Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pendidikan yang sangat cepat menuntut proses belajar sepanjang
hayat. Untuk itu penciptaan sistem pendidikan dan lingkungan belajar yang fleksibel
sangat dibutuhkan. Sistem pembelajaran jarak jauh telah menjadi sebuah inovasi yang
berarti dalam dunia pendidikan di abad ke dua puluh satu ini. Sistem pembelajaran jarak
jauh telah menunjukkan kemampuannya untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan
belajar dan berbagai macam tipe peserta didik.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang "Sistem


Pendidikan Nasional". Rumusan tentang Pendidikan Jarak Jauh terlihat pada BAB VI,
Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan pada Bagian Kesepuluh Pendidikan Jarak Jauh pada
Pasal 31 berbunyi : (1) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan; (2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan
pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara
tatap muka atau regular; (3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai
bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem
penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan; (4)
Ketentuan mengenai penyelenggarakan pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Dalam Permendikbud No 119 tahun 2014 dinyatakan bahwa PJJ diselenggarakan


dengan tujuan meningkatkan perluasan dan pemerataan akses pendidikan, serta
meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan dasar dan menengah. Oleh karenanya PJJ
memiliki karakteristik terbuka, belajar mandiri, belajar tuntas menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi pendidikan, dan/atau menggunakan teknologi pendidikan
lainnya. Melalui sistem PJJ, setiap individu dapat memperoleh akses terhadap pendidikan
berkualitas tanpa harus meninggalkan rumah, pekerjaan, dan tidak kehilangan
kesempatan bekerja. Selain akses, dalam meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan
bagi setiap individu. Sifat massal yang dimiliki sistem PJJ dalam mendistribusikan
pendidikan berkualitas yang terstandar dengan menggunakan TIK, standardisasi capaian
pembelajaran (learning outcomes), materi ajar, proses pembelajaran, bantuan belajar, dan
evaluasi pembelajaran, menjadikan pendidikan berkualitas dapat diperoleh berbagai
kalangan lintas ruang dan waktu.
Provinsi Jawa Barat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) tahun
2013-2018, memiliki visi “Membangun Masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing”
dan Misi “Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Masyarakat Jawa Barat melalui
Pendidikan yang unggul, terjangkau, merata dan terbuka”. Untuk mewujudkan visi dan
misi tersebut pemerintah telah mencanangkan pendidikan gratis mulai dari Sekolah Dasar
(SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kondisi saat ini Provinsi Jawa Barat masih belum berhasil mencapai APM, yang
secara nasional Provinsi Jawa Barat nilai APM menduduki posisi 2 terendah setelah
Provinsi Papua. Data pada tahun 2013-2014 capaian APK pendidikan menengah
Provinsi Jawa Barat memiliki kesenjangan 10% dari target pencapain APK SM yang
ditetapkan, hal ini ditunjukan masih terdapatnya 247.067 siswa yang tidak melanjutkan
ke tingkat sekolah menengah. Pada tahun 2014-2015 Berdasarkan data lulusan Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiah (SMP/MTs) sebanyak 703.747 siswa
sedangkan daya tampung sekolah menegah hanya 469.567 sehingga terdapat
kesenjangan sebesar 234.180 peserta didik yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke
sekolah menengah.m

Untuk mengatasi kesenjangan dari segi daya tampung sekolah Pemerintah Provinsi
Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan telah melaksanakan beberapa program unggulan
diantaranya pembanguan Ruang Kelas Baru (RKB), pembangunan unit sekolah baru
(USB), sekolah petang dan program Paket C, tetapi hasilnya belum dapat memenuhi
target pencapian APK-APM sekolah menengah.

Selain karena kondisi fisik sekolah menengah di Jawa Barat yang belum memiliki
daya tampung yang sesuai dengan kebutuhan, ada faktor lain yang menyebabkan angka
partisipasi sekolah menengah ini belum sesuai dengan harapan, diantaranya rendahnya
status ekonomi orang tua atau masyarakat dan keterpencilan tempat tinggal siswa, baik
secara sosial maupun geografis yang sulit untuk dijangkau oleh pelayanan pendidikan,
baik melalui Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) maupun
jenis pendidikan lainnya yang setingkat.

Untuk mempercepat pencapaian APK-APM SM, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa


Barat, mengembangkan model SMA Terbuka dan PJJ pada SMK. Model Sekolah
Terbuka dan PJJ pada SMK dikembangkan dari SMA dan SMK yang sudah ada dengan
membuka Tempat Kegiatan Belajar (TKB) di daerah-daerah tertentu yang tidak dapat
terjangkau oleh SMA/SMK/MA.

Program model SMA Terbuka dan PJJ pada SMK merupakan program baru sehingga
dibutuhkan sebuah panduan yang dapat dijadikan pedoman pelaksanaan yang wajib
dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan model SMA Terbuka
dan PJJ pada SMK.

Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;


2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo Undang -
undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang No.
23 tahun 2014;
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 01 Tahun 2008 tentang Standar
Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa dan
Tunalaras;
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus;
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 tahun 2009 tentang Pemenuhan
Beban Kerja Guru dan Pengawas Sekolah sebagaimana telah diubah menjadi
Permendiknas Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan
Pengawas Sekolah;
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Penjaminan
Mutu Pendidikan;
16. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 26 Tahun 2011 tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai
Negeri Sipil untuk Daerah;
17. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Keuangan, dan Menteri Agama Nomor 05/X/PB/2011, Nomor SPB/03/M.PAN-
RB/10/2011, Nomor 48 Tahun 2011, Nomor 158/PMK.01/2011, Nomor 11 Tahun
2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil;
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 72 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus;
19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 119
Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Pada Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah;
20. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan nomor 20 Tahun 2016 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah;
21. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan nomor 21 tahun 2016 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah;
22. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
23. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 23 Tahun
2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan;
24. SK Dirjen Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
1006/D.D4/DM/2014 tentang Penetapan Sekolah Induk Sekolah Menengah Atas
Terbuka Jarak Jauh;
25. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional,
Menteri Negara Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri
Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor 05/X/PB/2011,
Nomor SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, Nomor 48 Tahun 2011, Nomor
158/PMK.01/2011, Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru
Pegawai Negeri Sipil.
26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan;
27. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 69 Tahun 2013 tentang Pembelajaran
Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah pada Jenjang Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
28. Surat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat No.423/5597-Set.Disdik tanggal
24 Juli 2015 Tentang hal Pelaksanaan Penumbuhan Budi Pekerti;
29. Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor 422/ Set.Disdik,
Maret 2016 tentang Kalender Pendidikan Provinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran
2016/2017.

B. Tujuan

1. Memberikan gambaran secara global tentang kondisi pendidikan khususnya APM dan
APK di Jawa Barat
2. Memberikan arah kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dalam menaikan
APM dan APK
3. Memberikan gambaran strategi yang di tempuh untuk menaikan APM dan APK di
Jawa Barat
4. Memberikan gambaran pendanaan yang diperlukan untuk penaikan APM dan APK

C. Sasaran
1. Pemangku Kebijakan umum Jawa Barat
2. Pemangku kebijakan pendidikan Jawa Barat
3. Stakeholder Pendidikan
4. Dunia Usaha / Dunia Industri (DU/DI) sebagai mitra
BAB II
KONDISI PENDIDIKAN JAWA BARAT SAAT INI

Pada tahun 2014/2015 Jawa Barat tergolong memiliki Angka Partisipasi Kasar (APK)
rendah berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
APK Jawa Barat sebesar 62.11%, dengan APK terendah berada di Kabupaten Cianjur sebesar
44.60% dan APK tertinggi berada di Kota Bogor sebesar 99.35%.
Salah satu faktor rendahnya APK Pendidikan di Jawa Barat ini tak lepas dari tingkat
kemiskinan penduduk. Disamping itu kondisi geografis dan kesulitan akses pendidikan bagi
masyarakat yang sudah bekerja juga mempengaruhi rendahnya APK Jawa Barat. Pada tabel
ini disajikan sebaran APK Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Barat.

Tabel 2.1 angka Partisipasi Kasar (APK) propinsi Jawa Barat

Penduduk SISWA SISWA USIA 16 - 18 th


Kabupaten /
rovinsi No Usia 16- Paket Jumlah Paket Jumlah APK APM
Kota SMA SMLB MA SMK SMA SMLB MA SMK
18 th C C
awa
1 Kab. Cianjur 142.759 17.034 14 9.661 36.608 359 63.676 14.231 15 7.615 28.838 172 50.871 44,60% 35,63%
arat

Kab.
2 18.867 3.114 56 - 5.709 - 8.879 2.433 - - 4.018 93 6.544 47,06% 34,68%
Pangandaran

Kab.
3 145.225 22.538 32 14.192 33.524 468 70.754 18.163 31 10.903 19.106 279 48.482 48,72% 33,38%
Sukabumi

4 Kab. Bogor 325.189 51.154 46 15.976 96.017 103 163.296 38.748 17 13.104 61.426 132 113.427 50,22% 34,88%

Kab.
5 191.789 40.756 165 13.700 41.727 160 96.508 34.265 83 11.805 29.929 182 76.264 50,32% 39,76%
Bandung

Kab.
6 106.330 12.736 68 12.140 28.598 616 54.158 8.554 26 9.431 18.037 290 36.338 50,93% 34,17%
Tasikmalaya
Kab.
7 Bandung 88.000 16.391 95 6.905 21.245 995 45.631 13.177 30 5.692 14.099 415 33.413 51,85% 37,97%
Barat

8 Kab. Garut 160.793 30.328 144 18.137 39.104 187 87.900 23.579 58 14.952 32.310 223 71.122 54,67% 44,23%

Kab.
9 59.315 11.588 52 4.600 16.276 133 32.649 9.212 22 3.840 8.382 159 21.615 55,04% 36,44%
Purwakarta

10 Kab. Ciamis 69.047 12.394 97 8.292 16.871 517 38.171 10.283 49 6.567 9.888 208 26.995 55,28% 39,10%

Kab.
11 139.871 19.266 43 12.762 43.701 1.849 77.621 14.439 19 10.322 28.850 708 54.338 55,49% 38,85%
Cirebon

Kab.
12 66.649 11.452 62 5.095 22.124 80 38.813 9.251 30 4.171 15.956 122 29.530 58,23% 44,31%
Majalengka

Kab.
13 136.619 30.033 33 4.538 47.855 184 82.643 23.967 9 3.832 36.215 188 64.211 60,49% 47,00%
Karawang

Kab.
14 95.196 16.696 29 5.530 38.486 80 60.821 14.113 7 4.415 26.887 173 45.595 63,89% 47,90%
Indramayu
Penduduk SISWA SISWA USIA 16 - 18 th
Kabupaten /
rovinsi No Usia 16- Paket Jumlah Paket Jumlah APK APM
Kota SMA SMLB MA SMK SMA SMLB MA SMK
18 th C C
Kab.
15 58.896 13.032 96 2.942 20.962 1.250 38.282 9.945 33 2.445 17.196 344 29.963 65,00% 50,87%
Sumedang

16 Kab. Bekasi 135.391 36.497 - 5.727 47.916 1.223 91.363 26.235 11 4.727 37.231 271 68.475 67,48% 50,58%

17 Kab. Subang 70.710 17.638 96 4.144 27.924 119 49.921 12.791 20 3.510 17.365 113 33.799 70,60% 47,80%

Kab.
18 56.404 15.797 48 4.206 22.571 318 42.940 12.044 23 3.460 17.184 219 32.930 76,13% 58,38%
Kuningan

19 Kota Depok 69.516 18.861 70 2.887 32.244 80 54.142 11.438 31 2.526 23.400 136 37.531 77,88% 53,99%

20 Kota Bekasi 123.804 36.489 54 3.978 59.427 39 99.987 27.768 55 3.365 46.135 82 77.405 80,76% 62,52%

21 Kota Banjar 13.525 3.108 7 1.366 7.054 - 11.535 2.291 5 1.132 5.379 - 8.807 85,29% 65,12%

22 Kota Cimahi 31.393 8.630 58 1.025 17.299 667 27.679 6.648 21 863 13.670 254 21.456 88,17% 68,35%

Kota
23 39.368 12.561 - 4.556 17.429 173 34.719 9.623 34 3.556 14.621 107 27.941 88,19% 70,97%
Tasikmalaya

Kota
24 26.407 11.299 1 2.076 9.877 2.084 25.337 9.306 17 1.682 7.565 589 19.159 95,95% 72,55%
Cirebon

Kota
25 127.589 55.250 249 5.636 59.385 3.170 123.690 36.823 92 4.985 44.178 661 86.739 96,94% 67,98%
Bandung

Kota
26 21.943 7.587 - 2.806 11.135 80 21.608 5.935 9 2.335 8.710 86 17.075 98,47% 77,82%
Sukabumi

27 Kota Bogor 61.285 19.624 63 3.248 37.674 279 60.888 12.631 28 2.840 29.097 177 44.773 99,35% 73,06%

Berdasarkan data diatas Penduduk Usia 16-18 tahun sebanyak 2.581.880 orang dan
jumlah Penduduk Usia 16-18 tahun yang bersekolah sebanyak 1.184.798 orang serta
penduduk Jawa Barat yang masih berstatus siswa sebanayak 1.603.611 orang. Dengan kata
lain penduduk usia sekolah (16-18 Tahun) yang belum bisa akses pendidika menengah
sebanyak 1.397.082 orang.

Jika dilihat dari tabel... angkatan kerja jawa barat yang bekerja didominasi (paling
tinggi) oleh pekerja berijazah SMP. Hal ini dimungkinkan para pekerja tersebut mengalami
kesulitan dalam mengakses pendidikan menengah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
pekerja tersebut mengalami kesulitan dalam akses pendidikan, yaitu: 1). Keterbatasan waktu
untuk sekolah; 2). Keterbatasan jangkauan ke satuan pendidikan terdekat; 3). Keterbatasan
biaya untuk sekolah. Sehingga dengan kondisi tersebut diperlukan sebuah inovasi dalam
dunia pendidikan untuk mempermudah akses pendidikan bagi masyarakat yang sudah
bekerja.
Table 2.2 Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di JAWA BARAT

Jumlah Angkatan
No Latar Pendidikan Bekerja Pengangguran
Kerja
1 Tidak/Belum Pernah Sekolah - - -
2 Tidak/Belum Tamat SD 335.962 9.054 345.016
3 Sekolah Dasar/SD 1.883.099 114.771 1.997.870
4 Sekolah Menengah Pertama/SMP 6.057.571 303.806 6.361.377
5 Sekolah Menengah Atas/SMA 3.322.370 405.268 3.727.638
6 Sekolah Menengah Kejuruan/SMK 5.036.916 824.561 5.861.477
7 Diploma I/II/III/Akademi 1.883.099 114.771 1.997.870
8 Universitas - - -
Jumlah Total 18.519.017 1.772.231 20.291.248

Grafik Angkatan Kerja (Bekerja) di jawa Barat


7.000.000 6.057.571
6.000.000 5.036.916
5.000.000
4.000.000 3.322.370
3.000.000
1.883.099 1.883.099
2.000.000
1.000.000 335.962
0
Bekerja

2 Tidak/Belum Tamat SD 3 Sekolah Dasar/SD


4 Sekolah Menengah Pertama/SMP 5 Sekolah Menengah Atas/SMA
6 Sekolah Menengah Kejuruan/SMK 7 Diploma I/II/III/Akademi
8 Universitas
Grafik Angkatan Kerja (Pengangguran) di jawa Barat
1.000.000
824.561
800.000

600.000
405.268
400.000 303.806

200.000 114.771 114.771


9.054
0
Pengangguran

2 Tidak/Belum Tamat SD 3 Sekolah Dasar/SD


4 Sekolah Menengah Pertama/SMP 5 Sekolah Menengah Atas/SMA
6 Sekolah Menengah Kejuruan/SMK 7 Diploma I/II/III/Akademi
8 Universitas
BAB III
STRATEGI PENINGKATAN APK
A. Peningkatan Akses Pendidikan

Dengan memperhatikan rendahnya APK propinsi Jawa barat yang tersebar di sebagian besar
Kabupaten/Kota dan juga tingginya ankatan kerja yang masih berpendidikan SMP atau
sederajat, maka perlu dilakukan langkah nyata dalam meningkatkan APK dan kompetensi
masyarakat pada umumnya. Pada umumnya pemerintah daerah sudah benyak melakukan
program dalam peningkatan akses pendidikan, misalnya mendirikan Ruang Kelas Baru
(RKB) untuk meningkatkan daya tamping sekolah regular, pemberian beasiswa bagi
masyrakat kurang mampu dan masih banyak program lainnya. Beberapa program tersebut
sudah mampu meningkatkan akses pendidikan tapi jumlah nya masih relative kecil dan
membutuhkan biaya yang besar sehingga diperlukan alternative program yang bisa melayani
pendidikan dalam jumlah besar dengan biaya yang relative kecil.

Terdapat beberapa alternative solusi yang bisa dilakukan dalam meningkatkan akses
pendidikan dalam jumlah besar dengan biaya yang relative kecil, yaitu dengan membuka
SMA Terbuka, PJJ Bidang Keahlian pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan
Penyelenggaraan Paket C. ketiga program tersebut tidak banyak membutuhkan biaya yang
banyak karena hanya menambah daya tampung pada sekolah yang sudah ada dengan metode
pembelajaran PJJ yang memanfaatkan teknologi informatika.

Berdasarkan table … Jumlah sekolah menengah di Propinsi Jawa Barat sebanyak 4.763
lembaga dengan daya tampung siswa sebanyak 1.055.488 orang. Pada tahun 2022 propinsi
jawa barat menargetkan APK meningkat menjadi 98%, maka harus ada peningkatan daya
tampung sekolah sebanyak 926.631 orang dalam jangka waktu lima tahun.

Tabel 3.1 Sebaran Satuan Pendidikan di Jawa Barat

KABUPATEN/KOTA SD/MI Jumlah SMP/MTs Jumlah SMA/MA Jumlah SMK Jumlah TOTAL

KAB. BOGOR 1545 826 2371 102 794 896 44 217 261 10 299 309 3837
KAB. SUKABUMI 1169 373 1542 158 409 567 28 133 161 11 120 131 2401
KAB. CIANJUR 1231 242 1473 155 207 362 17 85 102 26 84 110 2047
KAB. BANDUNG 1357 256 1613 78 400 478 21 177 198 9 110 119 2408
KAB. SUMEDANG 600 68 668 78 87 165 17 28 45 7 63 70 948
KAB. GARUT 1507 372 1879 141 452 593 34 156 190 14 115 129 2791
KAB. 1080 215 1295 149 289 438 24 102 126 11 93 104 1963
KABUPATEN/KOTA SD/MI Jumlah SMP/MTs Jumlah SMA/MA Jumlah SMK Jumlah TOTAL

TASIKMALAYA
KAB. CIAMIS 761 151 912 96 117 213 23 44 67 7 40 47 1239
KAB. KUNINGAN 652 88 740 91 60 151 22 27 49 9 29 38 978
KAB. MAJALENGKA 799 75 874 94 80 174 19 28 47 11 37 48 1143
KAB. CIREBON 906 169 1075 92 192 284 24 61 85 7 87 94 1538
KAB. INDRAMAYU 871 152 1023 104 169 273 22 62 84 19 81 100 148
KAB. SUBANG 851 128 979 82 126 208 19 51 70 13 72 85 1342
KAB. PURWAKARTA 428 57 485 139 58 197 18 31 49 14 28 42 773
KAB. KARAWANG 851 179 1030 89 114 203 25 31 56 18 76 94 1383
KAB. BEKASI 705 386 1091 91 318 409 40 86 126 13 131 144 177
KAB. BANDUNG
679 225 904 68 205 273 17 96 113 7 72 79 1369
BARAT
KAB.
299 47 346 40 30 70 6 12 18 3 14 17 451
PANGANDARAN
KOTA BANDUNG 638 246 884 55 208 263 29 126 155 16 110 126 1428
KOTA BOGOR 230 106 336 21 137 158 12 52 64 5 88 93 651
KOTA SUKABUMI 110 39 149 17 48 65 7 19 26 4 25 29 269
KOTA CIREBON 135 47 182 20 33 53 11 21 32 2 24 26 293
KOTA BEKASI 443 375 818 44 266 310 20 89 109 11 118 129 1366
KOTA DEPOK 278 284 562 23 236 259 14 70 84 3 113 116 1021
KOTA CIMAHI 101 42 143 12 40 52 7 17 24 3 20 23 242
KOTA
218 71 289 25 94 119 13 42 55 4 36 40 503
TASIKMALAYA
KOTA BANJAR 85 22 107 15 21 36 4 8 12 4 9 13 168
N S Jumlah N S Jumlah N S Jumlah N S Jumlah TOTAL
TOTAL
18529 5241 23770 2079 5190 7269 537 1871 2408 261 2094 2355 35802

Peningkatan Akses Pendidikan dalam rangka meningkatkan APK dan APM Jawa Barat
dengan memperhatikan tabel diatas yaitu sebaran satuan pendidikan ,maka akan dilakukan
melalui :

1. Sekolah Terbuka untuk SMA


2. Pendidikan Jarak Jauh Untuk SMK
3. Peningkatan APM melalui Sekolah Terbuka Paket C

Yang akan menjadi focus dalam proposal ini adalah yang merupakan kewenangan Dinas
Pendidikan Propinsi Jawa Barat yaitu pendidikan menengah, maka adalah Sekolah Terbuka
dan Pendidikan Jarak Jauh.

B. Pelakasaan Sekolah Terbuka dan Pendidikan Jarak Jauh

Sekolah Terbuka dan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya
terpisah dari pendidik dan pembelajaranya menggunakan berbagai sumber belajar melalui
teknologi komunikasi, informasi, dan media lain. (Permen 72 Tahun 2013).
Karakteristik utama Sekolah Terbuka Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah keterpisahan
pendidik dengan peserta didik, tetapi dimungkinkan adanya interaksi pembelajaran melalui
pertemuan tatap muka dan daring yang terjadwal.

Berdasarkan Permen 119 Tahun 2014, Sekolah Terbuka dan PJJ memiliki karakteristik
sebagai berikut.
1. Terbuka
Sekolah Terbuka dan PJJ yang dilaksanakan pada pendidikan menengah memiliki
karakteristik terbuka yang berarti pembelajaran pada program PJJ dilaksanakan secara
fleksibel dalam hal tempat belajar dan cara belajar terorganisasi dalam sistem
pendidikan formal.

2. Belajar mandiri
Belajar mandiri dalam program PJJ berarti proses pembelajaran diinisiasi oleh peserta
didik dalam periode tertentu. Ketika belajar mandiri, peserta didik secara perorangan
maupun berkelompok memanfaatkan berbagai sumber belajar. Daripada pendidik,
sumber-sumber belajar tsb. lebih dominan dimanfaatkan oleh peserta didik. Akan
tetapi, walaupun sumber belajar dimanfaatkan lebih domininan, peserta didik mutlak
mendapatkan bimbingan atau bantuan belajar/tutorial sesuai kebutuhan.

3. Belajar tuntas
Belajar tuntas merupakan sistem belajar yang mengutamakan tingkat penguasaan pada
level kompetensi tertentu bagi peserta didik (Permendikbud 119 Tahun 2014). Hal ini
berarti dengan keluwesan dalam program PJJ, diharapkan peserta didik dapat tuntas
dalam penguasaan kompetensi tertentu karena mereka memiliki akses terhadap sumber
belajar dan layanan pembelajaran, serta memiliki waktu yang cukup untuk belajar.
Untuk itu, dalam rangka mendorong ketuntasan belajar, bimbingan maupun bantuan
belajar yang terstruktur wajib diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tutorial
tatap muka dan atau daring, dengan mengandalkan bimbingan guru/tutor secara
langsung maupun tidak langsung (virtual).

4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan atau teknologi


pendidikan lainnya.
Dalam PJJ TIK dimanfaatkan untuk menyediakan bantuan belajar yang meliputi
layanan akademis maupun layanan administrasi. Layanan akademis yang dimaksud
adalah penyediaan sumber belajar sesuai standar nasional pendidikan, interaksi
pembelajaran, maupun evaluasi belajar dapat memanfaatkan TIK dan atau teknologi
pendidikan lainnya. Selain dimanfaatkan dalam pelaksanaan pembelajaraan,
penyelenggara PJJ juga wajib memiliki dan mengembangkan sistem pengelolaan
pembelajaran berbasis TIK.
Berdasarkan Permendikbud 119 Tahun 2014, pengorganisasian Sekolah Terbuka dan PJJ
dapat diselenggarakan dalam 3 modus seperti berikut.
1. Modus tunggal yang berarti satuan pendidikan menyelenggarakan program pendidikan
hanya dengan moda jarak jauh.
2. Modus ganda yang berarti satuan pendidikan menyelenggarakan program pendidikan
baik secara tatap muka maupun jarak jauh.
3. Modus konsorsium yang berarti terbentuknya jejaring kerja sama penyelenggaraan
pendidikan jarak jauh lintas satuan pendidikan dengan lingkup wilayah nasional dan
atau internasional.

Yang paling banyak akan digunakan dalam Sekolah Terbukan dan PJJ di Jawa Barat adalah
modus yang kedua dimana peserta didik menerima pelajaran secara daring dan tatap muka.

Penyelenggaraan Sekolah terbuka dan PJJ dilaksanakan sesuai Standar Nasional Pendidikan
(SNP) yang terdiri atas
1. standar isi,
2. standar proses,
3. standar kompetensi peserta didik,
4. standar penilaian peserta didik,
5. standar pendidik dan tenaga kependidikan,
6. standar sarana dan prasarana,
7. standar pengelolaan,
8. standar pembiayaan.

Untuk itu, sistem pembelajaran PJJ yang sesuai dengan SNP dilaksanakan sebagai berikut.
1. Penggunaan moda pembelajaran yang peserta didik dengan pendidiknya terpisah.
2. Penekanan prinsip belajar secara mandiri, terstruktur, dan terbimbing dengan
menggunakan berbagai sumber belajar.
a. Belajar mandiri dalam program PJJ berarti proses pembelajaran diinisiasi oleh
peserta didik dalam periode tertentu. Untuk dapat memicu peserta didik untuk
belajar mandiri, guru/tutor menyediakan pemicu/inisiasi berupa pertanyaan-
pertanyaan maupun penugasan-penugasan dengan memanfaatkan TIK.
b. Belajar terstruktur dan terbimbing dalam program PJJ berarti penyelenggara PJJ
menyediakan layanan akademik berupa tutorial daring maupun tatap muka bagi
peserta didik dengan dengan mengandalkan bimbingan guru/tutor secara langsung
maupun tidak langsung (virtual).
c. Media pembelajaran merupakan sumber pembelajaran yang lebih dominan daripada
pendidik.
d. Pembelajaran tatap muka digantikan dengan interaksi program pembelajaran yang
terkini mengikuti perkembangan teknologi dan informasi, meskipun tetap
memungkinkan adanya pembelajaran tatap muka secara terbatas.

C. Alur Penyelenggaraan Sekolah Terbuka dan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)

1. Masukan 2. Proses 3. Luaran


(Input) (Process) (Output)

1.1 Asupan Kasar


(Raw Input) 2.1 Perencanaan
Pembelajaran
1.1 Peserta Didik

1.2 Kurikulum dan


Bahan Ajar 2.2 Proses
Pembelajaran
1.3 Sarana dan
Prasarana Bahan Ajar Digital/
2.2.1 Belajar Mandiri
Cetak

1.2 Asupan Instrumental


2.2.2 Belajar
(Instrumental Input) Panduan Belajar
Terbimbing (Tutorial)

1.2.1 Sekolah
Penyelenggara PJJ dan
TKB Tutorial Tatap Muka

1.2.2 Sumber Daya


Manusia 2.3 Evaluasi Hasil Tutorial Daring
Belajar

1.2.3 Pembiayaan

Secara umum diagram di atas menjelaskan komponen-komponen yang terlibat dalam


penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh pada sekolah reguler maupun pada sekolah terbuka.
Komponen-komponen tersebut terdiri atas komponen masukan (input), proses (process),
luaran (output) yang interaksi antarkomponen tersebut terlihat pada diagram di atas.
D. Peserta Didik Sekolah Terbuka dan PJJ
Seperti telah dijelaskan pada pendahuluan, yang melatarbelakangi rendahnya APK
adalah karena aseptabilitas pendidikan masyarakat terkendala oleh keterbatasan,
ekonomi, keterbatan geografis, keterbatasan sosial budaya dan lain sebagainya, maka
peserta didik dalam program ini adalah :
1. Penduduk usia sekeolah SMA/SMK (15- 21 tahun) yang kurang mampu
sehingga harus segera bekerja atau mau sekolah tidak ada biaya
2. Penduduk usia sekeolah SMA/SMK (15- 21 tahun) yang tempat tinggal tidak
terjangkau oleh sekolah
3. Penduduk usia sekeolah SMA/SMK (15- 21 tahun) yang karena budayanya
harus membantu orang tua
4. Penduduk usia sekeolah SMA/SMK (15- 21 tahun) yang karena sosial
masyarakat menganggap pendidikan di pesantren (yang tanpa madrasah) lebih
diutamakan

E. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang berlaku sesuai dengan peraturan,
karena kurikum yangsaat ini dipergunakan Kurikulum 2013, maka untuk Sekolah
Terbuka dan PJJ pun menggunakan Kurikulum 2013 yang dimodifikasi disesuaikan
dengan karakteristik Pendidikan Jarak Jauh.

F. Pengorganisasian

Dalam pelaksanaannya nanti di dalam Sekolah Terbuka dan PJJ itu ada yang
dinamakan Sekolah Induk, Tempat Kegiatan Belajar (TKB), Tutor, Tutorial, Sumber
Belajar,Bantuan Belajar, Evaluasi Hasil Belajar dan khusus untuk SMKada yang
dinamakan Mitra Industri. Pengertian dan fungsinya adalah sebagai berikut :

1. Sekolah induk adalah sekolah yang memenuhi syarat untuk menjadi pembina
dari satu atau lebih bentuk layanan pendidikan layanan khusus (Tempat
Kegiatan Belajar).
2. Bantuan belajar adalah segala bentuk kegiatan pendukung yang dilaksanakan
oleh penyelenggara PJJ untuk membantu kelancaran proses belajar peserta
didik berupa pelayanan akademis dan administrasi, maupun pribadi secara
tatap muka maupun melalui pemanfaatan TIK.
3. Sumber belajar PJJ adalah beragam bahan/sumber berbasis TIK yang
digunakan dalam proses belajar.
4. Tutor adalah pendidik memberikan bantuan belajar kepada peserta didik.
5. Tutorial adalah bentuk bantuan belajar akademik yang dapat dilaksanakan
baik secara tatap muka maupun melalui pemanfaatan TIK.
6. Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik adalah penilaian yang dilakukan
terhadap hasil proses belajar peserta didik baik secara tatap muka maupun
berbasis TIK
7. Praktik adalah latihan keterampilan penerapan teori dengan pengawasan
langsung menggunakan sarana dan prasarana yang memenuhi standar
minimum.
8. Praktikum adalah tugas terstruktur dan berhubungan dengan validasi fakta
atau hubungan antarfakta yang mendukung capaian pembelajaran secara utuh
sesuai dengan persyaratan dalam kurikulum.
9. Tempat Kegiatan Belajar (TKB) adalah bagian dari satuan pendidikan
berupa tempat atau ruang yang representatif untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan pembelajaran
10. Mitra Industri adalah Perusahaan kecil atau menengah yang bersedia
membantu program ini dalam penyediaan tempat bekerja atau magang peserta
didik, atau bahkan bersedia merekrut lulusan nantinya dengan prinsip saling
menguntungkan
Sekolah Induk nantinya dipilih berdasarkan kriteria dan ditetapkan sebagai sekolah
induk.Sekolah Indukini mempunyai beberapa TKB. Pembelajaran dilakukan di TKB
yang memiliki peserta didik maksimal 30 orang. Sekolah Induk bertanggung jawab
terhadap pengorganisasian kegiatan belajar di seluruh TKB yang berada di bawah
binaannya sekaligus sebagai penjaminan mutunya.
Kegiatan di TKB ini dibimbing oleh seorang Tutor yang harus melakukan
tutorial atau bimbingan belajar baik untuk pembimbingan akademik maupun
pembimbingan administrasi dan bisa dilakukan dengan tatap muka ataupun
menggunakan TIK.
Kegiatan pembelajaran difasilitasi oleh guru pelajaran masing2 mata pelajaran
secara daring dan ada tatap muka setiap 2 atau 1x dalam 1minggu,khusus untuk SMK
pelajaran praktek bisa dilaksanakan di industri mitra dengan dibimbing oleh
fasilitator, atau bisa di Sekolah Induk dengan bimbingan guru praktek Sekolah Induk.
Pengaturan semuanya menjadi tanggung jawab Sekolah Induk. Untuk SMK
pengaturan jadwal pembelajaran bisa dengan sistem blok dimana peserta didik dapat
melaksanakan KBM praktek selama 1 bulan/ atau sesuai perhitungan dalam satu
semester,nanti sisanya untukpembelajaran teori dengan sistem daring dibawah
bimbingan guru mata pelajaran masing-masing.
Seperti halnya Sekolah reguler, Sekolah Terbuka pun setiap akhir semester
dilakukan Evaluasi Hasil Belajar untuk mengukur ketercapaian pembelajaran dalam
satu semester baik secara daring maupun tatap muka.

G. Sarana Prasarana
Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap kegiatan itupasti membutuhkan sarana
prasarana nya,begitupun Sekolah Terbuka dan PJJ. Adapun sarana yang diperlukan
adalah sebagai berikut :
1. Server di setiapTKB
2. Laptop atau PC ( idealnya sepertiga jumlah peserta didik )
3. Bahan Ajar/Modul dalam bentuk file yang tersimpan di server
4. Alat praktek ( laboratorium IPA untuk SMA dan alat praktek kejuruan untuk
SMK), ini bisa di Sekolah Induk atau di Mitra Industri (khusus untuk SMK
5. Dan Sarana sebagaimana diperlukan dalam sebuah satuan pendidikan ( di Sekolah
Induk)
BAB IV. PEMBIAYAAN

A.Kebutuhan Biaya Kegiatan : (rincian anggaran terlampir)

No KEGIATAN SUB KEGIATAN KEBUTUHAN KET


BIAYA

1 Persiapan dan Sosialisasi Rapat-rapat Persiapan, Penyusunan 33.000.000


Cetak Biru, Buku Panduan, Action
Plan, Jadwal Kegiatan,Pencarian
data dan Pengolahan Data

Sosialisasi Sekolah Terbuka dan 114.400.000


PJJ

Sosialisasi PPDB, Sistem 73.300.000


Pendataan,Administrasi dan
Akademik

Total Anggaran Kegiatan 1 224.700.000

2 Workshop SDM Penyelarasan Kurikulum dan


Bahan Ajar ( Guru Mata 95.900.000
Pelajarann )

Sistem Pebelajaran /LMS untuk 1.595.400.000


Oprator Sekolah Induk

Penyusunan Bahan Ajar 95.900.000

Pengembangan Bahan Ajar ( bila 95.900.000


diperlukan )

Total Kegiatan 2 1.883.100.000

3 Kegiatan Pembelajaran KBM (asumsi semua guru honor) 975.673.000.000 Guru


dan Evaluasi honor

Evaluasi 24.580.800.000

Total Kegiatan 3 1.024.834.600.000

4 Sarana Prasarana KBM 1.449.360.000

Infrastruktur 417.312.000.000 idealnya

TotalKegiatan 4 418.761.360.000

Total Keseluruhan 1.445.703.760.000


B. Perkiraan Biaya Diterima :

NO SUMBER DANA BESARAN JUMLAH TOTAL DANA KET


DANA SISWA DITERIMA

1 BOS PUSAT 1.400.000 223.560 312.984.000.000 7452x30

2 BPMU 700.000 223.560 156.492.000.000 tkbxsis

Total Perkiraan Penerimaan 418.761.360.000


PENUTUP

Proposal ini disusun untuk memberikan gambaran secara lengkap tentang program
dan kegiatan Sekolah Terbuka dan Pendidikan Jarak Jauh ( PJJ ) Provinsi Jawa Barat,
sehingga nantinya dapat menjadi acuan dalam pelaksanaannya. Selain itu, diharapkan pihak-
pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang program
ini. Kegiatan ini dirancang berdasarkan data-data yang didapat dari berbagai sumber dan
kemudian diolah oleh tim sehingga data itu dapat berbicara.. Data-data yang didapat akan
melampiri proposal ini,sehingga dapat diketahui kegiatan ini berangkat dari mana.

Proposal ini berisi latar belakang mengapa diperlukan Pendidikan JarakJauh (PJJ) dan
Sekolah Terbuka, kondisi APK Jawa Barat yang rendah,Strategi Penyelesaiannya serta Garis
besar Pembiayaannya. Adapun gambaran lebih detailnya seperti Action Plan dan rincian
anggaran akan menjadi lampiran Proposal ini.
Lampiran-lampiran :

- Peta Wilayah
- Data Sekolah Perkecamatan
- Potensi Ekonomi
- Sebaran Sekolah
- Peta sebaran UMKM dan KUD

Anda mungkin juga menyukai