Anda di halaman 1dari 4

D.

Polarisasi Cahaya
Polarisasi adalah peristiwa pe-
nyerapan arah bidang getar dari gelom-
bang. Gejala polarisasi hanya dapat
dialami oleh gelombang transversal saja,
sedangkan gelombang longitudinal tidak
mengalami gejala polarisasi. Fakta bahwa
Celah horisontal Celah vertikal cahaya dapat mengalami polarisasi me-
nunjukkan bahwa cahaya merupakan
gelombang transversal. Pada umumnya,
gelombang cahaya mempunyai banyak
arah getar. Suatu gelombang yang
mempunyai banyak arah getar disebut
gelombang tak terpolarisasi, sedangkan
gelombang yang memilki satu arah getar
Gambar 2.10 Polarisasi gelombang disebut gelombang terpolarisasi. Gejala
polarisasi dapat digambarkan dengan gelombang yang terjadi
pada tali yang dilewatkan pada celah. Apabila tali digetarkan
searah dengan celah maka gelombang pada tali dapat melewati
celah tersebut. Sebaliknya jika tali digetarkan dengan arah
tegak lurus celah maka gelombang pada tali tidak bisa
melewati celah tersebut.
Sinar alami seperti sinar Matahari pada umumnya adalah
sinar yang tak terpolarisasi. Sinar tak terpolarisasi
dilambangkan sedangkan sinar yang terpolarisasi
dilambangkan atau .
Cahaya dapat mengalami polarisasi dengan berbagai cara,
antara lain karena peristiwa pemantulan, pembiasan, bias
kembar, absorbsi selektif, dan hamburan.

1. Polarisasi karena Pemantulan


Perhatikan Gambar 2.11 menggambarkan peristiwa
polarisasi yang terjadi pada cahaya yang disebabkan oleh
peristiwa pemantulan. Cahaya yang datang ke cermin dengan
sudut datang sebesar 57o, maka sinar yang terpantul akan
merupakan cahaya yang terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari
cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan dipantulkan ke
cermin. Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar
antara cermin I dan cermin II saling tegak lurus, maka tidak
akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa
ini menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi.
Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin II disebut
analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak
terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi, sedangkan

74 Fisika SMA/MA XII


analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar
terpolarisasi atau tidak.

Cermin I Cermin I

Cermin II
Cermin II

Gambar 2.11 Polarisasi gelombang karena pemantulan

2. Polarisasi karena Pemantulan dan


Pembiasan
Berdasarkan hasil eksperimen yang
dilakukan para ilmuwan Fisika menunjukkan
bahwa polarisasi karena pemantulan dan
pembiasan dapat terjadi apabila cahaya yang
dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan saling
tegak lurus atau membentuk sudut 90o. Di mana
cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya
yang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias
merupakan sinar terpolarisasi sebagian. Sudut
datang sinar yang dapat menimbulkan cahaya
Gambar 2.12 Polarisasi karena yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan
pemantulan dan pembiasan merupakan sinar yang terpolarisasi. Sudut datang
seperti ini dinamakan sudut polarisasi (ip) atau
sudut Brewster. Pada saat sinar pantul dan sinar bias saling tegak
lurus (membentuk sudut 90o) akan berlaku ketentuan bahwa
: ic + r = 90o atau r = 90o - i
Dari hukum Snellius tentang pembiasan berlaku bahwa :

=n

= =n

= =n

tg ip = =n .... (2.17)

Fisika SMA/MA XII 75


3. Polarisasi karena Bias Kembar (Pem-
biasan Ganda)
Polarisasi karena bias kembar dapat
Sinar istimewa terjadi apabila cahaya melewati suatu
bahan yang mempunyai indeks bias
ganda atau lebih dari satu, misalnya
pada kristal kalsit. Perhatikan Gambar
2.13, seberkas cahaya yang jatuh tegak
Sinar biasa
lurus pada permukaan kristal kalsit,
Gambar 2.13 Polarisasi bias kembar
maka cahaya yang keluar akan terurai
menjadi dua berkas cahaya, yaitu satu
berkas cahaya yang tetap lurus dan berkas cahaya yang
dibelokkan. Cahaya yang lurus disebut cahaya biasa, yang
memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini tidak terpolarisasi.
Sedangkan cahaya yang dibelokkan disebut cahaya istimewa
karena tidak memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini adalah
cahaya yang terpolarisasi.

4. Polarisasi karena Absorbsi Selektif


Polaroid Polaroid adalah suatu bahan yang
dapat menyerap arah bidang getar
gelombang cahaya dan hanya melewat-
kan salah satu bidang getar. Seberkas
sinar yang telah melewati polaroid hanya
akan memiliki satu bidang getar saja
Gambar 2.14 Polarisasi absorpsi selektif
sehingga sinar yang telah melewati
polaroid adalah sinar yang terpolarisasi.
Peristiwa polarisasi ini disebut polarisasi karena absorbsi selektif.
Polaroid banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar
matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.

5. Polarisasi karena Hamburan


Partikel Polarisasi cahaya karena peristiwa
hamburan dapat terjadi pada peristiwa
terhamburnya cahaya matahari oleh
partikel-partikel debu di atmosfer yang
menyelubungi Bumi. Cahaya matahari
yang terhambur oleh partikel debu dapat
terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari
Gambar 2.15 Polarisasi karena hamburan yang cerah langit kelihatan berwarna
biru. Hal itu disebabkan oleh warna
cahaya biru dihamburkan paling efektif dibandingkan
dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya.

76 Fisika SMA/MA XII


6. Pemutaran Bidang Polarisasi
Perhatikan Gambar 2.16, seberkas cahaya tak terpolarisasi
melewati sebuah polarisator sehingga cahaya yang diteruskan
terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati zat optik aktif,
misalnya larutan gula pasir, maka arah polarisasinya dapat
berputar. Besarnya sudut perubahan arah polarisasi cahaya T
tergantung pada konsentrasi larutan c, panjang larutan " dan
sudut putar larutan E. Hubungan ini dapat ditulis secara
matematik sebagai:

T = c.E. " .... (2.18)

polarisator arah polarisasi


telah berputar

cahaya
cahaya tak terpolarisasi tabung contoh yang
terpolarisasi berisi zat optik aktif

Gambar 2.16 Pemutaran bidang polarisasi untuk menentukan konsentrasi larutan gula.

Seputar Tokoh
James Clerk Maxwell (1832 - 1879) dilahirkan di Edinbrgh,
Skotlandia. Dalam pemikirannya ia mempersoalkan teori
kelistrikan dan kemagnetan yang pada waktu itu kurang
memuaskan. Dalam tahun 1864 dan1873 ia mengembang-
kan gambaran teoritis yang menggambarkan bahwa
kelistrikan dan kemagnetan muncul sebagai dua aspek dari
gejala yang sama. Atas dasar teori inilah ia meramalkan
adanya gelombang elektromagnetik yang menjalar dengan
kelajuan sama dengan cahaya. Teori yang dikemukakan oleh
Maxwell dinyatakan kebenarannya oleh Heinrich Hertz
pada tahun 1888. Sumber : wikipedia

Fisika SMA/MA XII 77

Anda mungkin juga menyukai