Anda di halaman 1dari 12

LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-5

Paragraf Akademik
LEARNING OUTCOMES

LO 2: Create scientific writing

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):


1. Ciri-Ciri Paragraf
2. Syarat Paragraf Padu
3. Jenis-Jenis Paragraf
4. Pola Pengembangan Paragraf
5. Paragraf Akademik
ISI MATERI

1. Ciri-Ciri Paragraf
Paragraf pada dasarnya merupakan istilah lain dari alinia. Sementara orang, untuk menyebut
rangkaian kalimat yang terikat dalam satu kesatuan, ada yang menggunakan istilah paragraf dan
ada pula yang menggunakan istilah alinea. Demi keseragaman penyebutan, dalam pembicaraan
ini yang akan digunakan dalam paragraf. Meskipun demikian, hal itu bukan berarti bahwa istilah
alinea tidak boleh digunakan.
Widjono (2012:222) menjelaskan bahwa paragraf merupakan satuan bahasa tulis yang
terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara terpadu, runtut, logis, dan merupakan kesatuan
ide yang tersusun secara lengkap, dan berstruktur. Struktur dalam konteks ini berupa struktur
paragraf, meliputi kalimat topik, kalimat pendukung 1, kalimat pendukung 2, kalimat pendukung
3, dan kalimat konklusi. Dalam paragraf, susunan kalimat terdiri dari satuan informasi yang di
dalamnya terdapat pikiran utama sebagai topik dan pikiran penjelas sebagai pendukung dan
pengendali pengembangan topik, dan diakhiri dengan kalimat konklusi yang seterusnya dalam
pembahasan ini penulis sebut sebagai kalimat penegas karena terkait fungsinya untuk
menegaskan.
Widjono (2012: 222) dalam hal ini juga memberikan beberapa ciri paragraf, di antaranya:
a. Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya
surat, dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya makalah, skripsi,
tesis, dan disertasi. Karangan yang berbentuk lurus dan tidak bertakuk (Block Style) ditandai
dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak daripada jarak antarbaris lainnya.
b. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik.
Kalimat topik dapat ditempatkan pada posisi awal, tengah, dan akhir.
c. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik. Kalimat topik yang terdapat pada posisi awal dan
akhir itu berisi gagasan yang sama. Kalimat topik pada akhir paragraf menegaskan gagasan
kalimat topik pada posisi awal. Paragraf dengan dua kalimat topik itu dilakukan pada
paragraf dengan jumlah kalimat banyak, misal, 6 s.d. 10 buah kalimat.

Indonesian
Niknik (2009: 154) menjelaskan apabila sebuah paragraf bukan paragraf deskriptif atau
naratif, unsur paragraf itu berupa:
a. kalimat topik atau kalimat utama
b. kalimat pengembang atau kalimat penjelas
c. kalimat penegas
d. kalimat, klausa, prosa, dan penghubung.

2. Syarat Paragraf Padu


a. Kesatuan Paragraf
Paragraf yang baik harus memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Kesatuan
yang dimaksud dalam konteks ini adalah tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran utama
yang diwujudkan dalam kalimat topik. Untuk dapat membuat kalimat topik, terlebih dahulu
kenali ciri-cirinya, yakni kalimat yang dibuat harus mengandung permasalahan yang berpotensi
untuk dapat diuraikan lebih lanjut. Ciri lainnya yaitu kalimat topik dapat dibuat lengkap dan
berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung, baik kata penghubung antarkalimat maupun
kata penghubung intrakalimat.
Contoh:
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran demam
berdarah. Salah satu caranya adalah memberantas tempat berkembang biak nyamuk
demam berdarah. Seperti kita ketahui bersama, nyamuk demam berdarah biasanya
berkembang biak di air yang menggenang. Oleh karena itu, benda-benda yang dapat
menampung air harus dikubur dalam tanah, bak-bak penampung air harus ditutup rapat,
dan selokan-selokan yang mampat harus dialirkan. Dengan demikian, nyamuk-nyamuk itu
tidak akan mempunyai sarang untuk berkembang biak.

Paragraf tersebut memiliki satu pikiran utama yang diwujudkan dalam kalimat topik, yakni
ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran demam berdarah. Kalimat
topik dalam paragraf deduktif ini bisa diuraikan lebih lanjut, yakni apa saja cara yang digunakan
untuk dapat mencegah penyebaran demam berdarah yang dikembangkan dengan kesatuan
pikiran. Seluruh kalimat membahas pikiran yang sama, yaitu cara mencegah penyebaran nyamuk

Indonesian
demam berdarah [1]. Kalimat [2] sampai dengan [4] membahas langkah yang dilakukan untuk
mencegah demam berdarah. Kalimat [5] merupakan hasil dari pencegahan tersebut.

b. Kepaduan Paragraf
Selain kesatuan, syarat penulisan paragraf yang baik adalah kepaduan. Untuk dapat
mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah kemampuan merangkai
kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu. Bagaimanakah agar kalimat-kalimat dapat
bertahan secara logis dan padu? Gunakan kata penghubung.
Terdapat dua jenis kata penghubung, yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata
penghubung antarkalimat. Kata penghubung intrakalimat adalah kata yang menghubungkan anak
kalimat dengan induk kalimat, sedangkan kata penghubung antarkalimat adalah kata yang
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya (Niknik, 2009: 154). Mari kita
kembali pada paragraf sebelumnya.
Contoh:
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran demam
berdarah. Salah satu caranya adalah memberantas tempat berkembang biak nyamuk
demam berdarah karena seperti kita ketahui bersama, nyamuk demam berdarah biasanya
berkembang biak di air yang menggenang. Oleh karena itu, benda-benda yang dapat
menampung air harus dikubur dalam tanah, bak-bak penampung air harus ditutup rapat,
Bahkanselokan-selokan yang mampat harus dialirkan. Jadi, nyamuk-nyamuk itu tidak akan
mempunyai sarang untuk berkembang biak.

c. Konsistensi Sudut Pandang


Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri dalam karangannya. Dalam cerita,
pengarang sering menggunakan sudut pandang kata aku seolah-olah menceritakan dirinya
sendiri. Selain itu, pengarang menggunakan sudut pandang dia atau ia seolah-olah meceritakan
dia. Dalam karangan ilmiah, pengarang menggunakan penulis. Sekali menggunakan sudut
pandang tersebut harus konsisten dari awal hingga akhir cerita.

Indonesian
Contoh:
Anton adalah mahasiswa yang cerdas. Ia dapat membaca buku ilmiah amat cepat.
Selain itu, ia hampir tidak pernah kelihatan belajar. Ia amat serius ketika belajar di
kelas. Waktu berdiskusi ia tidak banyak berbicara dan lebih banyak mendengarkan
penjelasan dosen atau pendapat temannya. Nilai IPK-nya selalu di atas 3,5.

d. Ketuntasan
Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal itu dapat diwujudkan dengan klasifikasi dan ketuntasan
bahasa.
Contoh:
Terdapat empat faktor yang menyebabkan keluarga—sebagai organisasi sosial terkecil di
dalam sebuah masyarakat—memiliki peran cukup penting. Pertama, keluarga dibentuk untuk
meneruskan garis keturunan sebagai salah satu kebutuhan hakiki manusia. Kedua, setiap
anggota dalam keluarga bisa belajar untuk menjalankan tanggung jawab masing-masing guna
menciptakan keluarga yang harmonis. Ketiga, hubungan harmonis antara satu keluarga dan
keluarga lain akan menciptakan kedamaian dalam masyarakat. Keempat, keluarga berperan
menyosialisasikan pengetahuan tentang budaya tradisional, keyakinan atau agama, dan
pentingnya pendidikan kepada anak-anak sebagai generasi penerus.

e. Keruntutan
Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan, konsep, pemikiran, dan lain-lain dalam
karangan. Keruntutan dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1) Urutan proses dengan bilangan
2) Urutan proses tanpa bilangan
3) Tahapan
4) Skala prioritas
5) Pengembangan
6) Strata atau tingkatan komunikasi yang paling efektif
7) Hubungan antar proposisi (pernyataan yang dapat diuji kebenarannya)

Indonesian
3. Jenis Paragraf
a. Berdasarkan Letak Kalimat Utama/Pola Penalaran
Berdasarkan letak kalimat utama atau pola penalarannya, paragraf dibagi menjadi tiga:
paragraf deduktif, paragraf induktif, dan paragraf campuran (deduktif-induktif).
1) Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat topiknya berada di awal kalimat. Sifat
paragraf ini adalah umum-khusus.
2) Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya berada di akhir paragraf.
Paragraf ini memiliki sifat khusus-umum yang didasarkan proses penalaran untuk
menarik kesimpulan berupa prinsip/sikap yang bersifat umum berdasarkan pada fakta-
fakta yang bersifat khusus.
3) Paragraf induktif-deduktif adalah paragraf yang pokok pikirannya terdapat di awal dan
akhir paragraf (campuran). Kalimat topik dalam sebuah paragraf pada hakikatnya hanya
satu. Penempatan kalimat topik yang kedua berfungsi untuk menegaskan kembali pikiran
utama paragraf tersebut. Penampatan kalimat topik di awal dan akhir paragraf
berpengaruh pada proses penalaran.

b. Berdasarkan Fungsi/Gaya Ekspresi/Pengungkapan


Sebuah ide dapat diungkapkan dengan berbagai gaya sesuai dengan tujuan komunikasi. Jika
komunikasi bertujuan untuk memberi informasi secara objektif tanpa adanya unsur ajakan, ide
dapat diungkapkan menggunakan gaya eksposisi. Jika komunikasi bertujuan untuk meyakinkan
pembaca, ide dapat diungkapkan dengan gaya argumentasi. Begitu pula dengan tujuan
komunikasi lainnya. Penulis dapat mengungkapkan ide dengan gaya ekspresi atau pengungkapan
yang sesuai dengan tujuannya. Untuk itu, berdasarkan fungsi/gaya ekspresi/pengungkapan,
terdapat lima jenis paragraf: paragraf deskripsi, paragraf eksposisi, paragraf argumentasi,
paragraf narasi, dan paragraf persuasi.
1) Paragraf Deskripsi
Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuai dengan keadaan
sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan
merasakan) apa yang dituliskan sesuai dengan citra penulisnya. (Jauharoti Alfin, dkk.,

Indonesian
2008:7-11). Fokus penulisan bergantung pada hal pancaindra, umur pembaca, dan emosi
pembaca yang akan dituju.
2) Paragraf Eksposisi
Eksposisi adalah penulisan untuk memberitahukan atau memberi informasi mengenai
suatu objek tertentu (Gorys Keraf, 1995: 8). Paragraf eksposisi disebut dengan paparan.
Tujuannya adalah untuk menampilkan atau memaparkan sosok objek tertentu yang hendak
dituliskan.
3) Paragraf Argumentasi
Argumentasi adalah “karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan
pendapat untuk membangun suatu kesimpulan” (Jauharoti Alfin, dkk., 2008: 10-11).
Karangan argumentasi bertujuan meyakinkan pembaca agar pembaca membenarkan
pendapat, gagasan, atau sikap yang kita ungkapkan dalam karangan (Suparni, 1990:43).
4) Paragraf Narasi
Narasi berasal dari kata to narrate, yang berarti bercerita. Cerita adalah rangkaian
peristiwa atau kejadian secara kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi. Narasi
adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian
menurut urutan terjadinya dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan
kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu (Jauharoti Alfin, dkk.,
2008:11-9).
5) Paragraf Persuasi
Persuasi adalah “karangan yang berisi paparan berdaya-bujuk, berdaya-ajak, ataupun
berdaya-imbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan
menuruti imbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis” (E. Kusnadi,
dkk., 2006:44).

4. Pola Pengembangan Paragraf


a. Perbandingan atau Pertentangan
Pengembangan paragraf dengan cara perbandingan. Cara perbandingan merupakan sebuah
pengembangan paragraf yang dilakukan dengan membandingkan atau mempertentangkan guna
memperjelas suatu paparan.

Indonesian
b. Analogi
Proses penalaran ini menggunakan perbandingan suatu benda atau peristiwa yang memiliki
kesamaan khusus untuk menarik sebuah kesimpulan bahwa salah satu benda atau peristiwa
tersebut sama dengan benda atau peristiwa lainnya. Dapat juga dikatakan sebagai pemisalan,
perandaian, atau perumpamaan.
c. Contoh-contoh
Menurut (Sabarti Akhadiah, dkk., 1999:163) Sebuah generalisasi yang terlalu umum
sifatnnya agar dapat memberikan penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan
contoh-contoh yang konkret.
d. Sebab-Akibat
Cara sebab akibat sering disebut dengan kausalitas. Pengembangan paragraf cara ini dapat
dilakukan dengan menyajikan sebab sebagai gagasan pokok / utama baru diikuti akibatnya
sebagai gagasan penjelas, atau sebaliknya disajikan akibat sebagai gagasan pokok utama diikuti
dengan penyebabnya sebagai gagasan penjelas.
e. Klasifikasi
Cara klasifikasi biasanya dilakukan dengan penyajian gagasan pokok/ utama kemudian
diikuti dengan gagasan penjelas secara rinci. Gagasan penjelas merupakan kalsifikasi dari
gagasan utamanya. Misalnya, gagasan utama A, memiliki gagasan penjelas yang dapat
diklasifikasikan menjadi X dan Z.
f. Definisi Luas
Dalam kalimat definisi, kalimat topiknya merupakan suatu pengertian atau istilah yang
memerlukan penjelasan secara panjang lebar agar maknanya mudah dipahami oleh pembaca.
Kata untuk memperjelas pengertian itu ialah kalimat pengembang seperti : adalah, yaitu, ialah
dsb.

5. Paragraf Akademik
Paragraf akademik adalah paragraf yang berstruktur kalimat topik, kalimat penjelas atau
pendukung, dan kalimat konklusi; menggunakan ragam bahasa formal berdasarkan ejaan
baku, istilah baku, tata bahasa baku; menggunakan penalaran ilmiah: pendahuluan,

Indonesian
pembahasan, dan konklusi; dan menyajikan kajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan (atau)
seni.
Paragraf akademik berstruktur kalimat topik, kalimat penjelas, kalimat penjelas atau
pendukung, dan konklusi. Dalam sebuah paragraf, kalimat topik hanya satu dan ditempatkan
pada awal paragraf. Kalimat topik terdiri atas subjek dan predikat (objek). Subjek berfungsi
sebagai topik dan predikat berfungsi untuk mengendalikan topik. Kalimat penjelas atau
pendukung terdiri tiga buah kalimat, maksimal tujuh buah kalimat. Kalimat konklusi hanya
satu kalimat berfungsi menegaskan kalimat topik.
Struktur:
a. Kalimat topik:
Menulis itu menyenangkan.
b. Kalimat penjelas:
Kesenangan itu dihasilkan oleh keberhasilan menulis naskah. Keberhasilan itu
dapat menghasilkan kepuasan kognitif, afektif, dan psikis. Lebih daripada itu,
menulis dapat menghasilkan kreativitas baru yang dapat memberikan kepuasan
akademik.
c. Kalimat konklusi:
Jelaslah bahwa menulis itu menyenangkan dan memberikan kepuasan.

Proses penulisan paragraf akademik mencakup:


a. Menentukan topik yang sesuai dengan program studi atau bidang keahlian
penulis,
b. Mengumpulkan data sekunder dan data primer yang relevan dengan topik,
c. Menyusun kerangka paragraf secara menyeluruh sehingga tidak terdapat
kerangka yang tertinggal,
d. Menulis draf dengan mengembangkan kerangka menjadi naskah awal.
e. Mereviu kesesuaian draf atau naskah awal dengan kerangka paragraf (esai), dan
f. Menulis naskah final yang sempurna dan diyakini tanpa kesalahan (zemach dan
rumisek, 2005:2-4).

Indonesian
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberap hal berikut:


1. Paragraf merupakan satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun
secara terpadu, runtut, logis, dan merupakan kesatuan ide yang tersusun secara lengkap,
dan berstruktur.
2. Paragraf yang baik harus memenuhi syarat:
a. Kesatuan. Kesatuan yang dimaksud dalam konteks ini adalah tiap paragraf hanya
mengandung satu pikiran utama yang diwujudkan dalam kalimat topik.
b. Kepaduan. Untuk dapat mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus ditempuh
adalah kemampuan merangkai kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu.
c. Ketuntasan. Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal itu dapat diwujudkan dengan
klasifikasidan ketuntasan bahasa.
d. Keruntutan. Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan, konsep, pemikiran, dan
lain-lain dalam karangan.
3. Paragrapf terdiri atas: paragraph deskripsi. Narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan
deskripsi.
4. Terdapat beberapa pola pengembangan paragraph, diantaranya:
a. Perbandingan atau Pertentangan
b. Analogi
c. Contoh-contoh
d. Sebab-Akibat
e. Klasifikasi
f. Definisi Luas
Paragraf akademik adalah paragraf yang berstruktur kalimat topik, kalimat penjelas atau
pendukung, dan kalimat konklusi; menggunakan ragam bahasa formal berdasarkan ejaan baku,
istilah baku, tata bahasa baku; menggunakan penalaran ilmiah: pendahuluan, pembahasan, dan
konklusi; dan menyajikan kajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan (atau) seni.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Z. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika
Presindo.
Dalman. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
H.P. Achmad dan Alex. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Hs., Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

Indonesian

Anda mungkin juga menyukai