitungan Cadangan PT.Timah (Persero)tbk

2.8 Kapal Keruk (KK)


Salah satu alat gali yang digunakan dalam penambangan bijih timah di bawah
permukaan laut dan desain secara khusus untuk menggali endapan material dengan
menggunakan serangkaian bucket atau mangkuk yang memiliki ukuran tertentu.
Setelah digali oleh bucket, endapan material dari dasar laut selanjutnya dipindahkan
menuju instalasi pencucian sementara yang terdapat pada kapal keruk. Setiap kapal
keruk umumnya memiliki kemampuan gali yang berbeda-beda tergantung dari besar
ukuran bucket yang dipasang.
2.8.1 Bagian Utama Kapal Keruk
Ponton adalah dasar pondasi yang dimiliki oleh kapal keruk. Diatas ponton ini
terdapat bangunan yang biasa disebut dengan rangka atau badan kapal. Bagian-
bagian utama pada kapal keruk ini terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Bagian Rangka Depan
Bagian rangka depan ini berfungsi untuk menggantung ladder dibagian tengah
atau biasa disebut dengan beun, serta terdapat ruang kemudi kapal.
2. Bagian Rangka Tengah
Bagian rangka tengah ini berfungsi sebagai tempat peralatan dan instalasi
pencucian seperti saring putar, spine kop, jig, dan lain-lain.
3. Bagian Rangka Belakang
Bagian ini berfungsi sebagai penggantung bandar tailing ataupun bandar batu.
Dibagian muka tengah ponton ada bagian ruang yang terbuka yang disebut
beun yaitu tempat dimana tangga atau ladder dapat di naik turunkan. Antara ladder
dengan beun ini terdapat celah maksimum ±15 mm terbagi dua yakni kiri dan kanan.
Celah ini penting untuk mengurangi benturan ladder pada sisi beun saat kapal keruk
beroperasi.

Universitas Sriwijaya
22

Bentuk dasar dari ponton sebelah ujung bagian haluan dan buritan dibuat
melengkung, maksudnya agar ponton tidak mudah kandas di lapangan kerja,
disamping itu untuk memudahkan gerak maju maupun mundurnya kapal keruk.
Ponton terbagi dengan dinding-dinding dalam beberapa tangki yang disebut
dengan kompartemen. Kompartemen ini adalah bagian ruangan yang kedap air.
Tangki atau kompartemen ini selain berfungsi sebagai penguat konstruksi dari ponton
itu sendiri, gunanya juga untuk keamanan kapal keruk diwaktu ada kebocoran di
salah satu bagian dari ponton.
Secara garis besar bagian utama pada kapal keruk adalah sebagai berikut :
1. Alat Apung (Ponton)
Ponton ini adalah bagian dasar/kumpulan dari beberapa tangki atau
kompartemen yang membentuk suatu badan kapal. Selain sebagai alat apung,
ponton juga berfungsi untuk menyimpan bahan bakar solar dan air tawar.
Ponton ini juga merupakan sebuah konstruksi dengan bentuk persegi panjang,
tertutup, dan dapat mengapung yang merupakan bagian dasar dari sebuah kapal
keruk.
2. Ladder
Ladder adalah kumpulan dari plat baja yng berbentuk setengah segitiga
setengah persegi panjang, yang berfungsi sebagai tempat atau jalur dimana
tempat bucket melakukan rotasi. Panjang dari ladder ini sangat menentukan
untuk mencapa kedalaman gali, setiap kapal keruk mempunyai panjang ladder
yang berbeda-beda. Ujung ladder dipasang onroll sebagai media untuk bucket
bergerak sesuai jalur pada ladder dan pangkal ladder dipasang as atau stang
ladder (lier) sebagai tumpuan bagi naik turunnya ladder dalam proses
penggalian. Kinerja ladder sangat ditentukan oleh keahlian operator yang
mengendalikan kawat ladder sesuai dengan kedalaman penggalian.
3. Mangkok (Bucket)
Mangkok (Bucket) adalah suatu wadah yang menyerupai mangkok yang
mempunyai funsgi sebagai alat gali yang disusun dalam bentuk rantai, seperti
rantai sepeda. Mangkok-mangkok tersebut dihubungkan dengan sistem

Universitas Sriwijaya
23

sambungan tertutup, dimana antara mangkok satu dengan yang lainnya


dihubungkan dengan pen mangkok. Pen mangkok berbentuk sebuah tabung
yang salah satu ujungnya terdapat kuping (slot).

2.8.2 Penjangkaran Kapal Keruk


Pada Kapal Keruk penjangkaran sangat diperlukan, hal ini disebabkan fungsi
dari penjangkaran adalah sebagai tumpuan untuk menggerakkan kapal keruk.
Berdasarkan bentuknya jangkar ini dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a. Jangkar kodok, berat dari jangkar kodok yang biasanya dipakai pada kapal
keruk adalah sekitar 3,5-4 ton.
b. Jangkar kodok laying, berat jangkar ini yang biasanya dipakai pada kapal keruk
adalah sekitar 5-7 ton.
c. Jangkar stang, berat dari jangkar stang yang biasanya dipakai pada kapal keruk
adalah sekitar 5-7 ton.
d. Jangkar cangkul, berat jangkar yang biasanya dipakai pada kapal keruk adalah
sekitar bekisar antara 3,5-4 ton.
Penjangkaran pada Kapal Keruk 21 Singkep 1 merupakan bagian yang vital
dalam hal kemajuan penggalian. Dimana pergerakan kapal keruk ke samping,maju
maupun mundur diatur melalui penarikan kawat-kawat yang tergulung pada tromol-
tromol berputar yang dihubungkan langsung dengan jangkar-jangkar yang
terpasang,tertancap jauh dari kapal daerah operasi penggalian yaitu tertancap lebih
lebar dari kolong kerja yang jarak nya ( + 600 s/d 2000 m ). Dalam hal ini titik
penjangkaran dibagi menjadi 6 titik tumpuan, yaitu:
1) Jangkar haluan
Jangkar haluan ini terletak pada ujung depan kapal keruk. Adapun fungsi dari
jangkar haluan ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagai titik tumpu pada saat kemajuan atau pergerakan Kapal Keruk ke
depan.

Universitas Sriwijaya
24

b. Mendeteksi lapisan keras, yang ditunjukkan dengan ketegangan kawat


boegrad. Menahan dan menjaga kestabilan Kapal Keruk dari arus yang
datang dari arah depan.
2) Jangkar Samping
Selain jangkar haluan kapal keruk juga mempunyai jangkar samping.Jangkar
samping ini berfungsi sebagai titik tumpu pada kapal keruk dalam melakukan
perpindahan penggalian selebar kolong kerja atau pergerakkan kesamping kiri
atau kanan.Jangkar samping ini terdiri dari 4 titik tumpu, yaitu:
a. Jangkar kanan depan/SBV
b. Jangkar kiri depan/BBV
c. Jangkar kanan belakang/SBA
d. Jangkar kiri belakang/BBA
3) Jangkar Buritan
Jangkar Buritan ini sering disebut juga dengan jangkar tailing karena posisinya
berada dibelakang kapal keruk. Jangkar buritan ini berfungsi untuk bertahan
atau menjaga kestabilan kapal keruk terhadap arus yang datang dari arah
belakang kapal keruk.

Gambar 2.5 Proses Penjangkaran Pada KK 21 Singkep 1

2.8.3 Mekanisme Penggalian pada Kapal Keruk


Mekanisme penggalian endapan bijih timah yang dilakukan kapal keruk
merupakan perpaduan antara pergerakan rantai mangkok yang mengelilingi pada

Universitas Sriwijaya
25

ladder seperti halnya rantai sepeda dimana ladder diturunkan hingga mencapai dasar
laut, lalu mangkok yang bergerak pada ladder akan menggali lapisan tanah yang
berada di dasar laut lalu bergerak keatas mengikuti ladder hingga menuju permukaan
laut dan akhirnya endapan di tamping pada kapal keruk. Gaya-gaya yang bekerja
dalam proses penggalian adalah :
1. Gaya tekan dari ladder kapal ke lapisan endapan.
2. Gaya tarik antara kawat dan kapal.
3. Gaya gesek antara bucket dan lapisan endapan.
Akibat dari gabungan ketiga gaya tersebut maka terjadilah penggalian lapisan
endapan yang pada dasarnya dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Digging Action, yaitu proses penggalian oleh mangkok-mangkok yang
berputar-putar melalui pembalik bawah (onder roll).
2. Filling Action, yaitu proses pengisian mangkok dari runtuhan tanah yang berada
diatas mangkok.
Selain dari pergerakan bucket dan ladder, kapal keruk juga melakukan
pergerakkan dengan dibantu oleh jangkar, winch, central lier, sehingga kapal keruk
dapat bergerak maju mundur hingga kesamping kanan atau kiri untuk menggali
endapan bijih timah pada wilayah rencana kerja. Sistem pergerakan kapal keruk
menggunakan jangkar dan winch dikarenakan Kapal Keruk tidak memiliki mesin
penggerak untuk berpindah tempat. Oleh karena itu proses pemindahan kapal keruk
dari satu wilayah perairan ke perairan lain (relokasi) perlu ditarik menggunakan tag
boat.

2.8.4 Metode Penggalian


Metode penggalian yang digunakan Kapal Keruk (KK) dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Long Face
Metode Long Face ini merupakan metode penggalian selebar kolong
kerja dari pinggir kiri kolong kerja sampai pinggir kanan kolong kerja atau
sebaliknya. Metode ini bertujuan agar pemindahan tanah dapat memperoleh

Universitas Sriwijaya
26

hasil yang sebesar-besarnya. Dalam penggunannya, metode long face ini


diterapkan pada kondisi :
1) Penggalian dilakukan selebar front kerja.
2) Kekayaan dan penyebaran bijih timah merata.
3) Batas antara lapisan tanah atas dan lapisan tanah kaksa cukup jelas.
4) Permukaan kong/batuan dasar rata.
5) Pengaruh arus pasang surut kecil.
Keuntungan penggalian dengan metode long face adalah :
1) Laju pemindahan tanah (LPT) dapat maksimal.
2) Volume pemindahan tanah lebih besar dibandingkan dengan metode
short face.
3) Kehilangan waktu untuk angkat dan turun ladder lebih kecil
dibandingkan short face.
4) Memperpanjang usia kawat ladder dan kawat samping.
Kerugian penggalian dengan metode long face adalah :
1) Jika kondisi alat penggalian tidak mendukung, dapat mengakibatkan
bucket keluar dari jalurnya di ladder.
2) Hasil penggalian tidak bersih terutama pada daerah yang batuan dasarnya
tidak rata.
3) Jika penggalian terlalu cepat dapat mengakibatkan overblast yaitu
ketidaksanggupan alat pencucian untuk megolah bahan penggalian.
b. Short Face
Short face adalah metode penggalian dengan cara membagi kolong kerja
menjadi beberapa irisan. Dimana tiap irisan dibagi menjadi 20-30 meter.
Metode penggalian short face ini diterapkan pada kondisi :
1) Penggalian dilakukan dengan memotong-motong atau membagi front
kerja menjadi beberapa irisan (snee) antara 20-30 meter.
2) Penyebaran timah tidak merata.
3) Batas antara lapisan tanah atas dan lapisan tanah bertimah atau kaksa
kurang jelas.

Universitas Sriwijaya
27

4) Permukaan kong atau batuan dasar tidak merata.


5) Pengaruh arus pasang surut besar atau kencang sehingga menghambat
gerakan kapal keruk.
6) Pengaruh angin dan gelombang cukup kuat.
7) Keuntungan penggalian dengan metode short face :
8) Penggunaan waktu lebih efektif dengan metode short face, dibandingkan
dengan long face, karena front kerja dibagi menjadi beberapa irisan.
9) Penggalian bersih walaupun pada kondisi batuan dasar tidak rata.
Kerugian penggalian dengan metode short face :
1) Laju Pemindahan Tanah (LPT) kecil.
2) Keausan kawat ladder dan kawat samping akan lebih cepat.
3) Jam jalan lebih efektif banyak terbuang untuk angkat dan turun ladder.
4) Kehausan kawat ladder dan kawat samping akan lebih cepat.

2.8.5 Sistem Penggalian


Sistem penggalian yaitu cara penggalian yang dilakukan oleh Kapal Keruk
untuk menggali material di bawah permukaan laut. Secara umum ada 3 sistem
penggalian yang digunakan Kapal Keruk untuk menggali material dibawah
permukaan laut, yaitu:
1. Sistem Maju
Sistem maju adalah sistem penggalian pada Kapal Keruk dengan
menggali maju sepanjang 2 sampai 3 trap, kemudian Kapal Keruk mundur
untuk menggali lapisan berikutnya. Demikian dilakukan berulang-ulang hingga
mencapai kong/batuan dasar. Penerapan sistem maju dengan pertimbangan
sebagai berikut:
a. Lapisan tanah yang digali relatif tebal (10-20 meter).
b. Penyebaran bijih timah yang relatif merata.
c. Tanah yang digali mudah longsor.
d. Permukaan kong/batuan dasar relatif rata

Universitas Sriwijaya
28

Gambar 2.6 Sistem Maju

Keuntungan memakai sistem maju adalah penggalian akan lebih cepat,


karena Kapal Keruk menggali maju 2-3 trap. Sedangkan kerugian
menggunakan sistem maju adalah waktu banyak terbuang saat kapal mundur
untuk menggali lapisan berikutya.
2. Sistem Tekan
Sistem Tekan adalah sistem penggalian pada Kapal Keruk dengan
penggalian ditekan secara bertahap dari permukaan lapisan tanah atas hingga
mencapai batas/kong/batuan dasar. Penggalian dimulai dari batas pinggir
kiri/kanan dengan mengikuti penekanan ladder secara bertahap antara 0,3
sampai denga 1 meter. Penerapan sistem tekan mempertimbangan hal-hal
sebagai berikut:
a. Lapisan tanah yang digali relatif tipis (5-10 meter)
b. Permukaan kng atau batuan dasar tidak rata.
c. Arus pasang surut cukup kuat.
d. Penyebaran bijih timah tidak merata.
e. Tanah yang digali relatif kompak atau tidak mudah longsor.
Keuntungan menggunakan sistem tekan adalah :
a. Penggalian lebih cepat sampai batas kong.
b. Tidak ada waktu yang hilang untuk mundurnya Kapal Keruk.
Kerugian menggunakan sistem tekan yaitu penggalian akan lebih lama,
karena trap-trap berikutnya akan digali setelah 1 trap yang sedang digali selesai
mulai dari permukaan tanah atas sampai kong/batuan dasar.

Universitas Sriwijaya
29

Gambar 2.7 Sistem Tekan ( Unit Produksi Laut Bangka, 2019)

3. Sistem Kombinasi
Sistem Kombinasi adalah sistem penggalian pada Kapal Keruk yang
menggabungkan 2 sistem penggalian, yaitu sistem maju dan sistem tekan.
Penggalian lapisan tanah atas menggunakan sistem maju, dengan cara menggali
secara bertahap hingga mencapai lapisan tanah bertimah/kaksa.
Selanjutnya Kapal Keruk mundur untuk melakukan penggalian lapisan
tanah bertimah/kaksa dengan sistem tekan hingga mencapai batas kong/batuan
dasar.
Keuntungan menggunakan sistem kombinasi adalah :
a. Penggalian lapisan tanah bertimah/kaksa lebih bersih.
b. Penggalian lapisan tanah atas cepat selesai, karena Kapal Keruk maju
sepanjang 2-3 trap.
Kerugian menggunakan kombinasi adalah :
a. Waktu banyak terbuang untuk mundur kapal saat penggalian tanah.
b. Biaya produksi tinggi.

Gambar 2.8 Sistem Kombinasi ( Unit Produksi Laut Bangka, 2019)

2.8.6 Peralatan Penggalian


Peralatan penggalian adalah semua peralatan yang berfungi untuk melakukan
operasi penggalian mulai dari menggali tanah sampai dengan menumpahkan hasil ke
storebak yang kemudian akan di proses di instalasi pencucian.

Universitas Sriwijaya
30

1. Mangkok (Bucket)
Bucket adalah suatu wadah yang menyerupai mangkok yang mempunyai fungsi
sebagai alat gali yang disusun dalam bentuk rantai, seperti rantai sepeda.
2. Ladder
Ladder merupakan komponen kapal keruk sebagai tempat dimana seluruh
ladder roll terpasang, yang berfungsi sebagai lintasan rantai bucket.
3. Ladder Roll
Ladder roll ini berfungsi sebagai penghantar rantai mangkok dari pembalik
bawah (onder roll) menuju pembalik atas (sixkant).
4. Pembalik Bawah (Onder Roll)
Onder roll ini merupakan suatu poros membentuk silinder yang terdapat di
bagian ujung bawah ladder yang mempunyai fungsi sebagai pembalik rantai
mangkok dari bagian bawah dan memperlancar jalannya rantai mangkok dari
bagian bawah menuju keatas.
5. Pembalik atas (Sixkant)
Sixkant ini merupakan suatu poros yang berbentuk segi enam yang terletak pada
bagian atas ujung ladder dan yang berfungsi untuk menggerakkan rantai
mangkok agar hasil galian dapat masuk ke storebak.

2.8.7 Perlatan Pencucian


Peralatan pencucian adalah segala peralatan yang berfungsi untuk memisahkan
timah dari tanah kupasan yang merupakan hasil dari penggalian Kapal Keruk.
1. Saring Putar
Saring putar adalah alat pencucian pertama pada proses pencucian pada Kapal
Keruk yang berfungsi untuk memecahkan dan menyaring material dengan
bongkahan besar.
2. Jig Primer, Jig Sekunder, Jig Tersier, dan Jig Clean Up
Fungsi dari keempat jig ini pada dasarnya sama yaitu memisahkan material
dengan berat jenis. Tipe jig yang dipakai pada Kapal Keruk 21 Singkep 1
adalah Sekuler dan Pan America. Pada waktu terjadi pultion dan suction, maka

Universitas Sriwijaya
31

butiran-butiran mengalami reaksi gaya-gaya yang bermaterial pemisahan yang


disebabkan oleh:
a. Differential Initial Acceleration
Differdaential Initial Acceleration terjadi pada permulaan jatuh. Pada saat
pulsion, tekanan air arah ke atas melalui saringan. Membuat butiran-butiran
yang di atas saringan sebagai suatu massa terangkat dan merenggang,
bergerak ke atas sampai kecepatannya sedikit demi sedikit berkurang
sampai nol. Pada saat itu dianggap sebagai permulaan jatuh butiran-butiran
dari kedudukan diam dengan percepatan pedahuluan, sedangkan kecepatan
jatuhnya hanya bergantung pada berat jenis, sedangkan ukuran butir tidak
berpengaruh.
b. Hindered Settling
Di atas saringan, dimana jumlah butiran-butiran sangat banyak
membentuk suatu massa dalam cairan dalam kondisi berdesak-desakan
yang disebut hindered settling. Dalam kondisi hindered settling kecepatan
jatuh butiran berkurang, dimana kecepatan jatuh lebih beragantung pada
berat butiran daripada berat jenis.
c. Consolidation Trickling
Pada akhir dari suction, saat butiran-butiran besar akan mulai merapat
satu sama lain, butira-butiran kecil lebih bebas bergerak ke bawah
menerbos masuk lewat celah-celah butiran kasar karena gaya beratnya.
Butiran kecil mengendap lebih lama dibanding pada keadaan initial
acceleration maupun hindered settling.
Pemisahan di dalam jig terjadi berdasarkan perbedaan gaya berat dimana
Concentration Criterion (CC) atau Kriteria Konsentrasi sangat berperan pada alat jig
ini. Concentration Criterion (CC) merupakan tingkat keberhasilan pemisahan mieral
berharga dengan pengotornya yang ditentukan oleh perbedaan berat jenis didalam
media fluida.
3. Bak Middling
Bak middling adalah bak penampung sementara hasil dari jig primer.

Universitas Sriwijaya
32

4. Bandar Tailing
Bandar tailing merupakan tempat pembuangan tailing dari jig primer dan jig
sekunder.
5. Bandar Batu
Bandar batu merupakan tempat pembuangan tailing dari saring putar.
6. Bak Final Konsentrat
Bak final ini merupakan sebuah bak untuk menampung konsentrat akhir bijih
timah.
7. Pompa Underwater, Middling, Konsentrat, dan Spray Water
Pompa-pompa ini merupakan alat pendukung yang digunakan untuk dapat
mentrasportasikan material-material.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai