Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah teknik pendinginan berkembang sejalan dengan perkembangan
peradaban manusia di wilayah sub-tropik.  Secara alamiah, manusia yang tinggal
di wilayah sub-tropik menyadari bahwa bahan pangan yang mudah rusak ternyata
dapat disimpan lebih lama dan lebih baik pada saat musim dingin dibandingkan
dengan pada saat musim panas.  Kesadaran inilah yang memandu manusia pada
saat itu mulai memanfaatkan “es alam” untuk memperpanjang masa simpan bahan
pangan yang mudah rusak.
Penggunaan es alam ini bahkan masih dilakukan hingga abad ke-20, dan
bahkan menurut catatan IIR (International Institute of Refrigeration) hingga awal
abad ke-20 penggunaan es alam masih lebih banyak dibandingkan “es buatan”. Es
alam adalah es yang dihasilkan tanpa peralatan refrigerasi, baik yang diperoleh
dari sungai atau danau yang membeku pada musim dingin atau yang sengaja
dibekukan secara alamiah akibat radiasi termal dari permukaan air ke langit.
Di wilayah dengan kelembaban udara yang rendah, seperti Timur Tengah,
sejarah pendinginan dimulai dengan pendinginan evaporatif, yaitu dengan
menggantungkan tikar basah di depan pintu yang terbuka untuk mengurangi
panasnya udara dalam ruangan.  Pada abad ke-15, Leonardo da Vinci telah
merancang suatu mesin pendingin evaporatif ukuran besar.  Konon, mesin ini
dipersembahkan untuk Beatrice d’Este, istri Duke of Milan (Pita, 1981).  Mesin
ini mempunyai roda besar, yang diletakkan di luar istana, dan digerakkan oleh air
(sekali-sekali dibantu oleh budak) dengan katup-katup yang terbuka-tutup secara
otomatis untuk menarik udara ke dalam drum di tengah roda.  Udara yang telah
dibersihkan di dalam roda dipaksa keluar melalui pipa kecil dan dialirkan ke
dalam ruangan (Gambar 1-1).

1
Gambar 1.1 Robert Boyle
Perkembangan teknik pendinginan selanjutnya masih terjadi secara tidak
sengaja, yaitu penggunaan larutan air-garam untuk mendapatkan suhu yang lebih
rendah.  Menurut catatan Ibn Abi Usaibia, seorang penulis Arab, penggunaan
larutan air-garam ini sudah dilakukan di India sekitar abad ke-4. Garam yang
digunakan pada larutan tersebut adalah potasium nitrat, sebagaimana dicatat oleh
seorang dokter Italia bernama Zimara pada tahun 1530 dan dokter Spanyol
bernama Blas Villafranca pada tahun 1550. Fenomena pencampuran garam pada
salju untuk mendapatkan suhu lebih rendah baru dapat dijelaskan oleh Battista
Porta pada tahun 1589 dan Trancredo pada tahun 1607.
Menjadi inspirasi bagi yang dilakukan mengenai berbagai konsep
termodinamika dan sistem pendinginan, termasuk James Prescot Joule (Inggris,
1818-1889), Julios von Mayer (Jerman, 18xd22-1888), Herman on Helmholtz
(Jerman, 1821-1894), Rudolph Clausius (Jerman, 1822-1888), Ludwig Botzmann
(Austria, 1844-1906), dan William Thomson (Lord Kelvin, Inggris, 1824-1907).

2
Gambar 1.2 Sadi Carnot
Penemuan-penemuan di atas menjadi awal yang sangat berharga dalam
sejarah penemuan mesin-mesin pendinginan dan zat-zat pendinginannya.
Perkembangan ini dimulai dengan mesin pendingin mekanis, setelah orang
Amerika bernama Oliver Evans (1755-1819) mampu menjelaskan siklus
refrigerasi kompresi uap. Pada tahun 1835, seorang Amerika lainnya yang bekerja
di Inggris yaitu Jacob Perkins (1766-1849) berhasil mendapatkan paten untuk
mesin pendingin temuannya yang bekerja berdasarkan siklus kompresi uap
tersebut.
Fluida kerja (refrigeran) yang digunakan Perkins pada mesin pendinginnya
tersebut adalah etyhl ether. James Harrison (1816-1893), seorang Skotlandia yang
pindah ke Australia, berhasil membuat mesin pendingin yang dapat bekerja
dengan baik pada skala industrial. Mesin tersebut dipatenkan oleh Harrison pada
tahun 1855, 1856, dan 1857. Mesin pendingin Harrison, yang diproduksi di
Inggris, masih menggunakan etyhl ether sebagai fluida kerja, dan mampu
menghasilkan es maupun larutan pendidikan (refrigeran sekunder).
Dengan ditemukannya mesin pendingin sistem kompresi uap, terjadi

3
perkembangan yang cepat daslam penemuan zat-zat pendingin (refrigeran).
Charles Tellier (1828-1913), seorang Perancis, memperkenalkan penggunaan
dimethyl ether sebagai refrigeran. Pada tahun 1862, Tellier juga meneliti
penggunaan amonia (NH3) sebagai refrigeran, meskipun penggunaannya secara
luas pada skala industrial baru dapat dilakukan oleh seorang Jerman Carl von
Linde (1842-1934). Refrigeran amonia masih banyak digunakan hingga sekarang,
khususnya pada industri pembekuan pangan.
Thaddeus Lowe (1832-1913) mulia menggunakan karbon-dioksida (CO2)
sebagai refrigeran. Meskipun sempat ditinggalkan, penggunaan karbon-dioksida
belakangan ini kembali dikembangkan sebagai refrigeran yang ramah lingkungan.
Sulfur-dioksida (SO2) pertama kali digunakan sebagai refrigeran oleh ahli fisika
Swiss Raoul Pierre Pictet (1846-1929), tetapi akhirnya tidak digunakan oleh
perancis C. Vincent sebagai refrigeran pada tahun 1878, meskipun akhirnya
hilang dari peredaran pada tahun 1960-an.
Berdasarkan pada hasil penelitian Swarts yang dilakukan selama kurun
1893-1907 di Ghent, suatu tim peneliti Frigidaire Corporation di Amerika, yang
dipimpin pleh Thomas Midgley berhasil mengembangkan refrigeran fluoro–
carbon pertama pada tahun 1930. Refrigeran fluoro-carbon dianggap sebagai
refrigeran yang aman karena tidak bersifat toksik dan tidak mudah terbakar.
Refrigeran CFC (chloro-fluoro-carbon) pertama, yanitu R12 (CF2C12) mulai
dilepas kepasar pada tahun 1931, diikuti dengan refrigeran HCFC (hidro-chloro-
fluoro-carbon) pertama yaitu R22 (CHF2CI) pada tahun 1934. Pada tahun 1961,
campuran azeotropik pertama, yaitu R502(R22/R115), diperkenalkan ke pasar
sebagai refrigeran.
Refrigeran CFC, khususnya R12, dianggap sebagai zat yang sangat
istimewa sebagai fluida kerja mesin pendingin sistem kompresi uap, hingga
pemenang Nobel dari Amerika (F.S. Rowland dan M.J. Molina) mempublikasikan
hasil penelitiannya pada tahun 1974. Rowland dan Molina menyimpulkan bahwa
klorin yang dilepaskan oleh zat halogenasi hidrokarbon menyebabkan terjadinya
perusakan lapisan ozon di angkasa. Untuk menanggapi temuan ini, pada tahun
1987 telah di sepakati Protokol Montreal mengenai pelarangan pengguanaan zat-
zat yang bersifat merusak lapisan ozon.

4
Refrigeran CFC dan HCFC termausk pada kategori zat perusak ozon,
sehingga penggunaannya sebagai refrigeran juga dilarang. Sebagai gantinya,
disarankan penggunaan HFC (hidro-fluoro-carbon), yaitu refrigeran yang
dihalogenasi tapi tidak diklorinasi. Akan tetapi, refrigeran HFC, baik yang murni
(R134a) maupun campurannya (R410A, R407A, R404A, dll), juga menimbulkan
efek lingkungan yaitu pemanasan global. Pada Protokol Kyoto, yang ditanda
tangani pada 11 Desember 1997, refrigeran HFC termasuk zat yang dilarang
peredarannya karena menyebabkan pemanasan global. Indonesia, sebagai negara
yang ikut meratifikasi Protokol Montreal maupun Protokol Kyoto, berkewajiban
untuk melaksanakan setiap pasal dalam protokol yang disepakati tersebut.
Salah satu sistem pendingin yang berkembang denganbaik, disamping
sistem kompresi uap, adalah sistem absorbsi. Mesin pendingin sistem absorbsi
kontinyu yang pertama ditemukan pada tahun 1859 oleh seorang Perancis
bernama Ferdinand Carre (1824-1900). Mesin temuan Carre ini menggunakan air
sebagai absorber dan amnia sebagai refrigeran. Sistem absorbsi tak kontinyu
sebenarnya lebih dulu dikembangkan (hasil temuan saudara Ferdinand Carre yang
bernama Edmond Carre pada tahun 1866), tetapi tidak terlalu berhasil. Pada tahun
1913, seorang Jerman bernama Edmund Altenkirch berhasil mempelajari dan
menjelaskan sifat termodinamik sistem ini dengan rinci. Pada tahun 1940-an,
sistem absorbsi dengan litium-bromida sebagai absorber dan air sebagai
refrigeran berhasil dikembangkan di Amerika, sebagai modifikasi dari sistem
yang dikembangkan oleh carre. Sistem absobrsi litium-bromida air ini banyak
digunakan dalam bidang pengkodisian udara.
Teknik refrigerasi adalah teknik pengambilan panas dari suatu benda atau
ruangan yang bersuhu lebih rendah dari lingkungan alamiahnya. Teknik
refrigerasi merupakan penerapan termodinamika dan perpindahan panas/massa,
yang termasuk dalam cakupan bidang konversi energi. Salah satu jenis mesin
refrigerasi yang umum digunakan pada zaman sekarang adalah jenis kompresi
uap. Mesin pendingin jenis ini bekerja secara mekanik dan perpindahan panas
dilakukan dengan memanfaatkan sifat refrigeran yang berubah dari fase cair ke
fase gas (uap) kemudian ke fase cair kembali secara berulang.
Proses pendingin merupakan proses yang populer untuk penyimpanan

5
produk-produk pertanian. Dengan menurunkan suhu suatu produk, aktivitas enzim
dan mikroba yang ada akan berkurang, sehingga penurunan mutu atau kerusakan
dapat dihambat. Pada buah-buahan atau sayur-sayuran, pengendalian proses
pendinginan merupakan faktor kritis karena dapat menyebabkan chilling injury
bila dibawah suhu tertentu. Pembekuan merupakan pendinginan samapi titik beku
air dengan tujuan yang sama. Pada umumnya produk beku akan mempunyai
ketahanan yang lebih lama, namun tidak semua produk pertanian cocok dengan
proses ini.

1.2 Rumusan masalah


Untuk memenuhi permitaan customer, semakin banyak membutuhkan jasa
tenaga kerja di Indonesia. PT. MITRA ASRI PRATAMA akan terus
meningkatkan Kualitas jasa tenaga kerja yang professional.

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah.
b. Untuk mengetahui dan memahami fungsi komponen serta cara kerja
sistem pendingin.
c. Mengetahui permasalahan yang terjadi pada instalasi pendingin.
d. Menghitung beban pendingin dan potensi penambahan kalor.
e. Mehasiswa dapat memperoleh kesempatan untuk melatih kemampuan
dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan lapangan.
f. Memperluas wawasan mahasiswa dalam pekerjaan lapangan.

1.4 Batasan masalah


Pada laporan penulisan ini perlu dilakukan pembatasan masalah yang
bertujuan untuk memperjelas dan sesuai dengan tujuan penyusunan laporan ini.
Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sulitnya mencari jasa tenaga kerja yang sesuai dengan permintaan
customer
2. Sulitnya mencari jasa tenaga kerja yang professional

6
1.5 Kegunaan
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dalam pelaksanaan kerja praktik
ini yaitu :

A. Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh tambahan ilmu pengetahuan khususnya dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh selama dibangku
perkuliahan.
b. Menambah wawasan dan pengalaman di dunia kerja pada
umumnya.

B. Bagi PT. mitra asri pratama


a. Menjalin hubungan kemitraan dengan perguruan tinggi,
sehingga tercipta suatu hubungan sinergis yang bermanfaat
demi kemajuan bersama.
b. Sebagai perwujudan pengabdian kepada masyarakat
khususnya dalam dunia pendidikan untuk menciptakan
manusia-manusia pembangunan yang potensial dan
berwawasan kebangsaan.

C. Bagi Universitas Pamulang


a. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan instansi
atau lembaga yang bersangkutan dalam bidang penelitian
maupun ketenagakerjaan.
b. Sebagai evaluasi dibidang akademik untuk pengembangan
mutu pendidikan seiring dengan perkembangan ilmu
khususnya di bidang industri.

1.6 Tempat Kerja Praktek


Gedung Tunas Rental Jl. Kapten Tendean No 15-19 Mampang Jakarta
Selatan

7
1.7 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja Praktik dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari tanggal 14
September 2020 sampai 14 September 2020.

1.8 Metodologi Penelitian


Dalam penyusunan laporan kerja lapangan ini tentunya diperlukan data
lapangan maupun teori yang berkaitan dengan judul laporan ini. Untuk itu penulis
mengadakan beberapa riset lapangan serta riset literatur untuk memperoleh
gambaran secara keseluruhan. Hal ini dapat di jelaskan sebagai berikut ini:
a. Riset Lapangan
Mengadakan pengamatan lapangan untuk mendapatkan data-data yang
sesuai, yaitu dengan cara :
1. Observasi
Mengambil data yang dibutuhkan untuk perhitungan dari objek yang ada
di lapangan.
b. Studi Pustaka
Untuk menyempurnakan suatu laporan diperlukan suatu studi pustaka
dengan maksud melengkapi data lapangan khusunya data yang tidak terdapan
dilapangan berupa terknik penyelesaian masalah.

1.9 Sistematika Penulisan


Laporan ini disusun berdasarkan hal-hal yang berhubungan erat dengan
hasil pengamatan sehingga dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas
mengenai isi laporan dengan praktek kerja lapangan yang dilaksanakn. Adapun
tahapan-tahapan laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang penelitian, tujuan penelitian, batasan
masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II PERMASALAHAN
Bab ini berisikan tentang data perusahaan seperti awal pendirian
perusahaan, struktur organisasi dan ketenagakerjaan serta informasi lain
yang diperlukan.

8
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA MASALAH
Bab ini memaparkan tentang pengertian serta fungsi komponen sytem
pendingin dan teori ini juga digunakan sebagai dasar untuk membahas
terjadinya kerusakan berulang pada magnetic clutch Daihatsu Xenia
(1300) Single.
BAB IV ANALISA MASALAH
Di dalam bab ini berisi tentang analisa kerusakan pada komponen
magnetic clutch Daihatsu Xenia (1300) beserta data hasil penemuan di
lapangan.
BAB V PENUTUP
Dalam bab penutup ini dikemukakan kesimpulan dari hasil pengamatan
penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan. Penulis juga
akan memberikan saran yang diharapkan dapat menjadi masukan
bermanfaat bagi perusahaan

Anda mungkin juga menyukai