Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 2 , No. 1, 2017, hlm.

143-150

PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945:


REVOLUSI POLITIK BANGSA INDONESIA

Haryono Rinardi

Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya


Universitas Diponegoro

Alamat korespondensi: haryono_rinardi@undip.ac.id

Diterima/ Received: 7 Oktober 2010; Disetujui/ Accepted: 31 Oktober 2017

Abstract

This simple article examines on questions of the importance of the Indonesian independence proclamation on 17
August 1945 for Indonesian people, especially based on its legal validity. To answer legal issues along with the
Indonesian independence proclamation event, it is necessary to disclose the advance of the proclamation event, so
that it can be used as basis answer. This study uses literature method for examining the problems. Therefore, based on
this review, this article formulates that the idea of Indonesian independence was formal and legally acquired through
long struggle process, it was not “reward' as compensation for colonial practices which took place at the time.

Keywords: Independence Proclamation; Revolution; Politik.

Abstrak

Artikel sederhana ini membahas persoalan arti penting Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bagi bangsa
Indonesia, terutama berdasar pada keabsahannya dari segi hukum. Untuk menjawab persoalan hukum yang menyertai
peristiwa Proklamasi Kemerdekaan RI tersebut, maka perlu diungkap terlebih dahulu latar belakang peristiwa
sehingga dapat dijadikan landasan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kajian ini menekankan pada penggunaan
literatur sebagai metode utama untuk menelaah persoalan. Oleh karena itu, berdasar pada penelaahan tersebut, artikel
ini merumuskan bahwa gagasan kemerdekaan Indonesia secara legal formal diperoleh melalui proses perjuangan yang
panjang, bukan merupakan ‘hadiah’ atas praktik kolonialisasi yang berlangsung saat itu.

Kata Kunci: Proklamasi Kemerdekaan; Revolusi; Politik.

PENDAHULUAN sendiri secara tunggal, tetapi merupakan puncak


dari rangkaian kejadian yang telah terjadi
Salah satu babagan penting dalam perjalanan sebelumnya. Proklamasi oleh sebagain orang
sejarah bangsa Indonesia adalah Proklamasi dianggap sebagai titik kulminasi perjuangan
Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Peristiwa itu panjang bangsa Indonesia dalam mencapai
menjadi tonggak penting bangsa Indonesia, karena kemerdekaannya. Dengan cara pandang seperti
dengan proklamasi tersebut bangsa Indonesia itu, berarti masuk akal kiranya apabila Proklamasi
menyatakan kemerdekaan dirinya sehingga sejajar 17 Agustus 1945 merupakan bagian dari rangkaian
dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kejadian pada panjang perjuangan bangsa Indonesia dalam
Jumat tanggal 17 Agustus 1945 itu bukan berdiri mencapai kemerdekaannya. Hal itu disebabkan

143
Haryono Rinardi (Proklamasi 17 Agustus 1945: Revolusi Politik Bangsa Indonesia)

kemerdekaan Indonesia tidak didapat sebagai Oleh karena itu, permasalahan yang
hadiah dari bangsa lain. Kemerdekaan Indonesia dikemukakan dalam makalah ini adalah bagaimana
melalui Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah hasil hubungan fungsional antara Proklamasi 17
perjuangan panjang bangsa Indonesia untuk Agustus 1945 dan keabsahannya dari segi hukum
menuntut kemerdekaannya lepas dari belenggu postif. Persoalan keabsahan Proklamasi 17
penjajahan bangsa asing. Agustus 1945 sangat penting berkaitan dengan
Argumentasi itu didasarkan atas perjuangan perspektif hukum positif. Dalam perspektif
panjang bangsa Indonesia untuk merebut tersebut sebuah persoalan harus mempunyai dasar
kemerdekaannya. Berbagai perjuangan bersenjata hukum yang benar, karena segala sesuatunya dapat
telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk dianggap tidak sah atau illegal jika tidak
menolak dominasi dan kekuasaan asing di wilayah mempunyai dasar hukum.
Nusantara. Sepanjang lebih dari tiga abad terjadi
konflik berdarah antara penguasa lokal Nusantara PPKI
dengan pihak asing. Konflik terjadi karena
penguasa lokal Nusantara menolak dominasi dan Pada 7 Agustus 1945 atas persetujuan Komando
kekuasaan asing di wilayah Nusantara. Pada sisi Tertinggi Jepang Jendral Terauchi di Saigon
lainnya, pihak asing mencoba memaksakan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
kehendaknya untuk mendapatkan kekayaan alam Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa Jepangnya
dan tenaga kerja bangsa Indonesia. Konflik Dokuritsu Tyumbi Iinkai. Soekarno diangkat
semacam itu terjadi semenjak kedatangan Barat di sebagai ketua, sedangkan M. Hatta bertindak
Nusantara, mulai dari ujung barat sampai ujung sebagai wakil ketua. PPKI ini mulai bekerja pada
timur Indonesia. Semuanya itu menunjukkan tanggal 9 Agustus 1945. Tugasnya adalah
perjuangan dan upaya bangsa Indonesia untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan
melepaskan diri dari belenggu penjajahan dan dengan kemerdekaan, terutama mengenai UUD
upaya untuk menempatkan dirinya sejajar dengan yang rancangannya telah ada, dan akan diserahkan
bangsa lain. kepada PPKI untuk diterima dan disahkan
Artikel ini membahas persoalan arti (Juniarto, 1996: 25; The Liang Gie, 1993: 26).
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bagi Para anggota PPKI diizinkan untuk melakukan
Bangsa Indonesia, terutama dari keabsahannya kegiatannya menurut pendapat dan kesanggupan
dari segi hukum. Oleh karena itu, permasalahan bangsa Indonesia sendiri, tetapi mereka
yang hendak dikemukakan dalam artikel ini adalah diwajibkan memperhatikan hal-hal sebagai
bagaimana hubungan fungsional antara berikut. (1) Syarat pertama untuk mencapai
Proklamasi 17 Agustus 1945 dan keabsahannya kemerdekaan ialah menyelesaikan perang yang
dari segi hukum positif. Persoalan keabsahan sekarang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia;
Proklamasi 17 Agustus 1945 sangat penting karena itu bangsa Indonesia harus mengerahkan
berkaitan dengan perspektif hukum positif. Dalam tenaga sebesar-besarnya, dan bersama-sama
perspektif tersebut sebuah persoalan harus dengan pemerintah Jepang meneruskan
mempunyai dasar hukum yang benar, karena perjuangan untuk memperoleh kemenangan akhir
segala sesuatunya dapat dianggap tidak sah atau dalam Perang Asia Timur Raya. (2) Negara
illegal jika tidak mempunyai dasar hukum. Untuk Indonesia itu merupakan anggota lingkungan
menjawab pertanyaan itu, maka akan dijawab kesemakmuran bersama di Asia Timur Raya, maka
terlebih dahulu latar belakang munculnya cita-cita bangsa Indonesia itu harus disesuaikan
Prokalamasi 17 Agustus 1945, sehingga dapat dengan cita-cita pemerintah Jepang yang
dijadikan landasan untuk menjawab pertanyaan bersemangat Hakko-Iciu (Poesponegoro &
tersebut. Notosusanto, 1992:77).

144
Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 2 , No. 1, 2017, hlm.143-150

PPKI ini semula jumlah anggotanya hanya pemerintah Jepang atau dari hasil perjuangan
21 orang, namun kemudian atas usul Soekarno bangsa Indonesia sendiri tidaklah menjadi soal
panitia itu ditambah lagi sehingga jumlahnya karena Jepang sudah kalah. Bangsa Indonesia saat
menjadi 27 orang termasuk ketua dan wakilnya itu harus menghadapi sekutu yang akan berusaha
(Mahfud MD, 1993: 49). Menurut rencana PPKI mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia.
akan dilantik pada tanggal 18 Agustus 1945, Oleh karena itu untuk memproklamasikan
sedangkan kemerdekaan Indonesia akan disahkan kemerdekaan Indonesia diperlukan suatu revolusi
oleh pemerintah Jepang pada tanggal 24 Agustus yang terorganisasi. Soekarno dan Hatta ingin
1945 (The Liang Gee, 1993: 27). Rencana untuk membicarakan masalah pelaksanaan proklamasi
kemerdekaan pada 24 Agustus itu, pada akhirnya kemerdekaan dalam rapat PPKI pada tanggal 16
berbeda sama sekali. Sekali lagi medan Perang Agustus 1945, sehingga dengan demikian tidak
Pasifik ikut memengaruhi kondisi sosial politik di menyimpang dari ketentuan pemerintah Jepang
Indonesia. Pemboman Hiroshima dan Ngasaki (Poesponegoro & Notosusanto, 1992: 79).
oleh Amerika Srikat dan penyerbuan pasukan Uni Situasi yang berkembang di Indonesia,
Sovyet ke Manchuria yang dikuasai Jepang besar khususnya di Jakarta saat itu menegangkan.
pengaruhnya atas ketegaran Jepang terhadap Kelompok pemuda menuntut Soekarno segera
perang pasifik. Dengan kondisi Perang Pasifik yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia yang
sudah sangat kritis tersebut, maka pada15 Agustus terlepas dari pengaruh Jepang, sedangkan tokoh-
1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada tokoh tua dalam BPUPKI-PPKI dengan motor
Sekutu, suatu kondisi yang sangat tidak diduga Soekarno dan Hatta menginginkan proklamasi
sama sekali oleh para pemimpin Bangsa Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan hasil keputusan
saat itu. rapat sidang PPKI tanggal 16 Agustus 1945
Kesempatan itu segera dimanfaatkan (Yuniarti, 2003: 37). Apalagi saat itu anggota
kelompok pemuda dan gerakan bawah tanah anti PPKI sudah mulai berdatangan ke Jakarta. Mereka
Jepang. Sekelompok mahasiswa kedokteran yang takut terjadi pertumpahan darah. Sebaliknya,
memonitor keadaan politik internasional melalui kelompok pemuda berpendapat bahwa partum-
pemancar gelap mengetahui menyerahnya Jepang pahan darah adalah risiko yang tidak bisa
kepada Sekutu. Mereka segera menghubungi dihindari. Kemungkinan pertumpahan darah
tokoh-tokoh muda revolusioner, seperti Wikana, dapat terjadi sebab Jepang diminta menjaga status
Sukarni, dan Chairul Saleh. Mereka menginginkan quo di wilayah yang diduduki, sehingga proklamasi
kemerdekaan segera diproklamasikan lepas sama bisa dianggap sebagai suatu pelanggaran (Sagimun
sekali dari pengaruh Jepang (Yuniarti, 2003: 36). MD, 1989: 277).
Sutan Syahrir termasuk dalam tokoh yang Dalam posisi yang genting itu, kelompok
menolak kemerdekaan Indonesia dikaitkan pemuda mengadakan rapat di Lembaga
dengan janji Jepang. Syahrir bahkan merupakan Bakteriologi di Pegangsaan Timur pada 15
tokoh pertama yang mendesak Agustus 1945 pukul 20.30 waktu Jawa zaman
diproklamasikannya kemerdekaan oleh Soekarno Jepang. Keputusan rapat yang dipimpin Chairul
dan Hatta tanpa menunggu janji Jepang. Saleh menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia
Kelompok pemuda menolak kemerdekaan yang adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak
berbau Jepang. Dengan pandangan yang seperti itu dapat digantungkan pada orang lain dan kerajaan
mereka juga menolak kemerdekaan yang lain. Segala ikatan dan hubungan dengan janji
diproklamasikan oleh PPKI, karena PPKI kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan
merupakan buatan Jepang. Dalam hal ini terjadi sebaliknya diharapkan diadakannya perundingan
perbedaan pendapat dengan tokoh-tokoh dengan Soekarno dan Hatta agar supaya mereka
BPUPKI dan PPKI. M. Hatta berpendapat bahwa diikutsertakan menyatakan Proklamasi (Malik,
soal kemerdekaan Indonesia datangnya dari 1962:35). Hasil rapat itu kemudian disampaikan

145
Haryono Rinardi (Proklamasi 17 Agustus 1945: Revolusi Politik Bangsa Indonesia)

kepada Soekarno dan Hatta di kediamannya bermaksud untuk menekan mereka berdua agar
masing-masing. Sekali lagi Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan terlepas
dengan tegas menolak permintaan itu, walaupun dari ikatan dengan Jepang. Akan tetapi, wibawa
hal itu sempat menimbulkan ketegangan ketika mereka berdua sebagai tokoh senior pergerakan
Wikana (wakil kelompok pemuda yang bertugas nasional membuat para pemuda penculiknya
menyampaikan hasil rapat kepada Soekarno) segan untuk melakukan penekanan.
menyatakan akan terjadi pertumpahan darah jika Di Jakarta sendiri, Ahmad Subardjo dari
keinginan mereka tidak dilaksanakan golongan tua bertemu dengan Wikana dari kaum
Poesponegoro & Notosusanto, 1992:80). muda. Dalam pertemuan itu dicapai kesepakatan
Mendengar ancaman itu Soekarno bukannya takut bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus segera
justru balik menggertak dengan mempersilahkan diadakan di Jakarta. Berdasar hal itu, Ahmad
para pemuda untuk membunuhnya saat itu juga. Subardjo bersama dengan sekretaris pribadinya
Soekarno juga mengatakan bahwa dia tidak mau Sudiro dengan diantar Jusuf Kunto pergi
memproklamasikan kemerdekaan pada saat itu Rengasdengklok untuk menyemput Soekarno dan
karena terikat dengan kedudukannya sebagai Hatta. Setelah rombongan Soekarno dan Hatta
Ketua PPKI, sehingga menurutnya soal proklamasi tiba kembali ke Jakarta, dengan terlebih dahulu
kemerdekaan harus ditanyakan kepada wakil-wakil kembali ke rumah masing-masing, mereka berdua
PPKI (Adams, 1966:316-317). menemui Mayor Jendral Nishimura untuk
Gagalnya permintaan kelompok pemuda menjajagi sikapnya mengenai Proklamasi
agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan Kemerdekaan. Dalam pertemuan itu juga hadir
kemerdekaan yang terlepas dari Jepang, segera Laksamana Maeda, Shigetada Nishijima dan
mendorong mereka untuk mengadakan rapat lagi. Tomegoro Yoshizumi serta Miyoshi sebagai
Kali ini rapat diadakan pukul 00.30 waktu Jawa penterjemah. Dalam pertemuan Soekarno dan
zaman Jepang (atau kira-kira pukul 24.00) Hatta menekankan kepada Nishimura bahwa
menjelang 16 Agustus 1945. Selain dihadiri oleh Jendral Terauchi telah menyerahkan pelaksanaan
pemuda-pemuda yang sebelumnya terlibat dalam proklamasi kepada PPKI. Sementara itu,
rapat di Lembaga Bakteriologi, rapat itu juga Nishimura menolak proklamasi kemerdekaan
dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dr. Muwardi karena Jepang telah terikat untuk menjaga status
dari Barisan Pelopor dan Shodanco Singgih dari quo di daerah yang didudukinya. Berdasar hal itu
Daidan Peta JakartaSyu. Dalam rapat itu Nishimura melarang Soekarno dan Hatta
diputuskan bahwa Soekarno dan Hatta harus mengadakan rapat PPKI dalam rangka
disingkirkan ke luar kota dengan tujuan melaksanakan proklamasi kemerdekaan (Hatta,
menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang 1970: 53-54).
Poesponegoro & Notosusanto, 1992: 81). Oleh karenna itu, diputuskan bahwa
Rencana itu kemudian dilakukan dengan kemerdekaan Indonesia harus ditentukan oleh
membawa Soekrno dan Hatta ke Rengasdengklok bangsa Indonesia sendiri, terlepas dari Jepang.
pada pukul 04.30 waktu Jawa zaman Jepang Kemudian segera diadakan pertemuan di rumah
(sekitar 04.00). Rencana itu berjalan lancar karena Laksamana Maeda, seorang Kepala Kantor
diperolehnya dukungan berupa perlengkapan Perhubungan Angkatan Laut, yang dianggap
tentara Peta dari Cudanco Latief Hendraningrat cukup aman. Pertimbangan lainnya Laksamana
yang saat itu menggantikan Daidanco Kasman Maeda mempunyai hubungan yang baik dengan
Singodimedjo yang bertugas ke Bandung. Ahmad Subardjo dan para pemuda ya ng bekerja
Pelaksanaannya dipimpin oleh dr. Soetjipto dari di kantornya (Notosusanto, 1976:10-11). Di
Markas Peta Jaga Monyet dan Soekarni (Yuniarti, ruang makan rumah itu dirumuskan naskah
2003: 39). Sehari penuh Soekarno dan Hatta ada proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Maeda
di Rengasdengklok. Rencananya para pemuda sebagai tuan rumah mengundurkan diri dan tidur
146
Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 2 , No. 1, 2017, hlm.143-150

di lantai dua. Miyoshi orang kepercayaan UUD 1945. Meskipun demikian, UUD 1945 tidak
Nishimura juga hadir bersama dengan Mbah Diro, sama persis dengan rancangan UUD yang dibuat
B.M. Diah, dan Sukarni untuk menyaksikan oleh Panitia Kecilnya Soepomo. Ada beberapa
Soekarno, Hatta, dan Ahmad Subardjo membahas perbedaan, yaitu; (1) Kata Mukkaddimah diganti
perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan dengan kata Pembukaan; (2) Sila Pertama yang
Indonesia. Sementara itu, tokoh-tokoh lainnya semula (dalam Piagam Jakarta) berbunyi:
baik golongan tua maupun kelompok pemuda “KeTuhanan dengan kewajiban menjalankan
menunggu di serambi muka. Soekarno yang syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti
menuliskan konsep Proklamasi pada secarik kertas, dengan kalimat: “Ketuhanan Yang Maha Esa”; (3)
sedangkan M. Hatta dan Ahmad Subardjo Pasal 6 yang semula (dalam batang tubuh UUD)
menyumbangkan pikiran secara lisan berbunyi: “Presiden ialah orang Indonesia asli
(Notosusanto, 1976: 11). Akhirnya menjelang yang beragama Islam”, diganti dengan “Presiden
subuh Soekarno bertiga menemui mereka yang ialah orang Indonesia asli”; (4) Pasal 28 yang
sudah menunggu di serambi muka. Pada saat itu, semula (dalam batang tubuh UUD) berbunyi
Soekarno mengajak mereka semua bersama-sama “Negara berdasarkan atas Ke-Tuhanan dengan
menandatangani naskah proklamasi selaku wakil- kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
wakil bangsa Indonesia. Saran itu diperkuat oleh pemeluk-pemeluknya” diganti dengan “Negara
M. Hatta, tetapi oleh Sukarni diusulkan bahwa berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”; (5)
yang menandatangani naskah Proklamasi cukup (pasal ini kemudian menjadi Pasal 29) (Mahfud
dua orang saja, yakni Soekarno-Hatta atas nama MD 1993: 52; Bahar, dkk., 1995: 414-415). (6)
bangsa Indonesia. Usul itu juga disetujui oleh Wakil presiden yang semula dua diubah menjadi
mereka yang hadir, sehingga Soekarno meminta satu (Mahfud MD, 1993: 20).
kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah PPKI dalam sidangnya itu selain
Proklamasi berdasar naskah tulisan tangan memutuskan mengesahkan UUD 1945 sebagai
Soekarno, disertai dengan perubahan-perubahan UUD bagi Bangsa Indonesia, juga membuat
yang telah disetujui (Poesponegoro & keputusan penting lainnya. Keputusan penting itu
Notosusanto, 1992:85). adalah pengangkatan Soekarno dan M. Hatta
Pada 17 Agustus 1945, akhirnya proklamasi masing-masing sebagai Presiden dan Wakil
kemerdekaan dilakukan di depan rumah Soekarno Presiden Indonesia. Selain itu, atas usul Soekarno
di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, karena apabila dibentuk sebuah Komite Nasional yang mampu
dilakukan di lapangan Ikada dikhawatirkan dapat dikumpulkan dengan cepat pada masa-masa
menimbulkan bentrokan antara rakyat dengan genting, karena anggota-anggota PPKI banyak
pihak militer Jepang. Usul itu disetujui dan yang akan meninggalkan Jakarta. Tugas komite itu
pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan adalah sebagai badan pembantu presiden (Bahar,
Indonesia berlangsung di Pegangsaan Timur No 1995: 447), selama kondisi di Indonesia masih
56 pada Jum’at, 17 Agustus 1945 pukul 10.30 dalam kondisi darurat.
waktu Jawa zaman Jepang (pukul 10.00) pada saat
bulan puasa (Poesponegoro & Notosusanto, PROKLAMASI: MAKNA DAN ARTINYA BAGI
1992: 87). BANGSA INDONESIA
Keesokan harinya pada 18 Agustus 1945,
PPKI mengadakan sidang untuk pertama kalinya. Dengan diproklamasikan kemerdekaan Indonesia
Dalam Sidang itu berhasil ditetapkan Undang- berarti bangsa Indonesia telah menyatakan
Undang Dasar (UUD) hasil rancangan Panitia kemerdekaannya secara formal, baik kepada dunia
Kecil di dalam Panitia Hukum Dasar, yang internasional maupun kepada Bangsa Indonesia
diketuai oleh Soepomo sebagai UUD bagi negara sendiri, bahwa mulai saat itu Bangsa Indonesia
Indonesia. UUD ini kemudian dikenal sebagai telah merdeka. Merdeka berarti bahwa mulai saat

147
Haryono Rinardi (Proklamasi 17 Agustus 1945: Revolusi Politik Bangsa Indonesia)

itu bangsa Indonesia mengambil sikap karena itu, wajar bila Proklamasi Kemerdekaan
menentukan nasibnya dan nasib tanah airnya Indonesia merupakan norma pertama daripada
dalam segala bidang (Joeniarto, 1996: 4). Pada sisi tata-hukum Indonesia (Joeniarto, 1996: 6).
lain proklamasi kemerdekaan itu sekaligus juga Norma pertama atau ada pula yang
pernyataan bahwa bangsa Indonesia telah cakap menyebutnya sebagai norma dasar atau ada pula
untuk mengurus rumah tangganya sendiri dan yang menyebutnya sebagai aturan dasar,
memberitahukan sudah menegakkan suatu negara sementara Prof. M. Yamin menyebutnya sebagai
nasional yang merdeka dan berdaulat. Keterangan Mahasumber daripada segala aturan hukum.
kemerdekaan itu memulai “Fajar”, bahwa Revolusi Dalam hal ini yang dimaksudkan sebagai norma
Indonesia telah mulai berjalan. Revolusi ini dasar adalah norma/aturan/ketentuan hukum
memusnahkan dan meruntuhkan keadaan yang yang pertama adanya pada tata-hukum yang
lama dan memunculkan pembentukan negara dan bersangkutan, oleh karena itu norma/aturan/
masyarakat baru, negara dan masyarakat Indonesia ketentuan ini menjadi dasar bagi berlakunya segala
(Yamin, 1982: 24). Dengan adanya proklamasi macam norma/aturan/ketentuan hukum yang
kemerdekaan bangsa Indonesia, maka mulai saat lainnya. Dengan dasar pemikiran itu, maka dapat
itu hanya berlaku tata hukum Indonesia, dikatakan bahwa norma pertama menjadi dasar
menggantikan tata hukum kolonial. Dengan bagi segala sumber hukum, atau ketentuan/
proklamasi kemerdekaan itu, segala sesuatu yang peraturan hukum lainnya. Segala macam
berbau kolonial telah digantikan dengan sesuatu ketentuan atau peraturan hukum yang terdapat
yang bersifat nasional. dalam tata-hukum yang bersangkutan harus dapat
Dengan kondisi itu berarti bangsa Indonesia dikembalikan kepada norma pertamanya. Dengan
telah memutuskan ikatan dengan tata hukum yang demikian, norma pertama ini tidak dapat dicari
sebelumnya, baik tatanan hukum Hindia Belanda dasar hukumnya, karena dia sendiri sudah
maupun tatanan hukum pendudukan Jepang merupakan dasar hukum bagi segala macam
(Joeniarto, 1996: 6). Hal itulah yang norma atau aturan hukum yang berlaku dalam
sesungguhnya menjadi tujuan dari proklamasi tata-hukum yang bersangkutan (Joeniarto, 1996:
kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini 7).
sesungguhnya wajar bagi sebuah negara yang Ilmu hukum positif tidak akan dapat
merdeka. Sebuah negara merdeka haruslah mencari dasar hukumnya, kekuatan berlakunya
mempunyai tatanan hukumnya sendiri, tidak norma pertama. Akan tetapi, timbulnya norma
mengikuti atau masih memakai tatanan hukum pertama ini dapat dipelajari dengan pendekatan
kolonial. bidang ilmu lain, seperti filsafat, sosiologis, politis,
Proklamasi dengan demikian menjadi dasar sejarah, dan sebagainya. Dengan dasar pemikiran
hukum bagi pelaksanaan tatanan hukum yang yang seperti itu, maka Proklamasi Kemerdekaan
baru. Proklamasi menjadi dasar hukum bagi yang merupakan norma pertama bagai tata-hukum
berlakunya hukum nasional. Dengan demikian, Indonesia dasarnya tidak akan dapat dicari dalam
segala macam peraturan, hukum, dan ketentuan tata-hukum Jepang maupun Belanda. Hal ini
yang berlaku dan akan berlaku di Indonesia dasar mudah dimengerti sebab pada tata-hukum
hukumnya adalah Proklamasi Kemerdekaan kolonial tentu saja tidak akan mungkin terdapat
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Dengan dasar suatu ketentuan ataupun aturan yang
itu, wajar apabila beberapa jam setelah Proklamasi memungkinkan bagi bangsa Indonesia untuk
PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai konstitusi memproklamasikan kemerdekaannya (Joeniarto,
bagi bangsa Indoneisa. Dalam titik inilah peranan 1996:8). Secara logika tidak mungkin dalam
proklamasi sebagai dasar hukum bagi berlakunya suasana kolonial untuk mengkampanyekan
segala aturan, ketentuan, dan hukum yang berlaku kemerdekaan bagi bangsa yang dikuasai oleh
di Indonesia terlihat jelas dan terbukti. Oleh penguasa kolonial. Kondisi itu jelas nyata, karena
148
Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 2 , No. 1, 2017, hlm.143-150

kebebasan politik bagi warga bumiputera juga bahwa bangsa Indonesia bukan merupakan pihak
tidak akan diberikan oleh penguasa kolonial. Pada yang kalah dalam Perang Dunia II. Dalam
tingkat yang lebih rendah sekalipun pemerintah kenyataannya, setelah Proklamasi Kemerdekaan
kolonial bahkan tidak memberikan tempat bagi 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia masih terlibat
kaum bumiputera untuk duduk dalam suatu badan konflik dengan Jepang, seperti dalam peristiwa
perwakilan yang memungkinkannya untuk Pertempuran Lima Hari di Semarang. Dengan
menyuarakan segala aspirasi politiknya secara Proklamasi 17 Agustus 1945 menunjukkan bahwa
resmi. Dalam suasana kolonial jelas tidak akan bangsa Indonesia memiliki harga diri yang tinggi,
terdapat suatu kebebasan politik yang bahkan lebih tinggi dibanding dengan banyak
memungkinkan kaum bumiputera untuk negara lain. Hal itu disebabkan kemerdekaan
mengutarakan segala tuntutan dan aspirasi politik, Bangsa Indonesia diperoleh dengan cara
sehingga sangat jelas bahwa dalam periode perjuangan berdarah yang menghabiskan banyak
kolonial tidak akan dapat ditemui adanya aturan dana dan jiwa pejuang Indonesia. Dengan
yang memungkinkan bangsa Indonesia untuk demikian tidak banyak negara di dunia yang
memproklamasikan kemerdekaannya. kemerdekaannya diperoleh seperti yang dilakukan
Dalam kenyataannya Proklamasi oleh bangsa Indonesia. Tercatat hanya Amerika
Kemerdekaan adalah tingkatan penutup Serikat, Aljazair, dan Vietnam yang
perjuangan kemerdekaan yang hampir 40 tahun kemerdekaannya diperoleh dengan cara
bergolak di Indonesia. Pada sisi yang lain, perjuangan berdarah.
Proklamasi Kemerdekaan menjadi permulaan atau Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
titik awal pembelaan bagi Negara Merdeka menjadi awal bangsa Indonesia guna menegakkan
Republik Indonesia. Dengan Proklamasi hak asasinya sebagai bangsa yang setara dengan
Kemerdekaan Indonesia, berkembanglah bangsa lain. Bersamaan itu, Proklamasi
kekuasaan de jure di seluruh Kepulauan Indonesia Kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga menjadi
dalam tangan dan rakyat dan pemerintah sumber dari segala sumber hukum Bangsa
Indonesia. Proklamasi juga menjadi awal Indonesia. Melalui proklamasi tersebut, mulailah
kekuasaan de facto sebagian-sebagian, menuju hukum nasional Indonesia di bumi nusantara ini.
kekuasaan de facto seluruhnya di Kepulauan Proklamasi menjadi landasan bagi dihapuskannya
Indonesia. Berdasar Proklamasi Kemerdekaan hukum kolonial, dan sekaligus sebagai permulaan
terbentuklah Negara Republik Indonesia (Yamin, untuk menggantinya dengan hukum yang lebih
1982: 25), yang berusaha mewujudkan segala cita- berpihak kepada manusia dan bangsa Indonesia.
cita bangsa Indonesia. Dengan demikian, seharusnya Proklamasi 17
Agustus 1945 menjadi landasan hukum dan awal
SIMPULAN bagi kesejahteraan dan kemakmuran Bangsa
Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
merupakan tonggak penting bangsa Indonesia. REFERENSI
Melalui proklamasi itu bangsa Indonesia
menyatakan kemerdekaan kepada semua bangsa di Adams, Cindy (1966). Bung Karno Penyambung
dunia. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta: Gunung
dengan proklamasi itu, membuktikan bahwa Agung.
kemerdekaan Indonesia diperoleh melalui usaha Bahar, Safroedin, dkk., ed. (1995). Risalah Sidang
dan perjuangan bangsa Indonesia sendiri. Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia didapat bukan hadiah Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Jepang. Kemerdekaan Indonesia terlepas dari Panitia Persiapan Kemerdekaan
campur tangan Jepang. Hal itu juga menunjukkan

149
Haryono Rinardi (Proklamasi 17 Agustus 1945: Revolusi Politik Bangsa Indonesia)

Indonesia. Jakarta: Sekretariat Negara


Republik Indonesia.
Hatta, Mohammad (1970). Sekitar Proklamasi 17
Agustus 1945. Jakarta: Tintamas.
Juniarto (1996). Sejarah Ketatanegaraan Republik
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Mahfud MD. (1993). Dasar dan Struktur
Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta:
Penerbit UII Press.
Notosusanto, Nugroho (1976). Naskah
Proklamasi yang Otentik dan Rumusan
Pancasila yang Otentik. Jakarta: Pusat
Sejarah ABRI.
Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho
Notosusanto (1992). Sejarah Nasional
Indonesia VI. Jakarta: Depdikbud RI.
Sagimun MD. (1989). Peranan Pemuda, Dari
Sumpah Pemuda Sampai Proklamasi.
Jakarta: Bina Aksara
Thee Liang Gie (1993). Pertumbuhan Pemerintah
Daerah di Negara Republik Indonesia.
Yogyakarta: Liberty.
Yamin, M. (1982). Proklamasi dan Konstitusi
Republik Indonesia. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Yuniarti, Rini D. (2003). BPUPKI, PPKI,
Proklamasi Kemerdekaan RI. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas.

150

Anda mungkin juga menyukai