Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu
berdasarkan sudut pandang linguistik. Bahasa Indonesia mengalami perubahan
akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial
dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Sebagai alat
komunikasi, bahasa memiliki peranan yang sangat vital dalam kehidupan
manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kegunaan bahasa sangat penting dalam
menunjang aktivitas kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya seluruh
kegiatan manusia akan sangat berkaitan erat dengan bahasa. Bahasa tidak
hanya dapat digunakan dalam bentuk lisan, tapi juga dapat digunakan dalam
bentuk tulisan.

Bahasa Indonesia biasanya dapat pula diungkapkan dalam bentuk teks.


Sehari-hari kita bertemu dengan teks dalam berbagai jenis, contohnya teks
berita pada koran atau teks anekdot pada majalah-majalah. Kualitas teks
dilihat berdasarkan makna yang diungkapkan dan konteks yang melingkupi
teks tersebut. Teks tersusun atas kumpulan paragraf yang merupakan bagian
terpenting dari teks. Paragraf dapat dikatakan sebagai sebuah karangan yang
paling pendek dan merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah
karangan. Paragraf tersusun atas beberapa kalimat yang bertalian dalam satu
rangkaian yang kemudian membentuk gagasan. Paragraf memiliki banyak
jenis sesuai dengan konteks yang disampaikan pada teks. Dalam menganalisis
sebuah kumpulan paragraf, sebuah simpulan dibutuhkan untuk merangkum
hal-hal penting yang dibahas didalam paragraf. Kesimpulan didapatkan
melalui proses penalaran terhadap teks yang akan dianalisis. Proses penalaran
penting dilakukan untuk menjawab segala pertanyaan-pertanyaan yang timbul
saat membaca kumpulan paragaraf.

Maka dari itu kami membuat makalah ini untuk mengetahui mengenai
jenis-jenis paragraf dan hal-hal penting yang menyangkut paragraf. Selain itu

1
kami juga membahas mengenai proses penalaran yang merupakan proses penting
pada analisis paragraf.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut.
1) Apa pengertian dari paragraf ?
2) Apa tujuan dari paragraf ?
3) Bagaimana struktur paragraf ?
4) Apa saja syarat-syarat yang perlu diperhatikan saat meanyusun paragraf ?
5) Apa saja jenis-jenis paragraf ?
6) Bagaimana ciri-ciri paragraf?
7) Apa saja fungsi dari paragraf ?
8) Apa pengertian dari penalaran ?
9) Apa saja bagian – bagian dari penalaran ?
10) Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan penalaran ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka didapatkan tujuan sebagai
berikut.
1) Untuk dapat mengetahui pengertian dari paragraf.
2) Untuk dapat mengetahui tujuan dari paragraf.
3) Untuk dapat mengetahui struktur paragraf.
4) Untuk dapat mengetahui syarat-syarat yang perlu diperhatikan saat
menyusun paragraf.
5) Untuk dapat mengetahui jenis paragraf.
6) Untuk dapat mengetahui ciri-ciri paragraf.
7) Untuk dapat mengetahui fungsi dari paragraf.
8) Untuk dapat mengetahui pengertian dari penalaran.
9) Untuk dapat mengetahui bagian-bagian dari penalaran.
10) Untuk dapat mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan
penalaran.

2
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini yaitu.
1) Dapat mengetahui pengertian dari paragraf.
2) Dapat mengetahui tujuan dari paragraf.
3) Dapat mengetahui struktur paragraf.
4) Dapat mengetahui syarat-syarat yang perlu diperhatikan saat menyusun
paragraf.
5) Dapat mengetahui jenis paragraf.
6) Dapat mengetahui ciri-ciri paragraf.
7) Dapat mengetahui fungsi dari paragraf.
8) Dapat mengetahui pengertian dari penalaran.
9) Dapat mengetahui bagian-bagian dari penalaran.
10) Dapat mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan
penalaran

3
4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paragraf

Paragraf atau alinea merupakan bagian bab dalam suatu karangan


(biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan
garis baru). Namun, pengertian paragraf yang mendasar dapat berupa
karangan mini. Artinya, semua unsur karangan yang panjang ada dalam
paragraf.

Paragraf dapat pula didefinisikan sebagai satuan bahasa tulis yang


terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara runtut,logis, dalam satu
kesatuan ide yang tersususun secara lengkap, utuh dan padu.

Menurut Rofi’udin (1998) paragraf dapat diamati dari dua segi, yakni
segi isi dan segi struktur. Segi isi, Paragraf merupakan suatu pernyataan
tentang suatu pokok pikiran atau ide pokok yang dikemukakan secara utuh
dan lengkap. Segi struktur, paragraf merupakan sekelompok kalimat yang
saling berhubungan dan dirangkaikan dalam urutan yang teratur dan jelas.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disederhanakan bahwa paragraf


sebagai suatu susunan kalimat yang berhubungan antara kalimat satu dengan
kalimat lain yang menyajikan pikiran pokok (ide pokok).

2.1.1 Jenis-jenis Paragraf


(1) Macam–macam  paragraf atau alinea berdasarkan letak kalimat
utamanya.
(a) Deduktif, kalimat utama atau gagasan pokok pikiran berada di
awal alinea.
Contoh.
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional.
Jangan pernah belajar “dadakan”. Belajarlah mulai dari
sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal

4
ini dapt dilakukan dengan cara menjawab soal-soal dibuku
kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah
materi yang tidak dikuasai dicari dibuku.
(b) Induktif, kalimat utama atau ide pokok berada di akhir paragraf.
Contoh.
Dengan berkembangnya teknologi komunikasi melalui
televisi, waktu anak-anak membaca buku sangat berkurang.
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa televisi
menyala rata-rata selama tujuh seperempat jam setiap hari.
Padahal seorang dokter spesialis anak dan pakar peneliti dalam
bidang perkembangan anak dari Universitas Harvard, dr. Berry
Brazelton, mengemukakan bahwa satu jam merupakan batas
menonnton maksimal bagi anak-anak usia lima sampai enam
tahun. Lebih dari satu jam, tayangan-tayangan televisi menjadi
semacam racun yang mereduksi kemampuan daya nalar dan
kemampuan berpikir kritis dan ilmiah. Oleh karena itu, hal
yang sangat diperlukan dalam membaca buku, selain
ketersediaan buku, ialah waktu.
(c) Deduktif-Induktif (campuran), kalimat utama atu ide pokok
berada di awal dan akhir paragraf.
Contoh.
Saat ini Indonesia sedang berusaha membangkitkan
perekonomiannya. Banyak usaha yang dilakukan, mulai dari
menekan jumlah barang import yang mengalahkan pemakaian
barang lokal. Pemerintah juga meluaskan lapangan pekerjaan,
agar sumber daya manusia (SDM) dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin untuk pembangunan Negara. Bagia pelaku
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sangat merugikan
perekonomian Negara tentunya akan diberikan sanksi tegas.
Karna yang kita ketahui Indonesia terpuruk akibat KKN yang
terjadi di segala institusi. Oleh karena itu, dengan usaha yang

5
dilakukan sekarang diharapkan Indonesia dapat
membangkitkan perekonomiannya.

(2) Macam – macam paragraf atau alinea berdarkan isinya.


(a) Paragraf  Narasi, menceritakan atau mengisahkan suatu kejadian
atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca
mengalami sendiri peristiwa itu.
Contoh.
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda
sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya
menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan
kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan
diruang perpustakaan hanya ada dia.
(b) Paragraf Argumentasi, mengungkapkan ide, gagasan, atau
pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta.
Contoh.
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati
kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah
dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton
(1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah
banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang
tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang
mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais
kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada
orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih
sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua
mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga
semakin terlihat di mana-mana.
(c) Paragraf Deskripsi, menggambarkan sesuatu (objek) secara
terperinci atau mendetil sehingga tampak seolah-olah pembaca
melihat, mendengar, dan merasakannya sendiri.
Contoh.

6
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni
semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya.
Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik.
Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang.
Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar
mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih,
dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh
tampak sempurna.
(d) Paragraf Eksposisi, menjelaskan atau memaparkan tentang
sesuatu dengan tujuan memberi informasi (menambah
wawasan).
Contoh.
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional
mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging
ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan
pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap
daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya
meningkat.
(e) Paragraf persuasi, karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi
pembaca agar berbuat sesuatu.
Contoh.
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai
cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa
kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya
adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa
dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota
masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong
dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan
bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling
mencintai.

7
(3) Macam – macam paragraf atau alinea berdasarkan tujuannya.
(a) Alinea pembuka
Alinea yang diletakkan pada awal wacana disebut alinea
pembuka, apapun bentuk wacana itu. Alinea pembuka ini
disebut teras, lead atau intro. Mengingat letaknya teras di
tunjukkan seagai pengantar gagasan si penulisnya. Rumusan
alinea pembuka yang baik akan menjadi pedoman untuk
pengembangan karangan menuju tingkat selanjutnya. Dengan
pedoman itu maka akan tercapainya suatu kepaduan pada dalam
sebuah wacana atau karangan.
Contoh.
Sore itu, di tepi jalan depan stasiun poma bensin di warung
Buncit, Mampang, Jakarta Selatan, sesosok mayat pria muda
tampak terbujur. Bajunya koyak-moyak. Wajahnya lebam
seolah habis dipukuli dan matanya yang setengah terbuka masih
memancarkan kebencian yang dalam, entah karena apa. Sebuah
dompet yang telah kosong tergeletak disisinya.
(b) Alinea isiAlinea isi merupakan suatu ide pokok beserta
pengembangannya dalam sebuah wacana atau karangan. Oleh
karena itu, alinea isi merupakan bagian yang esensial dalam
suatu wacana atau karangan. Maksudnya adalah alinea isi
menjelaskan dengan cara menguraikan bagian-bagian ide pokok
tersebut. Dalam menjelaskannya harus disusun dengan
berurutan dan sesuai dengan asas-asas penalaran yang masuk
akal atau logis. Ada beberapa pola penyusunan kalimat-kalimat
yang menjadi sebuah paragraf isi yang dapat dijadikan
pedoman, yaitu.
1) Pola Urutan Waktu
Dalam pola urutan waktu, penulis mengungkapkan
gagasan-gagasannya secara kronologis.
2) Pola Runtutan Tingkat

8
Dalam pola urutan tingkat, penulis mengungkapkan
gagasan mulai dari tingkat terendah sampai dengan yang
tertinggi, dari kecil sampai dengan yang besar, dan
sebagainya.
3) Pola Urutan Apresiatif
Pada pola urutan apresiatif. Penulis mengungkapkan
gagasannya berdasarkan, baik buruk, untung rugi, salah
benar, berguna tidak berguna, dan sebagainya.
4) Pola Urutan Tempat
Dalam pola urutan tempat, penulis mengungkapkan
gagasannya mulai dari suatu tempat ketempat lainnya,
misalnya dari atas ke bawah, dari dalam ke luar, dari kiri ke
kanan, dan sebagainya. Urutan demikian dapat
dikombinasikan dengan urutan berdasarkan tingkat
pentingnya suatu tempat, dari tempat yang terpenting ke
tempat yang penting sampai tempat yang kurang penting.
5) Pola Urutan Klimaks
Pola urutan klimaks ini hampir sama dengan pola urutan
tingkat. Hanya saja, dalam pola urutan klimaks ini
terkandung adanya intensitas yang semakin menaik,
sedangkan dalam pola urutan tingkat tidak begitu
ditonjolkan jadi, dalam pola urutan klimaks, penulis
mengungkapkan gagasannya dengan urutan yang setiap kali
semakin meningkat intensitasnya, dan berakhir pada
gagasan yang paling intens.
6) Pola Urutan Antikimaks
Pola urutan antiklimaks ini merupakan kebalikan dari pola
urutan klimaks. Jadi, pola urutan antiklimaks ini berangkat
dari suatu yang paling intens menuju ke yang intens sampai
ke yang kurang intens. Dalam cerita rekaan (novel, cerpen,
drama) setelah sampai pada puncaknya, cerita akan menuju
ke antiklimaksnya yang berupa penyelesaian.

9
7) Pola Urutan Khusus Umum
Dalam pola urutan khusus ke umum ini, penulis mula-mula
mengungkapkankan gagasan-gagasan suatu hal yang
khusus, kemudian diungkapkan keumuman atau rampatan
generalisasinya.
8) Pola Urutan Sebab–Akibat
Dalam pola urutan ini, penulis mengungkapkan gagasannya
bertolak dari suatu akibat atau efek terdekat dari pernyataan
itu.
9) Pola Urutan Tanya–Jawab
Dalam pola urutan tanya-jawab ini, penulis mula-mula
mengemukakan gagasannya dalam bentuk pertanyaan,
kemudian diikuti dengan jawaban pertanyaan itu.
(c) Alinea penutup 
Dalam menutup tulisan, upayakan pula agar
mengesankan pembaca. Upayakanlah jangan berpnjang lebar
dalam membuat alinea penutup. Alinea ini merupakan kebulatan
dari masalah-masalah yang dikemukakan pada bagian wacana
atau karanan sebelumnya. Alinea ini merupakan kebulatan dari
masalah-masalah yang dikemukakan pada bagian wacana atau
karanan sebelumnya. Selain itu alinea penutup juga harus
mengandung kesimpulan yang benar-benar mengakhiri uraian
wacana atau karangan tersebut. Karena bertugas untuk
mengakhiri suatu wacana, maka alinea penutup yang baik ialah
yang tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak terlalu pendek.
Akan tetapi, alinea penutup harus menimbulkan kesan tersendiri
bagi para pembaca. Paragraf penutup biasanya berisi simpulan
(untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi)
mengenai hal-hal yang dianggap penting.

2.1.2 Syarat Paragraf atau Alinea


Syarat paragraf atau alinea yang baik sebagai berikut.

10
(1) Kesatuan
Semua kalimat dalam paragraf  itu secara bersama-sama
mendukung satu ide atau gagasan pokok. Jadi, tidak boleh ada
kalimat sumbang atau menyimpang dari pikiran utamanya.
(2) Kepaduan
Kekompakan hubungan atau koherensi antara satu kalimat lainnya
di dalam sebuah alinea terwujud dalam kepaduannya. Kepaduan ini
tercermin pada urutan-urutan pikiran yang teratur, tidak meloncat-
loncat dan tidak membingungkan pembaca.
(3) Kelengkapan
Jika kalimat topik atau kalimat utama ditopang dan dikembangkan
oleh kalimat-kalimat berikutnya secara jelas,berarti kalimat topik
tersebut dianggap lengkap.

2.1.3 Fungsi Paragraf atau Alinea


(1) Mengekspresikan gagsan tertulis dengan memberi bentuk suatu
pikiran dan perasaan kedalam serngkaian kalimat yang tersusun
secara logis dalam satu kesatuan.
(2) Menandai peralihan (pergantian gagasan baru bagi karangan
yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf  berarti ganti pokok
pikiran ).
(3) Memudahkan pengorganisasian gagsan bagi penulis dan
memudahkan pemahaman bagi pembacanya.
(4) Memudahkan mengembangkan topik karangan ke dalam
satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil.
(5) Memudahkan pengendalian variabel terutama karngan yang
terdiri atas beberapa variabel.

2.1.4 Unsur yang Terkandung pada Alinea atau Paragraf


Alinea adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas
seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat
untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para

11
pembaca. Supaya pikiran tersebut dapat diterima oleh pembaca, alinea
harus tersusun secara logis-sistematis. Alat bantu untuk menciptakan
susunan logis-sistematis itu adalah unsur-unsur penyusun alinea,
seperti transisi (transition), kalimat topik (topic sentence), kalimat
pengembang (development sentence) dan kalimat penegas.
(1) Transisi
Transisi berrti penghubung, yakni dalam pragraf hendaknya
mempunyai kata transisi. Penggunaan kata transisi yang tepat
dapat memadukan paragraf sehingga keseluruhan kalimat menjadi
padu, menyatu dan utuh.
(2) Kalimat Utama atau Kalimat Topik
Dasar dari pengembangan suatu paragraf karena kalimat utama
merupakan kalimat yang mengandung pikiran utama. Keberadaan
kalimat utama itu bisa di awal paragraf, diakhir paragraf atau pun
diawal dan akhir paragraf.
(3) Kalimat penjelas
Kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari gagasan utama.
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan
penjelas.

2.1.5 Posisi Paragraf


Sebuah karangan dibangun oleh beberapa bab. Bab-bab suatu
karangan yang mengandung kebulatan ide dibangun oleh beberapa
anak bab. Anak bab dibangun oleh beberapa paragraf. Jadi, kedudukan
paragraf dalam karangan adalah sebagai unsur pembangun anak bab,
atau secara tidak langsung sebagai pembangun karangan itu sendiri.
Dapat dikatakan bahwa paragraf merupakan satuan terkecil karangan,
sebab di bawah paragraf tidak lagi satuan yang lebih kecil yang
mampu mengungkapkan gagasan secura utuh dan lengkap.

2.1.6 Pola Susunan Paragraf

12
Rangkaian pernyataan dalam paragraf harus disusun menurut
pola yang taat asas, pernyataan yang satu disusun oleh pernyatanyang
lain dengan wajar dan bersetalian secara logis. Dengan cara itu
pembaca diajak oleh penulis untuk memahami paragraf sebagai satu
kesatuan gagasan yang bulat. Pola susunannya bermacam-macam, dan
yang sering diterapkan dalam tulisan ilmiah, antara lain.
(1) Pola runtunan waktu
(2) Pola uraian sebab akibat
(3) Pola perbandingan dan pertentangan
(4) Pola analogi
(5) Pola daftar
(6) Pola lain
Ada tiga teknik pengembangan paragraf.
(1) Secara alami
Pengembangan paragraf secara alami berdasarkan urutan
ruang dan waktu. Urutan ruang merupakan urutan yang akan
membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam suatu
ruang. Urutan waktu adalah urutan yang menggambarkan urutan
tedadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
(2) Klimaks dan Antiklimaks
Pengembangan paragraf teknik ini berdasarkan posisi
tertentu dalam suatu rangkaian berupa posisi yang tertinggi atau
paling menojol. Jika posisi yang tertinggi itu diletakkan pada
bagian akhir disebut klimaks. Sebaliknya, jika penulis mengawali
rangkaian dengan posisi paling menonjol kemudian makin lama
makin tidak menonjol disebut antiklimaks.
(3) Umum Khusus dan Khusus Umum
Dalam bentuk umum ke khusus utama diletakan di awal
paragraf, disebut paragraf deduktif. Dalam bentuk khusus-umum,
gagasan utama diletakkan di akhir paragraf, disebut paragraf
induktif.

13
2.2 Penalaran
Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Suparno dan Yunus (2006:41) mendefinisikan
penalaran adalah proses berpikir sistematik dan logis untuk memperoleh
sebuah simpulan (pengetahuan atau keyakinan). Bahan pengambilan
simpulan dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para
ahli (otoritas). Jadi, penalaran adalah proses berpikir yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran ilmiah. Penalaran
memiliki karakteristik sebagai berikut. Pertama, ciri penalaran adalah
adanya pola berpikir luas yang dinamakan logika. Dengan kata lain,
penalaran adalah proses berpikir logis. Kedua, ciri penalaran adalah
bersifat analitis dari proses berpikir, yaitu kegiatan berpikir berdasarkan
langkah-langkah tertentu.
Kemampuan penalaran harus dikuasai dalam kegiatan menulis yang
dimulai dari pendidikan SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.
Kemampuan menulis memiliki peran penting dalam keberhasilan
mahasiswa dalam menyelesaikan studinya. Suherli (dalam Harnadi, 2012)
meneliti bahwa kemampuan mahasiswa dalam menggunakan bahasa
Indonesia ragam akademik masih rendah, terutama dalam bentuk tulisan.
Kemampuan tersebut tergambar dalam sejumlah karya ilmiah mahasiswa
yang diteliti. Padahal, aktivitas menulis telah ditumbuhkan diperguruan
tinggi, misalnya pemberian tugas berupa menulis makalah, laporan, dan
artikel.
Penelitian yang berkaitan dengan penalaran sudah dilakukan oleh
Dawud (2008) berjudul Penalaran dalam Karya Tulis Populer
Argumentatif dan Rizam (2011) Penalaran dalam Artikel Rubrik Opini
Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi November 2010. Kedudukan
penelitian ini dapat dilihat dari persamaan dan perbedaan dengan penelitian
sebelumnya. Persamaannya adalah pada topik bahasan penelitian, yaitu
unsur- unsur penalaran, varian penalaran induktif dan deduktif, dan
struktur penalaran. Penelitian Dawud (2008) mengaji karya tulis populer

14
argumentatif pada beberapa surat kabar. Rizam (2011) meneliti artikel
rubrik opini pada surat kabar Jawa Pos edisi November 2010.
Penelitian mengenai penalaran juga dilakukan oleh mahasiswa
Universitas Negeri Malang yang mendeskripsikan unsur-unsur penalaran,
varian penalaran induktif dan deduktif, dan struktur penalaran dalam
artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri
Malang angkatan 2012. Hasil penelitian mereka terdapat tiga unsur
pembangun penalaran, yakni (1) pendirian, (2) bukti, dan (3)
penyimpulan. Unsur pendirian terdiri atas gagasan utama, faktual
prakiraan hipotesis, sebab suatu keadaan, dan fakta. Unsur bukti berupa
otoritas tokoh dan opini terhadap fakta. Penyimpulan dinyatakan dalam dua
kategori yakni inferensi implisit dan eksplisit berupa saran dan harapan.
Varian penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra
Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 dilakukan dalam dua
varian, yaitu penalaran induktif dan deduktif. Penalaran induktif terdiri
atas generalisasi, analogi, dan hubungan kausal. Generalisasi dalam
artikel mahasiswa baru tersebut berupa generalisasi dengan loncatan
induktif dan tanpa loncatan induktif. Analogi berlangsung berdasarkan
peristiwa dan gejala khusus. Hubungan kausal berlangsung dalam tiga
varian yakni sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat.
Penalaran deduktif tidak dilakukan dalam bentuk silogisme lengkap,
tetapi dilakukan dalam bentuk entimem. Hal ini disebabkan entimem
dinilai lebih praktis karena hal yang dianggap telah dipahami tidak
dikemukakan kembali.
Struktur penalaran artikel mahasiswa baru berdasarkan pada tiga
unsur pembangun penalaran yang memunculkan empat model struktur
penalaran. Struktur pertama, berupa model yang sederhana karena hanya
memuat unsur pokok pada pembangun penalaran. Struktur kedua
merupakan unsur pendirian berupa gagasan utama yang dikemukakan,
kemudian disusul bukti, baik berupa fakta maupun opini terhadap fakta
serta diakhiri dengan penyimpulan (simpulan sementara-simpulan umum).
Struktur ketiga merupakan unsur pendirian berupa gagasan utama yang

15
dikemukakan disertai data dasar, kemudian disusul bukti, baik berupa fakta
maupun opini terhadap fakta, dan di akhiri dengan penyimpulan. Struktur
keempat merupakan unsur pendirian yang berupa gagasan utama yang
dikemukakan dengan disertai data dasar, kemudian disusul bukti, baik
berupa fakta maupun opini terhadap fakta, dan diakhiri dengan
penyimpulan (simpulan sementara-simpulan umum).
Terdapat beberapa persamaan hasil penelitian unsur-unsur
pembangun penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang angkatan 2012 dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dawud (2008) yang berjudul Penalaran dalam Karya Tulis
Populer Argumentatif dan Rizam (2011) Penalaran dalam Artikel Rubrik
Opini Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi November 2010. Dari penelitian
tersebut, ditemukan adanya tiga unsur pokok pembangun penalaran, yakni (1)
pendirian, (2) bukti, dan (3) penyimpulan.
Unsur pendirian dalam penalaran terdiri atas tiga kategori, yakni
pendirian faktual, pendirian nilai, dan pendirian kebijakan. Pendirian faktual
berupa pernyataan proposisional tentang hubungan peristiwa atau fenomena
dan prakiraan hipotesis. Pendirian hubungan peristiwa berupa penyimpulan
hubungan sebab-akibat antara suatu kondisi atau peristiwa lain. Hasil
penelitian Dawud (2008) menunjukkan adanya rangkaian peristiwa yang
dinyatakan sebagai titik tolak untuk menyatakan pendirian lain, misalnya
berupa penilaian atau pentingnya suatu masalah untuk dibahas lebih lanjut.
Hasil penelitian Rizam (2011) menjelaskan adanya isu atau gagasan tunggal
dari penulis artikel untuk menyatakan pendirian dalam penalarannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendirian perkiraan hipotesis
didasarkan pada asumsi yang menyatakan adanya hubungan antara kondisi
masa lalu, kondisi masa kini, dan kondisi yang akan datang. Suatu keadaan,
fakta, dan peristiwa yang terjadi “patut diduga” berpengaruh atau menjadi
sebab terjadinya peristiwa lain. Pendirian kebijakan menyangkut serangkaian
tindakan tertentu dan memusatkan pada terjadi atau tidaknya perubahan
tindakan. Pendirian ‘kebijakan’ dinyatakan dalam bentuk sikap dan saran.
Dalam penelitian Dawud (2008), pendirian nilai berupaya menilai

16
kekurangan atau kelebihan suatu fakta, gagasan, objek, atau perilaku sesuai
dengan patokan atau kriteria yang dimiliki penulis. Nilai menyangkut sikap
dasar terhadap keberadaan sesuatu baik positif maupun negatif.
Persamaan selanjutnya dari penelitian ini dengan penelitian Dawud
(2008) dan Rizam (2011) ditunjukkan oleh hal-hal berikut. Pertama,
penalaran pendirian yang berupa faktual merupakan pernyataan proposisional
yang berkaitan dengan peristiwa yang dianggap sebagai penyebab terjadinya
peristiwa lain. Adakalanya dalam pendirian faktual di dalamnya terdapat
prakiraan hipotesis yang didasarkan pada asumsi bahwa ada hubungan antara
kondisi masa lalu, kondisi masa kini, dan kondisi yang akan datang. Kedua,
pendirian nilai yang berupa penilaian atas kekurangan atau kelebihan suatu
fakta yang berdasarkan kriteria penulis sendiri. Ketiga, pendirian kebijakan
yang berupa pernyataan proposisional dalam bentuk saran yakni menyangkut
tindakan tertentu yang perlu dilaksanakan.
Dawud (2008) dan Rizam (2011) menggolongkan bukti ke dalam dua
kelompok, yakni fakta dan opini terhadap fakta. Bukti yang berupa fakta
terdiri dari peristiwa, data statistik, otoritas (tokoh, lembaga, dan ahli), serta
acuan normatif (nilai, adagium, dan pandangan umum). Bukti yang berupa
opini terhadap fakta terdiri atas analisis, penilaian, saran (harapan dan
usulan), dan sikap yang dinyatakan oleh penulis. Bukti tersebut terdapat juga
dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri
Malang angkatan 2012.
Terdapat beberapa perbedaan hasil penelitian unsur bukti yang
dilakukan oleh Dawud (2008) dengan penelitian ini. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bukti dukung yang berupa fakta, yakni data statistik dan
otoritas diperoleh dari instansi pemerintahan atau organisasi swasta, tokoh,
dan ahli yang berkompeten di bidangnya. Opini terhadap fakta berupa
analisis dan penilaian. Analisis dan penilaian tersebut secara objektif dan
secara umum telah diterima sebagai kebenaran. Pada penelitian Dawud
(2008), disebutkan bahwa bukti dukung dalam pendirian dapat berupa
analisis perbandingan, analisis analogis, dan analisis kesenjangan antara
kenyataan dengan norma yang seharusnya. Pada penelitian Rizam (2011),

17
bukti dukung berupa data statistik yang diperoleh dari otoritas tokoh dan
berupa opini terhadap fakta yang berbentuk analisis.
Hasil penelitian Dawud (2008) menunjukkan bahwa penyimpulan
dalam karya tulis populer argumentatif yang didominasi saran (termasuk di
dalamnya harapan, anjuran, usulan, dan tuntutan) sebagian berupa peristiwa
dan penilaian. Setelah bukti- bukti mendukung dan meyakinkan, penulis
mengakhiri tulisannya dengan saran, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Hasil penelitian Rizam (2011) menunjukkan bahwa penyimpulan
berupa saran, ditujukan kepada lembaga atau instansi terkait yang
disampaikan secara implisit dan eksplisit. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penyimpulan yang dinyatakan dalam dua kategori langsung
maupun tidak langsung yang kemudian dikemukakan melalui inferensi
implisit dan eksplisit, serta penggolongan lain dapat dijadikan dalam tiga
kategori yakni saran, harapan, saran dan harapan.
Penalaran induktif dapat dilakukan dengan tiga cara yakni
generalisasi, analogi, dan hubungan kausal (sebab-akibat). Penalaran
deduktif dilakukan dalam bentuk silogisme dan entimem Generalisasi atau
perampatan ialah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala
atau peristiwa yang serupa untuk menarik simpulan mengenai semua atau
sebagian dari gejala atau peristiwa. Generalisasi diturunkan dari gejala-
gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara,
atau studi dokumentasi. Inferensi yang diawali dengan pewatas ‘dengan
demikian’ merupakan frasa pewatas generalisasi. Penalaran generalisasi
ini merupakan generalisasi tanpa loncatan induktif, fakta yang dipaparkan
lebih dari satu dan dianggap meyakinkan sehingga sulit muncul peluang
untuk melemahkan kesimpulannya. Generalisasi dengan loncatan induktif
karena fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang
ada. Generalisasi ini mengandung kelemahan karena mudah ditolak kalau
terdapat evidensi yang bertentangan. Untuk merumuskan atau
mengungkapkan ‘negara berada di ujung tanduk’ maka diperlukan gejala-
gejala lain yang lebih menyakinkan dan dipertegas lagi.

18
Analogi atau analogi logis sebagai suatu proses penalaran
bertolak dari suatu kesamaan aktual antara dua hal, peristiwa atau gejala
khusus untuk menarik sebuah kesimpulan. Penalaran analogi yang
bertolak dari dua hal khusus yang satu sama lain memiliki kesamaaan
untuk menarik sebuah kesimpulan. Hubungan kausal dapat berlangsung
dalam tiga varian, sebab ke kibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat.
Penalaran kausalitas memiliki karakteristik berikut. Pertama, satu atau
beberapa gejala (peristiwa) yang timbul dapat berperan sebagai sebab atau
akibat, atau sekaligus sebagai akibat dari gejala sebelumnya dan sebab
gejala sesudahnya. Kedua, gejala atau peristiwa yang terjadi dapat
ditimbulkan oleh satu sebab atau lebih dan menghasilkan satu akibat atau
lebih. Ketiga, hubungan sebab dan akibat dapat bersifat langsung.
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah
konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah
rangkaian tiga buah pendapat yang terdiri atas dua pendapat dan satu
kesimpulan.
Contoh.
“ … pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Kutipan tersebut merupakan bentuk silogisme tidak langsung
dengan penjabaran sebagai berikut.
a. Premis mayor: … pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
b. Premis minor : Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

19
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Kesimpulan : . . pendidikan nasional berfungsi mengembangkan


potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Dalam artikel mahasiswa baru tidak ditemukan adanya


penggunaan silogisme lengkap sesuai dengan penelitian Rizam (2011)
dan teori silogisme Keraf (2010) disertai teori Guinn dan Marder (dalam
Suparno dan Yunus, 2006). Hal tersebut cenderung disebabkan oleh
faktor kepraktisan. Proposisi yang diprediksikan telah diketahui
pembaca, kemudian dihilangkan karena dianggap masih ada dalam
pikiran. Oleh karena itu, silogisme muncul hanya dengan dua proposisi
yang disebut entimem. Menurut Keraf (2010:72), silogisme sebagai
suatu cara untuk menyatakan pikiran tampaknya bersifat artifisial.
Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya silogisme itu muncul hanya
dengan dua proposisi yang salah satunya dihilangkan. Walaupun
dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran dan
dianggap diketahui pula oleh orang lain. Bentuk inilah yang digunakan
dan bukan bentuk yang formal seperti silogisme. Guinn dan Marder
(dalam Suparno dan Yunus, 2006 : 50), mengatakan bahwa dalam
kenyataan sehari-hari kita jarang menggunakan bentuk silogisme secara
lengkap. Demi kepraktisan, bagian silogisme yang dianggap telah
dipahami kemudian dihilangkan.

Entimem adalah penalaran deduksi secara langsung dan dapat


dikatakan pula silogisme yang premisnya dihilangkan atau tidak
diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.

Contoh.

20
“Indonesia merupakan sumber daya manusia dalam jumlah dan
mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan.
Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki
peran yang sangat penting.”

Kutipan di atas merupakan bentuk penalaran entimem dengan dua


proposisi entimem sebagai berikut.

a. Premis mayor : Indonesia memerlukan sumber daya manusia


dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama
dalam pembangunan.
b. Premis minor : Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,
pendidikan memiliki peran yang sangat penting.

Untuk membuktikan keabsahan entimem pada kutipan di atas, maka


dikembalikan pada silogisme lengkap seperti pada kutipan berikut.

a. Premis mayor : Indonesia memerlukan sumber daya manusia


dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama
dalam pembangunan.
b. Premis minor : Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,
pendidikan memiliki peran yang sangat penting.

Kesimpulan : Pendidikan memiliki peran sebagai pendukung utama


dalam pembangunan.

Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian dengan teori entimem


Suparno dan Yunus (2006). Menurut Suparno dan Yunus (2006 : 50-
51), untuk mengetes keabsahan sebuah entimem, kembalikanlah pada
silogisme asal yang lengkap, dengan mengacu pada prinsip-prinsip
silogisme. Penelitian Rizam (2011) menyatakan bahwa premis
mayor muncul sebagai predikat dalam konklusi, premis minor
muncul sebagai subjek dalam konklusi, dan penyimpulan
menyebutkan bahwa predikat dalam subyek akan berlaku pada subyek
lainnya. Dalam penelitian ini, untuk mengetes keabsahan sebuah
entimem, maka dikembalikan terlebih dahulu pada silogisme asal

21
yang lengkap dan berdasar pada prinsip-prinsip silogisme. Hasil
penelitian menunjukkan entimem memiliki dua premis dan jika
dikembalikan menjadi silogisme lengkap memiliki tiga bagian
silogisme, yakni premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.

22

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Paragraf

3.1.1 Pengertian Paragraf


Paragraf berasal dari kata Yunani, yaitu Pararaphos yang
artinya menulis disamping atau tertulis disamping. Paragraf adalah
gabungan dari beberapa kalimat yang saling terkait. Awal paragraf
biasanya ditandai dengan masuknya baris baru. Panjang pendeknya
suatu paragraf atau alinea dapat menjadi penentu seberapa banyak ide
pokok paragraf yang dapat diungkapkan. Pada umumnya paragraf atau
alinea atau beberapa kalimat. Dalam 1 paragraf terdapat beberapa
bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu adalah kalimat pengenal, kalimat
utama, kalimat penjelas, dan kalimat penutup. Jika dikombinasikan
jenis jenis kalimat ini lah yang membentuk suatu gagasan.

22
3.1.2 Tujuan Paragraf
Tujuan dibentuknya paragraf adalah.
1) Untuk menandai pembukaan suatu gagasan baru.
2) Sebagai pengembangan lebih lanjut tentang ide selanjurnya.
3) Sebagai penegasan terhadap gagasan yang diungkapkan terlebih
dahulu.

3.1.3 Struktur Paragraf


Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan
kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan
kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea, sedangkan kalimat
penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau
mendukung ide utama.
(1) Ciri kalimat topik.
(a) Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan
lebih lanjut.
(b) Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
(c) Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat
lain.
(d) Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi.
(2) Ciri kalimat pendukung :
(a) Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.
(b) Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat
lain dalam satu alinea.
(c) Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung
atau frasa penghubung atau kalimat transisi.
(d) Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang
bersifat mendukung kalimat topik.
3.1.4 Syarat-syarat paragraf
Dalam menyusun paragraf, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut:
(1) Ketepatan Pemilihan Kata

23
Pemilihan kata harus sesuai dengan situasi dan kondisi
pemakaiannya. Pemakaian kata dia, misalnya, tidak tepat
digunakan untuk orang yang usianya lebih tua. Kata yang tepat
adalah kata beliau. Demikian pula dengan menonton kata ini tidak
tepat dalam paragraf yang menyatakan maksud melihat orang sakit.
Dalam hal ini kata yang harus digunakan adalah mengunjungi,
menjenguk, atau menengok. Untuk itulah diperlukan penguasaan
perbendaharaan kata, terutama kata-kata yang bersinonim. Dengan
banyaknya menguasai kata bersinonim mudahlah bagi kita dalam
menggunakan kata-kata yang tepat.
(2) Kesatuan
Tiap alenia hanya mengandung satu gagasan pokok atau
satu topik. Fungsi alenia adalah mengembangkan gagasan pokok
atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak
boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan
topik atau gagasan tersebut. Alenia dianggap mempunyai kesatuan,
jika kalimat-kalimat dalam alenia itu tidak telepas dari topiknya
atau selalu relevan dengan topik.
(3) Koherensi
Syarat ketiga yang harus dipenuhi oleh sebuah alenia ialah
koherensi atau kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis,
yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu kalimat
dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia. Alenia yang
memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti
alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam
sebuah alenia akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan
satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koherensi, termasuk
pula keteraturan (sistematika) urutan gagasan. Gagasan dituturkan
pula secara teratur dari satu detail ke detail berikutnya, dari satu
fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain,
sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang
disajikan dengan seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau

24
koherensi dari sebuah alenia, ada bentuk lain yang sering
digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa (kelompok kata) dalam
bermacam-macam hubungan.
(4) Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-
kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat
topik atau kalimat utama. Sebaliknya paragraf dikatakan tidak
lengkap, jika tidak dikembangkan, atau hanya diperluas dengan
pengulangan-pengulangan.

3.1.5 Jenis paragraf berdasarkan kalimat utama


Berdasarkan kalimat utamanya, paragraf dapat dibedakan
menjadi paragraf deduktif, paragraf induktif, dan paragraf deduktif-
induktif.
(1) Paragraf deduktif
Paragraf yang kalimat topiknya terletak pada awal paragraf,
paragraf yang di mulai dari pernyataan yang bersifat umum,
kemudian dikembangkan dengan menggunakan pernyataan
pernyataan yang bersifat khusus. Paragraf deduktif adalah paragraf
yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat
topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.
Contoh.
Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak
mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan
yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda.
Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah,
sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan
cepat lelah dan mudah terserang penyakit.
(2) Paragraf induktif
Paragraf yang kalimat topiknya terletak pada akhir paragraf,
paragraf yang di mulai dari pernyataan yang bersifat khusus,
kemudian di turunkan atau di kembangkan dengan menggunakan

25
pernyataan pernyataan yang bersifat umum. Paragraf induktif
adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-
penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik.
Contoh.
Yang menyebabkan banjir di Jakarta sangat jelas disebabkan
oleh ulah manusia itu sendiri. Contohnya saja masih banyak orang-
orang yang buang sampah yang tidak pada tempatnya. Selain itu
masyarakat juga tidak peduli terhadap selokan di sekitarnya. Oleh
sebab itu maka seharusnya pemerintah setempat harus lebih
mensosialisasikan bahaya banjir kepada masyarakat. Supaya
masyarakat dapat ikut serta dalam bersosialisasi terhadap bahaya
banjir. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa seluruh
masyarakat dan pemerintah setempat harus menggalakan supaya
Jakarta bebas banjir dengan cara membuang sampah pada
tempatnya dan membersihkan selokan di sekitarnya.
(3) Paragraf deduktif-induktif
Ada kalanya seorang penulis tidak cukup menegaskan pokok
persoalannya pada kalimat awal paragraf. Setelah menjelaskan isi
kalimat topik atau memberikan perincian, contoh-contoh, atau
bukti-buktinya, penulis menuliskan simpulanya dengan sebuah
kaliamat pada akhir paragrafnya.
Contoh.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat
dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan
manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana
komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan
peradaban manusia tidak akan bias maju seperti sekarang ini tanpa
adanya sarana komunikasi.

3.1.6 Jenis paragraf berdasarkan isi


Berdasarkan isinya, paragraf dibedakan menjadi paragraf
(1) Paragraf eksposisi

26
Eksposisi artinya paparan. Dengan paparan, penulis
menyampaikan suatu penjelasan dan informasi. Setalah membaca,
seseorang akan mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh
penulis dalam paparan tersebut.
Ciri-ciri kalimat eksposisi yaitu.
(a) Memaparkan definisi dan memaparkan langkah-langkah,
metode atau melaksanakan suatu tindakan.
(b) Gaya menginformasikan / menceritakan sesuatu yang tidak
bisa dicapai oleh alat indra, penulisannya bersifat
informatif.
(c) Paragraf eksposisi umumnya menjawab pertanyaan apa,
siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana.
Contoh.
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional
mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging
ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan
pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap
daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya
meningkat.
(2) Paragraf Narasi
Narasi artinya cerita. Dengan cerita, penulis mengajak pembaca
untuk sama-sama menikmati apa yang diceritakan tersebut. Ciri-
cirinya: ada kejadian, ada pelaku, dan ada waktu kejadian.
Contoh.
Jam istirahat. Aldi tengah menulis sesuatu di buku agenda
sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah
ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan
kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya
ada dia.
(3) Paragraf persuasi
Persuasi artinya bujukan. Dengan persuasi, penulisan
mempengaruhi pembaca supaya mengikuti kehendaknya.

27
Contoh
Bekerja dengan giat ialah kunci dari kesuksesan. Sebab orang
yang rajin dalam bekerja dapat mempunyai banyak ilmu yang dapat
di pelajarinya serta dapat untuk di terapkan dalam pekerjaannya
tersebut. Giat bekerja dan tekun dapat menambah peluang untuk
menjadi sukses.
(4) Paragraf argumentasi
Argumentasi adalah jenis tulisan yang memberikan alasan
(argumen) berdasarkan fakta dan data. Dengan fakta dan data,
penulis berusaha meyakinkan pembaca sehingga tulisan itu diterima
oleh pembacanya. cirinya: ada pendapat dan ada alasannya.
Contoh
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati
kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah
dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton
(1992) bahwa anak-anak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak
yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini
dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau
mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA,
kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang
kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis
moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai
penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana
(5) Paragraf deskripsi
Paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca
seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang
digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang,
benda, atau tempat.
Ciri-ciri paragraf deskripsi yaitu.
(a) Menggambarkan atau melukiskan suatu benda, tempat,atau
suasana tertentu.

28
(b) Penggambaran dilakukan dengan melibatkan panca indra
(pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan
perabaan).
(c) Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat atau merasakan
sendiri objek yang dideskripsikan.
(d) Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan
keadaan suatu objek secara terperinci
Contoh :
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang
menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning
nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu
mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para
wanita Palestina.

3.1.7 Ciri-Ciri Paragraf


Paragraf memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
(1) Peletakan kata dalam kalimat pertama ke dalam sebanyak 5
spasi bagi jenis karangan yang biasa.
(2) Menggunakan pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat
utama atau kalimat topik.
(3) Setiap paragraf menggunakan suatu kalimat topik dan
selebihnya adalah sebuah kalimat pengembang yang memiliki
fungsi untuk menjelaskan, mendeskripsikan, atau menerangkan
pikiran utama yang ada dalam kalimat utama.
(4) Menggunakan pikiran penjelas yang dituangkan dalam kalimat
penjelas. Kalimat penjelas tersebut mempunyai isi tentang detail-
detail dari kalimat utama. Paragraf bukanlah sekumpulan dari
kalimat topik. Paragraf hanya berisikan 1 kalimat topik dan terdapat
beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas tersebut berisi
tentang detail yang spesifik dan tidak mengulang pikiran penjelas
yang lainnya.

29
3.1.8 Fungsi Paragraf
Paragraf memiliki fungsi sebagai berikut.
(1) Dapat mengekspresikan gagasan yang dituangkan dalam tulisan
dengan memberikan bentuk sebuah pikiran dan perasaan ke dalam
rangkaian kalimat yang tersusun dengan logis dalam suatu kesatuan.
(2) Menandai peralihan gagasan baru untuk sebuah karangan yang
terdapat beberapa paragraf, ganti paragraf dapat berarti juga ganti
pikiran.
(3) Memudahkan pengorganisasian gagasan untuk yang menulis
serta memudahkan dalam pemahaman bagi pembaca.
(4) Memudahkan pengembangan topik sebuah karangan ke dalam
satuan unit pemikiran yang lebih kecil.
(5) Memudahkan pengendalian variabel, terlebih pada suatu
karangan yang mempunyai beberapa variabel.

3.2 Penalaran
3.2.1 Pengertian Penalaran
Pernalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah
konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah
proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah
yang disebut menalar.
Penalaran juga dapat diartikan sebagai suatu proses berfikir
manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada
sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Suparno dan Yunus (2006:41)
mendefinisikan penalaran adalah proses berpikir sistematik dan logis
untuk memperoleh sebuah simpulan (pengetahuan atau keyakinan).
Bahan pengambilan simpulan dapat berupa fakta, informasi,
pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas). Data atau fakta yang

30
akan dinalar itu boleh benar dan boleh juga tidak. Jika data yang
disampaikan salah, pernalaran yang dihasilkan tentu saja tidak benar
juga. Akan tetapi, bila data yang disampaikan benar, tetapi cara
penyimpulannya (penalarannya) tidak benar, akan dihasilkan simpulan
yang tidak absah. Jadi, penalaran adalah proses berpikir yang
mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran ilmiah.
Penalaran memiliki karakteristik sebagai berikut. Pertama, ciri
penalaran adalah adanya pola berpikir luas yang dinamakan logika.
Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir logis. Kedua, ciri
penalaran adalah bersifat analitis dari proses berpikir, yaitu kegiatan
berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Dalam penalaran, kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan
sebagai data itu disebut proposisi. Proposisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Dalam hal bernalar, dikenal istilah term dan proposisi. Term
adalah kata atau kelompok kata yang dapat menjadi subjek atau
predikat dlam kalimat proposisi. Misalnya, Anak nakal itu menggoda
Siti yang sedang belajar di perpustakaan. Anak nakal itu adalah term,
menggoda Siti yang sedang belajar di perpustakaan juga merupakan
term karena unsur-unsur tersebut menjadi subjek atau predikat kalimat
bersangkutan. Proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk
subjek-predikat atau kesatuan term-term yang membentuk kalimat.
Kalimat yang tergolong proposisi hanyalah kalimat berita yang netral,
sedangkan kalimat lain, seperti kalimat perintah atau kalimat inversi
tidak dapat digolongkan sebagai proposisi karena kalimat-kalimat
tersebut umumnya tidak lengkap.

3.2.2 Bagian – bagian Penalaran


Secara umum penalaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu penalaran
induktif dan penalaran deduktif.
(1) Penalaran Induktif

31
Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari
peryataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan-
simpulan umum. Dengan kata lain simpulan yang diperoleh tidak
boleh lebih khusus dari pada pernyataan (premis). Penalaran secara
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan
yang bersifat khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Contoh.
Kerbau punya mata. (premis yang bersifat khusus)
Anjing punya mata. (premis yang bersifat khusus)
Kucing punya mata. (premis yang bersifat khusus)
Setiap hewan punya mata. (konklusi yang bersifat umum)
Penalaran induktif dapat dilakukan dengan tiga cara yakni
generalisasi, analogi, dan hubungan kausal (sebab-akibat).
(a) Generalisasi
Generalisasi ialah proses penalaran yang bertolak dari
sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik
simpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau
peristiwa. Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala khusus
yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara,
atau studi dokumentasi yang kemudian menghasilkan
kesimpulan yang umum.
Contoh.

Jika dipanaskan, besi memuai.


Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

Benar atau tidak benarnya simpulan dari generalisasi itu


dapat dilihat   dari hal-hal berikut :
1) Data itu harus memadai jumlahnya. Semakin banyak data
yang dipaparkan, semakin benar simpulan yang diperoleh.

32
2) Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama
itu akan dihasilkan simpulan yang benar.
3) Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data
yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.

(b) Analogi
Analogi adalah sebagai suatu proses penalaran bertolak
dari suatu kesamaan aktual antara dua hal, peristiwa atau gejala
khusus untuk menarik sebuah kesimpulan. Analogi juga dapat
diartikan sebagai cara pearikan simpulan dengan
membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama.
Contoh.

Nina adalah lulusan akademi A.


Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Tujuan penalaran secara analogi adalah :


1) Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2) Analogi digunakan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3) Analogi digunakn untuk menyusun klasifikasi.

(c) Hubungan Kausal


Hubungan kausal adalah penyimpulan dengan
menghubungkan gejala-gejala yang saling berhubungan yang
dapat berlangsung dalam tiga varian, sebab ke kibat, akibat ke
sebab, dan akibat ke akibat. Misalnya, tombol ditekan,
akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan sehari-hari, hubangan
kausal ini sering kita temukan. Contoh,  Hujan turun dan jalan
becek. Ia kena penyakit kanker otak dan meninggal
dunia. Penalaran kausalitas memiliki karakteristik berikut.
Pertama, satu atau beberapa gejala (peristiwa) yang timbul

33
dapat berperan sebagai sebab atau akibat, atau sekaligus
sebagai akibat dari gejala sebelumnya dan sebab gejala
sesudahnya. Kedua, gejala atau peristiwa yang terjadi dapat
ditimbulkan oleh satu sebab atau lebih dan menghasilkan satu
akibat atau lebih. Ketiga, hubungan sebab dan akibat dapat
bersifat langsung.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal, ada tiga
hubungan antar masalah yaitu.
1) Sebab-Akibat
Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Di
samping itu, hubungan ini dapat pula berpola A
menyebabkan B,C,D dan seterusnya. Jadi, efek dari satu
peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih
dari satu.
2) Akibat-Sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa
seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter merupakan
akibat dan sakit merupakan sebab. Dan dalam hal ini
peristiwa sebab merupakan simpulan.
3) Akibat-Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang
menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung
disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain.
Contoh.
Ketika pulang dari pasar, Ibu Nina melihat tanah di
halamannya becek. Ibu langsung menyimpulkan bahwa
kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah.

Dalam hal ini penyebabnya tidak ditampilkan, yaitu


hari hujan. Dalam proses pernalaran, “akibat-akibat”,
peristiwa tanah becek merupakan data dan peristiwa kain
jemuran basah merupakan simpulan.

34
(2) Penalaran deduktif
Penalaran deduktif adalah proses berfikir yang bertolak dari
suatu proposisi yng sudah ada menuju kepada suatu proposisi baru.
Proposisi yang menjadi dasar adalah proposisi umum, sedangkan
proposisi baru yang disimpulkan adalah proposisi khusus. Simpulan
yang diperoleh tidak mungkin lebih umum dari pada proposisi
tempat menarik simpulan atau disebut premis. Penalaran deduktif
dilakukan dalam bentuk silogisme dan entimen.
(a) Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan
secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta
lain bahwa silogisme adalah rangkaian tiga buah pendapat yang
terdiri atas dua pendapat dan satu kesimpulan.
Dalam silogisme diperlukan dua data, dari kedua data
tersebut kamu dapat menarik satu kesimpulan. Kedua data
tersebut yakni premis mayor (PMy) dan premis minor (PMn).
Dengan kata lain, silogisme adalah penalaran deduktif secara
tidak langsung. Silogisme memerlukan 2 premis (landasan
kesimpulan) sebagai data. Premis pertama disebut premis
mayor (PMy); dan premis kedua disebut premis khusus (PMn).
Dari kedua premis tersebut kemudian dapat ditarik sebuah
konklusi (K). Contohnya.
PMy : Semua anak yang pintar akan mendapatkan
beasiswa.
PMn : Anton adalah anak yang pintar.
K : Anton akan mendapatkan beasiswa.

Berdasarkan bentuknya, silogisme dibagi menjadi tiga. Yaitu.


1) Silogisme Kategorial

35
Silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi
dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan
satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat
umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat
khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat
subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term
minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh.
Semua manusia bijaksana. (PMy)
Semua polisi adalah manusia. (PMn)
Jadi, semua polisi bijaksana. (K)
Untuk menghasilkan sebuah simpulan harus ada
term penengah sebagai penghubung antara premis mayor
dan premis minor. Term penengah pada silogisme diatas
adalah manusia. Term penengah hanya terdapat pada
premis, tidak terdapat pada simpulan. Jika tidak terdapat
term penengah, maka simpulan tidak dapat diambil.
Contoh.
Semua manusia tidak bijaksana. (PMy)
Semua kera bukan manusia. (PMn)
Jadi, (tidak ada simpulan).
Sebuah simpulan deduktif dalam hal ini silogisme
akan logis dan sah kalau memenuhi syarat berikut.
Ditarik dari PMy yang subjeknya (S) menjadi
predikat (P) subjek PMn. Selanjutnya kesimpulan itu
sendiri berupa subjek PMn menjadi subjek simpulan, dan
predikat PMy menjadi predikat simpulan
PMy : S1 P1
PMn : s2 p2 (S1)
Simpulan : s2 P1
Contoh :
PMy : Semua dokter tulisannya jelek

36
S1 P1
PMn : Ayah saya adalah seorang dokter
s2 p2 (S1)
Simpulan : Ayah saya tulisannya jelek
s2 P1

Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai


berikut.
a) Silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu term
mayor, term minor, dan term penengah.
Contoh.
Semua atlet harus giat berlatih.
Xantipe adalah seorang atlet.
Xantipe harus giat berlatih.
Term mayor     =          Xantipe.
Term minor      =          harus giat berlatih.
Term menengah =       atlet.
Kalau lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi
salah.
b) Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis
mayor, premis minor, dan simpulan.
c) Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan
simpulan.
Contoh.
Semua semut bukan ulat.
Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
d) Konsep dalam PM harus sesuai dengan kenyataan, atau
harus dapat diuji kebenarannya.
Contoh.
Semua mahasiswa tamatan SMA
Ida seoang mahasiswa
Ida tamatan SMA (tidak terbukti kebenarannya).

37
e) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti
negatif.
Contoh.
Tidak seekor gajah pun adalah singa.
Semua gajah berbelalai
Jadi, tidak seekor singa pun berbelalai.
f) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan
yang positif.
Contoh.
Semua mamalia menyusui.
Gajah adalah mamalia.
Jadi, gajah menyusui.
g) Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu
simpulan.
Contoh.
Sebagian orang jujur adalah petani.
Sebagian pegawai negeri adalah orang jujur.
Jadi, . . . . (tidak ada simpulan)
h) Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan
bersifat khusus.
Contoh.
Semua mahasiswa aalah lulusan SLTA.
Sebagian pemuda adalah mahasiswa.
Jadi, sebagain pemuda adalah lulusan SLTA.
i) Dari premis mayor yang khusus dan premis minor
yang negatife tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh.
Beberapa manusia adalah bijaksana.
Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
Jadi, . . . . (tidak ada simpulan)
2) Silogisme Hipotesis

38
Silogosme hipotesis adalah silogisme yang terdiri
atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.
Jika premis minor membenarkan anteseden, simpulannya
akan membenarkan konsekuen. Sebaliknya jika premis
minor menolak anteseden, simpulannya juga akan menolak
konsekuen.
Contoh.
i) Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai.
ii) Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Besi tidak dipanaskan.
Jadi, besi tidak akan memuai.
3) Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri
atas premis mayor berupa proposisi alternative. Jika premis
minornya membenarkan salah satu alternative, simpulannya
akan menolak alternatife yang lain.
Contoh.
i) Dia adalah seorang kiai atau professor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia bukan seorang professor.
ii) Dia adalah seorang kiai atau professor.
Dia bukan seorang kiai.
Jadi, dia seorang professor.

(b) Entimen

Etimen adalah penalaran deduktif secara langsung dan


dapat dikatakan pula silogisme yang premis mayornya
dihilangkan karena premis mayor tersebut sudah diketahui

39
secara umum, yang dikemukakan hanya premis minor dan
simpulan.

Contoh
PMy : Semua siswa SMAN 1 Indramayu masuk di
universitas favorit yang mereka impikan.
PMn : Boim Siswa SMAN 1 Indramayu.
K : Boim masuk universitas favorit.
Bentuk Entimennya:
Boim masuk universitas favorit yang ia impikan karena  ia
siswa SMAN 1 Indramayu.

3.2.3 Kesalahan Penalaran


Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utuk mengambil
keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan
kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur
kalimat, dan karena dorongan emosi.
Kesalahan penalaran yang sering terjadi, antara lain, akibat dari
faktor-faktor berikut ini.
(1) Kesalahan Karena Generalisasi yang Terlalu Luas
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang
mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya
generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh salah nalar jenis ini adalah.
(a) Gadis bandung cantik-cantik.
(b) Semua orang Indonesia malas.
(c) Masyarakat Bali pintar menari.
(2) Kesalahan Analogi

Salah nalar seperti ini dapat terjadi apabila orang


menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan
persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan
pada segi yang lain. Padahal dari kedua hal tersebut tidak ada
relevansinya.

40
Contoh salah nalar jenis ini adalah.

Farida, seorang alumni Universitas Indonesia, dapat


menyelesaikan tugasnya dengan baik. Oleh sebab itu, Tina,
seorang alumni Universitas Indonesia, tentu dapat menyelesaikan
tugasnya dengan baik.

(3) Deduksi yang Salah


Hal ini terjadi karena orang salah mengambil simpulan dari
suatu silogisme dengan diawali oleh premis yang salah atau tidak
memenuhi syarat.
Contoh.
(a) Pak Ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah di sini karena dia
miskin.
(b) Dia pasti cepat meninggal karena dia menderita penyakit
jantung.
(4) Pemilihan Terbatas pada Dua Alternative
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternative yang
tidak tepat dengan pemilihan “itu” atau “ ini”.
Contoh.
(a) Engakau harus mengikuti kehendak ayah, atau engkau harus
pergi dari rumah ini.
(b) Engkau harus memilih antara hidup di Jakarta dengan serba
kekurangan dan hidup di kampong dengan menanggung malu.
(5) Penyebab yang Salah Nalar
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu
sehingg mengakibat terjadinya pergeseran maksud. Orang tidak
menyadari bahwa yang dikatakannya itu adalah salah.
Contoh.
(a) Kalau ingin dikenal orang, kita harus memakai kacamata
(b) Matanya buta sejak beberapa waktu yang lalu. Itu tandanya
dia melihat gerhana matahari total.
(6) Argumentasi Bidik Orang

41
Salah nalar jenis ini adalah salah nalar yang disebabkan oleh
sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang
diembannya. Dengan kata lain, sesuatu itu selalu dihubungkan
dengan orangnya.
Contoh.
(a) Program KB tidak dapat berjalan di desa kami karena peugas
keluarga berencana itu mempunyai anak 6 orang.
(b) Dapatkah dia memimpin kita kalau dia sendiri belum lama ini
bercerai dengan istrinya?
(7) Meniru-niru yang Sudah Ada
Salah nalar jenis ini adalah salah nalar yang berhubungan
dengan anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan kalau
atasan kita melakukan hal itu .
Contoh.
(a) Siswa SMA seharusnya dibenarkan mempergunakan kalkulator
ketika menyelesaikan soal matematika sebab professor pun
menggunakan kalkulator ketika menyelesaikan soal
matematika.
(8) Penyamarataan Para Ahli
Salah nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang
berbagai ilmu dengan pandangan yang sama. Hal ini akan
mengakibatkan mengambil simpulan.
Contoh .
(a) Pembangunan pasar swalayan itu sesuai dengn saran Joko,
seorang ahli di bidang perikanan.

42
43

BAB IV PENUTUP

SIMPULAN

4.1 Simpulan
Paragraf adalah gabungan dari beberapa kalimat yang saling terkait.
Dalam 1 paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu adalah
kalimat pengenal, kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penutup. Jika
dikombinasikan jenis jenis kalimat ini lah yang membentuk suatu gagasan
Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas
atau kalimat pendukung. Syarat-syarat paragraph adalah Ketepatan Pemilihan
Kata, Kesatuan, Koherensi, dan Kelengkapan. Berdasarkan kalimat utamanya,
paragraf dapat dibedakan menjadi paragraf deduktif, paragraf induktif, dan
paragraf deduktif-induktif. Berdasarkan isinya, paragraf dibedakan menjadi
paragraph eksposisi Paragraf Narasi, Paragraf persuasi, Paragraf argumentasi,
Paragraf deskripsi. Paragraf memiliki fungsi untuk Dapat mengekspresikan
gagasan, Menandai peralihan gagasan baru, Memudahkan pengorganisasian

43
gagasan, Memudahkan pengembangan topik dan Memudahkan pengendalian
variable.
Pernalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan
indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Penalaran juga dapat diartikan sebagai suatu proses berfikir
manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga
sampai pada suatu kesimpulan. Dalam penalaran, kalimat pernyataan yang
dapat dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi. Proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Penalaran dapat
dibagi menjadi dua, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.
Kesalahan Penalaran dapat terjadi di dalam proses berpikir utuk mengambil
keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan
kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat,
dan karena dorongan emosi.

44

Anda mungkin juga menyukai