Anda di halaman 1dari 14

PARAGRAF DAN WACANA

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. Anisah Husnul Khotimah NIM : 1831410040


2. Ayniaturrohmah NIM : 1831410067
3. Fariz Dandi Naufaldi NIM : 1831410044
4. Siska Lutfi Arisanti Edison NIM : 1831410058

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020
BAB III
PARAGRAF DAN WACANA

3.1 Paragraf
Paragraf adalah gabungan dari beberapa kalimat yang saling berhubungan
dan memiliki keterkaitan antara kalimat satu dengan kalimat lainnya. Paragraf
mengandung satu ide pokok atau satu informasi yang masih berkaitan dengan isi
seluruh karangan. Atau dapat diartikan pula paragraf adalah bagian dari sebuah
karangan yang terdiri dari beberapa kalimat, yang berisikan tentang informasi
dari penulis untuk pembaca dengan pikiran utama sebagai pusatnya dan juga
pikiran penjelas sebagai pendukungnya. Paragaraf juga bisa disebut sebagai
penuangan ide dari penulis melalui beberapa kalimat yang berkaitan dan
memiliki satu tema.

3.1.1 Ciri-ciri paragraf


Menurut Soejito (1991:2-3) “suatu paragraf memiliki ciri visual dan ciri
ideal. Ciri visual adalah bahwa setiap baris pertama suatu paragraf diketik agar
menjorok ke dalam lima ketukan dari margin kiri dan selalu mulai dengan baris
baru. Ciri idealnya adalah setiap paragraf hanya berisi satu pikiran gagasan atau
tema.”
Tarigan (1987:11) berpendapat bahwa “paragraf adalah seperangkat
kalimat tersusun logis sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran
yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan
karangan.
Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan beberapa hal berikut.
Secara visual paragraf ditandai oleh dua hal:
1. Baris pertama ditulis atau diketik menjorok kedalam sebanyak 5 ketukan
dari margin kiri.
2. Selalu diawali baris baru. Variasi penulisan dapat saja dilakukan namun
cara inilah yang universal dan direkomendasikan untuk karya-karya
ilmiah. Paragraf merupakan bagian karangan tulis yang membentuk satu
kesatuan pikiran/ide/gagasan.
Ciri khas paragraf yang ideal, yaitu:
1. Setiap paragraf terdiri atas satu pikiran utama dan lebih dari satu kalimat
penjelas.
2. Kalimat tersusun secara logis dan sistematis.
3. Ada koherensi antarkalimat

3.1.2 Jenis paragraf


A. Berdasarkan Fungsi dan Tujuannya
Terdapat 3 macam paragraf berdasarkan fungsi dan tujuannya, yakni
paragraf pembuka, paragraf penghubung serta paragraf penutup.
1. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka berfungsi mengantarkan pembaca pada pokok
persoalan yang akan dikemukakan di dalam paragraf. Isi dari paragraf
pembuka adalah pengantar dari isi bacaan atau karya tulis yang dijabarkan
dengan lengkap pada paragraf-paragraf berikutnya.
Contoh :
Masih ada yang belum memahami bahaya sampah elektronik.
Padahal, sampah ini bisa menimbulkan kerusakan dan pencemaran alam
yang lebih parah ketimbang sampah-sampah lain. Oleh karenanya,
mengetahui secara mendalam tentang sampah ini adalah suatu keharusan
yang patut kita lakukan. Berikut ini adalah beberapa pembahasan ringkas
mengenai seperti apa sampah elektronik dan bahaya yang ditimbulkannya.
2. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung adalah paragraf yang berada di tengah-tengah
sebuah karya tulis. Jenis paragraf penghubung berfungsi sebagai
penghubung antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Secara
kuantitatif paragraf penghubung adalah yang paling banyak jumlahnya, dan
dapat juga paling panjang kalimat-kalimat penjelasnya.. Segala sesuatu
terkait inti dan wacana dari sebuah karya ada pada paragraf penghubung.
Contoh :
Meskipun anak Sintesa rajin menulis, tapi mereka tidak lupa akan
ibadah mereka masing-masing. Sholat tepat waktu dengan berjamaah dan
ibadah sunah yang lainya. Tujuan mereka menulis adalah agar bisa
menjadikan sebuah tulisan tersebut sebagai penghasilan sampingan. Dengan
begitu setelah belajar satu tahun di Sintesa, mereka punya penghasilan
sendiri. Meskipun cuma untuk memenuhi uang jajan mereka sendiri.
Tapi banyak diantara anak Sintesa berkeinginan kuat untuk
membesarkan jati diri mereka di tempat itu. Dengan cara mengembangakan
dan belajar bisnis yang giat. Lalu di padukan dengan ahli menulis mereka,
dan mereka akan pembisnis yang hebat.
3. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang berada di akhir sebuah karya
tulis. Paragraf penutup berfungsi sebagai penutup sebuah karya tulis itu
sendiri. Paragraf penutup berisi simpulan dari apa yang telah dibicarakan
atau diuraikan. Sebagai penutup, paragraf ini dimaksudkan untuk dapat
mengakhiri sebuah karangan. Selain sebagai simpulan, paragraf penutup
juga dapat berisi penegasan kembali mengenai hal-hal yang telah
dibicarakan di muka.
Contoh :
Dari pemaparan di atas, kita bisa simpulkan bahwa sampah
elektronik adalah sampah yang sulit diurai layaknya sampah plastik. Salah
satu alternatif mengelola sampah ini adalah di daur ulang menjadi barang
yang berguna. Hal ini perlu dilakukan karena sampah ini tidak bisa dibuang
ke tempat sampah. Jika dibuang ke tempat sampah, maka pencemaran
lingkungan pun pasti akan terjadi.
B. Berdasarkan Letak Kalimat Utamanya
Ada 4 macam-macam paragraf berdasarkan letak gagasan
utamanya, yakni paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf campuran
serta paragraf ineratif.
1. Paragraf Deduktif
Kalimat topik dalam paragraf deduktif terletak di awal paragraf
yang kemudian diikuti oleh beberapa kalimat penjelas. Kalimat topik
paragraf deduktif bersifat umum yang kemudian dijelaskan secara rinci
dalam kalimat-kalimat penjelas yang bersifat khusus. Jadi, paragraf
deduktif ini dimulai dengan kalimat utama yang berisi pokok pikiran
utama, kemudian dilanjutkan oleh kalimat-kalimat penjelasnya.
Contoh :
Dalam rangka menghadapi COVID-19, beberapa mahasiswa dari
jurusan Teknik Kimia di Politeknik Negeri Malang berinisiatif untuk
membuat hand sanitizer dan membagikannya kepada masyarakat sekitar.
Tim produksi hand sanitizer Polinema yang diwakili Arianatasya dan
Selena Luna dari Teknik Kimia Polinema menjelaskan bahwa proses
pembuatan hand sanitizer mengikuti formula WHO dengan bahan baku
etanol (alkohol), gliserin sebagai pelembab dan hidrogen peroksida yang
berfungsi membunuh kuman. Bahan-bahan lain juga ditambahkan
kedalam hand sanitizer tersebut dan disesuaikan agar lebih nyaman
digunakan. Rencananya, hand sanitizer tersebut akan dibagikan kepada
sivitas akademika Polinema dan masyarakat di sekitar.
2. Paragraf Induktif
Kalimat topik paragraf induktif terletak di akhir paragraf yang
sebelumnya dipenuhi kalimat-kalimat penjelas. Sebaliknya, dari jenis
paragraf deduktif, paragraf induktif dimulai dari kalimat-kalimat
penjelas yang bersifat khusus kemudian disimpulkan atau ditegaskan
dalam kalimat topik pada akhir paragraf. Jadi intinya, paragraf induktif
diawali oleh kalimat-kalimat penjelas dan kemudian diakhiri oleh
kalimat utama yang berisi pokok pikiran utama paragraf.
Contoh :
Petroleum, Synthetic Chemical, Chemicals Harmful dan Sodium
Lauryl Sulfate adalah beberapa bahan kimia yang terdapat pada sabun
mandi. Bahan-bahan kimia tersebut berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan, terutama pencemaran air. Limbah sabun yang
masuk ke dalam air akan merusak dan bahkan membunuh ekosistem
perairan, seperti ikan, dan sebagainya. Oleh karenanya, mengurangi
penggunaan sabun mandi berbahan kimia patut dilakukan. Sabun mandi
berbahan ramah lingkungan bisa digunakan untuk menggantikan sabun
mandi berbahan kimia. Sudah saatnya kita mengurangi konsumsi sabun
berbahan kimia dan menggantinya dengan sabun berbahan ramah
lingkungan.
3. Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah gabungan antara paragraf deduktif dan
induktif. Jenis paragraf ini diawali oleh kalimat utama, lalu kemudian
diikuti oleh kalimat-kalimat penjelasnya dan terakhir diakhiri oleh
kalimat utama lagi. Artinya terdapat dua kalimat utama yang terletak di
awal paragraf dan ditegaskan kembali di akhir paragraf. Sementara
bagian tengah-tengahnya adalah kalimat-kalimat penjelasnya.
Contoh :
Sampah plastik merupakan salah satu sampah yang mencemari
permukaan laut. Hal ini dibuktikan dari beberapa sumber yang
mengatakan bahwa 90% sampah yang mencemari permukaan laut
adalah sampah plastik. Hal ini mengakibatkan sejumlah burung laut dan
mamalia laut mengalami kematian.Oleh karenanya, penggunaan plastik
mesti dikurangi agar tidak menambah jumlah sampah plastik yang akan
mencemari permukaan laut.
4. Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah kebalikan dari paragraf campuran. Jenis
paragraf ini diawali oleh kalimat-kalimat penjelas, kemudian diikuti oleh
kalimat utama paragraf dan kemudian dilanjutkan kembali dengan
kalimat-kalimat penjelas. Artinya letak kalimat utama yang mengandung
pokok pikiran utama paragraf ini terdapat di bagian tengah-tengah dari
sebuah paragraf.
Contoh :
Kita selalu menghasilkan sampah di sekitar kita. Jika tidak dikelola
dengan baik, sampah bisa mengancam kehidupan manusia. Secara
umum, jenis sampah dapat dibagi dua, yaitu sampah organik dan
sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari
makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dan lain-lain. Jenis
sampah ini bisa diuraikan secara alami. Sementara itu, sampah
anorganik adalah sampah yang sulit hancur secara alami. Contoh
sampah anorganik adalah kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain.

3.1.3 Syarat-syarat paragraf


Untuk menulis paragraf yang baik diperlukan keterpaduan semua
persyaratan yang harus dimiliki oleh sebuah paragraf. Persyaratan itu antara
lain:
A. Kesatuan (Kohesi)
Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh sebab itu,
kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar
tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok. Jika ada
kalimat yang menyimpang dari ide pokok pikiran paragraf itu, paragraf
menjadi tidak berpautan, tidak utuh.
B. Kepaduan (Koherensi)
Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis
dan melalui ungkapan/kata pengait antarkalimat. Urutan yang logis akan
terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu. Dalam paragraf
itu tidak ada kalimat-kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan
yang dibicarakan. Pengait paragraf digunakan agar paragraf menjadi padu.
Pengait pada paragraf dapat berupa:
1. Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung merupakan kata yang bertugas
menghubungkan atau menyambungkan ide atau pikiran yang ada dalam
sebuah kalimat dengan ide atau pikiran pada kalimat yang lainnya.
Beberapa contoh konjungsi antara lain:
a. Konjungsi Intrakalimat
Konjungsi intrakalimat pada kalimat-kalimat sebuah paragraf dapat
menandai atau mengaitkan hubungan-hubungan berikut ini.
Contoh : dan, atau, tetapi

b. Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi antarkalimat harus secara tegas dibedakan dari
konjungsi intrakalimat. Di dalam konjungsi intrakalimat terdapat
konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Konjungsi
intrakalimat beroperasi di dalam tataran kalimat itu. Berbeda dengan
semuanya itu, konjungsi antarkalimat beroperasi pada tataran yang
berada di luar kalimat itu sendiri.
Dengan demikian, harus dikatakan bahwa yang dihubungkan atau
dikaitkan itu adalah ide atau pikiran yang berada di dalam kalimat itu
dengan ide atau pikiran yang berada di luar kalimat tersebut. Konjungsi
tersebut menghubungkan antara ide yang ada dalam sebuah kalimat dan
ide yang berada di dalam kalimat yang lain, konjungsi demikian itu
disebut sebagai konjungsi antarkalimat.
Adapun konjungsi antarkalimat yang mengemban hubungan-
hubungan makna tertentu tersebut adalah sebagai berikut: ‘biarpun
demikian’, ‘biarpun begitu’, ‘sekalipun demikian’, ‘sekalipun begitu’

c. Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif terdiri atas dua unsur yang dipakai
berpasangan. Bentuk berpasangan demikian itu bersifat idiomatis, jadi
tidak bisa dimodifikasi denganbegitu saja.
Contoh : antara...dan, dari...hingga, dari...sampai dengan
2. Kata ganti
Pemakaian kata ganti (engkau, kau-, kamu, -mu, dia, beliau, dan
mereka) berguna untuk menghindari penyebutan nama orang berkali-
kali.
3. Kata kunci (pengulangan kata yang dipentingkan)
Ungkapan pengait pada paragraf dapat pula berupa pengulangan
kata-kata kunci. Penguangan kata-kata kunci ini perlu dilakukan dengan
hati-hati.
C. Kelengkapan
Kelengkapan sebuah paragraf dapat diwujudkan dengan terpenuhinya semua
unsur pembentuk sebuah paragraf yaitu:
- Gagasan utama
Merupakan tema atau ide yang menjadi dasar pengembangan suatu
paragraf.
- Kalimat Utama
Setelah mendapatkan ide atau gagasan utama, langkah selanjutnya
adalah menuangkan gagasan utama tersebut ke dalam sebuah kalimat
utama. Jadi dalam kalimat utama tersirat gagasan utama. Kita bisa
meletakkan kalimat utama di awal, di akhir ataupun di awal dan di akhir
sebuah paragraf.
- Kalimat Penjelas
Sebuah kalimat utama yang mengandung gagasan utama belum bisa
dikatakan sebuah paragraf, karena itu paragraf membutuhkan kalimat
penjelas. Kalimat penjelas ini berfungsi menjelaskan ide dari kalimat
utama sehingga menjadi jelas, rinci dan lengkap. Yang harus
diperhatikan dalam membuat kalimat penjelas adalah, jangan sampai
kalimat penjelas tersebut menyimpang dari ide pokok. Semua kalimat
penjelas harus saling mendukung gagasan utama.Dengan terpenuhinya
semua unsur ini maka sebuah paragraf akan menjadi paragraf yang baik.
3.1.4 Fungsi paragraf
Adapun fungsi dari paragraf secara umum adalah :
a. Memudahkan Menulis dan Membaca
Paragraf dapat mempermudah seorang penulis dalam menuangkan
gagasannya. Di samping itu, dengan adanya paragraf seorang pembaca
juga lebih mudah memahami ide pokok di dalam suatu tulisan bila
penulisannya dibuat dalam paragraf yang baik.
b. Mengekspresikan Gagasan
Paragraf dapat memberikan suatu gagasan atau perasaan melalui
rangkaian kalimat yang disusun sehingga menjadi membentuk suatu
kesatuan ide pokok.
c. Menandai Peralihan Gagasan Baru
Setiap tulisan terdiri dari beberapa paragraf dan di dalam setiap paragraf
tersebut terdapat gagasan yang berbeda. Sehingga jika terdapat paragraf
baru maka akan ada gagasan baru juga namun masih berhubungan
dengan ide pokok.
d. Membantu Pengembangan Topik
Pengembangan topik tulisan dalam bentuk yang lebih kecil akan lebih
mudah disampaikan melalui pembagian paragraf.
e. Mengendalikan Variabel
Paragraf juga memudahkan penulis untuk mengendalikan variabel di
dalam karangannya sehingga lebih mudah dimengerti.

3.2 Wacana
Wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan dan
menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi lainnya di dalam
kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Wacana
merupakan satuan bahasa terlengkap dan utuh karena setiap bagian di dalam
wacana itu berhubungan secara padu.
Wacana di dalam kebahasaan menempati hierarki teratas karena
merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar.Wacana dapat berupa kata,
kalimat, paragraf, atau karangan utuh yang lebih besar, seperti buku atau artikel
yang berisi amanat lengkap.Kata yang digunakan dalam wacana haruslah
berpotensi sebagai kalimat, bukan kata yang lepas konteks.Wacana amat
bergantung pada keutuhan unsur makna dan konteks yang melingkupinya.

3.2.1 Ciri-ciri wacana


Ciri-ciri Wacana adalah sebagai berikut:
1. Terdapat tema
2. Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
3. Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
4. Memiliki hubungan koherensi
5. Memiliki hubungan kohesi
6. Medium bisa lisan maupun tulis
7. Sesuai dengan konteks

3.2.2 Jenis wacana


Menurut Praptomo Baryadi (2001, h. 3 dalam Sumarlam, 2003, h. 15-20)
wacana dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis menurut dasar
pengklasifikasiannya. Misalnya berdasarkan bahasanya, media yang dipakai
untuk mengungkapkan, jenis pemakaian, bentuk, serta cara dan tujuan
pemaparan.
Berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya pada umumnya wacana
diklasifikasikan menjadi lima macam yaitu wacana narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi dan persuasi.
a. Wacana narasi atau wacana penceritaan disebut juga wacana penuturan
yaitu wacana yang mementingkan urutan waktu dituturkan oleh persona
pertama atau ketiga dalam waktu tertentu. Wacana narasi ini berorientasi
pada pelaku dan seluruh bagiannya diikat secara kronologis.Jenis wacana
narasi pada umumnya terdapat pada berbagai fiksi.
b. Wacana deskripsi yaitu wacana yang bertujuan melukiskan,
menggambarkan atau memerikan sesuatu menurut apa adanya.
c. Wacana eksposisi atau wacana yang tidak mementingkan waktu dan
pelaku. Wacana eksposisi ini berorientasi pada pokok pembicaraan, dan
bagian-bagiannya diikat secara logis.
d. Wacana argumentasi adalah yang berisi dea tau gagasan yang dilengkapi
dengan data-data sebagai bukti dan bertujuan menyakinkan pembaca akan
kebenaran dea tau gagasannya. Wacana argumentasi ini ada yang pendek
dan ada pula yang panjang.Argumentasi yang pendek dapat terdiri atas satu
kalimat atau beberapa kalimat.
e. Wacana persuasi yaitu wacana yang bersifat ajakan atau nasihat biasanya
ringkas dan menarik serta bertujuan untuk mempengaruhi secara kuat pada
pembaca atau pendengar agar melakukan nasehat atau ajakan tersebut.

Berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk mengungkapkannya,


wacana dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Wacana bahasa nasional (Indonesia).
b. Wacana bahasa daerah (bahasa Jawa, Bali, Sunda, Madura, dan
sebagainya).
c. Wacana bahasa internasional (Inggris)
d. Wacana bahasa lainnya seperti bahasa Belanda, Jerman, Perancis, dan
sebagainya.
Berdasarkan media yang digunakannya, maka wacana dapat dibedakan atas:
a. Wacana tulis, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau
melalui media tulis. Untuk dapat menerima atau memahami wacana tulis
maka sang penerima atau pesapa harus membacanya.
b. Wacana lisan, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau
media lisan. Untuk dapat menerima dan memahami wacana lisan maka
sang penerima atau pesapa harus menyimak atau mendengarnya.
Berdasarkan sifat atau jenis pemakaiannya, wacana dapat dibedakan atas :
a. Wacana monolog (monologue discourse), yaitu wacana yang disampaikan
oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk berpartisipasi secara
langsung.
b. Wacana dialog (dialogue discourse), yaitu wacana yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih secara langsung.
Berdasarkan bentuknya, wacana dapat diklasifikasikan menjadi tiga antara lain :
a. Wacana prosa yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa (Jawa:
gancaran).Wacana berbentuk prosa ini dapat berupa wacana tulis atau lisan.
Contoh wacana prosa tulis misalnya cerita pendek (cerpen), cerita
bersambung (cerbung), novel, artikel, dan undang-undang; sedangkan
contoh wacana prosa lisan misalnya pidato, khotbah, dan kuliah.
b. Wacana puisi yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi (Jawa:
geguritan). Seperti halnya wacana prosa, wacana puisi juga dapat berupa
wacana tulis maupun lisan. Puisi dan syair adalah contoh wacana tulis,
sedangkan puitisasi atau puisi yang dideklamasikan dan lagu-lagu
merupakan contoh jenis wacana lisan.
c. Wacana drama yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam
bentuk dialog baik berupa wacana tulis maupun wacana lisan. Bentuk
wacana drama tulis terdapat pada naskah drama atau sandiwara, sedangkan
bentuk wacana drama lisan terdapat pada pemakaian bahasa dalam
peristiwa pementasan drama, yakni percakapan antarpelaku dalam drama
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Asep, A dkk. 2018. Kegiatan Belajar 2 Jenis-Jenis Paragraf. Teknik Penulisan.
Surabaya: UIN SA Press.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Penalaran Deduktif-Induktif dalam Wacana Bahasa
Indonesia. Bandung: Alqaprint.
Dwi, Andi. 2018. 10 Contoh Pparagraf Ineratif.
Https://dapurimajinasi.blogspot.com/2017/09/10-contoh-paragraf-
ineratif.html?m=1 (diakses pada tanggal 5 September 2020).
Soedjito dan Mansur Hasan. 1994 Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suladi. 2014. Seri Penyuluhan Buku Bahasa Indonesia: Paragraf. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Susiyanti, Fitriah. 2018. Pengertian Paragraf.
Https://fitriah797.wordpress.com/2018/12/10/pengertian-paragraf/ (diakses
pada tanggal 5 September 2020).
Tarigan, H. Guntur. 1986. Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung:
angkasa.
Wiyanto, A. 2004. Terampil Menulis Paragraf (Rev). Yogyakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai