Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

KONSEP DASAR PENGKONDISIAN UDARA

1.1. Pendahuluan
Refrigerasi (refrigeration) dan pengkondisian udara (air conditioning)
merupakan terapan dari ilmu perpindahan kalor dan termodinamika. Karena itu
pembahasan masalah teknik pendingin lebih baik bila dimulai dari pembahasan
aspek-aspek termodinamika dan perpindahan kalor. Pembahasan akan meliputi
beberapa prinsip dasar yang penting untuk perhitungan yang digunakan dalam
perancangandan penganalisaan sistem termal pada bangunan dan proses industri.
Penyajian prinsip dasar tersebut dimaksudkan untuk memenuhi keperluan
khusus pada refrigerasi serta pengkondisian udara juga dan bukan untuk merangkum
keseluruhan penerapan termodinamika dan perpindahan kalor. Bagi pembaca yang
merasa memerlukan rujukan dasar tentang masalah ini dianjurkan untuk melihat pada
buku yang membahas secara rinci kedua masalah tersebut.
Refrigerasi merupakan proses penyerapan kalor dari suatu lokasi tertentu
dan melepaskannya ditempa lain. Proses penyerapan dan pelepasan kalor tersebut
akan selalu menggunakan fluida kerja disebut refrigeran. Dalam penggunaannya
secara luas refrigeran dapat berpasa gas dan cair. Sehingga untuk menentukan sifat-
sifatnya tidaklah mudah. Agar mengetahui sifatnya serta tingkat keadaan refrigeran
yang digunakan, dibutuhkan tabel dan diagram-diagram sifat termodinamika
refrigeran. Sedangkan pengkondisian/tata udara proses pengolahan sifat-sifat
thermodinamika udara dalam suatu ruang agar memberikan rasa nyaman bagi
penghuninya.

1.2. Sejarah Teknik Pendinginan


Sejarah teknik pendinginan berkembang sejalan dengan perkembangan
peradaban manusia di wilayah sub-tropik.  Secara alamiah, manusia yang tinggal di
wilayah sub-tropik menyadari bahwa bahan pangan yang mudah rusak ternyata dapat
disimpan lebih lama dan lebih baik pada saat musim dingin dibandingkan dengan
pada saat musim panas.  Kesadaran inilah yang memandu manusia pada saat itu
mulai memanfaatkan “es alam” untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan
yang mudah rusak.
Penggunaan es alam ini bahkan masih dilakukan hingga abad ke-20, dan

1
bahkan menurut catatan IIR (Intenational Institute of Refrigeration) hingga awal
abad ke-20 penggunaan es alam masih lebih banyak dibandingkan “es buatan”. Es
alam adalah es yang dihasilkan tanpa peralatan refrigerasi, baik yang diperoleh dari
sungai atau danau yang membeku pada musim dingin atau yang sengaja dibekukan
secara alamiah akibat radiasi termal dari permukaan air ke langit.
Di wilayah dengan kelembaban udara yang rendah, seperti Timur Tengah,
sejarah pendinginan dimulai dengan pendinginan evaporatif, yaitu dengan
menggantungkan tikar basah di depan pintu yang terbuka untuk mengurangi
panasnya udara dalam ruangan.  Pada abad ke-15, Leonardo da Vinci telah
merancang suatu mesin pendingin evaporatif ukuran besar.  Konon, mesin ini
dipersembahkan untuk Beatrice d’Este, istri Duke of Milan (Pita, 1981).  Mesin ini
mempunyai roda besar, yang diletakkan di luar istana, dan digerakkan oleh air
(sekali-sekali dibantu oleh budak) dengan katup-katup yang terbuka-tutup secara
otomatis untuk menarik udara ke dalam drum di tengah roda.  Udara yang telah
dibersihkan di dalam roda dipaksa keluar melalui pipa kecil dan dialirkan ke dalam
ruangan.
Perkembangan teknik pendinginan selanjutnya masih terjadi secara tidak
sengaja, yaitu penggunaan larutan air-garam untuk mendapatkan suhu yang lebih
rendah.  Menurut catatan Ibn Abi Usaibia, seorang penulis Arab, penggunaan larutan
air-garam ini sudah dilakukan di India sekitar abad ke-4. Garam yang digunakan
pada larutan tersebut adalah potasium nitrat, sebagaimana dicatat oleh seorang dokter
Italia bernama Zimara pada tahun 1530 dan dokter Spanyol bernama Blas Villafranca
pada tahun 1550. Fenomena pencampuran garam pada salju untuk mendapatkan suhu
lebih rendah baru dapat dijelaskan oleh Battista Porta pada tahun 1589 dan
Trancredo pada tahun 1607.

Gambar 1.1. Robert Boyle

2
Teknik pendinginan mulai berkembang secara ilmiah sejak abad ke-17,
dimulai dari penelitian tentang pemantulan melalui efek panas dan dingin yang
dilakukan oleh Robert Boyle (1627-1691) di Inggris dan Mikhail Lomonossov
(1711-1765) di Rusia. Selanjutnya, penelitian mengenai termometri yang dimulai
oleh Galileo dikembangkan kembali oleh Guillaume Amontons (1663-1705) di
Perancis, Isaac Newton (1642-1727) di Inggris, Daniel Fahrenheit (1686-1736) orang
German yang bekerja di Inggris dan Belanda, René de Réaumur (1683-1757) di
Perancis dan Anders Celsius (1701-1744) di Swedia. Tiga ilmuwan yang disebutkan
terakhir merupakan penemu sistem skala pengukuran suhu, dan masing-masing
namanya diabadikan pada sistem skala tersebut yaitu Fahrenheit, Reaumur dan
Celsius.  Setelah Anders Celsius menemukan termometer skala centesimal pada
tahun 1742 di Swedia, disepakati bahwa sistem skala yang digunakan pada Sistem
Internasional adalah Celsius.
Pada awal abad ke-18, William Cullen (1710-1790) menemukan terjadinya
penurunan suhu pada saat ethyl ether menguap. Cullen, bahkan, pada tahun 1755
berhasil mendapatkan sedikit es dengan cara menguapkan air di labu uap. Murid dan
penerus Cullen, yaitu seorang Scotland yang bernama Joseph Black (1728-1799)
berhasil menjelaskan pengertian panas dan suhu, sehingga sering dianggap sebagai
penemu kalorimetri. Bidang ini akhirnya dikembangkan dengan sangat baik oleh
para ilmuwan Perancis, seperti Pierre Simon de Laplace (1749-1827), Pierre Dulong
(1785-1838), Alexis Petit (1791-1820), Nicolas Clément-Desormes (1778-1841) dan
Victor Regnault (1810-1878). 

1.3. Perkembangan Mesin Pendingin Sistem Kompresi Uap

Tulisan Sadi Carnot (1796-1832), seorang Perancis, yang sangat terkenal


pada tahun 1824 menjadi inspirasi bagi banyak penelitian yang dilakukan mengenai
berbagai konsep termodinamika dan sistem pendinginan, termasuk James Prescot
Joule (Inggris, 1818-1889), Julios von Mayer (Jerman, 1814-1878), Herman von
Helmholtz (Jerman, 1821-1894), Rudolph Clausius (Jerman, 1822-1888), Ludwig
Boltzmann (Austria, 1844-1906), dan William Thomson (Lord Kelvin, Inggris, 1824-
1907).

3
Gambar 1.2. Sadi Carnot
Penemuan-penemuan di atas menjadi awal yang sangat berharga dalam sejarah
penemuan mesin-mesin pendinginan dan zat-zat pendinginnya. Perkembangan ini
dimulai dengan mesin pendingin mekanis, setelah seorang Amerika bernama Oliver
Evans (1755-1819) mampu menjelaskan siklus refrigerasi kompresi uap. Pada tahun
1835, seorang Amerika lainnya yang bekerja di Inggris yaitu Jacob Perkins (1766-
1849) berhasil mendapatkan paten untuk mesin pendingin temuannya yang bekerja
berdasarkan siklus kompresi uap tersebut. 

Gambar 1.3. Siklus Refrigerari Kompresi Uap

Fluida kerja (refrigeran) yang digunakan Perkins pada mesin pendinginnya


tersebut adalah ethyl ether.  James Harrison (1816-1893), seorang Skotlandia yang
pindah ke Australia, berhasil membuat mesin pendingin yang dapat bekerja dengan
baik pada skala industrial.  Mesin tersebut dipatenkan oleh Harrison pada tahun
1855, 1856, dan 1857.  Mesin pendingin Harrison, yang diproduksi di Inggris, masih

4
menggunakan ethyl ether sebagai fluida kerja, dan mampu menghasilkan es maupun
larutan pendingin (refrigeran sekunder).
Dengan ditemukannya mesin pendingin sistem kompresi uap, terjadi
perkembangan yang cepat dalam penemuan zat-zat pendingin (refrigeran).  Charles
Tellier (1828-1913), seorang Perancis, memperkenalkan penggunaan dimethyl ehter
sebagai refigeran.  Pada tahun 1862, Tellier juga meneliti penggunaan amonia (NH3)
sebagai refrigeran, meskipun penggunaannya secara luas pada skala industrial baru
dapat dilakukan oleh seorang Jerman Carl von Linde (1842-1934). Refrigeran
amonia masih banyak digunakan hingga sekarang, khususnya pada industri
pembekuan pangan. 
Thaddeus Lowe (1832-1913) mulai menggunakan karbon-dioksida (CO2)
sebagai refrigeran. Meskipun sempat ditinggalkan, penggunaan karbon-dioksida
belakangan ini kembali dikembangkan sebagai refrigeran yang ramah lingkungan.
Sulfur-dioksida (SO2) pertama kali digunakan sebagai refrigeran oleh ahli fisika
Swiss Raoul Pierre Pictet (1846-1929), tetapi akhirnya tidak digunakan lagi sesaat
sebelum perang dunia II.  Metil-klorida (Ch3Cl) juga digunakan oleh orang Perancis
C. Vincent  sebagai refrigeran pada tahun 1878, meskipun akhirnya hilang dari
peredaran pada tahnun 1960-an.
Didasarkan pada hasil penelitian Swarts yang dilakukan selama kurun 1893-
1907 di Ghent, suatu tim peneliti Frigidaire Corporation di Amerika, yang dipimpin
oleh Thomas Midgley berhasil mengembangkan refrigeran fluoro-carbon pertama
pada tahun 1930.  Refrigeran fluoro-carbon dianggap sebagai refrigeran yang aman
karena tidak bersifat toksik dan tidak mudah terbakar.  Refrigeran CFC (chloro-
fluoro-carbon) pertama, yaitu R12 (CF2Cl2) mulai dilepas ke pasar pada tahun 1931,
diikuti dengan refrigeran HCFC (hidro-chloro-fluoro-carbon) pertama, yaitu R22
(CHF2Cl) pada tahun 1934.  Pada tahun 1961, campuran azeotropik pertama, yaitu
R502 (R22/R115), diperkenalkan ke pasar sebagai refrigeran.  
Refrigeran CFC, khususnya R12, dianggap sebagai zat yang sangat istimewa
sebagai fluida kerja mesin pendingin sistem kompresi uap, hingga pemenang Nobel
dari Amerika (F.S. Rowland dan M.J. Molina) mempublikasikan hasil penelitiannya
pada tahun 1974.  Rowland dan Molina menyimpulkan bahwa klorin yang
dilepaskan oleh zat halogenasi hidrokarbon menyebabkan terjadinya perusakan

5
lapisan ozon di angkasa.  Untuk menganggapi temuan ini, pada tahun 1987 telah
disepakati Protokol Montreal mengenai pelarangan penggunaan zat-zat yang bersifat
merusak lapisan ozon.
Refrigeran CFC dan HCFC termasuk pada kategori zat perusak ozon, sehingga
penggunaannya sebagai refrigeran juga dilarang.  Sebagai gantinya, disarankan penggunaan
HFC (hidro-fluoro-carbon), yaitu refrigeran yang dihalogenasi tapi tidak diklorinasi.  Akan
tetapi, refrigeran HFC, baik yang murni (R134a) maupun campurannya (R410A, R407A,
R404A, dll), juga menimbulkan efek lingkungan yaitu pemanasan global.  Pada Protokol
Kyoto, yang ditanda-tangani pada 11 Desember 1997, refrigeran HFC termasuk zat yang
dilarang peredarannya karena menyebabkan pemanasan global.  Indonesia, sebagai negara
yang ikut meratifikasi Protokol Montreal maupun Protokol Kyoto, berkewajiban untuk
melaksanakan setiap fasal dalam protokol yang disepakati tersebut.

Perkembangan lain dalam sistem kompresi uap adalah pada komponen


peralatannya.  Pada awalnya mesin pendingin sistem kompresi uap menggunakan
kompresor dengan piston yang besar dan lambat, tetapi sejak akhir abad ke-19
berubah menjadi lebih ringan dan cepat.  Pada tahun 1934 A. Lysholm berhasil
mengembangkan kompresor ulir dengan rotor ganda di Swedia, sedangkan pada
tahun 1967 B. Zimmern mengembangkan kompresor ulir rotor tunggal di Perancis. 

Gambar 1.4. Kompresor

Kompresor scroll sebenarnya telah dipatenkan oleh seorang Perancis bernama


Leon Creux pada tahun 1905, tetapi baru dapat dikembangkan pada tahun 1970-an. 
Kompresor sentrifugal dikembangkan atas dasar penelitian seorang Perancis bernama
Auguste Rateau tahun 1890 dan orang Amerika bernama Willis Carrier tahun 1911. 
Kompresor hermetik dikembangkan untuk mengatasi kebocoran refrigeran oleh
Father Audiffren pada tahun 1905 di Perancis, dan digunakan sangat banyak saat ini.

6
1.4. Perkembangan Sistem Pendingin Lainnya
Perkembangan sistem pendingin selain sistem kompresi uap dipicu oleh
kemajuan yang dicapai dalam bidang termodinamika yang sangat pesat pada abad
ke-19.  Kemajuan ini dimulai dari penelitian mengenai gas oleh ahli fisika Inggris
Boyle, disusul oleh Edme Mariotte (1620-1684), Jacques Charles (1746-1823) dan
Louis Joseph Gay-Lussac (1778-1850), hingga penelitian mengenai mesin uap yang
dilakukan oleh orang Skotlandia bernama James Watt (1736-1819).  Ilmuwan
Perancis Sadi Carnot (1796-1832) akhirnya mempublikasikan hasil karyanya yang
menjadi inti Hukum Termodinamika Kedua pada tahun 1824.  Berbagai penelitian
mengenai teknik pendinginan sangat banyak dilakukan sebagai dampak dari
kemajuan termodinamika ini.
Disamping mesin pendingin sistem kompresi uap, sebagaimana dijelaskan di
atas, berbagai sistem pendingin lain juga ditemukan selama abad ke-19.  Salah satu
diantaranya adalah sistem pendingin siklus gas yang muncul akibat penemuan
”mesin udara” siklus terbuka oleh John Gorrie (1803-1855), seorang dokter
Amerika.  Gorrie mematenkan penemuan tersebut setelah berhasil mendiningkan
brine ke suhu -7 oC pada tahun 1850 dan 1851.  Alexander Kirk (1830-1892)
berhasil mengembangkan mesin siklus tertutup yang dapat mendinginkan hingga
suhu -13 oC pada tahun 1864.  Mesin ini didasarkan pada motor udara panas yang
dikembangkan oleh pastor Skotlandia Robert Stirling pada tahun 1837.
Pada tahun 1834, Ahli fisika Perancis Jean Charles Peltier (1785-1845)
menemukan bahwa aliran arus searah yang melalui jembatan dua logam dapat
menyebabkan pendinginan pada salah satu logam dan pemanasan pada logam
lainnya.  Sampai tahun 1940-an, sistem termoelektrik hanya dianggap sebagai
keingin-tahuan ilmiah, hingga berkembangnya pengetahuan mengenai semi-
konduktor.  Akan tetapi, hingga sekarang penggunaan sistem pendingin
termoelektrik secara komersial relatif sangat kecil.

7
Gambar 1.5. Termoelectric cooling

Salah satu sistem pendingin yang berkembang dengan baik, disamping sistem
kompresi uap, adalah sistem absorbsi.  Mesin pendingin sistem absorbsi kontinyu
yang pertama ditemukan pada tahun 1859 oleh seorang Perancis bernama Ferdinand
Carré (1824-1900). Mesin temuan Carré ini menggunakan air sebagai absorber dan
amonia sebagai refrigeran.  Sistem absorbsi tak-kontinyu sebenarnya lebih dulu
dikembangkan (hasil temuan saudara Ferdinand Carré yang bernama Edmond Carré
pada tahun 1866), tetapi tidak terlalu berhasil. 
Pada tahun 1913, seorang Jerman bernama Edmund Altenkirch berhasil
mempelajari dan menjelaskan sifat termodinamik sistem ini dengan rinci.  Pada
tahun 1940-an, sistem absorbsi dengan litium-bromida sebagai absorber dan air
sebagai refrigeran berhasil dikembangkan di Amerika, sebagai modifikasi dari sistem
yang dikembangkan oleh Carré.  Sistem absorbsi litium-bromida-air ini banyak
digunakan dalam bidang pengkondisian udara.

1.5. Ruang Lingkup Pemakaian Teknik Pendinginan


Refrigerasi (pendinginan) adalah suatu sistem yang mengambil panas dari suatu
benda atau ruangan yang bersuhu lebih rendah dari lingkungan alamiahnya. Bangsa
Romawi dan Cina mengambil es dan salju untuk digunakan sebagai penyejuk udara saat
musim panas. Bangsa Mesir meletakkan bejana air di atap rumah pada malam hari untuk
mendinginkannya. Terlihat bahwa usaha untuk mendinginkan bahan atau udara telah ada
sejak dahulu. Peradaban yang maju membuat teknik pendinginan semakin berkembang
Terdapat dua bidang pendinginan yang saling terkait dalam pendinginan yaitu
bidang refrigerasi dan pengkondisian udara. Aplikasi teknik pendinginan dapat
dijumpai di berbagai bidang. Di bidang industri, pengkondisian udara digunakan
untuk mendapatkan suhu dan kelembaban yang nyaman bagi pekerja.

8
Gambar 1.6. AC untuk tranportasi
Beberapa sistem dirancang untuk mendapatkan kondisi udara dimana debu
hampir tidak ada (ruang steril) seperti pada industri elektronika. Industri percetakan
perlu udara dengan tingkat kelembaban tertentu sehingga kertas tidak menggumpal
dan tinta cepat kering. Kelembaban yang tinggi juga dapat menyebabkan terjadinya
korsleting. Perkantoran dan perumahan saat ini umum menggunakan AC untuk
menambah kenyamanan ruangan.

Gambar 1.7. AC untuk Gimnaisum

Di negara sub-tropis, pengkondisian juga meliputi pemanasan ruangan saat


musim dingin. Keinginan manusia untuk berkendara dengan nyaman membuat
sistem pendinginan juga dijumpai di mobil dan kendaran angkutan lainnya. Industri
pertanian saat ini umum menggunakan sistem cold chain untuk menjaga mutu
produk. Sistem pendinginan ini biasanya digunakan untuk produk yang mudah busuk
dan banyak mengandung air, seperti daging, sayur dan buah. Untuk mendapatkan
umur simpan yang lebih lama, pembekuan digunakan untuk membekukan produk.

9
Gambar 1.8. Pendinginan buah
Produk yang dibekukan dapat kembali ke keadaan semula umumnya dengan
perlakuan panas. Di toko-toko, bahan pertanian ini juga ditampilkan pada rak
berpendingin Pendinginan juga dikenal dalam proses pengolahan makanan.  Es krim,
dibuat dengan membekukan susu setelah proses pasteurisasi dan pencampuran
dilakukan.

Gambar 1.9. Ice cream

Produk pangan lain yang membutukan pendinginan antara lain susu, keju,
jus buah. Industri roti juga menggunakan pendinginan untuk menyimpan adonan
roti sehingga roti lebih cepat disajikan dan mengurangi kerugian toko roti karena
adanya adonan yang tidak dibakar. Industri kimia menggunakan teknik
pendinginan untuk memisahkan gas, pengembunan gas, penghilangan kalor reaksi,
pemisahan zat dari campurannya dan untuk menjaga tekanan. Teknik pendinginan
juga digunakan pada bidang lainnya seperti konstruksi, pembuatan es batu, dan
arena olahraga.

10
Gambar 1.10. Produk horitultura di supermarket

1.6. Tantangan Industri Pendinginan dan Pembekuan Pangan


Teknik refrigerasi adalah teknik pengambilan panas dari suatu benda atau ruangan
yang bersuhu lebih rendah dari lingkungan alamiahnya.  Teknik refrigerasi merupakan
penerapan termodinamika dan perpindahan panas/massa, yang termasuk dalam cakupan
bidang konversi energi.  Salah satu jenis mesin refrigerasi yang umum digunakan pada
zaman sekarang adalah jenis kompresi uap.  Mesin pendingin jenis ini bekerja secara
mekanik dan perpindahan panas dilakukan dengan memanfaatkan sifat refrigeran yang
berubah dari fase cair ke fase gas (uap) kemudian ke fase cair kembali secara berulang. 
Proses pendinginan merupakan proses yang populer untuk penyimpanan
produk-produk pertanian.  Dengan menurunkan suhu suatu produk, aktivitas enzim
dan mikroba yang ada akan berkurang, sehingga penurunan mutu atau kerusakan
dapat dihambat.  Pada buah-buahan atau sayur-sayuran, pengendalian proses
pendinginan merupakan faktor kritis karena dapat menyebabkan chilling injury bila
dibawah suhu tertentu.   Pembekuan merupakan pendinginan sampai titik beku air
dengan tujuan yang sama.  Pada umumnya produk beku akan mempunyai ketahanan
yang lebih lama, namun tidak semua produk pertanian cocok dengan proses ini.

11
Gambar 1.11. Chilling injury

1.7. Sistem Satuan dan Dimensi


Dalam kasus-kasus tertentu masih banyak diantara kita yang tidak paham
makna dari istilah satuan dan dimensi. Dimensi adalah variabel fisis yang digunakan
untuk menyatakan sifat atau tingkah laku sistem tertentu. Contohnya, panjang sebuah
balok merupakan dimensi dari balok tersebut. Demikian pula dengan temperatur
sebuah gas dianggap sebagai suatu dimensi termodinamika gas tersebut. Jadi secara
singkat dimensi merupakan sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka.
Dimensi menyatakan sifat dari benda. Sifat ini dinyatakan dalam angka
melalui hasil pengukuran. Kalau panjang balok di atas panjangnya sekian meter atau
gas tersebut temperaturnya sekian derajat Celcius, maka disini kita menyatakan pula
satuan yang kita gunakan untuk mengukur dimensi tersebut. Jadi satuan adalah
sarana untuk menyatakan dimensi dengan angka. Misalnya satuan panjang dengan
meter atau foot, waktu dengan detik atau jam, temperatur dengan derajat Celcius atau
Fahrenheit.
Dalam dunia rekayasa dikenal banyak sistem satuan yang biasa digunakan. Hal
ini tergantung kepada nagara yang bersangkutan. Sistem satuan yang lazim dan
banyak digunakan di dunia internasional adalah International Systeme d’units (SI
units) dan sistem satuan British (British Units).

1.8. Beberapa Dimensi Pokok Dalam SI dan British Units


Hampir semua negara di dunia para insinyurnya menggunakan sistem satuan
Internasional (SI units). Sistem satuan Internasional adalah sistem yang
dikembangkan dari sistem metrik yang diresmikan di perancis tahun 1960. Dalam
sistem satuan Internasional (Systeme International d’Units) ada beberapa satuan
dasar dari dimensi pokok.

Tabel 1. Satuan Pokok dan Dimensi

Dimensi Pokok Lambang Satuan Simbol Satuan


Panjang L Meter M

12
Massa M Kilogram Kg
Waktu T Detik S
Temperatur  Kelvin K
Arus listrik I Ampere A
Intensitas J
Candela Cd
cahaya
Jumlah zat N Mol Mol

Beberapa satuan dasar dari sistem satuan British adalah:

Tabel 2. Satuan dasar dari sistem satuan British

Dimensi Pokok Lambang Satuan Simbol Satuan


Panjang L Foot Ft
Massa M Slug Sl
Waktu T Detik S
Temperatur  Rankine R
Arus listrik I Ampere A
Intensitas J
Candela Cd
cahaya
Jumlah zat N Mol Mol

1.8. Dimensi Turunan


Dimensi turunan adalah dimensi yang didapat dari penggabungan dimensi-
dimensi pokok. Contohnya dalam sistem satuan SI adalah kecepatan (V) merupakan
dimensi turunan dari meter per detik(m/s), percepatan (a) merupakan turunan dari
meter per detek dikuadratkan (m/s2), gaya (F) merupakan turunan dari besaran massa
(m) dikali percepatan (a) dengan satuan Newton (N). Sedangkan dalam sistem satuan
British kecapatan (V) merupakan turunan dari foot per detik (ft/s), percepatan (a)
merupakan turunan dari foot per detik dikuadratkan (ft/s 2), gaya (F) merupakan
turunan dari besaran massa (lbm) dikali percepatan (a) dengan satuan pound force
(lbf).

1.9. Konversi Satuan


Konversi satuan dapat dilakukan dengan memilih satuan yang akan
dikonversi ke sistem satuan yang lain, lalu mengalikannya dengan faktor

13
pengkonversinya (conversion factor). Contohnya adalah mengkonversi foot ke dalam
meter. Diketahui 1foot sama dengan 0,3048 meter, maka 3 ft sama dengan 3 ft dikali
0,3048 sama dengan 0,9144 m.
Tabel 3 dan 4 memperlihatkan dimensi-dimensi pokok dan dimensi turunan
dalam sistem SI dan British.

Tabel 3. Dimensi-dimensi pokok dalam sistem SI dan British.


Dimensi pokok Satuan SI Satuan British Faktor Konversi
Massa Kilogram (kg) Slug 1slug = 14,5939 kg
Panjang Meter (m) Kaki (ft) 1 ft = 0,3048 m
Waktu Sekon (s) Sekon (s) 1s=1s
Suhu Kelvin (K) Rankine (oR) 1 oR = 1,8 K

Tabel 4. Dimensi-dimensi turunan dalam sistem SI dan British.


Dimensi pokok Satuan SI Satuan British Faktor Konversi
Luas (L2) m2 ft2 1 m2 = 10,764 ft2
Volume (L3) m3 ft3 1 m3 = 35,315 ft3
Tekanan atau Pa=N/m2 lbf/ft2 1lbf/ft2 = 47,88 Pa
tegangan
Energi J=N.m) ft.lbf 11 ft.lbf = 1,3558 J
Daya W = J/s (ft.lbf)/s 1 ft.lbf = 1,3558 W

Faktor perkalian untuk satuan SI dapat dilihat pada table 4,

Tabel 5. Faktor perkalian untuk satuan SI


Faktor pengali Awalan Singkatan
12
10 Teta T
109 Giga G
106 mega M
103 Kilo k
2
10 hekto h
-2
10 senti c
10-3 Mili m
10-6 mikro 
10-9 nano n
10-12 Piko p
-18
10 Ato a

14
1.10. Beberapa Satuan Turunan dalam SI Unit

a. Satuan Gaya
Gaya merupakan perkalian antara massa (m) dan percepatan (a), yang ditulis
dengan persamaan,

(1.1)

Dimana C adalah konstanta kesebandingan. Satuan gaya dalam SI disebut dengan


Newton. Simbol Newton ditulis dengan huruf N, dimana:
1 N = (1kg).(1 m/s2) = 1 (kg.m)/s2
Dalam sistem metrik (MKS) untuk satuan gaya ditulis dengan kgf, dimana kgf
didefinisikan sebagai,

(1.2)

Kgf mewakili satuan berat atau gaya gravitasi pada 1 kg massa benda. Nilai
konstanta C adalah standar percepatan gravitasi yang menyatakan bahwa massa 1 kg
benda mempunyai 1 kilogram berat.

(1.3)

Seperti diketahui bahwa, 1 lbf = 0,453592 kgf.

b. Satuan Tekanan
Dalam satuan SI tekanan didefinisikan sebagai kemampuan fluida menahan
beban persatuan luas tertentu. Tekanan dilambangkan dengan huruf P. Tekanan
dibedakan atas; tekanan atmosfir (Patm), tekanan vakum (Pvakum) dan tekanan terukur
(Pgage).

15
P (Pa)

Pabs = Patm+ Pgage Pgage


Patm

Pvacum

Pabs = Patm- Pvacum

P=0 absolut

Gambar 2. Beberapa jenis tekanan berdasarkan proses pengukurannya

Tekanan atmosfir merupakan tekanan udara atmosfir yang terukur


menggunakan alat ukur tekanan yang disebut barometer.

1 Pbar = 105 Pa = 100 kPa = 0,1 MPa


1 Patm = 101.325 Pa = 101,325 kPa = 0,1 MPa

Tekanan yang rendah di bawah tekanan atmosfir disebut dengan tekanan vakum,
sedangkan tekanan yang terukur di atas tekanan atmosfir disebut tekanan terukur
(Pgage). Satuan tekanan (P) adalah:

(1.4)

Satuan N/m2 disebut juga dengan Pascal (Pa). Konversi satuan dari SI ke British
adalah sebagai berikut:

16
=

Kemudian untuk tekanan atmosfir,


1 atm = 1.033 kgf/cm2 = 14,696 lbf.in2
= 1.033/1,02 = 1,01325 bar
= 760 mmHg atau 760 torr
Artinya, 1 torr = 1mmHg = 1/760 atm = 133 N/m2.

c. Satuan Temperatur
Temperatur didefinisikan sebagai ukuran derajat penas (energy) sebuah
benda. Temperatur merupakan sifat dari benda, setiap benda pasti mempunyai
temperatur. Perbedaan temperatur merupakan pemicu terjadinya perpindahan panas.
Alat ukur temperatur sebuah benda disebut dengan termometer. Selain thermometer
alat ukur temperature lain yang juga banyak digunakan adalah termocouple, hot wire
anemometer dan bimetal.
Berdasarkan bentuknya termometer dibedakan atas termometer digital dan
gelas yang berisikan cairan alkohol atau air raksa (Hg) sebagai fluida kerjanya. Skala
pengukuran yang lazim dipakai dalam pengukuran temperatur adalah:

Skala Temperatur Rentang skala Perbandingan skala


Celcius (oC) 0-100 100
Fahrenheit (oF) 32-212 180
Kelvin (K) 273,15 – 373,15 100
Rankine (oR) 459,67 – 671,67 212

Pengkonversian dari suatu skala temperatur ke skala lain dapat digunakan persamaan
berikut:
 Celcelsius ke Fahrenheit : oF = 9/5 x oC + 32 = … oF
 Fahrenheit ke Celcius : oF = 5/9 x (oF - 32 = … oC
 Celcelsius ke Kelvin : K = oC + 273,15 = … K
 Kelvin ke Celcelsius : oC = K - 273,15 = … oC
 Fahrenheit ke Rankine : oR = oF + 459,67 = ….oR

17
 Rankine ke Fahrenheit : oF = oR - 459,67 = …. oR

d. Satuan Energi (Kerja atau Panas)


Satuan energi didapat dari hasil perkalian gaya dengan jarak perpindahan.
Dalam satuan SI, kerja dinyatakan sebagai Newton.meter (N.m) disebut dengan
Youle (J). Dengan demikian,
1 Nm = 1 J = (1kg.m/dt2).(m) = 1 kg.m2/dt2
Karena kerja dan panas merupakan energi, maka satuan panas sama dengan satuan
kerja yaitu Youle (J). Selain Youle satuan energi panas juga digunakan kcal.
1 kcal = 427 kgf.m = (427).(9,80665) Nm
= 4186,8 Nm atau J
= 4,1868 kJ
f. Satuan Daya
Satuan daya dalam SI unit adalah watt, dengan symbol W. Daya didefinisikan
sebagai energi persatuan waktu.
1 W = 1 J/s = 1Nm/s
Sedangkan dalam satuan kerja listrik persatuan waktu, daya ditulis dengan,
1 W = 1 volt x 1 Ampere = 1 J/s
Konversi ke dalam satua horsepower didapat dengan,
1 hp = 550 (ft.lbf)/s
= (550 x 0,3048m)(0,453592 x 9,80665 N)/s
= 746 Nm/s atau Watt
1 hp = 75 (kgf.m)/s = (75x9,80665N)(m/s)
= 736 Nm/s atau Watt
Atau dalam bentuk,
1kWH = 3.600.000 J = 3.600 kW = 860 kcal = 3,410 Btu
1 hp/hr = 736 x 3.600 J = 2,650 kJ = 632 kcal = 2.510 Btu (metrik)
1 hp/hr = 746 x 3.600 J = 2,680 kJ = 641 kcal = 2.540 Btu (emperik)

Daftar Pustaka

18
Adly Havendri, (1993). Diktat Teknik Pendingin. Percetakan UNAND, Padang
Holman, J.P., (1993). Perpindahan Kalor, Erlangga, Jakarta
Incropera, M. (1992). Fundamentals Of Heat Transfer, McGraw-Hill, New York
Pita, E.G., (1981). Air Conditioning Principles and Systems – An Energy Approach,
John Wiley & Sons, Inc.

Stoecker, W.F., and Jones, J.W., 1987, Refrigeration and Air conditioning, 2nd ed.,
McGraw-Hill International Edition, Singapore

19

Anda mungkin juga menyukai