1.1. Pendahuluan
Refrigerasi (refrigeration) dan pengkondisian udara (air conditioning)
merupakan terapan dari ilmu perpindahan kalor dan termodinamika. Karena itu
pembahasan masalah teknik pendingin lebih baik bila dimulai dari pembahasan
aspek-aspek termodinamika dan perpindahan kalor. Pembahasan akan meliputi
beberapa prinsip dasar yang penting untuk perhitungan yang digunakan dalam
perancangandan penganalisaan sistem termal pada bangunan dan proses industri.
Penyajian prinsip dasar tersebut dimaksudkan untuk memenuhi keperluan
khusus pada refrigerasi serta pengkondisian udara juga dan bukan untuk merangkum
keseluruhan penerapan termodinamika dan perpindahan kalor. Bagi pembaca yang
merasa memerlukan rujukan dasar tentang masalah ini dianjurkan untuk melihat pada
buku yang membahas secara rinci kedua masalah tersebut.
Refrigerasi merupakan proses penyerapan kalor dari suatu lokasi tertentu
dan melepaskannya ditempa lain. Proses penyerapan dan pelepasan kalor tersebut
akan selalu menggunakan fluida kerja disebut refrigeran. Dalam penggunaannya
secara luas refrigeran dapat berpasa gas dan cair. Sehingga untuk menentukan sifat-
sifatnya tidaklah mudah. Agar mengetahui sifatnya serta tingkat keadaan refrigeran
yang digunakan, dibutuhkan tabel dan diagram-diagram sifat termodinamika
refrigeran. Sedangkan pengkondisian/tata udara proses pengolahan sifat-sifat
thermodinamika udara dalam suatu ruang agar memberikan rasa nyaman bagi
penghuninya.
1
bahkan menurut catatan IIR (Intenational Institute of Refrigeration) hingga awal
abad ke-20 penggunaan es alam masih lebih banyak dibandingkan “es buatan”. Es
alam adalah es yang dihasilkan tanpa peralatan refrigerasi, baik yang diperoleh dari
sungai atau danau yang membeku pada musim dingin atau yang sengaja dibekukan
secara alamiah akibat radiasi termal dari permukaan air ke langit.
Di wilayah dengan kelembaban udara yang rendah, seperti Timur Tengah,
sejarah pendinginan dimulai dengan pendinginan evaporatif, yaitu dengan
menggantungkan tikar basah di depan pintu yang terbuka untuk mengurangi
panasnya udara dalam ruangan. Pada abad ke-15, Leonardo da Vinci telah
merancang suatu mesin pendingin evaporatif ukuran besar. Konon, mesin ini
dipersembahkan untuk Beatrice d’Este, istri Duke of Milan (Pita, 1981). Mesin ini
mempunyai roda besar, yang diletakkan di luar istana, dan digerakkan oleh air
(sekali-sekali dibantu oleh budak) dengan katup-katup yang terbuka-tutup secara
otomatis untuk menarik udara ke dalam drum di tengah roda. Udara yang telah
dibersihkan di dalam roda dipaksa keluar melalui pipa kecil dan dialirkan ke dalam
ruangan.
Perkembangan teknik pendinginan selanjutnya masih terjadi secara tidak
sengaja, yaitu penggunaan larutan air-garam untuk mendapatkan suhu yang lebih
rendah. Menurut catatan Ibn Abi Usaibia, seorang penulis Arab, penggunaan larutan
air-garam ini sudah dilakukan di India sekitar abad ke-4. Garam yang digunakan
pada larutan tersebut adalah potasium nitrat, sebagaimana dicatat oleh seorang dokter
Italia bernama Zimara pada tahun 1530 dan dokter Spanyol bernama Blas Villafranca
pada tahun 1550. Fenomena pencampuran garam pada salju untuk mendapatkan suhu
lebih rendah baru dapat dijelaskan oleh Battista Porta pada tahun 1589 dan
Trancredo pada tahun 1607.
2
Teknik pendinginan mulai berkembang secara ilmiah sejak abad ke-17,
dimulai dari penelitian tentang pemantulan melalui efek panas dan dingin yang
dilakukan oleh Robert Boyle (1627-1691) di Inggris dan Mikhail Lomonossov
(1711-1765) di Rusia. Selanjutnya, penelitian mengenai termometri yang dimulai
oleh Galileo dikembangkan kembali oleh Guillaume Amontons (1663-1705) di
Perancis, Isaac Newton (1642-1727) di Inggris, Daniel Fahrenheit (1686-1736) orang
German yang bekerja di Inggris dan Belanda, René de Réaumur (1683-1757) di
Perancis dan Anders Celsius (1701-1744) di Swedia. Tiga ilmuwan yang disebutkan
terakhir merupakan penemu sistem skala pengukuran suhu, dan masing-masing
namanya diabadikan pada sistem skala tersebut yaitu Fahrenheit, Reaumur dan
Celsius. Setelah Anders Celsius menemukan termometer skala centesimal pada
tahun 1742 di Swedia, disepakati bahwa sistem skala yang digunakan pada Sistem
Internasional adalah Celsius.
Pada awal abad ke-18, William Cullen (1710-1790) menemukan terjadinya
penurunan suhu pada saat ethyl ether menguap. Cullen, bahkan, pada tahun 1755
berhasil mendapatkan sedikit es dengan cara menguapkan air di labu uap. Murid dan
penerus Cullen, yaitu seorang Scotland yang bernama Joseph Black (1728-1799)
berhasil menjelaskan pengertian panas dan suhu, sehingga sering dianggap sebagai
penemu kalorimetri. Bidang ini akhirnya dikembangkan dengan sangat baik oleh
para ilmuwan Perancis, seperti Pierre Simon de Laplace (1749-1827), Pierre Dulong
(1785-1838), Alexis Petit (1791-1820), Nicolas Clément-Desormes (1778-1841) dan
Victor Regnault (1810-1878).
3
Gambar 1.2. Sadi Carnot
Penemuan-penemuan di atas menjadi awal yang sangat berharga dalam sejarah
penemuan mesin-mesin pendinginan dan zat-zat pendinginnya. Perkembangan ini
dimulai dengan mesin pendingin mekanis, setelah seorang Amerika bernama Oliver
Evans (1755-1819) mampu menjelaskan siklus refrigerasi kompresi uap. Pada tahun
1835, seorang Amerika lainnya yang bekerja di Inggris yaitu Jacob Perkins (1766-
1849) berhasil mendapatkan paten untuk mesin pendingin temuannya yang bekerja
berdasarkan siklus kompresi uap tersebut.
4
menggunakan ethyl ether sebagai fluida kerja, dan mampu menghasilkan es maupun
larutan pendingin (refrigeran sekunder).
Dengan ditemukannya mesin pendingin sistem kompresi uap, terjadi
perkembangan yang cepat dalam penemuan zat-zat pendingin (refrigeran). Charles
Tellier (1828-1913), seorang Perancis, memperkenalkan penggunaan dimethyl ehter
sebagai refigeran. Pada tahun 1862, Tellier juga meneliti penggunaan amonia (NH3)
sebagai refrigeran, meskipun penggunaannya secara luas pada skala industrial baru
dapat dilakukan oleh seorang Jerman Carl von Linde (1842-1934). Refrigeran
amonia masih banyak digunakan hingga sekarang, khususnya pada industri
pembekuan pangan.
Thaddeus Lowe (1832-1913) mulai menggunakan karbon-dioksida (CO2)
sebagai refrigeran. Meskipun sempat ditinggalkan, penggunaan karbon-dioksida
belakangan ini kembali dikembangkan sebagai refrigeran yang ramah lingkungan.
Sulfur-dioksida (SO2) pertama kali digunakan sebagai refrigeran oleh ahli fisika
Swiss Raoul Pierre Pictet (1846-1929), tetapi akhirnya tidak digunakan lagi sesaat
sebelum perang dunia II. Metil-klorida (Ch3Cl) juga digunakan oleh orang Perancis
C. Vincent sebagai refrigeran pada tahun 1878, meskipun akhirnya hilang dari
peredaran pada tahnun 1960-an.
Didasarkan pada hasil penelitian Swarts yang dilakukan selama kurun 1893-
1907 di Ghent, suatu tim peneliti Frigidaire Corporation di Amerika, yang dipimpin
oleh Thomas Midgley berhasil mengembangkan refrigeran fluoro-carbon pertama
pada tahun 1930. Refrigeran fluoro-carbon dianggap sebagai refrigeran yang aman
karena tidak bersifat toksik dan tidak mudah terbakar. Refrigeran CFC (chloro-
fluoro-carbon) pertama, yaitu R12 (CF2Cl2) mulai dilepas ke pasar pada tahun 1931,
diikuti dengan refrigeran HCFC (hidro-chloro-fluoro-carbon) pertama, yaitu R22
(CHF2Cl) pada tahun 1934. Pada tahun 1961, campuran azeotropik pertama, yaitu
R502 (R22/R115), diperkenalkan ke pasar sebagai refrigeran.
Refrigeran CFC, khususnya R12, dianggap sebagai zat yang sangat istimewa
sebagai fluida kerja mesin pendingin sistem kompresi uap, hingga pemenang Nobel
dari Amerika (F.S. Rowland dan M.J. Molina) mempublikasikan hasil penelitiannya
pada tahun 1974. Rowland dan Molina menyimpulkan bahwa klorin yang
dilepaskan oleh zat halogenasi hidrokarbon menyebabkan terjadinya perusakan
5
lapisan ozon di angkasa. Untuk menganggapi temuan ini, pada tahun 1987 telah
disepakati Protokol Montreal mengenai pelarangan penggunaan zat-zat yang bersifat
merusak lapisan ozon.
Refrigeran CFC dan HCFC termasuk pada kategori zat perusak ozon, sehingga
penggunaannya sebagai refrigeran juga dilarang. Sebagai gantinya, disarankan penggunaan
HFC (hidro-fluoro-carbon), yaitu refrigeran yang dihalogenasi tapi tidak diklorinasi. Akan
tetapi, refrigeran HFC, baik yang murni (R134a) maupun campurannya (R410A, R407A,
R404A, dll), juga menimbulkan efek lingkungan yaitu pemanasan global. Pada Protokol
Kyoto, yang ditanda-tangani pada 11 Desember 1997, refrigeran HFC termasuk zat yang
dilarang peredarannya karena menyebabkan pemanasan global. Indonesia, sebagai negara
yang ikut meratifikasi Protokol Montreal maupun Protokol Kyoto, berkewajiban untuk
melaksanakan setiap fasal dalam protokol yang disepakati tersebut.
6
1.4. Perkembangan Sistem Pendingin Lainnya
Perkembangan sistem pendingin selain sistem kompresi uap dipicu oleh
kemajuan yang dicapai dalam bidang termodinamika yang sangat pesat pada abad
ke-19. Kemajuan ini dimulai dari penelitian mengenai gas oleh ahli fisika Inggris
Boyle, disusul oleh Edme Mariotte (1620-1684), Jacques Charles (1746-1823) dan
Louis Joseph Gay-Lussac (1778-1850), hingga penelitian mengenai mesin uap yang
dilakukan oleh orang Skotlandia bernama James Watt (1736-1819). Ilmuwan
Perancis Sadi Carnot (1796-1832) akhirnya mempublikasikan hasil karyanya yang
menjadi inti Hukum Termodinamika Kedua pada tahun 1824. Berbagai penelitian
mengenai teknik pendinginan sangat banyak dilakukan sebagai dampak dari
kemajuan termodinamika ini.
Disamping mesin pendingin sistem kompresi uap, sebagaimana dijelaskan di
atas, berbagai sistem pendingin lain juga ditemukan selama abad ke-19. Salah satu
diantaranya adalah sistem pendingin siklus gas yang muncul akibat penemuan
”mesin udara” siklus terbuka oleh John Gorrie (1803-1855), seorang dokter
Amerika. Gorrie mematenkan penemuan tersebut setelah berhasil mendiningkan
brine ke suhu -7 oC pada tahun 1850 dan 1851. Alexander Kirk (1830-1892)
berhasil mengembangkan mesin siklus tertutup yang dapat mendinginkan hingga
suhu -13 oC pada tahun 1864. Mesin ini didasarkan pada motor udara panas yang
dikembangkan oleh pastor Skotlandia Robert Stirling pada tahun 1837.
Pada tahun 1834, Ahli fisika Perancis Jean Charles Peltier (1785-1845)
menemukan bahwa aliran arus searah yang melalui jembatan dua logam dapat
menyebabkan pendinginan pada salah satu logam dan pemanasan pada logam
lainnya. Sampai tahun 1940-an, sistem termoelektrik hanya dianggap sebagai
keingin-tahuan ilmiah, hingga berkembangnya pengetahuan mengenai semi-
konduktor. Akan tetapi, hingga sekarang penggunaan sistem pendingin
termoelektrik secara komersial relatif sangat kecil.
7
Gambar 1.5. Termoelectric cooling
Salah satu sistem pendingin yang berkembang dengan baik, disamping sistem
kompresi uap, adalah sistem absorbsi. Mesin pendingin sistem absorbsi kontinyu
yang pertama ditemukan pada tahun 1859 oleh seorang Perancis bernama Ferdinand
Carré (1824-1900). Mesin temuan Carré ini menggunakan air sebagai absorber dan
amonia sebagai refrigeran. Sistem absorbsi tak-kontinyu sebenarnya lebih dulu
dikembangkan (hasil temuan saudara Ferdinand Carré yang bernama Edmond Carré
pada tahun 1866), tetapi tidak terlalu berhasil.
Pada tahun 1913, seorang Jerman bernama Edmund Altenkirch berhasil
mempelajari dan menjelaskan sifat termodinamik sistem ini dengan rinci. Pada
tahun 1940-an, sistem absorbsi dengan litium-bromida sebagai absorber dan air
sebagai refrigeran berhasil dikembangkan di Amerika, sebagai modifikasi dari sistem
yang dikembangkan oleh Carré. Sistem absorbsi litium-bromida-air ini banyak
digunakan dalam bidang pengkondisian udara.
8
Gambar 1.6. AC untuk tranportasi
Beberapa sistem dirancang untuk mendapatkan kondisi udara dimana debu
hampir tidak ada (ruang steril) seperti pada industri elektronika. Industri percetakan
perlu udara dengan tingkat kelembaban tertentu sehingga kertas tidak menggumpal
dan tinta cepat kering. Kelembaban yang tinggi juga dapat menyebabkan terjadinya
korsleting. Perkantoran dan perumahan saat ini umum menggunakan AC untuk
menambah kenyamanan ruangan.
9
Gambar 1.8. Pendinginan buah
Produk yang dibekukan dapat kembali ke keadaan semula umumnya dengan
perlakuan panas. Di toko-toko, bahan pertanian ini juga ditampilkan pada rak
berpendingin Pendinginan juga dikenal dalam proses pengolahan makanan. Es krim,
dibuat dengan membekukan susu setelah proses pasteurisasi dan pencampuran
dilakukan.
Produk pangan lain yang membutukan pendinginan antara lain susu, keju,
jus buah. Industri roti juga menggunakan pendinginan untuk menyimpan adonan
roti sehingga roti lebih cepat disajikan dan mengurangi kerugian toko roti karena
adanya adonan yang tidak dibakar. Industri kimia menggunakan teknik
pendinginan untuk memisahkan gas, pengembunan gas, penghilangan kalor reaksi,
pemisahan zat dari campurannya dan untuk menjaga tekanan. Teknik pendinginan
juga digunakan pada bidang lainnya seperti konstruksi, pembuatan es batu, dan
arena olahraga.
10
Gambar 1.10. Produk horitultura di supermarket
11
Gambar 1.11. Chilling injury
12
Massa M Kilogram Kg
Waktu T Detik S
Temperatur Kelvin K
Arus listrik I Ampere A
Intensitas J
Candela Cd
cahaya
Jumlah zat N Mol Mol
13
pengkonversinya (conversion factor). Contohnya adalah mengkonversi foot ke dalam
meter. Diketahui 1foot sama dengan 0,3048 meter, maka 3 ft sama dengan 3 ft dikali
0,3048 sama dengan 0,9144 m.
Tabel 3 dan 4 memperlihatkan dimensi-dimensi pokok dan dimensi turunan
dalam sistem SI dan British.
14
1.10. Beberapa Satuan Turunan dalam SI Unit
a. Satuan Gaya
Gaya merupakan perkalian antara massa (m) dan percepatan (a), yang ditulis
dengan persamaan,
(1.1)
(1.2)
Kgf mewakili satuan berat atau gaya gravitasi pada 1 kg massa benda. Nilai
konstanta C adalah standar percepatan gravitasi yang menyatakan bahwa massa 1 kg
benda mempunyai 1 kilogram berat.
(1.3)
b. Satuan Tekanan
Dalam satuan SI tekanan didefinisikan sebagai kemampuan fluida menahan
beban persatuan luas tertentu. Tekanan dilambangkan dengan huruf P. Tekanan
dibedakan atas; tekanan atmosfir (Patm), tekanan vakum (Pvakum) dan tekanan terukur
(Pgage).
15
P (Pa)
Pvacum
P=0 absolut
Tekanan yang rendah di bawah tekanan atmosfir disebut dengan tekanan vakum,
sedangkan tekanan yang terukur di atas tekanan atmosfir disebut tekanan terukur
(Pgage). Satuan tekanan (P) adalah:
(1.4)
Satuan N/m2 disebut juga dengan Pascal (Pa). Konversi satuan dari SI ke British
adalah sebagai berikut:
16
=
c. Satuan Temperatur
Temperatur didefinisikan sebagai ukuran derajat penas (energy) sebuah
benda. Temperatur merupakan sifat dari benda, setiap benda pasti mempunyai
temperatur. Perbedaan temperatur merupakan pemicu terjadinya perpindahan panas.
Alat ukur temperatur sebuah benda disebut dengan termometer. Selain thermometer
alat ukur temperature lain yang juga banyak digunakan adalah termocouple, hot wire
anemometer dan bimetal.
Berdasarkan bentuknya termometer dibedakan atas termometer digital dan
gelas yang berisikan cairan alkohol atau air raksa (Hg) sebagai fluida kerjanya. Skala
pengukuran yang lazim dipakai dalam pengukuran temperatur adalah:
Pengkonversian dari suatu skala temperatur ke skala lain dapat digunakan persamaan
berikut:
Celcelsius ke Fahrenheit : oF = 9/5 x oC + 32 = … oF
Fahrenheit ke Celcius : oF = 5/9 x (oF - 32 = … oC
Celcelsius ke Kelvin : K = oC + 273,15 = … K
Kelvin ke Celcelsius : oC = K - 273,15 = … oC
Fahrenheit ke Rankine : oR = oF + 459,67 = ….oR
17
Rankine ke Fahrenheit : oF = oR - 459,67 = …. oR
Daftar Pustaka
18
Adly Havendri, (1993). Diktat Teknik Pendingin. Percetakan UNAND, Padang
Holman, J.P., (1993). Perpindahan Kalor, Erlangga, Jakarta
Incropera, M. (1992). Fundamentals Of Heat Transfer, McGraw-Hill, New York
Pita, E.G., (1981). Air Conditioning Principles and Systems – An Energy Approach,
John Wiley & Sons, Inc.
Stoecker, W.F., and Jones, J.W., 1987, Refrigeration and Air conditioning, 2nd ed.,
McGraw-Hill International Edition, Singapore
19