Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul : Analisa aspirin dan kafein dalam tablet


B. Tujuan : Tujuan dari percobaan yang dilakukan pada analisa aspirin dan
kafein dalam tablet adalah:
1. Menentukan kadar aspirin suatu tablet
2. Menentukan kadar kafein suatu tablet
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.1. Aspirin
Aspirin adalah obat salisilat, yang bekerja dengan cara mengurangi zat dalam
tubuh yang menyebabkan rasa sakit, demam, dan peradangan. Terkadang, aspirin
digunakan untuk mencegah serangan jantung, stroke, dan kejang. Aspirin
digunakan hanya untuk keadaan kardiovaskular di bawah pengawasan dokter.
Namun aspirin juga memiliki beberapa efek samping dari penggunaannya, seperti
efek hematologis (meningkat ketika perdarahan terjadi, berkurang dalam
kelekatan platelet, hemorrhage), reaksi hipersensitivitas, dan efek CNS (tinnitus,
depresi). Dalam penggunaan aspirin, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
terlebih dahulu, seperti aspirin akan berkontra-indikasi pada pasien penderita bisul
perut, yang dikenal sebagai alergi, hemofilia, gangguan hemorrhagic, dan gagal
ginjal. Serta yang harus diperhatikan, pastikan bahwa manfaat penggunaan aspirin
lebih besar daripada resiko dalam menggabungkan penggunaan warfarin, heparin,
dan obat lainnya yang meningkatkan resiko berdarah. (Sandika, 2010)
Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH
dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang
berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan
menghasilkan aspirin. Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik. Sifat antipiretik
dan analgenik yang ditemukan berasal dari senyawa salicin. Salicin merupakan
kelompok glikosida. Glikosida adalah senyawa yang memiliki bagian gula terikat
pada non-glikosa L. Untuk menganalisa kandungan aspirin dapat digunakan titrasi
asam basa menggunakan NaOH setelah kristal aspirin dilarutkan dalam etanol
(pelarut organik) (Wahyuewmuslim, 2008).
Aspirin pertama kali digunakan dalam pengobatan oleh Dresser pada tahun
1899. Aspirin pertama kali dibuat oleh Kalbe pada tahun 1874 dengan mengubah
asam salisilat dengan anhidrid asam asetat. Asam hidrogen pada gugus hidroksil
dari asam salisilat telah diganti dengan gugus acid yang juga dapat dilakukan
dengan menggunakan asetil klorida dengan asam salisilat pada keton.
Aspirin merupakan senyawa ester fenil yang tersubstitusi. Sebagaimana
bentuk ester aromatik pada umumnya, aspirin mempunyai gugus rawan yang
sangat peka dengan kata lain aspirin relatif tidak stabil terhadap pengaruh
hidrolisis terhasifis asam spesifik dan basa spesifik. Ditambah bentuk kurva yang
sigmoid sebagai hasil hidrolisis antar aspirin. (Gisvold, Wilson. 1982).

A.2. Kafein
Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine
bersama-sama senyawa tefilin dan teobromin. Pada keadaan asal, kafein ialah
serbuk putih yang pahit. Rumus kimianya ialah C6H10N4O2 dan nama sistematik
kafein ialah 1,3,7-trimetilxanthine atau 3,7-dihidro-1,3,7-trimetil-1 H-purin-2,6-
dione.
Kafeina atau lebih populernya kafein, merupakan senyawa alkanoid xantina
berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang
psikoaktif dan diuretik ringan. Kafeina dijumpai secara alami pada bahan pangan
seperti biji kopim daun teh, buah kola, guarana, dan mate, namun sumber utama
kafeina dunia adalah biji kopi. Kandungan kafeina pada kopi bervariasi,
tergantung pada jenis biji kopi dan metode pembuatan yang digunakan. Secara
umum, satu sajian kopi mengandung sekitar 40 mg (30 mL espresso varietas
arabica) kafeina, sampai 100 mg kafeina untuk satu cangkir (120 mL) kopi.
(Anonim, 2007)
Kafeina (1,3,7-trimetilxanthine) ditemukan dalam kopi, teh, coklat, minuman
ringan dan banyak obat-obatan merupakan senyawa yang paling banyak ditemui
di kelompok tumbuhan alkaloid. Kafeina yang bersifat basa memiliki kemiripan
bentuk dengan beberapa metabolit endogen, mampu melewati penghalang darah
di otak (blood-brain barrier) dan plasenta, serta terdistribusi di cairan intraseluler.
Sifat-sifat tersebut yang memungkinkan kafeina untuk dapat mempengaruhi
banyak jaringan dalam tubuh manusia, termasuk sistem saraf pusat, sistem
kardiovaskuler, dan otot skeleton (Kafarelli, 1999).
Kafein atau 1,3,7 trimetil xantin adalah basa yang sangat lemah dalam air
atau alkohol tidak terbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk
putih, dan alkaloid ini tidak berbau juga rasanya pahit. Kafein terlarut dalam air
dengan perbandingan 1:50, alkohol dengan perbandingan 1:75, atau kloroform
dengan perbandingan 1:6. Dalam pengobatan kafein adalah obat pilihan antara
tiga santin untuk memperoleh efek stimulan pada susunan saraf pusat. Aksi
stimulan ini hampir fisiologik alami dan menolong untuk menghindari kelemahan,
kelelahan, dan ngantuk. Kelihatannya sedikit toleransi bertambah terhadap
stimulan kafein, sebab itu habitual peminum kopi berlanjut karena pengalaman
stimulasi dari hari ke hari, biasanya kafein tidak mempunyai nilai dalam keadaan
lain, meskipun aksi farmakologi lain, meskipun stimulasi berlebihan, akan
menjadi berlebihan ketika dosis terlalu banyak dan mengakibatkan aksi lain.
(Connors, Amaidon, 1997)
BAB III
METODE
A. Alat dan bahan
A.1. Analisa Aspirin
a. Alat :
1. Neraca digital
2. Lumpang porselen
3. Labu ukur
4. Pro pipet
5. Erlenmeyer
6. Pipet tetes
7. Corong
8. Buret
9. Pepet tetes
10. Kompor
b. Bahan :
1. Tabnel Aspirin
2. Alkohol 95%, 25 ml
3. Indikator pp
4. Aquades
5. NaOH 0,1 N
A.2. Analisa Kafein
a. Alat :
1. Neraca digital
2. Lumpang porselen
3. Labu ukur
4. Pro pipet
5. Kertas saring
6. Erlenmeyer
7. Pipit tetes
8. Buret
9. Corong
b. Bahan :
1. Tablet kafein
2. Alkohol 95%, 25 ml
3. H2SO4 10%, 5 ml
4. Iodin 0,1 N , 25 ml
5. Amilum
6. Na2S2O3

B. Cara Kerja
B.1. Analisa Aspirin
Tablet aspirin yang akan digunakan dalam percobaan ini ditimbang dan
beratnya dicatat. Kemudian tablet digerus dengan lumpung porselen sampai halus.
Hasil gerusan dimasukan ke erlenmeyer dan lumpang porselen dicuci dengan
alkohol 95% sebanyak 25 ml kemudian dimasukan kedalam erlenmeyer.
Erlenmeyer digoyang-goyang selama 5 menit, setelah itu erlenmeyer dipanaskan
dengan kompor sampai mendidih lalu didinginkan. Larutan dimasukan kedalam
labu ukur dan ditambahkan aquades sampai tanda batas. Larutan diambil sebanyak
20 ml, ditambah 5 ml aquades dan indikator pp sebanyak 3 tetes. Setelah itu
larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna larutan berubah menjadi merah
muda yang tetap sampai waktu 1 menit. Volume titran dicatat dan percobaan ini di
ulangi sebanyak 2 kali. Kadar aspirin dihitung dengan menggunakan rumus :
100
x Vol rata−rata NaOH x 0 , 01802
20
x 100 %
% kadar aspirin = Berat tablet

100
x (Vol rata−rata NaOH x 18 , 02 )
= 20
Aspirin (mg/tablet)
B.2. Analisa Kafein

Tablet kafein yang digunakan dalam praktek ini ditimbang, dicatat merk serta
kadarnya. Kemudian tablet digerus dengan lumpang porselen dan dimasukan
kedalam labu ukur. Lumpang porselen dicuci menggunakan alkohol 95%
sebanyak 25 ml dan dimasukan kedalam labu ukur, setelah itu digoyang-goyang
selama 5 menit. Setelah digoyang-goyang, ditambahkan H2SO4 10% sebanyak 5
ml dan Iod 0,1 N sebanyak 20 ml, kemudian diencerkan dengan aquades hingga
tanda batas dan disaring menggunakan kertas saring. Hasil penyaringan dikocok
dan didiamkan selama 10 menit. Setelah itu, larutan diambil sebanyak 20 ml dan
dimasukan kedalam erlenmeyer. Ditambahkan amilum sebanyak 3 tetes, dan
dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N hingga jernih. Volume titran dicatat, dan
percobaan diulang sebanyak 2 kali. Kadar aspirin dihitung menggunakan rumus :
% kadar kafein =

100
{ 20 x Vol rata−rata Na S O )} x 0 , 00483 x 100 %
(20 − 2 2 3

Berat tablet

100
Kafein (mg/tablet) =
{ (
20 −
20
x Vol rata−rata Na 2 S 2 O 3 )} x 4 ,83
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAAN
► Pembahasan pengamatan aspirin:
A. Tabel Hasil
Tabel hasil pengamatan aspirin
Berat Teblet Vol. NaOH (ml) Rata2 vol NaOH Kadar Aspirin
(gr) 1 2 3 (ml) % Kadar mg/tablet
0,574 5 5 5 5 77,94 450,5

B. Pembahasaan
Aspirin adalah obat salisilat, yang bekerja dengan cara mengurangi zat dalam
tubuh yang menyebabkan rasa sakit, demam, dan peradangan. Terkadang, aspirin
digunakan untuk mencegah serangan jantung, stroke, dan kejang. Aspirin
digunakan hanya untuk keadaan kardiovaskular di bawah pengawasan dokter.
Mengkonsumsi aspirin setiap hari, bahkan pada dosis rendah sekitar 7mg, mampu
mengurangi resiko jangka panjang untuk beberapa jenin kanker, terutama kanker
usus dan esofagus. (Sandika, 2010)
Pada percobaan pertama ini yaitu menentukan kadar aspirin dalam tablet,
teblet aspirin yang digunakan digerus terlebih dahulu menggunakan lumpang
porselen. Tujuan penggerusan ini adalah untuk menghaluskan teblet aspirin agar
lebih mudah dilarutkan karena jika sudah digerus, maka luas permukaannya lebih
kecil dibandingkan dalam bentuk teblet. Hasil gerusan tablet aspirin dimasukan
kedalam erlenmeyer, dan lumpang porselen yang telah digunakan dicuci
menggunakan alkohol 95%. Tujuan dari mencuci lumpang porselen ini agar
butiran-butiran aspirin yang masih tertinggal di lumpang porselen dapat terlarut
dalam alkohol, karena aspirin bersifat polar sehingga akan mudah larut dalam
alkohol yang juga bersifat polar. Hal ini berdasarkan teori “like dissolves like”,
yang berarti senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar juga.
Alkohol yang digunakan untuk mencuci lumpang porselen, dimasukan
kedalam erlenmeyer yang sama lalu digoyang-goyang. Proses penggoyangan
erlenmeyer ini bertujuan agar larutan ini dapat tercampur secara homogen atau
merata. Setelah digoyang-goyang selama 5 menit, erlenmeyer dipanaskan hingga
mendidih. Tujuan dari proses pemanasan ini adalah untuk mempercepat reaksi
agar reaksi berlangsung dengan sempurna, ketika erlenmeyer dipanaskan ikatan
COOH terputus manjadi COO- dan H+. Setelah dipanaskan, larutan didinginkan,
ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein (pp) dan ditambahkan aquades.
Penambahan aquades ini bertujuan untuk mengencerkan larutan agar lebih mudah
bereaksi dan penambahan indikator pp bertujuan memperlihatkan titik ekuivalen
larutan.
Setelah itu karena aspirin dititrasi denga larutan NaOH 0,1 N, karena aspirin
bersifat asam sehingga harus dinetralkan dengan basa. Dalam titrasi ini, terjadi
reaksi sebagai berikut:

O
O
O C CH3
O C CH3 + NaOH + H2O

COONa
COOH
Titrasi dihentikan setelah warna yang semula putih jernih menjadi merah jambu
dan bertahan hingga 1 menit. Jika reaksi terjadi kelebihan NaOH, maka reaksi
yang terjadi:
O
O
O C CH3
O C CH3 + NaOH + COOH

ONa
COOH
Pada percobaan penentuan kadar aspirin ini, dilakukan metode titrasi
alkalimetri. Titrasi alkalimetri termasuk dalam jenis metode titrasi netralisasi.
Titrasi alkalimetri merupakan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam
yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar. Larutan
basa standar yang biasa digunakan dalam titrasi alkalimetri adalah larutan standar
basa kuat (NaOH dan KOH). Larutan standar yang digunakan pada percobaan ini
adalah NaOH 0,1 N. Titrasi alkalimetri digunakan dalam percobaan ini karena
aspirin bersifat asam, sehingga dapat dinetralisasi menggunakan basa (dititrasi
menggunakan NaOH).
Setelah dilakukan proses titrasi, didapat data dari hasil 3 kali pengulangan
percobaan. Dari 3 kali pengulangan percobaan, volume NaOH yang didapat selalu
5,0 mL, sehingga hasil rata-rata volume NaOH yang didapat 5 mL. Dengan data
berat tablet aspirin 0,634 gr dan rata-rata volume NaOH 5 mL, dilakukan
perhitungan kadar aspirin. Hasil yang didapat setelah dilakukan perhitungan
adalah, kadar aspirin dalam tablet sebesar 77,94% dan kadar aspirin dalam
mg/tablet adalah 450,5 mg/tablet atau 0,45 gr/tablet.
Pada kemasan tablet aspirin, tertera kadar aspirin sebesar 5,0 gr/tablet.
Namun setelah dilakukan percobaan, hasil yang didapat sebesar 0,45 gr/tablet.
Hasil percobaan ini sudah mendekati kadar yang tertera dalam kemasan tablet
aspirin. Jika tablet ini dikonsumsi, dengan data yang ada maka keamanannya
dapat dijamin karena masih didalam batas normal kadar aspirin untuk dikonsumsi
sehari-hari.

► Pembahasaan pengamatan Kafein


A. Tabel Hasil
Tabel hasil pengamatan kafein
Berat Teblet Vol. Na2S2O3 (ml) Rata2 vol Kadar Na2S2O3
(gr) 1 2 3 NA2S2O3 (ml) % Kadar mg/tablet
0,634 2,4 2 2 0,634 7,12 45,16

B. Pembahasan
Kafeina atau lebih populernya kafein, merupakan senyawa alkanoid xantina
berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang
psikoaktif dan diuretik ringan. Kafeina dijumpai secara alami pada bahan pangan
seperti biji kopi, daun teh, buah kola, guarana, dan mate, namun sumber utama
kafeina dunia adalah biji kopi. Terlalu banyak kafeina dapat menyebabkan
peracunan (intoksikasi) kafeina atau mabuk akibat kafeina. Gejala penyakit ini
antara lain ialah keresahan, kerisauan, insomnia, keriangan, muka merah, sering
kencing (diuresis), dan masalah gastrointestial. (Anonim, 2009)
Pada percobaan kedua ini yaitu menentukan kadar kafein dalam teblet,
teblet kafein (merk panadol) yang digunakan digerus terlebih dahulu hingga halus
menggunakan lumpang porselen. Tujuan penggerusan ini adalah untuk
menghaluskan tablet kafein agar teblet kafein lebih mudah dianalisis karena
permukaannya akan lebih kecil sehingga dapat dengan mudah larut dalam air.
Hasil gerusan dimasukan kedalam labu ukur dan lumpang porselen di cuci
menggunakan alkohol 95%. Tujuan dari mencuci lumpang porselen ini agar
butiran-butiran kefein yang masih tertinggal di lumpang porselen dapat terlarut
dalam alkohol, karena kafein bersifat polar sehingga akan mudah larut dalam
alkohol yang juga bersifat polar. Hal ini berdasarkan teori “like dissolves like”,
yang berarti senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar juga.
Alkohol yang digunakan untuk mencuci lumpang porselen, dimasukan
kedalam labu ukur yang sama lalu digoyang-goyang. Proses penggoyangan labu
ukur ini bertujuan agar larutan ini dapat tercampur secara homogen atau merata.
Setelah itu ditambahkan H2SO4 10% sebanyak 5 mL dan Iod 0,1 N sebanyak 20
mL dan juga ditambahkan aquades hingga tanda batas labu ukur.
Penambahan H2SO4 10% bertujuan untuk mempercepat reaksi larutan
(sebagai katalisator), karena larutan H2SO4 10% bersifat eksotermis sehingga
larutan tidak perlu dipanaskan lagi untuk memutuskan ikatan rangkap pada kafein.
Penambahan Iod 0,1 N bertujuan untuk menganalisa kafein sehingga akan terjadi
reaksi antara ikatan rangkap kafein dengan dengan ikatan iod yang disebut reaksi
adisi, sedangkan penambahan aquades pada larutan bertujuan untuk
mengencerkan larutan sehingga larutan lebih mudah bereaksi. Setelah itu, larutan
disaring menggunakan kertas saring yang bertujuan agar larutan dapat terpisah
dari endapan atau partikel-partikel berukuran besar yang dapat mengganggu
ketika proses titrasi.
Hasil dari penyaringan digoyang-goyang yang bertujuan untuk
mencampurkan larutan hingga merata (homogen). Rumus reaksi yang terjadi
dapat dituliskan sebagai berikut :
CH3
I
N N O
C C N
N CH N C N
N 3
CH3 O
I

+ I2 →

Larutan kemudian diambil sebanyak 20 mL dan dimasukan kedalam erlenmeyer,


ditambahkan amilum sebanyak 3 tetes. Penambahan amilum pada larutan adalah
sebagai indikator yang akan menunjukan titik akhir titrasi (titik ekuivalen) dan
amilum akan membuat larutan mengalami perubahan warna dari warna biru
kehitaman menjadi bening.
Larutan kemudian dititrasi menggunakan larutan Na2S2O3 0,1 N sebagai zat
penitran, dan proses titrasi dihentikan ketika larutan menunjukan perubahan warna
dari biru kehitaman menjadi bening. Na2S2O3 0,1 N juga berfungsi untuk
menetralkan Iod yang tidak ikut bereaksi (kelebihan Iod pada reaksi adisi).
Fungasi proses titrasi adalah untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan
menggunakan titran yang telah diketahui konsentrasi dan volumenya. Ketika
proses titrasi, reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut : I 2 + 2Na2S2O3
 2NaI + Na2S4O6.
Dalam penentuan kadar kafein ini, titrasi yang digunakan ialah titrasi
iodometri. Titrasi iodometri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda
penentuan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi
dengan sampel atau berbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide.
Iodide adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya. Dalam reaksi redoka
harus selalu ada oksidator dan reduktornya, sebab bila suatu unsur bertambah
bilangan oksidasinya (melepas elektron), maka harus ada suatu unsur yang
bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron). Karena itu,
tidak mungkin hanya ada oksidator saja atau reduktor saja. Dalam metode analisis
ini, sampel dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 terediksi menjadi ion iodida : A
( Reduktor ) + I2 → A ( Teroksidasi ) + 2 I -. Hal inilah yang membuat kita dalam
penentuan kadar kafein menggunakan titrasi iodometri.
Setelah proses titrasi selesai, didapati data dari 3 kali pengulangan
percobaan penentuan kadar kafein. Dari percobaan pertama, volume Na2S2O3 yang
didapat sebanyak 2,4 mL, percobaan kedua dan ketiga volume Na2S2O3 yang
didapat sebanyak 2 mL. Dengan berat tablet kafein (merk Panadol) 0,634 gr
dengan rata-rata volume Na2S2O3 2,13 mL, dilakukan perhitungan kadar kafein.
Hasil yang didapat setelah dilakukan perhitungan adalah, kadar kafein dalam
teblet sebesar 7,12% dan kadar kafein dalam mg/tablet sebesar 45,16 mg/tablet.
Pada kemasan tablet kafein (merk Panadol), tertera kadar kafein sebesar 65
mg/tablet. Namun setelah dilakukan percobaan ini, hasil yang didapat sebesar
45,16 mg/tablet. Hasil percobaan mengalami selisih yang cukup jauh dengan
kadar yang ada pada tablet, ini dapat terjadi dikarenakan kesalahan dalam proses
percobaan misalnya kesalahan dalam proses penyaringan. Tetapi tetap dapat
ditarik kesimpulan jika tablet ini dikonsumsi, dengan data yang didapat maka
keamanannya dapat dijamin karena masih dalam batas normal kadar kafein untuk
dikonsumsi.
BAB V
KESIMPULAN
► Percobaan pertama
Pada percobaan pertama yang bertujuan untuk menentukan kadar aspirin
dalam suatu tablet, didapat beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Pada percobaan ini menggunakan metode titrasi alkalimetri
2. Perubahan warna larutan yang dutunjukan oleh indikator pp, yaitu warna
larutan yang awalnya bening menjadi merah muda.
3. Kadar aspirin dalam persen (%) yang diperoleh dari hasil percobaan
sebesar 77,94% dan kadar aspirin dalam mg/tablet sebesar 450,5
mg/tablet.

► Percobaan Kedua
Pada percobaan kedua yang bertujuan untuk menentukan kadar kafein dalam
suatu tablet, didapat beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Pada percobaan ini mengguakan metode titrasi iodometri
2. Perubahan warna larutan yang ditujukan oleh indikator amilum yaitu
warna larutan biru kehitaman menjadi bening.
3. Kadar kafein dalam persen (%) yang diperoleh dari hasil percobaan
sebesar 7,12% dan kadar aspirin dalam mg/tablet sebesar 45,16 mg/tablet.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A. 2007. Fakta Kafein. http://spazipuccino.multiply.com/journal/item/4.
Diakses tanggal 5 Maret 2009.
Connors, Amaidon, Svela.1997. Stabilitas Kimiawi Sedvafarmasi Edisi II Jilid I.
New York: John willey and sons.
Gisvold, wilson. 1982. Kimia Farmasi dan Medicine Organik Edisi VIII Bagian
II. Semarang Press.

Kalmar, J.M. dan Kafarelli, E. 1999. Effect of Caffeine on Neuromuscular


Function. www.jappl.org. Diakses tanggal 20 Maret 2013.
Putri, S.D. 2010. ASPIRIN.
http://health.detik.com/read/2010/07/02/00620/1391485/769/aspirin.
Diakses tanggal 2 Juli 2010.
Wahyuewmuslim. 2008. Esterifikasi Fenol : Sintesis Aspirin. http://farmasi07itb /
2008/12/17/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/. Diakses tanggal 4 Maret
2009.
LAMPIRAN
► Perhitungan penentuan kadar Aspirin
Diketahui : Vol rata-rata NaOH = 5 ml
Berat tablet = 0,578 gr
100
x Vol rata−rata NaOH x 0 , 01802
20
x 100 %
% kadar aspirin = Berat tablet

100
x 5 ,45 ml x 0 , 01802
20
= x 100 %
0 ,605 gr
= 81,16 %

100
x (Vol rata−rata NaOH x 18 , 02 )
Aspirin (mg/tablet) = 20
100
x ( 5,45 ml x 18 ,02)
= 20

= 491,045 mg/tablet

► Perhitungan penentuan kadar kafein


Diketahui : Vol rata-rata Na2S2O3 = 2,13 ml
Berat tablet = 0,634 gr
%kadar kafein =

100
{ (
20 −
20 )}
x Vol rata−rata Na 2 S 2 O 3 x 0 , 00483
x 100 %
Berat tablet
100
{ (
20 −
20 )}
x 2, 13 ml x 0 ,00483
x 100 %
= 0 , 634 gr
= 7,12 %

100
Kafein (mg/tablet) =
{ (
20 −
20
x Vol rata−rata Na 2 S 2 O 3 )} x 4 ,83
100
=
{ 20 x 2 , 13 ml)} x 4 ,83
(
20 −

= 45,16 mg/tablet

Anda mungkin juga menyukai