Tugas Diagnostik Pemriksaan Mikrobiologi
Tugas Diagnostik Pemriksaan Mikrobiologi
PENDAHULUAN
1. Spesimen darah
Tubuh manusia tersusun dari milyaran sel darah yang memiliki fungsi
yang vital. Terdapat tiga tipe sel darah pada manusia, sel darah merah dengan
jumlah terbanyak, sel darah putih, dan trombosit, yang masing-masing sudah
memiliki fungsi dan kadar yang berbeda-beda dalam tubuh. Pemeriksaan darah
yang paling sering dilakukan adalah hitung jenis sel darah merah lengkap, yang
merupakan penilaian dasar dari komponen sel darah. Selain untuk menentukan
jumlah sel darah dan trombosit, presentasi dari setiap jenis sel darah putih dan
kandungan hemoglobin: menghitung jenis sel darah biasanya menilai ukuran
dan bentuk dari sel darah merah.
Dengan mengetahui bentuk atau ukuran yang abnormal pada sel darah
merah, maka akan membantu mendiagnosis suatu penyakit. Agar dapat
diperoleh spesimen darah yang memenuhi syarat uji laboratorium, maka
prosedur pengambilan sampel darah harus dilakukan dengan benar, mulai dari
persiapan alat, pemilihan jenis antikoagulan, pemilihan letak vena, teknik
pengambilan sampai dengan pelabelan. Pemilihan letak vena menjadi perhatian
penting ketika pasien terpasang intravena (IV) line, misalnya infus. Prinsipnya,
pengambilan sampel darah tidak boleh dilakukan pada lengan yang terpasang
infus.
2. Spesimen sputum
a. Pemeriksaan sputum
Jika sputum tidak dapat keluar secara spontan, klien sering dirangsang
batuk dalam dengan menghirup aerosol salin yang sangat jenuh, glikol
propilen yang mengiritasi, atau agen lainnya yang diberikan dengan
nebuliser ultrasonik. Metode lainnya dari pengumpulan spesimen sputum,
adalah aspirasi endotrakheal, pembuangan dengan bronkhoskopi, penyikatan
bronkhial, aspirasi transtrakheal, dan aspirasi lambung, yang bisaanya
dilakukan untuk mengumpulkan organismee tuberkulosis. Sebaiknya klien
diinformasikan tentang pemeriksaan ini sehingga akan dapat dikumpulkan
sputum yang sesuai untuk pemeriksaan ini. Instruksikan klien untuk
mengumpulkan hanya sputum yang berasal dari paru-paru. Karena sering
kali jika klien tidak dijelaskan demikian, klien akan mengumpulkan saliva
dan bukan sputum. Sputum yang diambil pagi hari bisaanya adalah sputum
yang paling banyak mengandung organismee produktif. Bisaanya
dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan laboratorium.
Implikasi keperawatan untuk pengumpulan sputum termasuk:
c. Spesimen tampung-bersih
4. Spesimen feses
1. Berikan kenyamanan, privasi, dan keamanan bagi klien karena mungkin saja
klien merasa malu atau tidak nyaman saat pengambilan spesimen.
2. Jelaskan tujuan pengumpulan spesimen dan sedikit dan secara umum prosedur
pengambilan spesimen, karena keterangan yang jelas akan membuat klien untuk
bisa diajak bekerja sama dalam pengambilan spesimen.
3. Gunakan prosedur yang benar untuk mendapatkan spesimen. Untuk mencegah
kontaminasi yang dapat menyebabkan hasil tes yang tidak akurat, maka perawat
harus menggunakan teknik aseptic.
4. Perhatikan informasi yang relevan pada slip permintaan laboratorium, misalnya
obat yang sedang digunakan klien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan,
5. Segera bawa spesimen ke laboratorium karena spesimen yang segar akan
memberiikan hasil yang akurat.
6. Laporkan hasil pemeriksaan laboratorium kepada klien.
BAB II
PEMBAHASAN
Pembahasan:
tidak kotor.
- Dapatkan vena yang paling distal dan tempatkan torniket pada
perpindahan mikroorganismee.
- Bersihkan area vena secara melingkar, dimulai pada vena sampai
atas, pada bagian vena paling lurus dengan sudut 150 sampai 300.
- Ketika jarum telah memasuki kulit, turunkan jarum sampai hampir
sejajar dengan kulit. Rasioalnya untuk menurunkan resiko penetrasi pada dua
dinding vena.
- Ikuti jalur vena, masukkan jarum ke dinding vena.
kultur darah dan dorong masuk sampai jarum menusuk karet dan darah tertarik
ke dalam tabung karena proses vakum.
- Tempatkan kapas alcohol atau bola kapas di atas tempat penusukan
jarum dan lepaskan jarum dari vena sambil memberiikan tekanan dengan bola
kapas. Rasionalnya untuk memudahkan penutupan vena dan menurunkan
pendarahan dari tempat penusukkan.
- Tekan selama 2 sampai 3 menit (5 sampai 10 menit jika klien
Langkah penyelesaian
tepat.
b. Prosedur pengambilan spesimen sputum terisap
- Jelaskan prosedur kepada klien. Rasionalnya untuk mengurangi
ansietas.
- Cuci tangan dan atur peralatan. Rasionalnya untuk mengurangi
slang karet dari wadah sputum dengan tangan yang tidak steril, sambungkan
pengisap ke tempat sputum akan ditampung. Rasionalnya untuk
mempertahankan sterilitas prosedur.
- Isap sekresi klien sampai tertampung dalam slang dan wadah
sputum. Jika sekresi kental dan perlu dibuang dari keteter, isap sedikit salin
normal sampai spesimen dibersihkan dari slang. Rasionalnya untuk
mendapatkan spesimen dan memudahkan penampungan spesimen sputum yang
kental.
- Jika jumlah sputum yang ditampung tidak cukup, ulangi proses
pelayanan) disertai label bertuliskan nama klien, tanggal, waktu, dan inisial
perawat. Rasionalnya untuk menjamin ketepatan identifikasi spesimen.
- Buang peralatan. Rasionalnya untuk mencegah penyebaran
mikroorganismee.
- Bantu klien ke posisi yang nyaman. Rasionalnya untuk
Cara manual:
- Cuci tangan.
dilakukan.
- Anjurkan pasien untuk membatukkan dahak ke dalam penampung
sputum.
- Ambil dahak kurang lebih 5 cc, kemudian masukkan ke dalam
botol.
- Botol diberikan etiket dan bersama dengan formulir pemeriksaan
instruksi yang ada pada botol penampung. Bisaanya sputum yang diperlukan
adalah 5-10 cc, yang dilakukan secara 3 hari berturut-turut.
- Cuci tangan.
mikroorganismee.
- Jelaskan prosedur pada klien. Rasionalnya untuk menurunkan
ansietas.
- Berikan privasi. Rasionalnya untuk mengurangi rasa malu.
- Cuci area perineal dengan sabun dan air, bilas, dan keringkan.
menghasilkan warna.
- Beri label wadah spesimen yang bertuliskan tanggal dan waktu
penyebaran infeksi.
- Cuci tangan. Rasionalnya untuk mengurangi kontaminasi.
commode atau pispot ke tempat klien. Setelah klien defekasi tutup pispot atau
commode untuk mengurangi bau dan rasa malu pada klien, serta memakai
sarung tangan untuk mengurangi kontaminasi pada tangan saat memberisihkan
klien sambil menginspeksi kulit sekitar anus untuk memeriksa adanya iritasi,
terutama bila klien sering defekasi dan fesesnya cair.
- Pindahkan sejumlah feses yang diperlukan ke dalam wadah
spesimen feses dengan menggunakan satu atau dua spatel, dan tetap berhati-hati
agar tidak mengkontaminasi bagian luar wadah.
- Bungkus spatel yang sudah digunakan dengan handuk kertas
Pembahasan:
Petunjuk:
Pembahasan:
c. Standard precautions
d. Labeling spesimen
Pemberian label pada spesimen juga merupakan hal yang penting dalam identifikasi
sampel. Oleh sebab itu, label harus dilekatkan pada setiap wadah sampel. Untuk
mencegah informasi pada label sampel luntur, label sebaiknya terbuat dari bahan
yang kedap air, dan semua informasi ditulis dengan tinta tahan air
f. Dokumentasi
Berikut merupakan bakteri flora normal yang terdapat dalam tubuh kita:
1. Pada kulit
Staphylococcus epidermilis
Staphyloccus aureus (dalam jumlah yang sedikit)
Micrococcus sp.
Nonpatogenik Neisseria sp.
Streptococci
Corynebacterium (Diphtheroids)
Propionibacterium sp.
Peptostreptococcus sp.
Candida sp. (dalam jumlah yang sedikit)
Acinetobacter sp. (dalam jumlah yang sedikit)
Pseudomonas aeruginosa
Bakteri anaerob (msl. Propionibacterium)
Yeast (msl. Candida albicans)
2. Pada hidung dan nasofaring
Diphtheroids
Nonpatogenik Neisseria sp.
Streptococci
Staphylococcus epidermilis
Nonhemolytic streptococci
Prevotella species
Anaerobik cocci
Fusobacterium species
Yeasts
Haemophilus sp.
Pneumococci
Staphylococcus aureus
Gram-negative rods
Neisseria meningitidis
3. Pada mulut
Viridans streptococci
Eikenella corrodens
Streptococcus mutans
Prevotella intermedia
Porphyromonas gingivalis
6. Pada tenggorokan
Viridans streptococci
Streptococcus pyogenes
Streptococcus pneumonia
Neisseria sp.
Haemophilus influenza
S. epidermidis
8. Pada kolon
Bacteroides fragilis
Escherichia coli
Bifidobacterium
Eubacterium
Fusobacterium
Lactobacillus
various aerobic gram-negative rods
Enterococcus faecalis
Clostridium
9. Pada genetalia
Corynebacterium sp.
Lactobacillus sp.
alpha-hemolytic and nonhemolytic streptococci
Nonpatogenik Neisseria sp.
Enterococci
Enterobacteriaceae
Gram-negative rods
Staphylococcus epidermidis
Candida albicans
Prevotella sp.
Clostridium sp.
Peptostreptococcus sp.
Sebutkan agen biologis apa saja yang dapat disimpulkan dari pemeriksaan darah dan
jelaskan manifestasi klinik yang akan muncul pada individu tersebut!
Pembahasan:
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh B.H Sage Jr. dan V.R. Neece
tahun 1984, mikroorganisme yang ditemukan dalam darah adalah Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Listeria monocytogenes,
Candida albicans, Haemophilus influenzae, dan Neisseria meningitidis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alfed Young Itah dan Edet
Ekpo Uweh tahun 2005, mikroorganisme yang ditemukan dalam darah adalah
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella
pneumoniae, Proteus vulgaris, Streptococcus faecalis, Salmonella paratyphi dan
Salmonella typhi pada pasien dengan penyakit tipoid.
Menurut buku Rangkuman Kasus Klinik: Mikrobiologi dan Penyakit
Infeksi, dalam biakan darah juga dapat ditemukan Staphylococcus epidermidis.
Manifestasi klinik: Timbulnya demam secara tiba-tiba (39-400C), menggigil, dan batuk
produktif dengan mengeluarkan sputum yang berwarna hijau, purulent, dan sering
mengandung darah, nyeri pleuritik, syok, pernapasan bronkial dengan laju pernapasan >
30x/mnt, denyut nadi >100x/mnt, TD diastolic < 60 mmHg, hidung kemerahan,
sianosis. Sering timbul bakterimia, dan menyebabkan meningitis, otitis media, dan
sinusitis.
Diagnosis:Infeksi kateter
Diagnosis: Meningitis
Manifestasi klinik: Walaupun pintu masuk masuknya bakteri ialah dari nasofaring,
namun dari nasofaring dapat mencapai peredaran darah (meningokoksemia).
Komplikasi yang paling sering ditemukan dari meningokoksemia adalah meningitis.
Petekiae luas dan ecchymoses adalah tanda meningokoksemia. Kasus berat penyakit ini
dapat menyebabkan terjadinya koagulasi intravascular menyebar (DIC). Gejala
penyakit meningitis yang paling umum adalah sakit kepala dan leher kaku berhubungan
dengan demam, kebingungan atau kesadaran yang berubah, muntah, dan
ketidakmampuan untuk mentoleransi cahaya (photophobia) atau suara keras
(phonophobia). Kadang-kadang, terutama pada anak kecil, hanya gejala nonspesifik
mungkin muncul, seperti mudah marah dan kantuk, serta ruam-ruam pada tubuh.
Manifestasi klinik: Penyakit ini diawali dengan gejala gangguan pada saluran cerna
dan kemudian berkembang menjadi penyakit yang sistemik. Gejalanya adalah sakit
kepala, demam yang dapat berlangsung selama 3 sampai 4 minggu, nyeri perut, dan
konstipasi. Disamping gejala-gejala yang biasa ditemukan tersebut, mungkin pula
ditemukan gejala lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola,
yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit. Biasanya
ditemukan dalam minggu pertama demam.
Sebutkan agen biologis (mikroorganisme) apa saja yang dapat dilihat dari
pemeriksaan sputum dan jelaskan manifestasi klinik yang akan muncul pada
individu tersebut!
Pembahasan:
Pada penelitian yang dilakukan oleh M.D. Epstein, C.P. Aranda, W.N. Rom,
Stanley Bonk, dan Bruce Hanna tahun 1997, mikroorganisme yang ditemukan
dalam sputum adalah Mycobacterium avium dalam jumlah yang banyak pada pasien
dengan Pulmonary Tuberculosis.
Pada penelitian yang dilakukan oleh P.W. Monroe, H.G. Muchmore, F.G.
Felton, dan J.K. Pirtle tahun 1969, mikroorganisme yang ditemukan dalam sputum
adalah Staphylococcus epidermidis, Neisseria spp., alfa-Streptococci, Diplococcus
penumoniae, Haemophilus spp., Klebseilla sp., Enterobacter sp., Escherichia coli,
dan Candida spp.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh M.L. Sole, F.E. Poalillo, J.F.
Byers, dan J.E. Ludy tahun 2002, mikroorganisme yang ditemukan dalam sputum
adalah bakteri dari gram positif, seperti Staphylococcus aureus dan Streptococcus
sp. Bakteri dari gram negative yang ditemukan adalah Klebsiella, Acinetobacter,
Pseudomonas, Proteus, Escherichia coli dan Enterobacter, serta ditemukan
berbagai macam ragi/yeast.
Diagnosis:Infeksi kateter
Manifestasi klinik: Gejala umum yang sering dirasakan adalah batuk lama lebih dari 30
hari yang disertai ataupun tidak dengan dahak bahkan bisa disertai juga dengan batuk
darah, demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifoid, malaria, atau
infeksi saluran nafas akut), dan terkadang disertai dengan badan yang berkeringat di
malam hari, berat badan dan nafsu makan menurun, danya pembesaran kelenjar seperti
di leher atau ketiak.
Sebutkan agen biologis apa saja yang dapat dilihat dari pemeriksaan urine dan
jelaskan manifestasi klinik yang akan muncul pada individu tersebut!
Pembahasan:
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alfed Young Itah dan Edet
Ekpo Uweh tahun 2005, mikroorganisme yang ditemukan dalam urine adalah S.
aureus, S. epidermidis, E. coli, K. aerogenes, S. faecalis, Proteus mirabilis, dan P.
aeruginosa pada pasien dengan penyakit tipoid.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Y. Zafari dan W.J. Martin
tahun 1977, mikroorganisme yang ditemukan dalam urine adalah Escherichia coli,
Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis,
Enterobacter cloacae, Klebsiella pneumonia, Moraxella sp., Corynebacterium sp.,
group D streptococcus, dan group B streptococcus.
Menurut buku Rangkuman Kasus Klinik: Mikrobiologi dan Penyakit
Infeksi, dalam air kemih juga dapat ditemukan Enterococcus faecalis.
Manifestasi klinik: Meskipun tidak selalu virulen, infeksi E. faecalis sulit untuk
dibasmi. Dua manifestasi klinik yang sering ditemukan adalah infeksi saluran kemih
dan bakteremia. Luka intra-abdominal seringkali mengandung E. faecalis sebagai
komponen suatu infeksi campuran. Endokarditis akibat infeksi E. faecalis berhubungan
dengan adanya katup jantung yang telah rusak sebelumnya.
Diagnosis: Uretritis
Manifestasi klinik: Gejala uretritis tidak terlalu nampak, termasuk frekuensi kencing
dan adanya sel darah putih pada urin. Sistitis (infeksi berat) dapat dengan mudah
diketahui, termasuk sakit punggung, nampak terkonsentrasi, urgensi, hematuria (adanya
darah merah pada urin), sakit akibat pembengkakan bagian paha atas.
Sebutkan agen biologis apa saja yang dapat dilihat dari pemeriksaan feses/tinja dan
jelaskan manifestasi klinik yang akan muncul pada individu tersebut!
Pembahasan:
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alfred Young Itah dan Edet
Ekpo Uweh tahun 2005, mikroorganisme yang ditemukan dalam feses adalah S.
aureus, E. coli, S. typhi, S. paratyphi, Shigella sp., K. pneumoniae, P. vulgaris, P.
aeruginosa dan Vibrio cholera pada pasien dengan panyakit tipoid.
Menurut buku Rangkuman Kasus Klinik: Mikrobiologi dan Penyakit
Infeksi, dalam feses dapat ditemukan Escherichia coli Enterotoksigenik (ETEK),
Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC), Escherichia coli Enteropatogenik
(EPEC), dan Escherichia coli Enteroinvasif (EIEC).
Manifestasi klinik: Gejala klinik utamanya adalah diare cair yang dibarengi dengan
kejang perut dan mual.
Manifestasi klinik: Diare cair yang berkepanjangan, mengalami dehidrasi berat, dan
disertai oleh muntah.
Diagnosis: Disentri basiler
Manifestasi klinik: Disentri dengan gejala kejang perut, diare yang mengandung darah
dan lendir, demam, menggigil, dan lemah.
Manifestasi klinik: Shigella menyebabkan disentri yang secara klinik memiliki gejala
yang sama dengan disentri oleh Escherichia coli Enteroinvasif, yaitu nyeri perut,
kejang perut, dan diare berdarah. Shigella dysenteriae juga membuat toksin Shiga, yang
menyebabkan penyakit yang lebih berat dan terjadinya sindroma uremia hemolitik
(HUS).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam hal ini, hasil pemeriksaan mikrobiologik sangat tergantung oleh kualitas
spesimen yang diambil, di mana kualitas ini ditentukan oleh metode pengambilan dan
proses transportasi ke baloratorium.
3.2 Saran
1. Bahan spesimen sedapat mungkin diambil dari lokasi yang paling besar
kemungkinan mengandung penyebab infeksi.
2. Pada lokasi tubuh yang dalam keadaan normal, hasil laboratorium positif sebaiknya
dikorelasikan dengan keterangan klinik, sehingga mendapat suatu interpretasi yang
bermakna.
3. Hasil laboratorium positif sangat bermakna bila diperoleh dari lokasi tubuh yang
dalam keadaan normal steril.
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Ni Luh Gede Y., dan Effendy, Christantie. 2003. Keperawatan Medikal Bedah: Klien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.
Berman, Audrey., et al. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Edisi
5. Jakarta: EGC.
Johnson, J.Y., Smith-Temple, Jean., dan Carr, Patricia. 2005. Prosedur Perawatan di
Rumah. Jakarta: EGC.
Kenneth dan Stephen. 2011. Rangkuman Kasus Klinik: Mikrobiologi dan Penyakit Infeksi.
Tangerang: Karima Publish Group.
Marrelli, T.M. 2007. Buku Saku Dokumentsi Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurachman, Elly., dan Sudarsono, R.S. 2000. Buku Saku Prodesur Perawatan Medikal-
Bedah. Jakarta: EGC.
Sacher, R.A., dan McPherson, R.A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Uliyah, Musrifatul., dan Hidayat, A.A.A. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar Praktik
Klinik. Jakarta: Salemba.
Alfred Young Itah dan Edet Ekpo Eweh. 2005. Bacteria Isolated from Blood,
Stool and Urine of Typhoid Pasient in a Developing Country. Volume 36. No. 3.
Diakses pada tanggal 16 Mei 2012. Available at
http://www.tm.mahidol.ac.th/seameo/2005_36_3/22-3427.pdf.
B.H. Sage Jr. dan V.R. Neece. 1984. Rapid Visual Detection of Microorganism in
Blood Culture. Volume 20. No. 1. Journal of Clinical Microbiology. American
Society for Microbiology. Diakses pada tanggal 16 Mei 2012. Available at
http://jcm.asm.org/content/20/1/5.
M.D. Epstein, C.P. Aranda, W.N. Rom, Stanley Bonk, dan Bruce Hanna. 1997.
The Significant of Mycobacteium avium Complex Cultivation in the Sputum of
Pasient With Pulmonary Tubercolusis. Amarika: American College of Chest
Physicians. Diakses pada tanggal 16 Mei 2012. Available at
http://chestjournal.chestpubs.org/content/111/1/142.full.pdf+html.
M.L. Sole, F.E. Poalillo, J.F. Byers, dan J.E. Ludy. 2002. Bacterial Growth in
Secretions and on Suctioning of Orally Intubated Patients: A Pilot Study. Volume
11. No. 2. American Journal of Critical Care. Diakses pada tanggal 16 Mei 2012.
P.W. Monroe, H.G. Muchmore, F.G. Felton, dan J.K. Pirtle. 1969. Quantitation of
Microorganisms in Sputum. Volume 18. No. 2. Applied and Environmental
Microbiology. American Society for Microbiology. Diakses pada tanggal 16 Mei
2012. Available at http://aem.asm.org/content/18/2/214.full.pdf+html.