Buku Forensik
Buku Forensik
DAFTAR ISI
Jadi Singkatnya :
ada surat permintaan penyidik
ada surat persetujuan keluarga/korban/terdakwa
untuk pemeriksaan
legalitas hukum pengiriman Barang Bukti/korban
atau terdakwa untuk pemeriksaan
Kerahasiaan
kerahasiaan hukum, medis oleh profesi masing-masing
tanpa/bebas rahasia dalam forum sidang pengadilan
khususnya para saksi/saksi ahli dan penyidik
kerahasiaan medis dan hukum tetap terjaga di luar forum
pengadilan sebelum dan sesudah perkara selesai
ada sanksi terhadap para personalia pemegang rahasia
Informed concent
prinsipnya merupakan hak korban/keluarga korban untuk
dilakukan pemeriksaan berdasarkan informasi dari pihak
penyidik (Pasal 134 KUHAP)
penyidik perlu koordinasi dengan tim medis dan keluarga
korban untuk ,menentukan macam pemeriksaan (PL,
otopsi, TKP, penunjang, dll)
penyidik memiliki Pasal 222 KUHP dalam menentukan
pemeriksaan jenazah (PL, otopsi)
Jadi Informed Consent :
dari pihak penyidik untuk tim medis dan penyidik
berupa surat permintaan V et R
dari korban/keluarga korban – antara pihak penyidik,
tim medis dan keluarga korban berupa surat
persetujuan keluarga
dari keluarga korban – untuk :
pangruti jenazah (agama)
pengawetan jenazah (penundaan pemakaman
dan WNA)
pengiriman/transportasi jenazah (Ambulance
dan pesawat terbang)
Rekam Medis
Rekam medis tertuang/tertulis dalam status korban,
berkaitan dengan segala macam pemeriksaan medis serta
hasilnya
V et R adalah merupakan laporan data dari RM murni
yang sudah dianalisa dari data RM dan
pertanggungjawabnya
RM bersifat rahasia medis, Rumah Sakit, pribadi dan
hukum (HAM, PP 10 tahun 1966 dan Pasal 170 KUHAP).
BAB II
8 ROMAN’S FORENSIK 2nd ed
VISUM ET REPERTUM SERTA
CARA, SEBAB, & MEKANISME KEMATIAN
Pengertian
Menurut bahasa : berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu
yang dilihat) dan repertum (melaporkan).
Menurut istilah : adalah laporan tertulis yang dibuat oleh
dokter berdasarkan sumpah jabatannya terhadap apa yang
dilihat dan diperiksa berdasarkan keilmuannya.
Menurut lembar negara 350 tahun 1973 : Suatu laporan medik
forensik oleh dokter atas dasar sumpah jabatan terhadap
pemeriksaan barang bukti medis (hidup/mati) atau barang
bukti lain, biologis (rambut, sperma, darah), non-biologis
(peluru, selongsong) atas permintaan tertulis oleh penyidik
ditujukan untuk peradilan.
Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Keterangan terdakwa
4. Surat-surat
5. Petunjuk
Kualifikasi Luka
Ada 3 kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu:
1. Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C
Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak
menimbulkan penyakit atau tidak menghalangi pekerjaan
korban. Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 352
ayat 1.
2. Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B
Luka derajat II adalah apabila luka tersebut menyebabkan
penyakit atau menghalangi pekerjaan korban untuk
sementara waktu. Hukuman bagi
3. Luka berat / luka derajat III / luka golongan A
Luka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6, yaitu:
- Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau
membawa bahaya maut (NB : semua luka tembus yang
mengenai kepala, dada atau perut dianggap membawa
bahaya maut)
- Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban
selamanya
- Hilangnya salah satu panca indra korban
12 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
- Cacat besar
- Terganggunya akan selama > 4 minggu
- Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu
Syarat pembuat:
Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi
dan mulut)
Di wilayah sendiri
Memiliki SIP
Kesehatan baik
Lampiran visum
Fotografi forensik
Identitas, kelainan-kelainan pada gambar tersebut
Penjelasan istilah kedokteran
Hasil pemeriksaan lab forensik (toksikologi, patologi,
sitologi, mikrobiologi)
Definisi :
Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang
yang hidup maupun mati, berdasarkan ciri khas yang
terdapat pada orang tersebut.
Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui
identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan
forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.
Peran Identifikasi :
1. Pada Orang Hidup
o semua kasus medikolegal
o penjahat atau prajurit militer yang melarikan diri
o orang yang didakwa pelaku pembunuhan
o orang yang diakwa pelaku pemerkosaan
o identitas bayi baru lahir yang tertukar, untuk menentukan
siapa orang tuanya
o anak hilang
o orang dewasa yang karena sesuatu hal kehilangan uangnya
o tuntutan hak milik
Penentuan umur :
- bayi baru lahir : penentuan umur kehamilan, viabilitas,
berat badan, panjang badan, pusat penulangan, tinggi
badan ( jarak antara kepala samapai ke tumit/crown-heel,
jarak antara kepala ke tulang ekor/crown-rup)
- anak-anak & dewasa < 30 thn : persambungan spheno-
occipital tjd dlm umur 17-25 thn (pd wanita 17-20 thn),
unifikasi tulang selangka mulai umur 18-25 thn & menjadi
lengkap usia 31 thn ke atas, korpus vertebrae sblm usia 30
thn menunjukkan alur-alur yang berjalan radier pada bgn
permukaan atas&bawah
- dewasa > 30 thn : sutura sagitalis. Coronaries, dan
lamboideus mulai menutup pada usia 20-30 thn, sutura
parietomastoid dan sutura squamaeus menutup usia lima
tahun kemudian – 60 thn, sutura sphenoparietal menutup
usia 70 thn
Formula Stevenson :
o TB = 61,7207 + (2,4378 x pjg Femur) + 2,1756
Fase IV
Unit pembanding data (rekonsiliasi)
o Cek dan recek hasil unit pembanding data.
o Mengumpulkan hasil identifikasi korban.
o Membuat surat keterangan kematian untuk korban yang
dikenal dan surat-surat lain yang diperlukan.
o Menerima keluarga korban.
o Publikasi yang benar dan terarah oleh komisi identifikasi
sangat membantu masyarakat mendapat informasi yang
terbaru dan akurat.
Fase V
Dilakukan Evaluasi
• Dilakukan evaluasi yang komprehensif terhadap masing-
masing fase
Definisi :
Suatu tempat penemuan barang bukti atau tempat terjadinya
peristiwa tindak pidana atau kecurigaan suatu tindak pidana,
merupakan suatu persaksian.
Penyidik:
1. melakukan pengamatan/observasi TKP
2. membuat sketsa/foto
3. penanganan korban
4. penanganan terhadap pelaku/kerugian lain
5. penanganan terhadap barang bukti
BAB V
TANATOLOGI
Pengertian
Thanatos : yang berhubungan dengan kematian
Logos : ilmu
adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang
mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah
kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut. Atau Ilmu yang mempelajari tentang mati dan
diagnostik mati dan perubahan postmortem dan faktor-faktor
yang mempengaruhi serta kegunaan apa saja.
Fungsi Tanatologi :
o Menegakkan diagnosa mati
o Memperkirakan saat kematian
o Untuk menentukan proses cara kematian
o Untuk mengetahui sebab kematian
Istilah Mati :
o Mati somatis/mati klinis : 3 sistem (SSP, SCV,
Sist.respiratory) mati ireversibel/menetap, tetapi
beberapa organ & jaringan masih bisa berfungsi sementara
26 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
memungkinkan untuk transplantasi. Aktivitas otak
dinyatakan berhenti bila : EEG mendatar selama 5 mnt
o Mati seluler/molekuler : kematian organ & jaringan, sesaat
setelah kematian somatis ( otak & jar.syaraf +5 menit
setelah mati klinis, otot +4 jam setelah mati klinis, kornea
+6 jam setelah mati klinis). Dapat dikemukakan bahwa
susunan saraf pusat mengalami mati seluler dalam waktu 4
menit; otot masih dapat dirangsang (listrik) sampai kira-
kira 2 jam pasca mati, dan mengalami mati seluler setelah 4
jam; dilatasi pupil masih terjadi pada pemberian adrenalin
0,1% atau penyuntikan sulfat atropin 1% ke dalam kamera
okuli anterior, pemberian pilokarpin 1% atau fisostigmin
0,5% akan mengakibatkan miosis hingga 20 jam pasca
mati. Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8
jam pasca mati dengan cara menyuntikkan subkutan
pilokarpin 2% atau asetilkolin 20%; spermatozoa masih
bertahan hidup beberapa hari dalam epididimis; kornea
masih dapat ditransplantasikan dan darah masih dapat
dipakai untuk transfusi sampai 6 jam pasca mati.
o Mati suri : Dalam stadium somatic death perlu diketahui
suatu keadaan yang dikenal dengan istilah mati suri atau
apparent death. Mati suri ini terjadi karena proses vital
dalam tubuh menurun sampai taraf minimum untuk
kehidupan, sehingga secara klinis sama dengan orang
mati. Dalam literatur lain mati suri adalah terhentinya
ketiga sistem kehidupan yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran
canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem
tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada
kasus keracunan obat tidur (barbiturat), tersengat aliran
listrik, kedinginan, mengalami anestesi yang dalam,
mengalami acute heart failure, mengalami neonatal anoxia,
menderita catalepsy dan tenggelam.
o Mati serebral : kerusakan kedua hemisfer otak yang
irreversibel, kecuali batang otak dan serebelum (SCV dan
respirasi masih berfungsi)
27 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
o Mati otak/batang otak : kerusakan seluruh isi neuronal
intrakranial yang irreversibel, termasuk batang otak dan
serebelum
Diagnosa mati
Hilangnya seluruh ataupun pergerakan/aktivitas refleks hilang
Mendeteksi tidak berfungsinya Respirasi :
1. Tidak ada gerak napas pada inspeksi dan palpasi.
2. Tidak ada bising napas pada auskultasi.
3. Tidak ada gerakan permukaan air dalam gelas yang kita
taruh diatas perut korban pada tes Winslow.
4. Tidak ada uap air pada cermin yang kita letakkan didepan
lubang hidung atau mulut korban.
5. Tidak ada gerakan bulu burung yang kita letakkan
didepan lubang hidung atau mulut korban.
Ada 5 cara mendeteksi tidak berfungsinya sistem saraf, yaitu :
1. Areflex
2. Relaksasi
3. Pergerakan tidak ada
4. Tonus tidak ada
5. Elekto Ensefalografi (EEG) mendatar / flat
2. Heat stiffening :
o kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas
o serabut-serabut ototnya memendek sehingga
menimbulkan fleksi leher, siku, paha dan lutut,
membentuk sikap petinju (pugilistic attitude) pada
kasus mati terbakar
3. Cold stiffening
o terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi,
pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot
Pembusukan :
a. Autolisis
o Tubuh membentuk enzim merusak sel dari
nukleus→sitoplasma→dinding→hancur
b. Mikroorganisme : bakteri patogen dalam sekum
o Setelah mati → daya tahan tubuh turun karena leukosit
menurun → kuman mudah masuk ke pembuluh darah
→ media baik untuk tumbuh kuman → hancurkan
darah dan bentuk amonia dan H2S → pertama kali
terlihat didaerah kanan pada fossa iliaka kanan tepatnya
disekum terlihat warna ungu (livide) yang merupakan
reaksi Hb dan H2S → methsulf –Hb.
o Gas pembusukan masuk ke pembuluh darah →
pembuluh darah melebar sehingga perut menggembung
→ pecahnya kapiler di alveoli → keluar darah lewat
hidung.
34 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
o Pembusukan dimulai 48 jam postmortem, belatung pada
36 jam kemudian.
Variasi-variasi pembusukan:
a. Mummifikasi
o Terjadi bila temperatur turun, kelembaban turun →
dehidrasi viceral sehingga kuman-kuman tidak
berkembang → tidak terjadi pembusukan → mayat
mengecil, bersatu berwarna coklat kehitaman, struktur
anatomi masih lengkap sampai bertahun-tahun.
o Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang
cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan
o Syarat terjadinya mummifikasi :
o Suhu relatif tinggi
o Kelembaban udara rendah
o Aliran udara baik
o Waktu yang lama (12-14 minggu)
o Yang terlihat pada mummifikasi adalah penyusutan
bentuk tubuh, kulit padat hitam seperti kertas perkamen
b. Adipocare
o Terjadi karena hidrogenisasi asam lemak tidak jenuh
(asam palmitat, asam stearat, asam oleat) dihidrogenisasi
menjadi asam lemak jenuh yang relatif padat .
o Suhu tinggi → kelembaban tinggi → lemak → asam
lemak → pH turun → kuman tidak bisa berkembang →
asam lemak → dehigrogenase → penyabunan → mayat
menjadi kebalikannya mumifikasi.
o Syarat terjadinya adiposera :
o Suhu rendah, kelembaban tinggi
o Lemak cukup
o Aliran udara rendah
Definisi
Merupakan suatu keadaan dimana suplai O2 ke jaringan
berkurang
Penggantungan
Definisi
Penggantungan (hanging) merupakan suatu strangulasi berupa
tekanan pada leher akibat adanya jeratan yang menjadi erat
oleh berat badan korban.
Tanda asfiksia
Alat penggantung :
- alat penggantung dengan permukaan yang luas (co:
sarung) menyebabkan tekanan hanya pada permukaan
saja, sehingga yang terjepit hanya vena (vena jugularis)
Ada 4 hal yang bukan petunjuk bagi kita tentang cara kematian
pada kasus penggantungan (hanging), yaitu :
1. Mata melotot.
2. Lidah terjulur.
3. Keluar mani, urin, darah, atau feses.
4. Jenis simpul (simpul hidup atau simpul mati).
Penjeratan
Ada 2 tanda kekerasan pada leher yang penting kita cari, yaitu :
1. Bekas kuku.
2. Bantalan jari.
Bekas kuku dapat kita kenali dari adanya crescent mark, yaitu
luka lecet yang berbentuk semilunar/bulan sabit. Kadang-
kadang kita dapat menemukan sidik jari pelaku. Perhatikan
pula tangan yang digunakan pelaku, apakah tangan kanan
(right handed) ataukah tangan kiri (left handed). Arah
pencekikan dan jumlah bekas kuku (susunan bekas kuku) juga
tak luput dari perhatian kita. Tanda kekerasan pada tempat lain
dapat kita temukan di bibir, lidah, hidung, dan lain-lain. Tanda
ini dapat menjadi petunjuk bagi kita bahwa korban melakukan
perlawanan.
Pembekapan
Pembekapan (smothering) adalah suatu suffocation dimana
lubang luar jalan napas yaitu hidung dan mulut tertutup secara
mekanis oleh benda padat atau partikel-partikel kecil.
penutupan pada mulut dan hidung
tanda asfiksia jelas
rekonstruksi tangan yang dipakai pakai tangan kiri
jempol di kiri pipi korban
Asfiksia traumatik
Asfiksia traumatik (external pressure of the chest) adalah
terhalangnya udara untuk masuk dan keluar dari paru-paru
akibat terhentinya gerak napas yang disebabkan adanya suatu
tekanan dari luar pada dada korban.
penekanan rongga dada, rongga perut, diafragma
penekanan dari luar
co: desak desakan O2 kurang asfiksia
Perbedaan Tempat
Air laut Air Tawar
Paru paru besar dan berat Paru-paru besar dan ringan
Basah Relatif ringan
Bentuk besar kadang overlapping Bentuk biasa
Ungu biru dan permukaan licin Merah pucat dan emfisematous
Krepitasi tidak ada Krepitasi ada
Pemeriksaan Histopatologi
Sufokasi
BAB VII
TRAUMATOLOGI
Definisi :
Diskripsi luka :
1. Lokalisasi (Letak luka terhadap garis ordinat atau absis pada
tubuh. Garis yang melalui tulang dada dan tulang belakang
dipakai sebagai ordinat.)
2. Ukuran, ditentukan :
Ditentukan panjang luka
Jumlah luka
Sifat luka
67 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
Ada atau tidaknya benda asing pada luka
Luka terjadi saat masih hidup atau korban sudah mati
Menyebabkan kematian atau tidak
Cara terjadinya luka : bunuh diri, kecelakaan dan
pembunuhan
Trauma tumpul :
Benda tumpul : benda yang permukaannya tidak mampu utk
mengiris
Trauma tajam
Benda tajam à benda yg permukaannya mampu mengiris
sehingga kontinuitas jaringan hilang
- Luka iris à dalam luka < panjang irisan luka
arah trauma sejajar permukaan kulit
- Luka tusuk à dalam luka > panjang luka
arah trauma tegak lurus permukaan kulit
- Luka bacok à dalam ± = panjang luka
arah trauma ± 45° dari permukaan kulit dan
tergantung beratnya benda yang di pakai.
2. Luka Tusuk (dalam > panjang > lebar) ada beberapa faktor
yang mempengaruhi bentuk luka tusuk seperti reaksi
korban atau saat pisau keluar sehingga lukanya menjadi
tidak khas adapun pola yang sering ditemukan yaitu :
a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian,
dan kemudian ditusukkan kembali melalui saluran yang
berbeda
b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan
mengarahkan ke salah satu sudut, sehingga luka yang
terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada
permukaan kulit seperti ekor.
c. Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam
ditusukkan ke arah lain, sehingga saluran luka menjadi
lebih luas
d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan
mengggunakan titik terdalam sebagai landasan, sehingga
saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada
bagian superfisial
e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya.
Sudut luka berbentuk ireguler dan besar.
LUKA TEMBAK
Trauma Fisik
Ada 3 hal yang dapat kita temukan pada otopsi sebagai tanda
adanya reaksi heat exhaustion :
1. Arteriosklerosis arteri koroner.
2. Darah berwarna gelap di jantung.
3. Organ dalam mengalami kongesti.
Heat stroke / sun stroke / pingsan panas diakibatkan oleh
terjadinya paralise centrum di medulla. Keadaan ini dapat
terjadi pada udara yang panas (1000F) dan lembab serta telah
berlangsung beberapa hari.
Ada 5 gejala umum dry heat (burn heat / luka bakar), yaitu :
Nyeri yang sangat hebat shock dan kematian.
82 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
Pugilistik attitude / coitus attitude berupa ekstremitas fleksi,
kulit menjadi arang & mengelupas. Ekstremitas fleksi akibat
koagulasi protein. Ekstremitas fleksi tidak sampai
menimbulkan rigor mortis.
Otot merah gelap, kering, berkontraksi dan jari-jari
mencengkeram.
Bukan tanda intravital.
Fraktur tengkorak pseudoepidural hematom (bedakan
dengan epidural hematom).
Luas dry heat (burn heat / luka bakar) dapat kita tentukan
dengan menggunakan rule of nine, yaitu :
9% : permukaan kepala & leher; dada; punggung; perut;
pinggang; ekstremitas atas kanan; ekstremitas atas kiri.
18% : permukaan ekstremitas bawah kanan; ekstremitas
bawah kiri.
1% : permukaan alat kelamin.
3. Tegangan (voltage/V)
Satuan : volt. 1 volt = tenaga listrik yang dibutuhkan untuk
menghasilkan intensitas listrik sebesar 1 ampere melalui
sebuah konduktor (penghantar) yang memiliki tahanan
sebesar 1 ohm.
Voltase rendah (110-460 V) misalnya penerangan,
pabrik, tram listrik.
Voltase tinggi (= 1.000 V) misalnya transpor arus listrik.
Voltase sangat tinggi (20.000-1.000.000 V) misalnya deep
X-rays therapy dan diatermi. Diatermi : frekuensi 1 juta
Hz dan tegangan 20 ribu - 40 ribu volt. Kuat arus yang
sering kita gunakan dibawah 6 ampere. Let go current =
kuat arus dari aliran listrik dimana korban masih bisa
melepaskan diri darinya.
4. Tahanan/hambatan listrik (resistance/R)
Satuan : ohm. Menurut hukum Ohm, besarnya
intensitas listrik (I) sama dengan besarnya
tegangan/voltage (V) dibagi dengan tahanan (R) dari
medium.
Panas yang terjadi tergantung dari : V
1. banyaknya arus I = -----
2. lamanya kontak R
3. besarnya hambatan W = I2 R t
Hal ini sesuai dengan rumus :
Keterangan : W = panas yang dihasilkan (kalori)
I = kuat arus (ampere)
R = hambatan (ohm)
t = waktu (detik)
8. faktor-faktor lain
a. adanya penyakit-penyakit tertentu yang sudah ada pada
korban sebelumnya, seperti penyakit jantung, kondisi
mental yang menurun,dsb, yang dapat memperberat efek
listrik pada tubuh manusia sampai timbulnya kematian.
b. Antisipasi terhadap syok.
c. Kelengahan atau kekurang hati-hatian.
d. Luas kontak dengan arus listrik.
e. Kesadaran adanya arus listrik.
f. Kebiasaan dan pekerjaan.
g. Konstitusi tubuh yaitu tubuh kurus dan gemuk.
Cara Kematian
Paling sering : kecelakaan, jarang terjadi karena
pembunuhan atau bunuh diri. Oleh karena itu pemeriksaan
Tempat Kejadian Perkara (TKP) sangat penting.
Patofisiologi
Elektron mengalir secara abnormal melalui tubuh
menghasilkan cedera dengan atau kematian melalui
depolarisasi otot dan syaraf, inisiasi abnormal irama elektrik
pada jantung dan otak, atau menghasilkan luka bakar elektrik
internal maupun eksternal melalui panas dan pembentukan
pori di membran sel. Arus yang melalui otak, baik voltase
rendah maupun tinggi mengakibatkan penurunan kesadaran
segera karena depolarisasi syaraf otak. AC dapat menghasilkan
ventrikular fibrilasi jika jalurnya melalui dada. Aliran listrik
yang lama membuat kerusakan iskemik otak terutama yang
90 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
diikuti gangguan nafas. Seluruh aliran dapat mengakibatkan
mionekrosis, mioglobinemia, dan mioglobinuria dan berbagai
komplikasi. Selain itu dapat juga mengakibatkan luka bakar.
Sebab Kematian
Kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri. Sering trauma
listrik disertai trauma mekanis. Ada kasus karena listrik yang
menyebabkan korban jatuh dari ketinggian, dalam hal ini sukar
untuk mencari sebab kematian yang segera.
Sebab kematian karena arus listrik yaitu :
1. Ventrikel fibrilasi
Tergantung ukuran badan dan jantung. Dalziel (1961)
memperkirakan pada manusia arus yang mengalir sedikitnya
70 mA dalam waktu 5 detik dari lengan ke tungkai akan
menyebabkan fibrilasi. Yang paling berbahaya adalah jika
arus listrik masuk ke tubuh melalui tangan kiri dan keluar
melalui kaki yang berlawanan/kanan. Kalau arus listrik
masuk ke tubuh melalui tangan yang satu dan keluar melalui
tangan yang lain maka 60% yang meninggal dunia.
2. Respiratori paralisis
Akibat spasme dari otot-otot pernafasan, sehingga
korban meninggal karena asfiksia, sehubungan dengan
spasme otot-otot karena jantung masih tetap berdenyut
sampai timbul kematian. Terjadi bila arua listrik yang
memasuki tubuh korban di atas nilai ambang yang
membahayakan, tetapi masih di batas bawah yang dapat
menimbulkan ventrikel fibrilasi. Menurut Koeppen, spasme
otot-otot pernafasan terjadi pada arus 25-80 mA, sedangkan
ventrikel fibrilasi terjadi pada arus 80-100 mA.
3. Paralisis pusat nafas
jika arus listrik masuk melalui pusat di batang otak,
disebabkan juga oleh trauma pada pusat-pusat vital di otak
yang terjadi koagulasi dan akibat efek hipertermis. Bila
aliran listrik diputus, paralisis pusat pernafasan tetap ada,
jantung pun masih berdenyut, oleh karena itu dengan
Pemeriksaan Korban
1. Pemeriksaan korban di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Korban mungkin ditemukan sedang memegang benda
yang membuatnya kena listrik, kadang-kadang ada busa pada
mulut. Yang perlu dilakukan pertama kali adalah mematikan
arus listrik atau menjauhkan kawat listrik dengan kayu kering.
Lalu kemudian korban diperiksa apakah hidup atau sudah
meninggal dunia. Bilamana belum ada lebam mayat, maka
mungkin korban dalam keadaan mati suri dan perlu diberi
pertolongan segera yaitu pernafasan buatan dan pijat jantung
dan kalau perlu segera dibawa ke Rumah sakit. Pernafasan
buatan ini jika dilakukan dengan baik dan benar masih
merupakan pengobatan utama untuk korban akibat listrik.
Usaha pertolongan ini dilakukan sampai korban menunjukkan
tanda-tanda hidup atau tanda-tanda kematian pasti.
2. Pemeriksaan Jenazah
a. Pemeriksaan Luar
Sangat penting karena justru kelainan yang menyolok
adalah kelainan pada kulit. Dalam pemeriksaan luar yang
harus dicari adalah tanda-tanda listrik atau current
mark/electric mark/stroomerk van jellinek/joule burn.
Current mark adalah tanda luka akibat listrik dan
merupakan tempat masuknya aliran listrik. Tanda-tanda
listrik tersebut antara lain :
Terkecil sebesar kepala jarum dengan warna kemerahan
Tanda lain berupa bula
Current mark berbentuk oval, kuning atau coklat
keputihan atau coklat kehitaman atau abu-abu
kekuningan dikelilingi daerah kemerahan dan edema
sehingga menonjol dari jaringan sekitarnya (daerah
halo). Cara mencari t.u pada telapak tangan atau telapak
kaki dan sebelumnya harus dicuci dulu dengan sabun
dan bila perlu disikat. Metalisasi akibat panas yang
92 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
ditimbulkan sedemikian besar sehingga ion-ion asam
jaringan bereaksi dengan ion-ion logam dari kawat atau
kabel membentuk garam dan menyebar di jaringan.
Warna yang terjadi tergantung bahan logam, misalnya
dari besi akan tampak warna hitam kecoklatan, tembaga
warna coklat kemerahan, dan aluminium warna perak.
Luka keluar dari luka listrik (electrical burn) tidak khas
dapat berupa luka lecet, luka robek, atau luka bakar.
Sepatu korban dan pakaian dapat terkoyak.
Tanda yang lebih berat yaitu kulit menjadi hangus
arang, rambut ikut terbakar, tulang dapat meleleh
dengan pembentukan butir kapur/kalk parels terdiri
dari kalsium fosfat
Endogenous burn/Joule burn terjadi jika kontak dengan
tubuh lama sehingga bagian tengah yang dangkal dan
pucat pada electric mark dapat menjadi hitam dan
hangus terbakar
Eksogenous burn dapat terjadi bila tubuh terkena arus
listrik tegangan tinggi yang sudah mengandung panas,
sehingga tubuh akan hangus terbakar dengan kerusakan
yang sangat berat dan tidak jarang disertai dengan
patahnya tulang-tulang
Panas yang timbul pada suatu waktu demikian besarnya
sehingga kawat listrik menguap dan mengkondensir di
jaringan tubuh/electric metalisasi
b. Pemeriksaan Dalam
Pada autopsi biasanya tidak ditemukan kelainan yang
khas. Pada otak didapatkan perdarahan kecil-kecil dan
terutama paling banyak adalah pada daerah ventrikel III
dan IV. Organ jantung akan terjadi fibrilasi bila dilalui
aliran listrik dan berhenti pada fase diastole, sehingga
terjadi dilatasi jantung kanan. Pada paru didapatkan
edema dan kongesti. Pada korban yang terkena listrik
tegangan tinggi, Custer menemukan pada puncak lobus
salah satu paru terbakar, juga ditemukan pneumothorak,
hal ini mungkin sekali disebabkan oleh aliran listrik yang
93 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
melalui paru kanan. Organ viscera menunjukkan kongesti
yang merata. Petekie atau perdarahan mukosa gastro
intestinal ditemukan pada 1 dari 100 kasus fatal akibat
listrik. Pada hati ditemukan lesi yang tidak khas.,
sedangkan pada tulang, karena tulang mempunyai tahanan
listrik yang besar, maka jika ada aliran listrik akan terjadi
panas sehingga tulang meleleh dan terbentuklah butiran-
butiran kalsium fosfat yang menyerupai mutiara atau pearl
like bodies.1 Otot korban putus akibat perubahan hialin.
Perikard, pleura, dan konjungtiva korban terdapat bintik-
bintik pendarahan. Pada ekstremitas, pembuluh darah
korban mengalami nekrosis dan ruptur lalu terjadi
pendarahan kemudian terbentuklah gangren.
c. Pemeriksaan Tambahan
Yang dilakukan adalah pemeriksaan patologi anatomi
pada current mark. Walaupun pemeriksaan itu tidak
spesifik untuk tanda kekerasan oleh listrik tetapi sangat
menolong untuk menegakkan bahwa korban telah
mengalami trauma listrik.
Hasil pemeriksaan akan terlihat sebagai berikut :
Ada bagian sel yang memipih, pada pengecatan dengan
metoxyl lineosin akan bewarna lebih gelap dari normal
Sel-sel pada stratum korneum menggelembung dan
vakum
Sel dan intinya dari stratum basalis menjadi lonjong dan
tersusun secara palisade
Ada sel yang mengalami karbonisasi dan ada pula
bagian sel-sel yang rusak dari stratum korneum
Folikel rambut dan kelenjar keringat memanjang dan
memutar ke arah bagian yang terkena listrik.
Petir (Lightning)
Lightning / eliksem adalah kecelakaan akibat sambaran petir.
Petir termasuk arus searah (DC) dengan tegangan 20 juta volt
dan kuat arus 20 ribu ampere.
Trauma Kimiawi
BAB VIII
ABORSI
DEFINISI
Peristilahan aborsi sesungguhnya tidak kita temukan
pengutipannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHPidana). Dalam KUHPidana hanya dikenal istilah
pengguguran kandungan. Istilah “aborsi” yang berasal dari kata
abortus bahasa latin, artinya “kelahiran sebelum waktunya”.
Sinonim dengan kata itu mengenal istilah “kelahiran yang
premature” atau miskraam (Belanda), keguguran.
KLASIFIKASI
Secara garis besar abortus dapat di bagi dalam 2 kelompok,
yaitu:
1. Abortus dengan penyebab yang wajar (abortus spontanea),
yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya, disebut juga
keguguran.
2. Abortus yang sengaja dibuat (abortus provokatus/induksi
abortus), yaitu abortus disengaja atau digugurkan, merupakan
80 % dari semua kasus abortus. Abortus yang disengaja ini
dapat bersifat murni medisinalis, tetapi dapat pula bersifat
medisinalis kriminalis tergantung dari pelaku abortusnya
yang dapat dibedakan antara :
1. abortus provokatus medisinalis (terapeutik) atau legal
abortion yaitu abortus yang dilakukan atas indikasi medis,
dilakukan oleh tenaga yang terdidik khusus untuk
melakukannya dengan baik dan bukan dilakukan untuk
mempertahankan nama baik atau kehormatan keluarga.
Biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan
membahayakan dan dapat membawa maut bagi ibu
contohnya ibu dengan penyakit jantung, hipertensi,
kanker leher rahim, dan lain-lain.
2. abortus provokatus kriminalis yaitu abortus yang
dilakukan tanpa indikasi medis. Dilakukan secara
sembunyi-sembunyi dan dilakukan oleh tenaga yang
umumnya tidak terdidik khusus, termasuk oleh wanita
hamil itu sendiri. Ini disebut juga illegal abortion.
Obat – obatan
Kekerasan Mekanik
Tindakan kekerasan yang bersifat umum :
o Penekanan pada abdomen, misalnya pukulan, tendangan
o Menggunakan ikatan yang kencang pada bagian abdomen.
o Latihan olahraga yang keras misalnya bersepeda, meloncat,
menunggang kuda, mendaki gunung, berenang, naik turun
tangga.
o Mengangkat barang-barang berat.
o Pemijatan uterus melalui dinding abdomen.
Tindakan kekerasan yang bersifat lokal :
o Merobek selaput amnion, yaitu dengan memasukkan
benda tajam seperti kateter, jarum, dll kedalam rongga
uterus.
o Pernggunaan ganggang laminaria yang diamternya
berukuran 0,4-0,5 cm. Ganggang ini direndam dalam air
dan dimasukkan kedalam ostium uteri. Dengan demikian
akan menyebabkan robeknya selaput amnion dan terjadi
abortus.
Pemeriksaan Ibu :
1. Pemotretan sebelum memulai pemeriksaan
Identifikasi umum
o Tinggi badan, berat badan, umur. Pakaian; cari tanda-tanda
kontak dengan suatu cairan, terutama pada pakaian dalam.
o Catat suhu badan, warna dan distribusi lebam jenasah.
o Periksa dengan palpasi uterus untuk kepastian adanya
kehamilan.
o Cari tanda-tanda emboli udara, gelembung sabun, cairan
pada :
- arteri coronaria
- ventricle kanan
- arteri pulmonalis
- arteri dan vena dipermukaan otak
- vena-vena pelvis
o Vagina dan uterus diinsisi pada dinding anterior untuk
menghindari jejas, kekerasan yang biasanya terjadi pada
dinding posterior misalnya perforasi uterus. Cara
pemeriksaan: uterus direndam dalam larutan formalin 10%
selama 24 jam, kemudian direndam dalam alcohol 95%
selama 24 jam, iris tipis untuk melihat saluran perforasi.
Periksa juga tanda-tanda kekerasan pada cervix (abrasi,
laserasi).
o Ambil sampel semua organ untuk menilai histopatologis.
o Buat swab dinding uterus untuk pemeriksaan
mikrobiologi.
o Ambil sampel untuk pemeriksaan toksikologis :
- isi vagina
Pemeriksaan janin
- Umur janin
- Golongan darah
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan
anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian,
dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena
membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan
karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada
saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas
nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342
dipandang, bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai
pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.
Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita
tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau
membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam
pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut
hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan
dilakukan.
Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
BAB IX
INFANTISID
Motif Infantisid :
Anak yang tidak sah
Warisan
Orang tua yang terlalu miskin
Pada beberapa keluarga, bayi perempuan dianggap kurang
berarti
Wanita tuna susila yang tidak menghendaki kelahiran
anak
Tujuan Pemeriksaan untuk membuktikan :
Pengertian “pembunuhan bayi” mengharuskan untuk
membuktikan :
Lahir hidup
Kekerasan
Sebab kematian
Pengertian “baru lahir” mengharuskan penilaian :
Cukup bulan atau belum dan usia kehamilan
Usia pasca lahirnya
Viabel atau tidak
Pengertian “takut diketahui” dibuktikan dengan tidak
adanya tanda-tanda perawatan
Pemeriksaan :
1. Dada :
mengembang
diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5
tepi paru menumpul
Viable
Bayi/janin yang dapat hidup di luar kandungan
umur kehamilan > 28 minggu
PB (kepala-tumit) > 35 cm
PB (kepala-tunggging) > 23 cm
BB > 1000 garam
lingkar kepala > 32 cm
tidak ada cacat bawaan yang fatal
Bayi cukup bulan (matur)
umur kehamilan > 36 minggu
PB (kepala-tumit) > 48 cm
PB (kepala-tungging) 30-33 cm
BB 2500-3000 gram
lingkar kepala 33 cm.
lanugo sedikit : pada dahi, punggung & bahu
pembentukan tulang rawan telinga sudah sempurna
diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih
kuku-kuku jari telah melewati ujung jari
garis telapak kaki > 2/3 bagian depan kaki
testis sudah turun ke dalam skrotum
BAB X
KEJAHATAN SEKS
Pengertian
Kejahatan seksual (sexual offences) adalah salah satu bentuk
dari kejahatan tubuh yang merugikan kesehatan dan nyawa
manusia. Ilmu Kedokteran Forensik berguna dalam
pembuktian
Pembagian
Terdapat dua macam bentuk kekerasan seksual, yaitu ringan
dan berat.
Macam-macam kekerasan seksual ringan :
pelecehan seksual
gurauan porno,
siulan, ejekan dan julukan
tulisan/gambar
ekspresi wajah,
gerakan tubuh
perbuatan menyita perhatian seksual tak dikehendaki
korban, melecehkan dan atau menghina korban.
Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat
dimasukkan ke dalam jenis kekerasan seksual berat.
Perundang-undangan
Persetubuhan tertera pada Bab XIV KUHP
Tentang Kejahatan Terhadap Kesusilaan
Pemeriksaan Medis
1. Anamnesis
Anamnesis umum memuat:
- Identitas : Nama, umur, TTL, status perkawinan,
- Spesifik : Siklus haid, peny. kelamin, peny. kandungan,
peny. lain, pernah bersetubuh, persetubuhan yang
terakhir, kondom ?
Anamnesis khusus memuat waktu kejadian
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum memuat :
- Kesan penampilan (wajah, rambut), ekspresi emosional,
tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran / obat bius /
needle marks.
- Berat badan, tinggi badan, tanda vital, pupil, refleks
cahaya, pupil pinpoint, tanda perkembangan alat kelamin
sekunder, kesan nyeri ?
Pemeriksaan fisik khusus memuat:
- Pembuktian persetubuhan :
131 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
ada / tidak penetrasi penis ke vagina / anus / oral
ejakulat / mani pd vagina / anus
- Bukti Penetrasi :
Robekan hymen, laserasi (mencakup perkiraan waktu)
Variasi : - korban 3 hr lalu / lebih
- hymen elastis
- penetrasi tidak lengkap
Bukti Ejakulat/mani (mencakup perkiraan waktu)
Perlekatan rambut kemaluan
Ejakulat di liang vagina
3. Pemeriksaan Pakaian
- rapi / tidak,
- robekan ? lama / baru, melintang ? pada jahitan ? kancing
putus ?
- bercak darah
- air mani
- lumpur / kotoran lain TKP ?
4. Pemeriksaan Laboratorium
- cairan dan sel mani dalam lendir vagina
- pemeriksaan terhadap kuman N. gonorrhoea sekret ureter
- pemeriksaan kehamilan
- toksikologik darah dan urin
Pembuktian Adanya Kekerasan
- Luka2 lecet bekas kuku, gigitan (bite marks), luka2 memar
- Lokasi : Muka, leher, buah dada, bagian dalam paha dan
sekitar alat kelamin
Perkiraan Umur
Umur berkaitan dengan KUHP
- Dasar berat badan, tinggi badan, bentuk tubuh, gigi, ciri-ciri
kelamin sekunder
- Pemeriksaan sinar X : standar waktu penyatuan tulang
Homoseksual
- Homoseksual merupakan salah satu bentuk kejahatan
seksual
- Di dalam pasal 292 KUHP, terdapat ancaman hukuman bagi
seseorang yang cukup umur yang melakukan perbuatan
cabul dengan orang lain yang sama kelaminnya yang belum
cukup umur
BAB XI
KEMATIAN MENDADAK
Definisi
Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan sumber, karakteristik dan kandungan racun, gejala dan
tanda yang disebabkan racun, dosis fatal, periode fatal,dan
penatalaksanaan kasus keracunan. Periode fatal merupakan
selang waktu antara masuknya racun dalam dosis fatal rata-rata
sampai menyebabkan kematian pada rata-rata orang sehat.
Dalam berbagai kepustakaan, terdapat berbagai pengertian
tentang keracunan (poisoning) dan intoksikasi. Beberapa
137 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
kepustakaan menyatakan pengertian keracunan dan intoksikasi
berbeda, dimana keracunan dinyatakan sebagai over dosis yang
mempunyai efek sentral sedangkan intoksikasi merupakan over
dosis yang bersifat umum baik sentral maupun perifer. Namun
kepustakaan lain menyatakan keracunan dan intoksikasi
memiliki pengertian yang sama.
Berbagai definisi racun telah dipublikasikan berdasarkan
sudut pandang yang berbeda dari berbagai ahli. Semua definisi
memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri dalam
interpretasi dan banyak definisi yang tumpang tindih satu
dengan lainnya. Paracelcus (1493-1541) yang lebih dikenal
sebagai Theopraksis Bombastus Von Honhenheim, orang yang
pertama mendefinisikan racun, menyatakan semua substansi di
alam adalah racun hanya dosis yang membedakan substansi
tersebut racun atau bukan (sola dosis facit venenum).
Tosksikologist Seinen (1989) menyatakan racun adalah
substansi yang diberikan secara berlebihan sehingga
toksikologi dianggap sebagai pengetahuan tentang sesuatu
yang berlebihan (toxicology is the knowledge of too much). 5
Sangster secara lebih rinci menyatakan tentang sumber
substansi yang dianggap racun. Keracunan dianggap sebagai
cidera yang diakibatkan konsentrasi berlebihan dari substansi
eksogenous (dari luar tubuh manusia).
Toksisitas Racun
Dalam pemeriksaan keracunan harus diperhatikan
kondisi-kondisi yang mempengaruhi fatalitas racun pada
korban, baik pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan. Banyak substansi yang hanya bersifat
toksik dalam jumlah yang besar tetapi ada yang bersifat toksik
meskipun jumlahnya kecil. Demikian juga adanya substansi
tertentu secara tersendiri tidak bersifat toksik atau toksisitasnya
rendah tetapi dengan adanya substansi lain, menyebabkan
substansi tersebut menjadi toksik. Hal yang perlu diperhatikan
dalam pemeriksaan korban hidup, antara lain :
1. Toksisitas intrinsik
138 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
Ikatan kimia (struktur kimia) suatu zat secara intrinsik
membentuk sifat racun zat tersebut,misalnya unsur sodium.
2. Dosis dan bioavailabilitas
Farmakokinetik untuk substansi yang bersifat sistemik
sangat tergantung dosis zat yang masuk ke dalam tubuh dan
kecepatan metabolisme zat terutama di organ detoksifikasi
(hati). Metabolisme zat di dalam hati sebelum beredar ke
dalam sirkulasi sistemik (first pass effect) sangat
menentukan toksisitas zat yang masuk ke dalam tubuh
secara oral.
3. Konsentrasi
Fatalitas beberapa zat tergantung konsentrasi seperti halnya
gas karbon monoksida (CO), asam kuat dan basa kuat.
4. Frekuensi dan waktu paruh
Seringnya kontak, lama kontak (durasi) dan waktu paruh zat
yang kontak juga mempengaruhi toksisitas racun.
5. Cara masuk zat ke dalam tubuh
Cara masuk zat ke dalam tubuh sangat menentukan
kecepatan kecepatan absorbsi dan beredarnya zat secara
sistemik. Pemekaian zat per oral relatif lebih lambat
dibandingkan secara injeksi dan inhalasi.
6. Ko-medikasi
Adanya zat lain (ko-medikasi) dapat meningkatkan
toksisitas zat dengan toksisitas rendah atau mengubah zat
yang tidak toksik menjadi toksik. Alkohol merupakan ko-
medikasi yang paling sering digunakan, yang dapat
meningkatkan efek depresan dari obat-obat yang menekan
sistem saraf pusat..
7. Kondisi pemakai
Kondisi korban harus diperiksa dengan teliti terhadap
adanya penyakit-penyakit yang melibatkan sistem
metabolisme dan detoksifikasi, dimana penyakit tersebut
dapat meningkatkan toksisitas suatu zat. Demikian juga
halnya faktor umur, jenis kelamin, status gizi, reaksi alergi,
dan idiosinkrasi.
Keracunan Narkotika
154 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
Kematian akibat narkotika lebih sering karena kecelakaan.
Pada pemeriksaan kasus yang meninggal akibat narkotika,
perlu diperhatikan akan adanya bekas suntikan yang baru dan
lama. Pada para pemakai narkotika dengan suntikan dapat
diteukan pembesaran kelenjar limfe regional. Kadangkala
ditemukan tatto pada tempat yang tidak lazim, misalnya pada
lipat siku, yang dimaksudkan menutupi bakas suntikan.
Kematian akibat narkotika paling sering melalui
terjadinya depresi napas. Pada pemeriksaan jenazah akan
ditemukan kelainan pada paru berupa pembendungan hebat
dan edema paru hebat, narcotic lung atau gambaran pneumonia
lobaris. Pembendungan ditemukan pula pada organ-organ
tubuh lainnya.
Pemeriksaan toksikologi dilakukan terhadap darah dan
urin. Selain itu, pemeriksaan toksikologi juga dilakukan pada
cairan empedu serta tempat masuknya narkotika tersebut
(jaringan sekitar suntikan pada pemakai narkotika suntikan,
nasal swab pada mereka yang melakukan sniffing, isi lambung
pada mereka yang menelan narkotika).
Pemeriksaan Toksikologi pada Kematian Akibat Keracunan
Investigasi kematian akibat keracunan dapat dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Mengumpulkan keterangan riwayat keracunan dan
spesimen yang sesuai
Saat ini, terdapat banyak bahan yang beredar di
masyarakat yang dapat menyebabkan kematian jika dicerna,
diinjeksi, atau terinhalasi. Ahli toksikologi harus membatasi
sejumlah material yang dianalisis. Sebelum memulai
analisis, penting sekali dilakukan pengumpulan informasi
yang mungkin berkaitan dengan fakta keracunan. Ahli
toksikologi harus memperhatikan usia, jenis kelamin, berat
badan, riwayat kesehatan, dan pekerjaan korban, pemberian
terapi sebelum meninggal, temuan pada otopsi, obat yang
terdapat pada korban, dan interval waktu antara onset gejala
dan kematian.
155 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
Pengumpulan spesimen untuk analisis toksikologi
biasanya dilakukan saat dilakukan otopsi. Spesimen dari
sejumlah cairan tubuh dan organ penting untuk
mengambarkan afinitas obat dan racun terhadap jaringan
tubuh. Spesimen harus dikumpulkan sebelum jenazah
diawetkan, dimana proses ini dapat merusak atau
melarutkan racun dan membuat deteksi menjadi tidak
memungkinkan. Contohnya CN dirusak oleh proses
pembalseman.
2. Analisis toksikologi
Sebelum memulai analisis, ahli toksikologi harus
mempertimbangkan beberapa faktor yaitu: jumlah spesimen
yang tersedia, sifat dasar temuan racun dan biotransformsi
racun. Pada kasus keracunan dengan racun yang masuk per
oral, isi saluran cerna harus dianalisi pertama kali, ketika
sejumlah residu racun yang tak terabsorbsi masih
ditemukan. Selanjutnya urin dapat dianalisis, karena ginjal
merupakan organ ekskresi utama untuk kebanyakan racun
dan racun dalam konsentrasi tinggi sering ditemukan pada
urin. Setelah absorbsi pada saluran cerna, obat atau racun
pertama-tama dibawa ke hepar sebelum memasuki sirkulasi
sistemik, oleh karena itu, analisis pertama dari organ dalam
dilakukan pada hepar. Jika racun tertentu diduga atau
diketahui terlibat pada kasus kematian, ahli toksikologi
memilih menganalisis pertama-tama jaringan dan cairan
dimana racun terkonsentrasi.
3. Interpretasi terhadap hasil analisis
Setelah mengumpulkan keterangan-keterangan tentang
riwayat kasus keracunan, mengumpulkan laporan hasil
analisis berdasarkan toksisitas, distribusi, dan
biotransformasi dan membandingkan hasil analisis dengan
kasus serupa yang pernah dilaporkan pada literatur yang
berkualitas atau kasus serupa dari pengalamannya sendiri.
Pemeriksaan toksikologi diperlukan pada kondisi seperti
kasus kematian mendadak yang terjadi pada seseorang maupun
sekelompok orang, kematian yang dikaitkan dengan tindakan
156 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
abortus, kasus perkosaan atau kejahatan seksual lainnya,
kecelakaan transportasi, khususnya pada pengemudi dan pilot,
kasus penganiayaan dan pembunuhan (selektif), kasus yang
memang diketahui atau patit diduga meelan racun, kematian
setelah tindakan medis, penyuntikan, operasi dan lain
sebagainya.
Gejala yang Menyerupai Keracunan (Apperent Intoxicataion)
a. Koma hipoglikemi
b. Cerebro vasculer accident
c. Exhaustion setelah kejang atau setelah pemakaian MDMA
d. Trauma ota dan kematian otak
e. Meningitis
f. Flash black setelah penyalahgunaan obat
g. Gejala withdrawal
h. Idiosinkrasi dan reaksi hipersensitivitas
i. Syok neurogenik
j. Gejala tak terdga dari penyakit tertentu seperti penyakit
Lyme atau tumor otak.