Anda di halaman 1dari 15

BAB V

PARAGRAF

A. Pengertian Paragraf

Paragraf adalah satuan bahasa yang mengungkapkan

sebuah gagasan (utama) atau sebuah pokok pikiran.

Pengungkapan sebuah gagasan dalam paragraf lazimnya

disampaikan dalam bentuk himpunan kalimat, tetapi ada juga

dalam satu kalimat. Kalimat-kalimat dalam paragraf harus

mengungkapkan satu gagasan. Walaupun paragraf merupakan

perpaduan beberapa kalimat, tidak satu pun kalimat yang lepas

dari keterpaduan itu sehingga keterkaitan antarkalimat dalam

paragraf tetap mewujudkan satu gagasan. Keterkaitan antar

kalimat itu tetap berhubungan baik secara ketatabahasaan

maupun secara strukrutural berpikir.

Contoh (1)
Sampah selamanya selalu memusingkan. Berkali-kali
masalahnya selalu diseminarkan dan berkali-kali pula jalan
pemecahannya dirancang. Namun, keterbatasan-keterbatasan
yang kita miliki tetap menjadikan sampah sebagai masalah yang
pelik. Pada waktu seminar-seminar itu berlangsung, penimbunan
sampah terus terjadi. Hal ini mengundang keprihatinan kita
karena masalah sampah banyak sedikitnya mempunyai kaitan
dengan masalah pencemaran air dan banjir. Selama
pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir dan pengolahan
sampah itu belum dapat dilaksanakan dengan baik, selama itu
pula sampah jadi masalah.

46
Paragraf ini terdiri atas enam kalimat. Semua kalimat itu

membicarakan masalah sampah. Oleh sebab itu, paragraf ini

mempunyai pikiran utama "masalah sampah". Uraian dimulai

dengan kalimat pertama yang mengemukakan masalah sampah

(memusingkan) disusul dengan serangkaian penjelasan pada

kalimat 2- 6 tentang sampah yang selalu memusingkan.

B. Tujuan Pembentukan Paragraf

Apabila kita membaca sebuah tulisan yang tidak tersusun

atas kesatuan paragraf, maka kita akan sulit memahami isinya.

Kita dituntut memeriksa untuk lebih cermat pikiran penulis dari

awal sampai akhir secara menyeluruh tanpa petunjuk yang jelas.

Hal ini tidak akan terjadi pada tulisan yang tersusun atas

serangkaian yang baik. Sesudah kita membaca sebuah paragraf,

kita dapat berhenti sebentar dan berkonsentrasi terhadap pikiran

utama yang terkandung dalam paragraf tersebut sebelum

melangkah pada paragraf berikutnya.

Ada dua tujuan utama pembentukan paragraf. Pertama,

pembentukan paragraf bertujuan memudahkan pengertian dan

pemahaman dengan memisahkan pikiran utama yang satu dari

pikiran utama yang lain. Oleh sebab itu, setiap paragraf hanya

boleh memuat satu pikiran utama. Apabila terdapat dua pikiran

utama, maka paragraf tersebut harus dipecah menjadi dua

47
paragraf atau lebih. Kedua, pembentukan paragraf bertujuan

memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan

formal untuk meningkatkan kita berhenti lebih lama daripada

perhentian pada akhir kalimat. Dengan perhentian yang lebih

lama ini, konsentrasi terhadap pikiran utama pada setiap

paragraf lebih terarah.

Contoh (2):

Bidang pendidikan merupakan wadah dan lingkungan


formal yang harus menerima anak didik dari semua suku bangsa
Indonesia. Sebab itu, sesuai dengan pokok kebijaksanaan
pendidikan dan kebudayaan dan GBHN, maka kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia dalam hubungannya dengan pendidikan
nasional adalah (1) sebagai mata pelajaran dasar dan pokok, dan
(2) sebagai bahasa pengantar di semua jenjang sekolah. Bahasa
daerah dapat dipakai untuk membantu bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar di kelas satu sampai kelas tiga SD di daerah-
daerah yang masih memerlukannya. Di samping itu, bahasa
daerah dapat pula diajarkan sebagai satu mata pelajaran.

Paragraf di atas berisi dua pikiran utama, yaitu (1)

kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, dan (2) kedudukan dan

fungsi bahasa daerah. Sebab itu, paragraf tersebut haruslah

dijadikan dua buah seperti yang terlihat pada contoh berikut:

Contoh:

Bidang pendidikan merupakan wadah dan lingkungan


formal yang harus menerima anak didik dari semua suku bangsa
Indonesia. Sebab itu, sesuai dengan pokok kebijaksanaan
pendidikan dan kebudayaan dan GBHN, maka kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia dalam hubungannya dengan pendidikan
nasional adalah (1) sebagai mata pelajaran dasar dan pokok, dan
(2) sebagai bahasa pengantar di semua jenjang sekolah.

48
Bahasa daerah dapat dipakai untuk membantu bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar di kelas satu sampai kelas
tiga SD di daerah-daerah yang masih memerlukannya. Di
samping itu, bahasa daerah dapat pula diajarkan sebagai satu
mata pelajaran.

C. Jenis Paragraf

Dilihat dari segi sifat dan wujudnya, Paragraf-paragraf yang

membangun suatu tulisan dibagi atas:

1. Paragraf pembuka

Paragraf pembuka menguraikan atau menjelaskan suatu

aspek dari pokok pembicaraan dalam tubuh karangan. Paragraf

pembuka berfungsi sebagai pengantar atau pembuka tulisan

untuk sampai kepada masalah yang akan diuraikan. Oleh sebab

itu, paragraf pembuka harus dapat mengundang minat dan

perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca

kepada apa yang akan diuraikan dan dalam menghadapi masalah

yang akan diuraikan. Paragraf pembuka jangan terlalu panjang

agar tidak membosankan.

2. Paragraf Penghubung

Paragraf penghubung yaitu semua paragraf yang terdapat

antara paragraf pembuka dan paragraf penutup dalam judul atau

subjudul karangan. Paragraf ini merupakan inti karangan dan

lebih banyak jumlah paragrafnya bila dibandingkan dengan

paragraf pembuka dan paragraf penutup karena uraian, analisis,

49
penjelasan, dan rincian terdapat pada paragraf ini. Artinya,

paragraf ini mengembangkan atau menguraikan pokok

pembicaraan yang telah ditentukan pada paragraf pembuka. Oleh

sebab itu, perlu diperhatikan pada paragraf penghubung adalah:

1. Keserasian dan kelogisan hubungan suatu paragraf

2. Pengembangannya dapat dilakukan dengan cara

eksposisi, deskripsi, narasi, dan persuasif/argumentasi.

3. Perhatian pada teknik penulisan karangan, seperti kutipan

langsung dan tidak langsung dengan penyebutan sumber

rujukan.

Paragraf penghubung dengan persuasi

Contoh (3):
Kebajikan terbesar dari buku Duverger adalah bahwa ia
telah berusaha untuk menyampaikan suatu penyajian tentang
bentukan yang hakiki dari pokok masalah tersebut, dan dia
berhasil. Dia telah menyusun bukunya sedemikian sehingga
memperjelas konflik-konflik teoritis antara marxisme dan
demokrasi liberal. Dengan berbuat demikian, dia menyoroti
sesuatu yang selama seabad ini menjadi isu intelektual dan
praktis yang paling penting di bidang politik. Dengan demikian
buku ini sangat relevan bagi pembaca masa modern ini.

Paragraf penghubung bersifat deskriptif

Contoh (4):

Pasar tanah abang sebuah pasar yang sempurna. Semua


barang ada disana. Di toko yang paling depan berderet toko
sepatu dalam dan luar negeri. Di lantai dasar terdapat toko kain
yang lengkap dan berderet-deret. Di samping kanan pasar
terdapat warung-warung kecil penjual sayur dan bahan dapur. Di

50
samping kiri ada pula berjenis-jenis buah-buahan. Pada bagian
belakang kita dapat menemukan pedagang daging. Belum lagi
kita harus melihat lantai satu, dua, dan tiga.

Paragraf penghubung ekspositoris

Contoh (5)

Pasar tanah abang adalah pasar yang kompleks. Dilantai


dasar terdapat sembilan puluh kios penjual kain dasar. Setiap
hari rata-rata terjual tiga ratus meter untuk setiap kios. Dari data
ini dapat diperkirakan berapa besarnya uang yang masuk ke kas
DKI dari pasar tanah abang.

Paragraf penghubung narasi

Contoh (6)

Malam itu ayah kelihatan benar-benar marah. Aku sama


sekali dilarang berteman dengan Syairul. Bahkan ayah
mengatakan bahwa aku diantar dan dijemput ke sekolah. Itu
semua gara-gara slamet yang telah memperkenalkan aku dengan
si Siti.

3. Paragraf Penutup

paragraf penutup adalah paragraf yang berada di akhir

tulisan atau yang mengakhiri sebuah tulisan. Biasanya paragraf

penutup ini berisi simpulan dari semua pembahasan yang telah

dipaparkan pada paragraf penghubung. Paragraf penutup dapat

berisi penegasan kembali mengenai masalah yang dianggap

penting dalam paragraf penghubung. Dalam proses penyusunan

paragraf, hal yang perlu diperhatikan dalam paragraf penutup

adalah:

51
1. Paragraf ini tidak boleh terlalu panjang dan tidak pula

begitu saja memutuskannya.

2. Benar-benar merupakan simpulan sebagai cerminan akhir

suatu karangan atau suatu tulisan.

3. Hendaknya dapat menimbulkan banyak kesan yang

memuaskan pembaca.

Contoh (7)

Bertolak dari diskusi di atas, dapat disimpulkan bahwa


pencuatan target transmigrasi umum yang ambisius perlu
dikurangi. Program transmigrasi perlu pada keterikatan dengan
aspek pembangunan wilayah dengan harapan dapat menigkatkan
transmigrasi swakarsa.

D. Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf

Paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan, yaitu

kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf.

1. Kesatuan paragraf

Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran.

Oleh sebab itu, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu

ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang

menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Kalau ada kalimat yang

menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf tidak

menjadi berpautan, tidak utuh. Kalimat yang menyimpang itu

harus dikeluarkan dari paragraf.

52
Contoh (8)

Jateng sukses. Kata –kata ini meluncur gembira dari


pelatih regu Jateng setelah selesai pertandingan final kejurnas
tinju amatir, minggu malam, di gedung olah raga Jateng
Semarang. Kota semarang terdapat di pantai utara pulau Jawa,
ibukota provinsi Jateng. Pernyataan itu dianggap wajar karena
apa yang diimpikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu medali
emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal itu
ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan
Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi paling tinggi yang
pernah diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu.

Dalam paragraf itu, kalimat ketiga tidak menunjukkan

keutuhan paragraf. Oleh sebab itu kalimat tersebut harus

dikeluarkan dari paragraf.

2. Kepaduan Paragraf

Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan

kalimat secara logis dan melalui ungkapan-ungkapan (kata-kata)

pengait antar kalimat. Urutan yang logis akan terlihat dalam

susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu. Dalam paragraf itu

tidak ada kalimat-kalimat yang sumbang atau keluar dari

permasalahan yang dibicarakan.

Agar paragraf menjadi padu digunakanlah pengait paragraf,

yaitu berupa:

a. Ungkapan penghubung transisi

Kata transisi adalah kata atau frasa yang digunakan untuk

menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lain untuk

menjaga kepaduan paragraf. Ada beberapa kata transisi:

53
(1) Hubungan tambahan: lebih lagi, selanjutnya, tambahan

pula, di samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula,

begitu juga, lagi pula.

(2) Hubungan pertentangan: akan tetapi, namun,

bagaimanapun, walaupun, demikian, sebaliknya,

meskipun begitu, lain halnya.

(3) Hubungan perbandingan : sama dengan itu, dalam hal

yang demikian, sehubungan dengan itu.

(4) Hubungan akibat: oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh

karena itu, maka.

(5) Hubungan tujuan : untuk itu, untuk maksud itu.

(6) Hubungan singkatan: singkatnya, pendeknya, akhirnya,

pada umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan.

(7) Hubungan waktu: sementara itu, segera setelah itu,

beberapa saat kemudian.

(8) Hubungan tempat: berdekatan dengan itu.

Di bawah ini dapat dilihat pemakaian ungkapan pengait

antarkalimat yang berupa ungkapan penghubung transisi.

Contoh (9):

Belum ada isyarat jelas bahwa masyarakat sudah menarik


tabungan deposito mereka. Sementara itu, bursa efek Indonesia
mulai goncang dalam menampung serbuan para pemburu saham.
Pemilik-pemilik uang berusaha meraih sebanyak-banyaknya
saham yang dijual di bursa. Oleh karena itu, bursa efek berusaha
menampung minat pemilik uang yang menggebu-gebu.

54
Akibatnya, indeks harga saham gabungan dalam tempo cepat
melampaui angka 100 persen. Bahkan, kemarin meloncat ke
tingkat yang lebih tinggi.
Dengan dipasangnya pengait antarkalimat sementara itu,
oleh karena itu, akibatnya, dan bahkan dalam paragraf tersebut,
kepaduan paragraf terasa sekali, serta urutan-urutan kalimat
dalam paragraf itu logis dan kompak.

b. Kata ganti

Kata ganti adalah kata-kata yang mengacu pada manusia

atau benda. Untuk menghindari kebosanan, kata-kata yang

mengacu kepada manusia diganti dengan kata ganti. Pemakaian

kata ganti dalam paragraf berfungsi menjaga kepaduan antara

kalimat-kalimat yang membangun paragraf. Kata ganti yang

dimaksud adalah saya, aku, ku, kita, kami, engkau, kau, kamu,

mu, kamu sekalian, dia, ia, beliau, mereka, dan nya. Hal ini dapat

dilihat pada contoh:

Zaki, Najwa, dan Rustan adalah teman sekolah sejak SMU


hingga perguruan tinggi. Kini mereka sudah menyandang gelar
docter dari sebuah universitas negeri di Jakarta. Mereka
merencanakan mendirikan suatu poliklinik lengkap. Mereka
menghubungi saya dan mengajak bekerja sama, yaitu saya
diminta menyediakan tempatnya karena kebetulan saya memiliki
sebidang tanah yang letaknya strategis. Saya menyetujuai
permintaan mereka.

Kata mereka dipakai sebagai kata pengganti kata Zaki,

Najwa, dan Rustan. Agar nama orang tidak disebutkan berkali-

kali dalam satu paragraf. Penyebutan nama orang yang berkali-

55
kali akan menimbulkan kebosanan serta menghilangkan

keutuhan paragraf.

c. Kata kunci (pengulangan kata yang dipentingkan )

Kata kunci biasa disebut repetisi yaitu pengulangan kata

yang dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci yang

mula-mula timbul pada awal paragraf kemudian diulang pada

kalimat berikutnya. Pengulangan itu berfungsi memelihara

kepaduan semua kalimat, tetapi pengulangan itu jangan terlalu

sering. Contoh:

Dalam mengajarkan sesuatu, langkah yang pertama kita


lakukan adalah menentukan tujuan mengajarkan sesuatu. Tanpa
ada tujuan yang sudah ditetapkan, materi yang kita berikan,
metode yang kita gunakan, dan evaluasi yang kita susun tidak
akan memberi banyak manfaat dalam proses belajar mengajar.
Dengan mengetahui tujuan pelajaran, kita dapat menentukan
materi yang kita akan ajarkan, dan metode yang akan kita
gunakan.

E. Teknik Pengembangan Paragraf

Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang

saling berhubungan. Kalimat-kalimat tersebut diikat oleh satu

pikiran utama dan dijelaskan secara terinci oleh beberapa pikiran

penjelas. Pikiran utama dan pikiran penjelas tertuang dalam

kalimat utama dan kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah paragraf

terdapat satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Cara

penempatan pikiran utama yaitu :

56
1. Pikiran utama pada posisi awal paragraf

Paragraf yang meletakkan pikiran utama pada awal

paragraf disebut paragraf deduktif.

Contoh:

Menteri lebih lanjut mengemukakan perbedaan


mahasiswa zaman dulu sampai sekarang. Pada zaman
dulu, kehidupan mahasiswa dikekang oleh penjejahan.
Pada zaman sekarang mereka dapat merasakan hawa
kebebasan dan dapat hidup dalam iklim pembangunan.
Selain itu, syarat-syarat untuk mengembangkan diri
mereka pada masa sekarang ini cukup terbuka, hanya
bergantung pada kegiatan mereka masing-masing.

2. Pikiran utama pada akhir paragraf.

Paragraf yang meletakkan pada akhir paragraf disebut

paragraf induktif.

Contoh:

Dua anak keci ditemukan tewas di pinggir jalan.


Seminggu kemudian seorang anak wanita hilang ketika
pulang sekolah. Sehari kemudian polisi menemukan
bercak darah di kursi belakang mobil John. Polisi juga
menemukan potret dua anak yang tewas itu di dalam
kantong celana John. Dengan demikian John adalah
orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban tentang
hilangnya kedua anak itu.

3.Pikiran Utama pada awal dan akhir paragraf

Paragraf yang meletakkan pikiran utama pada awal dan

akhir paragraf disebut paragraf deduktif induktif.

Contoh:

Bagi manusia bahasa adalah alat komunikasi yang


sangat penting. Dengan bahasa manusia dapat

57
menyampaikan isi hatinya pada sesamanya. Dengan
bahasa itu pula manusia dapat mewarisi dan
mewariskan, menerima dan memberikan segala
pengalamannya kepada sesamanya. Jelaslah bahwa
bahasa merupakan sarana yang paling penting dalam
kehidupan manusia..

Teknik pengembangan paragraf secara garis besarnya

ada dua macam. Pertama, dengan menggunakan

"illustrasi". Apa yang digunakan kalimat pikiran utama

itu dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat

penjelas sehingga di depan pembaca tergambar dengan

nyata apa yang dimaksud oleh penulis. Kedua, dengan

"analisis". Apa yang dinyatakan pikiran utama di analisis

secara logis sehingga pernyataan tadi merupakan

sesuatu yang meyakinkan.

Dalam praktik kedua teknik di atas dapat dirinci lagi

menjadi beberapa cara yang lebih praktis, diantaranya:

1. Dengan memberikan contoh atau fakta.

Biasanya pembaca senang membaca paragraf-

paragraf yang dikembangkan dengan cara ini. Dengan

menggunakan cara ini, penulis hendaknya pandai

memilih contoh yang umum, contoh yang representatif,

yang dapat mewakili keadaan yang sebenarnya dan

bukan contoh yang terlalu dicari-cari.

58
Contoh :

Kata-kata pungutan itu ada yang telah lama masuk


dan ada juga yang baru masuk.baik yang telah lama
maupun yang baru ada yang benar-benar sudah menjadi
warga bahasa Indonesia. Misalnya, sabun, saya, pasar,
kursi, meja dan sebagainya. Ada juga yang masih teras
asing misalnya sukses, proses, akhlak, insyaf dan
sebagainya.

2. Dengan memberikan alasan-alasan.

Pengembangan paragraf dengan cara ini, fakta yang

menjadi sebab terjadinya sesuatu itu dikemukakan lebih

dahulu kemudian disusul oleh rincian-rincian sebagai

akibatnya. Dalam hal ini sebab merupakan pikiran

utama. Sedangkan akibat merupakan pikiran-pikiran

penjelas.

Contoh:

Membiasakan diri berolah raga setiap pagi


banyak manfaatnya bagi seorang pegawai. Olah raga
itu sangat perlu untuk mengimbangi kegiatan duduk
berjam-jam di belakang meja kantor. Kalau tidak
demikian, pegawai itu akan menderita beberapa
penyakit karena tidak ada keseimbangan kerja otak
dan kerja fisik. Kalau pegawai itu mendertita sakit ,
berarti dia membengkalaikan pekerjaan kantor yang
berarti pula melumpuhkan kegiatan negara.

3. Dengan bercerita.

Biasanya pengarang mengungkapkan kembali

peristiwa-peristiwa yang sedang atau sudah berlaku

apabila ia mengembangkan paragraf dengan cara ini.

59
Dengan paragraf itu, pengarang berusaha membuat

lukisan itu hidup kembali.

Contoh:

Kota Wonosobo telah mereka lalui, kini jalan


telah lebih sempit, beliku-liku, dan menanjak. Bus
meraung-raung ke dataran tinggi Dieng. Di samping
kanan jurang mengangah, tetapi pemandangan di ke
jauhan adalah hutan pinus menyelimuti punggung
bukit dan bekas-bekas kawah yang memutih.
Pemandangan itu melalaikan guncangan bus yang
tak henti-hentinya berkelok-kelok. Sesekali atap
rumah berderet kelihatan di kejauhan.

60

Anda mungkin juga menyukai